Oleh :
dr. As’ad Akbar
Pembimbing :
dr. Hj. Halimah
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
GASTROENTERITIS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.A
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 12 Desember 2018
Alamat : Ketapang
Tanggal Masuk PKM : 17 Desesmber 2020
II. ANAMNESIS
· Keluhan Utama
BAB Encer
· Riwayat Penyakit Sekarang
· Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan BAB konsistensi encer
dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk puskesmas, namun terasa memberat
sejak pagi sebelum masuk puskesmas. BAB encer dirasakan sudah
sebanyak lebih dari 10 kali sejak kemarin, dan pagi ini sebanyak lebih
dari 5 kali, berlendir(+), berdarah (-). Demam (+) dialami sejak pagi,
bersifat menetap, kejang(-). Mual ada dan Muntah ada frekuensi sebanyak
3 kali berisi makanan dan cairan dirasakan. Batuk tidak ada, sesak tidak
ada, nyeri menelan tidak ada. Pasien tampak rewel, lemas dan haus. BAK
kesan lancar.
· Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru menderita sakit seperti ini.
· Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
3
Keluarga yang tinggal serumah dengan penderita tidak memiliki keluhan
yang sama.
· Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan, dan Lingkungan
Di sekitar lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit yang
sama.
PEMERIKSAAN UMUM
· Keadaan umum : Lemas/Gizi Baik
· Kesadaran : Compos mentis
· Berat badan : 12,2 kg
· Tinggi Badan : 85 cm.
· Antopometri BB/PB : 1SD(Normal)
· Tanda-tanda vital
Nadi : 110 kali/menit
Pernafasan : 40 kali/menit
Suhu : 37,3oC
VAS :5
IV. PEMERIKSAAN FISIS
Kepala
Bentuk : normocephal, rambut hitam, distribusi merata
Ekspresi : biasa
Simetris wajah: simetris
Deformitas : tidak ada
Mata
Eksoptalmus/enoptalmus : (-)
Gerakan : segala arah
Tekanan bola mata : tdk diperiksa
Kelopak mata :edema palpebra (-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterus (-/-)
Kornea : jernih
4
Pupil : bulat, isokor 2,5 mm/2,5 mm
THT
Telinga : bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen (-/-)
Hidung : bentuk normal, sekret (-/-)
Bibir : normal, sianosis (-), pucat (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Lidah : kotor(-), tremor(-)
Mukosa mulut : koplik spot (-)
Leher : simetris, pembesaran KGB tidak ada
Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Massa tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesicular
Bunyi tambahan: rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Batas atas : ICS II sinistra
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I / II : murni reguler, murmur(-)
Abdomen
Inspeksi : tampak cembung, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik meningkat
5
Palpasi : nyeri tekan regio abdomen lainnya(-). hepar dan Lien
tidak teraba Massa Tumor(-).
Perkusi : Tympani.
Extremitas
Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada, peteki (-) pada
ekstremitas atas dextra.
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau
lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan
berlangsung kurang dari 14 hari.
2.2 EPIDEMIOLOGI
2.3 ETIOLOGI
Virus
7
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari gastroenteritis akut
adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
1. Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di rumah
sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya, biasanya diare
akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada umumnya dan
menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak terdapat gejala dan umur
3 5 tahun adalah Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu
Norwalk-like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang
disebut Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama
terbanyak diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun.
Norovirius merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada orang dewasa dan
sering menimbulkan wabah dan menginfeksi semua umur. Sapoviruses umumnya
menginfeksi anak-anak dan Umumnya menyerang anak - anak dan menyebabkan
penyakit pada sistem respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae
dan merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk icosahedral
simetris. Ada 4 genus umur tersering dari infeksi virus ini.
3. Adenovirus
Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut bakteri
yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli, Shigella
8
species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan
gastroenteritis akut adalah:
1. Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda - beda di setiap negara dan paling sering terdapat di
negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini tidak menimbulkan
bahaya jenis dari bakterinya adalah:
2. Camplylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan dengan
perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak matang
3. Shigella Species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan tingkat
kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah:
• S. sonnei
• S. flexneri
• S. dysenteriae
4. Vibrio Cholera
9
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen pada
manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat menyebabkan wabah
besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering adalah muntah tidak dengan
panas dan feses yang konsistensinya sangat berair. Bila pasien tidak terhidrasi
dengan baik bisa menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 - 18 jam dari gejala
awal.
5. Salmonella
Parasit
Lain-lain
penyebab Gastroenteritis dapat berupa malabsorbsi seperti karbohidrat, lemak,
asam amini, protein, juga penyebab lainnya seperti pada pasien imunodefisiensi
oleh larena hipogamaglobulinemia, dan lain-lain. Pemberian obat juga dapat
menyebabkan diare yang berupa efek samping obat
2.4 PATOFISIOLOGI
10
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna
antara lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan
mikroflora usus . Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non
invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E.
coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas spp., V. cholera
eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit
sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan
Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
kadar adenosin 3′,5′-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh
air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Namun demikian mekanisme
absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak terganggu, karena itu
keluarnya ion Cl (disertai ion HCO 3 , H2O, Na dan K ) dapat dikompensasi oleh
meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K , HCO3 , dan Cl ).
Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi
secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus
diiringi oleh ion Na , K , Cl dan HCO3 . Inilah dasar terapi oralit per oral pada
kolera. Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan
keluar secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare
sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).
11
Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan
dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae. Clostridium perfringens (tipe
A) yang sering menyebabkan keracunan makanan menghasilkan enterotoksin
yang bekerja mirip enterotoksin kolera yang menyebabkan diare yang singkat dan
dahsyat.
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 Anamnesis
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan
perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir,
purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui dehidrasi,
termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan perubahan status mental.
Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti
racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah
12
demam, tenesmus, dan feses berdarah. Makanan dan riwayat perjalanan sangat
membantu untuk mengevaluasi potensi paparan agent.
anamnesis pada anak kecil dapat ditanyakan kepada orang tuanya berupa
pola pemberian makannya, frekuensi BAB, adanya darah pada tinja, onset diare,
adanya pemberian obat berupa antibiotik dan menyanyakan riwayat keluhan yg
sama pada lingkungan sekitar.
1. Darah
Pemeriksaan darah perifer lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah bila
terdapat tanda kehilangan elektrolit berlebih, immunoassay untuk mengetahui
toksin bakteri.
2. Feses
13
Pemeriksaan feses lengkap secara mikroskopis untuk melihat peningkatan jumlah
leukosit feses, adanya parasit, amuba, dan lain-lain.
2.7 Penatalaksanaan
a. Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini,
boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan
dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di
pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak
terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus
mengandung garam dan glukosa yang dikombinasi dengan air.
b. Jumlah cairan
14
Untuk terapi B diberi anak < 6 bulan tidak menyusu, beri juga 100-200 mL air
matang
C. terapi
simptomatik
15
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik.
16
17
2. 8 Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
kehilangan cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok
hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya
hipokalemia dan asidosis metabolik.
2.9 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Etiology of Severe 50 Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting
Emergency Departments in the United States. Journal of Infectious
Diseases, 205(9), pp.1374-1381.
11. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.
2015;42(7):504-8.
20