Anda di halaman 1dari 20

GASTROENTERITIS AKUT

Oleh :
dr. As’ad Akbar

Pembimbing :
dr. Hj. Halimah

1
BAB I
PENDAHULUAN

Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada anak-


anak maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan
dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun
setengah cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain
dari konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang
air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang
berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan
peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering
menjadi penyebabnya adalah infeksi yaitu berupa virus, bakteri dan parasit.

Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada anak-


anak maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan
dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun
setengah cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain
dari konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang
air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang
berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan
peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering
menjadi penyebabnya

2
BAB II

LAPORAN KASUS
GASTROENTERITIS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.A
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 12 Desember 2018
Alamat : Ketapang
Tanggal Masuk PKM : 17 Desesmber 2020

II. ANAMNESIS
· Keluhan Utama
BAB Encer
· Riwayat Penyakit Sekarang
· Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan BAB konsistensi encer
dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk puskesmas, namun terasa memberat
sejak pagi sebelum masuk puskesmas. BAB encer dirasakan sudah
sebanyak lebih dari 10 kali sejak kemarin, dan pagi ini sebanyak lebih
dari 5 kali, berlendir(+), berdarah (-). Demam (+) dialami sejak pagi,
bersifat menetap, kejang(-). Mual ada dan Muntah ada frekuensi sebanyak
3 kali berisi makanan dan cairan dirasakan. Batuk tidak ada, sesak tidak
ada, nyeri menelan tidak ada. Pasien tampak rewel, lemas dan haus. BAK
kesan lancar.
· Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru menderita sakit seperti ini.
· Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

3
Keluarga yang tinggal serumah dengan penderita tidak memiliki keluhan
yang sama.
· Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan, dan Lingkungan
Di sekitar lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit yang
sama.
PEMERIKSAAN UMUM
· Keadaan umum : Lemas/Gizi Baik
· Kesadaran : Compos mentis
· Berat badan : 12,2 kg
· Tinggi Badan : 85 cm.
· Antopometri BB/PB : 1SD(Normal)
· Tanda-tanda vital
Nadi : 110 kali/menit
Pernafasan : 40 kali/menit
Suhu : 37,3oC
VAS :5
IV. PEMERIKSAAN FISIS
Kepala
Bentuk : normocephal, rambut hitam, distribusi merata
Ekspresi : biasa
Simetris wajah: simetris
Deformitas : tidak ada

Mata
Eksoptalmus/enoptalmus : (-)
Gerakan : segala arah
Tekanan bola mata : tdk diperiksa
Kelopak mata :edema palpebra (-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterus (-/-)
Kornea : jernih

4
Pupil : bulat, isokor 2,5 mm/2,5 mm

THT
Telinga : bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen (-/-)
Hidung : bentuk normal, sekret (-/-)
Bibir : normal, sianosis (-), pucat (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Lidah : kotor(-), tremor(-)
Mukosa mulut : koplik spot (-)
Leher : simetris, pembesaran KGB tidak ada

Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Massa tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesicular
Bunyi tambahan: rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Batas atas : ICS II sinistra
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I / II : murni reguler, murmur(-)

Abdomen
Inspeksi : tampak cembung, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik meningkat

5
Palpasi : nyeri tekan regio abdomen lainnya(-). hepar dan Lien
tidak teraba Massa Tumor(-).
Perkusi : Tympani.

Extremitas
Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada, peteki (-) pada
ekstremitas atas dextra.

VI. DIAGNOSIS KERJA


· Gastroenteritis Akut
VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN
● Paracetamol syr 120 mg setiap 8 jam
● Oralit 3 jam 1 : 3 gelas, 1 gelas tiap kali mencret
● Zinc Syr 20mg selama 10 hari
edukasi
edukasi pasien dan keluarga untuk menjaga higenitas pasien dan
lingkungan, emberi edukasi tentang obat yang di minum, memberi
informasi mengenai keadaan pasien secara lengkap, memastikan asupan
cairan dan intake oral pasien terjamin

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau
lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan
berlangsung kurang dari 14 hari.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada Negara


berkembang dibanding dengan negara maju yang tingket higenitas dan sanitasia
lebih baik. menurut data WHO (World Health Organization) dan UNICEF
terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis setiap tahunnya di
seluruh dunia. Secara global diperkirakan sebanyak 179.000.000 isiden
gastroenteritis akut pada orang dewasa setiap tahunnyadengan angka pasien rawat
inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000 pasien kematian. di Amerika Serikat
setidaknya 8.000.000 pasien dari pasien gastroenteritis akut. Di Indonesia insiden
gastroenteritis akut mencapai 96.278 insiden dan menjadi peringkat pertama
dalam kasus rawat inap di Indonesia.

2.3 ETIOLOGI

Virus

7
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari gastroenteritis akut
adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :

1. Rotavirus

Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di rumah
sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya, biasanya diare
akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada umumnya dan
menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak terdapat gejala dan umur
3 􏰀 5 tahun adalah Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu
Norwalk-like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang
disebut Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama
terbanyak diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun.
Norovirius merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada orang dewasa dan
sering menimbulkan wabah dan menginfeksi semua umur. Sapoviruses umumnya
menginfeksi anak-anak dan Umumnya menyerang anak - anak dan menyebabkan
penyakit pada sistem respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae
dan merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk icosahedral
simetris. Ada 4 genus umur tersering dari infeksi virus ini.

2. Human Caliciviruses (HuCVs)

HuCVs merupakan infeksi virus tersering kedua selain Rotavirus.

3. Adenovirus

Adenovirus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, dan


Siadenovirus.

Bakteri

Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut bakteri
yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli, Shigella

8
species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan
gastroenteritis akut adalah:
1. Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda - beda di setiap negara dan paling sering terdapat di
negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini tidak menimbulkan
bahaya jenis dari bakterinya adalah:

• Enteropathogenic E. coli (EPEC)

• Enteroinvasive E. coli (EIEC)

• Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

• Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

2. Camplylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan dengan
perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak matang

3. Shigella Species

Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan tingkat
kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah:

• S. sonnei

• S. flexneri

• S. dysenteriae

4. Vibrio Cholera

9
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen pada
manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat menyebabkan wabah
besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering adalah muntah tidak dengan
panas dan feses yang konsistensinya sangat berair. Bila pasien tidak terhidrasi
dengan baik bisa menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 - 18 jam dari gejala
awal.

5. Salmonella

Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Beberapa toksin


telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi aktif cairan dan
elektrolit mungkin dihasilkan. Pada onset akut gejalanya dapat berupa mual,
muntah dan diare berair.

Parasit

Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, and Cyclospora


cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut sangatlah jarang terjadi
namun sering dihubungkan dengan traveler dan gejalanya sering tak tampak.
Dalam beberapa kasus juga dinyatakan infeksi dari cacing seperti Stongiloide
stecoralis, Angiostrongylus C., Schisotoma Mansoni, S. Japonicum

Lain-lain
penyebab Gastroenteritis dapat berupa malabsorbsi seperti karbohidrat, lemak,
asam amini, protein, juga penyebab lainnya seperti pada pasien imunodefisiensi
oleh larena hipogamaglobulinemia, dan lain-lain. Pemberian obat juga dapat
menyebabkan diare yang berupa efek samping obat

2.4 PATOFISIOLOGI

Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi


yang berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor agent
dan faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,

10
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna
antara lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan
mikroflora usus . Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:

Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non
invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E.
coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas spp., V. cholera
eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit
sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan
Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
kadar adenosin 3′,5′-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh
air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Namun demikian mekanisme
absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak terganggu, karena itu
keluarnya ion Cl (disertai ion HCO 3 , H2O, Na dan K ) dapat dikompensasi oleh
meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K , HCO3 , dan Cl ).
Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi
secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus
diiringi oleh ion Na , K , Cl dan HCO3 . Inilah dasar terapi oralit per oral pada
kolera. Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan
keluar secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare
sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).

ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah labile toxin (LT) dan


stable toxin (ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi
hanya memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase.

11
Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan
dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae. Clostridium perfringens (tipe
A) yang sering menyebabkan keracunan makanan menghasilkan enterotoksin
yang bekerja mirip enterotoksin kolera yang menyebabkan diare yang singkat dan
dahsyat.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi, mulai dari


mual, muntah, atau buang air besar dengan konsistensi encer, dan nyeri abdomen.
Pada kasus Gastroenteritis akut juga terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai
berat seperti mukosa kering, turgor kulit atau perubahan status mental. Terdapat
juga gangguan pernapasan seperti radang ternggorok, batuk, rinore.

Sedangkan kasus gastroenteritis akut karena bakteri biasanya terdapat


gejala mual, muntah, dan demam ringan hingga terdapat nyneri perut/kejang perut
dengan feses lembek hingga cair. Pada kasus diare sekretorik yang berlangsung
beberapa saat tanpa penanganan lebih lanjut/kurang adekuat dapat menyebabkan
syok hipovolemik hingga terjadi gangguan elektrolit berupa penurunan pH darah
hingga dapat mengganggu pernapasan dimana frekuansi napas lebih cepat dan
dalam(Kussmaul). Sedangkan pada pasien dengan kehilangan kalium berlebih
dapat menimbulkan aritimia Jantung.

2.6 DIAGNOSIS

2.6.1 Anamnesis

Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan
perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir,
purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui dehidrasi,
termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan perubahan status mental.
Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti
racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah

12
demam, tenesmus, dan feses berdarah. Makanan dan riwayat perjalanan sangat
membantu untuk mengevaluasi potensi paparan agent.

anamnesis pada anak kecil dapat ditanyakan kepada orang tuanya berupa
pola pemberian makannya, frekuensi BAB, adanya darah pada tinja, onset diare,
adanya pemberian obat berupa antibiotik dan menyanyakan riwayat keluhan yg
sama pada lingkungan sekitar.

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat


dehidrasi pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering, waktu
pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda vital
lain yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan peningkatan laju nafas
dapat membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih mengarah pada
diare dengan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut penting untuk menilai
nyeri dan proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam menilai
adanya darah, nyeri dubur dan konsistensi feses.

Dilakukan juga penilaian status dehidrasi untuk menentukan derajatnya


termasuk pada pasien anak perlu diketahui status gizi, darah pada tinja, massa di
intra abdomen, distensi abdomen, penurunan kesadaran dan adakah tanda sesak
napas.

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Darah

Pemeriksaan darah perifer lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah bila
terdapat tanda kehilangan elektrolit berlebih, immunoassay untuk mengetahui
toksin bakteri.

2. Feses

13
Pemeriksaan feses lengkap secara mikroskopis untuk melihat peningkatan jumlah
leukosit feses, adanya parasit, amuba, dan lain-lain.

2.7 Penatalaksanaan

Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana


lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan
penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan
berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani
kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting diperhatikan
agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a. Jenis cairan

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini,
boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan
dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di
pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak
terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus
mengandung garam dan glukosa yang dikombinasi dengan air.

b. Jumlah cairan

Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan


jumlah cairan yang keluar dari badan. Pada anak diberikan rencana terapi A, B,
C . Untuk rencana terapi A diberikan oralit 6 bungkus oralit (200 ml) dan diberi <
2 tahun : 50 – 100 ml setiap kali BAB > 2 tahun : 100 – 200 ml setiap kali BAB.

14
Untuk terapi B diberi anak < 6 bulan tidak menyusu, beri juga 100-200 mL air
matang

C. terapi
simptomatik

Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar


dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Hal yang
harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena Metoklopropamid
misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan
ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada
kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun
loperamid dalam waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimikrobal.

15
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik.

16
17
2. 8 Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
kehilangan cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok
hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya
hipokalemia dan asidosis metabolik.
2.9 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline:


Diagnosis, Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in
Adults. The American Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea
in Adults WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH,
MD Lawrence Family Medicine Residency, Lawrence, Massachusetts
[Accessed 5 Mar. 2017].
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
4. Al-Thani, A., Baris, M., Al-Lawati, N. and Al-Dhahry, S. (2013).
Characterising the aetiology of severe acute gastroenteritis among patients
visiting a hospital in Qatar using real-time polymerase chain reaction.
BMC Infectious Diseases, 13(1).
5. Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 5 Mar. 2017 ]
6. Anon, (2017). [online] Available at: (http://www.who.int/child-
adolescenthealth/Emergencies/Diarrhoea_guidelines.pdf) A manual for
physicians and other senior health workers [Accessed 9 Apr. 2017].
7. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical
and Experimental Gastroenterology, p.97.
8. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016.
Harrison's Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia:
McGraw Hill.
9. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology
Organisation. [online] Available at: http://www.worldgastroenterology.org
/guidelines/global-guidelines/acute-diarrhea/acute-diarrhea-english
[Accessed 5 Mar. 2017]
10. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C.,
Eberhard, M., Hall, A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The

19
Etiology of Severe 50 Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting
Emergency Departments in the United States. Journal of Infectious
Diseases, 205(9), pp.1374-1381.
11. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.
2015;42(7):504-8.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Nyeri Ulu Hati dan Demam Tifoid
    Nyeri Ulu Hati dan Demam Tifoid
    Dokumen42 halaman
    Nyeri Ulu Hati dan Demam Tifoid
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang PKM Fix
    Borang PKM Fix
    Dokumen50 halaman
    Borang PKM Fix
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Obgyn
    Borang Obgyn
    Dokumen13 halaman
    Borang Obgyn
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • PKM
    PKM
    Dokumen45 halaman
    PKM
    Alfina Alfiani
    Belum ada peringkat
  • Borang Mata
    Borang Mata
    Dokumen18 halaman
    Borang Mata
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • KULIT_VARICELLA
    KULIT_VARICELLA
    Dokumen10 halaman
    KULIT_VARICELLA
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • KEJANG DEMAM
    KEJANG DEMAM
    Dokumen15 halaman
    KEJANG DEMAM
    vivin
    Belum ada peringkat
  • Kasus Medis Interna
    Kasus Medis Interna
    Dokumen23 halaman
    Kasus Medis Interna
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Rekap Borang Fixx
    Rekap Borang Fixx
    Dokumen57 halaman
    Rekap Borang Fixx
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Bedah
    Borang Bedah
    Dokumen10 halaman
    Borang Bedah
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Rekap Borang Fixx
    Rekap Borang Fixx
    Dokumen57 halaman
    Rekap Borang Fixx
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Anak
    Borang Anak
    Dokumen17 halaman
    Borang Anak
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Neuro
    Borang Neuro
    Dokumen10 halaman
    Borang Neuro
    nadya Irwansyah
    Belum ada peringkat
  • Borang Jiwa
    Borang Jiwa
    Dokumen10 halaman
    Borang Jiwa
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • PENYULUHAN
    PENYULUHAN
    Dokumen34 halaman
    PENYULUHAN
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Gizi
    Borang Gizi
    Dokumen4 halaman
    Borang Gizi
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • F6-Upaya Pengobatan Dasar F6-1
    F6-Upaya Pengobatan Dasar F6-1
    Dokumen45 halaman
    F6-Upaya Pengobatan Dasar F6-1
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Obs
    Obs
    Dokumen34 halaman
    Obs
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • JW
    JW
    Dokumen7 halaman
    JW
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • UKP Nanda
    UKP Nanda
    Dokumen18 halaman
    UKP Nanda
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • T H T
    T H T
    Dokumen8 halaman
    T H T
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Anak Untuk Habibie
    Borang Anak Untuk Habibie
    Dokumen19 halaman
    Borang Anak Untuk Habibie
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Borang PKM
    Kumpulan Borang PKM
    Dokumen102 halaman
    Kumpulan Borang PKM
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • E Voucher
    E Voucher
    Dokumen3 halaman
    E Voucher
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • BDH
    BDH
    Dokumen24 halaman
    BDH
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Soal Fix
    Soal Fix
    Dokumen30 halaman
    Soal Fix
    Djuragan Aditya
    Belum ada peringkat
  • HJNNNNNNNNNM
    HJNNNNNNNNNM
    Dokumen49 halaman
    HJNNNNNNNNNM
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • No.5 PPT Tumbang
    No.5 PPT Tumbang
    Dokumen3 halaman
    No.5 PPT Tumbang
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Pencegahan Dan Penatalaksanaan
    Pencegahan Dan Penatalaksanaan
    Dokumen2 halaman
    Pencegahan Dan Penatalaksanaan
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat