PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu dan perinatal merupakan tolok ukur kemampuan pelayanan kesehatan
suatu negara. Diantara negara ASEAN, Indonesia yang tergolong negara sedang berkembang,
mempunyai kontribusi angka kematian maternal sebesar 390/100.000 dan angka kematian
Di Indonesia, preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu penyebab utama dari
tingginya kematian maternal dan perinatal selain perdarahan dan infeksi. Kasus preeklampsia
terjadi sekitar 30 – 40% menyebabkan kematian ibu dan 30 – 50% menyebabkan kematian
jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan
urin sewaktu (Brooks MD, 2011). Akibat gejala preeklampsia, proses kehamilan
maternal terganggu karena terjadi perubahan patologis pada sistem organ. Penurunan
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga mortalitas janin meningkat,
Prawirohardjo, 2009).
Komplikasi yang timbul akibat preeklampsi mempengaruhi baik ibu maupun janin.
Salah satu komplikasi yang dapat timbul pada ibu adalah edema paru. Komplikasi edema paru
1
didapatkan sebanyak 3% dari seluruh komplikasi preeklampsia berat. Edema paru akut
adalah akumulasi cairan di paru-paru yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan
oleh tekanan intravaskular yang tinggi (edema paru kardia) atau karena peningkatan
permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya
ekstravasasi cairan secara cepat sehingga terjadi gangguan pertukaran udara di alveoli secara
progresif dan mengakibatkan hipoksia. Pada sebagian besar edema paru secara klinis
mempunyai kedua aspek tersebut di atas, sebab sangat sulit terjadi gangguan permeabilitas
tanpa adanya gangguan pada mikrosirkulasi atau sebaliknya. Walaupun demikian penting
sekali untuk menetapkan faktor mana yang dominan dari kedua mekanisme tersebut sebagai
pedoman pengobatan. Edema paru akut adalah suatu keadaan gawat darurat dengan tingkat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Preeklampsia
Salah satu gambaran khas pada preeklampsia adalah implantasi plasenta yang
Interaksi ini akan menyebabkan resistensi arteri desidualis menjadi rendah. Pada
preeklampsia invasi ini menjadi dangkal dan terjadi gangguan interaksi antara
endotel dan sitotrofoblas. Arteri spiralis menjadi tetap konstriksi, sehingga tidak
mampu mensuplai nutrisi dan oksigen yang cukup ke plasenta dan fetus.
endotel pada pembuluh darah ibu yang mana akan lebih lanjut mengganggu aliran
darah plasenta. Kadar zat vasokonstriktor, marker stress oksidatif dan sitokin pro
1. Definisi Preeklampsia
vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan
dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) dengan
nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).
3
2. Klasifikasi Preeklampsia
preeklampsia berat.
a. Preeklampsia ringan :
b. Preeklampsia berat :
pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun
ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah
baring.
2) Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang pasti. Namun, ada beberapa
5
plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral
dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan
d. Disfungsi endotel
6
Gejala dan tandanya dapat berupa :
a. Hipertensi
obstetrics, 2010).
konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24 jam
dipstik) atau > 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan menggunakan kateter
atau midstream yang diambil urin sewaktu minimal dua kali dengan jarak
waktu 6 jam.
berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase
7
c. Edema
tetapi jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang
meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema
lain dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu
a. Jantung
b. Otak
berfungsi. Jika autoregulasi tidak berfungsi, plasma dan sel-sel darah merah
c. Mata
atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasme arteri
8
retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi
d. Paru
persalinan. Hal ini terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak,
kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang
e. Hati
serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta.
hepatika.
onkotik plasma. Gangguan pada endotel dan penurunan tekanan onkotik akan
intravaskular.
f. Ginjal
asam urat plasma biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada
plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan
dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada beberapa
kasus preeklampsia berat, kreatinin plasma meningkat beberapa kali lipat dari
nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini
garam dan air. Retensi garam dan air terjadi karena penurunan laju filtrasi
reabsorpsi di tubulus.
10
Kelainan ginjal yang dapat dijumpai berupa glomerulopati, terjadi
g. Darah
dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Jika ditemukan
11
Pada ibu hamil dengan preeklampsia kadar peptida natriuretik atrium
juga meningkat. Hal ini terjadi akibat ekspansi volume yang menyebabkan
darah dan penurunan volume plasma. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke
dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga mortalitas janin
6. Penatalaksanaan Preeklampsia
eklampsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan
kehamilan sudah aterm, namun pada preeklampsia ringan dengan kehamilan yang
masih belum matur, maka penanganan konservatif dengan tirah baring dan
monitoring sampai usia kehamilan 37 minggu, atau bila ada penurunan kondisi ibu
atau janin.
12
Magnesium sulfat diberikan untuk pencegahan kejang, dan merupakan
antikejang pilihan karena jauh lebih efektif hingga 50% untuk pencegahan kejang
reseptor NMDA, pencegahan masuknya ion kalsium kedalam sel iskemia, proteksi
sel endotel dari cedera akibat radikal bebas, dan vasodilatasi selektif pada
kematian pada ibu, target tensi yang hendak dicapai adalah 160/110 (Stoelting
2013)
a. Sindroma HELLP
LDH >600, SGOT dan SGPT > 2x) dan penurunan kadar trombosit
(<100.000). 30% terjadi pada masa post partum. Terapi definitif adalah
b. Eklampsia
Adalah kejang atau koma yang terjadi pada pasien preeklampsia yang
tidak disebabkan oleh kondisi patologis yang lain. Gejala prodromal yang
13
dilaporkan meliputi sakit kepala atau perubahan penglihatan. Eklampsia bukan
B. Edema Paru
Edema paru akut adalah akumulasi cairan di interstisial dan alveoulus paru
yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan
hipoksia.
secara berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveolus paru-paru. Jika edema
timbul akut dan luas, sering disusul kematian dalam waktu singkat (Harun dan
Sally, 2009)
14
1. Kardiogenik atau edema paru hidrostatik atau edema hemodinamik.
ARDS
Edema paru non kardiogenik terjadi akibat dari transudasi cairan dari
Anafilaksis
15
a) Sindrom kongesti vena : Pemberian cairan yang berlebih, Transfusi
a) Sindrom nefrotik
b) Malnutrisi
4) Hiponatremia
besar daripada tekanan pleural maka cairan bergerak menuju pleura visceral
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri (18-25
16
a) meningkatnya kongesti paru akan menyebabkan desaturasi, menurunnya
fungsi jantung.
Hilangnya cairan edema dari ruang udara paru tergantung pada transpor aktif
natrium dan klorida melintasi barier epitel yang terdapat pada membran apikal sel
epitel alveolar tipe I dan II serta epitel saluran nafas distal. Natrium secara aktif
ditranspor keluar ke ruang instrstisial dengan cara Na/K-ATPase yang terletak pada
membran basolateral sel tipe II. Air secara pasif mengikuti, kemungkinan melalui
aquaporins yang merupakan saluran air yang ditemukan terutama pada epitel alveolar
sel tipe I.
17
3. Manifestasi Klinis
Gejala paling umum dari edema paru akut adalah sesak nafas. Gejala ini mungkin
dapat timbul secara berangsur-angsur jika prosesnya berkembang secara perlahan, atau
dapat timbul tiba-tiba pada kasus dari edema paru akut. Gejala-gejala umum lain
adalah mudah lelah, sesak nafas dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion),
Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada pasien-
pasien dengan edema paru. Pada pemeriksaan dengan stethoscope dapat mendengar
18
suara-suara paru yang abnormal, seperti ronkhi atau crakles (Soemantri, 2011).
Manifestasi klinis edema paru secara spesifik juga dibagi dalam 3 stadium:
a) Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas
CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak nafas saat
aktivitas. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin
adanya ronkhi pada saat inpsirasi karena terbukanya saluran nafas yang tertutup saat
inspirasi.
b) Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edema paru interstisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis
menebal (garis kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial,
akan lebih memperkecil saluran nafas kecil, terutama di daerah basal oleh karena
takipnea. Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi
perubahan saja.
c) Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi
hipoksemia dan hipokapsia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk berbuih
kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi
pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada
keadaan ini morfin harus digunakan dengan hati-hati (Ingram dan Braunwald,1988).
19
4. Diagnosis
beberapa kemiripan.
a. Anamnesis
misalnya adanya riwayat sakit jantung, riwayat gejala yang sesuai dengan
gagal jantung kronik. Edema paru akut kardiak, kejadiannya sangat cepat dan
terjadi hipertensi pada kapiler paru secara ekstrim. Keadaan ini merupakan
tertekan atau perasaan nyeri pada dada. Biasanya terdapat batuk yang sering
serta denyut nadi yang cepat dan lemah, biasanya penderita tampak sangat
b. Pemeriksaan Fisik
hipotensi atau teknan darah bisa meningkat. Pasien biasanya dalam posisi
duduk agar dapat mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih baik
dengan sputuk yang berwarna kemerahan (pink frothy sputum) serta JVP
lapangan paru atau lebih dan terdapat wheezing. Pemeriksaan jantung dapat
perifer, akral dingin dengan sianosis . Dan pada edema paru non kardiogenik
auskultasi di dapat ronki basah dan bergelembung pada bagian bawah dada.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
hematologi/ darah rutin, fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas
(BNP). BNP dan prekursornya pro BNP dapat digunakan sebagai rapid test
untuk menilai edema paru kardiogenik pada kondisi gawat darurat. Kadar BNP
Khususnya pada pasien gagal jantung, kadar pro BNP sebesar 100pg/ml akurat
sebagai prediktor gagal jantung pada pasien dengan efusi pleura dengan
sensitifitas 91% dan spesifitas 93% (Lorraine et al) . Richard dkk melaporkan
bahwa nilai BNP dan Pro BNP berkorelasi dengan LV filling pressure
(pasquate 2004). Pemeriksaan BNP ini menjadi salah satu tes diagnosis untuk
Radiologi
pedikel vaskuler dan vena azygos yang melebar serta sebagai tambahan
adanya garis kerley A, B dan C akibat edema instrestisial atau alveolar seperti
pada gambaran ilustrasi (Harun dan Sally, 2009). Lebar pedikel vaskuler < 60
mm pada foto thorax postero-anterior terlihat pada 90% foto thorax normal
dan lebar pedikel vaskuler > 85% ditemukan 80% pada kasus edema paru.
dan dengan diameter > 10 mm sudah pasti terdapat kelainan, namun pada
posisi foto thorax telentang dikatakan abnormal jika diameternya > 15 mm.
perifer menuju hilus yang disebabkan oleh distensi saluran anastomose antara
limfatik perifer dengan sentral. Garis kerley B terlihat sebagai garis pendek
dengan arah horizontal 1-2 cm yang terletak dekat sudut kostofrenikus yang
garis pendek, bercabang pada lobus inferior namun perlu pengalaman untuk
22
Gambar foto thorax dapat dipakai untuk membedakan edema paru
keterbatasan yaitu antara lain bahwa edema tidak akan tampak secara radiologi
sampai jumlah air di paru meningkat 30%. Beberapa masalah teknik juga
Ekhokardiografi
23
Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk mendeteksi disfungsi
EKG
iskemik atau infark miokard akut dengan edema paru. Pasien dengan krisis
kiri. Pasien dengan edema paru kardiogenik tetapi yang non iskemik biasanya
memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam setelah klinis
stabil dan menghilang dalam 1 minggu. Penyebab dari non iskemik ini belum
tekanan pada dinding, peningkatan akut dari tonus simpatis kardiak yang
Katerisasi Pulmonal
penyebab edema paru akut. Algoritma diagnosis edema paru kardiogenik dan
non kardiogenik:
24
C. Penatalaksanaan Edema Paru pada Komplikasi Preeklampsia Berat
obat-obatan antihipertensi. Bila tidak ada respon terhadap terapi atau keadaan
25
1. Pasien diposisikan supine dengan ganjal pada pinggul kiri untuk
MgSO4.
7. Setelah bayi dan placenta lahir, makan 20-80 unit oksitosin diberikan
dalam 1 liter cairan intravena pertama, dan 20 unit lagi pada 1 liter
meningkatkan tensi.
26
9. Bisa dipasang orogastric tube untuk melakukan pengosongan isi
2. Kehilangan kesadaran
3. Oxygen desaturation < 90% walau sudah diberi terapi oksigen yang
adekuat
6. Hypercapnia (PaCO2 > 10 mm increase) atau acidosis (pH decline > 0.08)
8. Abdominal paradox
27
1. Oksigenasi Adekuat : SpO2 > 92%, PaO2 > 60 mm Hg
3. Hemodinamik stabil
Penatalaksanaan selanjutnya :
sepsis
2. Ventilasi
rasa nyeri dada dan bila memungkinkan dapat dicapai paling baik dengan
ventilasi mekanik mungkin akan semakin besar sehingga pasien harus dirawat di
untuk mencegah alveoli menjadi kolaps. Tekanan jalan napas yang tinggi yang
terjadi pada ARDS dapat menyebabkan penurunan cairan jantung dan peningkatan
28
Salah satu bentuk teknik ventilator yang lain yaitu inverseratioventilation
lebih lama dengan tekanan yang lebih rendah. extra corporeal membrane
transport oksigen dan membuang CO2. Strategi terapi ventilasi ini tidak begitu
kebocoran kapiler paru. Caranya ialah dengan retriksi cairan, penggunaan diuretik
alveoli, tekanan darah yang adekuat untuk mempertahankan perfusi jaringan dan
darah sistemik dan curah jantung yang cukup terutama pada pasien dengan sepsis
(vasodilatasi sistemik).
29
terventilasi akan memperbaiki disfungsi ventilasi/perfusi sehingga dengan
d. Prone positioning, terbukti baik dalam oksigenasi karena terjadi shift perfusi
dan perbaikan gas exchage
f. Antiinflamasi
i. anti TNF-a
j. anti IL-1
k. activated protein C
30
l. antioksidan: N-asetilsistein, prosistein, oxygen free radical scavenger, dan
precursor flutathine h. agonis/inhibitor prostaglandin
Restriksi cairan pada pasien PEB telah disepakati oleh para ahli, namun
besaran jumlahnya masih bervariasi dari satu ke yang lain. Umumnya cairan maintenance
diberikan 75-125 ml/jam, dengan target urine 0,5 ml/kg/jam, bila didapatkan oligouria
atau tanda gangguan perfusi, bisa dilakukan fluid challenge secara bertahap dengan cairan
BAB III
KESIMPULAN
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan anatomis yang normal terjadi saat kehamilan,
adanya penyulit obesitas morbid, preeklampsia berat dan edema pulmo akan memberikan
31
tantangan yang lebih, karena keterbatasan opsi pengobatan dan waktu, yang mana harus
penyakitnya sendiri.
Komplikasi edema paru didapatkan sebanyak 3% dari seluruh komplikasi
preeklampsia berat, yang mana merupakan suatu keadaan yang sangat berbahaya dan
dapat terjadi kefatalan apabila tidak didiagnosis segera dan secara tepat.
Edema paru bisa dibagi menjadi kardiogenik dan non kardiogenik. Edema
paru non kardiogenik terjadi akibat dari transudasi cairan dari pembuluh-pembuluh
kapiler paru-paru ke dalam ruang interstisial dan alveolus paru-paru yang diakibatkan
selain kelainan pada jantung. Kelainan tersebut bisa diakibatkan oleh peningkatan
tekanan hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik (osmotik) antara kapiler paru dan
alveoli, dan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler paru yang bisa disebabkan
berbagai macam penyakit atau yang sering disebut dengan acute respiratory distress
teknik ventilator) dan optimalisasi hemodinamik (retriksi cairan, penggunaan diuretik dan
32
DAFTAR PUSTAKA
33
With Hypertensive Disorders in Pregnancy. In: The United States Hypertension
Pregnancy; 22: 203 – 12
34