Anda di halaman 1dari 12

MENURUNKAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA KLIEN

ASMA DENGAN SELF MANAGEMENT DI POLI PARU RSUD DR. R.


KOESMA TUBAN

Didik Suharsoyo, Winarti Eka Pratiwi

Korespondensi:
Didik Suharsoyo., d/a: Rumah Sakit Nahdlatul Ulama’ Tuban
E-mail:

ABSTRAK

Asma merupakan penyakit kronik yang dapat kambuh setiap saat selama pasien
terpapar dengan faktor pencetusnya. Oleh karena itu perlu adanya program yang
terintegrasi seperti self-management yang melibatkan pasien secara penuh
terhadap penatalaksanaan, pengambilan keputusan terhadap pengobatan, sehingga
pasien berperan aktif dalam melakukan manajemen terhadap penyakitnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan self-management
dengan frekuensi kekambuhan asma pada klien asma di poli paru RSUD Dr. R.
Koesma Tuban. Penelitian ini menggunakan desain korelasional yang melibatkan
36 responden yang diambil dengan stratified random sampling. Data diambil
dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji
Spearman Rank dengan tingkat signifikan α ≤ 0,05. Hasil Penelitian menunjukan
bahwa H1 diterima, sehingga terdapat hubungan self-management dengan
kekambuhan asma pada pasien asma (didapatkan ρ = 0,000 dimana nilai
significant < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara self-management dengan frekuensi kekambuhan asma pada pasien asma.
Program self-management merupakan cara paling efektif dan signifikan dalam
menurunkan angka frekuensi kekambuhan asma pada pasien asma, sehingga
kualitas hidup pasien asma dapat meningkat. Penelitian lanjutan yang terkait
program self-management pada pasien asma yang berbasis di pelayanan atau
komunitas perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas program ini di terapkan di
seluruh rumah sakit.

Kata kunci : Self-Management, Asma

ABSTRACT

Asthma is chronic desease which can replase every time during some factors
influence along inside. Consequently needing some program that can prevent all
those such as self-management where including of the patient to active in to this
management of their desease. The purpose of the study is to know about the
relationship of self-management and frequency of replase asthma to patient
asthma at lung poli RSUD Dr. R. Koesma Tuban. This research used
correlational design that involving 36 respondents who was taken by stratified
random sampling. Data was taken by using questionnaire. Data was analyzed by
using spearman rank test with significant level α ≤ 0,05. The result of research
showed that H1 accepted so there was relationship of self-management and
asthma desease to the patient (obtained ρ = 0,000 where significant value <
0,05). There fore, could be concluded that there is relationship self-management
and frequency of replease asthma to patient. Self-management program is most
effective and significant way in to decreasing the number of frequency replease of
asthma to patient, so quality of alive patient can increase. Advanced research
about self-management program to asthma patient which is supplied needs to be
done in order to determine the effective of this program which can be used to all
hospital.

Keywords: Self-Management, Asthma

PENDAHULUAN untuk kategori penyakit tidak


menular yaitu sebesar 4,5%. Angka
Tiga tahun terakhir ini banyak ini di dominasi oleh klien perempuan
ditemukan penderita asma yang dengan usia serangan terbanyak
mengalami kekambuhan, penderita adalah klien yang berusia kurang dari
asma yang sering mengalami 40 tahun. Prevalensi di Jawa Timur
kekambuhan saat ini belum dapat di yaitu 5,1%. Di Kabupaten Tuban
jelaskan. Asma merupakan masalah tahun 2014 dari bulan Januari sanpai
kesehatan di seluruh dunia, baik di dengan Agustus menurut hasil dari
negara maju atau di negara DINKES jumlah penderita asma
berkembang. Asma merupakan sebanyak 6147 jiwa. Dari data RSUD
gangguan inflamasi kronis disaluran Dr. R. Koesma Tuban di tahun 2012
nafas akibat hiperaktifitas bronkus terdapat 103 jumlah pasien asma,
yang ditandai dengan adanya sesak, tahun 2013 terdapat 146 jumlah
mengi, batuk produktif disertai pasien asma, dan tahun 2014 terdapat
dengan nyeri dada, terpapar dengan 147 pasien asma.
alergen seperti: debu, asap, bulu,
udara yang dingin,serbuk sari Survey awal yang di lakukan peniliti
makanan dan obat tertentu. (Backer di poli paru RSUD Dr. R. Koesma
et al, 2007). Tuban selama 3 hari terdapat 10
pasien asma yang memeriksakan diri.
Selama 15 tahun terakhir kasus asma Fenomena yang ada berdasarkan data
di negara maju dan negara kuesioner dan wawancara di
berkembang meningkat pesat. Asma dapatkan 6 (60%) pasien asma akut
menjadi 5 besar penyebab kematian intermiten yang mengalami
di dunia karena prevalensinya kekambuhan dan 4 (40%) pasien
mencapai 17,4%. (WHO, 2005). asma akut, dari 10 (100%) pasien.
Prevalensi asma di seluruh dunia Data di atas diharapkan kekambuhan
adalah sebesar 8-10% pada anak dan pada pasien asma dapat teratasi
3-5% pada dewasa dan dalam 10 dengan program self-management.
tahun terakhir ini meningkat sebesar
50% (Plottel, 2010). Prevalensi asma Program self-management pada klien
di Indonesia menurut hasil Riskesda asma meliputi: pemantauan sendiri
(2013) menempati angka tertinggi terhadap perubahan yang muncul,
pengetahuan yang cukup tentang Variabel independen dalam
penyakit asma dan faktor penelitian ini adalah pola adaptasi,
pencetusnya, pengetahuan tentang dan variabel dependen dalam
pengobatan, kepatuhan dalan penelitian ini adalah pemenuhan
konsumsi obat, kemampuan kebutuhan harga diri.
pengenalan gejala yang muncul dan
pemilihan secara mandiri terapi Peneliti menyerahkan surat perizinan
media yang akan dijalani. Program yang sudah didapatkan dari masing-
self-management, klien lebih masing instansi. Mengambil data
dilibatkan dalam pengambilan populasi yang sesuai dengan
keputusan dan rencana intervensi karakteristik inklusi di lapas kelas
terhadap kondisinya, sehingga akan IIB Tuban dan mengambil sampel
memunculkan rasa tanggung jawab dengan cara random sampling.
yang lebih besar terhadap dirinya Peneliti diantar oleh petugas di ruang
sendiri (Smith et al, 2007). blok dan semua narapidana
dikumpulkan diruang besar di blok.
Salah satu cara untuk mengurangi Peneliti memperkenalkan diri,
kekambuhan asma adalah dengan kemudian menjelaskan maksud dan
memodifikasi kondisi yang dapat tujuan. Peneliti mengumpulkan
mencetuskan gejala oleh klien responden yang akan dilakukan
dengan asma. Peneliti ingin penelitian dan menanyakan
mengetahui lebih dalam tentang self- kesediaan untuk menjadi responden,
management pada pasien asma jika bersedia maka diwajibkan
dengan kekambuhan asma. Sebagai menandatangani lembar persetujuan
tenaga kesehatan, perawat menjadi responden, namun jika
mempunyai peran penting dalam menolak peneliti tidak akan
menerapkan program ini agar terjadi memaksa dan menghormati hak-
peningkatan kualitas hidup pada haknya. Setelah setuju menjadi
klien dengan asma dan dapat responden, kuesioner diberikan dan
menurunkan frekuensi kekambuhan diisi oleh responden yang
pada pasien asma. sebelumnya sudah diberi tahu tata
cara pengisian kuesioner tersebut
peneliti ambil kembali pada hari
BAHAN DAN METODE yang sama. Setelah peneliti
PENELITIAN mendapatkan kuesioner tersebut,
peneliti mengecek kembali lembar
Desain penelitian ini adalah analitik kuesioner, apakah semua pertanyaan
korelasional dengan pendekatan sudah terjawab dengan lengkap dan
waktu cross sectional. Populasi siap untuk menganalisis. Penutup
penelitian ini adalah Narapidana di dan berterima kasih kepada
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B responden yang sudah bersedia
yang berjumlah 50 narapidana dan diteliti.
sampel penelitian ini adalah sebagian
dari populasi yang berjumlah 44 Setelah selesai penelitian, peneliti
narapidana yang memenuhi kriteria melakukan tabulasi data dari hasil
inklusi, dengan tekhnik sampling jawaban kuesioner yang disebarkan
Simple Random Sampling. kepada responden, dengan
menggunakan program SPSS versi
16.0 for windows dengan
menggunakan uji Chi Square dan
tingkat kemaknaan  = 0,05 p =
0,000 nilai p <  maka disimpulkan
H1 diterima berarti ada hubungan
yang signifikan, dengan tingkat
hubungan kuat antara pola adaptasi Tabel 1. Distribusi Responden
dengan pemenuhan kebutuhan harga Berdasarkan Pola
diri pada narapidana. Adaptasi di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas
IIB kab Tuban Tahun
HASIL PENELITIAN 2015

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola f (%)


dari 44 responden didapatkan Adaptasi
penilaian pola adaptasi secara adaptif Adaptif 19 43%
dan maladaptif. Data menunjukkan Maladaptif 25 57%
sebanyak 19 orang (43%) memiliki Total 44 100%
pola adaptasi adaptif dan 25 orang
(57%) (Tabel 1). Distribusi
berdasarkan pemenuhan kebutuhan Tabel 2. Distribusi Responden
harga diri didapatkan sebanyak 21 Berdasarkan Pemenuhan
orang (47,7%) menunjukkan Kebutuhan Harga Diri di
kebutuhan harga diri terpenuhi dan Lembaga
sebanyak 23 orang (52,2%) Pemasyarakatan Kelas
menunjukkan kebutuhan harga diri IIB Kab Tuban Tahun
tidak terpenuhi (Tabel 2). 2015

Hasil uji statistik dengan Chi Square Kebutuhan f (%)


menunjukkan ada hubungan antara harga diri
pola adaptasi dengan pemenuhan Terpenuhi 21 43%
kebutuhan harga diri pada narapidana Tidak 23 57%
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Terpenuhi
IIB Kabupaten Tuban yang Total 44 100%
dibuktikan dengan p=0,000 (Tabel
3).

Tabel 3. Hubungan Pola Adaptasi Dengan Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri


Pada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kab Tuban
Tahun 2015

Pola Adaptasi Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri Total


Terpenuhi Tidak Terpenuhi
Adaptif 15 (78,9%) 4 (21,1%) 19 (100%)
Maladaptif 6 (24%) 19 (76%) 25 (100%)
Jumlah 21 (47,7%) 23 (52,3%) 44 (100%)
Chi Square p=0,000
PEMBAHASAN Faktor yang mempengaruhi pola
adaptasi seseorang yang kedua
Berdasarkan hasil penelitian di adalah jenis kelamin. Responden
lapangan, faktor-faktor yang dapat dalam penelitian ini terbanyak
mempengaruhi pola adaptasi seorang berjenis kelamin laki-laki, dengan
narapidana antara lain, umur, jenis rincian jenis kelamin laki-laki yaitu
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sebanyak 40 (91%) responden,
lama menjalani hukuman. sedangkan responden dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 4 (9%)
Faktor pertama adalah umur. Pada responden.
penelitian ini, dari 44 responden
didapatkan jumlah umur terbanyak Wanita selalu merasa harga dirinya
adalah 17-30 tahun yaitu sebanyak lebih rendah dari pada pria seperti
16 (36%) responden dan 31-40 tahun perasaan kurang mampu,
yaitu sebanyak 16 (36%) responden kepercayaan diri yang kurang, atau
dengan rerata usia yaitu 35 tahun. merasa harus di lindungi (Ancok,
1988). Hal ini mungkin terjadi
Menurut Havighu RPST (1961) tugas karena peran orang tua dan harapan-
perkembangan adalah suatu tugas harapan masyarakat yang berbeda-
yang muncul pada periode tertentu beda baik pada pria maupun wanita.
dalam rentang kehidupan individu, Pendapat tersebut sama dengan
yang jika tugas itu dapat berhasil di penelitian dari Coopersmith (1967)
tuntaskan akan membawa yang membuktikan bahwa harga diri
kebahagiaan dan kesuksesan dalam wanita lebih rendah dari pada harga
menentukan tugas berikutnya. Di diri pria. Hal ini terbukti di lapangan,
tahap ini (usia 35 tahun), umumnya Narapidana laki-laki lebih bisa
seseorang sudah masuk kehidupan menerima keadaan dari pada wanita.
yang mapan. Orientasi psikologis Jika dilihat dari bentuk pola adaptasi
yang di cari bukan lagi tentang bahwa jenis kelamin juga sangat
identitas atau masih meraba-raba mempengaruhi kebutuhan harga diri
kecocokan profesi. Perkembangan dan rerata responden adalah laki-laki
psikologis yang hendak dicapai yang mempunyai harga diri yang
adalah kemampuan berbagi dan lebih tinggi dari pada perempuan,
memberikan manfaat bagi orang lain, dapat dilihat bahwa narapidana yang
ada juga orang yang mapan secara harga dirinya tidak terpenuhi cukup
materi. Responden dengan rerata usia tinggi yang disebabkan oleh faktor
35 tahun telah memasuki tahap yang lain.
dewasa awal. Jika dilihat dari pola
adaptasi pada narapidana hasil Faktor ketiga yang mempengaruhi
tersebut sesuai dengan yang pola adaptasi adalah pendidikan.
disampaikan oleh Havighu yaitu Hasil penelitian ini dapat diketahui
menunjukkan hasil yang maladaptif dari 44 responden yang didapatkan
dan disebabkan ketidakmampuan presentase responden tertinggi
untuk memenuhi kebutuhan sesuai terdapat pada responden dengan
dengan tugas perkembangan. pendidikan terakhir SMA yaitu 18
(40,9%) responden.
Menurut Friedman (2004) tercemarnya nama baik di
pendidikan berarti bimbingan yang masyarakat, hai ini yang dapat
diberikan oleh seseorang terhadap mempengaruhi pola adaptasi sulit
perkembangan orang lain menuju ke dilakukan dengan baik dan yang
arah suatu cita-cita tertentu. Makin menyebabkan harga diri tidak
tinggi tingkat pendidikan seseorang terpenuhi.
maka makin mudah dalam
memperoleh pekerjaan, sehingga Faktor kelima yang mempengaruhi
semakin banyak pula penghasilan pola adaptasi narapidana adalah lama
yang diperoleh. Sebaliknya menjalani hukuman. Hasil penelitian
pendidikan yang kurang akan ini menunjukkan dari 44 responden
menghambat perkembangan sikap didapatkan presentase tertinggi
seseorang terhadap nilai-nilai yang terdapat pada responden dengan
baru dikenal, pada hal ini pendidikan masa tahanan 3 bulan yaitu 18 (41%)
tertinggi adalah SMA yang responden dan rerata baru menjalani
mempunyai pola pikir pendidikan masa hukuman 2,9 bulan.
yang lebih tinggi dan mempunyai
pemahaman yang lebih tinggi di Menurut Meilina (2013) dampak
kalangan masyarakat luas sehingga psikologi yang dialami narapidana
tidak sedikit yang mempunyai pola banyak dialami oleh narapidana pada
fikir tentang nama baik seorang awal masa pidana. Hal tersebut
narapidana dimasyarakat sehingga dikarenakan narapidana
tidak menutup kemungkinan mereka membutuhkan waktu untuk
mempunyai harga diri yang rendah menyesuaikan diri dengan
dari pada tamatan dibawahnya. lingkungan. Jika dilihat data diatas
disebutkan bahwa narapidana rata-
Pekerjaan merupakan faktor keempat rata baru menjalani masa hukuman
yang mempengaruhi pola adaptasi 2,9 bulan waktu yang masih
seseorang. Dari 44 responden, dianggap kurang untuk beradaptasi
pekerjaan dengan presentase sehingga sebagiaan besar narapidana
tertinggi adalah petani yaitu 12 masih belum bisa beradaptasi dengan
(27%) responden. baik atau maladaptif.

Menurut friedman (2004), pekerjaan Komponen pola adaptasi terdiri dari


adalah simbol status seseorang segi pola adaptasi fisiologi, adaptasi
dimasyarakat. Pekerjaan jembatan konsep diri, adaptasi fungsi peran
untuk memperoleh uang dalam dan adaptasi interdependen (Herri
rangka memenuhi kebutuhan hidup Zan, 2010).
dan untuk mendapatkan tempat
pelayanan kesehatan yang Dari pola adaptasi yang pertama
diinginkan. Pekerjaan yang sehari- yaitu segi pola adaptasi fisiologi
harinya berkecimpung pada didapatkan presentase secara adaptif
masyarakat mempunyai harga diri yaitu sebanyak 22 (50%) responden
yang lebih rendah ketika bertemu sedangkan pola adaptasi fisiologi
orang lain dengan kasus yang secara maladaptif yaitu sebanyak 22
membelitnya dari pada orang yang (50%).
mempunyai pekerjaan di jalani
sendiri yang disebabkan oleh
Menurut Teori Calista Roy adaptasi Adaptasi konsep diri adalah
fisiologi adalah adanya perubahan keyakinan akan perasaan diri sendiri
fisik yang menimbulkan adaptasi yang mencakup persepsi, perilaku
secara fisiologis untuk dan respon, jika tidak dapat
mempertahankan homeostasis, jika melakukan pola adaptasi konsep diri
tidak dapat melakukan pola adaptasi dengan baik (maladaptif) yaitu
fisiologi dengan baik (maladaptif) menunjukan gangguan gambaran
yaitu menunjukkan terjadinya diri, ketidak efektifan harga diri,
hipoksia, syok, sakit kepala, sindrom trauma penenangkapan,
terjadinya diare, konstipasi, gatal, pencemaran nama keluarga,
tertunda penyembuhan luka, demam, kegelisahan, ketidak berdayaan, dan
dll. Sedangkan jika bisa melakukan terhapusnya hak kebebasan (Calista
pola adaptasi dengan baik (adaptif) Roy, 2009). Sedangkan jika bisa
yaitu melakukan proses pernapasan melakukan pola adaptasi dengan
yang seimbang, pola pertukaran gas baik (adaptif) proses transisi peran
yang stabil, transportasi gas yang yang efektif, perilaku peran dan
memadai, pola nutrisi sesuai ekspresi terintegrasi, peran primer,
keperluan tubuh yang memadai, sekunder dan tersier secara
kebutuhan metabolisme, pola terintegrasi, pola kinerja peran yang
eliminasi yang stabil, melakukan efektif, proses menghadapi
proses mobilitas yang terintegrasi, perubahan peran secara efektif dan
pergerakan yang cukup, pola tidur peran kinerja akuntabilitas.
yang efektif dan respon
penyembuhan yang efektif. Banyaknya narapidana yang
menyatakan gampang cemas 37
Hasil yang didapatkan peneliti di (84%) responden menunjukkan
lapangan menunjukkan belum bahwa pola adaptasi konsep diri sulit
terpenuhinya pola adaptasi fisiologi untuk bisa beradaptasi secara baik
secara keseluruhan yang salah atau adaptif terhadap narapidana
satunya ditunjukkan dengan keseluruhan.
banyaknya narapidana yang
mengeluh sakit kepala sebanyak 27 Pola adaptasi yang ketiga meliputi
(61,4%) responden. Keadaan tersebut segi fungsi peran. Dari hasil
yang mengakibatkan pola adaptasi penelitian ini didapatkan presentase
fisiologi sulit diterapkan secara baik pada pola adaptasi fungsi peran
atau adaptif terhadap narapidana secara adaptif yaitu sebanyak 24
keseluruhan. (54,5%) responden sedangkan pola
adaptasi fungsi peran secara
Pola adaptasi yang kedua adalah pola maladaptif yaitu sebanyak 20
adaptasi konsep diri. Pada penelitian (45,5%).
ini didapatkan presentase pada pola
adaptasi konsep diri secara adaptif Adaptasi fungsi peran adalah ketidak
yaitu sebanyak 21 (47,7%) seimbangan mempengaruhi fungsi
responden sedangkan pola adaptasi dan peran yang diemban seseorang,
konsep diri secara maladaptif yaitu jika tidak dapat melakukan pola
sebanyak 23 (52,2%). adaptasi fungsi peran dengan baik
(maladaptif) yaitu ditunjukan dari
tidak efektif peran, transisi peran
berkepanjangan, konflik peran, dan sikap yang tidak efektif pada pola
kegagalan peran (Calista Roy, memberi dan menerima, tidak efektif
2009). Sedangkan jika bisa pada pola ketergantungan dan
melakukan pola adaptasi dengan kemandirian, tidak efektif pada
baik (adaptif) yaitu proses transisi komunikasi, kurangnya keamanan
peran yang efektif, perilaku peran dalam hubungan, sistem pendukung
dan ekspresi terintegrasi, peran untuk kebutuhan kasih sayang dan
primer, sekunder dan tersier secara hubungan yang tidak efektif,
terintegrasi, pola kinerja peran yang pemisahan, kecemasan, pengasingan,
efektif, proses menghadapi kesepian, tidak efektifnya
perubahan peran secara efektif, peran pengembangan hubungan.
kinerja akuntabilitas dan integrasi Sedangkan jika bisa melakukan pola
peran secara efektif. adaptasi dengan baik (adaptif) yaitu
menunjukkan sikap kasih sayang
Data yang didapatkan peneliti di yang cukup, pada pola memberi dan
lapangan belum terpenuhinya pola menerima cinta, hormat, dan nilai
adaptasi fungsi peran secara yang stabil, pola ketergantungan dan
keseluruhan yang salah satunya kemandirian yang lebih efektif,
dengan banyaknya narapidana yang strategi mengatasi pemisahan dan
menyatakan tidak mampu memberi kesepian yang efektif, kecukupan
nafkah sebanyak 36 (81,8%) belajar perkembangan dan hubungan
responden dan yang menyatakan melalui komunikasi yang efektif,
berhasil sebagai orang tua sebanyak pemeliharaan kemampuan untuk
21 (47,7%) responden, keadaan memberikan perawatan dan
tersebut yang membuat pola adaptasi perhatian keamanan dalam
fungsi peran sulit untuk bisa berhubungan dengan orang lain
beradaptasi secara baik atau adaptif secara memadai dan sistem
terhadap narapidana keseluruhan. pendukung yang baik.

Komponen pola adaptasi yang Pada dasarnya yang didapatkan


keempat adalah interdependen. Dari peneliti pada pola adaptasi
44 responden penelitian ini interdependen di lapangan bahwa
didapatkan presentase pada pola ikatan emosional yang terjalin
adaptasi interdependen secara adaptif kepada istri, anak, keluarga, teman,
yaitu sebanyak 18 (41%) responden kelompok dan orang-orang yang
sedangkan pola adaptasi berada didekatnya yang sudah
interdependen secara maladaptif terjalin sudah lama harus terpisah
yaitu sebanyak 26 (59%) responden. dan banyaknya narapidana yang
menyatakan merasa kesepian 22
Menurut Teori Calista Roy adaptasi (50%) responden dan menyatakan
interdependen adalah kemampuan menjadi diperhatikan 30 (68,2%)
seseorang untuk mengintegrasikan responden. Keadaan tersebut yang
masing-masing komponen menjadi membuat pola adaptasi
satu kesatuan yang utuh, yang dapat interdependen sulit untuk bisa
dilihat dari tindakan atau perbuatan, beradaptasi secara baik atau adaptif
jika tidak dapat melakukan pola terhadap narapidana keseluruhan.
adaptasi interdependen dengan baik
(maladaptif) yaitu menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian yang kebutuhan harga diri yaitu 21
dilakukan di Lembaga (47,7%) responden.
Pemasyarakatan Kelas IIB
Kabupaten Tuban didapatkan bahwa Harga diri adalah suatu evaluasi atau
pola adaptasi secara maladaptif lebih hasil penilaian yang dilakukan oleh
tinggi dari pada adaptif, pola adaptasi diri sendiri terhadap kemampuan
fisiologi belum seluruhnya yang dimiliknya. Penilaian tersebut
narapidana dapat beradaptasi dengan dipengaruhi pengalaman yang
baik atau maladaptif yang diperoleh dari lingkungan sejak
disebabkan kapasitas yang melebihi masih kecil. harga diri tumbuh dan
jumlah narapidana yang masuk berkembang pada diri seseorang dari
mencapai 160%, ruangan yang kecil sejumlah penghargaan, penerimaan,
dan pertukaran oksigen yang tidak perlakuan yang diperoleh dari
memadai ketika malam hari. Pola lingkungan dalam hal hubungan
adaptasi konsep diri belum antara seseorang dengan
seluruhnya narapidana dapat lingkungannya. Perilaku yang
beradaptasi dengan baik atau ditampilkan seseorang baik positif
maladaptif yang disebabkan belum ataupun negatif, mencerminkan
bisa menerima keadaan dengan ihlas, harga diri yang dimilikinya menurut
adanya bentuk senior dan junior dan Coopersmith (Susanti, 2012).
tidak percaya terhadap kemampuan
diri sendiri. Pola adaptasi fungsi Berdasarkan hasil penelitian yang
peran belum seluruhnya narapidana dilakukan di lembaga
dapat beradaptasi dengan baik atau pemasyarakatan kelas IIB kabupaten
maladaptif yang disebabkan merasa Tuban didapatkan bahwa sebagian
sebagai orang tua yang gagal, tidak besar responden mengatakan harga
bisa memberi nafkah keluarga dan diri tidak terpenuhi seperti tidak
merasa menjadi beban keluarga. Pola percaya diri, perasaan takut
adaptasi secara maladaptif yang bersosialisasi, putus asa, perasaan
tertinggi adaptasi interdependen yang gelisah dan perasaan bersalah. Saat
disebabkan narapidana dilapas harus harga diri seseorang tidak terpenuhi,
terpisah dengan istri, anak, keluarga, maka responden akan mengalami
teman, kelompok dan orang-orang gangguan pada kepercayaan diri dan
yang berada didekatnya, dengan gangguan kepribadian sehingga
status narapidana status yang untuk melakukan pola adaptasi
dianggap bermasalah dan banyak secara baik atau adaptif sangat sulit
orang yang tidak mau menerimanya. untuk dijalankan di kehidupan
sehari-hari pada narapidana.
Dari hasil penelitian diketahui dari
44 responden, didapatkan hasil Hasil penelitian di lapangan dapat
bahwa pemenuhan kebutuhan harga diketahui bahwa dari 44 responden
diri pada narapidana di lembaga narapidana yang berada di Lembaga
pemasyarakatan kelas IIB kabupaten Pemasyarakatan Kelas IIB
Tuban sebagian besar narapidana Kabupaten Tuban didapatkan bahwa
tidak terpenuhi kebutuhan harga pada pola adaptasi pada narapidana
dirinya yaitu 23 (52,3%) responden maladaptif dengan kebutuhan harga
dan narapidana yang terpenuhi diri terpenuhi yaitu 6 (24%)
responden lebih rendah dari pada
pola adaptasi maladaptif dengan menetap dalam proses adaptasi
pemenuhan kebutuhan harga diri sehingga dapat menggambarkan
tidak terpenuhi yaitu 19 (76%) proses adaptasi itu sendiri dalam
responden, artinya bahwa kehidupan sehari-hari, baik dalam
pemenuhan kebutuhan harga diri interaksi, tingkah laku maupun dari
akan dapat terpenuhi jika pola adat-istiadat atau kebudayaan yang
adaptasi bisa secara adaptif. ada pada individu, pola adaptasi
dinilai dari segi adaptasi fisiologi,
Berdasarkan analisa dengan adaptasi konsep diri, adaptasi fungsi
menggunakan program SPSS versi peran dan adaptasi interdependen
16.0 for windows dengan (Herri Zan, 2010).
menggunakan uji Chi Square dan
tingkat kemaknaan  = 0,05 p = Menurut Lerner dan Spanier (1980),
0,000 nilai p <  maka disimpulkan harga diri adalah tingkat penilaian
H1 diterima berarti ada hubungan yang positif atau negatif yang
yang signifikan, dengan tingkat dihubungkan dengan konsep diri
hubungan kuat antara pola adaptasi seseorang, harga diri merupakan
dengan pemenuhan kebutuhan harga evaluasi seseorang terhadap dirinya
diri pada narapidana di Lembaga sendiri secara positif dan juga
Pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten sebaliknya dapat menghargai secara
Tuban dengan kata lain jika pola negatif.
adaptasinya maladapti maka
kebutuhan akan harga diri juga tidak Freyy & Carlock (Siahaan, 2008)
terpenuhi, begitu pula sebaliknya. mengemukakan ciri-ciri individu
yang memiliki harga diri yang positif
Pola adaptasi dalam penelitian ini (tinggi) dan harga diri yang negatif
adalah berbagai unsur yang sudah (rendah).
Skema 1 Rentang Respon Adaptasi
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktual diri Konsep diri Harga diri Keracuan depolarisasi


Positif rendah identitas

Proses pembentukan harga diri telah dan orang lain dengan demikian
dimulai saat bayi merasakan tepukan harga diri bukan merupakan faktor
pertama kali yang diterima orang yang bersifat bawaan melainkan
mengenai kelahirannya. Menurut faktor yang dapat dipelajari dan
Bradshaw (1981), harga diri sudah terbentuknya sepanjang pengalaman
terbentuk pada masa kanak-kanak individu. Pembentuk harga diri pada
sehingga seorang anak sangat perlu individu dimulai sejak individu
mendapatkan rasa penghargaan dari mempunyai pengalaman dan
orang tuanya proses selanjutnya interaksi sosial yang sebelumnya di
harga diri di bentuk melalui dahului dengan kemampuan
perlakuan yang diterima individu mengadakan persepsi, olok-olok,
dari orang lingkungannya, seperti hukuman, perintah, dan larangan
dimanja dan diperhatikan orang tua yang berlebihan akan membuat anak
merasa tidak dihargai menurut secara baik atau adaptif secara
Mukhlis (2000). keseluruhan. Ditemukan hubungan
yang signifikan antara pola adaptasi
Berdasarkan teori dan hasil dengan pemenuhan kebutuhan harga
penelitian yang dilakukan di lembaga diri pada narapidana di Lembaga
pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Pemasyarakatan Kelas IIB Kabupaten
Tuban didapatkan bahwa pola Tuban.
adaptasi secara adaptif dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan Saran
harga diri, sedangkan pola adaptasi
secara maladaptif dapat tidak Penulis menyarankan agar petugas
terpenuhinya pemenuhan kebutuhan lapas harus lebih mampu melihat
haga diri, yang sudah sesuai dengan kondisi warga binaannya atau
teorynya Freyy & Carlock yang narapidana terutama pada narapidana
tergambar pada rentang respon yang baru masuk pada lingkungan
adaptasi. Untuk meningkatkan pola yang baru, lapas juga harus mampu
adaptasi yang baik atau adaptif pada mengatasi dampak psikologis yang
narapidana dapat menggunakan atau dialami dengan memberikan
membentuk kelompok grup suport, kelompok terapi psikis, salah satunya
dan diperlukan juga bimbingan, yang dapat dilakukan adalah dengan
penyuluhan dan dorongan secara peer group support yaitu untuk
terus-menurus baik dari petugas mengendalikan dan mendapatkan
kesehatan, petugas lapas, keluarga bentuk pola adaptasi yang lebih baik,
dan warga binaan lapas lainnya lapas juga harus mendukung
sehingga narapidana bisa beradaptasi pembinaan kreatifitas narapidananya
dengan baik atau adaptif, supaya serta dapat menghindari adanya
dalam pemenuhan kebutuhan harga bentuk-bentuk diskriminatif
dirinya dapat terpenuhi demi narapidana yaitu pada narapidana
terciptanya kehidupan yang lebih konfensional, narapidana merah
baik pada narapidana dan mencegah putih dan narapidana dengan
terjadinya depresi dan penyakit kedudukan tinggi, semuanya harus
kejiwaan lainnya. mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama tanpa adanya perlakuan
yang berbeda.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan KEPUSTAKAAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pola adaptasi narapidana adalah
umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, dan lama menjalani
hukuman. Pola adaptasi dinilai dari
beberapa segi, antara lain pola
adaptasi fisiologi, konsep diri, fungsi
peran dan interdependen. Pada
narapidana empat pola adaptasi
masih sulit untuk bisa beradaptasi
Meilina, C.R. (2013). Dampak Psikologi Bagi Narapidan Wanita Yang
Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Dan Upaya Penangulangannya.
Tesis.lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280293...pdf
Notoatmodjo. (2007). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Susanti. (2012). Hubungan Harga Diri dan Psychological well-being pada wanita
lajang ditinjau dari bidang pekerjaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol.1 No.1 Hal.1-8.

Anda mungkin juga menyukai