Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Pasien

Asma Bronchiale Di Puskesmas Surulangun


Kabupaten Musi Rawas Utara
Tahun 2018
Heni Marlina
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Dehasen Bengkulu

Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran udara yang terkait dengan adanya
obstruksi aliran udara dan peningkatan resistensi saluran udara karena adanya respon untuk
berbagai rangsangan (Barnes, 2014). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan peran
keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma bronchiale di Puskesmas Surulangun
Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode Deksriftif
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Adapun responden ini adalah keluarga atau orang
tua pasien penderita penyakit asma bronchiale yang berobat ke Puskesmas Surulangun
Kabupaten Musi Rawas Utara berjumlah 63 orang.
Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak tingkat kekambuhan pasien asma bronchiale
sebesar 39 orang (61.9%) dan peran keluarga dengan kategori tidak baik dengan tingkat
kekambuhan pasien asma bronchiale sebesar 24 (38.1%) orang. Dari hasil analisa bivariat
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan
asma р value = 0.029. Diharapkan ada peningkatan tenaga promosi kesehatan di Puskesmas
dari segi kualitas dan kuantitasnya serta Puskesmas hendaknya dapat memberikan penyuluhan
tentang penyakit asma bronchiale baik secara kelebihan maupun kekurangannya.

Kata Kunci : Peran Keluarga, Asma Bronchiale

Relation of Family Role With Relapse Rate of Bronchiale Asthma Patient


at Puskesmas Surulangun North Musi Rawas
Regency 2018

Asthma is a chronic inflammatory disease of the airways associated with airflow


obstruction and increased airway resistance due to response to various stimuli (Barnes, 2014).
The purpose of this research is to know the relation of family role with recurrence rate of
bronchial asthma patient at Puskesmas Surulangun Regency of Musi Rawas Utara 2018. This
research uses analytical descriptive method with Cross Sectional approach. The respondents
are family or parents of patients with bronchial asthma disease who went to Puskesmas
Surulangun Musi Rawas Utara District amounted to 63 people.
The results of the study showed that the relapse rate of bronchial asthma patients was 39
people (61.9%) and the role of the family with the bad category with the recurrence rate of
bronchial asthma patients was 24 (38.1%) people. From the results of bivariate analysis
showed no significant relationship between the role of the family with asthma relapse rate р
value = 0.029. It is expected that there will be an increase of health promotion staff in
Puskesmas in terms of quality and quantity as well as Puskesmas should be able to give
counseling about bronchial asthma disease either in excess or deficiency.

Keywords: Family Role, Bronchiale Asthma

1
1. Pendahuluan
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran udara yang terkait dengan
adanya obstruksi aliran udara dan peningkatan resistensi saluran udara karena
adanya respon untuk berbagai rangsangan (Barnes, 2014).
Berbagai penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat di laporkan bahwa
prevalensi asma secara umum sebanyak 5 % atau sebanyak 12,5 juta penderita.
Benua Eropa, menyebutkan bahwa Skotlandia memiliki jumlah penderita asma
tertinggi di dunia. Skotlandia menduduki peringkat pertama sebagai negara yang
memiliki penderita asma tertinggi dengan persentase 18,4% orang penderita asma.
Di Inggris asma termasuk penyakit gangguan pernapasan kronis yang paling
umum pada masa anak-anak dengan prevalensi sekitar 10%.
Penyakit asma di negara Indonesia termasuk dalam sepuluh besar penyakit
penyebab kesakitan dan kematian. Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2014
menyebutkan asma adalah penyebab kematian ke-13 di
Indonesia. Namun, banyak orang tidak menyadari dirinya
menyandang asma maupun penyakit paru obstruktif kronis (PPOK
), yang sekaligus penyebab keterlambatan diagnosa dan tata
laksananya. Secara global, Indonesia berada di peringkat ke-20
untuk kematian terkait asma. Sekitar satu dari 22 orang
menderita asma (Riskesdas, 2013). Namun, hanya 54% yang
didiagnosis dengan hanya 30% kasus terkontrol dengan baik
(Penelitian Pasar Asma di Indonesia, 2015). Di Indonesia, asma
merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian yang hal itu
tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai
propinsi di Indonesia (Purba, 2012).
Agar asma terkontrol dengan baik maka dalam menghadapi asma perlu
dikembangkan, karena dengan kemandirian ini akan meningkatkan rasa percaya
diri, baik pada keluarga maupun penderita yang menderita asma. Untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kemandirian keluarga maupun penderita perlu
ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai asma serta segi-segi cara

2
..
penanggulangannya Masalah penanganan penderita yang tidak adekuat
disebabkan oleh keluarga tidak memahami kondisi penyakit dan pengobatannya
karena tidak dapat mendapat pengetahuan yang cukup tentang penyakit asma,
petugas medis kurang mampu mendiagnosis dengan tepat dan kurang mampu
melakukan penilaian beratnya penyakit asma sehingga berakibat pengobatan yang
dilakukan penderita kurang memadai.
Peran keluarga dapat memberikan kekuatan satu sama lain dan mampu
menciptakan suasana saling memiliki, untuk memenuhi kebutuhan pada
perkembangana keluarga, ini merupakan strategi preventif yang paling baik, untuk
meningkatkan dukungan sosial keluarga yang adekuat dalam membantu anggota
keluarga yang mengalami dalam kesehatan dan membutuhkan perhatian (Efendi,
2009).
Faktor pemicu asma anatara lain debu, polusi rokok yang ada dilingkungan
keluarga sehari-hari, dan asma merupakan penyakit kronis sehingga membutuhkan
pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur utuk mencegah kekambuhan
(Ikawati, 2007). Kekambuhan adalah peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala
yang sebelumnya sudah diperoleh kemajuan atau kesembuhan (Yosep, 2007).
Dari data dan survey awal yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik
untuk meneliti dengan judul “ Apakah ada hubungan peran keluarga dengan
tingkat kekambuhan pasien asma bronchiale di Puskesmas Surulangun Kabupaten
Musi Rawas Utara tahun 2018”.
2. Metode
Desain penelitian ini menggunakan penelitian Deskriftif Analitik dengan
rancangan penelitian Cross Sectional, dimana data yang menyangkut variable
bebas atau independent (peran keluarga) dan variable terikat atau dependen (tingkat
kekambuhan asma) dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara
dan Penelitian direncanakan pada bulan 20 Mei sampai 20 Juni 2018.
Berdasarkan data jumlah penderita penyakit asma bronchiale di Puskesmas
Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2017 yang berjumlah 63 orang,
maka Populasi yang digunakan dalam penelitian ini keluarga atau orang tua pasien
penderita penyakit asma bronchiale yang berobat ke Puskesmas Surulangun

3
Kabupaten Musi Rawas Utara Jumlah yang menjadi sampel pada penelitian ini
adalah 63 orang.

3. Hasil
Hasil pengolahan data dan karakteristik responden berdasarkan peran keluarga
responden dengan tingkat kekambuhan pasien asma bronchiale di Puskesmas
Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2018 dengan jumlah responden
sebanyak 63 responden didapatkan bahwa sebagian besar dari responden peran
keluarga dengan kategori baik sebesar 39 orang (61.9%) dan hampir sebagian dari
responden peran keluarga dengan kategori tidak baik sebesar 24 (38.1%) orang.
Hasil pengolahan data dan karakteristik responden berdasarkan tingkat
kekambuhan pasien asma bronchiale di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi
Rawas Utara tahun 2018 dengan jumlah responden sebanyak 63 responden
didapatkan sebagian kecil dari responden ada 14 (22.2%) responden jarang
mengalami kekambuhan asma bronchiale dan sebagian dari responden ada 32
(50.8%) responden kadang-kadang mengalami kekambuhan asma bronchiale serta
hampir sebagian dari responden ada 17 (27.0%) responden sering mengalami
kekambuhan asma bronchiale.
Hasil analisis Chi Square di dapat р ═ 0.029 ( р < α 0.05 ) dengan demikian
ada hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma
bronchiale.
4. Pembahasan
Dari 24 responden peran keluarga kategori tidak baik ada 12 (50.0%) responden
kadang-kadang mengalami kekambuhan asma bronchiale. Dari 39 responden
dengan peran keluarga kategori baik ada 20 (51.3%) responden kadang-kadang
mengalami kekambuhan asma bronchiale.
Hasil analisis Chi Square di dapat р ═ 0.029 ( р < α 0.05 ) dengan demikian
ada hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma
bronchiale.
Hal ini sesuai dengan penelitian Iris (2008) yang mengatakan peningkatan
prevalensi penyakit asma disebabkan polusi udara, gaya hidup masyarakat dan
kurangnya pengetahuan keluarga mengenai kondisi penyakit dan pengobatan pasien
tersebut (Iris, 2008).
Selain itu peran keluarga dapat memberikan kekuatan satu sama lain dan
mampu menciptakan suasana saling memiliki, untuk memenuhi kebutuhan pada
perkembangana keluarga, ini merupakan strategi preventif yang paling baik, untuk
meningkatkan dukungan sosial keluarga yang adekuat dalam membantu anggota
keluarga yang mengalami dalam kesehatan dan membutuhkan perhatian (Efendi,
2009).

4
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari Taufik (2014),
bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan asma.
Nurdiana, dkk (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan
antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien. Peran serta keluarga
adalah satu usaha untuk mengurangi angka kekambuhan, hal ini karena keluarga
merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada
setiap keadaan sehat sakit klien.
Usaha untuk menjaga agar tidak kambuh juga bergantung pada pengetahuan
klien terhadap penyakitnya, karena dengan pengetahuannya tersebut klien memiliki
alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Informasi dan pengetahuan
tentang asma sangat penting dimana yang harus diajarkan kepada pasien adalah
mengenal faktor pemicu serangan asma pada dirinya serta pemahaman tentang
pencegahan, perawatan dan kerja obat asma. Strategi ini mengurangi frekuensi
gejala, eksaserbasi, dampak asma pada gaya hidup serta kekambuhan pada asma
(Chang, 2010).
5. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai Hubungan Peran Keluarga Dengan
Tingkat Kekambuhan Pasien Asma Bronchiale Di Puskesmas Surulangun
Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018. Di dapatkan sebagai berikut :
Sebagian besar dari responden peran keluarga diperoleh hasil tertinggi yaitu
kategori baik. Sebagian besar dari responden tingkat kekambuhan pasien asma
bronchiale diperoleh hasil tertinggi yaitu kadang-kadang Ada hubungan yang
bermakna antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma
bronchiale di puskesmas surulangun kabupaten musi rawas utara tahun 2018
dengan р value 0.029.
6. Daftar Pustaka
1. Ana, 2015. 6 Faktor Penyebab Asma Paling Umum. Diakseshttp://halosehat.com
tanggal 2 Januari 2018
2. Arikunto Suharsimi, Prof, Dr, 2002 Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
3. Aryandani, R. 2010 Anak Sehat Bebas dari Asma. Golden Book.
Yogyakarta ; 2010
4. Astuti, 2010. Paparan Asap Dalam Rumah, Hewan Peliharaan, Lingkungan
Tempat Tinggal Dan Social Ekonomi Dengan Kejadian Asma Bronchiale Pada
Anak. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol 26 No 3
5. Barnes, K., & Kapoor, R. 2014. Paediatrics. London New York Oxford
Philadelphia, Sydney: Elsevier.
6. Chang, Esther et al. 2009. Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.
Jakarta: EGC
7. Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas Utara, 2017Data Penyakit Asma
Bronchiale
8. Dorland, 2002. Buku Saku Kedokteran. Jakarta : EGC

5
9. Efendi, 2009. Pengertian keluarga. Jakarta : Penerbit Medika
10. Effendy Nasrul, Drs, 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,
Edisi 2, EGC, Jakarta
11. Fordiastiko, 2008. Asma dan Seluk-Beluknya. Simposium awam, Mengetahui
Diagnosis dan Pengobatan Asma. PDPI. Semarang.2005
12. Harahap dkk, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung : Balai Pustaka
13. Ikawati, Z. 2006. Farmakoterapi penyakit system pernafasan. Yogyakarta :
Fakultas Farmasi UGM
14. Iris, R. 2008. Diagnosis dan tatalaksana penyakit asma. Majalah Kedokteran
Indonesia. Vol 58 no.1
15. Nelson WE, 2008. Ilmu Kesehatan Anak.Terjemahan Wahab S. Vol I:
Jakarta. Penerbit EGC. 1996:775.
16. Notoatmodjo Soekidjo, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakart
17. __________________, 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
18. __________________, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
19. Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta
20. Purnomo, 2008. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
asma bronchiale (Studi Kasus Di RS Kabupaten Kudus) Semarang: FKM
UNHAS UP
21. Purba, 2012. Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma Oleh Pasien Asma.
Artikel Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
22. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes. Depkes RI. 2013. Diakses: 27
Januari 2018 dari website www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013. Pdf
23. Suprajitno, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta : EGC
24. Yosep, 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai