Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA BRONKHIAL DENGAN

MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS


(Studi di Ruang HCU Melati RSUD Bangil Pasuruan)

Resty Ambarsari1 Dwi Prasetyaningati2 Agustina Maunaturrohmah3


123
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email : rastyambarsarii@gmail.com 2email : dwiprasetya_82@yahoo.com 3email :
agustina.rohmah30@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan Asma bronkhial merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang
banyak dijumpai di masyarakat. Saluran pernapasan tersebut bereaksi mengalami
penyempitan dan menghalangi udara yang masuk sampai menimbulkan manifestasi klinis
sehingga muncu masalah salah satunya ketidakefektifan pola napas. Tujuan umum mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien asma dengan masalah ketidakefektifan pola
napas di ruang hcu melati RSUD Bangil Pasuruan. Metode penelitian ini menggunakan
metode studi kasus, partisipan pada kasus ini dilakukan pada 2 klien ama bronkhial dengan
masalah ketidakefektifan pola napas. Hasil pengkajian keperawatan yang dilakukan kepada
klien 1 dan klien 2 terdapat perbedaan, pada klien 1 mengeluhkan sessak, batuk dan pusing.
Sedangkan klien 2 mengeluhkan sesak, batuk, dan nyeri dada. Pada klien 1 tidak terdapat
napas tertinggal dan klien 2 terdapat napas tertinggal. Kesimpulan berdasarkan evaluasi
keperawatan pada klien 1 dan klien 2 hari pertama sampai hari ketiga teratasi sebagaian klien
belum menunjukkan kemajuan yang signifikan akan tetapi ada perkembangan kesehatan
klien jauh lebih membaik dari sebelumnya. Saran bagi pasien dan keluarga diharapkan
keluarga klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan serta mau menerima dan melaksanakan peraturan yang
telah ditetapkan oleh ruangan dan menjaga komunikasi yang baik antar anggota keluarga
karena salah satu faktor pencetus timbulnya sesak adalah stress.

Kata kunci: asma bronkhial, ketidakefektifan pola napas, saluran pernapasan.

NURSING ASSOCIANTION IN BRONKHIAL ASMA CLIENTS WITH THE


INFECTIVE PERPBLEM OF THE STUDY OF NAFAS PATTERNS
(Study In The HCU Melati Space General Hospital Bangil Pasuruhan Area)

ABSTRACT

Introduction Bronchial asthma is one of the respiratory diseases that are often found in the
community. The respiratory tract reacts to narrowing and blocking the incoming air to cause
clinical maifestations, causing problems, one of which is the ineffective breathing pattern.
The purpose general objective is able to carry out nursing care for asthma clients wih the
problrm of inrffective breathing patterns in the jasmine room of Bangil Pasuruan Regional
Hospital. The method of this study used the case study method. Participants in this case
were performed on 2 bronchial asthma clients with problems with ineffective breating
patterns. The results of the nursing assessment conducted for client 1 and client 2 are
different. In client 2 complained of tightness, coughing and chest pain. In client 1 there was
ni langging breath and client 2 had langging breath. Conclusions based on the evalution of
nursing on client 1 and 2 the first day until the third day is fied as the client has not shown
significant progress but there is a much improved development of the client’s health than
before. Suggestions for patients and families are expected that the client's family will
participate in care and treatment in an effort to accelerate the healing process and be
willing to accept and implement the rules set by the room and maintain good communication
between family members because one of the triggers for congestion is stress.

Keywords: bronchial asthma, ineffective breathing patterns, respiratory tract.

menderita asma (Profil Kesehatan Jawa


PENDAHULUAN Timur, 2019).

Asma bronkhial salah satu penyakit Asma bronkhial merupakan salah satu
saluran pernapasan yang banyak dijumpai penyakit saluran pernafasan yang banyak
di masyarakat. Asma bronkhial merupakan dijumpai di masyarakat. Asma adalah
suatu penyakit pada jalan napas yang penyakit saluran nafas ditandai oleh
disebabkan oleh stimulus tertentu yang peningkatan daya responsif percabangan
menyerang bagian trachea dan bronki. trakeobronkial terhadap berbagai jenis
Asma bronkial dapat menyerang dari stimulus (isselbacher et al, 2015). Asma
semua golongan usia dari usia anak-anak adalah suatu penyakit heterogen dengan
hingga dewasa yang paling umum terjadi interaksi berbagai yaitu faktor genetik
pada anak anak dan sebagaian besar yang meliputi predisposisi genetik, atopi,
kematian terjadi pada orang dewasa. Klien dan hipersensitivitas saluran nafas dan
yang mengalami ketidakefektifan pola faktor lingkungan yang meliputi alergen
napas akan mengalami penurunan ventilasi dalam rumah, alergen luar rumah,
yang aktual atau potensial yang disebabkan lingkungan kerja, perokok pasif dan infeksi
oleh perubahan pola napas. Faktor yang saluran nafas (Loscanzo, 2016).
mempengaruhi terjadinya asma bronkhial
meliputi faktor alergi, faktor non alergi, Asma ditandai dengan kontraksi spastic
faktor psikologi, faktor genetik atau dari otot polos bronkhiolus yang
keturunan dan faktor lingkungan. menyebabkan sukar bernafas. Penyebab
Ketidakefektifan pola napas ditandai yang umum adalah hipersesitivitas
dengan adanya suara mengi, sesak napas, bronkhiolus terhadap benda-benda asing di
penggunaan otot bantu napas (Bintari udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
Retna, 2018). alergi diduga terjadi dengan cara, seorng
yang alergi mempunyai kecenderungan
Word Health Organization (WHO) tahun untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
2018, ada 383.000 orang meninggal akibat abnormal dalam jumlah besar dan antibody
menderita asma bronkhial. sebagian besar ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi
kematian terkait asma bronkhial terjadi di dengan antigen spefisikasinya (Prasetyo,
Negara berpenghasilan rendah dan 2014)
menengah kebawah. Indonesia pada tahun
2015 kematian akibat penyakit asma Antibody ini terutama melekat pada sel
bronkhial, data Nasional terdapat 3,55% yang terdapat pada interstisial paru yang
penderita asma bronkhial dengan masalah berhubungan erat dengan bronkhiolus dan
ketidakefektifan pola nafas. Provinsi Jawa bronkhus keil. Seseorang yang menghirup
Timur sebesar 4,45% yang menderita alergen bereaksi dengan antibody Ig E
penyakit asma bronkhial dengan masalah orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
ketidakefektifan pola nafas (Profil dengan antibody yang telah terlekat pada
Kesehatan Indonesia, 2018). Penderita sel dan menyebabkan sel ini akan
ketidakefektifan pola nafas 2,7% (DepKes mengeluarkan berbagai macam zat,
2018). Daerah Pasuruan mendapat diantaranya histamin. Efek gabungan dari
semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
peringkat 2 se-Jawa Timur diperkirakan edema lokal pada dinding bronkhiolus
sebesar 172 per 1000 penduduk yang kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhiolus dan spasma otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan dalam sebuah penulisan Karya Tulis
tahanan saluran napas menjadi sangat Ilmiah (KTI) Yang berjudul “ Asuhan
meningkat (Prasetyo, 2014). Keperawatan Pada Klian Asma Bronkhial
Dengan Masalah Ketidakefektifan Pola
Asma bronkial merupakan penyakit kronis Napas.
yang ditandai dengan peningkatan
kepekaan bronkus terhadap berbagai Batasan Masalah studi kasus ini dibatasi
rangsangan sehingga mengakibatkan pada “Asuhan Keperawatan Pada Klien
penyempitan saluran pernafasan yanng Asma Dengan Masalah Ketidakefektifan
luas. Penderita asma bronkhial akan Pola Napas” Di Ruang HCU Melati RSUD
muncul reaksi terhadap faktor pencetus Bangil Pasuruan.
seperti alergen, perubahan cuaca,
lingkungan kerja dan stress, penyebab Rumusan Masalah Bagaimanakah Asuhan
yang mengakibatkan inflamasi saluran Keperawatan pada Klien yang mengalami
pernafasan atau reaksi hipersensitivitas. Asma Bronkhial Dengan masalah
Ketidakefektifan pola napas menjadi Ketidakefektifan Pola Napas di RSUD
masalah utama yang sering muncul pada Bangil Pasuruan ?
klien asma bronkhial. Kedua faktor
tersebut akan mengakibatkan kambuhnya Tujuan Umum Melaksanakan Asuhan
asma dan dapat mengakibatkan penderita Keperawatan pada Klien Asma Bronkhial
akan kekurangan udara hingga kesulitan dengan masalah Ketidakefektifan Pola
bernafas klien yang asma bronkhial dengan Napas. Tujuan Khusus Melakukan
masalah ketidakefektifan pola napas akan Pengkajian Asuhan Keperawatan pada
mengalami kematian apabila klien tidak di Klien Asma Bronkhial dengan masalah
tangani segera (Dharmayanti, 2015). Ketidakefektifan Pola Napas RSUD Bangil
Pasuruan. Menetapkan Diagnosis
Strategi penatalaksanaan upaya yang keperawatan pada klien yang mengalami
penting dalam menyembuhkan dengan Asma Bronkhial dengan masalah
perawatan yang tepat merupakan tindakan Ketidakefektifan Pola Napas di RSUD
utama dalam menghadapi klien penderita Bangil Pasuruan. Menyusun perencanaan
asma, untuk mencegah komplikasi yang keperawatan pada klien yang mengalami
lebih fatal dan diharap klien dapat segera penyakit Asma Bronkhial dengan masalah
sembuh. Penanganan utama pada penderita Ketidakefektifan Pola Napas.
asma bronkhial, lakukan tindakan Melaksanakan Tindakan Keperawatan
pemberian oksigen melalui masker pada klien yang mengalami penyakit Asma
maupun kanul nasal. Posisikan klien Bronkhial dengan masalah
senyaman mungkin atau dudukan klien Ketidakefektifan Pola Napas di RSUD
semifowler, lakukan pemberian inhalasi Bangil Pasuruan. Melakukan evaluasi pada
nebulizer, terapi pemberian obat, lakukan klien yang mengalami Asma Bronkhial
fisioterapi dada dan ajarkan klien berlatih dengan masalah Ketidakefektifan Pola
pernapasan agar klien dapat mengontrol Napas.
pernapasannya, anjurkan pasien minu
minuman yang hangat. Kerja sama dengan Manfaat teoritis study kasus ini adalah
tim medis serta melibatkan klien dan untuk pengembangan ilmu keperawatan
kluarga sangat diperlukan agar perawatan terkait asuhan keperawatan pada klien
dapat berjalan dengan lancar (Claudia, asma bronkhial dengan masalah
2014). ketidakefektifan pola napas. Manfaat
Praktis Sebagai sarana informasi bahan
Berdasarkan latar belakang dan data yang pertimbangan untuk menambah wawasan,
saya dapat penulis tertarik untuk dan keterampilan perawat, klien, keluarga
mengetahui dan mempelajari lebih lanjut klien dalam meningkatkan pelayanan pada
tentang penyait gangguan sistem klien asma bronkhial dengan masalah
pernapasan pada penyakit asma bronkhial ketidakefektifan pola napas.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ditetapkan yaitu sejak pertama klien MRS
sampai klien pulang, atau klien yang di
Desain penelitian menggunakan metode rawat minimal 3 hari. Jika selama 3 hari
studi kasus. Studi kasus merupakan klien sudah pulang, maka perlu
rancangan penelitian yang mencakup penggantian klien lainnya yang
pengkajian satu unit penelitian secara mempunyai kasus sama. Penelitian
intensif. Sangat penting untuk mengetahui proposal karya tulis ilmiah dimulai pada
variabel yang berhubungan dengan bulan Februari- April 2020.
masalah penelitian. Rancangan suatu studi Pengumpulan data adalah suatu proses
kasus bergantung pada keadaan kasus pendekatan kepada subyek dan proses
namun tetap mempertimbangkan faktor pengumpulan karakteristik subjek yang
penelitian waktu. Riwayat dan pola diperlukan dalam suatu penelitian.
perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara Langkah-langkah pengumpulang data
terperinci. Keuntungan yang paling besar bergantung rancangan penelitian dan
dari rancangan ini adalah pengkajian teknik instrumen yang digunakan
secara terperinci meskipun jumlah (Nursalam, 2015).
respondenya sedikit, sehingga akan
didapatkan gambaran satu unit subjek Wawancara berisi tentang identitas klien,
secara jelas (Nursalam, 2015). keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-
Penelitian ini adalah penelitian untuk dahulu-keluarga dll. Dalam mencari
mengeksplorasi masalah asuhan informasi, peneliti melakukan 2 jenis
keperawatan pada klien asma dengan wawancara, yaitu autoanamnesa
masalah ketidakefektifan pola nafas di (wawancara yang dilakukan dengan subjek
Ruang HCU Melati RSUD Bangil klien) dan aloanamnesa (wawancara
Pasuruan. dengan keluarga klien). Wawancara
merupakan cara mengumpulkan informasi
Batasan istilah dalam kasus ini adalah dari klien. Wawancara ini juga dapat
asuhan keperawatan pada klien yang disebut sebagai riwayat keperawatan. Jika
mengalami asma dengan masalah wawancara tidak dilakukan ketika klien
ketidakefektifan pola nafas di Ruang HCU masuk keperawatan fasilitas kesehatan,
Melati RSUD Bangil Pasuruan, maka wawancara ini dapat disebut sebagai
penyusun studi kasus harus menjabarkan wawancara saat masuk. Ketika seorang
tentang konsep dasar asma dengan masalah dokter mengumpulkan informasi ini maka
masalah ketidakefektifan pola nafas. disebut sebagai riwayat medis. Pada
Batasan istilah disusun secara naratif dan beberapa area, perawat terdaftar mengkaji
apabila diperlukan, ditambahkan informasi riwayat keperawatan, dengan dibantu oleh
kualitatif sebagai ciri dari batasan yang mahasiswa keperawatan. Mengkaji data
dibuat oleh penulis. dan bekerja sama dengan tim untuk
memformulasi diagnosis keperawatan dan
Partisipan pada kasus ini adalah 2 klien merencanakan asuhan keperawatan
asma dengan masalah ketidakefektifan (Nursalam, 2015).
pola nafas. Dengan kriteria subjek: 2 klien
asma bronkhial di ruang hcu melati. 2 klien Observasi dan pemeriksaan fisik Observasi
yang kooperatif. 2 klien mengalami Observasi adalah perangkat pengkajian
ketidakefektifan pola napas. 2 klien yang yang berstandar pada penggunaan lima
menderita asma bronkhial. 2 klien yang indra (penglihatan, sentuhan, pendengaran,
sudah 3 hari di awat. penciuman, dan pengecapan) untuk
mencari informasi mengenai klien
Lokasi studi kasus ini rencananya akan (Caroline, 2014). Pemeriksaan fisik adalah
dilaksanakan di Ruang HCU Melati RSUD sarana yang digunakan oleh penyedia
Bangil jalan Raya Raci – Bangil, layanan kesehatan yang membedakan
Balungbendo, Masangan, Bangil, struktur dan fungsi tubuh yang normal dan
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Waktu abnormal.pemeriksaan fisik dapat
dilakukan dengan lima cara yaitu dapat dipertanggungjawabkan secara
observasi, inspeksi, palpasi, auskultasi, dan ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh
perkusi. Hal itu dilakukan untuk manusia itu sendiri terutama peneliti
menunjang dan memperoleh data objektif karena keterbatasan pengalaman, waktu,
(Caroline, 2014). pengetahuan. Cara untuk menetapkan
bahwa proses penelitian dapat
Studi dokumentasi Penelitian ini penulis dipertanggungjawabkan melalui audit
menggunakan metode studi dokumentasi. dipendability oleh dosen pembimbing.
Peneliti mengumpulkan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari Kepastian (Confermability) Kriteria ini
dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat digunakan untuk menilai hasil penelitian
berupa gambar, tabel atau daftar periksa, yang dilakukan dengan cara mengecek
hasil laboratorium, status pasien dan data dan informasi serta interpretasi hasil
lembar observasi yang dibuat (Caroline, penelitian yang didukung oleh materi yang
2014). ada daftar pustakanya.

Uji keabsahan data dalam penelitian Analisis data dilakukan sejak peneliti
kualitatif ada 3 cara untuk mencapai dilapangan, sewaktu pengumpulan data
keabsahan data, yaitu: Creadibility sampai dengan semua data terkumpul.
(kepercayaan); dependability Analisis data dilakukan dengan cara
(ketergantungan); Confermability mengemukakan fakta, selanjutnya
(kepastian). Dalam penelitian kualitatif ini membandingkan. Dengan teori yang ada
memakai 3 macam antara lain (Saryono dan selanjutnya ditiangkan dalam opini
dan Anggraeni, 2014) pembahasan (Nursalam, 2015).

Kepercayaan (Creadibility) Kreadibilitas Teknik analisis yang digunakan dengan


data dimaksudkan untuk membuktikan cara menarasikan jawaban-jawaban dari
data yang berhasil dikumpulakan sesuai penelitian yang diperoleh dari hasil
dengan sebenarnya. Ada beberapa kegiatan interpretasi wawancara mendalam yang
yang dilakukan untuk mencapai dilakukan untuk menjawab rumusan
kreadibilitas ialah: Memperpanjang cara masalah penelitian. Teknik analisis
observasi agar cukup waktu untuk digunakan dengan cara observasi oleh
mengenal respondens, lingkungan, peneliti dan studi dokumentasi yang
kegiatan serta peristiwa-peristiwa yang menghasilkan data yang selanjutnya untuk
terjadi. Hal ini sekaligus untuk mengecek diinterpretasikan oleh peneliti
informasi, guna untuk dapat diterima dibandingkan dengan teori yang ada
sebagai orang dalam. Pengamatan terus- sebagai bahan untuk memberikan
menerus, agar penelitian dapat melihat rekomendasi dalam intervensi tersebut,
sesuatu secara cermat, terinci dan urutan dalam analisis adalah (Nursalam,
mendalam sehingga dapat membedakan 2015) : Pengumpulan data merupakan
mana yang bermakna dan mana yang tidak suatu proses pendekatan kepada subyek
bermakna. Triagulasi berupa pengumpulan dan proses pengumpulan data tergantung
data yang lebih dari satu sumber, yang dari desain penelitiaan . Langkah-langkah
menunjukkan informasi yang sama. Peer pengumpulan data tergantung dari desain
debriefing dengan cara membicarakan dan tehnik instrumen yang digunakan.
masalah penelitian dengan orang lain, dan Proses pengumpulan data studi kasus ini
tanya jawab dengan teman sejawat. terdapat tiga tahapan yaitu: data
dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara,
Ketergantungan (dependability) Kriteria observasi, dokumen), data yang
ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian dikumpulkan terkait dengan data
akan terjadinya kemungkinan kesalahan pengkajian, diagnosis, perencanaan,
dalam mengumpulkan dan tindakan implementasi dan evaluasi.
mengintrepretasikan data sehingga data
Penyajian data dapat dilakukan dengan HASIL PENELITIAN
tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan Hasil
jalan mengaburkan identitas dari
partisipan. Gambaran lokasi Pengumpulan data pada
penelitian dengan judul Asuhan
Kesimpulan Dari data yang disajikan, Keperawatan Pada Klien Asma Bronkhial
kemudian data dibahas dan dibandingkan Dengan Masalah Ketidakefektifan Pola
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan Napas. Data diambil di ruang HCU Melati
secara teoritis denga perilaku kesehatan. RSUD Bangil Pasuruan di Lakukan di
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan Rumah Sakit Umum Daerah Bangil
metode induksi. Data yang dikumpulkan Pasuruan, Jl. Raya Raci Kecamatan Bangil,
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, Kabupaten Pasuruan.
perencanaan, tindakan dan evaluasi.
Pengkajian data
Etik Penelitian Secara umum prinsip etika
dalam penelitian atau pengumpulan data Pengkajian keperawatan berdasarkan data
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu subjektif antara dua klien didapatkan
prinsip manfaat, prinsip menghargai, hak- keluhan yang tidak sama, klien 1
hak subjek, dan prinsip keadilan. mengeluhkan mual muntah dua kali dan
Selanjutnya diuraikan sebagai berikut pusing, sedangkan klien 2 mengeluhkan
menurut (Nursalam, 2015) menyatakan nyeri dada klien juga memiliki riwayat
bahwa: Informed consent Subjek harus gagal jantung.
mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan Brunner & Suddarth (2016) menjelaskan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas bahwa manifistasi klinis dari penyakit
berpartisipasi atau menolak menjadi asma yaitu : batuk, dengan atau tanpa
responden. Pada informed consent juga disertai produksi mukus, dispnea dan
perlu dicantumkan bahwa data yang mengi, pertama-tama pada ekspirasi,
diperoleh hanya akan dipergunakan untuk kemudian bisa juga terjadi selama
pengembangan ilmu. inspirasi, desak napas, diperlukan usaha
Tanpa nama (anonymity) Memberikan untuk melakukan ekspirasi memanjang,
jaminan dalam penggunaan subyek eksaserbasi asma sering kali didahului oeh
penelitian dengan cara tidak memberikan peningkatan gejala selama berhari-hari,
atau mencamtumkan nama responden pada namun dapat pula terjadi secara mendadak,
lembar alat ukur dan hanya menuliskan takikardi.
kode pada lembar pengumpulan data.
Berdasarkan data dan teori tersebut
Kerahasiaan (confidentiality) Semua munurut peneliti sesak dan batuk yang
informasi yang dikumpulkan dijamin terjadi pada klien 1 dan klien 2 merupakan
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya gejala umum pada seseorang yang
kelompok data tertentu yang akan menderita penyakit asma bronkhial.
dilaporkan pada hasil riset. Peneliti Keluhan sesak pada klien 1 dan klien 2 ini
menjaga semua informasi yang diberikan timbul akibat dari penyempitan jalan nafas.
oleh responden dan tidak menggunakan Keluhan batuk merupakan reaksi dari
informasi tersebut untuk kepentingan adanya ketidak abnormalan dari sistem
pribadi dan di luar kepentingan keilmuan. pernafasan.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada kien 1 dan 2


berdasarkan hasil pengkajian, hasil
pemeriksaan fisik yang didapatkan
menunjukkan masalah yang dialami kedua Berdasarkan data dan teori tersebut
klien yaitu pola nafas tidak efektif intervensi keperawatan yang diberikan
berhubungan dengan hiperventilasi. pada klien 1 dan klien 2 sudah sesuai
dengan teori yaitu monitor pernafasan
Nabyl (2012) menjelaskan bahwa yang meliputi: monitor kecepatan nafas,
kurangnya aliran darah menyebabkan irama nafas, dan kesulitan bernafas,
serangkaian reaksi biokimia yang dapat monitor suara nafas tambahan, dan berikan
merusakan atau mematikan sel-sel saraf bantuan terapi nafas, misalnya pemberian
otak. Aliran darah yang berhenti membuat nebulizer, namun ada intervensi
suplai oksigen dan zat makanan ke otak keperawatan yang ada dalam teori tidak di
berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa aplikasikan ke salah satu pasien. Dalam
berfungsi sebagaimana mestinya. penelitian ini, peneliti tidak
mengaplikasikan pemberian nebulizer pada
Berdasarkan data dan teori tersebut klien 1, karena klien 1 dapat bernafas
menurut peneliti pola nafas tidak efektif dengan baik tanpa bantuan pemberian
dipengaruhi oleh hiperventilasi karena nebul dan intervensi yang lainnya masih
sesak nafas sehingga membuat otot tetap dilakukan karena klien masih dalam
pernapasan menjadi lemah dan tidak kuat kondisi yang belum membaik sedangkan
yang menyebabkan ganggugan pola nafas klien 2 disertai dengan keluhan nyeri dada.
tidak efektif, maka terjadi kekurangan O2
ke jaringan otak. Implementasi keperawatan

Intervensi keperawatan Implementasi keperawatan yang dilakukan


pada klien 1 dan klien 2 implementasi
Intervensi kepewaratan yang diberikan keperawatan sudah sesuai dengan apa yang
pada klien 1 dan klien 2 adalah memonitor ada pada intervensi, klien 1 dan klien 2
pernafasan; auskultasi suara nafas, catat yaitu memposisikan pasien untuk
adanya suara tambahan, monitor suara memaksimalkan ventilasi, mengauskultasi
nafas wheezing , terapi oksigen, monitor suara nafas, memonitor kecepatan, irama,
aliran oksigen, observasi adanya tanda- kedalaman dan kesulitan bernafas,
tanda hipoksia. mencatat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan, penggunaan otot- otot
Nanda (2015-2017) menjelaskan bahwa bantu nafas, memonitor kemampuan batuk
intervensi kepewaratan yang dilakukan pasien, memonitor saturasi oksigen pada
pada klien asma bronkhial adalah monitor klien yang tersedasi, memberikan alat
pernafasan yang meliputi: monitor bantu nafas, memonitor tekanan darah,
kecepatan nafas, irama nafas, kedalaman nadi, suhu, dan status pernafasan dengan
dan kesulitan bernafas, catat pergerakan tepat, berkolaborasi dengan tim medis
dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan untuk terapi klien 1 Infus: Futrolit 28 tpm,
otot- otot bantu nafas, dan retraksi pada Injecti: Ranitidin 1x1 ampul, Cinam 2x1,5
otot supraklavikulas dan intercostal, gr, Metylpredicom 3x 62,5 gr, Nebul :
monitor suara nafas tambahan (wheezing ), Pulmicort 3x1, Ventolin 4x1, Peroral:
monitor pola nafas (irregular/ regular), Asetil, sitoin 2x1 sedangkan untuk klien 2
auskultasi suara nafas, cata dimana area Infus: Infus: NS 20 tpm Injecti:
terjadi penurunan nafasdan keberadaan Furosemide 1x20 mg, Topazol1x1 ampul
suara nafas tambahan, auskultasi suara Meropenem 3x1 gr Cefurotaxin 2x1
nafas setelah tindakan untuk dicatat, ampul Nebul : Pulmicort 3x1, Combiven
monitor sekresi pernafasan pasien, monitor 3x1 Peroral: Asetil sitoin 2x1. Adapun
keluhan sesak nafas klien termasuk tindakan keperawatannya yaitu
kegiatan yang meningkatkan atau memberikan oksigen masker ataupun nasal
memperburuk sesak nafas tersebut, kanul, posisikan klien senyaman mungkin
baerikan bantuan terapi nafas jika atau dudukan klien semifowler, lakukan
diperlukan (misalkan, nebulizer). pemberihan inhalasi nabulizer, lakukan
fisioterapi dada dan ajarkan klien berlatih Pada hari ketiga klien mengatakan sesak
pernapasan agar klien dapat mengontrol dan batuk. Keadaan umum lemah, RR 28
pernapasannya. x/menit, batuk produktif, suara nafas
wheezing kanan kiri, tampak pernafasan
Lisaziee Pujiastuti (2014) menjelaskan cuping hidung, terpasang nasal kanul 4
bahwa selama tahap implementasi perawat lpm, SpO2 : 99%.
melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan Klien 2: Pada hari pertama klien
diimplementasikan untuk membantu klien mengatakan sesak, batuk, dan nyeri dada.
secara mandiri maupun berkolaborasi Keadaan umum lemah, klien tampak
dengan tim medis lainnya. gelisah, adanya diaforesis (keringat yang
berlebih), adanya pergerakan dada, RR 32
Berdasarkan data dan teori tersebut x/menit, batuk non produktif, adanya nyeri
implementasi pada klien 1 dan klien 2 dada, suara nafas wheezing kanan kiri,
sudah sesuai dengan hasil dari tampak pernafasan cuping hidung,
pemeriksaan kedua pasien. Perbedaannya terpasang masker NRBM 8 lpm. Pada hari
pada klien 1 diberikan terapi Futrolit 28 kedua klien mengatakan sesak, batuk, dan
tpm karena paien membutuhkan cairan nyeri dada.Keadaan umum lemah, adanya
yang banyak untuk memenuhi kebutuhan pergerakan dada, RR 28x/menit, batuk non
cairan tubuh, injectiRanitidin 1 ampul, produktif, adanya nyeri dada, suara nafas
injecti Cinam 1,5 gr. Sedangkan klien 2 wheezing kanan kiri, tampak pernafasan
diberikan terapi NS 7 tpm lebih sedikit cuping hidung, terpasang masker nasal
dibandingkan dengan klien 1 karena klien kanul 4 lpm, SpO2 : 98%. Pada hari ketiga
2 juga disertai dengan penyakit heart klien mengatakan batuk berkurang, sesak
failure sehingga cairan yang dibutuhkan berkurang dan nyeri dada mulai berkurang.
tidak terlalu banyak, injecti Furosemide 20 Keadaan cukup, adanya pergerakan dada,
mg, Topazol 1 ampul, Meropenem 1 gr, RR 26 x/menit, batuk produktif, suara
Cefurotaxin 1 ampul, Nebulizer Pulmicort nafas wheezing kanan kiri mulai
1 dan Combiven 1. Tindakan berkurang, tampak pernafasan cuping
keperawatannya yaitu memberikan oksigen hidung, terpasang nasal kanul 4 lpm, SpO2
masker ataupun nasal kanul, posisikan : 99%.
klien senyaman mungkin atau dudukan
klien semifowler, lakukan pemberihan Adapun tindakan keperawatannya yang
inhalasi nabulizer, lakukan fisioterapi dada diperoleh klien 1 dan klien 2 yaitu
dan ajarkan klien berlatih pernapasan agar memberikan oksigen masker ataupun nasal
klien dapat mengontrol pernapasannya. kanul, posisikan klien senyaman mungkin
atau dudukan klien semifowler, lakukan
Evaluasi keperawatan pemberihan inhalasi nabulizer, lakukan
fisioterapi dada dan ajarkan klien berlatih
Klien 1: Pada hari pertama klien pernapasan agar klien dapat mengontrol
mengatakan sesak, batuk, mual, pusing. pernapasannya.
Keadaan umum lemah, klien tampak
gelisah, adanya diaforesis (keringat yang Sitiatava menjelaskan bahwa evaluasi
berlebih), RR 30 x/menit, batuk non keperawatan memuat tentang cerita
produktif, suara nafas wheezing kanan kiri, keberhasilan proses dan tindakan
tampak pernafasan cuping hidung, keperawatan. Keberhasilan dari proses
terpasang masker NRBM 8 lpm, leukosit dpat dilihat dari membandingkan antara
tinggi, SpO2 : 98%. Pada hari kedua klien proses dengan pedoman/ rencana proses
mengatakan sesak, batuk. Keadaan umum tersebut. Sedangan keberhasilan dari
lemah, RR 28 x/menit, batuk non tindakan dapat dilihat dari membandingkan
produktif, suara nafas wheezingkanan kiri, antara tingkat kemandirian klien dalam
tampak pernafasan cuping hidung, kehidupan sehari- hari dengan tingkat
terpasang nasal kanul 4 lpm, SpO2 : 98%.
kemajuan klien yang berkaitan dengan perkembangan kesehatan klien jauh
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. lebih membaik dari sebelumnya klien
sudah merasa tidak sesak dan nyeri
Menurut peneliti pada catatan dada lagi.
perkembangan evaluasi keperawatan
selama tiga hari yaitu klien 1 dan 2 sudah Saran
ada kemajuan sedikit, tetapi belum
menunjukkan adanya pola nafas efektif, 1. Bagi pasien dan keluarga.
namun intervensi teratasi sebagian. Diharapkan keluarga klien ikut
berpartisipasi dalam perawatan
dan pengobatan dalam upaya
SIMPULAN DAN SARAN mempercepat proses
penyembuhan serta mau
Simpulan menerima dan melaksanakan
peraturan yang telah ditetapkan
Asuhan keperawatan pada klien yang oleh ruangan dan menjaga
mengalami asma bronkhial dengan komunikasi yang baik antar
ketidakefektifan pola napas di ruang HCU anggota keluarga karena salah
Melati RSUD Bangil Pasuruan, maka satu faktor pencetus timbulnya
denagn ini penulis dapat mengambil sesak adalah stress.
kesimpulan dan saran yang dibuat laporan
studi kasus sebagai berikut : 2. Bagi perawat
1. Pengkajian keperawatan yang Dapat dijadikan sebagai masukan
dilakukan kepada pasien 1 dan pasien bagi perawat di Rumah Sakit
2 terdapat perbedaan. Pada pasien 1 dalam melaksanakan asuhan
mengeluhkan sesak, batuk, mual keperawatan dalam rangka
mutah 2 kali, dan pusing, sedangkan meningkatkan mutu pelayanan
pasien 2 mengeluhkan sesak, batuk lebih baik khususnya pada pasien
dan nyeri dada. Pada pasien 1 tidak asma bronkhial dengan masalah
terdapat nafas tertinggal dan pasien 2 ketidakefektifan pola nafas.
terdapat nafas tertinggal.
2. Diagnosa keperawatan yang diambil 3. Bagi intitusi pendidikan
oleh peneliti untuk pasien 1 dan pasien Dapat digunakan sebagai bahan
2 adalah ketidakefektifan pola nafas. acuan atau resferensi dalam
3. Intervensi keperawatan yang yang memberikan pendidikan kepada
dilakukan kepada klien 1 dan klien 2 mahasiswa mengenai asuhan
dengan ketidakefektifan pola napas keperawatan pada pasien asma
sudah sesuai dengan kebutuhan klien bronkhial dengan masalah
yaiutu memonitor tanda tanda vital keperawatan ketidakefektifan pola
klien, memonitor pernapasan klien, nafas.
mengajarkan klien batuk efektif.
4. Implemntasi keperawatan pada kedua 4. Bagi peneliti selanjutnya
klien dilakukan secara menyeluruh, Dapat digunakan sebagai bahan
tindakan keperawatan dilakukan sesuai acuan atau resferensi dalam
intervensi keperawatan yang sudah malakukan penelitian yang sama
dibuat. mengenai asuhan keperawatan
pada pasien asma bronkhial
dengan masalah keperawatan
5. Evaluasi keperawatan pada klien 1 dan ketidakefektifan pola nafas
klien 2 hari pertama sampai hari ketiga sehingga mendapatkan hasil yang
tertasi sebagain klien belum maksiama
menunjukkan kemajuan yang
signifikan akan tetapi ada
KEPUSTAKAAN Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Brunner & Suddarth, 2016,
Keperawatan Medikal Bedah, Prastyo, 2014, Asuhan Keperawatan Pada
Jakarta : EGC Ny. S Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan : Asma Bronkhiale Di
Bintari Retna, 2018, Keperawatan Bangsal Melati Rsud Banyudono,
Medikal Bedah, Jakarta : EGC Surakarta : Program Studi DIII
Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2018, Profil Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kesehatan Universitas
2017. Surabaya: Dinas Kesehatan Salemba Medika
Provinsi Jawa Timur

Eka Rachmawati Rizky, 2016, Asuhan Muttaqin, Arif, 2015, Asuhan


Keperawatan Pada Ny. S Dengan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan : Gangguan Sistem Pernapasan.
Asma Bronkhiale Di Bangsal Melati Jakarta: Salemba Medika
Rsud Banyudono, Surakarta :
Program Studi Diii Keperawatan Muttaqin, Arif, 2015, Buku Ajar Asuhan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Keperawatan Klien Dengan
Muhammadiyah Surakarta Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Fika Yolanda Hana, 2018, Asuhan
Keperawatan Pada Klien Asma Saryono, 2013, Metodologi Penelitian
Bronkhial Dengan Masalah Kualitatif dalam Bidang
Gangguan Pertukaran Gas Di Ruang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Teratai Rsud Bangil Pasuruan, Medika.
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Susanto Tri, 2017, Asuhan Keperwatan
“Insan Cendekia Medika” Jombang Pada Pasien Asma Bronchial
Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Herdman, T. Heather, 2015, Diagnosa Oksigenasi Di Ruang Cempaka
Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Rsud Dr. Soedirman Kebumen,
Jakarta: EGC Kebumen : Stikes Muhammadiyah
Gombong Program Studi DIII
Huda Nurarif, A Kusuma hardhi, 2018, Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Definisi &
Klasifikasi. Jakarta: EGC Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta:
ICME STIKes, 2016, Buku Panduan Pustaka Pelajar
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Jombang: Stikes Icme

Nanda Nic-Noc, 2015, Panduan Asuhan


Keperawatan Profesional, Jakarta :
EGC

Nanda Nic-Noc, 2017, Panduan Asuhan


Keperawatan Profesional, Jakarta :
EGC

Nursalam, 2017, Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu

Anda mungkin juga menyukai