Anda di halaman 1dari 15

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny.

P Dengan Asma Bronchiale Di Instalasi 1


Gawat Darurat RSUD Sragen (Hana Triyoga S.Kep)

PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA Ny. P DENGAN ASMA BRONCHIALE
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN

Hana Triyoga, S.Kep.*


Arina Maliya, A.Kep, M.Si. Med. **
Indah Kartikowati, S.Kep.Ns.***

Abstrak

Asma bronchiale merupakan penyakit alergi dengan prevalensi,


morbiditas, dan mortalitasnya yang semakin meningkat di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 300 juta pasien asma di
seluruh dunia, di Indonesia memiliki 12,5 juta pasien asma yang menyebabkan
10,6 juta kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan dan 1,8 juta masuk ke
Instalasi Gawat Darurat dan yang membutuhkan penanganan gawat darurat.
Dampak buruk dari asma jika tidak langsung ditangani adalah kematian. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menerapkan teori dan mengetahui penerapan
asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien asma bronchiale di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Sragen. Metode yang digunakan yaitu metode ilmiah
yang bersifat mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan
data. Tehnik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Hasil dari proses asuhan keperawatan
dapat disimpulkan bahwa penulis dalam melakukan pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi sudah sesuai dengan teori.
Permasalahan yang muncul antara lain jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak
efektif, dan cemas yang memerlukan perhatian khusus perawat dalam
penanganannya.

Kata kunci: Asma, Asuhan Keperawatan, Gawat Darurat.

Daftar Pustaka : 23 (2002-2012)


.
EMERGENCY NURSING CARE TO Ms. P WITH ASTHMA BRONCHIALE IN
THE EMERGENCY INSTALLATION OF RSUD SRAGEN

Hana Triyoga, S.Kep.*


Arina Maliya, A.Kep, M.Si. Med. **
Indah Kartikowati, S.Kep.Ns.***

Abstract

Asthma bronchiale is one of the allergic disease with the


prevalence, morbidity, and mortality is increasing worldwide. The World Health
Organization (WHO) reported that there were 300 million asthma patients
worldwide and Indonesia has 12.5 million asthma patients that cause 10.6 million
visits to health care and 1.8 million patients came into the installation of
emergency and requiring emergency care. The adverse effects of asthma if not
directly addressed is death. Purpose of this study was to apply the theory and
determine the application of the emergency nursing care for patients with asthma
bronchiale in the emergency installation of RSUD Sragen. The method that used
is the scientific method to collect, analyze and draw conclusions of data.
Sampling techniques that used were interviews, observation, physical
examination and study documentation. The results of the nursing care process
can be concluded that the author done the assessment, nursing diagnosis,
intervention, implementation and evaluation are in accordance with the theory.
The problem that arise including ineffective airway, ineffective breathing pattern,
and anxiety that require special attention in the nursing care.

Keywords: Asthma, Nursing Care, Emergency.

Bibliography: 23 (2002-2012)
PENDAHULUAN 2008 ada 300 juta pasien asma di
Asma bronchiale seluruh dunia dan diperkirakan
merupakan salah satu penyakit akan bertambah 180.000 setiap
alergi dan masih menjadi masalah tahunnya. Indonesia sendiri
kesehatan baik di negara maju memiliki 12,5 juta pasien asma,
maupun di negara berkembang. 95% diantaranya adalah pasien
Asma merupakan salah satu asma tak terkontrol (Widodo,
penyakit yang prevalensi, 2009). Menurut Mangunnegoro
morbiditas, dan mortalitasnya (2002), penderita asma di
semakin meningkat di seluruh Indonesia sudah mencapai lebih
dunia. Asma dapat timbul pada dari 12 juta penduduk. Pada
berbagai usia, baik pria ataupun tahun 2006 penyakit asma
wanita. Meningkatnya insiden termasuk penyakit yang
hampir setiap dekade, merupakan membahayakan dan pasien asma
suatu tantangan bagi para klinis di Jawa Tengah mengalami
untuk menindak lanjutinya. peningkatan 5,6% dibandingkan
Prevalensi dan angka rawat inap tahun 2005. Jumlah pasien asma
penyakit asma bronchiale dari pada tahun 2005 berjumlah
tahun ke tahun cenderung 74.253 dan pada tahun 2006
meningkat. Dampak buruk dari berjumlah 78.411 (Rusmono,
asma meliputi penurunan kualitas 2008).
hidup, produktivitas yang Data dari Instalasi Gawat
menurun, peningkatan biaya Darurat RSUD Sragen dari
kesehatan, bahkan kematian tanggal 2 - 28 Juli 2012, penyakit
(Rodriquez, 2002). asma bronchiale merupakan
Menurut Centers for penyakit yang jumlah kasusnya
Disease Control and Prevention masuk dalam 3 besar kasus
(CDC), melaporkan bahwa asma gangguan saluran pernapasan
saat ini mengenai lebih dari 22,2 yaitu sebanyak 14 kasus atau
juta orang di Amerika atau 7,9% 30% dari 46 kasus pernapasan.
dari populasi, termasuk lebih dari Dari latar belakang diatas, maka
6,7 juta anak-anak yang berusia penulis tertarik untuk membuat
kurang dari 18 tahun. Selain itu Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan
7,3 % orang Amerika dewasa mengangkat judul “Asuhan
saat ini menderita asma. Keperawatan Gawat Darurat pada
Terdapat laporan 3613 kematian Ny.P dengan Asma Bronchiale di
karena asma, selain itu asma Instalasi Gawat Darurat RSUD
bertanggung jawab terhadap Sragen”.
gangguan aktivitas orang dewasa Tujuan penelitian ini adalah
yaitu menyebabkan lebih dari 10 mahasiswa mampu menerapkan
juta hari kerja hilang setiap teori dan mengetahui penerapan
tahunnya. Pada tahun 2006 asma asuhan keperawatan gawat
menyebabkan 10,6 juta darurat pada Ny.P dengan asma
kunjungan ke tempat pelayanan bronchiale di Instalasi Gawat
kesehatan dan 1,8 juta masuk ke Darurat RSUD Sragen.
ruang IGD dan yang
membutuhkan penanganan gawat
darurat (Plottel, 2010).
Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mencatat tahun .
LANDASAN TEORI mempersarafi paru. Tonus otot
bronchiale diatur oleh impuls
Asma bronchiale saraf vagal melalui sistem
Asma adalah penyakit parasimpatis. Ketika asma
jalan nafas obstruktif intermiten, instrinsik dirangsang oleh faktor
reversibel dimana trakea dan pemicu asma pada ujung saraf
bronki berespon dalam secara jalan napas, akan menyebabkan
hiperaktif terhadap stimulasi jumlah asetilkolin yang dilepaskan
tertentu (Smeltzer and Bare, meningkat. Pelepasan asetilkolin
2002). Jenis-jenis asma yang meningkat ini secara
bronchiale dapat diklasifikasikan langsung menyebabkan
sebagai berikut : asma bronchiale bronkokonstriksi.
alergik (Ekstrinsik) yaitu tipe asma Beberapa individu dengan
ini disebabkan oleh alergen- asma mengalami respon imun
alergen dari luar misalkan bulu yang buruk terhadap lingkungan.
binatang, debu, makanan, cuaca. Antibodi yang dihasilkan (Ig E)
Pasien asma alergik biasanya kemudian menyerang sel-sel
mempunyai riwayat keluarga yang mast dalam paru. Pemajanan
alergik. Asma bronchiale idiopatik ulang terhadap antigen dengan
atau nonalergik (Instrinsik) yaitu antibodi menyebabkan pelepasan
tipe asma ini tidak berhubungan produk sel-sel mast (mediator)
dengan alergen yang spesifik. seperti histamin, bradikinin,
Faktor-faktor yang mempengaruhi prostaglandin, serta anafilaksis
antara lain common cold, infeksi dari substansi yang bereaksi
saluran napas atas, olahraga atau lambat (SRS-A). Pelepasan
kegiatan jasmani yang berat, mediator ini dalam jaringan paru
emosi, stress psikologis. Asma mempengaruhi otot polos dan
bronchiale gabungan yaitu tipe kelenjar jalan napas,
asma ini merupakan gabungan menyebabkan bronkospasme,
dari faktor alergik dan nonalergik. pembengkakan membran
Menurut Smeltzer and mukosa, pembentukan mukus
Bare (2002), patofisiologi asma yang banyak, dan lebih lanjut
adalah sebagi berikut : asma menghambat saluran napas
adalah obstruksi jalan napas difus (Smeltzer and Bare, 2002).
reversibel, obstruksi disebabkan Menurut Kowalac (2011),
oleh : kontraksi otot-otot yang tanda gejala asma bronchiale
mengelilingi bronki yang antara lain : suara nafas mengi
menyempitkan jalan napas, (wheezing), batuk-batuk dengan
pembengkakan membran yang sputum, kesulitan bernapas, dada
melapisi bronki, pengisian bronki seperti tertekan, pengeluaran
dengan mukus. Hal ini akan keringat yang banyak, denyut
membuat alveoli menjadi nadi cepat. Sedangkan menurut
hiperflasi dengan udara Smeltzer and Bare (2002),
terperangkap di dalam jaringan manifestasi klinis asma bronchiale
paru. Mekanisme yang pasti dari antara lain : sesak napas, batuk,
perubahan ini tidak diketahui, napas tidak teratur, penggunaan
tetapi yang paling diketahui otot-otot aksesori, mengi, dan
adalah terjadi keterlibatan sistem berkeringat. Pada beberapa
imunologis dan sistem saraf keadaan, batuk mungkin
otonom. Sistem saraf otonom merupakan satu-satunya gejala
dan serangan asma sering kali terdengar. Intervensi
terjadi pada malam hari. keperawatan : kaji keadaan
Menurut Rahajoe (2008), umum dan TTV, kaji bersihan
penatalaksaan asma antara lain : jalan nafas, kaji adanya suara
Memperluas jalan napas dengan wheezing, berikan posisi
segera, pemberian obat semifowler, auskultasi bunyi
bronkodilator, kortikosteroid, nafas, ajarkan klien batuk efektif,
mukolitik. Pemberian oksigenasi, kolaborasi dengan dokter
pemberian terapi cairan, dan pemberian obat bronkhodilator.
memberikan penerangan kepada Diagnosa keperawatan
penderita atau keluarganya pola nafas tidak efektif
mengenai penyakit asma berhubungan dengan
Menurut Muttaqin (2008), hiperventilasi. Tujuan : pola
pengkajian klien dengan asma nafas menjadi efektif. Kriteria
antara lain: Pengkajian data dasar Hasil : RR dalam batas normal
: asma dapat menyerang semua (16-24x/mnt), irama napas teratur.
jenis kelamin, sebagian besar Intervensi keperawatan : Kaji
menyerang pada anak-anak, dan karakteristik pola nafas (frekuensi,
dapat juga menyerang usia kedalaman, irama), kaji adanya
dewasa awal dan dewasa akhir. penggunaan otot bantu
keluhan utama adalah sesak pernafasan. Berikan posisi
napas, mengi, batuk-batuk. Asma semifowler. Anjurkan nafas dalam
merupakan penyakit keturunan, melalui abdoment selama periode
ada riwayat keluarga yang distres pernafasan. Kolaborasi
mengalami penyakit yang sama. dengan dokter pemberian O2.
Asma dapat kambuh sesuai Diagnosa keperawatan
dengan alergen yang gangguan pertukaran gas
mempengaruhi. Pengkajian berhubungan dengan
Primer (ABCDE), didapatkan ketidakseimbangan difusi-
suara wheezing, sesak napas, ventilasi. Tujuan : pertukaran gas
takipnea, batuk-batuk dengan menjadi efektif. Kriteria Hasil :
sputum, penggunaan otot tidak terjadi sianosis dan PaO2,
aksesoris pernapasan, dan irama PaCO2, pH arteri serta SaO2
pernapasan yang tidak teratur, dalam batas normal. Intervensi
serta sianosis. Pengkajian keperawatan : Kaji tanda gejala
Sekunder (AMPLE), didapatkan hipoksia dan sianosis, pantau
adanya alergi, pemakaian obat saturasi O2 dan penurunan
asma, asma yang sering kambuh, kesadaran pasien. Berikan posisi
dan terjadi kecemasan. semifowler. Anjurkan melakukan
Diagnosa keperawatan napas dalam. Kolaborasi
(NANDA) dan intervensi pemeriksaan analisa gas darah,
keperawatan (NIC-NOC) dalam pemberian terapi oksigen dan
Wilkinson (2007) pada pasien pengobatan untuk
asma bronchiale antara lain : mempertahankan keseimbangan
diagnosa keperawatan jalan asam basa darah.
nafas tidak efektif berhubungan Diagnosa keperawatan
dengan bronkospasme. Tujuan : ansietas berhubungan dengan
jalan nafas menjadi efektif. perubahan pada status
Kriteria hasil : sesak nafas kesehatan. Tujuan : cemas
berkurang, wheezing tidak berkurang. Kriteria Hasil : pasien
menyatakan cemas berkurang, kegawatdaruratannya.
pasien tenang dan rileks. Menetapkan intervensi
Intervensi : kaji tingkat keperawatan berdasarkan
kecemasan, kaji reaksi fisik non diagnosa keperawatan yang
verbal. Gunakan pendekatan dan muncul. Melakukan implementasi
komunikasi terapeutik, berikan keperawatan sesuai intervensi
penjelasan tentang kondisi saat yang direncanakan. Mengevaluasi
ini yang dialami pasien. Anjurkan implementasi keperawatan.
pasien untuk berdoa, anjurkan Melakukan pembahasan
keluarga untuk mendampingi dan manajemen proses asuhan
memberikan support. keperawatan. Menyimpulkan
manajemen proses asuhan
keperawatan dan memberikan
METODOLOGI PENELITIAN kesimpulan dan saran atas
beberapa permasalahan yang
Pendekatan ada.
Penyusunan karya tulis
ilmiah ini, penulis menggunakan Analisis Data
metode deskriptif dengan Dalam penelitian ini
pendekatan studi kasus yaitu peneliti menganalisa data dengan
metode ilmiah yang bersifat menelaah seluruh data yang
mengumpulkan data, tersedia dari berbagai sumber,
menganalisis data, dan menarik yaitu wawancara dan
kesimpulan data. pengamatan, maka langkah
berikutnya adalah mengadakan
Tempat dan Waktu Penelitian menganalisis data dari hasil
Penulisan karya ilmiah ini pengkajian yang kemudian akan
mengambil kasus di Instalasi dibandingkan antara teori dengan
Gawat Darurat RSUD Sragen kenyataan yang ada pada asuhan
pada tanggal 4 Juli 2012, pukul keperawatan gawat darurat pada
07.00-14.00 WIB. Ny.P dengan asma bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat RSUD
Langkah-Langkah Sragen.
Penulisan karya tulis ini
disusun secara singkat dan
sistematis, diantaranya sebagai RESUME KASUS
berikut : melakukan pengkajian
identitas, pengkajian primer Pengkajian identitas
(ABCDE), pengkajian sekunder
(AMPLE), dan pengkajian head Pengkajian ilakukan pada
to toe. Melakukan analisa data tanggal 4 juli 2012 pukul 09.10,
dengan menarik masalah dan diperoleh data tentang identitas
etiologi dengan cara meyesuaikan pasien nama : Ny. P, umur : 68
data yang bermasalah dengan tahun, jenis kelamin: perempuan,
batasan karakteristik baik data pekerjaan : swasta, pendidikan :
subyektif maupun data obyektif SD, agama : Islam, no RM :
sesuai dengan teori penetapan 247234, alamat : Sragen,
diagnosa NANDA. Menetapkan diagnosa medis : asma
dan memprioritaskan diagnosa bronchiale, tanggal masuk : 4 Juli
keperawatannya berdasarkan 2012, pukul 09.10 WIB. Riwayat
penyakit pasien dengan keluhan kata. Exposure : rambut dan kulit
utama sesak napas. Riwayat kepala tampak bersih tidak
Penyakit Sekarang : pasien terdapat hematoma, tidak
datang ke IGD dengan keluhan terdapat luka pada tubuh pasien
sesak napas sejak tadi pagi dan keluar keringat banyak.
karena udara yang dingin, ± 2 jam
yang lalu pasien mendadak Pengkajian sekunder
merasa sesak napas, semakin Alergi : pasien tidak
lama napas terasa semakin memiliki alergi terhadap obat,
sesak, napas cepat dan dangkal, makanan dan debu, tetapi
kemudian pasien dibawa ke pasien memiliki alergi terhadap
rumah sakit. Riwayat penyakit cuaca tepatnya saat cuaca dingin.
dahulu: pasien sebelumnya ± 7 Medikasi : pasien biasa membeli
tahun yang lalu pernah dirawat di dan mengkonsumsi obat asma
rumah sakit dengan penyakit yang dibeli di apotek saat asma
yang sama tetapi tidak separah terlihat mulai kambuh. Pastilness :
saat ini. Riwayat penyakit pasien sebelumnya ± 1 bulan
keluarga : keluarga pasien yang lalu asmanya kambuh, tidak
mempunyai riwayat penyakit terlalu parah dan sembuh dengan
asma yaitu ibu pasien. obat yang di beli dari apotek.
Lastmeal : pasien makan tadi
Pengkajian primer malam ± 12 jam sebelum dibawa
Airway : tidak terdapat ke rumah sakit, terakhir pasien
adanya sumbatan (secret ataupun mengkonsumsi nasi dengan sayur
darah), lidah tidak jatuh ke dan lauk pauk. Environment :
belakang, pasien kesulitan pasien tinggal dengan suami dan
bernapas, batuk-batuk, pasien kedua anaknya, pasien tinggal di
kesulitan bersuara, terdengar desa dekat dengan sawah, rumah
wheezing. Breathing : terlihat bersih dan lingkungan pasien
pengembangan dada kanan dan cukup padat penduduk, keluarga
kiri simetris, pasien kesulitan saat mengatakan sirkulasi dirumah
bernapas, RR: 36x/menit, irama cukup baik.
napas tidak teratur, napas cuping
hidung, terlihat adanya Analisa Data
penggunaan otot bantu Data Subyektif : Pasien
pernapasan mengatakan sesak napas. Data
(sternokleidomastoid), napas Obyektif : TTV : TD:110/70
cepat dan pendek. Circulasi : TD: mmHg, N: 96 x/menit, RR: 36
110/70 mmHg, N = 96 x/menit x/menit, S: 37,6 ° C. Pasien
reguler, nadi teraba lemah, kesulitan bernapas, batuk-batuk,
terdengar suara jantung S1 dan pasien kesulitan bersuara,
S2 tunggal reguler, terdengar suara napas wheezing.
cappilary refille kembali Dari data tersebut dapat ditarik
<3 detik, tidak terdapat masalah keperawatan yaitu jalan
sianosis, akral hangat. Disability napas tidak efektif, dengan
: kesadaran pasien etiologi yaitu bronkospasme.
compos mentis dengan GCS Data Subyektif : Pasien
(E4,M6,V5), pasien mengatakan mengatakan sesak napas. Data
cemas tentang kondisinya saat Obyektif : RR : 36x/menit,
ini, pasien gelisah, terlihat tidak napas pendek dan cepat, irama
tenang, dan mengulang kata-
napas tidak teratur, napas cuping wheezing, berikan posisi
hidung, tampak adanya semifowler, auskultasi bunyi
penggunaan otot bantu napas, ajarkan batuk efektif,
pernapasan kolaborasi dengan dokter
(sternokleidomastoid). Dari data pemberian obat bronkhodilator
tersebut dapat ditarik masalah (nebulizer).
keperawatan yaitu pola napas Diagnosa keperawatan
tidak efektif, dengan etiologi yaitu pola napas tidak efektif
hiperventilasi. berhubungan dengan
Data Subyektif : Pasien hiperventilasi. Tujuan : setelah
mengatakan cemas tentang dilakukan tindakan keperawatan
kondisinya saat ini. Data Obyektif selama 1x15 menit, pola napas
: N= 96 x/menit, pasien gelisah, menjadi efektif dengan Kriteria
pasien keluar keringat banyak, Hasil : RR dalam batas normal
pasien mengulang kata-kata, (16-24x/menit), irama napas
pasien terlihat tidak tenang. Dari teratur. Intervensi : kaji
data tersebut dapat ditarik karakteristik pola napas
masalah keperawatan yaitu (frekuensi, kedalaman, irama),
ansietas, dengan etiologi yaitu kaji penggunaan otot bantu
perubahan pada status pernapasan, berikan posisi
kesehatan. semifowler, anjurkan napas dalam
melalui abdomen selama periode
Diagnosa Keperawatan distres pernapasan, kolaborasi
Dari uraian analisa diatas dengan dokter pemberian O2.
dapat disimpulkan diagnosa Diagnosa keperawatan
keperawatan yang muncul pada ansietas berhubungan dengan
asuhan keperawatan Ny. P perubahan pada status
dengan asma bronchiale antara kesehatan. Tujuan : setelah
lain : Jalan napas tidak efektif dilakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan selama 1x15 menit, diharapkan
bronkospasme. Pola napas tidak cemas berkurang dengan Kriteria
efektif berhubungan dengan Hasil : pasien menyatakan cemas
hiperventilasi. Ansietas berkurang, pasien tenang dan
berhubungan dengan perubahan rileks. Intervensi : kaji tingkat
pada status kesehatan kecemasan, kaji reaksi fisik non
verbal, gunakan pendekatan dan
Intervensi Keperawatan komunikasi terapeutik, berikan
Diagnosa keperawatan penjelasan tentang kondisi saat
jalan napas tidak efektif ini yang dialami pasien, anjurkan
berhubungan dengan keluarga untuk selalu
bronkospasme. Tujuan : setelah mendampingi dan memberikan
dilakukan tindakan keperawatan support, anjurkan pasien untuk
selama 1x15 menit, jalan napas berdoa dan lebih tenang.
menjadi efektif dengan Kriteria
Hasil : sesak napas berkurang, Implementasi Keperawatan
wheezing tidak terdengar. Pada diagnosa
Dilakukan intervensi keperawatan jalan napas tidak
keperawatan : kaji keadaan efektif berhubungan dengan
umum dan TTV, kaji bersihan bronkospasme telah dilakukan
jalan napas, kaji adanya suara implementasi sebagai berikut :
pukul 09.10 mengkaji keadaan mengatakan sesak napas sudah
umum dan TTV, pukul 09.11 berkurang. Obyektif : TTV :
mengkaji bersihan jalan napas, TD:110/70 mmHg, N: 96 x/menit,
pukul 09.12 memberikan posisi RR : 24x/menit, S: 37,6°C. Pasien
semifowler. Pada pukul 09.20 terlihat lebih leluasa bernapas,
melakukan auskultasi bunyi berbicara secara lancar, suara
napas, pukul 09.11 berkolaborasi wheezing berkurang. Pasien post
dengan dokter melakukan nebulizer combivent 3 mg, injeksi
nebulizer combivent 3 mg+Nacl 1 methylprednisolone 62,5 mg
cc, pukul 09.35 melakukan injeksi masuk lewat IV. Assessment :
methylprednisolone 62,5 mg. masalah keperawatan jalan napas
Pukul 09.40 mengkaji ulang tidak efektif teratasi sebagian.
keadaan umum dan bersihan Planning : lanjutkan intervensi :
jalan napas. pantau bersihan jalan napas dan
Pada diagnosa kolaborasi pemberian obat
keperawatan pola napas tidak bronkhodilator (nebulizer) di
efektif berhubungan dengan ruang perawatan.
hiperventilasi, telah dilakukan Hasil evaluasi pada
implementasi sebagai berikut : diagnosa keperawatan pola
pukul 09.11 mengkaji karakteristik napas tidak efektif berhubungan
pola napas (frekuensi, dengan hiperventilasi, antara lain
kedalaman, irama), dan mengkaji : subyektif : pasien mengatakan
adanya penggunaan otot bantu sesak napas sudah berkurang.
pernapasan. Pukul 09.12 Obyektif : RR= 24x/menit, irama
memberikan posisi semifowler, napas teratur. Pasien terpasang
pukul 09.13 memberikan O2 O2 nasal 3 lpm, posisi semifowler.
nasal 3 lpm, pukul 09.40 Assessment : masalah
mengkaji ulang pola napas. keperawatan pola napas tidak
Pada diagnosa efektif sudah teratasi. Planning :
keperawatan ansietas lanjutkan intervensi : Kolaborasi
berhubungan dengan perubahan dengan dokter pemberian O2
pada status kesehatan, telah nasal 3 lpm.
dilakukan implementasi sebagai Hasil evaluasi pada
berikut : pukul 09.11 mengkaji diagnosa keperawatan ansietas
tingkat kecemasan, pukul 09.25 berhubungan dengan perubahan
memberikan penjelasan tentang pada status kesehatan, antara
kondisi dan penyakit asma yang lain : subyektif : pasien
saat ini yang dialami pasien, mengatakan sudah lebih tenang,
pukul 09.27 menganjurkan pasien cemas berkurang dan tahu
untuk berdoa dan keluarga untuk tentang penyakitnya. Obyektif :
mendampingi serta memberikan keluarga terlihat mendampingi
support. Pukul 09.40 mengkaji dan memberi support, pasien
ulang tingkat kecemasan. tenang dan rileks, sudah tidak
keluar keringat. Assessment:
Evaluasi masalah keperawatan ansietas
Hasil evaluasi pukul 09.40, sudah teratasi. Planning :
pada diagnosa keperawatan jalan lanjutkan intervensi : Konseling
napas tidak efektif berhubungan kecemasan.
dengan bronkospasme, antara
lain : subyektif: pasien
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. P Dengan Asma Bronchiale Di Instalas1i
0

PEMBAHASAN status kesehatan dari yang


semula sehat menjadi sakit. Hal
Pengkajian dilakukan pada ini diperkuat oleh penelitian
tanggal 4 juli 2012 pukul 09.10, Serhat (2012), yang berpendapat
pada Ny. P dengan diagnosa bahwa penyakit asma membuat
medis asma bronchiale. Penulis 45% orang yang menjalani
mendapatkan adanya kesamaan perawatan asma di rumah sakit
antara tinjauan pustaka dengan mengalami gangguan
kenyataan pada kasus. Dari kecemasan, hal ini tergantung
pengkajian yang sudah dilakukan dari usia, durasi, dan keparahan.
baik dari anamnesa, pemeriksaan Diagnosa keperawatan pada
fisik, didapatkan tiga diagnosa tinjauan pustaka yang tidak
keperawatan menurut NANDA muncul adalah gangguan
yang muncul pada asuhan pertukaran gas, karena dalam
keperawatan pada Ny. P. kasus tidak ditemukan tanda-
Diagnosa keperawatan yang tanda seperti sianosis, penurunan
pertama jalan napas tidak efektif kesadaran, takikardi, pusing, dan
berhubungan dengan perubahan warna kulit seperti
bronkospasme. Penulis pucat dan kehitaman (Wilkinson,
mengangkat diagnosa tersebut 2007).
dengan ciri utama yaitu pasien Setelah penarikan
mengeluh sesak napas dan diagnosa penulis memprioritaskan
terdapat suara wheezing. Hal masalah sesuai dengan
tersebut terjadi karena adanya kegawatdaruratannya. Kemudian
penyempitan bronkus atau penulis menyusun intervensi dan
bronkospasme. Diagnosa kriteria hasil yang sesuai
keperawatan yang kedua pola pedoman (NIC dan NOC).
napas tidak efektif berhubungan Intervensi yang disusun dari
dengan hiperventilasi. Penulis semua diagnosa sudah sesuai
mengangkat diagnosa tersebut dengan tinjauan pustaka NIC dan
dengan ciri utama yaitu NOC dalam Wilkinson (2007).
respiratory rate 36x/menit, napas Pada tahap implementasi
pendek dan cepat, irama napas tidak ditemukan kesenjangan
tidak teratur, serta terdapat antara tinjauan pustaka dengan
penggunaan otot bantu pelaksanaan tindakan di
pernapasan. Hal ini terjadi karena lapangan. Implementasi yang
adanya adanya mekanisme sudah dilaksanakan pada
pemenuhan kebutuhan oksigen diagnosa jalan napas tidak efektif
yang meningkat dan berhubungan dengan
menyebabkan hiperventilasi. bronkospasmeanatara lain :
Diagnosa keperawatan ketiga memberikan posisi semifowler
yaitu ansietas berhubungan dengan tujuan dapat
dengan perubahan pada status melonggarkan diafragma
kesehatan. Penulis mengangkat sehingga dapat memudahkan
diagnosa tersebut dengan ciri pernapasan. Melakukan
utama yaitu pasien mengatakan kolaborasi dengan dokter
cemas tentang kondisinya saat melakukan nebulizer combivent 3
ini, pasien keluar keringat banyak, mg+Nacl 1 cc. Menurut Jhon, dkk
pasien terlihat tidak tenang. Hal (2012), penatalaksanaan asma
ini terjadi karena perubahan dan penerapan kegawatdaruratan
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. P Dengan Asma Bronchiale Di Instalas1i
1

asma bronchiale di Amerika oksigen, nebulizer, dan


dilakukan dengan pemberian obat kortikosteroid. Di Instalasi Gawat
bronkodilator secara nebulizer Darurat RSUD Sragen dilakukan
(99,2%) karena obat dapat lebih penambahan injeksi ranitidine 50
cepat bereaksi, obat tunggal yang mg pada kasus pasien asma
sering digunakan yaitu merupakan golongan antagonis
salbutamol (63,2%) dan obat H2 reseptor yang fungsinya untuk
kombinasi salbutamol dan menekan produksi asam
ipratropium (81,3%). Komposisi lambung, mencegah terjadinya
dari combiven yaitu salbutamol nyeri lambung, mual dan muntah
2,5 mg dan ipratropium bromide serta mencegah efek samping
0,5 mg, penambahan Nacl 1 cc pemberian obat yang lain
yaitu sebagai pengencer obat (Tambayong, 2002). Selain itu
untuk mengurangi kepekatan obat juga diberikan antibiotik
dan mencegah alergi terhadap cefotaxime 1 gr yaitu untuk
obat yang terlalu pekat. profilaksis atau perlindungan, hal
Penggunaan combivent yang ini diperkuat oleh pendapat
merupakan campuran dari Rahajoe (2008) bahwa pada
salbutamol dan ipratropium keadaan tertentu, antibiotik dapat
bromide. Menurut Petanjek, dkk diberikan pada pasien asma
(2007), bahwa penggunaan sebagai perlindungan, asma yang
bronkodilator salbutamol dapat dicurigai disebabkan oleh bakteri,
membuat efektif jalan napas terdapat rhinosinusitis, adanya
sebesar 18,39%, kemudian sputum yang purulens.
diberikan ipratropium bromide Implementasi yang sudah
dapat membuat efektif jalan dilaksanakan pada diagnosa pola
napas bertambah lagi sebesar napas tidak efektif berhubungan
19,14%. Jadi komposisi jenis dengan hiperventilasi, antara
bronkodilator yang merupakan lain
campuran dari salbutamol dan : memberikan posisi semifowler
ipratropium bromide dapat lebih dengan tujuan dapat
efektif membuat bronkodilatasi melonggarkan diafragma
bronkus pada pasien asma. sehingga dapat memudahkan
Melakukan pemasangan infus pernapasan. Hal ini selaras
dan pengambilan darah untuk dengan penelitian Safitri (2011),
pemeriksaan penunjang darah. yang menyimpulkan bahwa
Melakukan injeksi pemberian posisi semifowler
methylprednisolone 62,5 mg dapat menurunkan sesak napas
untuk mengurangi edema mukosa pada pasien asma. Posisi
bronkus. Implementasi ini sesuai semifowler mampu meredakan
dengan penelitian Lin, dkk (2004), penyempitan jalan napas dan
yang menyimpulkan bahwa memenuhi O2 dalam darah, hal
penggunaan metylprednisolone ini di perkuat oleh penelitian yang
parenteral memiliki efek yang dilakukan oleh Kim (2004), yang
cepat untuk mencapai berpendapat bahwa pemberian
bronkodilatasi pada pasien asma posisi semifowler dapat
dan juga efektif bersamaan meningkatkan masukan oksigen
dengan ipratropium. pada orang yang mengalami sakit
Secara teori pengobatan dan post operasi. Memberikan O2
asma yaitu dengan terapi nasal 3 lpm dengan tujuan untuk
membantu pemenuhan O2 dalam
tubuh. Implementasi ini sesuai menurunkan kecemasan pada
dengan pendapat Begum, dkk orang yang mengalami sakit.
(2012), yang mengatakan bahwa Mengajurkan keluarga untuk
penanganan gawat darurat pada selalu mendampingi dan
pasien asma meliputi pemberian memberikan support, dengan
terapi oksigen, nebulizer, dan tujuan adanya seseorang yang
juga kortikosteroid untuk dekat dan memberikan dukungan
memenuhi kebutuhan oksigen akan membuat orang merasa
dan melonggarkan jalan lebih kuat dan optimis.
pernapasan. Hal ini diperkuat oleh Implementasi ini sesuai dengan
penelitian Singi, dkk (2003), yang pendapat Fausiah (2006), yang
menyimpulkan bahwa pada mengatakan adanya dukungan
pasien yang mengalami dari keluarga, orang terdekat,
gangguan saluran pernapasan atau teman dapat meningkatkan
termasuk asma, terjadi keadaan kemampuan individu untuk
hipoksia dimana nilai SpO2 pada mengatasi masalah atau peristiwa
angka 90%. Hal ini secara jelas hidup yang negatif yang membuat
pada pasien asma yang mereka rentan terhadap cemas,
mengalami kekambuhan serta membuat perasaan menjadi
membutuhkan bantuan berupa lebih tenang.
terapi oksigen sesuai dengan Tahap akhir setelah
kebutuhan oksigen dalam dilakukan implementasi adalah
tubuhnya. Dalam menentukan evaluasi. Pada tahap evaluasi ini
pemberian oksigen di IGD RSUD terdapat satu diagnosa dengan
Sragen dilakukan dengan melihat keterangan teratasi sebagian dan
keadaan pasien tanpa melihat dua diagnosa keperawatan yang
SpO2 dari pasien, hal itu sudah teratasi tetapi
dilakukan karena terbatasnya membutuhkan pemantauan.
jumlah alat. Pada diagnosa keperawatan jalan
Implementasi yang sudah napas tidak efektif berhubungan
dilaksanakan pada diagnosa dengan bronkospasme sudah
ansietas berhubungan dengan teratasi sebagian, hal ini
perubahan pada status dikarenakan sesak napas
kesehatan, antara lain : berkurang dan wheezing tidak
memberikan penjelasan tentang terdengar. Pada diagnosa
kondisi saat ini yang dialami keperawatan pola napas tidak
pasien dengan tujuan efektif berhubungan dengan
memberikan informasi tentang hiperventilasi, masalah
kondisi pasien supaya pasien keperawatan pola napas tidak
merasa lebih tenang. efektif sudah teratasi, hal ini
Menganjurkan pasien untuk dikerenakan RR 24x/menit dan
berdoa dan lebih tenang, hal ini irama napas teratur. Pada
dikarenakan dengan berdoa akan diagnosa keperawatan ansietas
membuat orang menjadi tenang. berhubungan dengan perubahan
Hal ini didukung oleh penelitian pada status kesehatan sudah
oleh Ariyanto (2006), yang teratasi, hal ini dikarenakan
mengatakan bahwa metode doa pasien mengatakan sudah lebih
yang berkualitas ternyata tenang, cemas berkurang, dan
menimbulkan ketenangan, pasien tenang serta rileks.
kedamaian, optimis, dan Selanjutnya tahap terakhir adalah
melakukakan dokumentasi 3. Intervensi yang dilakukan
terhadap data yang didapat, pada diagnosa jalan napas tidak
intervensi yang disusun dan efektif berhubungan dengan
implementasi yang sudah bronkospasme antara lain :
dilakukan serta evaluasi dari hasil berikan posisi semifowler,
implementasi yang sudah ditulis kolaborasi dengan dokter
dengan sistematika yang benar pemberian obat bronkodilator
oleh perawat di lembar asuhan (nebulizer). Diagnosa
keperawatan. keperawatan pola napas tidak
efektif berhubungan dengan
hiperventilasi antara lain : berikan
SIMPULAN DAN SARAN posisi semifowler, kolaborasi
dengan dokter pemberian O2.
Simpulan Diagnosa keperawatan ansietas
Berdasarkan hasil analisis berhubungan dengan perubahan
data dan pembahasan “Asuhan pada status kesehatan, antara
Keperawatan Gawat Darurat pada lain : berikan penjelasan tentang
Ny.P dengan Asma Bronchiale di kondisi saat ini yang dialami
Instalasi Gawat Darurat RSUD pasien, anjurkan keluarga untuk
Sragen”, maka dapat diambil selalu mendampingi dan
kesimpulan penelitian sebagai memberikan support, anjurkan
berikut: pasien untuk berdoa dan lebih
1. Dalam kasus ini pengkajian tenang.
asuhan keperawatan gawat 4. Implementasi utama yang
darurat sudah dilakukan dengan sudah dilaksanakan untuk pasien
hasil : airway : pasien kesulitan dengan asma bronchiale adalah
bernapas, terdengar wheezing. memberikan posisi semifowler,
Breating : RR: 36x/menit, irama berkolaborasi memberikan obat
napas tidak teratur, napas cuping bronkodilator (nebulizer :
hidung, terlihat adanya combivent 3 mg + Nacl 1cc) dan
penggunaan otot bantu injeksi methylprednisolone 62,5
pernapasan mg, berkolaborasi memberikan
(sternokleidomastoid), napas O2 nasal 3 lpm, memberikan
cepat dan pendek. Pada disability penjelasan tentang kondisi saat
pasien mengatakan cemas ini yang dialami pasien dan
tentang kondisinya saat ini, menganjurkan keluarga untuk
pasien gelisah, terlihat tidak selalu mendampingi serta
tenang. Pengkajian sekunder, memberikan support.
didapatkan data pasien memiliki 5. Evaluasi merupakan kunci
alergi terhadap cuaca tepatnya keberhasilan pada proses
saat cuaca dingin. keperawatan, untuk masalah jalan
2. Diagnosa keperawatan yang napas tidak efektif teratasi
muncul pada kasus ini sebagai sebagian dengan keterangan
berikut : jalan napas tidak efektif pasien mengatakan sesak napas
berhubungan dengan sudah berkurang, suara wheezing
bronkospasme, pola napas tidak berkurang. Untuk masalah
efektif berhubungan dengan keperawatan pola napas tidak
hiperventilasi, ansietas efektif sudah teratasi dengan
berhubungan dengan perubahan keterangan RR= 24x/menit, irama
pada status kesehatan. napas teratur. Untuk masalah
keperawatan ansietas sudah DAFTAR PUSTAKA
teratasi dengan keterangan
pasien tenang dan rileks. Ariyanto, M. 2006. Psikoterapi
6. Dokumentasi sudah Dengan Doa. Suhuf. Jurnal
dilakukan secara benar meliputi Fakultas Agama Islam
penulisan hasil pengkajian, Universitas Muhammadiyah
penyusunan diagnosa, intervensi, Surakarta. Surakarta : Diakses
implementasi, dan evaluasi. 17 Oktober 2012.
http://eprints.ums.ac.id/1471
Saran Begum, K., Sanjida, H., Tarikul,
Berdasarkan hasil dan I.,
pembahasan penelitian, maka Jeb-Un, N., Zakir, H.S., 2012.
peneliti memberikan saran Factors related to severe acute
sebagai berikut : asthma attack and treatment.
1. Bagi Institusi Pendidikan Dhaka : Department of
Dapat digunakan sebagai Pharmacy Bangladesh
informasi untuk pengembangan University. Diakses 17 Oktober
dan peningkatan mutu pendidikan 2012.
untuk masa yang akan datang www.doaj.org/doaj?func=fulltext
serta referensi untuk penelitian &passMe=http://ijpsr.com
ilmiah selanjutnya. Chang, E. 2010. Buku Ajar
2. Bagi Rumah Sakit Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Meningkatkan asuhan Fausiah, F. dan Widury, J. 2006.
keperawatan gawat darurat Psikologi Abnormal Klinis
kepada pasien asma bronchiale, Dewasa. Jakarta : UI Press.
dan mencukupi kebutuhan alat- Kim, K. 2004. The Effects of Semi-
alat vital di Instalasi Gawat Fowler's Position on Post-
Darurat serta dalam memberikan Operative Recovery in Recovery
terapi untuk pasien supaya Room for Patients with
dilakukan pemeriksaan fisik dan Laparoscopic Abdominal
diagnostik sebelumnya, sehingga Surgery. Pusan : College of
terapi yang diberikan sesuai yang Nursing Catholic University of
dibutuhkan pasien. Pusan. Diakses 17 Oktober
3. Bagi Perawat 2012.
Menjaga kualitas interaksi Kowalac, J. 2011. Buku Ajar
yang baik dengan meningkatkan Patofisiologi Aplikasi Pada
profesionalisme dalam Praktik Keperawatan. Jakarta :
melakukan asuhan keperawatan EGC.
gawat daurat kepada pasien Lin, G. R., Pesola, L., Bakalchuk, A.
asma bronchiale serta melibatkan Curry, M., Nelson, H., Lee, R.J.
keluarga dalam melakukan Knight, C.. 2004. The Effect Of
asuhan keperawatan. Early Parenteral Administration
4. Bagi Peneliti Of Corticosteroids In Severe
Bagi peneliti lain Asthma: A Study Not Employing
diharapkan untuk penelitian Concomitant
selanjutnya dapat lebih optimal
dalam melakukan asuhan Ipratropium Treatment. Diakses
keperawatan dan 17 Oktober 2012.
pendokumentasian asuhan http://www.ispub.com/journal.
keperawatan keperawatan. Mangunnegoro, H. 2002. Jumlah
Penderita Asma di Indonesia
Capai 12 Juta Orang. Jakarta :
Gatra.com. Diakses pada Serhat, T. 2012. Psychiatric
tanggal 15 Oktober 2012. Disorders and Symptoms in
http://arsip.gatra.com. Children with Bronchial Asthma.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Ankara : Diakses 17 Oktober
Asuhan Keperawatan Klien 2012.
Dengan Gangguan Sistem http://www.noropsikiyatriarsivi.co
Pernapasan. Jakarta : salemba m
medika. Singhi, S., Deep, A., Kaur, H. 2003.
Jhon, N., Philips, L., Oliver, B. 2012. Prevalence and predictors of
Drug Use Evaluation Of hypoxemia in acute respiratory
Bronchodialators In Paediatrics infections presenting to pediatric
In A Tertiary Care Hospital. emergency department.
Diakses 19 Oktober 2012. Chandigarh : Department of
http://www.doaj.org. Pediatrics PGIMER. Diakses 17
Petanjek, B, MD, Sanja, P, MD, Oktober 2012.
Emre, B, MD. 2007. http://www.ijccm.org
Bronchodilator Response in Smeltzer, S. C and Bare, B. G. 2002.
Patients with Persistent Allergic Buku Ajar Keperawatan Medikal
Asthma Could Not Predict Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
Airway Hyperresponsiveness. 8.Volume 1. Jakarta : EGC.
Diakses 19 Oktober 2012. Tambayong, J. 2002. Farmakologi
http://www.aacijournal.com. Untuk Keperawatan. Jakarta :
Plottel, C. 2010. 100 Tanya – Jawab Widya Medika
Mengenai Asma. Jakarta : PT Widodo. 2009. Penderita Asma di
Indeks. Indonesia Meningkat : Tribun
Rahajoe, N. 2008. Buku Ajar News. Senin,04 Mei 2009.
Respirologi Anak. Jakarta : Diakses pada tanggal 15
badan penerbit IDAI. Oktober 2012.
Rodriquez, M. A., Winkleby M. http://www.tribunbatam.co.id
Sundquist J, Kraemer H. C., Wilkinson, J. 2007. Buku
2002 Identification of population Saku
subgroups of children and Diagnosis Keperawatan Dengan
adolescents with high asthma Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
prevalence: finding from The NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC.
Third National Health and
Nutrition Examination Survey.
Diakses 15 Oktober 2012.
http://archpedi.jamanetwork.com Hana Triyoga : Mahasiswa Profesi
Rusmono. 2008. Penyakit Ners FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Asma Post 1 Kartasura
yang Mematikan setelah Stroke.
Surakarta : Solo Pos. Arina Maliya, A.Kep, M.Si. Med.:
Safitri, S. 2011. Keefektifan Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Pemberian Posisi Semi Fowler Yani Tromol Post 1 Kartasura.
Terhadap Penurunan Sesak
Nafas Pada Pasien Asma Di Indah Kartikowati, S.Kep.Ns. :
Ruang Rawat Inap Kelas III Dosen Klinik Keperawatan FIK UMS.
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura
Surakarta : Diakses 15 Oktober
2012. http://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id

Anda mungkin juga menyukai