Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Saluran pernapasan penderita asma sangat sensitif dan memberi respons yang sangat

berlebihan jika mengalami rangsangan atau gangguan saluran pernafasan tersebut bereaksi

dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan ini bisa

mengakibatkan salah satu berbagai gejala mualai dari batuk, napas pendek, tersengal –

sengal, hingga nafas yang berbunyi ngik – ngik. (Vitahealth, 2006)

Menurut World Health Organisasi (WHO), 2016 menyebutkan, lima penyakit paru

utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi

paru 7,2%, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) 4,8%, tuberkulosis 3,0%, kanker

paru/trakea/bronkus 2,1% dan Asma 0,3%. Menurut Global initiative for asthma (GINA)

tahun 2016 memperkirakan 300 juta penduduk dunia menderita asma. Prevalensi total

asma di dunia memperkirakan 6% pada dewasa dan 10% pada anak (Hardina, 2019).

Di amerika Serikat, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh National Center for

Health Statistics of the Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 2011) selama

tahun 2001 sampai dengan tahun 2009, proporsi penderita asma di segala usia meningkat

setinggi 12,3%. Sedangkan di indonesia, dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Tahun

2007, prevalensi penyakit asma mencapai 4%. Peningkatan jumlah penderita asma di

negara berkembang termasuk indonesia saat ini membutuhkan penanganan yang serius.

(Yudhawati, 2017)
Penyakit asma menjadi salah satu dari 10 (sepuluh) penyakit yang menyebabkan

banyak kasus kematian di berbagai negara, terutama pada negara-negara berkembang

seperti Indonesia. Angka kejadian Asma tertinggi dari hasil survey Riskesdas di tahun

2018 pada 12 bulan terakhir berdasarkan pekerjaan nya yaitu paling banyak pada pekerjaan

petani sebanyak (63,6%) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Berdasarkan profil kesehatan Di Provinsi Sumatera Selatan tercatat pada tahun 2010

jumlah penderita asma sebanyak 28.509 kasus, tahun 2011 sebanyak 21.597 kasus, pada

tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 21.059 kasus, pada tahun 2013 jumlah

penderita asma sebanyak 20,749 kasus, pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup

drastis yaitu 8.671 kasus,kemudian pada tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak

18.159 kasus, (Dinkes Sumsel, 2017)

Data dari dinas kesehatan kota palembang tahun 2014 jumlah penderita Asma

berjumlah 811 kasus, pada tahun 2015 jumlah penderita asma mengalami penurunan

sebanyak 74 kasus, dan pada tahun 2017 penderita asma sebanyak 496 kasus (Dinkes Kota

Palembang, 2017).

Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat penyempitan saluran nafas

yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh

episode obstruksi pernafasan di antara dua interval asimtomatik. Namun, ada kalanya sifat

reversible ini berubah menjadi kurang reversible (penyempitan baru hilang setelah

mendapat pengobatan). Penyumbatan saluran nafas yang menimbulkan mmanifestasi klinis

asma adalah akibat terjadinya pembengkakan bronkokonstriksi, mukosa bronkus dan

hipersekresi (Djojodibroto, 2014).


Pemicu pada asma sering di ketahui dan perlu di hindari, pasien dapat belajar untuk

memeriksa level arus puncak dan mengeola gejaa bersama dengan perawat. Penyakit Asma

yang yang di control dengan baik secara khas mempunyai gejala serangan yang bisa di

balik, yang dapat mengendalikan dengan pengobatan sering pada pasien asma (Aulawi,

2014)

Pasien asma biasanya di awali dengan gejala ada wheezing berulang, kadang tidak

berhubungan dengan batuk dan pilek, adanya hiperinflasi pada dinding dada, ekspirsi

memanjang serta berespon baik terhadap bronkodilator (Nanda Nic-Noc, 2015)

Penelitian terkait menurut Astuti (2017) penggunaan obat asma responden yang

menggunakan obat asma jenis inhaler (hisapan) sebanyak 53% (8 orang) efek samping

yang ditimbulkan gemetaran, batuk, mulut terasa kering. Frekuensi penggunaan obat

terbanyak adalah >3 kali sehari sekitar 53% (8 orang), menurut data rekam medis klinik

umum 12 sekitar 47% (7 orang) pasien lama kambuh mengalami kunjungan ulang dalam

sebulan sebanyak 2 kali dengan klinik tujuan klinik umum, berdasarkan analisis kusioner

studi pendahuluan terhadap tingkat control asma didapatkan sebanyak 13% responden

masuk dalam kategori terkontrol dan sebanyak 77% dalam kategori tidak terkontrol.

Berdasarkan pengambilan data awal pada tanggal 16 Januari 2020 yang diperoleh

melalui dari RSUD Palembang Bari Medical Record angka kejadian yang menderita

penyakit Asma Bronkialpada anak pada tahun 2017 berjumlah 3 orang, pada tahun

2018 menjadi 7 orang penderita penyakit Asma Bronkialpada anak, sedangkan di tahun

2019 meningkat menjadi 10 orang penderita penyakit Asma Bronkialpada anak, dari 3

tahun terakhir tidak ada angka kematian yang disebabkan oleh Asma Bronkial pada anak.
Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus yang akan

disusun sebagai Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Penatalaksanaan Tindakan Nebulizer

pada Anak dengan Asma Bronkial di RSUD Palembang Bari pada tahun 2020”

Anda mungkin juga menyukai