PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data
dekade terakhir (mchpee and Ganong 2011). Menurut Global Initiative For
Astma (GINA) tahun 2008, asma didefinisikan sebagai penyakit kronis pada
terasa sesak, biasanya terjadi pada malam hari. Sumbatan saluran nafas
dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia saat ini terkena
180.000 orang setiap tahun (WHO, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar
asma. Angka kejadian asma meningkat 1,4 kali pada rentang umur 25-34
tahun mempunyai prevalensi asma tertinggi yaitu sebesar 5,7% dan umur 1
tahun memiliki prevalensi asma terendah sebesar 1,5%. Menurut hasil survey
perempuan yaitu 4.6% dan laki-laki sebanyak 4.4%. Pada studi kasus di
1
2
RSUD Kudus faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma adalah
2010). Prevalensi kejadian asma pada provinsi NTB mencapai 46.789 dari
semua kelompok usia, artinya dari sekitar 4.813.948 penduduk NTB terdapat
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Mataram, prevalensi kasus asma di Kota
Puskesmas Cakranegara sebesar 593 jiwa. Jumlah penderita asma pada tiga
bulan terahir yaitu bulan Januari, Februari dan Maret tahun 2017 di
dengan asma umumnya sudah mengetahui faktor dominan apa yang menjadi
pemicu terjadinya serangan. Kebanyakan orang dengan asma dapat bebas dari
gejala dan serangan apabila penderita melakukan perawatan medis yang tepat
dan iritan. Penderita dengan serangan asma akan mengalami gejala berupa
batuk, sesak nafas, mengi, dada terasa tertekan yang timbul dalam berbagai
derajat dari ringan sampai berat yang dapat mengancam jiwa. Penyebab
pencetus asma yaitu alergen, stres, lingkungan kerja, perubahan cuaca dan
infeksi saluran nafas. Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma
3
pada beberapa individu, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Salah satu respon terhadap stress adalah cemas (Hostiadi, 2015).
pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Kondisi tersebut
perasaan takut, rasa tidak berdaya, putus asa, cemas bahkan bunuh diri
gejala yang normal pada manusia. Bagi orang dengan penyesuaian yang baik,
ditandai dengan sakit tenggorokan dan sesak nafas, yang akhirnya memicu
dan menganggap rasa cemas sebagai ketegangan mental yang disertai dengan
cemas terjadi ketika seseorang terancam baik secara fisik maupun psikologis
(Asmadi, 2008).
serangan asma berat. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang
serangan asma.
kambuh, 1 orang mengatakan karena alergi asap dan debu dan 1 orang lagi
tahun 2018?”
Cakranegara
di Puskesmas Cakranegara
dengan serangan asma pada penderita asma bronkial, variabel yang diteliti
alasan mengapa penelitian ini dilakukan yaitu karena tingginya angka kejadian
emosi dapat menjadi pencetus asma pada beberapa individu, salah satu respon
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa
mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam
hari dan atau dini hari. Gejala tersebut umumnya bersifat reversibel, baik
nafas rasa dada tertekan dan batuk, khususny apada malam dini hari
(Priyanto, 2010).
10
11
episodik dan atau kronik, cendrung pada malam hari atau dini hari (
penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien
( Lorence, 2010).
timbul secara episodik, cenderung pada malam hari atau dini hari
serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien atau
1. Faktor Predisposisi
a. Genetik
a. Alergen
obatan.
b. Perubahan cuaca
c. Stres
yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
d. Lingkungan kerja
pabrik asbes, pabrik batubara, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
f. Rangsangan farmakologik
g. Infeksi
h. Status gizi
imun dan respon inflamasi. Dimana status gizi yang kurang akan
putih yang lain. Kadar limfosit yang rendah tidak mampu melawan
kekambuhan.
2.1.3 Patofisiologi
dari patofisiologinya.
1. Asma Ekstrinsik
Pada asma ekstrinsik alergen menimbulkan reaksi yang hebat
reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita
akan membuat antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi ini
permukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain
daripada basofil yang kita kenal pada hitung jenis leukosit. Bila satu
molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu
Salah satu contoh yaitu histamin, contoh lain ialah prostaglandin. Pada
demikian jelas bahwa kadar IgE akan meninggi dalam darah tepi
2. Asma Intrinsik
Terjadinya asma intrinsik sangat berbeda dengan asma ekstrinsik.
dapat menolong kasus-kasus seperti ini. Selain itu lendir yang sangat
dan juga oleh bakteri seperti hemophilus influenzae. Polusi udara oleh
gas iritatif asal industri, asap, serta udara dingin juga berperan, dengan
dengan inflamasi saluran napas namun faal paru normal. Inflamasi ini
sudah terdapat pada asma dini dan asma ringan dan sudah terjadi sebelum
yang meninggal karena asma dan hal ini secara langsung berhubungan
terjadinya serangan penyakit asma ialah menerapkan pola hidup sehat dan
1. Menjaga kesehatan
dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti
Zat –zat yang merangsang saluran napas seperti asap rokok, asap
mobil, uap bensin, uap cat, uap zat-zat kimia, dan udara kotor lainnya
harus dihindari.
kapsul, maupun sirup. Tetapi jika ingin gejala asma cepat hilang maka
aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat bila masih mungkin
atau tiga macam obat. Pada penyakit asma kronis bila keadaannya
2.1.7 Komplikasi
Ukur APE (memakai alat sederhana murah dan praktis dilakukan pada
tidak berarti ada factor kerentanan kulit. Dengan berbagai bahan alergik
4. Tes profokasi
23
5. Scanning paru
paru.
6. Spirometri
diagnosis asma.
panjang dari terapi asma adalah tercapainya kontrol gejala yang baik dan
asma dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi non farmakologi (tanpa
2009).
1. Terapi non-farmakologi
edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang
(senam), vibrasi dan atau perkusi toraks, dan batuk yang efisien.
2. Terapi farmakologi
golongan yaitu:
IgE).
berlendir dan membengkak atau meradang dan lebih tebal dari pada
biasanya. Serangan asma ditandai dengan sesak nafas, bising mengi, batuk,
(Sundaru, 2008).
26
5. Hasil Tes fungsi paru-paru (PEF dan FEVI) normal atau mendekati normal
Gambaran Klinis
Gejala Klinis Ringan Sedang Berat
Sesak nafas Berjalan Berbicara Istirahat
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata
Posisi Dapat terlentang Duduk Duduk
membungkuk
Kesadaran Kadang gelisah gelisah gelisah
Frekuensi nafas Meningkat Meningkat > 30x/menit
Mengi Akhir ekspirasi Akhir ekspirasi >120 x/menit
paksa
2.2.1 Definisi
Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir atau takut yang tidak
2008).
2010).
tidak nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon
(Stuart, 2008).
Adaptif Maladaptif
secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan napas bergerak
(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
b. Respon perilaku
masalah.
c. Kognitif
30
d. Afektif
kewaspadaan meningkat.
31
keterampilan baru.
kering, ingin buang air kecil, hilang nafsu makan karena penurunan
3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan marah, takut dan
menggigit. Suara menjadi lebih tinggi, lebih keras, bicara cepat dan
blocking.
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Psikoanalisis
b. Teori Interpersonal
kerentanan tertentu.
c. Teori Perilaku
menghindari kepedihan.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor Eksternal
peran.
b. Faktor Internal
a) Potensial Stresor
b) Maturitas
terhadap kecemasan.
c) Pendidikan
d) Respon Koping
35
f) Keadaan Fisik
dikenalnya.
h) Dukungan Sosial
i) Usia
j) Jenis Kelamin
orang yang menderita stres normal, pada orang yang menderita sakit fisik
berat lama dan kronik, dan pada orang dengan gangguan psikiatri berat.
1. Farmakologis
2. Non Farmakologis
sebagai berikut :
sebagainya.
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat dan berat sekali. Menggunakan alat ukur
(instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRS-A) dikutip Hawari (2013).
antara 0-4, yang artinya adalah tidak ada gejala diberi kor 0, gejala
39
ringan diberi skor 1, gejala sedang diberi skor 2, gejala berat diberi
yaitu:
intelektual.
a. Respon Fisikologis
epigastrium, diare.
40
pusing.
hilang
dalam fungsi imun dan endokrin menghasilkan jalur biologi yang masuk
dkk, 2009).
sistem imun atau deviasi imun kearah respon berlebihan T-helper (Th) 2
sitokin. Pergeseran Th-1 ke Th-2 sitokin selama stress penting pada asma
Tingkat kecemasan
Faktor1. yang
Tidakmemengaruhi
cemas
Kecemasan: Serangan Asma
2. Ringan
1. Factor predisposisi 1. Ringan
3. Sedang
a. Psikoanalisis 2. Sedang
b.4.Interpersonal
Berat 3. Berat
c. Prilaku
2. Factor Prespitasi
a. Eksternal Faktor yang memengaruhi
1) Ancaman integritas Serangan Asma:
diri 1. Faktor predisposisi :
2) Ancaman system diri a. Genetik
b. Internal
2. Faktor prespitasi :
1) Potensial stressor
2) Maturitas a. Alergen
3) Pendidikan b. Perubahan cuaca
4) Respon koping c. Stress
5) Status sosial d. Lingkungan kerja
ekonomi e. Olahraga/aktifitas jasmani
6) Keadaan fisik yang kuat
7) Lingkungan
f. Rangsangan farmakologik
8) Dukungan social
9) Usia g. Infeksi
10) Jenis kelamin h. Status gizi
Stuart, 2007 dan Tomb, 2004
42
Serangan Asma
Tingkat
kecemasan
Faktor yang memengaruhi
Serangan Asma:
1. Faktor predisposisi :
Genetik
2. Faktor prespitasi :
a. Alergen
b. Perubahan cuaca
c. Stress/emosi
d. Lingkungan kerja
e. Olahraga/aktifitas
jasmani yang kuat
f. Rangsangan
farmakologik
g. Infeksi
h. Status gizi
Aban, 2004 dan Harrison, 2011
Keterangan :
: Tidak Diteliti
: Diteliti
: Hubungan
43
44
1. Variabel Independent
atau biasa disebut variabel bebas. Variabel independent pada penelitian ini
2. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah suatu variabel yang bersifat terikat, atau biasa
serangan asma.
(Arikunto, 2010).
METODOLOGI PENELITIAN
Artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel
Cakranegara.
4.3.1. Populasi
47
48
(Arikunto, 2010).
n= 25% x N
Keterangan :
n= besar sampel
N= besar populasi
n=25% x 81
25 x 81 2.025
= = = 20,25 = 20
100 100
1) Kriteria Inklusi
berikut:
Cakranegara
2) Kriteria Eksklusi
yang tidak boleh ada, dan jika subjek mempunyai kriteria eksklusi
berikut:
Pada penelitian ini peneliti tetap akan mempertahankan prinsif dari etika
1. Informed consent
bersedia atau menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah
adalah tidak ada gejala diberi skor 0, gejala ringan diberi skor 1, gejala
(Hawari, 2013).
GINA- Global Initiative For Astha (2009), Kuesioner serangan asma terdiri
dari 5 pertanyaan Pada kuesioner ini ada 5 item untuk pengukuran serangan
asma dengan alat ukur Asthma Control Test (ACT) dengan nilai skor 25
sehari-hari dikantor, disekolah atau dirumah? (1) Selalu, (2) Sering, (3)
terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak nafas?, (1) Selalu, (2) Sering,
(3) Kadang-kadang, (4) jarang, (5) tidak pernah, Ketiga: Dalam 4 minggu
nyeri dada atau rasa tertekan di dada) menyebabkan anda terbangun di malam
hari atau lebih awal dari biasanya?, (1) 4 kali atau lebih seminggu, (2) 2-3 kali
seminggu, (3) 1 kali seminggu, (4) 1-2 kali seminggu, (5) Tidak pernah,
(1) 3 kali atau lebih sehari, (2) 1-2 kali sehari, (3) 2-3 seminggu (4) 1 kali
seminggu atau kurang, (5) Tidak pernah, Kelima: Bagaimana penilaian anda
terhadap tingkat control asma anda dalam 4 minggu terakhir?, (1) Tidak
terkontrol sama sekali, (2) Kurang terkontrol, (3) Cukup terkontrol, (4)
53
Terkontrol dengan baik, (5) Terkontrol sepenuhnya. Apabila skor <20 diberi
kode 0 dan dikatakan asma tidak terkontrol, bila Skor 20-24 diberi kode 1
terkontrol.
1. Tahap persiapan
a. Mengurus surat izin pengambilan data dan surat izin penelitian pada
institusi
di puskesmas Cakranegara
d. Meminta data jumlah pasien yang menderita asma bronkial yang datang
ke puskesmas Cakranegara
ditetapkan
2. Tahap pelaksanaan
kota mataram
dan menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan
2. Coding (Pengkodean)
ordinal. Pada skala ini dilakukan pengkodean, data hasil interprestasi item
Tingkat Kecemasan, kode (0) Tidak cemas, (1) Kecemasan ringan, (2)
Kecemasan sedang, (3) Kecemasan berat, (4) panik. Item Serangan Asma,
Asma Terkontrol
55
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selasai
(Notoatmodjo, 2012).
4.8.1. Univariat
1. Variabel independen
tingkat kecemasan
2. Variabel dependen
serangan asma
4.8.2. Bivariat
(Saryono, 2011). Pada uji bivariat ini untuk menganalisis pengaruh dua
kesalahan 5%
BAB V
terintegrasi
Cakranegara
sebagai berikut :
1
2
1. Jenis Kelamin
berikut :
No Jenis Kelamin N %
1 Laki-laki 17 37.8
2 Perempuan 28 62.2
Jumlah 45 100
2. Umur
berikut :
Puskesmas Cakranegara tahun 2018, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
adalah situasi yang dirasa tidak menyenangkan dan ditakuti oleh fisik
responden adalah tidak dapat tidur, jantung berdebar dan sulit bernapas.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haq
4.4 berikut:
berobat yang buruk, pengetahuan yang buruk mengenai asma, dan berat
terkontrol total yaitu sebanyak 7 orang (46,7%). Hasil yang didapat pada
cemas, cemas ringan, cemas sedang dan cemas berat, serta variable
dan tidak terkontrol. Seperti yang dikatakan didalam jurnal Haq (2010),
dan infeksi saluran napas. Stres atau gangguan emosi dapat menjadi
memperberat serangan asma yang ada. Salah satu respon terhadap stres
manusia atau binatang, tepung sari bunga, dan berbagai makanan. Yang
kedua adalah infeksi saluran penapasan akibat virus yang dikenal secara
umum sebagai pilek, batuk dan flu. Yang ke tiga adalah berbagai
untuk merasakan ketakutan dan stres berat yang memicu penderita asma
tidak cemas ini sekalipun memiliki serangan asma yang tidak terkontrol
8
menjelaskan bahwa masih bias tidur nyenyak dimalam hari dan jika
asma dalam tingkat kontrol yang baik karena hasil wawancara pada saat
maka stres dan kecemasan dapat cepat diatasi dan ditanggulangi. Bagi
orang yang penyesuaian dirinya kurang baik, maka stres dan kecemasan
ada yang menderita asma, tetapi mereka tetap saja terserang penyakit
diketahui bahwa hanya 30% penderita asma yang memiliki riwayat asma
dalam keluarganya.
BAB VI
PENUTUP
61. KESIMPULAN
dari responden laki-laki, usia responden terbanyak adalah 20-30 tahun, tingkat
hubungan antara tingkat kecemasan dengan serangan asma pada penderita asma