Anda di halaman 1dari 11

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.

2, 2020

KAJIAN PERESEPAN OBAT ANTIHISTAMIN PADA PASIEN


RAWAT JALAN DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI BANDUNG
1 2 3
Ida Lisni , Ani Anggriani , Regina Puspitasari
1,2,3
Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana

Email koresposdensi : idalisnibku@gmail.com

ABSTRAK

Histamin merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kelainan akut dan
kronis, sehingga perlu diteliti lebih lanjut mekanisme antihistamin pada pengobatan
penyakit alergi. Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistamin
adalah salah satu obat yang sering diresepkan pada anak-anak hingga orang tua. Dengan
demikian penerapan terapi dalam pengobatan diperlukan untuk memastikan penggunaan
obat yang tepat untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat sehingga tujuan
efektivitas terapi dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola
peresepan obat antihistamin dan menilai ketepatan pemberian antihistamin berdasarkan
ketepatan dosis dan potensi interaksi obat. Kajian peresepan obat ini bersifat deskriptif
kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan sumber data berupa lembar resep pasien
yang diambil secara retrospektif. Hasil data penelitian kuantitatif menunjukkan 57,23%
berjenis kelamin perempuan, usia yang terbanyak yaitu pada usia 55-59 tahun 12,26%,
obat yang paling banyak digunakan oleh pasien yaitu setirizin 72,48%, ketepatan dosis
89,60% dan lebih dosis 10,40%, potensi interaksi obat terjadi pada 91 pasien 27,83%,
Obat yang paling banyak mengalami potensi interaksi ialah setirizin dengan teofilin.

Kata kunci : Histamin, Antihistamin, Interaksi, Retrospektif

52
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

STUDY OF ANTIHISTAMINE DRUGS PRESCRIBING


OUTPATIENTS IN ONE OF THE HOSPITAL IN
BANDUNG

ABSTRACT

Histamine is one of the factors that cause acute and chronic disorders, so it is
necessary to investigate further the mechanism of antihistamines in the treatment of
allergic diseases. Antihistamines are substances that can reduce or block the effects of
histamine on the body by blocking histamine receptors. Antihistamines are one of the
drugs that are often prescribed to children to the elderly. Thus the application of
therapy in medicine is needed to ensure the use of appropriate drugs to prevent the
occurrence of medication errors so that the goal of therapeutic effectiveness can be
achieved. The purpose of this study was to determine the prescribing pattern of
antihistamine drugs and assess the accuracy of the administration of antihistamines
based on dose accuracy and potential drug interactions. Prescribing studies of this drug
are descriptive quantitative and qualitative by using data sources in the form of patient
prescription sheets taken retrospectively. The results of quantitative research data show
that patients 57.23% were female, the highest age was 55-59 years old 12.26%, the
most widely used drug was setirizine 72.48%, dose accuracy 89.60% and more doses
10.40%, the potential for drug interactions occurred in 27.83%, The drug that has the
most potential for interaction is setirizine with theophylline.

Keywords : Histamine, Antihistamine, Interaction, Retrospective

PENDAHULUAN 8-15% setiap saat selama kehamilan


Histamin merupakan salah satu (Gilboa, et al., 2009).Antihistamin
faktor yang menimbulkan kelainan akut banyak digunakan untuk pengobatan
dan kronis, sehingga perlu diteliti lebih berbagai kondisi, termasuk reaksi alergi
lanjut mekanisme antihistamin pada akut, rhinitis alergi, konjungtivitis
pengobatan penyakit alergi (Pohan SS, alergi, asma alergi, urtikaria dan
2007). dermatitis atopik (Anagnostou K, et al.,
Antihistamin adalah zat-zat yang 2016). Antihistamin generasi pertama
dapat mengurangi atau menghalangi telah dikaitkan dengan efek samping,
efek histamin terhadap tubuh dengan terutama sedasi. Sedangkan
jalan memblok reseptor- histamin (Tjay antihistamin generasi kedua lebih
Tan Hoan & Rahardja Kirana, 2007). disukai dari pada obat generasi pertama,
Antihistamin pertama kali karena memiliki efek samping yang
dikembangkan pada tahun 1930-an. lebih sedikit, terutama sedasi (Poluzzi et
Prevalensi penggunaan antihistamin al., 2015).
yang dilaporkan berkisar antara 4- 10% Antihistamin adalah salah satu
selama kehamilan trimester pertama dan obat yang sering diresepkan pada anak-

53
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

anak hingga orang tua. Menurut data penderita asma dan terdapat sekitar
yang diperoleh oleh studi Alergologica 2,5% populasi tersebut terdapat di
2005, dari Spanish Society of Indonesia. Manajemen alergi selama ini
Allergology and Clinical Immunology, tergantung pada kepatuhan penderita
56,4% dari semua pasien anak-anak (di dalam menghindari faktor pemicu serta
bawah usia 14 tahun) dalam penelitian pengobatan alergi yang digunakan
ini telah menerima beberapa untuk memblokade mediator utama
antihistamin sebelum mengunjungi ahli sehingga menurunkan efek alergi yang
alergi. Dari obat ini, 22% berhubungan meluas. Berdasarkan Keputusan
dengan antihistamin generasi pertama. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Menurut International Medical Statistics No HK.01.07/MENKES/395/2017
(IMS), hampir dua juta unit antihistamin tentang Daftar Obat Esensial Nasional
(dalam larutan) untuk keperluan anak- menyatakan bahwa obat antialergi yang
anak dijual di Spanyol selama tahun tersedia di puskesmas dan rumah sakit
2006 dengan biaya hampir 6 juta euro. meliputi, deksametason, difenhidramin,
Dari jumlah ini, 34% berhubungan epinefrin (adrenalin), klorfeniramin,
dengan antihistamin generasi pertama loratadin, dan cetirizine (Kawuri, 2018).
(atau menenangkan). Penggunaan obat Berdasarkan penelitian raimundus di
apapun baik dalam kelompok usia anak- Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
anak hingga dewasa ini harus mematuhi Baji Makasar menyebutkan terdapat
kriteria keamanan dan harus Drug Related Problems pada obat
memberikan jaminan efisiensi yang antihistamin sebesar 7,66% tidak tepat
maksimal. Antihistamin generasi obat dan tidak tepat dosis obat
pertama belum pernah dipelajari secara antistamin (Chaliks, 2017). Berdasarkan
memadai untuk kelompok usia anak- hal tersebut dilakukan penelitan
anak, meskipun masih digunakan dalam mengenai kajian peresepan obat
persentase pasien yang tampaknya antihistamin pada pasien rawat jalan
tinggi. Sebaliknya, penelitian pada disalah satu rumah sakit swasta di
anak-anak telah dilakukan dengan Bandung.
antihistamin second generation (H2
antihisamin) (Cuvillo A del; Sastre J; METODE PENELITIAN
Montoro J et al, 2007). Penelitian yang dilakukan
Data World Allergy Organization merupakan penelitian non eksperimental
(WAO) tahun 2013 menunjukan bahwa dengan metode deskriptif
prevalensi alergi di dunia diperkirakan menggunakan pendekatan waktu
sekitar 30-40% dari populasi dunia. retrospektif yang dilakukan secara
Manifestasi alergi yang terjadi seperti kuantitatif dan kualitatif. Deskripsi
asma, rhinokonjungtivitis, dermatitis kuantitatif dengan memberikan
atopi atau eksem, dan anafilaksis gambaran mengenai jumlah pasien
jumlahnya mengalami peningkatan berdasarkan jenis kelamin, kelompok
setiap tahunnya. Di dunia diperkirakan usia dan nama obat. Sedangkan
terdapat sekitar 334 juta populasi kualitatif dengan membandingkan

54
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

kesesuaian antara dosis dan potensi laki-laki maupun perempuan di


interaksi obat dengan yang standar salah satu Rumah Sakit Swasta di
menggunakan sumber pustaka yang sah Bandung
dan mutakhir. Instrumen dalam 5. Pengambilan dan Pengumpulan
penelitian ini adalah lembar resep pada Data
pasien rawat jalan yang menerima obat Pengambilan data dilakukan secara
antihistamin di salah satu Rumah Sakit retrospektif dengan periode data
Swasta di Bandung pada bulan Februari satu bulan ( Februari 2018 )
2018. Kajian yang akan dianalisa ialah 6. Analisis Data
pola antihistamin yang diresepkan dan
Analisis data yang dikumpulkan
ketepatan peresepan antihistamin dari sumber data dapat digolongkan
berdasarkan ketepatan dosis dan potensi menjadi :
interaksi obat. a. Kuantitatifuntuk
mengetahui jumlah
Rancangan Penelitian pasien berdasarkan
1. Penetapan Kriteria Obat jenis kelamin,
kelompok usia, dan
Obat antihistamin yang
nama obat.
diresepkan untuk pasien rawat
b. Kualitatifuntukmengkaji
jalan.
2. Penetapan Kriteria Pasien secara kualitatif
kesesuaian/ketidaksesuaian
Pasien dengan usia produktif
peresepan obat berdasarkan
hingga pasien dengan usia lanjut
risiko tinggi di instalasi rawat jalan kriteria/standar penggunaan
berdasarkan Pustaka Permenkes RI obat yang telah ditetapkan.
tahun 2016 pasien usia produktif ( Data kualitatif meliputi
15-64 tahun ), pasien usia lanjut ( ketepatan dosis dan potensi
interaksi obat
≥60 tahun ), pasien usia lanjut
risiko tinggi 7. Pengambilan Kesimpulan
Dari hasil analisis pengolahan data
( ≥70tahun ) baik laki-laki maupun
secarakuantitatifdiambil
perempuan yang mendapatkan
resep berisi obat antihistamin kesimpulanmengenaikajian
3. Kriteria/Standar Penggunaan Obat peresepan obat antihistamin,
sedangkan untuk analisis kualitatif
Standar yang dipilih untuk
menetapkan ketepatan dosis dan diambil kesimpulan untuk
mengetahui ketepatan peresepan
potensi interaksi obat antihistamin
obat antihistamin.
berdasarkan pustaka yang mutakhir
dan sah seperti jurnal, medscape,
AHFS, PIONAS, Stockley Drug
Interaction. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Sumber Data Resep obat yang diambil sebanyak
Data resep pasien rawat jalan baik 318 lembar resep dari salah satu rumah
sakit di Bandung yang

55
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

resepnya dilayani dibagian rawat jalan. Hasil penelitian meliputi jumlah pasien
Hasil penelitian ini disajikan ke dalam berdasarkan jenis kelamin, kelompok
data kuantitatif dan kualitatif. usia dan penggunaan obat antihistamin.
Data Kuantitatif

Tabel 1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin


Persentase
Jenis Kelamin Jumlah Pasien
(%)
Laki – Laki 136 42,77
Perempuan 182 57,23
Total Pasien 318 100,00
% : Jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin dihitung terhadap total jumlah pasien selama pengamatan

Penggunaan obat antihistamin di antihistamin sebagian besar disebabkan


instalasi rawat jalan lebih banyak karena adanya reaksi alergi. Adanya
digunakan oleh pasien perempuan perbedaan frekensi penyakit yang
dibandingkan dengan pasien laki- laki. diderita olah pasien menurut jenis
Namun, hal ini belum ditemukan kelamin dapat disebabkan oleh adanya
adanya hubungan atau perbedaan dalam perbedaan pola hidup, pekerjaan,
penggunaan obat antihistamin pada keterpaparan dan tingkat kerentanan
pasien laki-laki maupun pasien (Fujiastuti,2016)
perempuan, karena penggunaan obat

Tabel 2. Jumlah Pasien Berdasarkan Kelompok Usia

Jumlah Persentase
Usia (Tahun)
Pasien (%)
20-24 20 6,29
25-29 13 4,09
30-34 21 6,60
35-39 19 5,97
40-44 27 8,49
45-49 23 7,23
50-54 34 10,69
55-59 39 12,26
60-64 32 10,06
65-69 36 11,32
70-74 30 9,43
>75 24 7,55
Total Pasien 318 100,00
% : Jumlah pasien berdasarkan usia dihitung terhadap total jumlah pasien selama pengamatan

56
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

Berdasarkan tabel diatas jumlah bahwa pada usia lanjut, terjadi


pasien berdasarkan kelompok usia, dari peningkatan penderita yang
318 populasi pasien yang paling banyak menggunakan obat antihistamin yang
pada penelitian ini adalah pasien dengan disebabkan sistem immunologis dan
rentang usia 55-59 tahun diperoleh data kemampuan cadangan (daya tahan
sebanyak 39 pasien yang menggunakan tubuh/kekebalan tubuh) terhadap pasien
obat antihistamin yaitu sebesar 12,26%. usia lanjut rendah/menurun, sehingga
Hal ini didukung dengan penelitian sangat rentan terhadap berbagai
yang dilakukan oleh Jensen, Romsing, penyakit, termasuk penyakit- penyakit
& Dalhoff (2017) yang menyebutkan yang menggunakan obat antihistamin.

Tabel 3. Jumlah Penggunaan Obat Antihistamin

Jumlah Persentase
Nama Obat
Pasien (%)
Loratadin + Pseudoefedrin (*Aldisa SR) 28 8,56
Mebidrolin Napadisilat (*Interhistin) 2 0,61
Loratadin 60 18,35
Setirizin 237 72,48
Total Penggunaan Obat Antihistamin 327 100,00
% : Jumlah pasien berdasarkan penggunaan obat antihistamin dihitung terhadap total jumlah penggunaan obat
antihistamin selama pengamatan

Berdasarkan tabel diatas epinefrin (adrenalin), klorfeniramin,


didapatkan hasil bahwa obat yang loratadin, dan setirizin.
paling adalah setirizin sebanyak 237
item obat sebesar 72,48%. Obat banyak Data Kualitatif
antihistamin yang paling banyak Hasil penelitian ini mengkaji secara
dikeluarkan pada pasien rawat jalan di kualitatif kesesuaian atau
salah satu rumah sakit di Bandung ialah ketidaksesuaian penggunaan obat
setirizin hal ini sesuai berdasarkan antihistamin pada pasien rawat jalan di
Keputusan Menteri Kesehatan Republik salah satu rumah sakit di Bandung. Pada
Indonesia No penelitian kualitatif ini, data kualitatif
HK.01.07/MENKES/395/2017 tentang yang di dapat diantaranya ketepatan
Daftar Obat Esensial Nasional dosis dan karakteristik pasien
menyatakan bahwa obat antialergi yang berdasarkan interaksi obat antihistamin
tersedia di puskesmas dan rumah sakit dengan obat lain
meliputi, deksametason, difenhidramin,

57
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

Tabel 4. Jumlah Obat Berdasarkan Ketepatan Dosis terhadap Pasien yang


menggunakan Obat Antihistamin
Ketepatan Dosis
Nama Obat
Tepat Dosis % Lebih Dosis %
Loratadin+Pseudoefedrin
(*AldisaSR) 26 7,95 2 0,61
MebidrolinNapadisilat
(*Interhistin) 1 0,31 1 0,31
Loratadin 48 14,68 12 3,67
Setirizin 218 66,66 19 5,81
Total 293 89,60 34 10,40
Total Penggunaan Obat 327 100%
Antihistamin
Keterangan : % = Persentase jumlah pasien berdasarkan penggunaan obat antihistamin dihitung
terhadap total jumlah penggunaan obat antihistamin selama pengamatan

Pemberian obat yang berlebihan 2011). Pemberian obat loratadin dinilai


dapat menyebabkan terjadinya resiko efek 14,68% tepat dosis pemberian. Dosis
samping. Sedangkan jika dosis terlalu pemberian yang dianjurkan untuk obat
kecil (kurang dosis) tidak dapat menjamin loratadin adalah 10 mg/hari. Selanjutnya
tercapainya kadar terapi yang diharapkan. pemberian obat aldisa sr
Perhitungan ketepatan dosis dapat dilihat dengan komposisi loratadin+
dari masing-masing pasien, jika obat yang pseudoefedrin dinilai 7,95% tepat dosis
digunakan pasien tersebut kurang atau pemberian. Dosis pemberian yang
lebih dosis maka dapat dikatakan tidak dianjurkan untuk obat aldisa sr ini
tepat dosis. Berdasarkan tabel 4 diatas, adalah 1 tablet (5 mg-120 mg) per oral 2
pengobatan dikatakan tepat dosis jika kali sehari baik dewasa maupun anak-
obat yang diberikan kepada pasien sesuai anak (AHFS, 2011).
dengan literatur. Hasil penelitian yang Pemberian interhistin dengan
didapat pada pasien rawat jalan yang komposisi mebidrolin napadisilat dinilai
menggunakan obat antihistamin 0,31% tepat dosis pemberian. Dosis
berdasarkan tabel 4 didapatkan sebanyak pemberian yang dianjurkan untuk obat
293 pasien yang dosisnya sesuai dengan interhistin adalah dosis tunggal 50 mg–
dosis standar menurut literatur dengan 100 mg. Berdasarkan hasil yang
presentase sebesar 89,60%. Pemberian didapat, pemberian obat dikatakan lebih
obat antihistamin yaitu setirizin dinilai dosis dikarenakan frekuensi pemberian
66,66% tepat dosis pemberian. Dosis obat antihistamin tidak sesuai dengan
yang diterima pasien berada pada rentang yang sudah dianjurkan dalam literatur
yang seharusnya. Dosis pemberian yang dan pustaka sehingga dapat
dianjurkan untuk obat setirizin adalah 10 menyebabkan ketidaktepatan dosis
mg/hari baik untuk dewasa maupun anak- dalam pemberian obat antihistamin
anak (AHFS, (AHFS, 2011).

58
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

Tabel 5. Jumlah Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan dan


Mekanismenya
Kateg Obat Obat Jenis Interaksi
Efek Σ % Σ %
ori A B
kasus total
Peningkatan
Modera Setiri Kodein Farmakodinamik sedasi dan 1 0,31
te zin Fosfat menunjukkan
efek depresan
sistem saraf
pusat
Lorat Itrakon Farmakokinetik 4 1,22
adin azol
Ketok Farmakokinetik 3 0,92
Menghambat
onazol
metabolisme
Mikon Farmakokinetik loratadin 2 0,61
azol
91 27,83
Flukon Farmakokinetik 2 0,61
azol
Minor Lorat Simva Farmakokinetik Meningkatkan 1 0,30
adin statin kadar
loratadin
dalam plasma
Setiri Teofili Farmakokinetik Menurunkan 77 23,55
zin n bersihan
Aminofi Farmakokinetik setirizin 1 0,31
lin

Tidak terjadi potensi interaksi obat 236 72,17


Total Penggunaan Obat Antihistamin 327 100
% : Jumlah kasus interaksi obat dihitung terhadap total jumlah penggunaan obat antihistamin selama
pengamatan

Berdasarkan hasil penelitian dari dengan obat lainnya yaitu sebanyak 91


data pasien di salah satu Rumah Sakit di pasien dengan presentase sebesar
Bandung didapatkan bahwa hasil 27,83%.
potensi interaksi obat antihistamin
Berdasarkan hasil diatas, potensi pada penggunaan setirizin dengan
interaksi obat yang terjadi adalah aminofilin. Berdasarkan mekanisme
pemberian setirizin dengan teofilin atau interaksi dan tingkat keparahan, kedua
pemberian setirizin dengan aminofilin. obat tersebut termasuk ke dalam
Namun, penggunaan setirizin dengan mekanisme farmakokinetik kategori
teofilin lebih banyak digunakan dari minor, artinya tingkat keparahannya

59
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

ringan (tidak begitu bermasalah dan kardiovaskular yang merugikan.


dapat diatasi dengan baik). Pemberian Antijamur azol dapat meningkatkan
bersama dengan teofilin dapat efek loratadin dengan mempengaruhi
menurunkan pembersihan setirizin. metabolisme enzim hati CYP3A4 hati
Menurut literatur, penurunan kecil atau usus oleh transporter eflux P-
dalam pembersihan setirizin terlihat glikoprotein (MDR1). Oleh karena itu,
ketika teofilin diberikan dengan dosis interaksi antihistamin dengan antijamur
400 mg, semakin besar dosis teofilin azol ditetapkan penting secara klinis.
yang diberikan akan memberikan efek Namun, menurut literatur dinyatakan
yang lebih besar pula. Namun, tidak ada bahwa loratadin dan setirizin tampakna
interaksi obat yang signifikan secara aman untuk digunakan dengan
klinis yang ditemukan dengan teofilin ketokonazol atau golongan azol.
pada dosis rendah (Baxter, 2010) Terfenadin dan astemizol tidak boleh
Selanjutnya, potensi interaksi obat digunakan dengan ketokonazol (Baxter,
yang terjadi adalah pemberian loratadin 2010)
dengan itrakonazol/ golongan azol Potensi interaksi obat yang terjadi
(ketokonazol, mikonazol, dan adalah pemberian loratadin dengan
flukonazol). Kedua obat tersebut simvastatin. Kedua obat tersebut
termasuk ke dalam mekanisme termasuk ke dalam mekanisme interaksi
farmakokinetik kategori minor. Ketika tidak diketahui kategori minor.
loratadin dan obat antijamur golongan Selanjutnya, potensi interaksi obat yang
azol seperti itrakonazol; ketokonazol; terjadi adalah pemberian setirizin
mikonazol dan flukonazol diberikan dengan kodikaf. Kedua obat tersebut
secara bersamaan akan timbul termasuk kedalam mekanisme
perubahan farmakokinetik obat. farmakodinamik kategori moderate,
Ketokonazol telah dilaporkan artinya tingkat keparahannya sedang.
menghambat metabolisme loratadin. Pemberian bersama dengan kodikaf
Area dibawah kurva waktu konsentrasi (kodein fosfat) dapat menyebabkan
plasma (AUC) telah meningkat 180% peningkatan sedasi dan menunjukkan
untuk loratadin dan 56% untuk efek depresan sistem saraf pusat yang
metabolit aktifnya. Oleh karena itu, dapat menyebabkan gangguan aditif
penggunaan bersamaan dari dari kewaspadaan mental dan kinerja
antihistamin dan azoles ini menyebakan seperti mengemudi atau
peningkatan kadar antihistamin. Tingkat mengoperasikan mesin. Oleh karena itu,
serum loratadin yang tinggi memblokir beberapa peringatan diberikan ketika
saluran pottasium jantung yang kedua obat ini diberikan (Baxter, 2010)
menyebabkan perpanjangan interval Interaksi obat yang terjadi dapat
QT. Antijamur azol dapat meningkatkan diakibatkan karena pemakaian bersama-
tingkat loratadin, yang dapat sama dua atau lebih macam obat.
menyebabkan aritmia atau dapat Pemakaian dua atau lebih macam obat
menyebabkan sedikit peningkatan pada dengan waktu yang bersamaan dapat
interval QT, sejauh ini tidak ada efek menimbulkan efek yaitu meningkatkan

60
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

efek obat atau bisa juga menurunkan tahun sebanyak 12,26%. Obat yang
efek dari suatu obat. Berdasarkan paling banyak digunakan yaitu setirizin
penelitian yang telah dilakukan yang sebanyak 72,48%. Didapatkan hasil
diambil dari data resep pasien rawat 89,60% pasien yang menerima obat
jalan di salah satu rumah sakit di dengan dosis tepat. Adanya potensi
Bandung, diperoleh data bahwa semakin interaksi obat dalam pemberian resep
banyak jumlah obat dalam satu resep untuk pasien yang menggunakan
maka kemungkinan untuk terjadinya antihistamin sebanyak 91 pasien
potensi interaksi obat akan semakin (27,83%). Obat yang paling banyak
besar pula. Akan tetapi, banyaknya mengalami potensi interaksi minor
jumlah obat yang ditulis dalam satu antara setirizin dengan teofilin.
resep tidak selalu menimbulkan potensi
interaksi obat yang lebih besar jika UCAPAN TERIMAKASIH
dibandingkan dengan jumlah obat yang
Ucapan terima kasih kepada reviewer
lebih sedikit ditulis dalam satu resep,
Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia,
dikarenakan bisa saja obat-obatan yang
IFRS RS Muhammadiyah Bandung dan
ditulis dan diberikan oleh dokter kepada
Fakultas Farmasi Universitas Bhakti
pasien adalah obat-obat yang secara
Kencana.
pustaka dan literatur tidak mengalami
interaksi obat dengan obat lain. Untuk
DAFTAR PUSTAKA
menghindari terjadinya potensi interaksi
Aberg, J. A., Lacy, C. ., Amstrong, L. .,
obat yang mungkin dapat menimbulkan
Goldman, M. ., & Lance, L. L.
efek yang berbahaya bagi pasien,
(2009). Drug Information
Handbook, 17th Edition
mungkin perlu dilakukan
American Pharmacist
penatalaksanaan tentang interaksi obat
Association.
tersebut, diantaranya hindari kombinasi
American Society of Health System
obat, melakukan pemantauan kepada
Pharmacist. 2011. AHFS Drug
pasien, dan penyesuaian dosis. Teruskan
Information. United States of
pengobatan jika ternyata interaksi yang
America.
terjadi tidak bermakna klinis dan
Anagnostou, K., Swan, K. E., &
kombinasi obat yang berinteraksi
Brough, H. (2016). The use of
tersebut merupakan pengobatan yang
antihistamines in children.
optimal untuk pasien (Baxter, 2010)
Paediatrics and Child Health
(United Kingdom),
SIMPULAN
https://doi.org/10.1016/j.paed.20
Pasien yang menerima obat antihistamin
16.02.00 6Baxter, K., (2008).
yang paling banyak adalah pasien
Stockley’s Drug Interactions 8th
perempuan sebanyak 57,23%. Rentang
edition, London: Pharmaceutical
usia pasien yang menerima obat
Press.
antihistamin paling banyak yaitu pasien
yang berada pada rentang usia 55-59

61
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.2, 2020

Baxter, K., (2010). Stockley’s Drug Molecular Teratology, 85(2),


Interactions 9th adition, London: 137–
Pharmaceutical Press. 150.https://doi.org/10.1002/bdra.
Brunton, L. L., Chabner, B. A., & 20513
Knollmann, B. C. (2011). Jensen, L. L., Rømsing, J., & Dalhoff,
Goodman & Gilman’s The K. (2017). A Danish Survey of
Pharmacological Basis of Antihistamine Use and
Therapeutics (12th ed.). United Poisoning Patterns. Basic and
State: McGraw-Hill. Clinical Pharmacology and
Del Cuvillo, A., Sastre, J., Montoro, J., Toxicology, 120(1), 64–70.
Jáuregui, I.,Ferrer, M., Dávila, https://doi.org/10.1111/bcpt.126
I., … Valero, A. (2007). Use of 32
antihistamines in pediatrics. Chaliks R, dll. (2017). Identifikasi Drug
Journal of Investigational Related Problems (DRPs) dalam
Allergology and Clinical Pengobatan Diare pada Pasien
Immunology. Anak Rawat Inap di Rumah
Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Sakit Labuang Baji Makasar.
Tahun 2017 tentang Apotek. Media Farmasi Vol. XIV No 1
Jakarta: Departemen Kesehatan April 2018.
Republik Indonesia. journal.poltekkesmks.ac.id/ojs2/ind
Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 ex.php/mediafarmasi/index
tahun 2016 tentang Standar Fujiastuti G. (2006). Evaluasi Drug
Pelayanan Kefarmasian di
Related Problems (DRPs)
Rumah Sakit. Jakarta: Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Departemen Kesehatan Republik (ISPA) Pada Pasien Pediatrik di
Indonesia. Instalasi Rawat Inap Salah Satu
Fitzsimons, R., Van Der Poel, L. A., Rumah Sakit Daerah Bangka.
Thornhill, W., Du Toit, G., UIN Syarif Hidayatullah.
Shah, N., & Brough, H. A. Jakarta.
(2015). Antihistamine use in
children. Archives of Disease in Kawuri, dll. (2018). Efek Histamin
Childhood: Education and Ekstrak Daun Jambu Buji
Practice Edition, (Psidium guazava) Pada Tikus
https://doi.org/10.1136/archdisch Putih (Rattus norvegicus)dengan
ild- 2013-304446 Diinduksi Ovalbumin.
Gilboa, S. M., Strickland, M. J., Olshan, Univeristas Sebelas Maret.
A. F., Werler, M. M., & Correa, Surakarta.
A. (2009). Use of antihistamine
medications during early
pregnancy and isolated major
malformations. Birth Defects
Research Part A - Clinical and

62

Anda mungkin juga menyukai