ABSTRAK
Penelitian mengenai gambaran dan rasionalitas penggunaan obat pada terapi penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif dirumah sakit ernaldi bahar Palembang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran dan rasionalitas penggunaan obat pada terapi pasien
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif dirumah sakit ernaldi bahar Palembang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan data diambil secara retrospektif yang berasal dari
data rekam medik pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 67 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi, penyalahgunan napza dengan jumlah tertinggi adalah amphetamine dan
metamphetamine sebanyak 43 pasien (64%). Dan rasionalitas seluruh penggunaan obat yang
digunakan pasien dirumah sakit ernaldi bahar Palembang berdasarkan tepat indikasi sebesar 85%,
ketepatan pemilihan obat sebesar 85%, dan ketepatan dosis sebesar 59,7%.
Firdiawan, dkk
19
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24
Jenis kelamin
Laki-laki 65 97,1%
Perempuan 2 2,9%
Tingkat Pendidikan
Tidak bersekolah 1 1,5%
SD 14 20,9%
SMP 14 20,9%
SMA 36 53,7%
D3 2 3%
Total 67 100%
Firdiawan, dkk
20
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24
Firdiawan, dkk
21
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24
Merlopam 1 1,5%
THP
Olanzapine 1 1,5%
Respiridon 1 1,5%
TH
Cofein
Olanzapine 1 1,5%
Merlopam
Fluoxetine 1 1,5%
Clozapine
Respiridon
Amphetamine, Fluoxetine 1 1,5%
Metamphetamine
dan alkohol
Fluoxetine 1 1,5%
Neurodex
Respiridon 1 1,5%
Clozapine
THP
Clozapine
Respiridon 1 1,5%
Olanzapine 1 1,5%
Fluoxetine
Respiridon 1 1,5%
THP
Respiridon 1 1,5%
Methamphetamine Olanzapine 2 3%
Clozapine 1 1,5%
THP
Olanzapine 2 3%
Merlopam
Amphetamine, Metamphetamine dan Fluoxetine 1 1,5%
abon Neurodex
Clozapine
Olanzapine 1 1,5%
Fluoxetine
Amphetamine, Metamphetamine Respiridon 1 1,5%
Aibon dan alcohol THP
Respiridon 1 1,5%
THP
Clozapine
Respiridon 1 1,5%
Amphetamine Respiridon 1 1,5%
Fluoxetine
Metamphetamine Clozapine 1 1,5%
dan alcohol Olanzapine
Firdiawan, dkk
22
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24
THP
Alcohol dan ganja Fluoxetine 1 1,5%
B.complex
Total 67 100%
Tabel 5 Gambaran terapi simtomatik pasien penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2020
Penelitiaan ini merupakan penelitian resiko kerja dan stress, dimana laki-laki
deskriptif yang menggambarkan penggunaan memiliki resiko kerja dan stress yang sangat
terapi obat dan rasionalitas penggunaan obat tinggi, sehingga sangat rentan untuk
pada terapi pasien penyalahgunaan narkotika, menggunakan narkotika sebagai penghilang
psikotropika dan zat adiktif. Penelitian ini stress.
dilakukan pada bulan Maret-Mei 2021 sampai Berdasarkan hasil penelitian
dengan bulan mei di instalasi rekam medik kelompok usia diketahui pasien yang
dirumah sakit Ernaldi Bahar Palembang yaitu melakukan penyalahgunaan narkotika,
dengan mengambil data bulan Januari- psikotropika dan zat adiktif sebagian besar
Desember 2020. Besar sampel dalam berusia 15-30 tahun diketahui sebanyak 50
penelitian ini adalah sebanyak 67 pasien pasien (74,6%). Dari hasil penelitian Balaka
dengan penyalahgunaan NAPZA. (2017) pada usia 15-19 tahun sebanyak 181
Pada penelitian ini didapatkan pasien (31,48), pada usia 20-44 tahun 307
karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin pasien, dari data menunjukkan rentang usia
selama tahun 2020 pada jenis kelamin laki- penyalahgunaan narkoba didominasi oleh
laki berjumlah 65 orang (97,1%) dan anak pelajar yang masih duduk dibangku
perempuan berjumlah 2 orang (2,9%). Hasil sekolah menengah atas dan kalangan
penelitian ini sama dengan penelitian yang mahasiswa. Hal ini menurut Bayu dalam
dilakukan oleh Balaka (2017), dimana jumlah Balaka (2017) disebabkan oleh pergaulan
kasus pasien penyalahgunaan narkotika, yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat.
psikotropika dan zat aktif lebih banyak terjadi Anak SMA yang mengalami pubertas relative
pada laki-laki yaitu sebanyak 429 orang akan lebih mudah terjerumus dalam pergaulan
(75%) dan pada perempuan sebanyak 146 bebas.
orang (25%). Hal ini diakibatkan oleh faktor
Firdiawan, dkk
23
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24
Pada tabel 4.2 didapatkan data diagnosa antikolinergik dan antiadrenergic relative
pasien di Rumah Sakit Ernaldi Bahar tinggi. Menurut perkiraan efek baiknya dapat
Palembang pada Tahun 2020 dengan jumlah dijelaskan oleh blokade kuat dari reseptor-
tertinggi adalah gangguan mental dan prilaku D2,-D4 dan -5HT2, Blokade reseptor muskarin
akibat zat stimulant sebanyak 62 pasien dan reseptor-D4 diperkirakan mengurangi
(92,5%). Berdasarkan data morbiditas pasien GEP, sedangkan blockade 5HT2
rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia tahun meningkatkan sintesis dan pelepasan
2010, gangguan mental dan prilaku akibat dopamine diotak. Hal ini meniadakan
penggunaan stimulansia paling banyak sebagian blokade D2, tetapi mengurangi
terdapat pada golongan usia produktif, yaitu resiko GEP (Tjay dan Rahardja, 2015).
25-44 tahun dengan jumlah kasus baru Antispikotik obat –obat ini digunakan
sebanyak 214 orang (Diano dkk, 2016). untuk gangguan jiwa dengan gejala
Pada penelitian ini pemberian jenis terapi psikotis,seperti schizophrenia, mania dan
obat yang paling banyak digunakan untuk depresi psikotik. Disamping itu, antipsikotika
pasien penyalahgunaan NAPZA di Rumah digunakan untuk menangani gangguan prilaku
Sakit Ernaldi Palembang adalah respiridon serius pada pasien dengan handicap rohani
(antipsikotika) sebanyak 56,7%. Yang dan pasien demensia, juga untuk keadaan
berkhasiat antipsikotik dan antiserotonin(5- gelisah akut(excitation) dan penyakit lata
HT) kuat, efek blockade-a1-nya cukup baik (penyakit Gilles de la Tourette) (Tjay dan
Dalam hati zat atypis ini diubah menjadi Rahardja, 2015)
antara lain metabolit aktif hidroksi- Berdasarkan Menkes (2015) tentang
rispperidon dengan plasma-t ± 24 jam (4- terapi obat penyalahgunaan narkotika,
8mg/hari) GEP lebih jarang terjadi, psikotropika dan zat adiktif. Penyalahgunaan
sedangkan pada dosis lebih tinggi sama amfetamin dam metamfetamin Terapi
dengan obat klasik. Dianjurkan untuk psikosis antipsikotika (haloperidol 3×1,5-5 mg, atau
schizophrenia kronis untuk menangani respiridon 2×1,5-3 mg), antiansietas
simtom negatif, khususnya bila obat lain (alprazolam 2×0,25-0,5 mg, atau diazepam
kurang efektif.suatu penelitian tela 3×5-10 mg, atau klobazam 2×10 mg) atau
mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan antidepresan golongan SSRI atau
haloperidol, risperidone menghasilkan ±2 kali trisiklik/sesuai kondisi klinis. Tepat indikasi
lebih sedikit residif dalam masa 1 tahun (Tjay adalah kesesuaian peresepan obat sesuai
dan Rahardja, 2015). dengan diagnosa dokter. Berdasarkan
Pada penelitian ini data jenis literature Pada penelitian ini sebanyak 55
penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit orang (82%) yang tepat Indikasi, dan 12
Ernaldi Bahar Palembang tahun 2020 dengan orang (18%) yang tidak tepat indikasi, karena
jumlah tertinggi adalah Ampetamine dan dari beberapa jenis penyalahgunaan zat ada
Metamphetamine sebanyak 43 pasien (64%). terapi pengobatan yang tidak sesuai dengan
Data hasil (BNN, 2017) jenis narkoba yang literature.
paling banyak dikonsumsi oleh Tepat pemilihan adalah pemilihan obat
penyalahgunaan narkoba yaitu jenis ganja, didasarkan pada kemanjuran, keamanan,
sabu, dan ekstasi. kesesuaian, dan pertimbangan biaya. Pada
Terapi simtomatik terdapat beberapa tabel 4.6 didapatkan kriteria tepat pemilihan
gejala/keluhan pada penyalahgunaan Napza obat sebanyak 55 orang (82%) obat dan 12
dan yang paling banyak adalah gejala psikotik orang (18%) tidak tepat pemilihan obat.
dengan terapi klozapin sebanyak 23 pasien Tepat dosis adalah kesesuaian
(26,4%). Klozapin ikatannya pada reseptor-D2 pemberian dosis obat dengan rentang dosis
agak ringan (± 20%). Tetapi efek terapi ditinjau dari dosis penggunaan perhari
antispikotiknya kuat, yang dapat dianggap dengan didasari kondisi pasien. Pada
paradoksal. Juga afinitasnya bagi reseptor lain penelitian ini sebanyak 38 orang (56,8%)
dengan efek antihistamin, antiserotonin, yang tepat dosis, dan 29 orang (43,2%) yang
Firdiawan, dkk
24
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24
tidak tepat dosis. Ketepatan dosis sangat Diano, R, F., Muhammad, Y., Juspeni, K.,
diperlukan dalam keberhasilan terapi, jika Haryadi. (2016). Gangguan Mental Dan
dosis obat kurang dapat menyebabkan terapi Prilaku Akibat Stimulansia Termasuk
yang tidak optimal. Sedangkan pada dosis Kafein. J Medula Unila, 6 (1). 28-35
lebih dapat menyebabkan toksik (Priyanto,
2009). Inne, Y. (2019). Studi Fenomenologi:
KESIMPULAN Pengalaman Penyebab Kenakalan
1. Gambaran penggunaan obat pada terapi Remaja Pengguna Narkoba Di Rumah
NAPZA di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Studi D
Palembang periode januari-desember III Keperawatan Stikes Muhammadiyah
2020 dengan jumlah tertinggi adalah Palembang, 7 (2).
Ampetamine dan Metamphetamine
sebanyak 43 pasien (64%). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
2. Rasionalitas seluruh penggunaan obat Indonesia. (2015). Pedoman Nasional
yang digunakan pasien penyalahgunaan Pelayanan Kedokteran Jiwa. Jakarta:
NAPZA di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Palembang berdasarkan tepat indikasi
sebesar 85%, ketepatan pemilihan obat Maziyyah, N., Agung, E. N. (2012). Evaluasi
sebesar 85%, dan ketepatan dosis sebesar Pola Penggunaan Obat dalam Terapi
59,7%. Pasien Ketergantungan Narkotika di
Sebuah Rumah Sakit di DIY. Pharmacy.
09 (01). 28-37.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2019).
Badan Narkotika Nasional. (2016). Hasil Perubahan Penggolongan Narkotika.
Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar Indonesia
dan Mahasiswa di 18 Provinsi Tahun
2016. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2020).
Republik Indonesia. Penetapan dan Perubahan Penggolongan
Psikotropika. Jakarta: Menteri Kesehatan
Badan Narkotika Nasional. (2017). Survei Republik Indonesia.
Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34
Provinsi Tahun 2017. Jakarta: Badan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Narkotika Nasinal Republik Indonesia. (2012). Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Balaka, K. I. (2017). Karakteristik Tembakau Bagi Kesehatan. Jakarta:
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika Presiden Republik Indonesia
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Warta Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan
Farmasi, 6(1), 100-105. terminologi medis. Jakarta. Leskonfi.
Depart of Health (England) and the devolved Tjay, T. H., Rahardja, K. (2015). Obat-Obat
administrations, 2007, Drug Misue and Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Dependence: UK Guidelines on Clinical Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media
Management, Dapartement of Health Komputindo.
(England), The Scottish Government,
Welsh Assembly Government and United Nations Office on Drugs and Crime
Northern Ireland Executive. (UNODOC). (2016). World Drug Report.
New York: United Nations Publication.
Firdiawan, dkk