Anda di halaman 1dari 8

17

Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

Gambaran Dan Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Terapi Penyalahgunaan Narkotika,


Psikotropika, Dan Zat Adiktif Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2020

Arie Firdiawan1*, Evita Sari2, Doddy Rusli 3 , Novi Nurleni4


1
Prodi Sarjana Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi, email: ariefirdiawan@gmail.com
2
Prodi Diploma III Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi, email: evitaa.sari123@gmail.com
3
Prodi Sarjana Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi, email: doddyrusli24@gmail.com
4
Prodi Sarjana Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi, email: nurleni.novi29@gmail.com
*Corresponding author email: ariefirdiawan@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai gambaran dan rasionalitas penggunaan obat pada terapi penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif dirumah sakit ernaldi bahar Palembang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran dan rasionalitas penggunaan obat pada terapi pasien
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif dirumah sakit ernaldi bahar Palembang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan data diambil secara retrospektif yang berasal dari
data rekam medik pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 67 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi, penyalahgunan napza dengan jumlah tertinggi adalah amphetamine dan
metamphetamine sebanyak 43 pasien (64%). Dan rasionalitas seluruh penggunaan obat yang
digunakan pasien dirumah sakit ernaldi bahar Palembang berdasarkan tepat indikasi sebesar 85%,
ketepatan pemilihan obat sebesar 85%, dan ketepatan dosis sebesar 59,7%.

Kata kunci : Penyalahgunaan, napza, rasionalitas, terapi

PENDAHULUAN mengendalikan penggunannya, memberi


proritas pada penggunaan bahan tersebut dari
Narkotika merupakan obat atau bahan kegiatan lain, meningkatnya tolaransi dan
yang bermanfaat dibidang pengobatan atau dapat menyebabkan keadaan gejala putus obat
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu ( Peraturan Pemerintah RI, 2012).
pengetahuan, tetapi dapat juga menimbulkan Berdasarkan pernyataan United Nasions
ketergantungan apabila disalahgunakan atau Office Drug and crime (UNODC) yang
digunakan tanpa pengendalian dan menyebutkan bahwa pada tahun 2014 hampir
pengawasan yang ketat dan saksama seperempat miliar orang pada rentang usia 15-
(Permenkes RI, 2019) 64 tahun diperkirakan menggunakan narkoba,
Psikotropika merupakan obat atau bahan yang yaitu sekitar 246 juta orang atau 5,2% dari
bermanfaat dibidang pengobatan atau populasi dunia sekitar 6 miliar orang. Dari
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu berbagai macam jenis penyalahgunaan
pengetahuan, tetapi dapat juga menimbulkan narkoba, penyalahgunaan pemakaian ganja
ketergantungan yang sangat merugikan merupakan jenis yang paling dominan dengan
apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa angka mencapai 178 juta pemakai sama
pengendalian dan pengawasan yang ketat dan dengan 3,8 juta% dari jumlah penyalahgunaan
seksama (Permenkes RI, 2020). narkoba. Dari jumlah tersebut, diperkirakan
Zat adiktif adalah bahan yang jumlah orang menderita dan ketergantungan
menyebabkan adiksi atau ketergantungan akibat mengkonsumsi narkoba mencapai 27
yang membahayakan kesehatan dan ditandai juta orang atau 0,6% usia berkisar 15-64
perubahan prilaku, kognitif, dan fenomena tahun (UNODC, 2016).
biologis, keinginan kuat untuk mengkonsumsi Berdasarkan data yang dihimpun oleh
bahan tersebut kesulitan dalam Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumatera
Selatan tercatat 16.000 pemuda Sumatera
Firdiawan, dkk
18
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

Selatan mengkonsumsi atau METODE PENELITIAN


menyalahgunakan narkoba. Sekarang ini di
Sumatera Selatan terdapat sekitar 98.000 Alat dan Bahan
orang pengguna narkoba yang tersebar di 17 Mengumpulkan data sekunder berupa
kabupaten. Dari jumlah itu sekitar 16.000 karakteristik yaitu usia, jenis kelamin,
orang lebih tergolong pemuda,pelajar dan pendidikan, jenis narkotika, jenis
mahasiswa, kata kepala Badan Narkotika psikotropika, jenis zat adiktif, penyakit
Nasional (BNN, 2016). penyerta, pekerjaan, dan lama terapi serta
Berdasarkan data Rumah Sakit jiwa gambaran pengobatan yaitu obat yang didapat
Ernaldi Bahar, dalam kurun waktu 3 tahun pasien penyalahgunaan dari rekam medik di
(2015-2017) kunjungan pasien rawat jalan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. .
korban NAPZA sekitar 2-3 orang per bulan, Gambaran penggunaan obat penyalahgunaan
konsultasi rata-rata tiap bulan berkisar 5-10 narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
orang. Baik pasien rawat jalan maupun rawat kemudian dilakukan evaluasi menggunakan
inap sebagian besar berpendidikan SLTA literatur buku-buku standar yaitu Dipiro,
(42,5% untuk rawat jalan dan 38% untuk IONI, UNODOC-WHO, MENKES
rawat inap). Sebagian besar 78,1%) berusia
25-35 tahun. Jenis napza yang digunakan Prosedur Penelitian
sangat bervariasi , diantaranya ganja, Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
amfetamin, sedaktif hipnotik, alcohol, kokain, Maret-Mei 2021 bertempat di Rumah Sakit
atau multiple. Dalam upaya masa pemulihan Ernaldi Bahar Palembang. Jenis penelitian ini
penyalahgunaan NAPZA perlu dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif
melalui preventif, reseptif, treatment dan dengan pengambilan data retrospektif
rehabilitai pendekatan keluarga (Inne, 2019) menggunakan data sekunder yaitu rekam
Metadon dan burenorfin merupakan medis pasien penyalahgunaan narkotika,
terapi yang telah disetujui untuk penanganan psikotropika, dan zat adiktif pada bulan
dan pencegahan gejala putus obat opioid. Januari - Desember 2020. Populasi dalam
Menurut Drug Misuse and Dependence, UK penelitian ini adalah semua pasien
Guidelines on clinicial Management tahun penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
2007, penatalaksaan terapi pada pasien zat adiktif yang ada di Rumah Sakit Ernaldi
ketergantungan stimulansia dilakukan dengan Bahar Palembang pada tahun 2020, Pemilihan
pendekatan psikososial dan non farmakologis. sampel dilakukan dengan metode purposive
Ketepatan penggunaan obat dalam suatu sampling. Kriteria inklusi dari penelitian ini
terapi yang diberikan pada pasien dapat adalah pasien yang mengalami penyalagunaan
dievaluasi dengan beberapa kriteria, antara narkotika, psikotropika dan zat adiktif dan
lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis mendapat terapi obat serta tercatat pada data
yang diberikan, serta ketepatan pasien. rekam medik pasien di Rumah Sakit Ernaldi
Menurut Maziyyah dan Agung (2012) Bahar Palembang pada tahun 2020, Pasien
hasil evaluasi penggunaan obat pada terapi yang didiagnosa penyalahgunaan obat dengan
ketergantungan narkotika dirumah sakit DIY atau tanpa penyakit penyerta, Pasien dengan
selama tahun 2009 menunjukkan ketepatan rekam medik lengkap, Pasien umur >15 tahun
indikasi sebesar 55,88%, ketepatan pemilihan (UNODC, 2018). Kriteria eksklusi yaitu
obat sebesar 55,88%, ketepatan regimen dosis Pasien hamil dan menyusui. Data yang
sebesar 50,00%, serta ketepatan pasien diperoleh dilakukan analisa sehingga dapat
terhadap terapi yang diberikan sebesar 100%. diketahui penyalahgunaan obat. dilakukan
Ketepatan penggunaan obat, baik ketepatan penilaian terhadap rasionalitas terapi pada
indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat kriteria ketepatan indikasi, tepat pemilihan
pasien terlihat pada 15 kasus pasien atau obat, ketepatan dosis. Pengolahan data
sebesar 44,12% dari seluruh kasus yang dilakukan dengan menggunakan statistik
dievaluasi. deskriptif. Gambaran terapi pasien

Firdiawan, dkk
19
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

penyalahgunaan dianalisis secara deskriptif Dari hasil Penelitian yang telah


semua terapi yang didapat oleh pasien, dilakukan pada bulan Maret-Mei 2021
frekuensi jenis narkotika, dan terapi yang terhadap gambaran dan rasionalitas
diperoleh. Evaluasi tepat indikasi, tepat penggunaan obat pada terapi pasien
pemilihan obat, tepat dosis, pasien penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
penyalahgunaan dengan literatur buku-buku zat adiktif di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
standar dan jurnal penelitian lalu dibuat data Palembang tahun 2020 dengan metode
deskriptif. purposive sampling sebanyak 67 pasien hasil
dapat dilihat sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisitik pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan

Tabel 1. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan

Karakteristik Kriteria Jumlah Persentase (%)


Pasien
Usia
15-30 50 74,6%
30-40 14 20,9%
40-50 2 3%
50-60 1 1,5%

Jenis kelamin
Laki-laki 65 97,1%
Perempuan 2 2,9%
Tingkat Pendidikan
Tidak bersekolah 1 1,5%
SD 14 20,9%
SMP 14 20,9%
SMA 36 53,7%
D3 2 3%
Total 67 100%

Tabel 2. Diagnosa Pasien

Diagnosa Jumlah Pasien Persentase (%)

Penggunaan zat multiple 5 7,5%

Gangguan mental dan prilaku 62 92,5%


akibat zat stimulan
Total 67 100%

Firdiawan, dkk
20
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

Tabel 3 Gambaran penggunaaan obat

NO Jenis Terapi Nama Obat Jumlah (satuan Persentase(


rekam medik) %)

1 Antipsikotika Respiridon 38 30%


Clozapine 21 16,5%
Olanzapine 16 12,6
2 Golongan SSRI Fluoxetine 21 16,5%
3 Antimuskarinik Trihexylphenidyl(THP) 16 12,6%
4 Penghambat Allopurinol 1 0,8%
xanthine oksidase
5 Benzodiazepine Merlopam 7 5,5%
6 Psikoaktif Cofein 1 0,8%
7 Kortikosteroid Cortidex 1 0,8%
8 Suplemen Neurodex 4 3,1%
B.kompleks 1 0,8%

Total 127 100%

Tabel 4 Gambaran penggunaan obat

Jenis penyalahgunaan Terapi obat Jumlah Persentase


kasus

Amphetamine dan Respiridon 2 3%


Metamphetamine Fluoxetine
THP l 1,5%
Olanzapine
Respiridon 2 3%
THP
Clozapine 9 13,4%
Respiridon
Fluoxetine 2 3%
Neurodex
Cortidex 1 1,5%
Respiridon
Respiridon 4 5,9%
Clozapine
THP
Olanzapine 5 7,4%
Fluoxetine
Clozapine 1 1,5%
Respiridon 1 1,5%
Merlopam
Alluporinol
Respiridon 2 3%
Merlopam
Olanzapine 1 1,5%
Fluoxetine
THP
Fluoxetine 2 3%
Respiridon 1 1,5%
THP
Merlopam
Respiridon 4 5,9%

Firdiawan, dkk
21
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

Merlopam 1 1,5%
THP
Olanzapine 1 1,5%
Respiridon 1 1,5%
TH
Cofein
Olanzapine 1 1,5%
Merlopam
Fluoxetine 1 1,5%
Clozapine
Respiridon
Amphetamine, Fluoxetine 1 1,5%
Metamphetamine
dan alkohol
Fluoxetine 1 1,5%
Neurodex
Respiridon 1 1,5%
Clozapine
THP
Clozapine
Respiridon 1 1,5%
Olanzapine 1 1,5%
Fluoxetine
Respiridon 1 1,5%
THP
Respiridon 1 1,5%
Methamphetamine Olanzapine 2 3%
Clozapine 1 1,5%
THP
Olanzapine 2 3%
Merlopam
Amphetamine, Metamphetamine dan Fluoxetine 1 1,5%
abon Neurodex
Clozapine
Olanzapine 1 1,5%
Fluoxetine
Amphetamine, Metamphetamine Respiridon 1 1,5%
Aibon dan alcohol THP

Amphetamine Respiridon 1 1,5%


Metamphetamine, Ganja
dan alcohol
Respiridon 1 1,5%
Clozapine
Ganja dan Amphetamine Fluoxetine 1 1,5%
Clozapine
Amphetamine, Fluoxetine 1 1,5%
Metamphetamine Clozapine
dan ganja

Respiridon 1 1,5%
THP
Clozapine
Respiridon 1 1,5%
Amphetamine Respiridon 1 1,5%
Fluoxetine
Metamphetamine Clozapine 1 1,5%
dan alcohol Olanzapine

Firdiawan, dkk
22
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

THP
Alcohol dan ganja Fluoxetine 1 1,5%
B.complex
Total 67 100%

Tabel 5 Gambaran terapi simtomatik pasien penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2020

Gejala/keluhan Pilihan Terapi Jumlah kasus Persentase

Depresi Fluoxetine 22 25,2%


Ansietas Merlopam 8 9,2%
Gejala psikotik Clozapine 23 26,4%
Gejala ekstrapiramidal THP 17 19,6%
Gejala skizofrenia Olanzapine 17 19,6%
Total 87 100%

Tabel 6 Rasionalitas penggunaan obat

NO Ketepatan Tepat Persentase Tidak tepat Persentase Total


Pengobatan jumlah (%) (%) (%)

1 Tepat indikasi 55 82% 12 18% 100%


2 Tepat pemilihan 55 82% 12 18% 100%
obat
3 Tepat dosis 40 59,7% 27 40,3% 100%

Penelitiaan ini merupakan penelitian resiko kerja dan stress, dimana laki-laki
deskriptif yang menggambarkan penggunaan memiliki resiko kerja dan stress yang sangat
terapi obat dan rasionalitas penggunaan obat tinggi, sehingga sangat rentan untuk
pada terapi pasien penyalahgunaan narkotika, menggunakan narkotika sebagai penghilang
psikotropika dan zat adiktif. Penelitian ini stress.
dilakukan pada bulan Maret-Mei 2021 sampai Berdasarkan hasil penelitian
dengan bulan mei di instalasi rekam medik kelompok usia diketahui pasien yang
dirumah sakit Ernaldi Bahar Palembang yaitu melakukan penyalahgunaan narkotika,
dengan mengambil data bulan Januari- psikotropika dan zat adiktif sebagian besar
Desember 2020. Besar sampel dalam berusia 15-30 tahun diketahui sebanyak 50
penelitian ini adalah sebanyak 67 pasien pasien (74,6%). Dari hasil penelitian Balaka
dengan penyalahgunaan NAPZA. (2017) pada usia 15-19 tahun sebanyak 181
Pada penelitian ini didapatkan pasien (31,48), pada usia 20-44 tahun 307
karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin pasien, dari data menunjukkan rentang usia
selama tahun 2020 pada jenis kelamin laki- penyalahgunaan narkoba didominasi oleh
laki berjumlah 65 orang (97,1%) dan anak pelajar yang masih duduk dibangku
perempuan berjumlah 2 orang (2,9%). Hasil sekolah menengah atas dan kalangan
penelitian ini sama dengan penelitian yang mahasiswa. Hal ini menurut Bayu dalam
dilakukan oleh Balaka (2017), dimana jumlah Balaka (2017) disebabkan oleh pergaulan
kasus pasien penyalahgunaan narkotika, yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat.
psikotropika dan zat aktif lebih banyak terjadi Anak SMA yang mengalami pubertas relative
pada laki-laki yaitu sebanyak 429 orang akan lebih mudah terjerumus dalam pergaulan
(75%) dan pada perempuan sebanyak 146 bebas.
orang (25%). Hal ini diakibatkan oleh faktor
Firdiawan, dkk
23
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

Pada tabel 4.2 didapatkan data diagnosa antikolinergik dan antiadrenergic relative
pasien di Rumah Sakit Ernaldi Bahar tinggi. Menurut perkiraan efek baiknya dapat
Palembang pada Tahun 2020 dengan jumlah dijelaskan oleh blokade kuat dari reseptor-
tertinggi adalah gangguan mental dan prilaku D2,-D4 dan -5HT2, Blokade reseptor muskarin
akibat zat stimulant sebanyak 62 pasien dan reseptor-D4 diperkirakan mengurangi
(92,5%). Berdasarkan data morbiditas pasien GEP, sedangkan blockade 5HT2
rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia tahun meningkatkan sintesis dan pelepasan
2010, gangguan mental dan prilaku akibat dopamine diotak. Hal ini meniadakan
penggunaan stimulansia paling banyak sebagian blokade D2, tetapi mengurangi
terdapat pada golongan usia produktif, yaitu resiko GEP (Tjay dan Rahardja, 2015).
25-44 tahun dengan jumlah kasus baru Antispikotik obat –obat ini digunakan
sebanyak 214 orang (Diano dkk, 2016). untuk gangguan jiwa dengan gejala
Pada penelitian ini pemberian jenis terapi psikotis,seperti schizophrenia, mania dan
obat yang paling banyak digunakan untuk depresi psikotik. Disamping itu, antipsikotika
pasien penyalahgunaan NAPZA di Rumah digunakan untuk menangani gangguan prilaku
Sakit Ernaldi Palembang adalah respiridon serius pada pasien dengan handicap rohani
(antipsikotika) sebanyak 56,7%. Yang dan pasien demensia, juga untuk keadaan
berkhasiat antipsikotik dan antiserotonin(5- gelisah akut(excitation) dan penyakit lata
HT) kuat, efek blockade-a1-nya cukup baik (penyakit Gilles de la Tourette) (Tjay dan
Dalam hati zat atypis ini diubah menjadi Rahardja, 2015)
antara lain metabolit aktif hidroksi- Berdasarkan Menkes (2015) tentang
rispperidon dengan plasma-t ± 24 jam (4- terapi obat penyalahgunaan narkotika,
8mg/hari) GEP lebih jarang terjadi, psikotropika dan zat adiktif. Penyalahgunaan
sedangkan pada dosis lebih tinggi sama amfetamin dam metamfetamin Terapi
dengan obat klasik. Dianjurkan untuk psikosis antipsikotika (haloperidol 3×1,5-5 mg, atau
schizophrenia kronis untuk menangani respiridon 2×1,5-3 mg), antiansietas
simtom negatif, khususnya bila obat lain (alprazolam 2×0,25-0,5 mg, atau diazepam
kurang efektif.suatu penelitian tela 3×5-10 mg, atau klobazam 2×10 mg) atau
mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan antidepresan golongan SSRI atau
haloperidol, risperidone menghasilkan ±2 kali trisiklik/sesuai kondisi klinis. Tepat indikasi
lebih sedikit residif dalam masa 1 tahun (Tjay adalah kesesuaian peresepan obat sesuai
dan Rahardja, 2015). dengan diagnosa dokter. Berdasarkan
Pada penelitian ini data jenis literature Pada penelitian ini sebanyak 55
penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit orang (82%) yang tepat Indikasi, dan 12
Ernaldi Bahar Palembang tahun 2020 dengan orang (18%) yang tidak tepat indikasi, karena
jumlah tertinggi adalah Ampetamine dan dari beberapa jenis penyalahgunaan zat ada
Metamphetamine sebanyak 43 pasien (64%). terapi pengobatan yang tidak sesuai dengan
Data hasil (BNN, 2017) jenis narkoba yang literature.
paling banyak dikonsumsi oleh Tepat pemilihan adalah pemilihan obat
penyalahgunaan narkoba yaitu jenis ganja, didasarkan pada kemanjuran, keamanan,
sabu, dan ekstasi. kesesuaian, dan pertimbangan biaya. Pada
Terapi simtomatik terdapat beberapa tabel 4.6 didapatkan kriteria tepat pemilihan
gejala/keluhan pada penyalahgunaan Napza obat sebanyak 55 orang (82%) obat dan 12
dan yang paling banyak adalah gejala psikotik orang (18%) tidak tepat pemilihan obat.
dengan terapi klozapin sebanyak 23 pasien Tepat dosis adalah kesesuaian
(26,4%). Klozapin ikatannya pada reseptor-D2 pemberian dosis obat dengan rentang dosis
agak ringan (± 20%). Tetapi efek terapi ditinjau dari dosis penggunaan perhari
antispikotiknya kuat, yang dapat dianggap dengan didasari kondisi pasien. Pada
paradoksal. Juga afinitasnya bagi reseptor lain penelitian ini sebanyak 38 orang (56,8%)
dengan efek antihistamin, antiserotonin, yang tepat dosis, dan 29 orang (43,2%) yang

Firdiawan, dkk
24
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2022, VII (1), hal. 17-24

tidak tepat dosis. Ketepatan dosis sangat Diano, R, F., Muhammad, Y., Juspeni, K.,
diperlukan dalam keberhasilan terapi, jika Haryadi. (2016). Gangguan Mental Dan
dosis obat kurang dapat menyebabkan terapi Prilaku Akibat Stimulansia Termasuk
yang tidak optimal. Sedangkan pada dosis Kafein. J Medula Unila, 6 (1). 28-35
lebih dapat menyebabkan toksik (Priyanto,
2009). Inne, Y. (2019). Studi Fenomenologi:
KESIMPULAN Pengalaman Penyebab Kenakalan
1. Gambaran penggunaan obat pada terapi Remaja Pengguna Narkoba Di Rumah
NAPZA di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Studi D
Palembang periode januari-desember III Keperawatan Stikes Muhammadiyah
2020 dengan jumlah tertinggi adalah Palembang, 7 (2).
Ampetamine dan Metamphetamine
sebanyak 43 pasien (64%). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
2. Rasionalitas seluruh penggunaan obat Indonesia. (2015). Pedoman Nasional
yang digunakan pasien penyalahgunaan Pelayanan Kedokteran Jiwa. Jakarta:
NAPZA di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Palembang berdasarkan tepat indikasi
sebesar 85%, ketepatan pemilihan obat Maziyyah, N., Agung, E. N. (2012). Evaluasi
sebesar 85%, dan ketepatan dosis sebesar Pola Penggunaan Obat dalam Terapi
59,7%. Pasien Ketergantungan Narkotika di
Sebuah Rumah Sakit di DIY. Pharmacy.
09 (01). 28-37.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2019).
Badan Narkotika Nasional. (2016). Hasil Perubahan Penggolongan Narkotika.
Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar Indonesia
dan Mahasiswa di 18 Provinsi Tahun
2016. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2020).
Republik Indonesia. Penetapan dan Perubahan Penggolongan
Psikotropika. Jakarta: Menteri Kesehatan
Badan Narkotika Nasional. (2017). Survei Republik Indonesia.
Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34
Provinsi Tahun 2017. Jakarta: Badan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Narkotika Nasinal Republik Indonesia. (2012). Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Balaka, K. I. (2017). Karakteristik Tembakau Bagi Kesehatan. Jakarta:
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika Presiden Republik Indonesia
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Warta Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan
Farmasi, 6(1), 100-105. terminologi medis. Jakarta. Leskonfi.
Depart of Health (England) and the devolved Tjay, T. H., Rahardja, K. (2015). Obat-Obat
administrations, 2007, Drug Misue and Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Dependence: UK Guidelines on Clinical Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media
Management, Dapartement of Health Komputindo.
(England), The Scottish Government,
Welsh Assembly Government and United Nations Office on Drugs and Crime
Northern Ireland Executive. (UNODOC). (2016). World Drug Report.
New York: United Nations Publication.

Firdiawan, dkk

Anda mungkin juga menyukai