Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDEPRESANT


PADA PASIEN RAWAT JALAN DEPRESI
DI RUMAH SAKIT JIWA NAIMATA

OLEH:

MELINDA LAPE BESSY


174111048

PEOGRAM STUDI SARJANA FARMASI


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan jiwa saat ini merupakan salah satu permasalahan kesehatan
yang menjadi perhatian utama di dunia. Depresi merupakan gangguan mental
yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat dimana gangguan penyakit ini
disebabkan akibat adanya stres yang dialami seseorang yang tidak kunjung reda
dan cenderung berkolerasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau
menimpa seseorang. Jika terjadi dalam tempo yang lama dapat berlanjut menjadi
depresi berat. Depresi berat merupakan suatu gangguan yang harus ditangani
dengan segera mengingat resiko-resiko negatif yang dapat ditimbulkannya.
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6%
dari gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18%
antara tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di
seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di
negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017). Menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 di Indonesia rata-rata prevalensi gangguan
jiwa depresi mencapai 6,1% atau 706.689 jiwa semantara untuk NTT sendiri
mencapai 9,7% atau 12.666. Dimana NTT merupakan provinsi pada urutan
ketiga terbanyak kasus depresi (Riskesdas, 2018).
Depresi mempengaruhi semua aspek kehidupan seseorang, dimana hal
ini dapat merusak kemampuan untuk tidur, makan, bekerja, dan bergaul dengan
orang lain. Selain itu juga dapat merusak harga diri, kepercayaan diri, dan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dimana orang yang
mengalami gangguan depresi akan mudah lelah namun tidak bisa mendapatkan
tidur malam yang baik, tidak memiliki motivasi serta kehilangan minat dalam
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Gangguan depresi merupakan gangguan
yang dapat mengganggu kehidupan dan dapat diderita tanpa memandang usia,
status social, latar belakang, maupun jenis kelamin. (Anonim, 2007). Depresi
sebagai suatu gangguan yang dapat diobati sebaiknya ditangani dengan segera
mengingat resiko-resiko negative yang dapat ditimbulkan. Resiko negative
tersebut antara lain yaitu resiko bunuh diri, insomnia, atau hiperinsomnia,
gangguan pola makan dan gangguan dalam berhubungan baik itu hubungan
social masyarakat maupun status pernikahan bagi yang sudah menikah (Lubis,
2009).
Kelas utama obat antidepresan adalah antidepresan trisiklik dan
sejenisnya, SSRI (Selective Serptonin-Reuptake Inhibitor) dan penghambat
MAO. Pemilihan antidepresan sebaiknya berdasarkan kebutuhan pasien secara
individual termasuk didalamnya kemungkinan penyakit yang diderita pada saat
yang bersamaan, pengobatan yang sedang dijalankan, resiko bunuh diri dan
respon terhadap terapi obat antidepresan sebelumnya. Antidepresan trisiklik
lainnya dan sejenisnya dan SSRI umumnya lebih disukai karena penghambat
MAO kurang efektif dan menunjukkan interaksi yang membahayakan dengan
beberapa jenis obat dan makanan. (Pionas, 2018)..Saat ini, SSRI secara umum
diterima sebagai obat lini pertama. SSRI atau inhibitor ambilan kembali
serotonin selektif merupakan grup kimia antidepresan baru yang khas, hanya
mengambil ambilan serotonin secara spesifik. Dibanding dengan antidepresan
trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan kardiotoksisitas
lebih rendah. Namun demikian, SSRI harus digunakan secara saksama sampai
nanti efek jangka Panjang diketahui (Wibisono, 2007). Tingkat kekembuhan
depresi tergantung dari tata cara dan tingkat kepatuhan dari penggunaan
antidepresan. Penggunaan antidepresan yang tidak sesuai dengan rekomendasi
tetapi mempunyai resiko relapse 45 % sampai 70% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan menjalani terapi sesuai dengan rekomendasi terapi.
(Anonim, 2007).
Dalam praktek pelayanan farmasi klinik mengharuskan setiap farmasis
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses pelayanan
kesehatan, memahami penyakit dan terapinya dengan memperhatikan kondisi
pasien secara individual, mampu mengidentifikasi dan menatalaksana problem
kesehatan yang terkait dengan penggunaan obat (Drug Related Problems).
Dimana Drug Related Problems (DRPs) merupakan bagian dari suatu medication
error yang dihadapi hampir semua negara di dunia (Cipolle et al., 1998).
Identifikasi, pencegahan dan pemecahan terhadap timbulnya DRPs merupakan
aktivitas utama dalam pharmaceutical care. DRPs merupakan suatu masalah yang
timbul dalam penggunaan obat atau terapi obat yang secara potensial maupun
aktual dapat mempengaruhi outcome terapi pasien, meningkatkan biaya
perawatan serta dapat menghambat tercapainya tujuan terapi (Van Mill et al.,
2004).
DRPs terdiri dari tujuh kategori, empat kategori diantaranya adalah
ketidaktepatan pemilihan obat, dosis kurang, dosis lebih dan interaksi obat.
Ketidaktepatan pemilihan obat dapat menyebabkan obat tidak efektif,
menimbulkan toksisitas atau efek samping obat, dan membengkakan biaya
pengobatan. Faktor pendukung yang menyebabkan pasien menerima dosis lebih
atau kurang, antara lain ialah obat diresepkan dengan metode fixed-model (hanya
merujuk pada dosis lazim) tanpa mempertimbangkan lebih lanjut usia, berat
badan, jenis kelamin dan kondisi penyakit pasien sehingga terjadi kesalahan pada
peresepan, adanya asumsi dari tenaga kesehatan yang lebih menekankan
keamanan obat dan meminimalisir efek toksik sampai mengorbankan sisi
efektivitas terapi (Strand, 1998). Interaksi obat merupakan salah satu kesalahan
pengobatan yang paling banyak dilakukan. Namun, terjadinya kesalahan atau
kegagalan pengobatan karena interaksi obat jarang diungkapkan. Padahal
kemungkinan interaksi obat ini cukup besar terutama pada pasien yang
mengkonsumsi lebih dari 5 macam obat secara bersamaan (Sinaga, 2004).
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang,
Rumah sakit jiwa Naimata merupakan rumah sakit jiwa pertama di Kota Kupang
dan satu-satunya rumah sakit jiwa yang ada di provinsi Nusa Tenggara
Timur.Rumah sakit ini melayani pengobatan 25 sampai 30 pasien yang
mengalami gangguan jiwa setiap harinya. Pasien yang menjalani pengobatan di
Rumah Sakit jiwa Naimata perlu mendapatkan terapi yang efektif pada obat yang
diberikan agar tidak terjadi interaksi obat yang tidak didinginkan.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengembangkan pengetahuan serta ketelitian medis mengenai jenis obat dan
interaksi obat yang bisa terjadi sehingga bisa menimbulkan interaksi obat yang
tidak diinginkan serta menyelidiki penyakit dan jenis obat apa yang paling
banyak atau sering dijumpai pada pasien depresi Rumah Sakit Jiwa Naimata.
Oleh karena dalam penelitian ini diangakat judul Identifikasi Potensi Interaksi
Obat Antidepresan Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana pola penggunaan obat meliputi jenis obat, jumlah obat yang
diberikan untuk tiap pasien dan rute pemberian obat pada terapi pasien
depresi di Rumah Sakit jiwa Naimata Kupang?
1.2.2 Bagaimana deskripsi DRP interaksi obat potensial pada terapi pasien
depresi di Rumah Sakit jiwa Naimata Kupang?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat dan rute
pemberian obat pada pasien depresi serta mendeskripsikan potensi
terjadinya interaksi obat oleh dokter atau apoteker di Rumah Sakit jiwa
Naimata Kupang
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui potensi interaksi obat pasien depresi Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoritis
 Sebagai pedoman dalam mencegah terjadinya interaksi obat yang
tidak diinginkan pada pengobatan pasien dengan penyakit lain
 Sebagai data awal atau bahan referensi yang dapat dikembangkan
penelitian lain

1.4.2 Manfaat Praktis


Sebagai bahan evaluasi bagi pihak instalasi Rumah Sakit Jiwa
Naimata Kupang mengenai DRP interaksi obat potensial khususnya
interaksi obat mayor sehingga dapat dicegah atau diminimalisir di masa
mendatang.
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
JUDUL HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN PENELITIAN
Analisis Potensi Jenis interaksi obat Topik penelitian Metode penelitian,
Interaksi Obat yang paling banyak yaitu menganalisis teknik pengambilan
Golongan ditemukan adalah potensi interaksi data, populasi,
Antidepresan Pada fluoksetin dan
obat golongan sampel, sumber
Pasien Skizofrenia di risperidone sebanyak
antidepresan data
Rumah Sakit Jiwa Dr. 376 kasus (29,24%).
Soeharto Heerdjan Tingkat keparahan
Tahun 2016 interaksi mayor
sebanyak 1246 kasus
(96,89%), moderate
sebanyak 34 kasus
(2,64%), dan minor
sebanyak 6 kasus
(0,47%)
Studi Prospektif Hasil penelitian Topic penelitian Jenis interaksi obat
Interaksi Obat menunjukkan yaitu meneliti pada pasien
Golongan terdapat 11 kasus potensial interaksi pediatric
Antibiotik pada kombinasi obat obat, teknik
Pasien Pediatri Di yang diidentifikasi pengambilan data,
Rumah Sakit berpotensi teknik pengambilan
Ananda Purwokerto menyebabkan sampling
interaksi obat.

BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survey
noneksperimental menggunakan metode survey deskriptif dan teknik
pengumpulan data dilakukan secara Prospektif (Notoatmodjo, 2018:27). Peneliti
melakukan follow up data-data primer yang didapat dari rekam medis sesaat
setelah visite dokter di ruangan

3.2. Variabel Penelitian da Definisi Operasional


3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah terapi yang diberikan kepada pasien depresi,
sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah potensi interaksi obat.
3.2.2 Definisi Operasional
a. Pasien depresi adalah pasien yang secara klinis terdiagnosa depresi di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang
b. Interaksi obat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat adanya
interaksi baik antara obat antidepresi maupun dengan obat lain.
Kejadian intaraksi obat ditunjukkan berdasarkan tingkat keparahan
berdasarkan Drug Interaction Fact dan Stockley’s Drug Interaction
c. Potensi Interaksi Obat
Kekuatan interaksi obat secara statistikdan ditunjukkan dengan nilai
odds ratio

3.3. Populasi, Sampel, Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gangguan jiwa di
rumah sakit jiwa Naimata.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien depresi rawat jalan di rumah sakit
jiwa Naimata, Nusa Tenggara Timur
3.3.3.1 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu diambil secara
purposive sampling dengan beberapa pertimbangan kriteria inklusi
yaitu:
1. pasien depresi dari dokter umum dan dokter spesialis
2. pasien depresi yang mendapat obat ≥ 2 jenis obat (obat antidepresi
dan nonantidepresi) secara bersamaan.
Sedangkan untuk kriteria eksklusi yang digunakan yaitu pasien atau
keluarga pasien yang menolak untuk diwawancarai
3.3.3.2 Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan adalah 100 sampel.
3.4. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember
2020 di Rumah Sakit Jiwa Naimata, kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Uraian
mengenai jadwal penelitian dirangkum dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Waktu Penelitian Agenda


1 Oktober Minggu Ke III dan Ujian Proposal dan Perbaikan
Minggu Ke IV
2 November Minggu Ke I dan Pengumpulan data
Minggu ke II
3 November Minggu Ke III dan IV Analisis data
4 Desember Minggu Ke I dan Ke II Mengerjakan pembahasan dan kesimpulan
3.5 Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1.1 Penelusuran data populasi
Tahap ini akan dilakukan dengan wawancara tertutup dengan keluarga
pasien depresi di rumah sakit jiwa Naimata. Data yang diperoleh
selanjutnya digunakan untuk perhitungan minimal besar sampel yang
diperlukan dalam penelitian.

3.6 Analisis Data


Evaluasi interaksi obat dilakukan secara teoritik yaitu berdasarkan tingkat
keparahan. Interaksi obat yang dianalisis dengan melihat potensi interaksi obat
berdasarkan literature Drug Interaction Facts oleh Tatro dan Drug Interaction
oleh Stockley’s.

3.7 Kerangka Kerja

Populasi (semua pasien depresi


rawat jalan di RSJ Naimata)
Teknik systematic
sampling

Sampel = 100 (Frenkel & Wallen)

Kriteria Eksklusi

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Baxter K, Stockley’s Drug Interaction. Eight edition. London: Pharmaceutical Press.
2010
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan nasional Riset Kesehatan
Dasar (2018).
Jakarta: Kemenkes RI.2018.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil riskesdas 2013. Jakarta :
Kemenkes RI, 2013
Notoatmodjo, 2018:27. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai