Anda di halaman 1dari 16

Pembahasan Jurnal

Nasional &
International
RESEP OBAT
OLEH KELOMPOK 6 (enam)
OUR TEAM GROUP 6

Putri Mahami
Sulistiawati Siti Rahmah

Sri Husnul Khotimah Noor Shelly Novita Sari

Darna Skolastika Luno Jusniar


DEFINISI
Resep adalah permintaan tertulis kepada
RESEP
Apoteker Pengelola Apotek (APA), untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan atau petugas kesehatan lain yang
diberi izin berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Jurnal 1
nasional
—Judul dan Penulis
—Pendahuluan
Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian adalah pelayanan resep di
apotek. Terdapat dua tahap pelayanan resep. Pertama adalah skrining
resep yang dilakukan oleh apoteker. Tahap kedua yaitu penyiapan obat
yang meliputi peracikan, pemberian etiket, pengemasan obat,
penyerahan obat, informasi obat, konseling, dan monitoring
penggunaan obat (Depkes RI, 2004).

Pemberian informasi merupakan salah satu tahap pada proses


pelayanan resep (Depkes RI, 2004). Jenis informasi yang diberikan
apoteker pada pasien yang mendapat resep baru meliputi nama dan
gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu penggunaan,
saran ketaatan dan pemantauan sendiri, efek samping dan efek
merugikan, tindakan pencegahan, kontraindikasi, dan interaksi, petunjuk
penyimpanan, informasi pengulangan resep dan rencana pemantauan
lanjutan
—Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis


penelitian deskriptif. Populasi sampel dalam penelitian
Sumber data dari penelitian ini ini adalah seluruh apotek yang
adalah sumber data primer. berada di wilayah Surabaya.
Data diperoleh dari pemberian Sedangkan populasi sasaran dari
informasi oleh apoteker atau penelitian ini adalah apoteker
petugas apotek yang mem-berikan atau petugas apotek di seluruh
pelayanan di apotek. Kemudian apotek yang ada di wilayah
hasilnya akan diisikan ke dalam Surabaya
check list
—Hasil & Diskusi
Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian informasi obat dengan resep di apotek wilayah Surabaya
masih belum optimal. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/
MENKES/ SK/ IX/ 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek telah memberikan standar minimal informasi obat yang harus
disampaikan. Demi tercapainya terapi yang optimal, pasien perlu
diberikan informasi yang lengkap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cukup besar jumlah


petugas apotek yang tidak memberikan informasi pada pasien
meskipun informasi tersebut sudah tertulis dalam resep. Di dalam PP
No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian pada pasal 1 telah
disebutkan bahwa salah satu pekerjaan kefarmasian yang harus
dilakukan apoteker adalah pelayanan informasi obat (Depkes RI,
2009).
—Kesimpulan

Informasi terbanyak yang diberikan oleh


petugas apotek pada pelayanan obat
dengan resep di apotek wilayah Surabaya
adalah informasi yang telah dituliskan
oleh dokter penulis resep dalam resep
berupa aturan pakai (signa) serta
petunjuk penggunaan
(sebelum/bersama/sesudah makan) dan
waktu minum (pagi/siang/malam hari)
obat.
Jurnal 2
International
—Judul dan Penulis
—Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan gender
dalam penggunaan obat resep yang disalahgunakan. Secara
khusus, penelitian ini memunculkan faktor-faktor yang terkait
dengan penggunaan obat yang dapat disalahgunakan, serta
penggunaan empat kategori obat terapeutik dengan potensi
penyalahgunaan—analgesik narkotik, stimulan SSP, ansiolitik, dan
sedatif-hipnotik.

Studi ini menilai apakah penggunaan obat resep yang dapat


disalahgunakan oleh wanita sama dengan penggunaan pria,
bagaimana korelasi penggunaan bervariasi berdasarkan jenis
kelamin, dan apakah pola ini serupa di seluruh kelas obat
terapeutik.
—Metode Penelitian

Data dari penelitian ini berasal dari Sample yang digunakan dalam
National Medical Expenditures analisis ini terdiri dari 22.460 orang
Survey (NMES) 1987, sebuah upaya dewasa . 17 tahun. Dari jumlah
pengumpulan data yang disponsori tersebut, 12.392 responden atau
oleh Agency for Health Care Policy 55,2% adalah perempuan. Variabel
and Research (AHCPR). dependen utama dalam analisis ini
adalah probabilitas apakah
seseorang memperoleh obat resep
yang dapat disalahgunakan pada
tahun 1987
—Hasil &
Diskusi
Studi ini menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin dari pada pria
untuk menggunakan obat resep yang dapat disalah gunakan. Mengontrol
diagnosis, variabel demografis, asuransi kesehatan, dan status
kesehatan, menjadi perempuan meningkatkan kemungkinan
menggunakan obat resep yang dapat disalah gunakan sebesar 48%
dibandingkan dengan lakilaki.

Namun, wanita tidak menggunakan lebih banyak dari semua jenis


obat resep yang dapat disalahgunakan; sebaliknya, perempuan lebih
mungkin dibandingkan laki-laki untuk menggunakan narkotika dan
ansiolitik. Gender bukan satu-satunya variabel signifikan yang
memprediksi penyalahgunaan obat resep.

Kesimpulan

Status perkawinan, usia, perkotaan, status pekerjaan,


dan memiliki sumber perawatan yang teratur
menjelaskan perbedaan gender dalam penggunaan
obat resep yang dapat disalah gunakan. Baik penyedia
perawatan kesehatan dan penyalah gunaan zat harus
menyadari bahwa wanita mungkin memiliki paparan
yang lebih besar terhadap obat resep yang manjur ini.
Thanks
ANY QUESTIONS?

!!

Anda mungkin juga menyukai