Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN BALITA

DIAGNOSA ISPA DENGAN METODE GYSSENS DI INSTALASI


RAWAT JALAN PUSKESMAS PUGUNG RAHARJO LAMPUNG TIMUR

Angga Saputra Yasir1 , Gusti Ayu Rai Saputri1 , Rara Rista Putri1
ABSTRACT

Acute respiratory infections are severe infections of the sinuses, throat, airways, or
lungs. Infections that occur more often are caused by viruses although bacteria can
also cause this condition. ISPA is one of the main complaints of medical treatment
visits at the Puskesmas and 15-30% of medical treatment visits in the Outpatient
and Inpatient Hospitals. This study aims to evaluate the use of antibiotics in toddler
patients diagnosed with ISPA by the Gyssens method in the Pugung Raharjo Public
Health Center, East Lampung Outpatient Installation. This study uses a non-
experimental research design and retrospective data collection is performed. The
data taken is the medical records of ISPA aged 1-5 years, amounting to 52 cases of
antibiotic prescribing. The results of this study showed that the characteristics of
ISPA patients were more common in men as many as 30 patients (57.7%) while
women as many as 22 patients (42,3%). The prescribed antibiotics are only
amoxicillin. The results of the analysis using the Gyssens method obtained 46
prescribing antibiotics including complete data, 6 prescribing antibiotics with
incomplete data, 29 antibiotic prescribing is not the right dose, and 17 rational
antibiotic prescribing.

Key Words: Accuracy, Antibiotic, ISPA, Gyssens

ABSTRAK

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan terjadinya infeksi yang parah pada
bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Infeksi yang terjadi
lebih sering disebabkan oleh bakteri meski virus juga bisa menyebabkan kondisi ini.
ISPA merupakan salah satu keluhan utama kunjungan berobat di Puskesmas dan
15-30% kunjungan berobat di bagian Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada asien
balita diagnosa ISPA dengan metode Gyssens di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas
Pugung Raharjo Lampung Timur.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
non eksperimen dan dilakukan pengambilan data secara retrospektif. Data yang
diambil merupakan rekam medis ISPA umur 1-5 tahun berjumlah 52 kasus
peresepan antibiotika. Hasil penelitian ini menunjukan yaitu karakteristik pasien
ISPA lebih banyak terjadi pada laki-laki sebanyak 30 pasien (57,7%) sedangkan
perempuan sebanyak 22 pasien (42,3%). Antibiotik yang diresepkan hanya
amoxicilin. Hasil analisis dengan metode Gyssens diperoleh 46 peresepan
antibiotika termasuk data lengkap, terdapat 6 peresepan antibiotika dengan data
tidak lengkap, 29 peresepan antibiotika tidak tepat dosis, dan 17 peresepan
antibiotika yang rasional.

Kata kunci : Ketepatan, Antibiotik, ISPA, Gyssens

PENDAHULUAN
Infeksi merupakan proses masuknya oleh infeksi banyak ditemukan dalam
mikroorganisme ke suatu bagian di praktek sehari-hari, baik di pusat
dalam tubuh yang secara normal dalam kesehatan primer (Puskesmas), rumah
keadaan steril (Daniel, 2010). Infeksi sakit maupun praktes swasta.
dapat disebabkan oleh agen infeksi Ketidaktepatan diagnosis pemilihan
seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, antibiotik, indikasi dosis, cara
dan cacing parasit (WHO, 2001). Infeksi pemberian, frekuensi dan lama
dapat pula menyerang pada bagian pemberian menjadi penyebab tidak
saluran pernafasan manusia yang sering akuratnya pengobatan infeksi dengan
disebut dengan Infeksi Saluran antibiotik (Nelson, 2010).
Pernapasan Akut (ISPA) (Chinget al, Peresepan antibiotik dalam
2011). pelayanan kesehatan yang cukup tinggi
ISPA merupakan salah satu keluhan dan kurang tepat dapat menimbulkan
utama kunjungan berobat di Puskesmas meningkatnya resiko terhadap
dan 15-30% kunjungan berobat di keamanan pasien diantaranya,
bagian Rawat Jalan dan Rawat Inap penggunaan antibiotika yang tidak perlu
Rumah Sakit. ISPA merupakan kasus atau berlebihan yang dapat mendorong
penyakit terbanyak setiap tahunnya berkembangnya resisten dan multiple
(Kemenkes RI, 2011). resisten terhadap bakteri tertentu yang
Salah satu penyebab ISPA adalah dapat menyebar melalui infeksi silang.
akibat infeksi bakteri gram negatif. Dimana bakteri yang pernah sensitif
Beberapa penelitian menunjukan bahwa terhadap suatu obat menjadi resisten.
kadar bakteri gram negatif udara lebih Dampak resistensi terhadap antibiotik

dari 300cfu/ berpotensi menyebabkan adalah meningkatnya morbilitas,


mortalitas dan biaya kesehatan.
infeksi saluran pernapasan (Wheeler PA,
Penggunaan antibiotik yang terkendali
et al, 2007). Pada infeksi saluran
merupakan cara yang dapat mencegah
pernapasan yang disebabkan oleh
munculnya resistensi karena pengobatan
bakteri dapat diberikan terapi antibiotik
yang kurang efektif dan tidak sesuai.
Levofloxacin, Trimetoprim, Cefolaxime,
Selain itu juga dapat menghemat
Tetrasiklin, Eritromisin, Amoksisilin,
penggunaan antibiotik yang pada
Ceftazidim, Moxifloxasin atau Klavulanat
akhirnya dapat mengurangi beban biaya
(Umar,et al, 2005).
perawatan pasien, mempersingkat lama
Antibiotik bertujuan untuk mencegah
perawatan serta meningkatnya kualitas
penyakit-penyakit infeksi. Pemberian
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
pada kondisi yang bukan disebabkan
maupun di Puskesmas (Permenkes RI, berat badan, jenis kelamin, dan diagnosa
2011). pasien) dan data penggunaan obat
Oleh karena itu, dalam studi ini (nama antibiotik, dosis, dan lama
peneliti ingin mengetahui bagaimana pemberian). Pasien balita yang
evaluasi penggunaan antibiotik pada mendapat pengobatan antibiotik. Dan
balita dengan diagnosa ISPA dengan sampel dengan kriteria eksklusi, yaitu
metode Gyssens di instalasi rawat pasien balita diagnosa ISPA dengan data
jalanPuskesmas Pugung Raharjo tidak lengkap dan tidak menerima
Lampung Timur. antibiotik.
Analisis data dilakukan pemeriksaan
Metode Penelitian ulang untuk memastikan kelengkapan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas data yang diperoleh dari rekam medis
Pugung Raharjo Lampung Timur. Waktu pasien. Data kemudian dianalisis secara
penelitian ini pada periode Juli-Desember deskriptif dengan menguraikan data
2019. Rancangan penelitian ini adalah rekam medis, untuk menggambarkan
penelitian non eksperimen dengan profil pasien ISPA di instalasi rawat jalan
metode Gyssens dan dilakukan Puskesmas Pugung Raharjo Lampung
pengambilan data secara retrospektif. Timur periode Juli-Desember 2019.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Tahap selajutnya adalah mengevaluasi
adalah lembar catatan data pasien yang peresepan antibiotika sesuai dengan alur
berisi identitas data pasien (nama, jenis Gyssens dan hasil evaluasi dikategorikan
kelamin, berat badan dan usia) nomor sesuai kriteria Gyssens, yang ditunjukan
rekam medik, diagnosa penyakit, dan dengan jumlah antibiotika yang
obat yang diberikan. Buku pedoman diresepkan secara tepat atau kurang
penanganan ISPA dari Depkes RI tepat. Pedoman yang digunakan adalah
(Pharmaceutical Care untuk Penyakit Pharmaceutical Care untuk saluran
Saluran Pernapasan) tahun 2005, dan pernafasan dan American Hospital
American Hospital Formulary Service. Formulary Service.
Sampel dalam penelitian ini adalah
sampel yang memenuhi kriteria inklusi,
yaitu pasien balita di instalasi rawat jalan
Puskesmas Pugung Raharjo Lampung
Timur yang didiagnosa ISPA. Data rekam
medik pasien lengkap meliputi identitas HASIL DAN PEMBAHASAN
pasien (nama, nomor rekam medis, usia, Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia
dan Berat badan di instalasi Puskesmas Pugung Raharjo
rawat jalan Puskesmas Pugung
Lampung Timur
Raharjo Lampung Timur
Sumber : Pengolahan Data Penelitian,
Karakteristik Jumlah Persentase
2020
(%)
Jenis Kelamin
- Laki-laki 25 54.3
- Perempuan 21 45.7
Usia
- 1 Tahun 9 19.6
- 2 Tahun 5 10.9
- 3 Tahun 14 30.4
- 4 Tahun 13 28.3
- 5 Tahun 5 10.9
Berat badan
- 7 kg 1 2.2
- 8 kg 2 4.3
- 8,5 kg 1 2.2
- 9 kg 3 6.5
- 10 kg 4 8.7
- 12 kg 2 4.3
- 13 kg 6 13.0
- 14 kg 4 8.7
- 14,5 kg 1 2.2
- 15 kg 6 13.0
- 15,5 kg 1 2.2 4.1.1 Data Kerasionalan Antibiotik
- 16 kg 4 8.7
- 17 kg 6 13.0 Dengan Metode Gyssens
- 18 kg 2 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Kerasionalan
- 18,5 kg 1 2.2 Penggunaan Antibiotik
- 19 kg 1 2.2 Berdasarkan Kategori Gyssens
Total 46 100 di Puskesmas Pugung Raharjo
Sumber : Pengolahan Data Penelitian, Lampung Timur
2020 Kategori Jumlah Persentase
Gyyssens (%)
0 37 80,4
Anamnesa
I Jumlah
- Persentase
-
IIC - (%)
-
- Demam
IIB -46 100
-
- Batuk
IIA 911 23.9
19,6
berdahak
IIIB - -
- Pilek
IIIA -30 65.2
-
- Batuk
IVD -24 52.1
-
kering
IVC - -
- Penuruna
IVB -8 17.4
-
nIVAnafsu - -
makan
V - -
- Sakit
VI -8 17.4
-
tenggoro :
Sumber Penolahan Data
Tabel 4.2 Anamnesa pasien balita kan
Penelitian, 2020 6 13.0
- Hidung
dengan diagnosa ISPA di
tersumba 6 13.0
t
- Tidur 3 6.5
ngorok 2 4.3
- Sesak
nafas
- Mual
muntah
digunakan untuk ISPA karena
Keterangan:
berdasarkan pengalaman dan penilaian
Kategori 0 :Penggunaan
tepat/ketepatan klinis dari dokter di Puskesmas Pugung
Kategori I : Waktu pemberian/
Raharjo Lampung Timur serta kondisi
timming tidak tepat
Kategori IIA : Dosis pemberian pasien terbukti membaik.
antibiotik tidak tepat
Anamnesa pasien balita dengan
Kategori IIB : Interval pemberian tidak
tepat keluhan deman sebanyak 100%, batuk
Kategori IIC : Tidak tepat rute
berdahak 23.9%, pilek 65.2%, batuk
pemberian
Kategori IIIA : Pemberian terlalu lama kering 52.1%, penurunan nafsu makan
Kategori IIIB : Pemberian terlalu
17.4%, sakit tenggorokan 17.4%,
singkat
Kategori IVA : Ada antibiotik lain yang hidung tersumbat 13.0%, tidur ngorok
lebih efektif
13.0%, sesak nafas 6.5%, mual
Kategori IVB : Ada antibiotik lain yang
lebih aman/ kurang toksik muntah 4.3%.
Kategori IVC : Ada antibiotik lain yang
Hasil evaluasi didapatkan
lebih lebih murah
Kategori IVD: Ada antibiotik lain lebih peresepan antibiotika pada pasien
spesifik dengan spektrum lebih sempit
balita diagnosa ISPA periode Juli-
Kategori V : Penggunaan antibiotika
tanpa ada indikasi Desember 2019 di Puskesmas Pugung
Kategori VI : Rekam medik tidak
Raharjo Lampung Timur 100% tepat
lengkap dan tidak dapat dievaluasi
diagosis, dapat dilihat dari dari kondisi
Pembahasan pasien ada saat masuk perawatan
Berdasarkan hasil penelitian seperti demam lebih dari 3 hari, batuk
dengan menelusuri alur data rekam berdahak, dan menurunnya nafsu
medik pada bulan Juli-Desember 2019 makan. Pengujian laboratorium jarang
di Puskesmas Pugung Raharjo Lampung dilakukan karena karena keterbatasan
Timur terdapat 561 rekam medik dan waktu dan biaya, sehingga pemberian
diperoleh 46 rekam medik yang terapi yang digunakan adalah terapi
merupakan pasien balita dengan epiris.
diagnosa ISPA yang mendapatkan Apabila ada pilihan antibiotik lain
antibiotik. Peresepan antibiotik yang lebih direkomendasikan karena
dianalisis menggunakan diagram alur dinilai akan memberikan terapi yang
Gyssens dalam kategori VI-0. optimal. Berdasarkan hasil evaluasi
Antibiotik yang digunakan adalah tidak ditemukan adanya antibiotik lain
amoksisilin. Berdasarkan wawancara yang lebih efektif. Antibiotik ini tidak
yang saya lakukan dengan apoteker terdapat kasus interaksi dengan obat
terkait amoxicilin lebih banyak lain seperti muncul alergi atau kondisi
khusus yang memerlukan penyesuaian Dosis yang terlalu rendah dapat
dosis. menyebabkan kadar obat dalam darah
Evaluasi dilakukan berdasarkan berada dibawah kisaran terapi sehingga
antibiotika yang digunakan yaitu tidak dapat memberikan respon yang
antibiotika generik lebih murah dari diharapkan, sedangkan dosis yang
pada antibiotika bermerk. Berdasarkan terlalu tinggi dapat menyebabkan kadar
buku acuan yang ada di Puskesmas obat dalam darah melebihi kisaran
Pugung Raharjo Lampung Timur semua terapi sehingga dapat muncul efek
antibiotik yang digunakan di Puskesmas samping dan kemungkinan efek
Pugung Raharjo Lampung Timur toksisitas lainnya (Untari, Agilina, dan
merupakan obat generik dan amoxicilin Susanti, 2018).
merupakan anibiotik dengan harga Berdasarkan hasil evaluasi data
termurah. rekam medik dosis yang diberikan
Pemilihan antibiotika yang lebih kepada pasien 80,4% sudah sesuai
spesifik harus berdasarkan hasil dari dengan literatur pembanding yang saya
kultur spesimen yang relevan atau dari gunakan yaitu American Hospital
pola kultur kuman (Kemenkes, 2011) . Formulary Service dan Pharmaceutical
Pada penelitian ini semua antibiotik Care untuk saluran pernafasan 20-
yang digunakan untuk 40mg/kgBB/hari. Dan terdapat 19,%
penatalaksanaan ISPA pada balita peresepan yang tidak tepat dosis.
sudah berdasarkan Panduan Puskesmas Contoh penggunaan antibiotik tidak
Pugung Raharjo Lampung Timur tepat dosis adalah kasus 4.
sebagai standar terapi. Ketepatan interval antibiotika yang
Lama pemberian antibiotika untuk diberikan di instalasi rawat jalan
terapi pada ISPA berbeda tergantung Puskesmas Pugung Raharjo Lampung
pada jenis penyakit dan tinggat Timur harus diberikan sesuai interval
keparahan. Berdasarkan hasil evaluasi pemberian yang konstan agar didapat
tidak ditemukan kasus penggunaan kadar obat dalam darah yang konstan.
antibiotik yang terlalu lama atau terlalu Berdasarkan hasil evaluasi tidak
singkat. Karena pemberian antibiotika ditemukan kasus penggunaan antibiotik
dengan terapi empiris yang belum tidak tepat interval .
diketahui bakteri penyebabnya. Waktu pemberian antibiotika
Pemberian dosis antibiotik yang merupakan hal yang sangat penting
terlalu rendah atau terlalu tinggi karena akan mempengaruhi
menunjukkan ketidaktepatan dosis. ketersediaan obat di dalam sirkulasi
sistemik yang berdampak pada efek penggunaan antibiotik yang tepat/bijak
terapetik yang dihasilkan. Waktu (rasional) dan 19,6% pengguna
pemberian yang diresepkan sudah antibiotik yang tidak tepat dosis karena
sesuai dengan literatur yang saya pakai dosis yang diberikan melampui dosis
yaitu setiap 8 jam sekali. yang seharusnya (overdose).
Penggunaan antibiotik yang Daftar Pustaka
tepat/bijak (rasional) menurut metode Erintina (2017), Evaluasi Penggunaan
Antibiotik Untuk Pengobatan Pasien
Gyssens ditunjukkan dengan lolosnya
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
antibiotik pada semua kategori. (ISPA) Pada Balita Rawat Inap di
RSUD Kab Temanggung Periode
Penggunaan antibiotika tergolong tepat
2016, Skripsi, Universitas
didasarkan atas ketepatan indikasi, Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta.
ketepatan pemilihan berdasarkan
Kemenkes RI, (2011). Profil kesehatan
efektivitas, toksisitas, harga dan Indonesia. Jakarta (diakses ;
www.depkes.go.id)
spektrum, lama pemberian, dosis,
Kemenkes RI, (2017). Profil kesehatan
interval, rute dan waktu pemberian. Indonesia. Jakarta (diakses;
www.depkes.go.id)
Berdasarkan hasil evaluasi ditemukan
Mutschler, E, (2011). Dinamika Obat :
37 kasus atau 80,4% peresepan Buku Ajar Farmakologi dan
Toksikologi, diterjemahkan oleh
antibiotik yang tepat/bijak (rasional).
Widianto, M.B., dan Ranti, A.S.,
Edisi Kelima, 157-158, Penerbit
Kesimpulan ITB, Bandung.
Nelson, (2010) Ilmu Kesehatan Anak, Ed
Pada penelitian ini karakteristik pasien
12, Bagian 2, EGC, Jakarta.
ISPA pada balita lebih banyak terjadi PERMENKES RI, (2011), Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik, Kementrian
pada laki-laki sebanyak 25 pasien
Kesehatan RI, Jakarta, 874.
(54.3%) sedangkan perempuan PERMENKES RI, (2011), Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik, Kementrian
sebanyak 21 pasien (45.7%) dan usia
Kesehatan RI, Jakarta, 874.
pasien ISPA balita paling banyak Utami ER. (2012). Antibiotika, resistensi,
dan rasionalitas terapi. Saintis
terdapat pada umur 3-4 tahun (30%).
2012: 1 (1): 124-38.
Penggunaan antibiotik pada balita WHO, (2011). World Health Statistics
(2011). Available at:
dengan diagnosa ISPA di instalasi rawat
http://apps.who.int/iris/bitstream/
jalan Puskesmas Pugung Raharjo 10665/170250/1/9789240694439_
eng.pdf(Accessed: 3 Januari 2020).
Lampung Timur terdapat 80,4%

Anda mungkin juga menyukai