Anda di halaman 1dari 56

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

NAMA : M.Oktariansyah
NIM : PO71200190034
TINGKAT :3B
PRODI : D3 KEPERAWATAN

Topik penelitian : dampak covid-19 pada perekonomian Indonesia

Peneliti tertarik untuk membahas dan menulis topik “ dampak covid-19 pada perekonomian Indonesia”
adalah karena Wabah covid-19 ini sangat mematikan perekonomian seluruh dunia salah satunya terjadi
di Indonesia, peraturan pemerintah mengharuskan masyarakat melakukan pembatasan sosial (sosial
distancing) membuat para pedagang terhambat dalam proses perdagangan, serta banyak terjadinya
pemecatan sepihak kepada karyawan oleh perusahaan dan susah nya mencari pekerjaan pada masa ini
menimbulkan dampak yang buruk pada perekomian di Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa covid-19 memiliki dampak :
Sulitnya mencari lowongan pekerjaan
Banyak karyawan yang sudah bekerja terpaksa harus dirumahkan tanpa menerima gaji
Timbulnya kejahatan akibat sulitnya ekonomi
Indonesia mengalami banyak kerugian .

Rumusan masalah :
Apa saja dampak covid-19 pada perekonomian di indonesia?

1
EFEKTIFITAS MODEL ADAPTASI ROY DALAM MANAGEMEN
KASUS DEMAM NEUTROPENIA PADA ANAK
DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO

Rosa Melati1, Allenidekania 2, Happy Hayati 2

1. Mahasiswa Spesialis Keperawatan Anak dan Pengajar Akademi Keperawatan Manggala Husada
Jakarta, Jalan Jatinegara Barat No. 15, Kampung Melayu, Jakarta Timur
2. Staf Pengajar Keilmuwan Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok, Jawa Barat

E-mail: ocha_melati@yahoo.co.id

Abstrak

Demam neutropenia merupakan komplikasi yang terjadi paska kemoterapi. Tujuan Karya Ilmiah Akhir adalah
menggambarkan aplikasi model adaptasi Roy dalam merawat anak dengan kanker yang mengalami masalah
demam neutropenia dan pencapaian kompetensi praktik spesialis keperawatan anak. Peran perawat yang
dilakukan selama praktik adalah pemberi asuhan, advokator, konselor, pendidik, kolaborator, peneliti dan
inovator berlandaskan etik dan legal dalam keperawatan. Pendekatan model adaptasi Roy diaplikasikan pada 5
kasus dan proses keperawatan yang dilalui adalah pengkajian perilaku, pengkajian stimulus, diagnosa
keperawatan, tujuan keperawatan, intervensi dan evaluasi. Evaluasi yang didapat adalah nilai ANC lebih dari
1000 mm3 saat anak keluar dari ruang rawat demam neutropenia, dan gejala klinis mengalami perbaikan. Model
adaptasi Roy dapat diterapkan pada anak kanker di ruang rawat anak dalam upaya mencapai proses adaptasi dan
meningkatkan kualitas hidup anak.

Kata Kunci: kanker, demam neutropenia, model adaptasi Roy

Abstract

Neutropenic febrile is a complication effect of post chemotherapy treatment. This final paper aimed to describe
the application of Roy’s Adaptation Model in caring for children with cancer experiencing neutropenic febrile
and to describe the achievement of pediatric nurse specialist student’s competencies in clinical practice. During
the residency programme, role as caregiver, advocate, educator, collaborator, researcher, and innovator was
conducted based on ethic and legal in nursing issues. Roy’s Adaptation Model was implemented on 5 pediatric
clients. Nursing process was conducated by behavior and stimuli assessment, nursing diagnosis, nursing
outcome, intervention, and evaluation. The children with neutropenia febrile experienced ANC value more than
1000m3 after the care. Roy’s Adaptation Model can be applied in caring for children with cancer in order to
improve children’s quality of life.

Keywords: Cancer, Febrile Neutropenia, Roy Adaptation Model

Pendahuluan akibat kemoterapi yang memiliki efek

Kemoterapi merupakan pengobatan samping mielosupresi.

dengan menggunakan zat kimia. Salah satu


efek samping yang dapat terjadi akibat Demam neutropenia adalah suatu kondisi

kemoterapi adalah demam neutropenia dimana jumlah sel darah putih mengalami

(Sposito, et al, 2015). Demam neutropenia penurunan sehingga kemampuan tubuh

merupakan salah satu kondisi toksisitas untuk melindungi diri dari infeksi menjadi
berkurang (Joyce, 2006). Risiko
2
neutropenia semakin besar jika jumlah dengan menyenangkan dan dapat
absolute neutrophile count kurang dari beradaptasi dengan kondisi yang ada
500/ mm3 atau kurang dari 1000/ mm3 (Sposito, Rodrigues, Sparapani, Pfeifer,
(Laksmaiah et. al., 2014). Demam Lima, & Nascimento, 2015). Proses
neutropenia ditandai dengan demam lebih adaptasi tersebut dapat diberikan melalui
0
dari 38,3 C atau jika dalam satu jam pendekatan pada anak dan keluarga
dilakukan 2 kali pengukuran suhu dengan menggunakan Model Adaptasi Roy.
0
hasil 38,0 C (Oberoi, Suthar, Bansa & Tujuan dari asuhan keperawatan pada
Marwah, 2013). pasien demam neutropenia adalah
Sebagian demam neutropenia dapat melindungi pasien dari komplikasi yang
disembuhkan dengan cepat, namun 10 % memberatkan akibat infeksi nosokomial,
kasus demam neutropenia menyebabkan sehingga terjadi peningkatan kualitas
infeksi serius dan kematian (Ahn et, al, hidup pasien.
2010). Intervensi yang diberikan oleh
perawat dalam menangani kasus demam Metode Penelitian
neutropenia adalah mencegah komplikasi
Penelitian kuantitatif dengan
neutropenia, memantau kondisi
menggunakan desain kuasi eksperimental.
neutropenia dan memberikan pendidikan
Penelitian kuasi ini menggunakan pre test
kesehatan tentang perawatan pasien
dan post test without control. pengambilan
neutropenia sehingga dapat
sampel dengan menggunakan teknik
menyelamatkan hidup pasien.
consecutive sampling yaitu pemilihan
Demam neutropenia pada anak dengan
sampling berdasarkan semua objek yang
kanker menyebabkan perubahan pada anak
datang dan sesuai dengan kriteria
dan keluarga. Perubahan tersebut terjadi
penelitian yang dilakukan di rumah sakit
berhubungan dengan faktor fisik, sosial,
Cipto Mangunkusumo. Jumlah besar
ekonomi dan kelelahan emosional. Anak
sampel yang digunakan pada penelitian ini
yang didiagnosa kanker memerlukan
adalah 8 anak. Tidak ada sampel yang
waktu pengobatan dan hari perawatan
dropout dalam penelitian.
yang panjang serta berulang kali. Selain itu
Alat pengumpulan data yang digunakan
penuh dengan ketidakpastian terhadap
adalah (1) algoritma demam neutropenia
kesembuhan penyakit.
untuk melakukan pengkajian awal,
Hal ini memerlukan strategi koping yang
pemeriksaan awal pasien dan stratifikasi
baik untuk anak dan keluarga agar
kelompok demam neutropenia; (2) format
keluarga dan anak dapat melalui semuanya

3
pengkajian model adaptasi Roy untuk kuisioner pre test dan post test; (4) lembar
melakukan pengkajian perilaku dan observasi kepatuhan cuci tangan dan
stimulus, menentukan diagnosa lembar observasi penggunaan masker serta
keperawatan, tujuan keperawatan, jumlah pengunjung pasien.
intervensi dan evaluasi keperawatan. (3)

Hasil Rekapitulasi Data Saat Pengkajian Awal Dan Evaluasi Akhir

Pengkajian awal Evaluasi akhir


Responden yang ada berjumlah 8 orang Jumlah responden menjadi 7 orang. Satu orang
meninggal, pada hari terakhir evaluasi.
Dari 8 responden yang ada usia terbanyak Dari 8 responden yang ada usia terbanyak adalah usia
adalah usia remaja, jenis kelamin perempuan remaja, jenis kelamin perempuan dengan diagnosa
dengan diagnosa medis ALL dan AML. medis ALL dan AML.
Keluhan saat masuk adalah demam lebih dari Saat keluar ruang demam neutropenia 7 responden
380C dan nilai ANC < 500 mm3. sudah bebas demam 2-3 hari. Saat keluar rumah sakit 6
responden memiliki nilai ANC > 1000mm3 dan 1
responden memiliki nilai ANC 118 mm3.
Penyakit penyerta saat masuk ruang demam Penyakit penyerta saat keluar ruang demam
neutropenia: neutropenia:
1. Batuk 8 orang 1. Batuk 3 orang
2. Diare 2 orang 2. Diare 1 orang
3. Stomatitis 6 orang 3. Stomatitis 5 orang
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada Diagnosa keperawatan yang teratasi pada evaluasi
pengkajian awal akhir:
1. Hipertermi: 8 1. Hipertemia: 0
2. bersihan jalan napas tidak efektif: 8 2. bersihan jalan napas tidak efektif: 3
3. Diare: 2 3. Diare: 1
4. Gangguan Mukosa anal: 1 4. Gangguan Mukosa anal: 1
5. Kerusakan mukosa oral: 6 5. Kerusakan mukosa oral: 5
6. Risiko Perdarahan: 7 6. Risiko Perdarahan: 1
7. Ketidak seimbangan nutrisi kurang 7. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
dari kebutuhan tubuh: 8 kebutuhan tubuh: 8
Klasifikasi kelompok risiko saat masuk ruang Klasifikasi kelompok risiko saat keluar ruang demam
demam neutropenia adalah kelompok risiko neutropenia adalah kelompok risiko rendah 6 responden
tinggi dan 2 masih kelompok risiko tinggi
Kepatuhan menggunakan masker (lembar Kepatuhan menggunakan masker (lembar observasi): 8
observasi): 8 pasien menggunakan masker saat pasien menggunakan masker saat melakukan
melakukan pemeriksaan di luar ruang pemeriksaan di luar ruang perawatan, sementara pada
perawatan. 8 pasien tidak menggunakan kondisi lain masker tidak digunakan
masker pada kondisi lainnya.
Kepatuhan cuci tangan (menggunakan lembar Kepatuhan cuci tangan (menggunakan lembar
observasi) 8 responden melakukan cuci tangan observasi) semua responden melakukan cuci tangan
selama 10-15 detik dan 8 responden melakukan selama 10-15 detik dan setelah dari kamar mandi. 8
cuci tangan setelah dari kamar mandi. Namun responden mencuci tangan setelah terkena cairan tubuh
yang lainnya lebih banyak tidak dilakukan. pasien . Namun yang lainnya masih sama, lebih banyak
tidak dilakukan.
Penunggu dan pengunjung pasien lebih Penunggu dan pengunjung pasien lebih dari satu
dari satu
Hasil pre test Pertanyaan yang diberikan Hasil post test 8 keluarga mengatakan bahwa anaknya
kepada keluarga pasien tentang mengapa dirawat karena hasil ANC menurun sehingga daya
anaknya dirawat di ruang demam neutropenia, tahan tubuhnya menurun. 7 keluarga pasien mengetahui
dijawab oleh: 2 keluarga dengan jawaban tidak neutropenia adalah penurunan hasil laboratorium
tahu atau tidak mengerti. 10 keluarga menjawab bahwa anaknya mengalami
4
penurunan imunitas tubuh. Dari 10 keluarga 7 leukosit dan trombosit serta Hb yang diakibatkan oleh
diantaranya mengerti bahwa demam efek samping kemoterapi dengan gejala demam lebih
neutropenia menyebabkan anaknya mudah dari 380C. Cara perawatan anak dengan demam
terinfeksi sehingga harus dirawat di ruangan neutropenia 8 responden mengatakan dengan
yang khusus dan 3 keluarga tidak tahu efek melakukan mengukur suhu tubuh anak, cuci tangan,
dari demam neutropenia. Semua keluarga menjaga kebersihan lingkungan, mandi, sikat gigi, dan
mengatakan tidak tahu cara merawat anak menggunakan masker.
dengan demam neutropenia.

Berdasarkan hasil observasi terhadap tindakan Namun berdasarkan hasil observasi kepatuhan cuci
cuci tangan yang dilakukan keluarga pasien tangan dari 8 responden masih sering lupa cuci tangan,
hanya 2 keluarga yang benar tetapi kadang serta 8 responden menolak pemakaian masker, dan
mereka lupa cuci tangan dan keluarga lainnya menggunakan masker setelah diingatkan.
kurang tepat dalam cuci tangan.
satu ibu pasien mengatakan bahwa tamu yang
berkunjung kadang batuk dan ibu pasien tidak
enak untuk menegur menggunakan masker. Ibu
pasien tersebut juga tidak memakaikan masker
pada anaknya karena anaknya menolak.

Pembahasan Menurut Laksmaiah (2014); Oberoi,


Pengkajian menurut Roy dibagi dalam 2 Suthar, Bansa dan Marwah (2013) pasien
tahap yaitu pengkajian perilaku dan demam neutropenia masuk ruang
pengkajian stimulus. Pengkajian perilaku perawatan karena suhu lebih dari 38,30
terdiri dari pengkajian fisiologis, konsep Celcius, nilai absolute neutrophile count
diri, fungsi peran dan interdependen. kurang dari 500 mm3. Kondisi ini
Pengkajian stimulus yaitu pengkajian menyebabkan daya imunitas pasien
fokal, kontekstual dan residual. Diagnosa menurun sehingga mudah terinfeksi. Salah
medis pasien adalah AML, ALL, LMNH, satu tanda inflamasi adalah peningkatan
Rhabdomiosarkoma, Retinoblastoma dan suhu tubuh dan infeksi penyerta dapat
Neuroblastoma. Usia responden bervariasi terjadi disemua sistem tubuh. Infeksi yang
dari todller sampai remaja. Demam dapat terjadi pada sistem pernapasan salah
neutropenia dapat terjadi pada pasien satunya adalah batuk. Begitu pala infeksi
dengan berbagai usia dan diagnosa medis yang dapat terjadi pada sistem pencernaan
terutama bila kanker sudah mencapai ke adalah mukositis/ stomatitis dan diare.
sumsum tulang. Dari seluruh responden Diagnosa utama yang terjadi pada pasien
yang masuk ruang demam neutropenia dengan demam neutropenia adalah
0
terdapat keluhan suhu lebih dari 38,3 hipertemia, kerusakan mukosa oral,
Celcius, nilai absolute neutrophile count ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kurang dari 500 mm3, dan batuk. kebutuhan tubuh, dan risiko perdarahan.
Diagnosa ini diangkat karena pasien

demam neutropenia memiliki gejala awal demam lebih dari 38,30 Celcius, selain demam efek
5
dari kemoterapi lainnya adalah mukositis 8 responden mencuci tangan setelah
sehingga diangkat diagnosa keperawatan terkena cairan tubuh pasien . Namun pada
kerusakan mukosa oral, dengan adanya kondisi lainnya cuci tangan tidak
stomatitis maka nafsu makan menurun dilakukan dengan alasan lupa. Selain itu
sehingga diangkat masalah pengunjung pasien masih lebih dari satu.
ketidakseimbangan nutrisi. Risiko Solusi pada permasalahan ini adalah
perdarahan terjadi karena pada demam pasien dirawat diruang isolasi dan perawat
neutropenia dapat terjadi penurunan semua harus memperhatikan perilaku pasien dan
komponen darah termasuk trombosit keluarga pasien secara ketat, sehingga
sehingga diangkat diagnosa risiko pasien lebih terlindungi dan risiko
perdarahan. Diagnosa keperawatan lainnya penularan infeksi dapat diminimalkan.
dapat ditegakkan tergantung dari infeksi Selain itu perawat harus selalu
penyakit penyerta. mengingatkan pasien untuk membatasi
Seluruh responden masuk pada kelompok jumlah pengunjung, selalu menggunakan
risiko tinggi. Hal ini terjadi karena saat masker dan mencuci tangan sebelum dan
0
masuk demam pasien lebih dari 39 sesudah melakukan tindakan.
Celsius dan absolute neutrophile count
kurang dari 500 mm3 serta terdapat Pembahasan intervensi pada kasus ini
penyakit penyerta antara lain batuk, diare lebih banyak membahas tentang
dan mukositis. implementasi pencegahan infeksi atau
Dari 8 responden menggunakan masker meluasnya infeksi pada pasien dengan
jika melakukan pemeriksaan diluar demam neutropenia sehingga intervensi
ruangan rawat. Sementara pada kondisi yang dilakukan adalah Mengelompokkan
lainnya pasien tidak mau menggunakan klasifikasi risiko, memantau tanda-tanda
masker karena merasa pengap. Hal ini vital (ttv) tiap 2 jam, melakukan kompres
terjadi karena pasien dan keluarga kurang dengan air hangat, memberi obat
memahami sepenuhnya perlindungan antipiretik jika demam lebih dari 380C.
pasien terhadap infeksi melalui penularan menjaga kestabilan klinis pasien dengan
udara/ droplet. Kepatuhan cuci tangan memantau tingkat kesadaran, memantau
(menggunakan lembar observasi) semua tanda-tanda vital, melakukan observasi
responden melakukan cuci tangan selama tanda dan gejala klinis pasien serta laporan
10-15 detik dan setelah dari kamar mandi. pasien secara verbal.
Mencegah tingkat keparahan infeksi
dilakukan dengan cuci tangan sesering

6
mungkin, menganjurkan pengunjung makan menurun serta adanya fokus infeksi
menggunakan masker atau menganjurkan yang menyertai.
pasien menggunakan masker. Diagnosa keperawatan spesifik yang dapat
Menganjurkan pasien menggunakan ditegakkan pada demam neutropenia
masker jika ruangan sedang dibersihkan adalah Hipertermia, ketidakefektifan jalan
(dipel/ disapu), mengganti gorden/ skreen napas, kerusakan mukosa oral, gangguan
secara rutin, menjaga kenyamanan dan rasa nyaman nyeri, ketidakseimbangan
kebersihan lingkungan pasien, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan
meningkatkan nutrisi pasien dengan risiko perdarahan, tujuan keperawatan
memberikan makan porsi kecil tiap 2 jam, serta intervensi dilakukan dengan
mengajarkan pencegahan infeksi pada menggunakan prinsip Roy dan
keluarga, memberikan posisi kepala lebih menggabungkan dengan nursing
tinggi, memonitor perdarahan, mencegah intervention clacification/ NIC dan
untuk sikat gigi dan menganti dengan Nursing outcome/ NOC.
berkumur, melakukan auskultasi suara Evaluasi menunjukkan hasil yang
nafas tambahan, kolaborasi pemberian bervariasi. Satu pasien pulang walau ANC
obat batuk. menganjurkan teknik relaksasi masih 118 mm3 untuk menghindari infeksi
nafas dalam. nosokomial, satu pasien dengan ANC
1202 mm3 dipindahkan ke ruang 110
Kesimpulan untuk perbaikan kondisi pasien dan
Model konsep Roy meliputi pengkajian rencana kemoterapi berikutnya, sementara
pengkajian perilaku dan pengkajian pasien lainnya pulang karena nilai ANC
stimulus, diagnosa keperawatan, tujuan sudah lebih dari 1000mm3 dan penyakit
keperawatan, intervensi, dan evaluasi. penyerta teratasi. Namun satu orang
Pengkajian dilakukan dengan menggali meninggal pada hari terakhir evaluasi
perilaku melalui fungsi fisiologis, fungsi karena kondisi memburuk.
peran, fungsi konsep diri dan
interdependen. Sementara pengkajian Ucapan Terima Kasih
stimulus dengan mengkaji status fokal, Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
kontekstual dan residual. Pengkajian responden yang telah berpartisipasi dalam
spesifik pada demam neutropenia adalah penelitian ini.
peningkatan suhu tubuh, leukopenia,
trombositopenia, Hb menurun dan nafsu

Referensi Ahn S., et al. (2011). Predictive factors of poor


7
prognosis in cancer patients with Farley A et al (2012) Blood components.
chemotherapy-induced Nursing Standard. vol 27 no 13.
febrile neutropenia. Support Care 27, 13, 35-42.
Cancer 19:1151–1158. DOI
10.1007/s00520-010-0928-4 Fawcett J. (2005). Middle Range nursing
Theories are necessary for the
Alligood, M.R, & Tomey, A.M. (2010). Advancement of the Discipline.
Nursing theorists and their works. Aquichan, 5(001), 32 - 43
6th ed. St. Louis: Mosby Elsevier,
Inc Friese C. R., (2006). Chemotherapy
induced Neutropenia: Important
American Cancer Society. (2015). What
New Data to Guide Nursing
are the most common types of
Assessment and Management.
childhood cancers?. 3 April 2015.
Cancer therapy and supportive
http://www.cancer.org/cancerinch
care.
ildren American Childhood
Organization. (2015). Gibson F., et al. (2013). Developing a
national ‘low risk’ febrile
Childhood cancer statistic. 5 Agustus
neutropenia framework for use in
2015.http://www.acco.org/childho
children and young people's
od-cancer-institute
cancer care. Support Care
Bryant A. L., & Albrecht A. (2014). Cancer, 21:1241–1251Doi
Management of Febrile 10.1007/s00520-012-1653-y
Neutropenia in A Patient With
Gibson, T. M., & Robison L. L. (2015).
Acute Leukemia. J Emergency
Impact of cancer therapy related
Nursing 40:377-81.
exposures on late mortality in
doi.org/10.1016/j.jen.2013.07.021
childhood cancer survivors.
Canterbury District Health Board. American Chemical
Management of Oncology Society Journal.
Patients with Neutropenia. No dx.doi.org/10.1021/tx500374k |
date. http://interweb- Chem. Res. Toxicol. 28, 31−37
d/cytotoxic/Policies/ Oncology
Hockenberry, M. & Wilson, D. (2009).
Neutropenia Policy.doc
Essential of pediatric nursing. St
Donohue R. B. (2006). Development and Louis:Mosby year book.
Implementation of a Risk
Joyce A. (2006). Care of patients with
Assessment Tool for
neutropenia. Clinical Journal of
Chemotherapy-Induced
Oncology Nursing
Neutropenia. Oncology Nursing
10.1188/06.164-166
Forum 10.1188/06.ONF.347-352
Julia B. G. (1995). Nursing Theories, The
Base for Profesional Nursing
Practice. 4th edition. Appleton &
lange Norwalk, Connecticut.

8
Lakshmaiah K. C., Abhayakumar S. M., NANDA (2012). Nursing Diagnoses:
Shetty R., Loknath D., Jayashree Definitions and classification
R. S., & Govindbabu K. (2014). 2012-2014. USA: Mosby Elsevier
Management of febrile
neutropenia in solid organ NANDA (2013). Nursing Interventions
malignancies following classification. Sixth edition. USA:
chemotherapy. Journal of Cancer Mosby Elsevier
Research and Therapeutics.
Oberoi S., Suthar R., Bansal D., &
Volume 10. DOI: 10.4103/0973-
Marwaha R. K. (2013). Febrile
1482.137908
Neutropenia: Outline of
Langhorne, E, M., Fulton, S, J., & Otto, E, Management. Indian J Pediatr
S. (2007). Oncology nursing. 5nd (February 2013) 80(2):138–143.
ed.St Louis: Mosby Elsevier. Doi 10.1007/s12098-012-0901-y

Lindqvist H., Carlsson G., Moell J., O’Neill K.A., Bunch K.J., & Murphy
Winiarski J., & Sundin M. (2015). M.F., (2012). Intrauterine Growth
Neutropenia in childhood: a 5 and Childhood Leukemia and
year experience at a tertiary Lymphoma Risk. Expert Rev
center. Eur J Pediatr 174:801– Hematol, 5,559-576
807. Doi 10.1007/s00431-014-
PPNI (2005). Standar kompetensi perawat
2465-5
Indonesia. 6 Juni 2015.
Miller, E., Jacob, E., & Hockenberry, M.J. http://www.inna-ppni.or.id
(2011). Nausea, pain, fatigue, and
Rogers K. (2011). Blood Physiology and
multiple symptomps in
Circulation. New York:
hospitalized children with cancer.
Britannica Educational Publishing
Oncology Nursing Forum, 38, 5,
E382-E393. Roy C., & Andrews A. H. (1999). The
Roy Adaptation Model. Second
Munro N. (2009) Hematologic
edition. University Michigan:
complications of critical illness:
Appleton & Lange
anemia, neutropenia,
thrombocytopenia, and more. Schottenfeld D., Dimmer J. L. B., Buffler
American AACN Advanced P. A., & Omenn G. S. (2013).
Critical Care. 20, 2, 145-154. Current Perspective on the Global
and United States Cancer Burden
Murphy SL, Xu J, & Kochanek KD.
Attributable to Lifestyle and
(2013). Deaths: Final Data for
Environmental Risk Factors.
2010. National Vital Statistics
Annual Review of Public Health,
Reports. 61, 4. Hyattsville, MD:
Vol. 34: 97-117. DOI:
National Center for Health
10.1146/annurev-publhealth-
Statistics
031912-114350
Sposito A. M. P., Rodrigues F. M. S., C. (2015). Coping strategies used by
Sparapani V. C., Pfeifer L. L., hospitalized children with cancer
Lima R. A. G., & Nascimento L. undergoing chemotherapy. Journal of
9
Nursing Scholarship, 47:2, 143– 2nded. Verlag Berlin Heidelberg:
151 Springer.
Thibodeau G. A., & Patton K. T., (2012) Vedi A. et. al. (2015). Management of
Structure and Function of the fever and neutropenia in children
Body. Fourteenth edition. Mosby: with cancer. Support Care
St Louis. Cancer 23:2079–2087. DOI
Tomey, A.M. & Alligood, M.R. (2006). 10.1007/s00520-014-2572-x
Nursing theory utilization and Ward, E., DeSantia, C., Robbins, A.,
application. Third Edition. St. Kohler, B., & Jemal. (2014).
Louis : Mosby Elsevier Childhood and adolescent cancer
Tomlinson, D., & Kline, N, E. (2010). statistics, 2014. Cancer Journal
Pediatric onchology nursing for Clinicians, 64, 2, 83- 101.
advanced clinical handbook. Doi.10.3322/caac.21219

Watson J., (2003). Caring science as


sacred science. Philadelphia: F.A
Davis Company

World Health Organization. (2012).


Cancer. Diunduh tanggal 8
Oktober 2015.

DAMPAK COVID-19 PADA PEREKONOMIAN INDONESIA

Mutik Aromsin Putri1, Rusi Septyanani2,Aris Prio Agus Santoso3


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta Email :
mutikaromsinputri@gmail.com

Abstrak
Wabah covid-19 ini sangat mematikan Perekonomian di Dunia salah satunya terjadi di Indonesia,
Peraturan pemerintah mengharuskan masyarakat melakukan pembatasan sosial (sosial distancing) membuat
para pedagang terhambat dalam proses perdagangan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak covid-19 pada perekonomian masyarakat Indonesia.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiolgis dengan pengumpulan data yang
bersumber dari data primer dan sekunder. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :Covid – 19 memiliki dampak di antaranya : (1) sulitnya
mencari pekerjaan; (2) banyak karyawan yang sudah bekerja terpaksa harus di rumahkan tanpa digaji
sampai batas yang belum diketahui; (3) Timbulnya kejahatan di beberapa daerah akibat sultnya ekonomi; (4)
Negara mengalamikerugian sekitar 320 triliun.

1
0
Kata Kunci : Covid-19, Dampak, Perekonomian,
Abstract
The covid-19 epidemic is very deadly for the economy in the world, one of which occurs in Indonesia,
government regulations require people to carry out social distancing (social distancing) which hampers
traders in the trading process. The formulation of the problem in this study is to determine the impact of
Covid-19 on the Indonesian economy.
This research method uses a sociological juridical approach by collecting data sourced from primary
and secondary data. The data obtained were analyzed qualitatively.
The results showed that: Covid - 19 had the following impacts: (1) difficulty finding work; (2) many
employees who are already working are forced to be sent home without being paid to an unknown extent; (3)
The incidence of crime in several areas; (4) The state suffered enormous losses. Keywords: Covid-19,
Impact, Economy

1. PENDAHULUAN Latar
Belakang
Virus corona pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina. Corona adalah virus yang menyerang
sistem pernapasan manusia, virus ini sangat mudah menyebar sehingga menyebabkan angka
kematian yg tinggi pada tahun ini. Saat ini virus corona telah menyebar ke berbagai Negara
salah satunya

1
1
adalah Indonesia. Virus corona ini memiliki dampak yang sangat berpengaruh terhadap
perekonomian. Penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini adalah turunnya
minat konsumsi dan investasi masyarakat, baik lingkup rumah tangga maupun lingkup
pemerintah.
Pada era pandemi corona virus saat ini, masyarakat dituntut untuk mengurangi aktivitas di
luar rumah yang mempengaruhi ekonomi para pedagang. Ekonomi merupakan faktor penting
dikehidupan manusia. Kehidupan keseharian manusia dapat dipastikan selalu bersinggungan
dengan kebutuhan ekonomi(Honoatubun,2020).
Para pedagang kecil mengalami kerugian pesat dengan adanya wabah covid-19 ini.
Pembatasan aktivitas akibat covid-19 telah menimbulkan kerugian ekonomi secara
nasional(Hadiwardoyo,2020).
Dengan adanya PSBB maka perkantoran dan sebagian besar industri dilarang beroperasi,
untuk kurun yang relatif lama, dan menimbulkan kerugian ekonomi. Jika PSBB diperpanjang
atau diperluas kekota - kota lain, maka otomatis dampak kerugian membesar, dan dapat
diproyeksikan berdasar perbandingan waktu dan luasan area. Selanjutnya pembahasan
kerugian dibagi dalam kelompok kerugian nasional, sektoral, corporate, maupun individual.
Maka dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “DAMPAK
COVID-19 PADA PEREKONOMIAN INDONESIA”
Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja dampakCovid-19 pada perekonomian di Indonesia ?
2. METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
sosiologis,yuridis sosiologi adalah peraturan yang dibentuk berdasarkan fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan dengan mempertimbangkan aturan
yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat.
2. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui dampak-
dampak apa saja pada masa pandemi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer dan sekunder
yaitu data yang diperoleh dari kuisioner . Metode dengan kuisioner ini dilakukan karena
peneliti tidak memungkinkan untuk terjun langsung kelapangan karena adanya virus
Covid-19.
4. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu
metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu
masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Adapun analisis
kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab apa saja dampak kasus covid-
19 pada perekonomian di Indonesia.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Perkembangan kasus konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia per harinya semakin
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tingkatnasional, data yang diperoleh dari website
resmi perkembangan virus COVID-19 milik pemerintah pusat menyatakan sampai pada
tanggal 17 April 2020 jumlah akumulasi kasus terkonfirmasi virus COVID-19 di Indonesia
telah mencapai 83,130 kasus. Sejalan dengan semakin tingginya jumlah akumulasi kasus
positif, kasus konfirmasi positif per harinya juga terus mengalami kenaikan. Data
menunjukkan bahwa pada tanggal 15 April di Indonesia terjadi1. 522 kasus dan pada 16 April
naik secara signifikan menjadi 1.574 kasus (Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-
19, diakses pada tanggal 17 April 2020), Sedangkan jika dilihat pada
tingkat regional, kasus konfirmasi positif paling banyak terjadi di PulauJawa. Hal ini terlihat
dari peta persebaran COVID-19 di Provinsi-provinsi yang terletak di pulau Jawa menjadi
daerah yang termasuk dalam 10 provinsi dengan jumlah kasus positif COVID-19 tertinggi di
Indonesia.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memperkirakan angka
kerugian akibat pandemi COVID-19 di Indonesia mencapai Rp 320 triliun selama kuartal I-
2020. Hal itu dikarenakan ekonomi nasional merosot sekitar 2,03%.

Sesuai data yang disampaikan Kepala Pusat Kebijakan Makro BKF, Hidayat Amir,
bahwa ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97% pada kuartal I-2020. Angka inilebih rendah
dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang di kisaran 5%.

Potensi kerugian ekonomi itu bisa dikuantitatifkan menjadi sebuah angka dengan
mengkalikannya kemerosotan ekonomi kuartal I-2020 dengan produk domestik bruto (PDB).
Jika dihitung, maka total potensi kerugian negara akibat COVID-19 sekitar Rp 320 triliun.

Rincian tren pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 bisa dilihat dalam databoksb
erikut:

Gambar I Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 hanya naik 297 (Sumber :


Databoks,05/05/2020,16.28 WIB)

Pemerintah mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-


2020 hanyasebesar 2,97%. Angka inimenjadi yang terendahsejak 2001.
Sektor yang paling rendah pertumbuhannya di kuartal I-2020 adalah
sektor pertanian. Sebab sektor tersebut hanya tumbuh 0,02%. Padahal
tzhun lalu dalam periode yang sama, pencapaian sektor pertanian tumbuh
hingga 1,82%.
Penurunan ini karena adanya kontraksi pada sub sektor tanaman pangan dan cuaca
ekstrem pada awal tahun 2020. Peningkatan produksi barang kimia dan obat-obatan untuk
diekspor keluar negeri menyelamatkan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020. Merebaknya
wabah Covid-19 mendorong permintaan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang
masih dapat tumbuh 5,59%.
Berikut adalah data yang diperolehpeneliti, yang di sebar ke masyarakat melalui gogle
form (bentuk kuisioner) :

Gambar II Hasil data bentuk kuisioner (Sumber : Gogle Form,16/07/2020,21.51 WIB)


Dari data fakta lapangan diatas penulis dapat meyimpulkan bahwa wabah pandemi
COVID-19 ini sangat merugikan pada ekonomi masyarakat, penulis memberi pertanyaan-
pertanyaan masalah yang mungkin sering terjadi pada masyarakat yang mengalami keadaan
wabah pandemi COVID-19, seperti sulit mencari pekerjaan, banyak yang di PHK/
dirumahkan, timbulnya kejahatan, banyak kebutuhan ekonomi yang mengalami kenaikan
harga dan menurunya aktifitas ekspor impor barang.
Pertama yaitu sulitnya mencari pekerjaan, masudnya disini banyak perusahaan yang
beralasan tidak menerima karyawan karena kuota sudah penuh, ada juga yang beralasan
didalam perusahaan tersebut semua karyawan sudah dirumahkan / bekerja di rumah dan ada
juga yang sudah di PHK sehingga tidak mau menerima tambahan karyawan lagi.
Kedua, banyak karyawan yang sudah bekerja terpaksa harus di rumahkan tanpa digaji
sampai batas yang belum diketahui, dan ada juga yang di PHK karena perusahaan tidak bisa
memberi gaji pada karyawan yang tidak bekerja selama hampir 3 bulan ini. Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa Masyarakat kehilangan mata pencarianya untuk memenuhi
kebutuhan sehari harinya, agar bisa tetap memenuhi kebutuhanya, masyarakat perlu diberikan
bantuan sosial dari pemerintah seperti beberapa sembako dan BLT (Bantuan Langsung
Tunai) untuk kebutuhan sehari hari.
Ketiga , Dampak COVID -19 pada perekonomian di indonesia salah satunya adalah
Timbulnya kejahatan di beberapa daerah, seperti banyak pencurian di berbagai rumah –
rumah yang dikarenakan banyak narapidana yang dilepaskan karena adanya sistem sosial
distancing dan lock down.
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyatakan sebanyak 5.556 narapidana telah
dikeluarkan dan dibebaskan sebagai bagian dari upaya pencegahan penyebaran virus corona
di lembaga pemasyarakatan (lapas). Yasonna menjelaskan pelepasan narapidana itu merujuk
pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri
Hukum dan HAM Nomor M.HH-19.PK/01.04.04 tentang Pengeluaran dan Pembebasan
Narapidana dan Anak MelaluiAsimilasi dan Integrasi dalam Rangka Pencegahan dan
Penanggulangan Penyebaran Covid-19
Dan terakhir dari data lapangan yang peneliti peroleh adalah menurunya sistem ekspor
dan impor barang , Misalnya, Indonesia tidak bisa membuat barang karena kompenannya
berasaldari China. Pada saat yang sama, China juga sebagai pusat produksi di Asia meminta
bahan baku dan bahan pembantu dari berbagai negara di Asia. China membutuhkan impor
kelapa sawit, batubara dari Indonesia. Apabila China mengalami wabah, otomatis tidak
adalagi permintaan barang tersebut ke Indonesia. Hal ini membuat harga kedua barang
tersebut mengalami penurunan, karena tidak adanya ekspor ke China akibat penurunan
permintaan. Permasalahan tersebut terjadi pada sektor pariwisata yang mengalami penurunan
sangat drastis akibat pelarangan penerbangan sementara oleh Pemerintah Indonesia dari dan
ke Tiongkok serta perdagangan ekspor dan impor Indonesia China terutama pada komoditas
buah-buahan dan hewan. Menurut Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah
Indonesia (AESBI), Hasan Johnny Widjaja, sejak ada kabar tentang Virus Corona, para
pembeli di China langsung menghentikan pembelian. Para eksportir buah yang paling
'menangis' adalahmereka yang melakukan penjualan atau pengiriman barang dengan skema
CNF (Cost and Freight/CFR) atau pembayaran yang dilakukan setelah barang tiba di
pelabuhan tujuan ekspor. Bahkan ada yang sudah mengirim barang di kapal, namun di tengah
perjalanan terjadi pembatalan.

KESIMPULAN
Dampak dari covid-19 ini sangat menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Selain
berdampak besar pada kesehatan masyrakat, kasus covid-19 ini juga berdampak besar pada
perekonomian masyarakat.
Dari uraian tersebut diatas, penenliti menyimpulkan bahwa Covid-19 berdampak pada
perekonomian di Indonesia ,diantaranya : (1) sulitnya mencari pekerjaan; (2) banyak
karyawan yang sudah bekerja terpaksa harus di rumahkan tanpa digaji sampai batas yang
belum diketahui; (3) Timbulnya kejahatan di beberapa daerah; (4) Negara mengalami
kerugian yang sangat besar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Internet
Riki Ridwan Margana .2020 : DAMPAK VIRUS CORONA (COVID-19) TERHADAP
PERDAGANGAN EKSPOR-IMPOR INDONESIA.
https://supplychainindonesia.com/wp-content/files/SCI_
Artikel_Dampak_Virus_Corona_terhadap_Perdagangan_Ekspor-Impor_V3-.pdf. (diaksestanggal 17 juli
2020)
https://covid19.go.id/peta-sebaran (diaksestanggal 17 juli 2020)
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/01/13282131/menkumham-5556-napi-sudah-
dilepaskan-demi-cegah-penyebaran-covid-19 (diakses tanggal 17 juli 2020)
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/05/pertumbuhan-ekonomi-kuartal-i-
2020-hanya-naik-297#
2. Jurnal

Hanoatubun, S. (2020). DampakCovid – 19 terhadapPrekonomian Indonesia. EduPsyCouns: Journal


of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 146-153.

SALAM; JurnalSosial&BudayaSyar-i FSH UIN SyarifHidayatullah Jakarta Vol. 7 No. 3


(2020), pp.227-238, DOI: 10.15408/sjsbs.v7i3.15083
burhanuddin, chairul, & Abdi, M. (2020). KRISIS EKONOMI GLOBAL DARI DAMPAK
PENYEBARAN VIRUS CORONA (COVID-19). AkMen JURNAL ILMIAH, 17(1), 90-
98.
Hadiwardoyo, W. (2020). KerugianEkonomi Nasional AkibatPandemi Covid-19.
BASKARA: Journal of Business & Entrepreneurship, 2(2), 83-92.
Kresna, A., &Ahyar, J. (2020). Pengaruh Physical Distancing dan Social Distancing
terhadapKesehatandalamPendekatanLinguistik. Jurnal Syntax Transformation, 1(4), 14-
19.
Pradana, A. A., &Casman, C. (2020). PengaruhKebijakan Social Distancing pada Wabah
COVID-19 terhadapKelompokRentan di Indonesia. JurnalKebijakanKesehatan Indonesia:
JKKI, 9(2), 61-67.
Ristyawati, A. (2020). EfektifitasKebijakanPembatasanSosialBerskalaBesarDalam Masa
Pandemi Corona Virus 2019 oleh PemerintahSesuaiAmanat UUD NRI Tahun 1945.
Administrative Law & Governance Journal, 3(2), 240- 249
RESIPROKAL Vol. 2 No. 2 (133-150) Desember 2020
p-ISSN: 2685-7626 e-ISSN: 2714-7614

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ekonomi Masyarakat di


Nusa Tenggara Barat
Rosiady Husaenie Sayuti1 dan Siti Aisyah Hidayati
Universitas Mataram

Abstract
The purpose of this research is to find out the economic impact of the Covid-19 Pandemic on the people of NTB.
Community life has changed since the implementation of Large-Scale Social Restrictions (PSBB) by the
Government. These changes are felt in various areas of the economy, namely income, employment, expenditure
and the purchasing system carried out by the community. This research uses descriptive quantitative method.
Descriptive research is research conducted with the aim of describing the conditions that took place when the
research was conducted. Thus this research is able to clearly portray the economic impact experienced by the
people of NTB due to the Covid-19 pandemic. Data collection is carried out using the Google Form tool which
is distributed through various existing social media facilities, such as WhatsApp Groups, Facebook, and
Twitter. The data scale used is the Likert Scale. Respondents in this study were individuals, namely the people of
West Nusa Tenggara. The sample used in this study were 342 respondents. The results showed that most
respondents felt the impact of the Covid 19 pandemic from an economic perspective. This is indicated by the
answers of respondents who mostly stated that their income received had decreased but could still meet their
daily needs, limited employment opportunities, increased expenditure and was dominated by the purchase of
foodstuffs. Purchases made online are the choice of respondents. The conclusion of this study shows that this
pandemic has a significant effect on people's lives, both those with civil servant and non-PNS backgrounds and
those who live in rural and urban areas.
Keywords: Covid-19 Pandemic, PSBB, Economic Impact, NTB

Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak ekonomi masyarakat NTB sebagai akibat adanya
Pandemi Covid-19. Kehidupan masyarakat menjadi berubah sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) oleh Pemerintah. Perubahan tersebut dirasakan diberbagai bidang ekonomi, yaitu
pendapatan, lapangan pekerjaan, pengeluaran dan sistem pembelian yang dilakukan oleh masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dilakukan dengan tujuan menggambarkan kondisi yang berlangsung saat penelitian dilakukan. Dengan
demikian penelitian ini mampu memotret secara jelas bagaimana dampak ekonomi yang dialami masyarakat
NTB akibat pandemi Covid-19. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu google form yang
disebarkan melalui berbagai sarana media sosial yang ada, seperti WhatsApp Grup, Facebook, dan Twitter.
Skala data yang digunakan yaitu Skala Likert. Responden dalam penelitian ini adalah individu yaitu masyarakat
Nusa Tenggara Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 342 responden. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden merasakan dampak pandemi covid 19 dilihat dari sisi ekonomi. Hal ini
ditunjukkan oleh jawaban responden yang sebagian besar menyatakan pendapatan yang diterima mengalami
penurunan tetapi masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, lapangan pekerjaan menjadi terbatas,
pengeluaran menjadi lebih besar dan didominasi oleh pembelian bahan makanan. Pembelian yang dilakukan
melalui online menjadi pilihan dari responden. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi ini
berpengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat, baik mereka yang berlatar belakang PNS maupun non
PNS dan mereka yang tinggal di perdesaan dan perkotaan.

Kata Kunci : Pandemi Covid-19, PSBB, Dampak Ekonomi, NTB

1
sayuti@unram.ac.id
Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati

Pendahuluan
Tahun 2020 dunia digemparkan dengan munculnya Virus yang dapat
menyebar dengan cepat melalui udara, virus ini dikenal dengan sebutan Coronavirus.
Coronavirus merupakan salah satu virus yang serupa dengan common cold atau
pilek yang dapat menyebabkan penyakit ringan hingga serius. Virus Corona
diidentifikasi berasal dari Kota Wuhan di China pada bulan Desember 2019. Virus
tersebut memiliki nama ilmiah Covid-19. Efek yang dirasakan akibat Covid-19
berupa flu ringan hingga flu yang sangat serius setara atau bahkan lebih parah dari
Mers-CoV dan Sars- CoV (Kirigia & Muthuri, 2020). Virus ini disebut sebagai
Covid-19 atau Corona Virus Disease yang muncul pada tahun 2019. Dalam beberapa
bulan virus ini sudah menyebar keseluruh belahan dunia hingga teridenfitikasi di
Indonesia pada bulan Maret 2020 (Nursalim, 2020; Sayuti, 2020; Azimah, 2020).
Dengan munculnya Covid-19 pemerintah Indonesia mulai menegaskan bahwa
masyarakat di himbau untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah upaya untuk
menghindari meningkatnya penyebaran Covid-19. Berbeda dengan negara lain yang
melakukan lockdown, pemerintah Indonesia dengan kebijakan social distancing dan
PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar diharapkan dapat mengurangi dampak
krisis ekonomi (Nasution, 2020; Kickbusch, 2020). Namun meskipun begitu
kebijakan ini mempengaruhi aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat di Indonesia
dengan dibatasinya ruang gerak masyarakat, belum lagi banyaknya karyawan yang
harus dirumahkan bahkan hingga diberhentikan dalam pekerjaannya oleh
perusahaan-perusahaan dengan alasan untuk menutup kerugian yang terus membesar
(Honoatubun, 2020).
Lebih lanjut, Damuri dan Hirawan (2020) menyatakan kasus penyebaran
Covid-19 ini selanjutnya dapat dilihat dari dua sudut pandang ekonomi yang
berbeda, yaitu permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, kondisi pandemi
Covid-19 jelas akan mengurangi sektor konsumsi, kegiatan perjalanan dan
transportasi, serta peningkatan biaya transportasi dan perdagangan. Sedangkan dari
sisi penawaran, kemungkinan besar yang terjadi adalah terkontraksinya produktivitas
pekerja/buruh, penurunan investasi dan kegiatan pendanaan, serta terganggunya
rantai pasokan global (global value chain). Dari sisi konsumsi, pola konsumsi
14 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual
Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati
masyarakat akibat penyebaran Covid-19 secara otomatis akan berubah. Masyarakat
akan cenderung untuk tidak melakukan kegiatan perjalanan atau pariwisata dan lebih
cenderung meningkatkan konsumsi pada barang-barang kebutuhan pokok yang
dianggap penting sebagai antisipasi terjadinya pembatasan pergerakan manusia.
Secara keseluruhan, tingkat konsumsi akan cenderung turun karena harga yang
terdistorsi akibat mahalnya biaya transportasi dan logistik barang. Sementara itu,
dari sisi produksi, beberapa sektor utama di Indonesia juga akan terdampak akibat
penyebaran Covid-19, khususnya industri pengolahan (manufaktur). Kontribusi
sektor ini cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia (19-20 persen) dan produk
yang berasal dari industri pengolahan juga menyumbang secara signifikan terhadap
total ekspor Indonesia, yaitu di atas 70 persen. Kinerja industri manufaktur di
Indonesia kemungkinan akan melambat seiring dengan meningkatnya kasus Covid-
19 ini.

15 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual


McKensey pada salah satu artikelnya, memprediksi pertumbuhan ekonomi
global akan melambat sebesar 2,2 persen atau 1,8 persen, jauh meleset dari prediksi
awal. (Craven et al., 2020). Bahkan IMF juga memberikan prediksi ekonomi global
akan menurun tajam dari perkiraan awal menjadi berada pada angka minus 3 persen.
(Kemenkeu.go.id, n.d.-c). Sebagai negara yang memiliki jumlah kasus Covid-19
yang cukup signifikan, Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi akan
mengalami penurunan sebesar 2,3 persen dari prediksi awal sebesar 5,04 persen
(Lipi.go.id, 2020). Bahkan dalam skenario terburuk, Menteri Keuangan Indonesia
Sri Mulyani menyebutkan pertumbuhan ekonomi bisa berada diangka minus 0,4
persen (VOAIndonesia, n.d.). Dampak ini juga dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat bahkan disemua daerah di Indonesia, begitu juga di NTB (Dani, 2020).
Nusa Tenggara Barat mengidentifikasi Covid-19 pada pertengahan bulan
Maret atau lebih tepatnya, pada tanggal 17 Maret 2020. Munculnya pasien Covid-19
pertama di NTB gubernur Zulkieflimansyah menyarankan masyarakat NTB untuk
tetap tenang, hindari keramaian, menjaga kesehatan dengan pola hidup bersih, dan
mengurani aktvitas diluar rumah. (Tempo, 2020). Melihat reaksi gubernur NTB
dipandang kurang tegas pada kebijakannya di awal sehingga penyebaran Covid- 19
dengan cepat meningkatkan angka positif di NTB. Selanjutnya dengan
meningkatnya angka positif kebijakan pemerintah NTB semakin dipertegas dengan
pemberlakuan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hal ini tentu
berdampak pada ekonomi masyarakat NTB yang banyak mengandalkan aktivitas
ekonomi secara langsung.
Oleh karena itu berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini
penting dilakukan dalam rangka melihat dampak pandemi Covid-19 terhadap
kehidupan ekonomi masyarakat NTB. Beberapa indikator yang dilihat pada
penelitian ini antara lain penurunan pendapatan, lapangan pekerjaan, kemampuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, pengeluaran, kehidupan ekonomi
masyarakat terkait dengan belanja online, pemenuhan kebutuhan dengan melihat
pembelian makanan, dan yang terakhir efisiensi dalam pengeluaran.
Pengertian perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin (1950) adalah
perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima
karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi
penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat. Penerapan PSBB selama masa pandemi Covid-19 mengakibatkan
perubahan sosial di masyarakat dan menimbulkan dampak secara ekonomi. Dampak
ekonomi dijelaskan oleh Stynes (Disbudpar Banten, 2013 : 20) dikelompokkan
dalam tiga indikator, (1) direct effect meliputi penjualan, kesempatan kerja,
pendapatan pajak, dan tingkat pendapatan, (2) indirect effect, meliputi perubahan
tingkat harga, perubahan mutu dan jumlah barang dan jasa,perubahan dalam
penyediaan properti dan variasi pajak, serta perubahan sosial dan lingkungan, (3)
induced effects, yaitu pengeluaran rumah tangga, dan peningkatan pendapatan.
Selain itu dampak ekonomi juga dijelaskan oleh Cohen (Dwi, 2015 : 21) terdiri
dari, (1) dampak terhadap pendapatan, (2) dampak terhadap
aktivitas ekonomi, (3) dampak terhadap pengeluaran. Dari sini lebih diperjelas
bahwa dampak ekonomi dijelaskan sebagai akibat dari suatu perubahan yang terjadi
dilingkungan.
Teori lain yang juga mendukung penelitian ini yaitu Teori Fungsional
Struktural yang pencetusnya adalah Talcott Parson. Asumsi dasar dari Teori
Fungsionalisme Struktural, salah satu paham atau prespektif di dalam sosiologi yang
memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa
adanya hubungan dengan bagian yang lainnya. Kemudian perubahan yang terjadi
pada satu bagian akan menyebabkan ketidak seimbangan dan pada giliranya akan
menciptakan perubahan pada bagian lainya. Perkembangan fungsionalisme
didasarkan atas model perkembangan sistem organisasi yang di dapat dalam biologi,
asumsi dasar teori ini ialah bahwa semua elemen harus berfungsi atau fungsional
sehingga masyarakat bisa menjalankan fungsinya dengan baik. (Raho, 2007)
Masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan
nilai- nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi
perbedaan- perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem
yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian
masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain
berhubungan dan saling ketergantungan (Grathoff,2000). Menurut pandangan ini,
masalah utama adalah bagaimana cara individu memotivasi dan menetapkan diri
pada posisi mereka yang “tepat”. Dalam sistem stratifikasi, hal ini dapat diturunkan
menjadi dua masalah. Pertama, bagaimana cara masyarakat menanamkan kepada
individu yang “tepat” itu keinginan untuk mengisi posisi tertentu? Kedua, setelah
individu berada pada posisi yang tepat, lalu bagaimana cara individu menanamkan
keinginan kepada mereka untuk memenuhi persyaratan posisi mereka (Ritzer, 2010)
Fungsi, dalam hal ini, dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan
kepada memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Ada
empat persyaratan mutlak yang harus ada supaya termasuk masyarakat bisa
berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari
Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency. Demi keberlangsungan
hidupnya, maka masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni:
1. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem
harus menyesuaikan diridengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan
kebutuhannya.
2. Goal Attainment (Pencapain tujuan): sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan
utamanya.
3. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting
lainnya (A,G,I,L).
4. Latency (pemeliharaan pola): sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan
menopang motivasi.
Munculnya Pandemi Covid-19 juga masuk ke dalam struktur ekonomi
masyarakat sehingga mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat NTB. Teori
struktural fungsional melihat sebuah struktur dalam masyarakat yang memiliki
fungsi dan peran masing-masing dan saling berkaitan satu dengan yang lain.
Munculnya suatu permasalahan di suatu bidang akan mempengaruhi bidang yang
lain. Covid-19 merupakan suatu permasalahan dalam bidang medis namun
dampaknya terjadi hingga sistem ekonomi masyarakat. Oleh karena itu struktur
ekonomi mulai beradaptasi dengan suatu maslah yang terjadi, munculnya disfungsi
membuat kehidupan ekonomi masyarakat berubah (Dani, 2020; Kirigia, 2020).
Dalam menilai hal tersebut maka penelitian ini melihat indikator-indikator yang
berpengaruh dalam masa Pandemi antara lain, penurunan pendapatan, lapangan
pekerjaan, kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
pengeluaran, kehidupan ekonomi masyarakat terkait dengan belanja online,
pemenuhan kebutuhan dengan melihat pembelian makanan, dan yang terakhir
efisiensi dalam pengeluaran.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif deskriptif.
Menurut Sugiyono (2018) penelitian kuantitatif deskriptif merupakan salah satu
jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur
dengan jelas sejak awal pembuatan desain penelitian. Sedangkan penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan menggambarkan kondisi yang
berlangsung saat penelitian dilakukan. Dengan demikian penelitian ini mampu
memotret secara jelas bagaimana dampak ekonomi yang dialami masyarakat NTB
akibat pandemi Covid-19. Ghozali (2011) menyatakan metode kuantitatif dijelaskan
sebagai pada metode penelitian yang menganut paham positivism. Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan perhitungan teknik sampel tertentu yang
sesuai. Teknik yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
proses mengumpulkan data dengan instrumen penelitian dan analisis data bersifat
statistik/kuantitatif. Pada Penelitian ini menggunakan Non-Probability Sampling
yang merupakan kombinasi dari Convenience, Voluntary dan Snowball Sampling
untuk mendapatkan respon partisipasi sebanyak-banyaknya dalam kurun waktu 1
minggu pelaksanaan survei.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan questioner online dengan
bantuan google form yang disebar luaskan menggunakan media WhatsApp Grup,
Facebook, dan Twitter. Skala data yang digunakan yaitu skala Likert. Pemilihan alat
pengumpulan data melalui google form dapat mempermudah peneliti dalam proses
pengumpulan data secara online tanpa harus bertemu secara langsung mengingat
keberadaan pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk tetap menjaga
jarak. Responden dalam penelitian ini adalah individu yaitu masyarakat Nusa
Tenggara
Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 342 responden, sesuai
dengan jumlah mereka yang merespon survei yang dilakukan.

Hasil dan
Pembahasan
Tabel 1
Profil Profil Responden

Responden
Keterangan Laki-Laki % Perempuan % Total
Jenis Kelamin 205 60% 137 40% 100%
Keterangan PNS % Non PNS % Total
Jenis Pekerjaan 181 53% 161 47% 100%
Keterangan < 35 Tahun % ≥ 35 Tahun % Total
Kelompok Usia 79 23% 263 77% 100%
Keterangan ≤ SMP % ≥ SMA % Total
Jenjang Pendidikan 24 7% 170 93% 100%
Keterangan Perdesaan % Perkotaan % Total
Tempat Tinggal 99 29% 243 71% 100%
Sumber Data Diolah oleh Peneliti Berdasarkan hasil survei
Berdasarkan tabel 1 diketahui dari total 342 responden, diperoleh informasi
awal mengenai profil responden dilihat dari indikator jenis kelamin bahwa sebanyak
60% berjenis kelamin laki-laki atau sebanyak 205 responden dan 40% berjenis
kelamin perempuan perempuan atau sebanyak 137 responden. Jika dilihat dari jenis
pekerjaannya, sebanyak 181 responden bekerja sebagai PNS atau 53% dari seluruh
responden dan sebanyak 161 responden bekeja sebagai Non PNS atau 47% dari
jumlah keseluruhan responden. Berdasarkan indikator kelompok usia responden
dengan usia dibawah 35 tahun sebanyak 79 atau sebanyak 23% dari jumlah
responden sedangkan kelompok usia yang berada diatas 35 tahun sebanyak 263
responden atau sebesar 77% dari seluruh jumla responden. Berdasarkan jenjang
pendidikan dapat dilihat bahwa dari 342 responden terdapat 24 responden atau 7%
yang memiliki jenjang pendidikan setara SMP atau kebawah dan sebanyak 318
responden atau 93% yang memiliki jenjang pendidikan setara SMA keatas.
Sedangkan berdasarkan tempat tinggal, dari 342 responden menunjukkan bahwa
sebanyak 53 responden atau 29% berasal dari perdesaan dan sebanyak 243
responden atau 71% berasal dari perkotaan.
Pendapatan Mengalami Penurunan Sejak Pandemi Covid 19
Penularan yang cepat dan jumlah korban jiwa yang terus berjatuhan membuat
pemerintah Indonesia melakukan kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi
jumlah angka positif maupun korban jiwa. Beberapa kebijakan seperti Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB), bahkan hingga karantina wilayah membuat ruang
gerak masyarakat terbatasi bahkan aktivitas sosial ekonomi juga terhambat. Tidak
sedikit karyawan yang diberhentikan dalam pekerjaannya karena ekonomi sedang
turun. Berdasarkan hasil survei lapangan di daerah NTB dalam melihat dampak
pandemi Covid-19
terhadap kehidupan ekonomi masyarakat NTB. Salah satunya yaitu perubahan
pendapatan sejak pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil survei diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 2.
Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Mengalami Penurunan
Jenis Tidak
Pekerjaan Setuju % Netral % Setuju % Total %
PNS 26 14% 42 23% 115 63% 183 100%
Non PNS 21 13% 21 13% 117 74% 159 100%
Total 47 14% 63 18% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei


Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan
setuju pada masa pandemi Covid-19 pendapatannya menurut. Hal ini terlihat dari
63% responden PNS yang menyatakan setuju dan sekitar 74% Non PNS responden
menyatakan setuju. Artinya, mereka yang terdampak penurunan pendapatan ini tidak
saja mereka yang PNS tapi juga yang Non PNS. Dengan kata lain, antara PNS dan
Non PNS memiliki kecenderungan yang sama terkait dengan penurunan pendapatan
selama pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan karena hampir semua sektor menjadi
terdampak akibat merebaknya pandemi Covid-19.
Tabel 3.
Tempat tinggal dan Pendapatan Mengalami Penurunan
Tempat Tidak
Tinggal Setuju % Netral % Setuju % Total % Total
Perdesaan 12 12% 11 11% 77 77% 100 100%
Perkotaan 35 14% 52 21% 155 64% 242 100%

Total 47 14% 63 18% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei


Berdasarkan hasil survei bahwa sebagian besar masyarakat setuju
pendapatannya menurun pada masa Pandemi Covid-19. Diidentifikasi menurut
tempat tinggal, masyarakat yang bertempat tinggal di perdesaan menjawab bahwa
setuju pendapatannya menurun sebanyak 77% responden sedangkan masyarakat
yang bertempat tinggal di perkotaan menyatakan setuju sebanyak 64% responden.
Artinya masyarakat yang bertempat tinggal di Perdesaan dan Perkotaan memiliki
kecenderungan yang sama terkait dengan penurunan pendapatan. Hal ini menjadi
rasional sebab Covid-19 melanda hampir diseluruh daerah, tak terkecuali dengan
daerah yang berada di Perdesaan maupun Perkotaan.
Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati

Lapangan Pekerjaan Terbatas


Selain menurunnya pendapatan yang diakibatkan oleh Pandemi Covid-19,
dampak ekonomi juga dirasakan terkait dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia. Berdasarkan hal tersebut maka indikator untuk melihat dampak ekonomi
adalah dengan melihat lapangan pekerjaan yang tersedia. Menurut hasil survei
dengan karakteristik responden sebagai pekerja PNS dan Non PNS maka ditemukan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4
Jenis Pekerjaan dan Persepsi tentang Lapangan Pekerjaan Terbatas
Jenis Tidak
Pekerjaan Setuju % Netral % Setuju % Total %
PNS 11 6% 29 16% 115 63% 183 100%
Non PNS 17 11% 19 12% 117 74% 159 100%
Total 28 8% 48 14% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survey


Berdasarkan hasil survei seperti tertera dalam tabel 4 menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat setuju bahwa lapangan pekerjaan menjadi terbatas selama
pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang menyatakan setuju
sebanyak 63% responden dari responden yang bekerja sebagai PNS, sedangkan Non
PNS sebagian besar mengatakan setuju juga bahwa lapangan pekerjaan terbatas
selama pandemi Covid-19, ditunjukkan dengan jawaban responden sebanyak 74%
responden menyatakan setuju. Artinya, dari latar belakang pekerjaaan PNS maupun
Non PNS cenderung memiliki persepsi yang sama terkait dengan lapangan pekerjaan
yang terbatas selama Pandemi Covid-19. Indikator yang sama juga dilihat dari
karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal yakni masyarakat yang tinggal di
perdesaan dan masyarakat yang tinggal di perkotaan
Tabel 5
Tempat tinggal dan Lapangan Pekerjaan Terbatas
Tempat Tidak
Tinggal Setuju % Netral % Setuju % Total %
Perdesaan 6 6% 10 10% 77 77% 100 100%
Perkotaan 22 9% 38 16% 155 64% 242 100%

141 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual


Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati
Total 28 8% 48 14% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survey


Berdasarkan dari hasil survei menunjukkan responden yang bertempat tinggal
di perdesaan menyatakan setuju sebanyak 77% dan responden yang tinggal di
perkotaan yang menyatakan setuju sebanyak 64%; artinya sebagian besar responden
setuju bahwa lapangan pekerjaan terbatas selama pandemi Covid-19. Dapat
disimpulkan bahwa antara masyarakat yang bertempat tinggal di perdesaan dan
perkotaan cenderung mengatakan hal yang sama.

141 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual


Pendapatan yang diterima bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari
Untuk melihat dampaknya terhadap kehidupan ekonomi di NTB maka
indikator selanjutnya adalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan yaitu apakah
pendapatan masyarakat selama masa Pandemi Covid-19 dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Hasil survei dilihat berdasarkan jenis pekerjaan responden yaitu
PNS dan Non PNS.
Tabel 6
Jenis Pekerjaan dan Pendapatan yang diterima mencukupi kebutuhan
Jenis Tidak % Tidak %
Pekerjaan Setuju Setuju Netral Netral Setuju % Setuju Total % Total
PNS 24 13% 61 33% 115 63% 183 100%
Non PNS 43 27% 49 31% 117 74% 159 100%
Total 67 20% 110 32% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei


Berdasarkan hasil survei yang dilakukan menunjukan bahwa meskipun pada
masa Pandemi Covid-19 sebagian masyarakat masih bisa mencukupi kebutuhan
hidup sehari hari. Hal ini ditunjukkan berdasarkan tabel tersebut bahwa responden
yang bekerja sebagai PNS menyatakan setuju sebanyak 63% respondens dan
responden yang bekerja Non PNS menyatakan setuju sebanyak 74%. Akan tetapi
terkait dengan jawaban tidak setuju, yang menunjukkan bahwa penghasilan yang
diperoleh tidak bisa mencukupi kehidupan sehari-hari adalah berturut-turut 13% dari
kalangan PNS dan 27% dari kalangan Non PNS. Ini artinya, jumlah mereka yang
dari kalangan Non PNS lebih besar mengalami kekurangan dalam masa pandemi ini
untuk memenuhi kehidupan sehar-hari. Sementara dari kalangan PNS prosentasenya
adalah 13%. Selain itu juga dilihat berdasarkan tempat tinggal responden yaitu
perdesaan dan perkotaan maka ditemukan hasil sebagai berikut:
Tabel 7
Tempat tinggal dan Pendapatan mencukupi kebutuhan
Tempat Tidak
Tinggal Setuju % Netral % Setuju % Total %

Perdesaan 30 30% 27 27% 77 77% 100 100%


Perkotaan 37 15% 83 34% 155 64% 242 100%
Total 67 20% 110 32% 232 68% 342 100%
Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survey
Berdasarkan hasil survei pada tabel 7 menunjukan masyarakat masih mampu
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan pendapatannya saat ini. Pada
masyarakat pedesaaan yang menyatakan setuju sebanyak 77% dan pada masyarakat
di perkotaan yang menyatakan setuju sebanyak 64%. Artinya, antara masyarakat di
perdesaan dibandingkan dengan perkotaan tidak jauh
Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati

beda. Meskipun dalam keadaan pandemi dan pendapatan mereka cenderung


mengalami penurunan, namun masih tetap bisa survive untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Pengeluaran Lebih Besar Sejak Pandemi Covid-19
Kehidupan ekonomi masyarakat selain pendapatan, maka pengeluaran juga
akan dilihat. Pengeluaran untuk kehidupan ekonomi keluaraga apakah lebih besar
pada masa pandemi Covid-19 ataukah tidak. Indkator survei dilihat pada
karakteristik responden yaitu jenis pekerjaannya anara lain PNS dan non PNS, maka
ditemukan hasil sebagai berikut:
Tabel 8
Jenis Pekerjaan dan Peningkatan Pengeluaran Sejak Pandemi
Jenis Tidak % Tidak %
Pekerjaan Setuju Setuju Netral Netral Setuju % Setuju Total % Total
PNS 33 18% 45 25% 115 63% 183 100%
Non PNS 31 19% 28 18% 117 74% 159 100%
Total 64 19% 73 21% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei


Berdasarkan tabel 8 ditemukan hasil bahwa sebagian besar responden baik
yang PNS maupu Non PNS setuju pengeluaran lebih besar sejak pandemi Covid-19.
Pada responden yang bekerja sebagai PNS menyatakan setuju sebanyak 63%
responden sedangkan pada responden non PNS menyatakan setuju sebanyak 74%.
Artinya, selama Pandemi Covid-19 responden yang berlatar belakang sebagai PNS
dan Non PNS cenderung mengalami peningkatan pengeluaran. Selanjutnya dilihat
pada masyarakat berdasarkan tempat tinggal yakni masyarakat perdesaan dan
masyarakat perkotaan, maka didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 9
Tempat Tinggal dan Peningkatan Pengeluaran Sejak Pandemi
Tempat Tidak
Tinggal Setuju % Netral % Setuju % Total %

Perdesaan 15 15% 17 17% 77 77% 100 100%


Perkotaan 49 20% 56 23% 155 64% 242 100%

Total 64 19% 73 21% 232 68% 342 100%

12 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual


Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati
Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei
Berdasarkan hasil survei maka ditemukan bahwa sebanyak 77% responden
dari daerah perdesaan menyatakan setuju pengeluaran lebih besar pada masa
pandemi Covid-19. Sedangkan pada daerah perkotaan sebanyak 64% masyarakat
responden yang menjadi sampel menyatakan setuju pengeluaran lebih besar pada
masa pandemi Covid-19. Artinya, baik masyarakat di perdesaan maupun perkotaan
memiliki kecenderungan yang sama dalam hal peningkatan pengeluaran. Hal ini
menunjukan bahwa pandemi Covid- 19 yang terjadi bukan hanya mengakibatkan
terjadinya

13 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual


penurunan pendapatan. Melainkan juga mengakibatkan terjadinya peningkatan
pengeluaran. Sehingga diperlukan beberapa upaya yang harus dilakukan supaya
masyarakat dapat tetap bertahan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Sejak Pandemi Belanja Online Menjadi Pilihan
Pandemi Covid-19 yang menganjurkan masyarakat untuk tetap di rumah,
menjaga jarak sosial (social distancing), dan menjaga jarak fisik (physical
distancing) mengakibatkan aktivitas- aktivitas yang berkaitan dengan pertemuan
secara langsung (offline) dibatasi, aktivitas tersebut digantikan dengan cara daring
(online) untuk mengurangi kontak fisik dengan orang lain. Aktivitas ekonomi juga
seperti itu, dianjurkan untuk tidak terlalu sering keluar rumah untuk kegiatan
berbelanja. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah sejak pandemi belanja online
menjadi pilihan masyarakat. Berdasarkan jenis pekerjaan yaitu PNS dan Non PNS
melihat prilaku belanja online masyarakat maka didapat hasilnya sebagai berikut.
Tabel 10
Jenis Pekerjaan dan Belanja Online
Jenis Tidak
Pekerjaan Setuju % Netral % Setuju % Total %

PNS 23 13% 36 20% 115 63% 183 100%


Non PNS 21 13% 45 28% 117 74% 159 100%
Total 44 13% 81 24% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei


Berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat yang bekerja
sebagai PNS menyatakan setuju akan kebiasaan untuk belanja online pada masa
pandemi, sebanyak 63% responden menyatakan setuju, selanjunya bagi yang Non
PNS sebanyak 74% responden menyatakan setuju terkait pilihan belanja online.
Artinya, selama pandemi Covid-19 ini, kecenderungan untuk belanja online relatif
sama besar, antara mereka yang PNS dan yang Non PNS. Selain itu juga dilihat
berdasarkan tempat tinggal yaitu masyarakat perdesaan dan perkotaan, maka
ditemukan hasil sebagai berikut:
Tabel 11
Tempat Tinggal dan Belanja Online
Tempat Tidak
Tinggal Setuju % Netral % Setuju % Total %

Perdesaan 19 19% 28 28% 77 77% 100 100%


Perkotaan 25 10% 53 22% 155 64% 242 100%

Total 44 13% 81 24% 232 68% 342 100%


Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei
Berdasarkan tabel 11 maka ditemukan hasil bahwa sebanyak 77%
masyarakat perdesaan juga memilih untuk belanja online pada masa pandemi
Covid-19, sedangkan pada masyarakat perkotaan sebanyak 68% memilih belanja
online. Artinya tingkat aktivitas ekonomi masyarakat lebih banyak dengan online,
baik yang tinggal di perkotaan maupun yang di perdesaan.
Pembelian bahan makanan mendominasi pengeluaran sehari-hari
Pada masa pandemi Covid-19 belanja darahkan pada kebutuhan sehari-hari
seperti makanan. Hal ini disebabkan karena aktivitas masyarakat dalam masa
pandemic ini lebih banyak dilakukan dari rumah. Oleh karena itu indikator
selanjutnya adalah apakah masyarakat mengalihkan belanjanya ke kebutuhan bahan
makanan untuk pengeluaran sehari-hari Karakteristik responden yang dilihat adalah
pada jenis pekerjaan yaitu PNS dan Non PNS, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati

Tabel 12
Jenis Pekerjaan dan Pembelian Bahan Makanan
Jenis Tidak
Pekerjaan Setuju % Netral % Setuju % Total %

PNS 9 5% 29 16% 115 63% 183 100%


Non PNS 7 4% 28 18% 117 74% 159 100%
Total 16 5% 57 17% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survey


Berdasarkan tabel 12 maka dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat setuju
pembelian makanan mendominasi kebutuhan sehari hari-hari. Pada masyarakat yang
bekerja sebagai PNS sebanyak 63% setuju akan hal tersebut sedangkan pada
masyarakat yang bekerja diluar PNS atau non PNS, sebanyak 74% setuju bahwa
pembelian makanan mendominasi kebutuhan sehari hari. Selain itu karakteristik
responden yang dilihat adalah bedasarkan tempat tinggalnya yaitu pedesaaan dan
perkotaan, maka didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 13
Tempat Tinggal dan Pembelian Bahan Makanan
Tempat Tidak
Tinggal Setuju % Netral % Setuju % Total %

Perdesaan 7 7% 17 17% 77 77% 100 100%


Perkotaan 9 4% 40 17% 155 64% 242 100%
Total 16 5% 57 17% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survei


Berdasarkan data hasil survei menunjukkan bahwa 77% masyarakat
pedesaaan setuju bahwa kebutuhan sehari-hari mendominasi kebutuhan sehari-hari
sedangkan pada masyarakat perkotaan sebanyak 64% yang setuju. Artinya sebagian
besar masyarakat berdasarkan hasil survei menyatakan setuju kebutuhan makanan
yang mendominasi kebutuhan sehari-hari.
Perlu dilakukan efisiensi dalam pengeluaran sehari-hari
Rendahnya pendapatan dan pegeluaran sehati-hari untuk memenuhi
kebutuhan. Oleh karena itu indikator selanjutnya adalah apakah perlu dilakukan
efisiensi dalam peneluaran sehari- hari. Karakteristik responden yang dilihat adalah
pada bidang pekerjaan yaitu PNS dan Non PNS, maka didapat hasil sebagai berikut.
Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati

Tabel 14
Jenis Pekerjaan dan Efisiensi pengeluaran sehari-hari
Jenis Tidak
Pekerjaan Setuju % Netral % Setuju % Total %

PNS 4 2% 15 8% 115 63% 183 100%


Non PNS 7 4% 20 13% 117 74% 159 100%
Total 11 3% 35 10% 232 68% 342 100%

Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survey


Berdasarkan data tersebut maka dapat ditarik hasil bahwa pada responden
yang bekerja sebagai PNS menyatakan setuju sebanyak 63% sedangkan yang non
PNS yang menyatakan setuju sebanyak 74%. Artinya sebagaian besar responden
setuju akan perlunya efisiensi dalam pengeluaran sehari-hari. Selain itu indikator
yang sama dilihat juga berdasarkan tepat tinggal seperti perdesaan dan perkotaan,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 15
Tempat Tinggal dan Efisiensi Pengeluaran

Tempat Tidak
Tinggal Setuju % Netral % Setuju % Total %

Perdesaan 4 4% 11 11% 77 77% 100 100%


Perkotaan 7 3% 24 10% 155 64% 242 100%
Total 11 3% 35 10% 232 68% 342 100%
Sumber Data Diolah Berdasarkan hasil survey
Berdasarkan hasil data tersebut jumlah masyarakat yang setuju sebanyak 77%
berada di wilayah perdesaan dan di wilayah perkotaan jumlah masyarakat yang
setuju sebanyak 64%. Artiya sebagian besar masyarakat setuju bahwa perlunya
efisiensi dalam pengeluaran sehari-hari. Hal ini penting supaya perekonomian
keluarga tetap dapat survive di masa Pandemi Covid-19.
Pembahasan
Pada temuan data yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa masyarakat
melakukan adaptation atau adaptasi dalam hal ekonomi di masa pandemi Covid-19
dengan cara menghemat atau melakukan efisiensi pengeluaran. Efisiensi

16 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual


Rosiady Husaenie Sayuti dan Siti Aisyah Hidayati
pengeluaran dilakukan oleh masyarakat di masa Pandemi Covid-19 guna
mengantisipasi kemungkinan terburuk seperti menurunnya pendapatan, terjadinya
peningkatan pengeluaran dan kemungkinan terkena PHK hingga sempitnya lapangan
pekerjaan. Ritzer (2010) yang mengungkapkan bahwa sebuah sistem harus mampu
menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhannya.
Sehingga antara masyarakat yang bekerja sebagai PNS maupun Non PNS dan
masyarakat yang berasal dari perdesaan maupun perkotaan cenderung memiliki

17 | RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual


jawaban yang sama untuk melakukan efisiensi pengeluaran. Hal ini dilakukan guna
menyelaraskan pendapatan yang menurun di satu sisi dan di sisi lain terjadinya
peningkatan pengeluaran. Dengan penerapan strategi seperti ini tentu yang
diharapkan terjadi adalah perekonomian keluarga tetap berjalan dan kebutuhan
keluarga dapat tetap terpenuhi. Fenomena ini sejalan dengan temuan Sakri (2020)
yang menyimpulkan bahwa dampak pandemic terhadap perekonomian masyarakat
sangat signifikan. Bahkan di paparkan dalam tulisan tersebut (Sakri, 2020) yang
mengutip hasil dari Survei online JPAL dan UI yang menyatakan bahwa 56
responden yang di menjadi responden menyatakan bahwa mereka tidak lagi bekerja
pada minggu ke delapan sejak Pandemi terjadi. Artinya adalah bahwa penyelarasan
pendapatan dengan pengeluaran selama masa pandemic harus dilakukan.
Pada tahap Goal Attainment, masyarakat mencoba untuk mengatur dan
menyusun sebuah tujuan masa depan dan mengambil keputusan sesuai tujuan
tersebut (Sairoh, 2017). Guna mencapai keselamatan ekonomi dan terjaganya
kesehatan maka masyarakat yang bekerja sebagai PNS maupun Non PNS serta
masyarakat yang berasal dari perdesaan dan perkotaan cenderung memilih
melakukan belanja secara online. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya
penularan Covid-19. Sehingga belanja online menjadi pilihan yang diambil oleh
sebagian besar masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hal lain
juga terlihat ketika sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa pembelian
makanan mendominasi pengeluaran mereka. Sebagai kebutuhan pokok, makanan
tentu menjadi prioritas utama yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Sebagian besar
responden mengatakan bahwa pengeluaran mereka didominasi oleh pembelian
bahan makanan dari pada untuk membeli kebutuhan lainnya. Hal ini sesuai dengan
anjuran para pakar ekonomi yang berpendapat agar dalam masa yang tidak menentu
seperti ini maka belanja yang sifatnya investasi ditunda dulu untuk sementara
(Thaha, 2020; Sayuti, 2020; Dani, 2020). Sumberdana yang dimiliki hendaknya
diarahkan atau dibatasi untuk belanja kebutuhan hidup sehari-hari. Tujuannya adalah
agar jangan sampai masyarakat yang telah terdampak secara sosial dengan adanya
pandemi ini akan mengalami persoalan ekonomi di kemudian hari akibat dari
investasi yang kemudian tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Keadaan ini juga untuk mengantisipasi terjadinya food insecurity seperti yang
disinyalir dalam temuan Sakri (2020) dalam survei yang dilaksanakan pasca
merebaknya Pandemi di awal Maret 2020. Temuan dalam penelitian tersebut
menunjukkan 35% dari responden yang disurvei menyatakan bahwa volume
makanan yang dibeli mengalami penurunan sebagai akibat dari menurunnya
pendapatan atau daya beli mereka.
Selanjutnya yaitu tahap Integration dimana terjadinya tindakan saling
koordinasi antar hubungan unit-unit sistem yang ada seperti sistem budaya, sosial
dan organisasi. Salah satunya kemudian mengakibatkan perekonomian masyarakat
menjadi terhambat. Integration menjadi sangat penting karena satu sama lain saling
mempengaruhi. Disamping menjaga kesehatan dan terhindar dari Covid-19 hal yang
tak kalah penting adalah menjaga perekonomian keluarga tetap
dalam keadaan yang baik. Mengintegrasikan antara turunnya pendapatan dengan
meningkatnya pengeluaran menjadi fenomena tersendiri yang menjadi solusi untuk
survive di masa pandemi seperti ini. Jika hal ini tidak dilakukan maka bukan tidak
mungkin akan terjadi peningkatan angka kemiskinan. Suryahadi et. al. (2020)
memperkirakan secara nasional akan terjadi peningkatan prosentase jumlah
penduduk miskin di Indonesia, dari 9,2% pada September 2019, menjadi 9,7% pada
September 2020.
Tahap terakhir Latency atau pemeliharaan pola yaitu masyarakat harus saling
melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-
pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Setelah masyarakat mampu
beradaptasi dan mencapai tujuan untuk mempertahankan pondasi ekonomi mereka
maka langkah selanjutnya adalah mempertahankan pola baru yang sudah terbentuk.
Hal ini bertujuan untuk mempertahankan sistem supaya tetap bertahan dan tidak
ambruk. Berdasarkan berbagai literatur yang ada (Azimah, 2020; Kickbusch, 2020;
Honoatubun, 2020) diperoleh suatu kesimpulan bahwa pandemi ini menyebabkan
terpengaruhnya kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Terjadi suatu perubahan
perilaku sosial dan ekonomi pada masyarakat untuk dapat mempertahankan diri dari
keadaan yang tidakmenentu dan cenderung berkepanjangan. Ada pola baru yang
kemudian terbentuk. Pola baru ini yang kemudian oleh (Sayuti, 2020) disebutkan
sebagai masyarakat menghadapi era kenormalan baru (New Normal Era). Fenomena
ini dirasakan atau dialami oleh seluruh lapisan masyarakat, apapun pekerjaan yang
mereka kerjakan dan dimanapun mereka bertempat tinggal.
Penerapan PSBB selama masa pandemi Covid-19 mengakibatkan perubahan
sosial di masyarakat dan menimbulkan dampak secara ekonomi. Hal ini ditunjukkan
oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa sebagian besar responden merasakan
dampak pandemi Covid-19 secara ekonomi. Ini dibuktikan oleh jawaban responden
yang sebagian besar menyatakan pendapatan yang diterima mengalami penurunan
tetapi masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, lapangan pekerjaan menjadi
terbatas, pengeluaran menjadi lebih besar dan didominasi oleh pembelian bahan
makanan. Pembelian yang dilakukan melalui online menjadi pilihan dari responden.
Sehingga bisa dinyatakan bahwa pandemi ini berpengaruh signifikan terhadap
kehidupan masyarakat, baik mereka yang berlatar belakang PNS maupun non PNS
dan mereka yang tinggal di perdesaan dan perkotaan.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
(1) Adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah mempengaruhi pola
kehidupan ekonomi masyarakat secara signifikan, mulai dari pendapatan yang
diterima, pola pengeluaran untuk kehidupan sehari-hari, lapangan pekerjaan, dan
kebiasaan belanja yang didominasi oleh belanja untuk makanan dan kehidupan
sehari-hari serta adanya kebiasaan baru berbelanja on line. (2) Tidak ditemukan
adanya perbedaan yang signifikan antara mereka yang berstatus sebagai PNS
maupun yang bukan
PNS. Pengaruh pandemi khsusunya terkait dengan kehidupan ekonomi masyarakat
dirasakan hampir merata, baik oleh mereka yang berstatus sebagai PNS maupun
yang Non PNS. (3) Khusus terkait dengan penghasilan yang diperoleh, responden
dari kalangan Non PNS lebih banyak yang terdampak, dimana penghasilannya
menjadi menurun, dibandingkan dengan mereka yang dari kalangan PNS.
(4) Berdasarkan segi lokasi tempat tinggal juga dapat disimpuilkan bahwa pengaruh
pandemi ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang tinggal di wilayah perkotaan,
namun juga mereka yang tinggal di wilayah perdesaan. Untuk mengatasi berbagai
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat di masa pandemi ini maka disarankan (1)
kepada pemerintah untuk lebih kreatif dalam memperbanyak lapangan kerja yang
sekaligus tidak memiliki risiko tinggi dalam penyebaran pandemi Covid-19.
Berbagai fasilitas usaha yang sifatnya online hendaknya diperbanyak dan
dipermudah. (2) Berbagai kebijakan pemerintah juga tidak boleh hanya terfokus di
wilayah perkotaan saja, tapi juga hendaknya merata ke wilayah perdesaan, karena
mereka yang terdampak pandemi ini tidak hanya mereka yang berada di perkotaan
semata.

Daftar Pustaka
Azimah, Rizki Nor, Ismi Nur Khasanah, Rizky Pratama, Zulfanissa Azizah, Wahyu Febriantoro,
Shafa Rifda Syafira Purnomo .2020. Analisis Dampak Covid-19 Terhadap Sosial Ekonomi
Pedagang Di Pasar Klaten Dan Wonogiri. EMPATI, Jurnal Kesejahteraan Sosial . Vol. 9 No.
1 Juni 2020.
Dani, JA, 2020. Covid-19 dan Perubahan Komunikasi Sosial. Jurnal Universitas Surakarta, 1 (1): 96-
97
Damuri dan Hirawan (2020). Mengukur Dampak COVID pada Pertumbuhan Ekonomi dan
Perdagangan Indonesia 2020. CSIS Commentaries DMRU- 015. 26 Maret 2020.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. (2013). Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Provinsi Banten
Ghozali, I. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 19. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gillin and Gillin. 1950. Cultural Sociology. Rev. 2nd Edition. New York Macmillan.
Grathoff, Richard. 2000. Kesesuaian antara Alfred Schutzdan Talcott Parsons : Teori Aksi Sosial.
Jakarta: Kencana.
Honoatubun, S. (2020). “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia”.
EduPsyCouns Journal. 2 (1):151
Kickbusch, I., Leung, G. M., Bhutta, Z. A., Matsoso, M. P., Ihekweazu, C., & Abbasi, K.
(2020).
Covid-19: How a Virus is Turning The World Upside Down. Bmj, 1336(April),
Kirigia, J. M., & Muthuri, R. N. D. K. (2020). The Fiscal Value of Human Lives
Lost From Coronavirus Disease (COVID-19) in China. BMC Research Notes,
13(1), 1–5. https://doi.org/10.1186/s13104-020-05044-y
Nasution, Dito. Aditia Darma, Erlina. dan Iskandar Muda, 2020. “Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Perekonomian Indonesia,” Jurnal Benefita 5(2) Juli 2020
Nursalim, Isnan. 2020. Imunitas Sosial : Gotong Royong Menghadapi Pandemi Covid-19.
Sukabumi : Haura Publishing.
Putri, K. Retno. 2020. Efek Pandemi Covid-19: Dampak Lonjakan Angka PHK
Terhadap Penurunan Perekonomian di Indonesia. Jurnal Bismak. Vol.1 No. 1
Maret. Raho, Bernard, SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2010. TeoriSosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Sairoh, ST. 2017. Perkawinan Dini Perspektif Fungsionalisme Struktural (Studi Kasus di Desa
Poreh, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura). Tesis. Program Magister Ahwal
Al Syakhsiyah. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Sakri, Diding (2020). “Menakar DampakPandemiCOVID-19 terhadap
Perekonomian Daerah.” CSIS Commentaries DMRU-088-ID 8 Juli 2020
Sayuti, Rosiady (2020); “Selamat Datang Era New Normal,” Koran Harian
Lombok Post, 23 Mei 2020.
Sayuti, Rosiady H. 2020. “The Influence of Pandemic Covid-19 on Small Business
Enterprise in West Nusa Tenggara Province,” Makalah yang dipresentasikan
pada The 2nd Annual Conference on Education and Social Sciences. FKIP
Universitas Mataram, October 26-27, 2020.
Suryahadi, A., Al Izzati, R., & Suryadarma, D. (2020). The Impact of COVID-19 Outbreak on Poverty:
An Estimation for Indonesia (draft) (SMERU Working Paper). SMERU Working Paper (Vol.
April). Jakarta. Retrieved from http://smeru.or.id/en/content/impact-Covid-19-outbreak-poverty-
estimation- indonesia
Thaha, Abdurrahman Firdaus, 2020. “Dampak Covid-19 terhadap UMKM di
Indonesia.” Jurnal Brand, Volume 2 No. 1, Juni 2020.
Kompas.co. 2020. Gubernur NTB Umumkan Kasus Positif Corona Pertama di
Lombok. Kompas.co (Diakses, 14 Desember
2020) dari
https://nasional.tempo.co/read/1323462/gubernur-ntb-umumkan-kasus-
positif-corona- pertama-di-lombok/full&view=ok
VOA Indonesia. (n.d.). Menkeu: Dampak Covid-19, Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia 2020 bisa Minus 0,4 persen. VOA Indonesia. (Diakses, 14
Desember 2020) dari https://www.voaindonesia.com/a/menkeudampak-Covid-
19-pertumbuhan- ekonomiindonesia- 2020-bisa-minus-0-4-
persen/5355838.html

DAMPAK COVID-19 TERHADAP PEREKONOMIAN


INDONESIA
Zulkipli1, Muharir2
1
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah STEBIS IGM Palembang
2
Prodi Ekonomi Syariah STEBIS IGM Palembang
Email: zulkipli@student.stebisigm.ac.id, muharir@stebisigm.ac.id
Abstract

Since the beginning of 2020, to be precise in March, Indonesia has been shocked by one of the
phenomena, namely the Covid-19 pandemic. As of August 2020, the total cases in Indonesia
were 165,887 with 7,169 deaths in 34 provinces. The spread and increase in the number of
Covid-19 cases occurring at a very fast time will have an impact on the decline in the Indonesian
economy. This study aims to look at policies undertaken by the government for current disasters
and see the economic impact that has occurred in Indonesia. This research shows that the
policies made by the government in handling Covid-19 can indirectly lead to a decline in
economic growth in Indonesia. The impact on the economic sector due to the Covid-19
pandemic in Indonesia includes layoffs, the occurrence of PMI Manufacturing Indonesia,
decreased imports, increased prices (inflation) as well as losses in the tourism sector which led to
a decrease in occupancy. As a result of this, it is hoped that the Indonesian government will be
more alert in reducing economic growth in Indonesia as a result of the Covid-19 pandemic.

Keywords: Impact, Covid-19, Economy, Indonesia

Abstrak

Sejak awal tahun 2020 tepatnya pada bulan maret, Indonesia dihebohkan oleh salah satu
fenomena yaitu pandemic covid-19. Sampai dengan bulan agustus 2020, total kasus di Indonesia
165.887 dengan 7.169 kematian di 34 provinsi. Penyebaran dan peningkatan jumlah kasus
covid-19 terjadi dengan waktu yang sangat cepat akan berdampak pada penurunan perekonomia
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan
pemerintah untuk menangani wabah yang sedang terjadi saat ini dan melihat dampak ekonomi
yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini menunjukkan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
dalam penanganan covid-19 secara tidak langsung dapat menimbulkan pemerosotan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak pada sector ekonomi akibat pandemi covid-19 di
Indonesia antara lain terjadinya PHK, terjadinya PMI Manufacturing Indonesia, penurunan
impor, peningkatan harga (inflasi) serta terjadi juga kerugian pada sector pariwisata yang
menyebabkan penurunan okupansi. Akibat dari hal ini diharapkan pemerintah Indonesia untuk
lebih sigap dalam menangani penurunan pertumbahan ekonomi di Indonesia yang diakibatkan
dari pandemi covid-19.

Kata Kunci: Dampak, Covid-19, Ekonomi, Indonesia

7
Dampak Covid-19 Terhadap Perekomoian
Indonesia
Zulkipli, Muharir
Pendahuluan
Pada akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan desember, dunia dihebohkan dengan
sebuah kejadian yang diduga sebuah kasus pneumonia yang etiologinya tidak diketahui
yang kasus tersebut berasal dari Kota Wuhan, China. China mengidentifikasi pneumonia
tersebut pada tanggal 7 Januari 2020 sebagai jenis baru coronavirus. Pernyataan “urgent
notice on the treatment of pneumonia of unknown cause” telah dikeluarka oleh Wuhan
Municipal Health Committee (Hanoatubun, 2020). Virus ini dapat menyebar pada
manusia dan juga hewan, yang biasanya akan menyerang saluran pernafasan pada
manusia dengan gejala awal flu hingga dapat menyebabkan sindrom pernapasan akut
berat (SARS). Penyebaran penyakit ini melalui tetesan pernapasan dari batuk maupun
bersin (Mukharom & Aravik, 2020).
Virus ini menunjukkan penyebaran yang sangat signifikan cepat dan telah banyak
kematian yang disebabkan dari virus ini baik di China maupun di Negara lain sehingga
pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan virus corona ini sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Masyarakat (Public Health Emergency of
International Concern). Hari ke hari kasus ini semakin meningkat dengan pesat hingga
pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa wabah yang sedang terjadi
saat ini sebagai Pandemic Global. Penyebaran dan peningkatan jumlah kasus covid-19
terjadi dengan waktu yang sangat cepat dan telah menyebar antar Negara termasuk
Indonesia.
Telah diberlakukan berbagai macam kebijakan oleh Pemerintah Indonesia dalam
merespon pandemic covid -19 ini. Salah satu kebijakannya yaitu pada awal bulan Maret
2020 telah diberlakunya social distancing, physical distancing bagi masyarakat
Indonesia (Hadiwardoyo, 2020). Setelah kebijakan ini berlaku, namun yang terjadi
adalah masyarakat tidak mematuhinya dengan baik karena masih kurangnya kesadaran
yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengahadapi kasus ini, sehingga kebijakan ini
dianggap kurang efektif. Meskipun kebijakan tersebut tekag berlaku dari awal maret
2020, ternyata masih adanya kantor bahkan pusat-pusat perbelanjaan yang beroperasi
dengan melibatkan orang banyak tetap berjalan. Selain itu, masyarakat masih tidak
memiliki rasa takut dalam beraktivitas diluar ruma. Berlakunya kebijakan PSBB ini,
maka dalam kurun waktu yang relative lama perkantoran dan sebagian besar industry
dilarang beroperasi untuk dan dampak dari kebijakan tersebut dapat menyebabkan
kerugian ekonomi dan mata rantai pasokan akan terkena dampaknya juga, termasuk
terganggunya produksi barang dan jasa (Misno, 2020).

Metode Penelitian
Tulisan ini menggunakan analisis literature review terkait dengan dampak
ekonomi di Indonesia yang disebabkan oleh pandemic covid-
19. Tulisan literatur review ini digunakan untuk mengetahui berbagai macam regulasi
ataupun kebijakan yang telah berlaku di Indonesia dalam menangani kasus covid-19
serta melihat dampak ekonomi yang terjadi di Indonesia.

JIMESHA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Syariah, Vol. 1 No. 1, Maret 8


2021
Hasil Dan Pembahasan
Sebagian tahapan proses kebijaksanaan, yang berada diantara penyusunan dan
onsekuensi yanag akan muncul oleh suatu kebijaksanaan tersebut marupakan definisi
dari sebuah kebijakan. Pada sebuah kebijakan terdapat 4 aspek yang saling berhubungan
dalam pelaksanaannya, yaitu aspek komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi (Wahyudi, 2016).
Berbagai macam kebijakan telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia dalam
menangani kasus covid -19 ini Pemerintah harus memilih kebijakan dari jalur 2 arah
dalam menangani pandemic ini. Pemerintah harus melihat kebijakan pencegahan
(substantive) dan memfokuskan pada kebijakan yang mengatur perekonomian. Kedua
kebijakan tersebut dilakukan secara bersamaan yang menyebabkan tidak efektifnya
implementasi dari kebija kan tersebut. Selain tidak efektifnya implementasi kebijakan
yang telah dibuat, kebijakan tersebut juga membuat koordinasi antar pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah tidak terjalin dengan baik (Budi & Anshari, 2020). Tujuan
yang ingin dicapai dari kebijakan tersebut yaitu pemutusan mata rantai penyebaran
virusnya dan perbaikan ekonomi pun belum bisa dicapai, bahkan cenderung semakin
parah.
Sembilan regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah merupakan dasar
kebijakan alokasi, distribusi dan stabilisasi bisa dilakukan. Langkah pertama adalah
pemerintah wajib mengalokasikan input dan resources mumpuni kepada orientasi
kebijakannya (Allocation Policy), yaitu kepada kelompok rentan baru yang terkena
dampak dari Covid-19 ini, diantaranya kelompok usaha yang membutuhkan keramaian
massa, kelompok pekerja harian lepas, pedagang kaki lima, para buruh yang terdampak
PHK, petani, masyarakat miskin, dan Seterusnya (Eddyono et al.,2020).
Eksternalitas Covid-19 ini telah melemahkan peluang mereka dalam menghasilkan
pendapatan sehari-harinya, terjadinya PHK besar-besaran pada pekerja yang mencapai
1.943.916 orang yang terdiri dari 114.340 perusahaan. Kejadiaan ini akan mengalami
peningkatan angka yang terus meningkat apabila pandemic ini berlangsung lama. Selain
itu, dengan adanya himbauan “stay at home” kepada masyarakat akan mengakibatkan
penurunan penghasilan masyarakat dari rutinitasnya secara signifikan, aktivitas ekonomi
menjadi sangat terbatas, serta pengaruh lain yang mengikutinya. Pemerintah harus sigap
dalam mengambil kebijakan strategis, jika pemerintah tidak sigap maka akan
berdampak pada kerentanan social disaster, dan akan sangat mudah terjadi konflik-
konflik lain yang tidak diinginkan (Barro, 2020). Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa
kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah akan membawa berbagai
dampak, salah satunya yang akan kita bahas pada tulisan ini yaitu dampak ekonomi.

Dampak Ekonomi di Indonesia


Ekonomi merupakan faktor yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan
ekonomi erat kaitannya dalam kehidupan sehari- sehari. Manusia untuk memenuhi
kebutuhannya seperti makan, minun, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain
memerlukan suatu ekonomi
yang kuat. Negara dituntut untuk megatur kebijakan mengenai perekonomian Indonesia
dan dituntut untuk menjamin ekonomi masyarakat Indonesia dikarenakan faktor
ekonomi merupak faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain
ekonomi merupakan faktor terpenting dalam kehidupan manusia, faktor ekonomi
tersebut juga merupakan faktor pendukung pembangunan Nasional dikarenakan
pertumbuhan ekonomi sebuah Negara yang baik dapat meningkatkan sebuh
pembangunan Nasional (Hanoatubun, 2020).
Pada tahun 2020 ini, covid-19 menjadi perhatian yang sangat besar bagi bangsa
Indonesia. Banyak kerugian yang ditimbulkan dari pandemic ini yang berdampak pada
perekonomian Indonesia. Setelah mengalami peningkat kasus yang melesat dengan
kurun waktu sangat cepat, pemerintah membuat kebijakan dalam mengatasi pandemic
covid-19, degan berlakunya PSBB yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No
21 Tahun 2020. Dengan adanya PSBB tersebut semua kegiatan yang biasa dilakukan
terpaksa terhenti. Seluruh kegiatan dibidang indutri maupun perkantoran untuk
sementara waktu terpaksa berhenti untuk beroperasi. Selain itu, sector pendidikan,
layanan public, seluruh tempat beribadah, pusat perbelanjaan, rumah makan maupun
tempat pariwisata juga mengalami hal yang sama. Social atau physical distancing ini
membawa pengaruh pada penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan (Iskandar et
al, 2020).
Dampak pada sector ekonomi pada masa pandemic covid-19 di Indonesia, antara
lain :
1. Terjadinya PHK besar-besaran.
2. Terjadinya penurunan PMI Manufacturing Indonesia mencapai 45,3% pada
Maret 2020.
3. Terjadinya punurunan impor sebesar 3,7% pada triwulan I.
4. Terjadinya inflasi yang telah mencapai pada angka 2,96% year-on-
year(yoy) yang telah disumbangkan dari harga emas dan komoditas pangan
pada maret 2020.
5. Terjadinya keterbatalan penerbangan yang mengakibatkan penurunan
pendapatan di sector tersebut. Kerugian yang dirasakan mencapai Rp. 207
miliar. Batalnya penerbangan tersebut sebanyak 12.703 pada 15 bandara
pada bulan januari-maret 2020.
6. Pada 6 ribu hotel telah terjadi penurunan penempatan (okupansi)
hingga mencapai 50%. Hal tersebut bisa mengakibatkan kehilangan
devisa pariwisata (Hanoatubun, 2020).
Bentuk nyata yang dapat dilihat dari dampak covid terhadap ekonomi yang dapat
terlihat saat ini adalah kejadian PHK. Banyak karyawan yang dirumahkan dan berbagai
perusahaan bahkan terancam bangkrut. Jika pandemic ini berlangsung lama,
kemungkinan besar jumlah tersebut akan terus bertambah. Akibat hal tersebut, banyak
aspek-aspek lain yang terkena, antara lain pekerja harian lepas, pelaku UMKM, usaha
restoran dan usaha lain yang melibatkan orang banyak. Dampak ini secara otomatis akan
mempengaruhi penurunan daya beli masyrakat yang mana perputaran uang akan
menjadi sangat minim ditengah masyarakat serta pada saat yang sama juga produksi
barang akan terbatas dan menyebabkan deficit perdagangan (Kurniawansyah et al,
2020).
Perekonomian di Indonesia terganggu akibat pandemic covid-19 ini juga terjadi
pada mekanisme pasar bukan berdampak hanya pada fundamental ekonomi riil saja.
Terganggunya mekanisme pasar ini dapat menlenyapkan surplus ekonomi yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran Terganggunya perekonomian di Indonesia,
bukan pada fundamental ekonomi. Mekanisme pasar yang terganggu akibat dampak
covid yang menyelenyapkan surplus ekonomi, namun dampak dari covid-
19 ini juga ada pengaruh positifnya terhadap perekonomian Indonesia yaitu adalah
akan terbukanya peluang baru pasar ekspor selain China. Dampak positif dari
pandemic ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat memperkuat
perekonomian dalam negeri. Hal ini dikarenakan pandemic ini mengakibatkan
pemerintah akan memprioritaskan serta memperkuat daya beli di dalam Negeri saja.
Dengan hal ini, pemerintah bisa memanfaatkan dengan baik agar investasi tetap stabil
walaupun pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini sedang terancam secara global
(Hanoatubun, 2020).
Dampak lain dapat terlihat juga pada sector pariwisata yaitu hotel, restoran
maupun pengusaha retail. Hotel mengalami penurunan okupansi hingga 40%.
Wisatawan yang sepi juga berdampak pada rumah makan atau restoran sekitar yang
konsumen biasanya adalah wisatawan tersebut. Sektor pariwisata yang lemah juga
berdampak pada industry retail. Daerah yang terdampak pada sector retail antara lain
yaitu Jakarta, Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Medan.
Ditengah pandemic covid 19 ini, Bank Indonesia akan berusaha mempertahankan
perekonomian Indonesia yang sedang tidak stabil ini. Perekonomian Indonesia menurun
hingga 5% dengan adanya pandemic ini yang suatu saat mungkin akan mengalami
penurunan lagi jika pandemic ini terus berlansung lama. Selain itu, terjadinya secara
signifikan pelemahan indeks harga saham dan beberapa perusahaan BUMN mengalami
kerugian pada tahun ini. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa
mencapai 2,5% jika pandemic covid-19 ini akan berlangsung lama.

Simpulan
Berbagai macam kebijakan telah dibuat dibuat oleh pemerintah Indonesia dalam
menangani pandemic covid -19 yang sedang marak terjadi. Kebijakan yang ada tersebut
secara langsung berdampak positive namun secara tidak langsung juga dapat
menimbulkan dampak negative, salah satunya yang dapat kita ketahui saat ini yaitu
merosotnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak pada sector ekonomi di
Indonesia akibat dari pandemic ini antara lain terjadinya PHK, terjadinya PMI
Manufacturing Indonesia, penurunan impor, peningkatan harga (inflasi) serta terjadi
juga kerugian pada sector pariwisata yang menyebabkan penurunan okupansi.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Arya & Irham Nur Anshari, 2020, “Administration Distancing?”,
Pemerintah Daerah Dalam Pandemi Covid-19. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UGM: UGM Press.
Hanoatubun, S., 2020, Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.
Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1): 146-153..
Misno, A.B.P., Junediyono., Nurhadi., et al, 2020, Covid-19, Pustaka Amma
Alamiah, ISBN: 978-623-92323-5-1.
Mukharom, M., & Aravik, H. (2020). Kebijakan Nabi Muhammad Saw
Menangani Wabah Penyakit Menular dan Implementasinya dalam Konteks
Penanggulangan Coronavirus Covid-19. SALAM: Jurnal Sosial Dan
Budaya Syar-I, 7(3).
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15096
Wahyudi, A., 2016, Implementasi Rencana Strategis Badan Pemberdayaan
Masyarakat Dan Desa Dalam Upaya Pengembangan Badan Usaha Milik
Desa Di Kabupaten Kotawaringin Barat. Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik, 2(2): 101-105
Kurniawansyah, H., Salahuddin, A.M., Nurhidayati, S., 2O20, Konsep Kebijakan
Strategis dalam Menangani Eksternalitas Ekonomi dari Covid-19 Pada
Masyarakat Rentan di Indonesia, Indonesian Journal of Social Sciences
and Humanities, 1(2): 130-139.
Iskandar, A., Possumah, B.T., Aqbar, K., 2O2O, Peran Ekonomi dan Keuangan
Sosial Islam Saat Pandemi Covid -19, Jurnal Sosial & Budaya Syar’i,
7(7): 625-638.

Anda mungkin juga menyukai