Mengapa penting: Jika hal ini tidak dapat dilakukan maka tingkat kecemasan pada anak-
anak usia prasekolah terhadap Tindakan keperawatan akan sangat tinggi sehingga bisa
bisa menganggu proses keberhasilan hospitalisasi anak tersebut akan terhambat
2. Apa yang dilakukan saat ini?
Memberikan terapi bermain sebelum menghadapi Tindakan keperawatan
3. Fokus masalahnya apa?
Klinikal
4. Bagaimana mengidentifikasi masalah?
Konsentrasi pada koping mereka terhadap kemarahan, ketakutan kecemasan dan
mengajarkan kepada mereka tentang Tindakan keperawatan
5. Apa lingkup masalahnya?
Individu
6. Apa komponen PICO?
P: Pasien anak usia pra sekolah
I: Selama ini tindakan yang dilakukan adalah Pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengobservasl dua puluh responden yang mengacu pada enam item pernyataan yang tercantum
di lembar observasi. Tiap - tiap responden diobservasi dua kali, sebelum dan sesudah pemberian
terapi bermain pada dua tindakan keperawatan yang sama.
C: Pemberian Terapi afirmasi positif terhadap quality of life pada pasien harga diri
rendah
O: ada perubahan yang signifikan pada kualitas hidup pasien harga diri rendah sebelum
(Pre Test) dan sesudah (Post Test) diberikan terapi baik pada kelompok intervensi yang
diberikan terapi afirmasi positif maupun kelompok kontrol yang diberikan terapi SP (Standar
Pelaksanaan) harga diri rendah.
7. Pertanyaan EBN?
Apakah pemberian Terapi afirmasi positif terhadap quality of life pada pasien harga diri
rendah berpengaruh?
8. Identifikasi topik melalui data based, artikel dari jurnal nasional atau internasional
Pengaruh Terapi Afirmasi Positif Terhadap Quality Of Life Pasien
Harga Diri Rendah Pada Skizofrenia Di Rsjd Dr. Arif Zainudin Surakarta
The Effect Of Positive Afirmation Therapy On The Quality Of Life Of Low Self-
Esteem Patients In Schizophrenia At Rsjd Dr. Arif Zainudin Surakarta
Noviana Ayu Ardika1, M. Fatkhul Mubin2, Sri Rejeki3, Vivi Yosafianti Pohan4, Amin
Samiasih5
9. Bukti apa yang harus dikumpulkan?
Literatur, pengalaman keluarga, pendapat pakar
3. Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Gastroentritis Menggunakan
Teknik Tepid Sponge 2021
Sinta Ajeng Rizqiani1, Amin Samiasih1
1. Apa masalah dan mengapa penting?
Masalah (Berdasarkan Hipertermi): Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi buang
air besar lebih dari 3 kali sehari yang disertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau
darah. Salah satu tanda dan gejala dari diare yaitu peningkatan suhu tubuh atau hipertermi.
Menurunkan suhu tubuh anak dapat dilakukan melalui terapi farmakologi maupun non
farmakologi, salah satu terapi non farmakologi yaitu teknik tepid sponge.
Mengapa penting: Jika hal ini tidak dilakukan maka hipertermi yang disebabkan oleh
gastroenteritisbisa menimbulkan masalah baru yaitu dehidrasi .
2. Apa yang dilakukan saat ini?
Memberikan terapi non farmakologi yaitu teknik tepid sponge.
3. Fokus masalahnya apa?
Klinikal
4. Bagaimana mengidentifikasi masalah?
Untuk mengetahui penerapan teknik tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada
anak dengan gastroentritis
5. Apa lingkup masalahnya?
Individu
6. Apa komponen PICO?
P: Pasien Gastroentritis dengan Hipertermia
I: Penerapan Tepid Sponge dilakukan selama 3 hari sebelum dan setelah pemberian
asuhan keperawatan selesai dengan menggunakan rancangan one group pre dan post test
C: Melakukan pemantauan secara periodik setiap 3 jam dan kolaborasi pemberian terapi
medis.
O: Masalah utama pada pasien vertigo adalah resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan.
Penalaksanaan resiko jatuh bisa dilakukan secara kolaboratif farmakologi dan non
farmakalogi. Peran perawat sangat penting dalam pencegah pasien jatuh yaitu dengan
melakukan monitoring secara periodik kepada pasien.
7. Pertanyaan EBN?
Apakah Penalaksanaan resiko jatuh bisa dilakukan secara kolaboratif farmakologi dan
non farmakalogi. Peran perawat sangat penting dalam pencegah pasien jatuh yaitu
dengan melakukan monitoring secara periodik kepada pasien?
8. Identifikasi topik melalui data based, artikel dari jurnal nasional atau internasional
Manejemen Resiko Jatuh pada Pasien Vertigo 2020
Indra Darmawansyah1, Tri Hartiti
9. Bukti apa yang harus dikumpulkan?
Literatur, pengalaman keluarga, pendapat pakar
5. Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam menggunakan Kompres
Hangat 2020
Windawati1, Dera Alfiyanti2
1. Apa masalah dan mengapa penting?
Masalah (Hipertermia): Kejang demam adalah kelainan neurologis yang paling sering
ditemukan pada anak-anak, karena munculnya kejang demam yang berhubungan
dengan usia, tingkat suhu dan kecepatan kenaikan suhu, termasuk faktor
keturunan yang juga berperan dalam peningkatan kejang demam di mana
anggota keluarga pasien memiliki kesempatan untuk mengalami kejang
lebih banyak daripada anak-anak normal.
Mengapa penting: Jika hal ini tidak dilakukan maka akan menimbulakan kejang .
2. Apa yang dilakukan saat ini?
Setelah tindakan keperawatan selama 3 hari diagnosis utama hipertermia berhubungan
dengan penyakit, dan selama intervensi kompres hangat selama tiga hari berturut-turut
masalah keperawatan utama hipertermia tidak dapat diatasi. Kolaborasi antara tim
kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien sehingga masalah
keperawatan pasien mengenai hipertermia dapat diimplementasikan dengan baik dan
masalah dapat diselesaikan.
3. Fokus masalahnya apa?
Klinikal
4. Bagaimana mengidentifikasi masalah?
Dengan menggunakan metode deskripsi, sedangkan sampelnya adalah data yang
diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pengamatan kegiatan,
memperoleh catatan dan laporan diagnostik.
5. Apa lingkup masalahnya?
Individu
6. Apa komponen PICO?
P: Pasien Demam
I: Setelah tindakan keperawatan selama 3 hari diagnosis utama hipertermia berhubungan
dengan penyakit, dan selama intervensi kompres hangat selama tiga hari berturut-turut
masalah keperawatan utama hipertermia tidak dapat diatasi. Kolaborasi antara tim
kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien sehingga masalah
keperawatan pasien mengenai hipertermia dapat diimplementasikan dengan baik dan
masalah dapat diselesaikan.
C: Melakukan pemantauan selama 3 hari berturut-turut.
O: Masalah utama pada pasien kejang demam pada anak-anak.
7. Pertanyaan EBN?
Apakah Penalaksanaan pemantauan pada anak-anak dengan kejang demam berpengaruh?
8. Identifikasi topik melalui data based, artikel dari jurnal nasional atau internasional
Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam menggunakan Kompres Hangat
2020
Windawati1, Dera Alfiyanti2
9. Bukti apa yang harus dikumpulkan?
Literatur, pengalaman keluarga, pendapat pakar
Studi Kasus
Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam
Menggunakan
Kompres Hangat
Windawati1, Dera Alfiyanti2
1,2 Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan,
Universitas
Muhammadiyah Semarang
Informasi Artikel Abstrak
Riwayat Artikel:
• Submit 27 Februari 2020
• Diterima 21 Juli 2020
Kata kunci:
Kejang demam; Hipertermia;Kompres hangat
Kejang demam adalah kelainan neurologis yang paling sering ditemukan
pada anak-anak, karena munculnya kejang demam yang berhubungan
dengan usia, tingkat suhu dan kecepatan kenaikan suhu, termasuk faktor
keturunan yang juga berperan dalam peningkatan kejang demam di mana
anggota keluarga pasien memiliki kesempatan untuk mengalami kejang
lebih banyak daripada anak-anak normal. Karya ilmiah ini bertujuan untuk
memahami konsep dasar, mendapatkan informasi, dan memberikan asuhan
keperawatan mengenai kejang demam pada anak-anak. Penulis
menggunakan metode deskripsi, sedangkan sampelnya adalah data yang
diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pengamatan kegiatan,
memperoleh catatan dan laporan diagnostik. Setelah tindakan keperawatan
selama 3 hari diagnosis utama hipertermia berhubungan dengan penyakit,
dan selama intervensi kompres hangat selama tiga hari berturut-turut
masalah keperawatan utama hipertermia tidak dapat diatasi. Kolaborasi
antara tim kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien sehingga masalah
keperawatan pasien mengenai hipertermia dapat diimplementasikan dengan baik dan
masalah dapat diselesaikan.
Pengaruh Terapi Bermain Menggunting Terhadap Peningkatan Motorik Halus
Pada Anak Autisme Usia 11 – 15 Tahun di Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang
2014
Abstract
Autis adalah gangguan perkembangan yang terjadi dalam bidang interaksi dan komunikasi
dengan orang lain. Perkembangan motorik halus anak autis dilakukan melalui olah tangan
dengan menggunakan alat atau media kreatif seperti kuas, pensil, kertas, gunting, tanah liat,
plastisin, busa, dan lain-lain. Salah satu cara untuk meningkatkan motorik halus pada anak
autisme adalah dengan terapi bermain menggunting. Menggunting adalah salah satu aktivitas
atau kegiatan memotong yang melibatkan dan membutuhkan koordinasi antara mata, tangan,
dan konsentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain
menggunting terhadap peningkatan motorik halus pada anak autis usia 11-15 tahun di Sekolah
Luar Biasa Negeri Semarang. Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan
menggunakan pendekatan pre test and post test design dengan jumlah sampel sebanyak 30
respoonden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
terapi bermain menggunting terhadap perkembangan motorik halus pada anak autis di Sekolah
Luar Biasa Negeri Semarang dengan p value 0,000. Hasil penelitian ini merekomendasikan bagi
institusi Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang agar terapi bermain menggunting dapat dijadikan
salah satu terapi bagi anak autis usia 11-15 tahun untuk meningkatkan motorik halus.
Kepuasan pasien merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
yang dirasakan dengan harapan yang dimilikinya. Hal ini berarti kepuasan pasien diperoleh setelah
pasien menerima pelayanan kesehatan dari rumah sakit tempat mereka dirawat dan dibandingkan
dengan pelayanan kesehatan yang mereka harapkan. Kepuasan pasien dipengaruhi oleh faktor internal
yaitu karakteristik individual pasien dan faktor ekternal yaitu pelayanan kesehatan yang berasal dari
rumah sakit termasuk pelayanan keperawatan. Penelitian ini menjelaskan pelayanan keperawatan yang
dimaksud adalah pemberian pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata kepuasan pasien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan persiapan
pasien pulang tentang nutrisi sebesar 94,77%, sedangkan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan
sebesar 69,04% dengan nilai p = 0,0001. Dengan demikian pemberian pendidikan kesehatan persiapan
pasien pulang tentang nutrisi berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata kepuasan pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang
tentang aktivitas sebesar 93,09%, dan pada kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan
sebesar 66,41% dengan nilai p = 0,0001. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan persiapan pasien pulang terhadap kepuasan pasien tentang dalam pelayanan keperawatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kepuasan pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
persiapan pasien pulang tentang obat-obatan sebesar 93,43% dan pada kelompok yang tidak diberikan
pendidikan kesehatan sebesar 73,45% dengan nilai p = 0,0001. Hal ini berarti terdapat pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang terhadap kepuasan pasien tentang pelayanan
keperawatan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan persiapan
pasien pulang tentang nutrisi lebih tinggi secara bermakna daripada kepuasan pasien yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan, dimana program ini diharapkan pasien dan keluarga memiliki persepsi
yang baik. Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan persiapan
pasien pulang tentang aktivitas lebih tinggi secara bermakna daripada kepuasan pasien yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan, dimana program ini tidak diharapkan dan pasien memiliki persepsi
yang tidak baik Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan
persiapan pasien pulang tentang obat-obatan lebih tinggi secara bermakna daripada kepuasan pasien
yang tidak diberikan pendidikan kesehatan, dimana program ini diharapkan pasien dan pasien memiliki
persepsi yang baik.
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang direncanakan sebelum anak
menghadapi tindakan keperawatan untuk membantu strategi koping mereka terhadap kemarahan,
ketakutan, kecemasan, dan mengajarkan kepada mereka tentang tindakan keperawatan yang
dilakukan selama hospitalisasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan di Ruang Lukman Rumah Sakit
Roemani Semarang.
Metode penelitian yang diterapkan adalah quasy experiment dengan one group pre test and post
test design. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasl dua puluh responden yang
mengacu pada enam item pernyataan yang tercantum di lembar observasi. Tiap - tiap responden
diobservasi dua kali, sebelum dan sesudah pemberian terapi bermain pada dua tindakan
keperawatan yang sama.
Alat pengolahan data yang digunakan adalah program SPSS 11.0 for windows release. Paired t-
test digunakan untuk menganalisa pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia
prasekolah selama tindakan keperawatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat
kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan
terapi bermain (p value = 0,005 lebih kecil dari a = 0,05)
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi bermain berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan. Peneliti mengharapkan ada
penelitian lebih lanjut untuk melengkapi hasil penelitian ini dengan sampel dan metode yang
lebih representatif.
Latar Belakang: Angka kematian bayi terutama terjadi pada masa neonatal , 23% dengan penyebab
utama asfiksia yaitu terjadi ketika bayi tidak cukup menerima oksigen sebelumnya, selama atau setelah
kelahiran. Faktor yang menyebabkan asfiksia neonaturum antara lain factor ibu, factor bayi, factor
plasenta, dan factor persalinan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor yang berhubungan
dengan kejadian asfiksia (faktor bayi dan faktor persalinan) di Rumah Sakit Islam Kendal.
Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan crossectional dengan
menggunakan data rekam medik pasien asfiksia neonaturum dengan faktorbayi meliputi berat bayi lahir,
premature dan factor persalinan meliputi perslinan sungsang pervaginam, sungsang perabdominam,
KPD serta partus macet.Data diambil dari bulan Januari Desember 2013 di Rumah Sakit Islam Kendal
sebanyak 60 kasus. Analisa data dilakukan secara univariat,bivariat dengan uji chi square dan uji fisher’s
exact.
Hasil: Hasil analisa statistic untuk prematuritas dipeoleh nilai P value 0,000(<0,05),BBL p value
0,000(<0,05), persalinan letak sungsang perabdominam p value 0,004(<0,05), KPD 0,014 (<0,05), partus
macet p value 0,009 (<0,05) hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
prematuritas, berat badan lahir,KPD, Partus macet dan persalinan sungsang perabdominam dengan
kejadian asfiksia pada neonatus, sedangkan untuk persalinan sungsang pervaginam nilai p value 0,228
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persalinan letak sungsang
pervaginam dengan asfiksia.
STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX
TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI
RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL 2015
Ana Triwijayanti(1*)
Abstract
Terapi oksigen merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi
yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian oksigen adalah untuk mengatasi
hipoksemia, salah satunya dengan head box.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden, saturasi oksigen sebelum
dan sesudah diberikan oksigen dengan head box. Metode yang digunakan deskriptif dengan
pendekatan retrospektif.Hasil penelitian: seluruh responden (100%) berusia 0 hari, 31 responden
(65%) laki-laki, rata-rata berat badan 2669,17 gramdengan nilai teratas 4750 gram dan terendah
1200 gram. respirasi rate normal 37 orang (61,7%) meningkat menjadi 50 orang (83,3%) setelah
pemberian oksigen.Dari hasil penelitian diharapkan neonatus yang mengalami penurunan
saturasi agar diberikan terapi oksigen head box dan ditetapkannya SOP tentang pemberian
oksigen head box di ruang perinatologi RSI Kendal.
Noviana Ayu Ardika1, M. Fatkhul Mubin2, Sri Rejeki3, Vivi Yosafianti Pohan4,
Amin
Samiasih5
Abstrak
Latar belakang : Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang banyak terdapat dimasyarakat.
Pasien
skizofrenia memiliki konsep diri yang masih rendah, kualitas hidup dan tingkat stigma yang
tinggi
dibandingkan dengan penyakit kronis yang lainnya. Tindakan terapi generalis dan terapi spesialis
merupakan tindakan asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan diagnose
harga
diri rendah kronis pada skizofrenia. Salah satu terapi generalis yang akan digunakan adalah
terapi
afirmasi positif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh terapi afirmasi positif
terhadap quality of life pada pasien harga diri rendah. Metode : Peneltian ini menggunakan Quasi
Experimental Design dengan pendekatan Pretest-Posttest with Control Group. Penelitian ini
dalam
pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Jumlah populasi didapatkan 151
dengan perhitungan rumus slovin didapatkan jumlah sampel 66 responden. Responden dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil : Menunjukan
bahwa kedua kelompok memiliki nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari alpha (p) yaitu didapatkan
hasil
kelompok intervensi memiliki nilai p = 0.004 < 0,05 dan kelompok kontrol memiliki nilai p =
0,010 <
0,05, artinya ada perubahan yang signifikan pada kualitas hidup pasien harga diri rendah
sebelum
(Pre Test) dan sesudah (Post Test) diberikan terapi baik pada kelompok intervensi yang
diberikan
terapi afirmasi positif maupun kelompok kontrol yang diberikan terapi SP (Standar Pelaksanaan)
harga diri rendah. Kesimpulan : Peningkatan kualitas hidup pasien harga diri rendah pada
skizofrenia yang diberikan terapi afirmasi positif dan yang diberikan SP harga diri rendah,
masing-
masing mengalami peningkatan dengan nilai koefisiensi yang positif.
Kata kunci : Terapi afirmasi positif, harga diri rendah, quality of life.
PENGETAHUAN IBU DAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA
PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) 1 DI KOMUNITI INDONESIA MESAIEED
QATAR 2012
Latar belakang : Kehadiran seorang saudara baru (bayi) adalah pengalaman yang sulit bagi sebagian
besar anak usia pra-sekolah, karena mereka menyadari bahwa kasih sayang, afeksi dan perhatian dari
orangtuanya harus terbagi. Ibu yang memiliki cukup pengetahuan tentang penanganan sibling rivalry
akan segera cepat mengenali reaksi sibling rivalry pada anaknya terutama pada awal-awal kelahiran
bayinya dan mengetahui cara yang tepat mengurangi efeknya terhadap
anaknya yang lain. Tujuan penelitian : Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
ibu terhadap sibling rivalry pada anak usia pra sekolah (35 tahun) di komuniti Indonesia Mesaieed Qatar.
Jenis Penelitian: Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dan Sampel : Populasi penelitian adalah semua ibu di komuniti Indonesia Mesaieed
Qatar yang memiliki anak pra sekolah (3-5 tahun) sekaligus infant (0-1 tahun). Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 30 responden yang merupakan total dari populasi sehingga teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah sampling jenuh. Hasil : Hasil penelitian dapat didapatkan bahwa pengetahuan ibu
kategori kurang sebanyak 16 orang (53,3%) dan reaksi
sibling rivalry pada anak usia pra sekolah terbagi sama rata antara kategori sering dan jarang yaitu 50%.
Pengetahuan ibu berhubungan terbalik dengan reaksi sibling rivalry (P-value 0,009), dengan kata lain
semakin baik pengetahuan ibu maka semakin jarang kejadian sibling rivalry pada anak usia pra sekolah(r
0,558).
PERAWATAN KULIT DENGAN MINYAK ZAITUN DAN MINYAK
ALMOND MENURUNKAN STATUS RISIKO DEKUBITUS
ABSTRAK
Â
Dekubitus adalah kerusakan lokal pada kulit atau jaringan di bawahnya akibat tekanan atau
tekanan dan gesekan. Dekubitus mempengaruhi kualitas hidup, morbiditas dan mortalitas pasien;
biaya kesehatan dan rawat inap akibat adanya luka. Tujuan penelitian untuk mengetahui
pengaruh perawatan kulit dengan minyak zaitun dan minyak almond terhadap status dekubitus.
Penelitian ini adalah penelitian quasy-experiment dengan rancangan two groups pretest-posttest
design, kelompok pertama mendapatkan perlakuan perawatan kulit dengan minyak zaitun dan
kelompok kedua mendapatkan perawatan kulit dengan minyak almond. Responden pada
penelitian ini ada 34 pasien yang dirawat di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang,
responden ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu pasien tirah baring yang rawat inap lebih
dari 12 jam. Responden menerima perawatan kulit di area bokong dengan dioleskan 4cc minyak
zaitun atau minyak almond dua kali sehari (pagi dan sore hari setelah sibin) selama tiga hari,
minyak dioleskan secara lembut dengan gerakan tangan satu arah atau sirkuler. Data pada
penelitian ini dikumpulkan menggunakan kuesioner karakteristik responden dan penilaian status
dekubitus menggunakan skala braden. Data dianalisis dengan independent t-test. Hasil
penelitian ada perbedaan status dekubitus sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
minyak zaitun dan minyak almond. Rata-rata kenaikan skor status dekubitus pada kelompok
minyak zaitun 2,41 ± 1,460 dan kelompok minyak almond 1,47 ± 1,068 (р <0,05). Rerata
kenaikan skor status dekubitus kelompok minyak zaitun lebih tinggi dibandingkan kelompok
minyak almond. Simpulan minyak zaitun dan minyak almond efektif dalam menurunkan status
risiko dekubitus. Disarankan menggunakan minyak zaitun, karena hasil penelitian menujukkan
minyak zaitun lebih efektif meningkatkan skor status dekubitus atau menurunkan status risiko
dekubitus.
Â
Kata Kunci: Minyak almond; Minyak zaitun; Perawatan kulit; Status risiko dekubitus
DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
KOTA SEMARANG
ntroduction: Diabetes mellitus is a chronic disease that is difficult to cure. This causes people with
diabetes mellitus have psychological pressure. The family is one of the support systems for people with
type 2 diabetes mellitus. This research aimed to know about family support of patients with type 2
diabetes mellitus.
Method: The research is descriptive quantitative with cross sectional approach to know about family
support in type 2 diabetes mellitus patients. The number of samples is 96 patients with type 2 diabetes
mellitus at Regional Hospital KRMT Wongsonegoro Semarang.
Results: The research showed that the family support of patients with type 2 diabetes mellitus had an
average value of 61.52 with high level family support category of 70 respondents (72.9%) and low level
family support category of 26 respondents (27.1%). Family support for patients who are married tends
to be higher than single patients. Good family support will affect the implementation of the diabetes
mellitus treatment program undertaken by the patient.
Conclusion: Family support is an important factor in supporting the success of the type 2 diabetes
mellitus treatment program. Therefore, nurses are expected to involve more families in providing
nursing care to patients with type 2 diabetes mellitus.
Keyword : Diabetes Mellitus, Family support
Peningkatan Kepuasan Pasien BPJS Melalui Peningkatan Empati
Perawat
Arief Yanto1, Edy Wuryanto2, Siti Surwanti3
1,2 Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
3 Perawat, Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
Luka kronis adalah luka yang bertahan lama selama lebih dari 2 minggu tanpa melewati fase
penyembuhan dengan sempurna. Salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasi luka kronis
adalah dengan melakukan perawatan luka menggunakan madu. Studi kasus ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan madu dalam perawatan luka kronis diabetes mellitus. Studi
kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan.
Subjek studi kasus adalah penderita diabetes mellitus type 2 dengan luka yang tidak sembuh
dalam waktu lebih dari 2 minggu atau luka kronis. Subjek studi kasus berjumlah 2 orang, yang
didapatkan secara random. Subjek studi kasus telah menandatangani informed consent sebelum
dilakukan pengambilan data. Hasil studi kasus sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan
madu nilai Bates-Jensen Wound Assessment Tool studi kasus 1 adalah 35, studi kasus 2 adalah
26, setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu nilai studi kasus 1 adalah 26, studi
kasus 2 adalah 20, dengan rata-rata penurunan nilai 7,5. Penggunaan madu dalam perawatan luka
kronis diabetes mellitus mampu membantu dalam proses penyembuhan luka.
Keywords
Pasien DM beresiko terjadi kerusakan pada pembuluh darah. Ulkus diabetik merupakan salah satu
gangguan pada ekstermitas bawah dari komplikasi makrovaskuler yang dapat berakhir dengan amputasi.
Perawatan luka dan latihan range of motion (ROM) ekstermitas bawah mampu menyembuhkan ulkus
diabetik. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi perawatan luka dan latihan
range of motion (ROM) ekstermitas bawah untuk penyembuhan ulkus diabetik pada pasien diabetes
mellitus. Studi kasus ini menggunakan desain studi deskriptif dengan pendekatan proses asuhan
keperawatan. Subyek studi kasus adalah pasien DM yang terdapat ulkus diabetik. Subjek studi
didapatkan melalui tehnik purposive sampling. Hasil studi kasus menunjukan pengaruh tindakan
perawatan luka dan ROM terhadap proses granulasi luka ulkus diabetikum. Hasil observasi ulkus
diabetikum menunjukkan penurunan skor dari 32 pada hari pertama menjadi 27 pada observasi hari
kedua. Pada hari ketiga pengukuran diketahui skor 20 turun menjadi 18 pada observasi hari berikutnya.
Berdasarkan hasil studi kasus ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kombinasi tindakan
perawatan luka dan latihan range of motion (ROM) ekstermitas bawah terhadap penyembuhan ulkus
diabetik pada pasien diabetes melitus.
Keywords
Ginjal Kronis Penyakit (CKD) patienst menjalani hemodialisis mungkin mengalami berbagai masalah
akibat tidak berfungsinya proses ginjal dan hemodialisis. Permasalahan yang perlu diantisipasi untuk
tetap kualitas hidup yang optimal tidak hanya menangani penurunan fisik tetapi juga antisipasi dan
pengelolaan masalah psikososial dan spiritual. Pasien perlu mengambil pengelolaan masalah psikososial
dan spiritual memadai sehingga kualitas hidupnya tetap optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran masalah pengalaman manajemen psikososial dan spiritual pada pasien
hemodialisis di Semarang. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan wawancara mendalam
dan diskusi kelompok terarah untuk menggali pengalaman dari pasien hemodialisis dalam pengelolaan
masalah psychosociospiritual. Hasil penelitian menunjukkan respon yang sangat positif dari pasien
hemodialisis pasien dalam aspek psychosociospiritual oleh peningkatan koping, stragegy spiritual dan
upaya dukungan sosial. dukungan sosial dari keluarga, petugas kesehatan, manajer kasus, kelompok
dukungan sebaya adalah sistem
pendukung utama dalam pengelolaan masalah pasien. Penelitian ini merekomendasikan bahwa
dukungan sosial dari keluarga, petugas kesehatan, teman, kelompok dukungan sebaya dan masyarakat
perlu ditingkatkan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah psychosociospiritual pembatasan
pada pasien hemodialisis.
Keyword: Chronik Penyakit Ginjal, hemodialisis, Psychosociospiritual
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEPUASAN PASIEN
PASCA OPERASI RAWAT INAP DI RSUD KAJEN KABUPATEN
PEKALONGAN
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.Komunikasi merupakan hal yang sangat
penting bagi perawat dalam berinteraksi dengan pasien.Komunikasi menjadi tidak efektif karena
kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya.Kepuasan penerima pelayanan dicapai
apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan
diharapkan.Data pasien operasi di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan bulan Januari-Desember
2009 sebanyak 777 orang, sedangkan pada bulan Januari-September 2010 sebanyak 723 orang.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien
pasca operasi di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian ini yaitu deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan total sampling
sebanyak 32 orang.Instrumen penelitian yaitu kuesioner dengan analisa data menggunakan uji
korelasi person product moment.Hasil uji korelasi person product moment diperoleh ? value
sebesar 0,001 < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan
kepuasan pasien pasca operasi di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Petugas kesehatan
sebaiknya mampu menciptakan komunikasi yang aktif antara petugas kesehatan dan
pasien.Petugas kesehatan sebaiknya menumbuhkan rasa empati terhadap sehingga dapat
melakukan komunikasi interpersonal dengan baik.
Peran orang tua (Support Social) pada anak hospitalisasi dapat menguatkan anak melalui
pemberian penghargaan baik dengan kasih sayang, perhatian dan kehangatan.Peran orang tua
pada saat pemasangan infus pada anak prasekolah dapat mengurangi kecemasan anak.Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan kecemasan anak
prasekolah (4 6 tahun) pada tindakan pemasangan infus.Penelitian ini menggunakan metode
penelitian korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh anak prasekolah (4 - 6 tahun) yang dirawat di ruang mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan pada tanggal 11 Januari 12 Febuari 2011 dengan jumlah sampel 34 responden. Hasil
penelitian menunjukan 70,6 % peran orang tua baik dan 70,6% anak prasekolah mengalami
kecemasan sedang pada tindakn pemasangan infus. Ada hubungan antara peran orang tua dengan
kecemasan anak prasekolah (4 - 6 tahun) pada tindakan pemasangan infus diruang mawar RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan dengan hasil P value 0,001 <? (0,05). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasan anak selama hospitalisasi seperti faktor lingkungan, dukungan keluarga,
pengetahuan orang tua dan umur orang tua, serta perlu dipertimbangkan penggunaan metode
penelitian yang berbeda dan pengembangan kuesioner penelitian.
Kata kunci : peran orang tua, kecemasan anak prasekolah, tindakan pemasangan infus
TINGKAT NYERI PINGGANG KALA I PERSALINAN MELALUI
TEKNIK BACK-EFFLUERAGE dan COUNTER-PRESSURE
Sri Rejeki 1, Ulfa Nurullita 2, Retno Krestanti RN 3
ABSTRAK
Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif sangat
penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani
persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan. Tujuan penelitian untuk mengetahui
perbedaan efektifitas teknik Back-Effleurage dan teknik Counter-Pressure terhadap tingkat
nyeri pinggang kala I fase aktif persalinan. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian pre-eksperimen dengan pendekatan one group pretest dan posttest
design. Sampel penelitian ini adalah 48 responden yang dipilih secara accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan nilai nyeri setelah intervensi sebanyak 3,27.
Uji Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara efektifitas teknik
Back-Effleurage dan Teknik Counter-Pressure terhadap tingkat nyeri pinggang kala I fase
aktif persalinan dengan nilai p (0,046<0,05). Dari kedua teknik tersebut yang lebih efektif
dalam mengurangi nyeri pinggang persalinan adalah teknik Counter-Pressure dengan hasil
nilai mean 3,63 lebih besar mean teknik Back-Effleurage 2,92. Penelitian ini memberikan
rekomendasi kepada perawat/bidan agar dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu akan
rasa nyaman dalam pengontrolan nyeri saat memberikan pertolongan persalinan.
Kata kunci : Back-Effleurage, nyeri pinggang, dan kala I persalinan
HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN KARAKTERISTIK REMAJA PUTRI
DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER
CERRELATION OF STRESS LEVELS AND CHARACTERISTICS OF
TEENAGE GIRL WITH THE PRIMARY DISMENORE INCIDENCE
Sri Rejeki 1 , Nikmatul Khayati 2 , Riski Yunitasari 3
ABSTRAK
Dismenore merupakan nyeri yang muncul saat terjadinya mentruasi pada perempuan. Yang
dapat disarakan sebagai gangguan aktivitas sehari-hari. Dismenorhea dapat dipengaruhi
dengan adanya aktivitas fisik, kondisi psikologis yang tidak adekuat serta beberapa konsisi
lain seperti karakteristik seseorang yang sedang mangalami menstruasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan tingkat stress dan karakteristik dihungkan dengan
kejadfian dismenorhea pada remaja putri di SMP N 3 Pekalongan. Metode penelitian
berupa survey dengan pedekatan cross sectional. Sebanyak 61 remaja putri yang diambil
secara total terlibat dalam penelitian ini. Hasil penelitian didapatkan 89% remaja putri
mengalami strss sedang dan ada hubungan tingkat stress remaja putri dengan Dismenorhea
dengan nilai Pvalue=0,006 (P< 0.05).
Kata kunci :Dismenore, Karakteristik, tingkat Stress
Hubungan Persepsi Perawat Tentang Karakteristik Pekerjaan
Dengan Kepatuhan Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Authors
Keywords:
compliance, nursing documentation, work characteristics
Abstract
Method: Observational study with cross sectional approach. Samples were 62 nurses in the
inpatient department indistricht hospitals in Mataram.
Result: Perception of nurses on their job characteristics were good (72.6% ) , whereas the
adherence in nursing documentation were also categorized as good (90.3 %). Statistical test
correlation using pearson product moment showedweak and significant association (r = 0.306; p
= 0.016). Skill variety, taks identity and significance have association with compliance, while
otonomy and feedback have not related to compliance.
Conclusion: There is a relationship between nurse's perceptions of their job characteristics with
compliance in nursing documentation. of nursing care. The management need to adjust the
characteristics of nursing characteristic including reward and warning.
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL RESIKO
TINGGI DENGAN PENYULUHAN BERBASIS MEDIA
Latar belakang : Deteksi dini pada kehamilan dapat dijadikan salah satu upaya untuk mencegah
kehamilan resiko tinggi ibu hamil. Masalah utama adalah masih banyaknya ibu hamil resiko tinggi yang
tidak mau periksa ke palayanan kesehatan dan belum paham mengenali tentang tanda-tanda ibu hamil
yang beresiko tinggi. Peningkatan pengetahuan merupakan salah satu upaya promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap ibu
hamil resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media. Metode Penelitian : menggunakan penelitian
eksperimen semu. Populasi sebanyak 110 orang wanita hamil. Teknik sampling menggunakan simple
random sampling. Sampel 72. Analisis menggunakan Mann Whitney. Hasil penelitian : Ada ada
perbedaan pengetahuan antara pra penyuluhan (LCD) dan post penyuluhan (LCD) tentang peningkatan
pengetahuan ibu hamil resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media (p-value = 0,000), Ada
perbedaan pengetahuan pra penyuluhan dengan post penyuluhan (Leaflet) tentang peningkatan
pengetahuan ibu hamil resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media (p-value = 0,000), Tidak ada
perbedaan antara sikap pra penyuluhan (LCD) dengan sikap post penyuluhan (LCD) tentang peningkatan
sikap ibu hamil resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media (p-value = 0,266), Ada perbedaan sikap
pra penyuluhan (Leaflet) dengan sikap post penyuluhan (Leaflet) tentang peningkatan sikap ibu hamil
resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media (p-value = 0,000). Simpulan : Ada perbedaan
pengetahuan antara pra penyuluhan (LCD) dan post penyuluhan (LCD) tentang peningkatan
pengetahuan ibu hamil resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media dan (Leaflet), Tidak ada
perbedaan antara sikap pra penyuluhan (LCD) dengan sikap post penyuluhan (LCD) tentang peningkatan
sikap ibu hamil resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media, Ada perbedaan sikap pra penyuluhan
(Leaflet) dengan sikap post penyuluhan (Leaflet) tentang peningkatan sikap ibu hamil
resiko tinggi dengan penyuluhan berbasis media.
PENGARUH BABY SPA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK
KASAR PADA BAYI USIA 3-6 BULAN DI MOM’ME ORGANIC BABY AND
KIDS SPA KOTA SEMARANG
Latar Belakang : Aspek tumbuh kembang pada anak adalah salah satu aspek yang diperhatikan
secara serius oleh para pakar. Berdasarkan studi pendahuluan di lingkup Mom’me Organic
Baby And Baby Spa menemukan 6 dari 10 bayi dicurigai mengalami keterlambatan
perkembangan dengan skrining menggunakan Denver Developmental Skrinning Test II (DDST
II). Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh baby spa terhadap
perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-6 bulan di Mom’me Organic Baby And Baby Spa.
Metode : Penelitian ini bersifat pre-experimental design dengan pendekatan posttest only
design. Alat ukur yang digunakan yaitu dengan Denver Development Screening Test II (DDST
II). Teknik sampling menggunakan accidental sampling. Hasil : Pada analisis univariat
frekuensi treatment baby spa yang telah dilakukan responden usia 3-6 bulan mayoritas
dilakukan 2x treatment sebanyak 9 responden (33.33%), sedangkan pada perkembangan motorik
kasar mayoritas responden mengalami perkembangan yang normal sebanyak 20 responden
(74.07%). Dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil p value sebesar 0,000 < 0,05,
maka dinyatakan Ho ditolak. Simpulan : Ada pengaruh baby spa terhadap perkembangan
motorik kasar pada bayi usia 3-6 bulan di Mom’me Organic Baby And Baby Spa.
Keywords