Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Tak ada seorang pun manusia yang menginginkan dirinya jatuh


sakit terutama penyakit terminal. Pada stadium lanjut, pasien dengan
penyakit akut maupun kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah
fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas
tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan
pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif.

Palliative care adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas


hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait
dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian
sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, dan
spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).

Penyakit terminal adalah keadaan dimana pasien dalam keadaan


menderita penyakit dengan stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak
bisa diobati lagi dan bersifat progresif (meningkat). Pengobatan yang
diberikan hanya bersifat menghilangkan gejala dan keluhan , memperbaiki
kualitas hidup dan pengobatan penunjang lainnya. Penyakit terminal
adalah penyakit yang menuju ke arah kematian yang harapan untuk hidup
tipis, tidak ada lagi obat-obatan yang dapat menyembuhkan (White, 2002)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hospice care, end of life care, palliatif care, dan
penyakit terminal?
2. Apa saja klasifikasi dari penyakit terminal?
3. Bagaimana dengan prinsip perawatan palliatif pada pasien terminal?
4. Apa tujuan dari paliatif care?
5. Apakah indikasi paliatif care?
6. Bagaimana dengan langkah-langkah program paliatif?
7. Apa saja dasar-dasar palatif care?
8. Apakah terapi dari paliatif care?
9. Bagaimana dengan grade dari pemeriksaan ECOG?
10. Apakah pengkajian dari pemeriksaan paliatif care ( kualitas hidup dan
pemeriksaan ECOG dan Karnofsky?
11. Apa saja diagnosa dan intervensi sesuai skenario
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari hospice care, end of life care, palliatif
care, dan penyakit terminal
2. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi dari penyakit terminal
3. Untuk mengetahui Bagaimana dengan prinsip perawatan palliatif pada
pasien terminal
4. Untuk mengetahui Apa tujuan dari paliatif care
5. Untuk mengetahui Apakah indikasi paliatif care
6. Untuk mengetahui Bagaimana dengan langkah-langkah program
paliatif
7. Untuk mengetahui Apa saja dasar-dasar palatif care
8. Untuk mengetahui Apakah terapi dari paliatif care
9. Untuk mengetahui Bagaimana dengan grade dari pemeriksaan ECOG?
10. Untuk mengetahui Apakah pengkajian dari pemeriksaan paliatif care (
kualitas hidup dan pemeriksaan ECOG dan Karnofsky)
11. Untuk mengetahui Apa saja diagnosa dan intervensi sesuai skenari

2
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO

Ny. Yatni, berusia 48 tahun dibawa ke IGD oleh keluarga dengan kondisi lemah
dan tidak mau makan. Berdasarkan hasil wawancara, pasien pernah di rawat
sebelumnya dengan kanker payudara. Setelah dilakukan tindakan mastektomi
payudara kiri, pasien dan keluarga minta pulang paksa dan memilih melakukan
pengobatan alternatif. Hasil pengkajian ditemukan data TD 90/60 mmHg,
frekuensi nadi 100 x/menit, suhu 38 °C, RR 30 x/menit, pasien terlihat pucat dan
lemah dengan hasil penilaian performa pasien adalah rendah dengan
menggunakan ECOG 3 atau 4; Karnofsky < 50%. Keluarga mengatakan 1 bulan
terakhir, terdapat pembengkakan payudara sebelah kanan dan sudah pecah
mengeluarkan darah dan pus.

3
Step 1. Terminologi

 Mastektomi
Tindakan pembedahan untuk pengangkatan payudara secara keseluruhan.
Terbagi atas 4 bagian yaitu: radikal, modifikasi, preventif, parsial
 ECOG
Skala untuk mengukur kemajuan penyakit pasien juga dalam melakukan
aktivitas. Skornya 0-5
 Karnofsky
Digunakan untuk mendiagnosis kanker terminal. Penilaiannya 100-0.
Untuk membandingkan aktivitas terapi. Untuk menilai gangguan
fungsional.
 Performa
Penampilan dari pasien yang tampak. Tingkatan atau penilaian aktivitas
pasien
 Kanker payudara
Pertumbuhan sel abnormal pada payudara jika diraba terasa nyeri dan ada
massa. Terletak di saluran duktus atau dilobus payudara

Step 2. Identifikasi Masalah

1. Mengapa ibu tidak nafsu makan?


2. Apa yang dilakukan perawat jika menemukan pasien dalam keadaan pucat
dan lemah?
3. Apa tindakan perawat di IGD dengan kondisi pasien?
4. Apa efek samping dari mastektomi?
5. Apa tindakan perawat terhadap pilihan pulang paksa dari pasien?
6. Apa indikasi dilakukannya mastektomi?
7. Mastektomi dilakukan pada stadium berapa?
8. Pengobatan alternatif apa yang dipilih pasien?
9. Kriteria hasil dari intervensi yang akan dilakukan?
10. Apa pendkes yang diberikan perawat untuk pasien dirumah?
11. Intervensi utama apa jika kita mengetahui hasil dari performa pasien
tersebut?
12. Bagaimana cara melihat hasil dari pembagian ECOG dan karnofsky pada
pasien?
13. Prinsip keperawatan yang harus dilakukan pada kasus sesuai skenario?
14. Diagnosa utama dan prognosis?

4
Step 3. Analisis Masalah

1. Karena ibu merasakan nyeri, juga ada respon mual muntah dan TTV tidak
normal.
2. Melakukan pemberian infus atau cairan intravena kemudian berikan
makanan yang kaya nutrisi jika pasien tidak mau makan tanyakan
makanan kesukaan atau makanan yang ingin dimakan nya saat ini.
3. Kondisi lemah dapat dilakukan pemberian nutrisi dengan cairan infus.
Melakukan perawatan luka pada payudara. Menuruti keinginan makanan
pasien.
4. Efek samping mastektomi: pembengkakan, hematoma, seroma, nyeri, pada
psikis harga diri rendah
5. Biasanya jika pasien ingin pulang sudah disetujui dokter sesuai keadaan pasien,
tindakan perawat pemberian pendkes tentang waktu makan obat, perawatan
mastektomi, kita memberitahu pasien obat alternatif perlu diikuti dengan
pengobatan medis. Memberitahukan konsekuensi pasien untuk memilih pulang
6. Indikasi pasien dilakukan mastektomi adalah terasa nyeri dan tidak nyaman pada
payudara, dilakukan pada stadium II atau sebelum sel kanker menyebar ke organ
lainnya.
7. Kondisi pasien masih di stadium awal atau belum menyebar ke organ lainnya.
8. Akupuntur, herbal kulit manggis, daun dewa, pengobatan china, jamur baglat dan
daun benalu yang tumbuh di batang kopi.
9. Immobilisasi, kriteria hasil: keluarga mampu melakukan perawatan pasien,
pasien mampu meningkatkan kenyamanannya. Nyeri, kriteria hasil: nyeri
berkurang. Nutrisi, kriteria hasil: mampu meningkatkan nutrisi pasien.
10. Pendkes dirumah: cara perawatan luka dirumah, nutrisi seimbang.
11. Intervensi utama:
Nyeri : kolaborasi pemberian analgesik, pemberian air hangat, teknik nafas
dalam.
Gangguan mobilitas : lakukan pembatasan aktivitas
12. Pemeriksaan ECOG : 0-5 berdasarkan tanda dan gejala nya
0 = masih bisa beraktivitas
1 = mampu beraktivitas tapi terbatas
2 = mampu melakukan perawatan sendiri
3 = mampu melakukan perawatan sendiri tapi terbatas
4 = tidak bisa beraktivitas dan perawatan
5 = tidak mampu melakukan perawatan
Pemeriksaan karnofsky 100-0
13. Mengurangi nyeri, melakukan perawatan holistik, berfokus pada pasien
dan family center care, mengurangi sesak nafas dan mengatasi kelemahan,
menghargai keputusan pasien, tidak mempercepat ataupun menunda
kematian.
14. Nyeri berhubungan dengan mastektomi, defisit pengetahuan, gangguan
mobilitas berhubungan dengan hasil ECOG dan karnofsky, resiko infeksi,

5
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan lemah dan pucat.
Prognosis pasien buruk karena payudara kanan sudah membengkak dan
pecah mengeluarkan darah dan pus.

6
Step 4. Hipotesis

Tema : Asuhan keperawatan pada pasien terminal dengan paliatif care

Ny. Yatni (48 IGD Pengkajian Hasil


v Tahun) Pemeriksaan
Penyakit
terminal
Keluhan TD 90/60 mmHg
adalah
keadaan Pembengkakan HR 100x/menit
dimana payudara (1 bulan) Suhu 30°C
pasien dalam lalu pecah dan
keadaan RR 30x/menit
mengeluakan darah
menderita
dan pus Pucat dan lemah
penyakit
dengan
stadium lanjut
yang penyakit Riwayat lalu Penilaian
utamanya Kanker payudara performa pasien
tidak bisa ↓
diobati lagi ECOG 3 atau 4
Tindakan
dan bersifat
progresif mastektomi Karnofsky < 50%
(meningkat). ↓
Pengobatan Pulang paksa
yang (pengobatan
diberikan
alternatif)
hanya bersifat
menghilangka
n gejala dan
keluhan ,
memperbaiki
kualitas hidup
dan Askep pada pasien
pengobatan Terminal dengan
penunjang paliatif care
lainnya.

Penyakit
terminal
adalah
penyakit yang
menuju ke
arah kematian
yang harapan 7
untuk hidup
tipis, tidak
ada lagi obat-
Step 5. Learning Objektif

1. Definisi hospice care, end of life care, palliatif care dan penyakit terminal
2. Klasifikasi penyakit terminal
3. Prinsip perawatan penyakit terminal
4. Tujuan paliatif care
5. Indikasi paliatif care
6. Langkah-langkah program paliatif
7. Dasar-dasar paliatif care
8. Terapi paliatif care
9. Grade ECOG
10. Pengkajian (kualitas hidup menurut WHO, pemeriksaan ECOG dan
karnofsky
11. Diagnosa dan Intervensi

Step 6. Diskusi Mandiri

Step 7. Sintesis

1. Definisi hospice care, end of life care, palliatif care dan penyakit
terminal

Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium


terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan
tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang
diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan
pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan
seperti di rumah pasien sendiri (Fitria,2010). Hospice care adalah
bentuk lain atau bagian dari palliatif care yang memberikan perawatan
berupa kenyamanan dan kasih sayang selama menjalani end of life
(Young et al, 2005).

Hospice Care adalah perawatan yang membantu pasien dengan


penyakit fatal untuk memberikan kenyamanan daripada memperpanjang
kehidupan pasien serta untuk memebrikan dukungan pada kelaurga.
Focus dari perawatan ini adalah dengan memberikan kenyamanan dan
menjaga martabat pasien serta mengurangi ketidaknyamanan pasien
menjelang akhir kehidupannya (JAMA, 2012).

End of life care yaitu keperawatan yang diberikan pada pasien


yang menjelang ajal atau kritis dengan menerapkan teori peace end of
life (Ruland & Moore, 1998 dalam Aligood & Tomey, 2014).

8
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan
cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini,
pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, social atau spiritual (World Health
Organization, 2017).

Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara


aktif pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal
akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon
terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis.
Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Wijaksono, & Rasjidi, 2008).

Penyakit terminal adalah keadaan dimana pasien dalam


keadaan menderita penyakit dengan stadium lanjut yang penyakit
utamanya tidak bisa diobati lagi dan bersifat progresif (meningkat).
Pengobatan yang diberikan hanya bersifat menghilangkan gejala dan
keluhan, memperbaiki kualitas hidup dan pengobatan penunjang
lainnya.

Penyakit terminal adalah penyakit yang menuju ke arah


kematian yang harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan
yang dapat menyembuhkan (White, 2002)

2. Klasifikasi penyakit terminal


1. Kanker
2. Demensia
3. Sklerosisi multipel
4. Penyakit Parkinson
5. Motor neurone disease
6. Serangan jantung
7. Stroke
8. Kelumpuhan supranuklear
9. Atrofi sistem multipel
10. Kegagalan organ (jantung, paru, ginjal, atau hati)

3. Prinsip perawatan paliatif

Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan merghargai


martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle 2007).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Incdonesia (KEMENKES,

9
2013) dan Aziz Witjaksono, dan Rasidi (2008) prisinsip pelayanan
perawatan paliatif yaitu:

1) Menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta


keluhan fisik lainnya,
2) Penanggulangan nyeri,
3) Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai
proses normal
4) Tidak bertujuan menpercepat atau menghambat kematian,
5) Memberikan dukungan psikologis sosial dan spiritual,
6) Memberikan dukungan agar pasen dapat hidup seaktif
mungkin,
7) Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
8) Serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarganya

4. Tujuan paliatif care


1) Meningkatkan kualitas hidup
2) Meringankan penderitaan, rasa sakit melalui identifikasi dini
pengkajian yang sempurna
3) Penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
social dan spiritual
4) Mengurangi atau menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu.
5) Membuat pasien mengerti bahwa proses hidup dan mati adalah
sesuatu yang wajar.
6) Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian.
7) Mengintegrasikann saspek psikologi dan spiritual dari perawatan
pasien.
8) Menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien hidup
seaktiv mungkin sampai saat kematian.
9) Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga agar
dapat menerima kenyataan dan menyikapi penyakit pasien secara
baik.
10) Menggunakan pendekatan kelompok untuk mengetahui kebutuhan
pasien dan keluarga, termasuk konseling.

10
5. Indikasi paliatif care
Perawatan paliatif dimulai sejak diagnosis ditegakkan atau bila
didapatkan satu atau lebih kondisi seperti berikut:
1) Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi,
2) Stres berat berhubungan dengan diagnosis atau terapi kanker,
3) Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang
diakibatkannya,
4) Permasalahan dalam pengambilan keputusan tentang yang
akan atau sedang dilakukan,
5) Pasien atau keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan
paliatif,
6) Angka harapan hidup ≤ 12 bulan,
7) Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan
terapi yang diberikan (Kemenkes RI, 2013).

Indikasi pemberian paliatif care menurut Aziz (2008) yaitu untuk


meningkatkan harapan hidup dan diberikan jika :
1) Prognosis kurang dari 1 tahun
2) Penurunan keadaan umum (ECOG> grade 3 ; Karnofsky <
50%)
3) Hiperkalsemia
4) Metastasis ke SSP
5) Efusi ganas (gagal ginjal, gagal hati atau kondisi komorbidity
yang berat).

6. Langkah-langkah program paliatif

Langkah-langkah dalam pelayanan paliatif (Kemenkes, 2013)

1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien


2. Memahami pasien dalam membuat wasiat atau keinginan
terakhir
3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial
4. Tatalaksana gejala
5. Informasi dan edukasi
6. Dukungan psikologis, kultural, dan sosial
7. Respon fase terminal
8. Pelayanan pasien fase terminal

7. Dasar-dasar paliatif care


1) Komunikasi dengan pasien dan keluarga
Kesuksesan dalam perawatn paliatif juga ditentukan
oleh komunikasi yang efektif, dimana komunikasi sendiri

11
bersifat terapeutik. Komunikasi yang baik membawa manfaat
yang nyata seperti:
a. membantu pasien dengan memberikan informasi
tentang diagnosis, prognosis, dan pengobatan pilihan
untuk merencanakan masa depan yang realistis.
b. Memperjelas prioritas pasien
c. Memungkinkan hubungan kepercayaan antara pelaya
kesehatan professional, pasien, dan keluarga
d. Mengurangi ketidakpastian dan mencegah harapan
yang tidak realistis.
2) Masa duka cita
Kehilangan adalah pengalaman manusia yang universal.
Pengalaman ini dialami dan diungkapkan dengan cara yang
berbeda-beda, menverminkan faktor-faktor seperti relasi yang
hilang , kepribadian, dan cara-cara mengatasinya.
Duka cita adalah hal multidimensi. Hal ini berdampak pada
perilaku, emosi , proses kognitif, kesehatan fisik, fungsi sosial, dan
keyakinan spiritual . Intervensi yang dapat dilakukan yaitu:
a. Akui bahwa sekarang pasien sedang dying (sekarat)
sehingga dapat membantu keluarga pasien mengatasi rasa
keterasingan setelah kematian pasien.
b. Mendorong keluarga dari pasien yang sekarat untuk
mengatakan hal-hal yang perlu dikatakan sebelum
kematian.
c. Bantu mereka dalam menghadapi perasannya.
3) Etika dalam perawatan paliatif
a. Autonomy
b. Beneficience
c. Justice
d. Non-malaficience
4) Eutanasia
Yaitu suatu keputusan untuk mengakhiri kehidupan secara
sengaja dilakukan oleh tenaga medis atau permintaan pasien
terhadap kondisinya. Berdasarkan hukum di Indonesia maka
eutanasia adalah suatu perbuatan yang melawan hukum. Hal ini
dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yaitu pada pasal
344 kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa
“ Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selam 12 tahun ”. Dari pernyataan diatas
dapat disimpulkan bahwa secara formal hukum yang berlaku di

12
negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh
siapapun.

8. Terapi paliatif care


a. Secara umum

Untuk penanganan rasa nyeri pada pasien ini dapat dibagi


menjadi 2 secara umum yaitu :

a) Penanganan farmakologis, dengan obat-obatan seperti analgesik,


antidepresan dan antikonvulsan
b) Penanganan non farmakologis, seperti terapi radiasi dan
psikologis.

Menurut WHO, penggunaan analgesik yaitu :


a) Nyeri ringan
Diberikan paracetamol 1 g tiap 4-6 jam (Maksimal 8 tablet
sehari)
b) Nyeri sedang
Diberikan paracetamol 1 gr tiap 4-6 jam (maksimal 8 tablet
sehari) + kodein 30-60mg tiap 4-6 jam atau Ibu profen 400mg
tiap 6-8 jam (atau NSAID lain) apabila tidak terdapat
kontraindikasi
c) Nyeri berat
Diberikan paracetamol 1 gr tiap 4-6 jam (maksimal 8 tablet
sehari) + Opioid yang tepat (Contoh : morfin, fentanil,
oksikodon) dan Ibu profen 400mg tiap 6-8 jam (atau NSAID
lain) apabila tidak terdapat kontraindikasi

b. Terapi

a) Nutrisi
Tujuan utama dukungan nutrisi parenteral dan enteral adalah
menyediakan kalori nonprotein dan protein yang cukup untuk
mencgah katabolisme lebih lanjut dan mempromosikan protein
akrual. Pada pasien kanker yang sering menderita anoreksia, mual,
obstruksi orafaringeal, atau gangguan system saraf pusat dapat
diberikan melalui tuba. Tuba nasogastric dan lentur dapat
ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar pasien.
b) Terapi oksigen
Pengobatan dengan memberikan pasien ekstraoksigen, gas
yang dibutuhkan tubuh pasien untuk dapat bekerja dengan baik. Ada
banyak bukti yang menunjukan bahwa oksigen adalah penghalang

13
utama untuk pembentukan dan kelangsunagan sel-sel kanker dalam
tubuh dan banyak ilmuan terkemuka dan peneliti
mempertimbangkan pengembangan berbasis terapi oksigen sebagai
kunci utana pengobatan kanker
c) Radioterapi
Radioterapi daalm perawatan paliatif adalah penaganan
radiasi yang diberikan untuk indikasi paliasi, dengan hasil perbaikan
gejala dan mengurangi penderitaan
d) Kemoterapi
Suatu medikasi anti kanker pada kasus keganasan yang tidak
dapat tertangan. Kemoterapi dapat digunakan sebagia ajuvan,
kuratif, atau penanganan paliatif tergantung dari tipe dan stadium
keganasan . dalam penaganannya efek kemoterapi dinyatakan
sebagai respon rate. Respon rate secara primer menandakan
pengukuran obyektif terhadap perubahan ukuran tumor dan
metastase dan masker serologis terstruktur dari aktivasi tumor.
e) Pembedahan
Pembedahan bertahan sebagai menejemen kuratif pada
kebanyakan tumor solid. Namun banyak ahli bedah yang menemui
sebagian besar pasien datang dengan keganasan stadium lanjut atau
dengan permasalahan rekuren terkait pembedahan.
f) Psikoterapi
Berfungsi efektif sebagai pendekatan untuk memahami
konflik psikologis dan gejala-gejala psikiatrik pasien kanker serta
berguna dalam perencanaan intervensi psikologis.

9. Grade ECOG

Grade ECOG
ECOG Performance Status Scale

Tingkat status ECOG


Mampu beraktivitas penuh, mampu melanjutkan semua
0
aktivitasnya tanpa batasan.
Adanya batasan fisik terhadap aktivitas berat, tetapi dapat berjalan
1 dan mampu untuk melaksanakan pekerjaan ringan atau menetap.
Seperti mampu melakukan pekerjaan rumah, pekerjaan kantor.
Mampu melakukan semua terkait merawat diri tetapi tidak mampu
2 untuk melaksanakan berbagai aktivitas kerja dan lebih dari 50%
waktu untuk bangun.
Hanya mampu melakukan perawatan diri yang terbatas.
3
Aktivitasnya terbatas di tempat tidur atau kursi lebih dari 50%

14
waktu bangun

Sama sekali tidak mampu. Tidak dapat melakukan perawatan diri


4
sama sekali, sepenuhnya di tempat tidur atau di kursi.

5
Kematiaan

10. Pengkajian
a. Quality Of Live WHO
Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri,
karena sifatnya sangat spesifik, dan bersifat abstrak, sulit di ukur.
Namun mengingat bahwa tujuan utama dari terapi paliatif adalah
peningkatan kualitas hidup pasien, maka tenaga medis harus
mampu menyikapi, bagaimana kualitas hiduo yang diinginkan oleh
penderita dan bagaimana cara meraih dan mencapainya.
Jennifer J. Clinch dan Harvey Schipper memberikan 10
dimensi kualitas hidup yang mendekati parameter untuk
pengukuran objektif sebagai pedoman, meliputi:
a. Kondisi fisik (gejala)
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Kesejahteraan emosi
e. Spiritual
f. Fungsi sosial
g. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
h. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
i. Seksualitas (termasuk “body image”)
j. Fungsi okupasi

WHO telah menginisasi sebuah proyek bernama World


Health Organization Quality of Life (WHOQOL) pada tahun 1991,
yang berstandarisasi secara internasional. WHOQOL mengukur
persepsi seseorang dalam konteks budaya, sistem nilai, tujuan
hidup, standar, dan pertimbangan mereka. Instrumen ini telah di
kembangkan dan diuji lapang secara mendunia.

WHOQOL-BREF terdiri dari 286 pertanyaan mengenai


kesehatan fisik, kesehatan biologis, hubungan sosial, dan
lingkungan berikut adalah lembar pemeriksaan kualitas hidup
dengan metode WHOQOL-BREF.

15
Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap
kualitas hidup, kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya
akan membecakan setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan
dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda
paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan
anda berikan terhadap pertanyaan yang diverikan, pikiran pertama
yang akan muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban
yang terbaik.

Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup,


harapan, kesenangan dan perhatian anda. Kami akan bertanya apa
yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu
terakhir.

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat baik


buruk biasa
saja
1 Bagaimana 1 2 3 4 5
. menurut anda
kualitas
hidup anda?

Sangat Tdk Biasa- Memuas Sangat


tdk memuas biasa kan memuaskan
memuas kan saja
kan
2 Seberapa 1 2 3 4 5
. puas anda
terhadap
kesehatan
anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah


mengalami hal-hal berikut ini:

Tdk Sedikit Dlm Sangat Dlm


sama jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebihan
3. Seberapa jauh 5 4 3 2 1
rasa sakit fisik
anda mencegah
anda dalam
beraktivitas
sesuai kebutuhan
anda?

16
4. Seberapa sering 5 4 3 2 1
anda
membutuhkan
terapi medis
untuk dapat
berfungsi dalam
kehidupan
sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
anda menikmati
hidup anda?
6. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
anda merasa
hidup anda
berarti?
7. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
anda mampu
berkonsentrasi?
8. Secara umum, 1 2 3 4 5
seberapa aman
anda rasakan
dalam kehidupan
sehari-hari?
9. Seberapa sehat 1 2 3 4 5
lingkungan
dimana anda
tinggal
(berkaitan dgn
sarana dan
prasarana)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda


alami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir?

Tdk Sediki Sedang Sering Sepenuh


sama t kali nya
sekali dialami
10. Apakah anda 1 2 3 4 5
memiliki vitalitas
yang cukup untuk
beraktivitas sehari-
hari?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima
penampilan tubuh
anda?
12. Apakah anda 1 2 3 4 5

17
memiliki cukup
uang untuk
memenuhi kebutan
anda?
13. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
ketersediaan
informasi bagi
kehidupan anda
dari hari ke hari?
14. Seberapa sering 1 2 3 4 5
anda memiliki
kesempatan untuk
bersenang-senang/
rekreasi?

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa saja baik
15. Seberapa baik 1 2 3 4 5
kemampuan anda
dalam bergau?

Sangat Tdk Biasa- Me Sangat


tdk memuas biasa mua memuas
memuas kan saja skan kan
kan
16. Seberapa puaskan 1 2 3 4 5
anda dengan tidur
anda?
17. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kemampuan anda
untuk
menampilkan
aktivitas kehidupan
anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kemampuan anda
untuk bekerja?
19. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda terhadap diri
anda?
20. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan

18
hubungan personal/
sosial anda?
21. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kehidupan seksual
anda?
22. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dnegan
dukungan yang
diperoleh dari
teman anda?
23. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kondisi tempat
anda tinggal saat
ini?
24. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan akses
anda pada layanan
kesehatan?
25. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
transportasi yang
harus anda jalani?

Pertanyan berikut merujuk pada seberapa sering anda


merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu
terakhir.

Tidak Jarang Cukup Sangat Selalu


pernah sering sering
26. Seberapa sering anda 5 4 3 2 1
memiliki perasaan
negatif seperti “
feeling blue”
(kesepian), putus asa,
cemas dan depresi?

Komentar pewawancara tentang penilaian ini?

19
[Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai]

Equations Raw score Transformed scores*


for
computing 4-20 0-100
domain
scores
27. Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + a. = b: c:
Q15 + Q16 + Q17 + Q18
+++++
+
28. Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 a. = b: c:
+ (6-Q26)
+++++
29. Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 a. = b: c:
++
30. Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + a. = b: c:
Q14 + Q23 + Q24 + Q25
+++++
++

b. Pemeriksaan ECOG dan Karnofsky

Dalam dunia keperawatan status kinerja adalah upaya untuk


mengukur kesehatan dan aktivitas umum pasien kanker sehari-hari.
Pengukuran ini digunakan untuk menentukan apakah mereka dapat
menerima kemoterapi, apakah penyesuaian dosis diperlukan, dan
sebagai ukuran untuk intensitas perawatan paliatif yang diperlukan. Ini
juga digunakan dalam uji coba terkontrol acak onkologi sebagai ukuran
kualitas hidup. Ada berbagai sistem penilaian, yang paling umum
digunakan adalah skor Karnofsky dan Eastern Cooperative Oncology
Group (ECOG) yang terakhir digunakan dalam publikasi oleh WHO.
Peringkat Skor Karnofsky (KPS) berjalan dari 0 ke 100, di
mana 100 adalah "sempurna" kesehatan dan 0 adalah kematian. Praktisi
kadang-kadang menetapkan skor kinerja di antara interval standar 10.
Sistem penilaian ini dinamai Dr. David A. Karnofsky, yang
menggambarkan skala dengan Dr. Walter H. Abelmann, Dr. Lloyd F.
Craver, dan Dr. Joseph H. Burchenal pada tahun 1948. Tujuan utama
pengembangannya adalah untuk memungkinkan perawat untuk
mengevaluasi kemampuan pasien untuk bertahan hidup kemoterapi
untuk kanker.
Skor Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)
(diterbitkan oleh Oken et al. Pada tahun 1982), juga disebut skor WHO
atau Zubrod (setelah C. Gordon Zubrod), berjalan dari 0 hingga 5,

20
dengan 0 menunjukkan kesehatan yang sempurna dan 5 kematian
keuntungan atas skala Karnofsky terletak pada kesederhanaannya.
Tabel 1. Skala pengukuran ECOG dan Karnofsky
Status Karnofsky Skala Skala Status ECOG
Karnofsky ECOG
Normal, Tidak ada 100 0 Aktif penuh, mampu
keluhan menjalankan semua
kinerja pra-penyakit tanpa
pembatasan
Mampu melakukan
kegiatan normal.
Tanda-tanda kecil 90 1 Dibatasi dalam aktivitas
atau timbul gejala fisik yang berat tetapi bisa
penyakit berjalan dan mampu
melakukan pekerjaan yang
ringan atau tidak aktif,
misalnya, pekerjaan
ringan, pekerjaan kantor
Dapat braktifitas 80 1 Dibatasi dalam aktivitas
normal dengan fisik yang berat tetapi bisa
usaha sendiri berjalan dan mampu
melakukan pekerjaan yang
ringan atau tidak aktif,
misalnya, pekerjaan
ringan, pekerjaan kantor
Peduli diri sendiri. 70 2 Ambulatif dan mampu
Tidak dapat melakukan semua
melakukan perawatan diri tetapi tidak
aktivitas normal dapat melakukan aktivitas
atau melakukan kerja apa pun. Naik dan
pekerjaan aktif sekitar lebih dari 50% jam
bangun
Membutuhkan 60 2 Ambulatif dan mampu
bantuan sesekali, melakukan semua
tetapi mampu perawatan diri tetapi tidak
merawat sebagian dapat melakukan aktivitas
besar kerja apa pun. Naik dan
kebutuhannya sekitar lebih dari 50% jam
bangun
Membutuhkan 50 3 Mampu melakukan
banyak bantuan perawatan diri namun
dan perawatan terbatas, terbatas pada

21
medis yang sering tempat tidur atau kursi
lebih dari 50% jam bangun
Cacat. 40 3 Mampu melakukan
Membutuhkan perawatan diri namun
perawatan dan terbatas, terbatas pada
bantuan khusus tempat tidur atau kursi
lebih dari 50% jam bangun
Sangat cacat. 30 4 Sepenuhnya
Rawat inap yang dinonaktifkan. Tidak bisa
diindikasikan melakukan perawatan
melalui kematian sendiri. Benar-benar
tidak akan terjadi terbatas pada tempat tidur
atau kursi
Sangat sakit. Rawat 20 4 Sepenuhnya
inap diperlukan. dinonaktifkan. Tidak bisa
Perawatan suportif melakukan perawatan
aktif diperlukan sendiri. Benar-benar
terbatas pada tempat tidur
atau kursi
Hampir mati atau 10 4 Sepenuhnya
sekaarat dinonaktifkan. Tidak bisa
melakukan perawatan
sendiri. Benar-benar
terbatas pada tempat tidur
atau kursi
Kematian 0 5 Kematian

11. Diagnosa dan Intervensi

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri kronis a. NOC Pain Management
b.d  Pain Level, 1) Lakukan pengkajian nyeri
ketidakmampu  Pain control, secara komprehensif
an fisik-  Comfort level termasuk lokasi,
psikososial Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
kronis  Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
(metastase nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
kanker, injuri nyeri, mampu tehnik 2) Observasi reaksi nonverbal
neurologis, menggunakan dari ketidaknyamanan
artritis) nonfarmakologi 3) Gunakan teknik komunikasi

22
untuk mengurangi terapeutik untuk mengetahui
nyeri, mencari pengalaman nyeri pasien
bantuan). Kaji kultur yang
 Melaporkan bahwa mempengaruhi respon nyeri
nyeri berkurang 4) Evaluasi pengalaman nyeri
dengan masa lampau
menggunakan 5) Evaluasi bersama pasien dan
manajemen nyeri tim kesehatan lain tentang
Mampu mengenali ketidakefektifan kontrol
nyeri (skala, nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi 6) Bantu pasien dan keluarga
dan tanda nyeri) untuk mencari an
 Menyatakan rasa menemukan dukungan ntrol
nyaman setelah nyeri lingkungan yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
7) Kurangi faktor presipitasi
nyeri
8) Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
9) Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
10) Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
11) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
12) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
13) Tingkatkan istirahat
14) Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan

23
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2) Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5) Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6) Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7) Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8) Monitor vital sign sebelum
dan sesudah
2. Gangguan  Pasien mampu 1) Memantau tingkat
menelan nyeri mengontrol mual & kesadaran, refleks bauk,
epigastric, muntah refleks muntah, dan
nyeri ulu hati,  Pasien dapat kemampuan menelan
anoreksia mentoleransi ingesti 2) Memonitor status paru,
makanan tanpa menjaga/ mempertahankan
tersedak atau aspirasi jalan nafas
3) Posisi tegak 90 derajat atau
sejauh mungkin
4) Hindari cairan atau
menggunakan zat pengental
5) Penawaran makanan atau
cairan yang dapat ibentuk
menjadi bolus sebelum
menelan
6) Potong makanan menjadi
potongan-potongan kecil
7) Istirahat atau
menghancurkan pil sebelum
pemberian
8) Jauhkan kepala tempat tidur
sitinggikan 30 sampai 45

24
menit setelah makan
3. Ketidakefektif  Mendemostrasikan Airway Management
an pola nafas batuk efektif dan suara 1) Buka jalan nafas, gunakan
b.d penurunan nafas yang bersih, tidak teknik chin lift atau jaw
energy dan ada sianosis dan thrust bila perlu
keletihan. dypsnue (mampu 2) Posisikan pasien untuk
mengeluarkan sputum, memaksimalkan ventilasi
mampu bernafas 3) Identifikasi pasien perlunya
dengan mudah, tidak pemasangan alat jalan nafas
ada pursed lips) buatan
 Menunjukkan jalan 4) Berikan bronkodilator bila
nafas yang paten (klien perlu
tidak merasa tercekik, 5) Monitor respirasi dan status
irama nafas, frekuensi O2
pernafasan dalam Oxygen Therapy
rentang normal, tidak 1) Pertahankan posisi pasien
ada suara nafas 2) Monitor aliran oksigen
abnormal) 3) Monitor adanya kecemasan
 Tanda-tanda vital pasien terhadap oksigenasi
dalam rentang normal 4) Observasi adanya tanda-
(tekanan darah, nadi, tanda hipoventilasi
pernafasan). Vital Sign Monitoring
1) Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2) Catat adanya fluktasi
tekanan darah
3) Monitor sianosis perifer
4) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
4. Gangguan  Mendemonstrasikan 1) Posisikan pasien untuk
pertukaran gas peningkatan ventilasi memaksimalkan ventilasi
b.d luka dan oksigenasi yang 2) Identifikasi pasien perlunya
adekuat jalan nafas buatan
mastektomi
 Memelihara kebersihan 3) Lakukan fisioterapi dada
pada bagian bila perlu
paru-paru dan bebas
dada dari tanda-tanda 4) Keluarkan sekret dengan
distress pernafasan batuk atau suction
 Mendemonstrasikan 5) Auskutasi suara nafa, catat
batu efektif dan suara adanya suara tambahan
nafas yang bersih, tidak 6) Atur intake untuk cairan
ada sianosis dan mengoptimalkan
dyspnoe keseimbangan
 Tanda-tanda vital 7) Monitor respirasi dan status

25
dalam rentang normal O2
5. Intoleransi  Berpartisipasi dalam 1) Kolaborasi dengan tenaga
aktivitas b.d aktivitas fisik tanpa rehabilitasi medic dalam
kelemahan disertai peningkatan merencanakan program
fisik tekanan darah, nadi dan terapi yang tepat.
RR. 2) Bantu untuk
 Tanda-tanda vital mengidentifikasi aktivitas
normal yang mampu dilakukan.
 Sirkulasi status baik 3) Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial.
4) Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai.
5) Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang.
6. Ansietas b.d  Klien mampu 1) Gunakan pendekatan yang
perubahan mengidentifikasi dan menenagkan
dalam status mengungapkan gejala 2) Pahami prespektif pasien
kesehatan cemas dalam situasi stress
 Mengidentifikasi, 3) Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
menunjukkan teknik mengurangi ketakutan
untuk mengtrol cemas 4) Dengarkan dengan penuh
 Vital sign dalam batas perhatian
normal 5) Identifkasi tingkat
 Postur tubuh, ekspresi kecemasan
wajah, bahasa tubuh 6) Bantu pasien mengenal
dan tingkat aktivitas situasi yang menimbulkan
menunjukkan kecemasan
berkurangnya 7) Dorong pasien untuk
kecemasan mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
8) Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
7. Resiko  Perdarahan tidak 1) Pantau tanda dan gejala
Perdarahan b.d terjadi perdarahan pada luka
proses  Nilai hemoglobin >10 2) Pantau nilai hasil
pembedahan gr/dl laboratorium (hemoglobin
dan hematokrit)

26
3) Lakukan perawatan luka
secara hati-hati dengan
menekan daerah luka
dengan kasa steril dan
tutuplah dengan teknik
aseptik basah-kering atau
sesuai dengan indikasi.
4) Pantau keadaan umum
secara klinis
5) Kolaborasi untuk transfusi
bila terjadi perdarahan (Hb
<10 gr/dl)
8. Ketidakseimba  Mempertahankan 1) Monitor vital sign
ngan cairan b.d urine output sesuai 2) Kolaborasi pemberian
asupan nutrisi
dengan usia dan bb, cairan iv
tidak ade kuat
bj, urine normal, ht 3) Monitor tanda adanya
normal gagal ginjal
 Tekanan darah, nadi, 4) Monitor intek dan output
suhu tubuh dalam cairan
batas normal 5) Kolaborasi dokter jika
 Elastisitas turgor kulit tanda cairan berlebih
baik membrane muncul memburuk
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
9. Defisiensi  Pasien dan keluarga 1) Berikan penilaian tentang
pengetahuan menyatakan tingkat pengetahuan pasien
b.d pemahaman tentang tentang proses penyakit
keterbatasan penyakit, kondisi, yang spesufik.
kognitif. prognosis, dan 2) Gambarkan tanda dan
program pengobatan. gejala yang biasa muncul
 Pasien dan keluarga pada penyakit, dengan cara
mampu melaksanakan yang tepat.
prosedur yang 3) Gambarkan proses
dijepaskan secara penyakit, dengan cara yang
benar. tepat.
 Pasien dan keluarga 4) Idrntifikasi kemungkinan
penyebab dengan cara yang

27
mampu menjelaskan tepat.
kembali apa yang 5) Sediakan informasi pada
dijelaskan perawat/ pasuen tentang kondisi
tim kesehatan lainnya. dengan cara yang tepat.
6) Hindari jaminan yang
kososng.
7) Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat.
8) Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
9) Dukung pasien untuk
mengeplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10) Intruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
10. Ketidakberday  Setelah dilakukan 1) Bantu pasien untuk
aan b.d asuhan keperawatan menguraikan perasaan
ketidakmampu 3x24 jam diharapkan ketidakberdayaannya
an pasien menunjukkan 2) Bantu pasien untuk
mengerjakan gambaran harga diri menyusun perencanaan
aktivitas fisik positif, terkait harapan dalam
 Pasien dapat hidupnya
mengontrol perasan 3) Bantu pasien
ketidakberdayaannya mengembangkan
spritualnya
4) Fasilitasi lingkungan yang
mendukungnya dalam
melakukan keagamaan
5) Ajarkan latihan berfikir
positif
6) Libatkan pasien secara aktif
dalam keperawatan mandiri
1) Monitoring vital sign
11. Hambatan  Klien meningkat sebelum/sesudah latihan

28
mobilitas fisik dalam aktivitas fisik dan lihat respon pasien saat
b.d kondisi latihan.
lemah dan  Mengerti tujuan dari
tidak makan peningkatan mobilitas 2) Konsultasikan fisik tentang
rencana ambulasi sesuai
 Memverbalisasikan dengan kebutuhan
perasaan dalam
meningkatkan 3) Bantu klien untuk
kekuatan dan menggunakan tongkat saut
kemampuan berjalan dan cegah terhadap
berpindah cedera

 Memperagakan 4) Ajarkan pasien kesehatan


penggunaan alat lain tentang teknik ambulasi
bantu untuk
mobilisasi (walker) 5) Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi

6) Latih pasien datam


pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan

7) Dampingi dan bantu pasien


saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs

8) Berikan alat bantu jika klien


memerlukan

9) Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
12. Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1) Monitor temperature setiap
Peningkatan tindakan keperawatan 2 jam sekali jika diperlukan
suhu tubuh diharapkan suhu tubuh 2) Monitor perubahan
diatas rentang pasien dalam rentang temperature sampai stabil
normal akibat normal, dengan kriteria 3) Monitor tekanan darah,
penyakit hasil: nadi, dan penafasan jika
 Suhu tubuh dalam diperlukan
rentang normal 4) Monitor warna kulit dan
 Tidak terasa sakit suhunya

29
pada otot 5) Gunakan selimut tipis jika
 Tidak tampak diperlukan
perubahan warna kulit 6) Kolaborasikan dengan
 Nadi dalam rentang dokter untuk obat
normal antipiuretik yang
 Respirasi dalam dibutuhkan
rentang normal
13. Konstipasi b.d  Mempertahankan 1) Monitor tanda dan gejala
penyakit bentuk feses lunak konstipasi
terminal, setiap 1-3 hari 2) Monitor bising usus
kurang nutrisi,  Bebas dari 3) Monitor feses: frekuensi,
dehidrasi, ketidaknyamanan dan konstipasi dan volume
obat-obatan. konstipasi 4) Dukung intake cairan
 Mengidentifikasi 5) Kolaborasikan pemberian
indicator untuk laksatif
mencegah konstipasi 6) Pantau tanda-tanda dan
 Feses lunak dan gejaa konstipasi
berbentuk. 7) Anjurkan pasien/keluarga.
14. Keputusasaan  Mengungkapkan 1) Bantu pasien
b.d kondisi harapan tentang masa mengidentifikasi dan
fisik yang depan, mengungkapkan
semakin mengungkapkan perasaannya
memburuk tujuan dan makna 2) Dengankan pasien dengan
hidup seksama dan perlakukan
pasien sebagai seorang
individu
3) Tunjukan sikap empati
agara pasien bersdeia
mengutarakan keraguan,
ketakutan dan
kekhawatirannya
4) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi hal-hal
menyenangkan
5) Bantu pasien memahami
bahwa ia pribadi mampu
mengatasi aspek
keputusasaan dalam
hidupnya dengan
memisahkan aspek tersebut
dari aspek penuh harapan.

30
15. Distress  Mampu mengontrol 1) Mendorong individu untuk
spiritual b.d tingkat depresi dan meninjau kehidupan masa
ketidakmampu level stress lalu dan focus pada
an dalam  Menerima atau peristiwa dan hubungan
menghadapi kesiapan menghadapi kekuatan spiritual dan
kematian kematian dukungan
 Penerimaan terhadap 2) Perlakukan individu dengan
status kesehatan bermartabat dan hormat
3) Mendorong partisipasi
dalam interaksi dengan
anggota keluarga, teman,
dll.
4) Menyediakan privasi dan
cukup waktu untuk kegiatan
spiritual
5) Jadilah terbuka untuk
perasaan individu tentang
penyakit dan kematian
6) Yakinkan individu bahwa
perawat akan bersedia
mendukung individu dalam
saat-saat penderitaan.
16. Kerusakan  Integritas kulit yang 1) Anjurkan pasien untuk
integritas kulit baik bisa menggunakan pakaian yang
b.d dipertahankan longgar
pembengkakan (sensasi, elastisitas, 2) Hindari kerutan pada
payudara temperature,hidarsi, tempat tidur
ditandai pigmentasi) 3) Jaga kebersihan kulit agar
dengan adanya  Perfusi jaringan baik tetap bersih dan kering
darah dan pus.  Menunjukkan 4) Mobilisasi pasien (ubah
pemahaman dalam posisi pasien) setiap 2 jam
proses perbaikan kulit sekali
dan menvegah 5) Monitor status nutrisi
terjadinya cedera pasien
berulang 6) Membersihkan area sekitar
 Mampu melindungi jahitan atau daerah luka
kulit dan 7) Monitor proses kesembuhan
mempertahankan area insisi
kelembaban kulit 8) Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
sesuai program

31
17. Resiko infeksi  Klien bebas dari tanda 1) Bersihkan lingkungan
b.d luka dan gejala infeksi setelah dipakai pasien lain
ditandai  Mendeskripsikan 2) Pertahankan teknik isolasi
dengan proses penularan 3) Batasi pengunjung bila
keluarnya penyakit, faktor yang perlu
darah dan pus mempengaruhi 4) Intruksikan pada
penularan serta pengunjung untuk mencuci
penatalaksanaanya tangan saat berkunjung dan
 Menunjukkan setelah berkunjung
kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya 5) Gunakan sabun antimikroba
infeksi untuk cuci tangan
 Jumlah leukosit 6) Cuci tangan setiap sebelum
dalam batas normal dansesudah tindakan
 Menunjukkan keperawatan
perilaku hidup sehat 7) Gunakan baju, sarung
tangan sebagai pelindung
8) Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9) Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10) Tingkatkan intake
nutrisi
11) Berikan terapi
antibiotik bila perlu
infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
12) Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
13) Monitor kerentanan
terhadap infeksi
14) Dorong masukan cairan
15) Dorong istirahat
16) Intruksikan pasien
untum meminum antibiotik
sesuai resep
17) Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala

32
infeksi
18) Ajarkan cara
menghindari infeksi
19) Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Keletihan b.d  Memverbalisasikan 1) Observasi adanya
perkembangan peningkatan energy pembatasan klien dalam
penyakit dan merasa lebih melakukan aktivitas.
baik. 2) Kaji adanya faktor
 Menjelaskan penyebab kelelahan.
penggunaan energy 3) Monitor nutrisi dan sumber
untuk mengatasi energy yang adekuat
kelelahan 4) Bantu aktivitas sehari-hari
 Kecemasan menurun sesuai kebutuhan
 Glukosa darah 5) Konsultasi dengan ahli gizi
adekuat untuk meningkatkan asupan
 Kualitas hidup makanan yang berenergi
meningkat tinggi.
 Istirahat cukup
 Mempertahankan
kemampuan untuk
berkonsentrasi
19. Gangguan citra  Body image positif 1) Kaji secara verbal dan non
tubuh b.d  Mampu verbal respon klien terhadap
perubahan mengidentifikasi tubuhnya
pada bentuk kekuatan personal 2) Monitor frekuensi
tubuh karena  Mendeskripsikan mengkritik dirinya
proses secara factual 3) Jelaskan tentang
penyakit perubahan fungsi pengobatan, perawatan,
(mamae tubuh kemajuan dan prognosis
asimetris)  Mempertahankan penyakit
interaksi sosial 4) Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
5) Membant pasien untuk
menemukan penerimaan
diri
6) Memfasilitasi lingkungan
dan kegiatan yang akan
meningkatkan harga diri
20. Berduka b.d  Mampu melalui proses 1) Dorong pasien

33
penyakit berduka secara normal mengungkapkan perasaan
terminal dan dan sehat duka
kematian yang 2) Tingkatkan kesadaran
dihadapi pasien secara bertahap
mengenai kesiapan mental
3) Dengarkan pasien dengan
penuh perhatian
4) Beri dukungan nonverbal :
memegang tangan,
menepuk bahu
5) Bantu pasien
mengidentifikasi dukungan
positif yang terkait dengan
kenyataan
6) Beri kesempatan pasien
mengungkapkan
perasaannya bila perlu
biarkan ia menangis sambil
tetap didampingi

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif pada pasien dengan penyakit terminal adalah
pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa
dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, social atau spiritual (World Health Organization,
2017). Pasien dengan penyakit terminal akan mendapatkan perawatan paliatif
dan diberikan perawatan end of life care dan hospice care.
Hospice Care adalah perawatan yang membantu pasien dengan penyakit
fatal untuk memberikan kenyamanan daripada memperpanjang kehidupan
pasien serta untuk memebrikan dukungan pada kelaurga. Focus dari perawatan
ini adalah dengan memberikan kenyamanan dan menjaga martabat pasien serta
mengurangi ketidaknyamanan pasien menjelang akhir kehidupannya (JAMA,
2012).
End of life care adalah keperawatan yang diberikan pada pasien yang
menjelang ajal atau kritis dengan menerapkan teori peace end of life (Ruland &
Moore, 1998 dalam Aligood & Tomey, 2014).
Oleh karena itu, pada pasien dengan penyakit terminal perlu diberikan
perawatan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidupnya, meningkatkan
kenyamanan dan dapat hidup dengan tenang dan damai hingga akhir hayatnya.

B. Saran
Diharapkan para tenaga kesehatan baik yang di bidang pendidikan
maupun dilapangan secara langsung mampu melakukan dan menerapkan
proses keperawatan pada klien penyakit terminal dengan melakukan perawatan
paliatif sesuai dengan disiplin ilmu teori maupun praktik klinik secara
komprehensif dan berdasarkan evidence base.
Diharapkan para tenaga kesehatan dimanapun dan kapanpun selalu bisa
menjalian komunikasi dan koordinasi yang baik dengan klien, keluarga dan tim
medis lainnya demi tercapainya asuhan keperawatan yang berkualitas dan
dapatdipertanggungjawabkan.

35
Daftar Pustaka
Anita. 2016. Perawatan paliatif dan kualitas hidup penderita kanker. Jurnal
Kesehatan, VII, 508-513. Diperoleh 9 Desember 2018 dari
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/237/223

Anonim. 2017. Compassion in Dying Supporting Your Choices. Diakses dari


https://compassioindying.org.uk/wp/wp-content/uploads/2017/11/What-now-
Question-to-ask-after-a-terminal-diagnosis-WEB.pdf

Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H. I. (2008). Panduan Pelayanan Medik :
Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal.
Jakarta : EGC.

C. Debra., R.Douglas., 2009. Form Manual: Appendix L-Karnofsky dan ECOG ,


National Marrow Donor Program.
Cheville, A. L. 2017. Physical Medicine And Rehabilitation Clinic Of North
America: Adjuctive Rehabilitation Approaches To Oncology. USA: EL SEVIER
Fitria, C., N. (2010). Palliative Care pada Penderita Penyakit Terminal. GASTER.
Vol.7, No. 1. Surakarta: Akper Pku Muhammadiyah Surakarta

Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction

KEMENKES RI. (2013). Profil Kesehatan Indonsia Tahun 2015. Jakarta: Depkes.

World Health Organization. (2017). Definition of Palliative Care.


http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/ diakses tanggal 15 Desember
2018
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 812/Menkes/SK/VII/2007

Matzo, Marianne dan Sherman, Deborah witt. 2010. Quality Care to the End of
Life. New York: Publishing Company

36
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis:Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jogjakarta :
Mediaction

Ose, Maria I,. Ratnawati, R. & Lestari, R. (November, 2016) Studi Fenomenologi
Pengalaman Perawat Instalasi Gawat Darurat Dalam Merawat Pasien Terlantar
Pada Fase End Of Life Di Rsud Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 4(2). Di unduh dari https://media.neliti.com/.../99315-ID-perbedaan-
survival-pasien-rujukan-dan-no.pdf

Rasjidi, I. (2010). Perawatan paliatif Suportif & bebas nyeri pada kanker. Malang:
CV Agung Seto

Torpy, Janet.M,, Burke, A., & Golub, R. M. (2012). Hospice Care. Journal of the
American Medical Association. Vol. 308, No. 2. Amerika : American Medical
Association
file:///D:/Data%20Penting/File%20KULIAH/A%202016%202/5th%20Semester/Pa
liative%20Care%20in%20Nursing/jpg120041_200_200.pdf

White, PG. (2002). World hospice palliative care the loss of child day, pediatric
heart network.

Yafie.A., dkk. Sakit menguatkan iman. Gema insani

Young, M., Koopsen, C., & Farb, D. 2005. End Of Life Care Issues Guidebook.
USA: University of Health Care

37

Anda mungkin juga menyukai