Oktariansyah NIM : PO71200190024 Tingkat : II B Dosen Pengampu : Dony Yusra Pebriyanto, S.H,M.H
Sejarah Perdebatan Perumusan Pancasila
Pembentukan Pancasila berawal dari niatan para tokoh bangsa untuk memiliki dasar negara. Hingga akhirnya pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945, BPUPKI mengadakan sidang untuk membahas dasar negara tersebut. Ada empat tokoh bangsa yang turut menyumbangkan pemikiran untuk merumuskan dasar negara. Keempat tokoh tersebut adalah Radjiman Wediodiningrat, M. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Keempat tokoh tersebut menyampaikan gagasan mereka dalam sidang yang digelar BPUPKI. Hingga tiba akhirnya pada tanggal 1 Juni, Soekarno mendapat giliran menyampaikan pemikirannya terkait dasar negara Indonesia yang ia beri nama 'Pancasila'. Di hadapan sekitar 65 anggota sidang BPUPKI saat itu, Soekarno menawarkan lima sila kehidupan yang mencerminkan Indonesia. Kelima sila tersebut adalah Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan. Usulan Soekarno tersebut kemudian ditanggapi secara serius oleh seluruh peserta sidang. Mereka lalu membentuk Panitia Sembilan untuk merumuskan kembali Pancasila yang dicetuskan oleh Soekarno dalam pidatonya. Setelah melalui proses perumusan ulang dengan serangkaian perdebatan, akhirnya Pancasila berhasil dirumuskan dan dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya, rumusan tersebut dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI. Pada rumusan Pancasila pertama sebelum ditetapkan, sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” mendapatkan protes dari sejumlah kalangan. Keberatan tersebut datang dari Indonesia bagian timur yang mayoritas penduduknya adah non-muslim. Menanggapi hal tersebut, Mohammad Hatta pun mengusulkan untuk mengubah sila pertama menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Usulan ini akhirnya diterima oleh semua pihak dan rumusan Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia. Selain rumusan sila pertama, penentuan resmi Hari Lahir Pancasila juga pernah dibumbui dengan perbedaan pendapat. Dikutip dari laman resmi Kemendagri, penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sempat diperdebatkan di era kepemimpinan Presiden Soeharto. Bahkan, peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila kala itu sempat dilarang oleh pemerintah. Kemudian setelah reformasi 1998, muncul banyak gugatan tentang Hari Lahir Pancasila yang sebenarnya. Setidaknya, ada tiga tanggal lahirnya Pancasila yang diperdebatkan, yakni 1 Juni, 22 Juni, dan 18 Agustus 1945. Pada akhirnya, tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila. Itu karena pada tanggal tersebut rumusan Pancasila pertama kali disampaikan oleh Soerkarno dalam pidatonya. Kini, tanggal 1 Juni juga telah resmi ditetapkan menjadi Hari Lahir Pancasila melalui Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2016 oleh Presiden Joko Widodo. Dengan begitu, tanggal 1 Juni juga ditetapkan sebagai hari libur nasional.
TANGGAPAN SAYA SEBAGAI MAHASISWA
Menurut pendapat saya, perumusan pancasila yang mengalami perdebatan adalah hal wajar. Banyak dari antar kalangan maupun golongan yang mempunyai pikiran yang berbeda dalam mencetuskan rumusan pancasila. Akan tetapi, semua tujuan itu sama yaitu untuk bangsa dan negara memiliki dasar negara. Sehingga terjadinya sidang untuk perumusan pancasila yang mendapatkan hasil bahwa rumusan sila pertama di ubah menjadi sesuai yang di sepakati. Dari awal sebelum berubah sila pertama berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dan setelah diubah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Demikian tanggapan dari saya selaku sebagai mahasiswa.