Anda di halaman 1dari 273

Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara - Pancasila

adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Lima
sendi utama (Sila) penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke 4 Preambule
(Pembukaan) UUD1 945.

Pancasila Sebagai Sejarah

Pancasila sebagai Sejarah - Sejarah pembentukan pancasila erat kaitannya dengan


Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini
Belanda dan jepang.
Penjajahan Belanda usai pada 8 Maret 1942, Sejak itu Indonesia diduduki oleh Jepang.
Namun Jepang tidak lama melakukan pendudukan di Indonesia. Karena Sejak tahun
1944, tentara Jepang mulai kesulitan dalam menghadapi tentara Sekutu.

Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam
melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat
indonesia. Janji ini diucapkan pada tanggal 7 September 1944 oleh Perdana Menteri
Kaiso.
Baca Juga

 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan

Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang
memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji
kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar
Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)

Baca Juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila (Lengkap)

Dalam maklumat tersebut juga dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas BPUPKI adalah
menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya diberikan kepada
pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang
pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Dalam sidang
pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk bangsa
Indonesia setelah merdeka nanti. Pada sidang pertama Ir. Soekarno dan Muhammad
Yamin mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. 

Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Muhammad Yamin memberikan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri
atas lima hal, yaitu:
  1. Peri Kebangsaan
  2. Peri Kemanusiaan
  3. Peri Ketuhanan
  4. Peri Kerakyatan
  5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga terdiri dari
lima hal, yaitu:
  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Persatuan Indonesia
  3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bung Karno (1 Juni 1945)


Pada Tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno (Ir. Soekarno) di depan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengusulkan calon dasar
negara yang terdiri dari lima asas, oleh bung karno kelima asas tersebut diberi
nama Pancasila, inilah awal terbentuknya dasar negara Pancasila, yang kemudian
pada tanggal tersebut dikenang sebagai hari lahirnya Pancasila. 1 Juni menjadi
tanggal yang sangat penting, karena di situlah Pancasila telah lahir, dan inilah hari lahir
dasar negara Indonesia. berikut kelima asas yang diusulkan Bung Karno sebagai calon
dasar negara:
  1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
  2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
  3. Mufakat atau Demokrasi
  4. Kesejahteraan Sosial
  5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal tersebut oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Kemudian Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
  1. Sosio nasionalisme
  2. Sosio demokrasi
  3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal tersebut menurutnya juga bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.

Pancasila Sebagai Ideologi

Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat
untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul yang
masuk dan memeriksanya serta melaporkan dalam sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap
anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai
dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8 orang, yaitu:
 Mr. Muh. Yamin
 Ir. Soekarno
 K.H. Wachid Hasjim
 Ki Bagus Hadikusumo
 M. Sutardjo Kartohadikusumo
 R. Otto Iskandar Dinata
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta

Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil,
dengan para anggota BPUPKI yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil yang dapat
dicapai antara lain adalah dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul /
Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
 Mr. Muh. Yamin
 Ir. Soekarno
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta
 K.H. Wachid Hasyim
 Mr. Ahmad Subardjo
 Abikusno Tjokrosujoso
 Abdul Kahar Muzakkir
 H. Agus Salim

Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI kali ini
membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan
Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota
BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu
antara lain adalah: Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno
Tjokrosoejoso),  Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir.
Soekarno) dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Baca Juga: Kumpulan Posting Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Kemudian Pada tanggal 9 Agustus dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia) yang menggantikan BPUPKI. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari
kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh para pemimpin bangsa Indonesia,
yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus
1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI menggelar sidang, dengan acara
utama memilih Presiden dan Wakil Presiden dan mengesahkan rancangan Hukum
Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya).

Untuk pengesahan Pembukaan (Preambul), terjadi proses yang cukup panjang.


Sebelum mengesahkan Preambul (pembukaan), Bung Hatta terlebih dahulu
mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah
Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. 

Inti dari pertemuan tersebut adalah, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar
pada alinea keempat preambul, di belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi "dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus. Jika tidak
maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari Indonesia yang
baru saja diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk di indonesia bagian
timur beragama non-muslim.

Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang pleno PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada KH. Wakhid Hasyim, Ki
Bagus Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta kemudian berusaha
meyakinkan tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.
Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang intens
dan demi persatuan dan kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di belakang kata Ketuhanan dan
diganti dengan "Yang Maha Esa".

Sekian Artikel tentang Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar
Negara, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat
memberikan pengetahuan mengenai wawasan Kebangsaan Indonesia.

Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara


MARKIJAR: MARi KIta belaJAR
Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara - Garuda Pancasila merupakan Lambang
negara Indonesia, yang juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Meskipun
Berbeda-beda tetapi tetap satu Jika). Lambang negara Indonesia berbentuk burung
Garuda dengan kepala menghadap ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda),
dan mempunyai perisai berbentuk seperti jantung yang digantung menggunakan rantai
pada leher Garuda, dan terdapat semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna
"Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa" tertulis di atas pita yang dicengkeram
oleh Garuda. Sultan Hamid II lah yang merancang Lambang ini, namun kemudian
disempurnakan oleh Bung Karno, Setelah itu diresmikan pemakaiannya sebagai
lambang negara pertama kali pada tanggal 11-Februari-1950 dalam Sidang Kabinet
Republik Indonesia Serikat.

Ideologi Pancasila
Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila penggunaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 43/1958.

Deskripsi dan arti filosofi Lambang Negara


Garuda
 Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno
di sejarah Nusantara (Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud
seperti burung elang rajawali. Garuda dipakai sebagai Simbol Negara untuk
menggambarkan Negara Indonesia merupakan bangsa yang kuat dan besar.
 Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan.
 Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga
dan kekuatan pembangunan.
 Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi
kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain:
Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor
berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19, Jumlah
bulu di leher berjumlah 45.

Perisai
 Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan
peradaban Nusantara sebagai senjata yang
melambangkan  perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk
mencapai tujuan.
 Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis
khatulistiwa hal tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia
sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa.
 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara
Pancasila.
 Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-
putih). dan pada bagian tengahnya memiliki warna dasar hitam.

Berikut adalah Pembagian dan penjelasan lambang pada ruang perisai:


Baca Juga

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan


 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
 Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan PKI Madiun
Makna Sila Pertama Pancasila, Bintang Tunggal
Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan
sebuah bintang emas berkepala lima (bersudut lima), bintang emas sendiri dapat
diartikan sebagai sebuah cahaya seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya
kerohanian bagi setiap manusia.
Makna Sila Kedua Pancasila, Rantai Emas
Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang disusun
atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling
membantu, gelang yang persegi menggambarkan pria sedangkan gelang yang
lingkaran menggambarkan wanita.
Makna Sila Ketiga Pancasila, Pohon Beringin
Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus
benjamina) di bagian kiri atas perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan sebuah
pohon Indonesia yang berakar tunjang - sebuah akar tunggal panjang yang menunjang
pohon yang besar ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Hal ini
mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon Beringin juga mempunyai
banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. ini mencerminkan Indonesia
sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai latar belakang budaya yang
berbeda-beda (bermacam-macam).

Baca Juga: Kumpulan Posting Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)


Makna Sila keempat Pancasila, Kepala Banteng
Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan. yang disimbolkan dengan kepala banteng pada bagian
kanan atas perisai berlatar merah. Lembu liar atau Banteng merupakan binatang sosial
yang suka berkumpul, sama halnya dengan manusia dimana dalam pengambilan
keputusan harus dilakukan secara musyawarah salah satunya dengan cara berkumpul
untuk mendiskusikan sesuatu.
Makna Sila kelima Pancasila, Padi Kapas
Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan
padi dan kapas di bagian kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi
(mencerminkan pangan dan sandang) merupakan kebutuhan pokok semua masyarakat
Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. ini mencerminkan persamaan
sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial anatara satu dan yang lainnya, tapi hal
ini (persamaan sosial) bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.

Pita yang bertulis semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"


 Sehelai pita putih dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam
dicengkeram oleh Kedua cakar Garuda Pancasila.
 Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma
karya Mpu Tantular. Kata "bhinneka" memiliki arti beraneka ragam atau berbeda-
beda, sedang kata "tunggal" berarti satu, dan kata "ika" bermakna itu. Secara
harfiah Bhinneka Tunggal Ika diartikan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna
meskipun berbeda beda tapi pada hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini
digunakan untuk melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia
yang terdiri dari beraneka ragam ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku
bangsa dan kepercayaan.

Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila


 Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan
asal asalan karena warna warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada
bagian-bagian yang ada pada lambang Garuda Pancasila.
 Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda
Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar
belakang bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna
hitam juga dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal
Ika".
 Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang
terdapat pada lambang Garuda Pancasila.
 Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
 Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna putih
juga diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.
 Sedangkan Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk
warna bintang, rantai, kapas, dan padi.

Makna Warna pada Garuda Pancasila


Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila. Warna-warna
yang dipakai menjadi warna pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki makna dan
arti kurang lebih sebagai berikut.
 Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.
 warna hitam memiliki makna keabadian.
 Warna merah memiliki artian keberanian.
 Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran.
 Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran.
Sekian Artikel mengenai Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara. semoga
artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas,
maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang Lambang Negara Indonesia,
Lambang Garuda, Arti Lambang dan Simbol Negara, Makna Lambang dan Simbol
Negara dan Makna Pancasila. Seandainya sobat menemukan kesalahan baik dari segi
penjelasan maupun penulisan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan dan kebaikan bersama. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara


MARKIJAR : MARi KIta belaJAR

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan (Ada 10 Butir Pengalaman)
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai hak, kedudukan dan kewajiban yang sama.
 Mengunakan Musyawarah guna mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
 Mengutamakan musyawarah saat mengambil atau menentukan keputusan untuk
kepentingan bersama.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
 Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab, selalu melaksanakan
dan menerima hasil keputusan musyawarah.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.

Butir Pengalaman Sila kelima Pancasila, Padi Kapas


Sila kelima. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Ada 11 Butir Pengalaman)
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang memperlihatkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan ke gotongroyo ngan.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
berkeadilan sosial dan merata.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
 Menghormati hak orang lain.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
 Suka bekerja keras.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

Baca Juga: Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)

Dalam perjalanannya ke 36 butir Pengalaman pancasila dikembangkan menjadi 45 butir


oleh BP7. Namu Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir
tersebut benar-benar diamalkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: 10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila

Sekian Artikel tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, semoga


artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai wawasan Kebangsaan Indonesia.
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila
Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
Ditulis oleh Admin I 30 Sep 2018 1 Komentar
Pancasila merupakan Dasar negara Republik Indosesia. Konsep dasar Pancasila ini
terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945). Kata Pancasila diambil dari bahasa Sansekerta, "Panca" memiliki
arti lima dan "sila" berarti dasar, jadi Pancasila memiliki arti lima dasar. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah lima dasar negara.

Sila-Sila dalam pancasila terdiri dari kalimat pernyataan. Bunyi kelima sila tersebut
ialah sebagai berikut.

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Agar pancasila lebih mudah dipahami dan diamalkan oleh masyarakat, maka pada
tahun 1978 pemerintah menyusun 36 butir-butir Pancasila berdasarkan Tap MPR No.
II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila (P4).
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila

Namun dalam perkembangannya ke 36 butir pedoman tersebut diperbaharui, tepatnya


sejak tahun 2003 berdasarkan Tap MPR No. I/MPR/2003, 36 butir pedoman
pengamalan Pancasila telah diperbaharui menjadi 45 butir butir Pancasila. dimana ke
45 butir butir pancasila tersebut merupakan penjabaran dari kelima sila dalam
Pancasila.

 Sila pertama dijabarkan dalam 7 butir

 Sila kedua dijabarkan dalam 10 butir

 Sila ketiga dijabarkan dalam 7 butir

 Sila keempat dijabarkan dalam 10 butir

 Sila kelima dijabarkan dalam 11 butir

Untuk lebih jelasnya berikut isi 45 butir butir Pancasila yang baru sesuai dengan Tap
MPR no. I/MPR/2003.

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan


 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa

 (Lengkap + Gratis) Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS

45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila sesuai Tap MPR


no. I/MPR/2003.
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Lambang Sila 1 : Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima (bersudut
lima)

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.

 Contoh pengamalan : Mempunyai dan meyakini satu agama dengan


menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai dengan norma agama yang
dianut.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

 Contoh pengamalan : Menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai


dengan norma agama yang dianut serta tidak menganggu penganut agama yang
lain.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk


agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

 Contoh pengamalan : Menghormati dan mau bekerja sama meskipun dengan


pemeluk agama lain.

Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 Contoh pengamalan : Kita wajib hidup rukun meskipun beda agama karena kita
satu bangsa Indonesia.

5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai


dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

 Contoh pengamalan : Saling menghormati ketika terdapat pemeluk agama lain


yang sedang melaksanakan ibadah.

6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

 Contoh pengamalan : Setiap manusia bebas menganut agama yang sudah


disahkan pemerintah.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

 Contoh pengamalan : Tidak memaksakan sebuah agama kepada orang lain


karena itu urusan dia dengan Tuhannya.

Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Lambang Sila 2 : Rantai Emas yang Disusun atas Gelang-Gelang Kecil

8. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

 Contoh pengamalan : Tidak boleh memperlakukan manusia secara sewenang -


wenang / kurang bermartabat karena semua manusia memiliki hak asasi yang
sama

9. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial,
jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya.
 Contoh pengamalan : Menghargai perbedaan yang ada, Karena kita harus
menyadari bahwa kita hidup memang berbeda-beda baik dari suku, ras, maupun
agama, jadi perbedaan itu memang ada.

10. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

 Contoh pengamalan : Tidak boleh memperlakukan orang lain secara semena-


mena terutama dalam hal yang buruk dan merugikan orang lain

11. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

 Contoh pengamalan : Mau mengikuti kerja bakti dan berbaur dengan masyarakat
yang lain

12. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

 Contoh pengamalan : Tidak boleh semena-mena terhadap sesama manusia


agar bisa hidup berdampingan dan rukun.

13. Berani membela kebenaran dan keadilan.

 Contoh pengamalan : Sebagai manusia kita wajib menjunjung suatu kebenaran,


jangan yang salah malah dibenarkan. Kita perlu hidup adil terhadap sesama
manusia

14. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 

 Contoh pengamalan : Memberi bantuan kepada orang lain yang butuh


pertolongan kita.

15. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

 Contoh pengamalan : Saling menghormati dan menghargai sesama manusia.


16. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain

 Contoh pengamalan : Manusia adalah mahkluk sosial. Sehingga manusia tidak


dapat hidup sendiri, perlu adanya saling membantu satu sama lain.

17. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

 Contoh pengamalan : Sebagai bangsa Indonesia ketika saudara kita tertimpa


musibah kita perlu membantunya karena mereka masih satu bangsa dengan kita

Baca Juga : 10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila

Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Lambang Sila 3 : Pohon Beringin

18. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan


bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.

 Contoh pengamalan : Bila di negara kita ada suatu masalah kita harus fokus
menyelesaikan masalah tersebut untuk kepentingan bersama / untuk
kepentingan negara bukan memanfaatkannya untuk kepentingan kelompok /
golongan / pribadi.

19. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.

 Contoh pengamalan : Turut berjuang dan membela indonesia apabila negara


Indonesia terancam keamanannya.

20. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

 Contoh pengamalan : Tidak membeda bedakan antara suku, ras dan agama
satu dengan lainnya, karena kita semua sama-sama warga indonesia.

21. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

 Contoh pengamalan : Menjaga sumber daya dan kelestarian bumi yang ada di
Indonesia

22. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

 Contoh pengamalan : Lebih memilih dan menggunakan produk dalam negeri


dibanding produk buatan dari luar.

23. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

 Contoh pengamalan : Menjunjung tinggi nilai persatuan bangsa tanpa


memandang suku, ras dan agama.

24. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,


dan keadilan sosial.

 Contoh pengamalan : Turut mengampanyekan perdamaian dunia atau jika belum


bisa, kita bisa mulai dari yang terkecil seperti mematuhi peraturan yang sudah
ada di lingkungan kita.
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran / perwakilan

Lambang Sila 4 : Kepala Banteng

25. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

 Contoh pengamalan : Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban sama


memperoleh pendidikan.

26. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

 Contoh pengamalan : Tidak boleh kita memaksakan kehendak sendiri terhadap


orang lain apalagi melakukan ancaman.

27. Mengutamakan musyawarah saat mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama.

 Contoh pengamalan : Ketika ada perbedaan kita wajib mengutamakan aspek


bermusyawarah.
28. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

 Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah perlu tercapainya hasil yang telah


disepakati bersama dengan mendukung aspek kekeluargaan.

29. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.

 Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah kita tidak boleh emosi karena kita
wajib dalam keadaan kepala dingin.

30. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai dalam melaksanakan


pemusyawaratan.

 Contoh pengamalan : Menyerahkan dan mempercayai secara penuh aspirasi


kita terhadap wakil - wakil terpilih untuk menjalankan tugasnya.

31. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.

 Contoh pengamalan : Kita perlu patuh, menerima dan hormat terhadap suatu
keputusan yang sudah disepakati dan mufakat.

32. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan


pribadi atau golongan.

 Contoh pengamalan : Di dalam bermusyawarah perlu mengutumakan


kepetingan bersama dibanding kepentingan pribadi

33. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.

 Contoh pengamalan : Dalam menerima sebuah keputusan kita perlu ikhlas


dalam menjalaninya.
34. Keputusan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.

 Contoh pengamalan : Dalam pengesahan keputusan seharusnya keputusan


tersebut sesuai dengan norma pada Tuhan Yang Maha Esa serta tetap
mempertahankan martabat

Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Lambang Sila 5 : Padi dan Kapas

35. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.

 Contoh pengamalan : Wajib hukumnya saling menghormati terhadap sesama


manusia untuk tercapainya sikap kekeluargaan.

36. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.


 Contoh pengamalan : Adil terhadap teman yang butuh bantuan dan tidak
membeda-bedakannya.

37. Menghormati hak orang lain.

 Contoh pengamalan : Saling menghormati, baik, dan rukun terhadap sesama


manusia.

38. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

 Contoh pengamalan : Dalam hidup memang antara hak dan kewajiban


dibutuhkan akan tetapi haruslah seimbang. Contohnya kita berhak memperoleh
kenyamanan berkendara tapi wajib hukumnya menaati aturan lalu lintas yang
berlaku.

39. Suka bekerja keras.

 Contoh pengamalan : Hidup jangan banyak mengeluh, kita perlu kerja keras dan
cerdas untuk memenuhi kebutuhan keluarga apalagi kalau bisa memberi kepada
orang yang membutuhkan

40. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

 Contoh pengamalan : Memberi bantuan modal usaha tanpa bunga kepada


tetangga sekitar yang membutuhkan.

41. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.

 Contoh pengamalan : Jangan sampai dalam hidup kita membuat susah tetangga
sekitar, misal membangun pabrik industri tapi limbah dibuang sembarangan yang
menjadikan rugi tetangga sekitar kita.
42. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.

 Contoh pengamalan : Bersikaplah hemat, lebih baik sisihkan uang anda untuk
orang yang lebih membutuhkan.

43. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.

 Contoh pengamalan : Bersifat sewajarnya terhadap sesama, misal jangan


sampai anda memberatkan orang lain apalagi sampai jatuhnya pemerasan

44. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

 Contoh pengamalan : Melakukan kegiatan kegiatan membangun seperti gotong


royong, kerja baiti, bela negara dan lain sebagainya.

45. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

 Contoh pengamalan : Dalam hidup jangan mengklaim hak yang memang itu
sudah dipantenkan pemiliknya. Apabila memang mau digunakan untuk
kepentingan kita ada baiknya ijin terlebih dahulu.

Sekian artikel mengenai 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-
5) dengan Contoh dan Penjelasan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat
baik untuk mengerjakan tugas maupun untuk sekedar menambah pegetahuan seputar
butir butir pancasila, butir butir pancasila beserta contohnya, 45 butir pancasila dan
pengamalan pancasila. Terimakasih atas kunjungannya.
10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila
Ditulis oleh Sriwati 24 Nov 2015 5 Komentar

Fungsi dan Kedudukan Pancasila - Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara
Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta: "pañca" berarti lima
dan "śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Fungsi dan Kedudukan Pancasila


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila memiliki banyak Kedudukan
dan Fungsi bagi bangsa Indonesia, Berikut Ini adalah beberapa kedudukan dan
fungsi Pancasila Bagi Bangsa Indonesia:

Fungsi dan Kedudukan Pancasila:


1. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia
Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat
memberi kekuatan kepada berdirinya suatu negara. Indonesia dibangun juga
berdasarkan pada suatu alas atau landasan yaitu Pancasila. Pancasila pada fungsinya
sebagai dasar negara, adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia,
termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah.
Pancasila pada posisi seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan
negara serta seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca Juga: Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Lengkap)

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Pancasila merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia
yang telah membentuk watak, sikap, prilaku, etika dan tata nilai norma yang telah
melahirkan pandangan hidup. Pandangan hidup sendiri adalah suatu wawasan
menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-nilai
luhur. Pandangan hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur
hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan lingkungan.

Baca Juga

 Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan PKI Madiun


 Pengertian, Sejarah, Latarbelakang & Tujuan Gerakan Non Blok
 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah & Kemerdekaan Indonesia
3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar, cita-
cita dan logos yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-
pengertian dasar. Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada
hakikatnya adalah suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila
di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia, dengan kata lain pancasila merupakan bahan yang di
angkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal tersebut
melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang
ingin digapai serta sesuai dengan jiwa Indonesia serta karena pancasila lahir
bersamaan dengan lahirnya Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa
punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa
Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan adanya Bangsa
Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa kejayaan nasional.

5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum


Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum yang
berlaku dan dijalankan di Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak
bertentangan (kontra) dengan Pancasila. Karena segala kehidupan negara indonesia
berdasarkan pancasila.

6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental
maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. dan
Pancasila Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya kepribadian Negara
Indonesia yang bisa mem bedakan dengan bangsa lain, yaitu amal perbuatan, tingkah
laku dan sikap mental bangsa Indonesia.

7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan
pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya
yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata baik materiil maupun
spiritual yang berdasarkan Pancasila.

8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur


Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan perjanjian luhur yang
telah disepakati oleh para pendiri bangsa untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di
pelihara. Artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara
tanggal 18-Agustus-1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan
Indonesia), PPKI ini merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang
mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut.

Baca Juga: Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)

9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia


Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia.
Karena Pancasila merupakan palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang
mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling
benar, bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan Rakyat
Indonesia.

10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di
dalam segala aspek pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai
nilai dari sila sila yang ada pada pancasila.

Sekian Artikel tentang Fungsi dan Kedudukan Pancasila, semoga artikel ini dapat
bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan tentang
Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi Negara Indonesia yang sejatinya wajib diketahui
oleh seluruh warga indonesia agar dijadikan pedoman dalam kehidupan.

Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945


- Lengkap
Ditulis oleh Sriwati 27 Nov 2015 2 Komentar
Pada kesempatan kali ini kita akan berbagi artikel tengtang Sejarah Pembentukan
atau Lahirnya UUD 1945, untuk lebih jelasnya langsung saja kita simak artikel berikut
ini - Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau sering kita
disebut dengan UUD 1945 atau UUD '45, merupakan hukum basic law (dasar tertulis),
konstitusi pemerintahan Bangsa Indonesia.

Sejarah Lahirnya UUD 1945

UUD 1945 diresmikan menjadi undang-undang dasar negara oleh PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18-Agustus-1945. Namun Sejak 27
Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus
1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Kemudian pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959
kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR
pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada periode 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amendemen (perubahan), yang
mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. berikut Sejarah Lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia secara
lengkap berdasarkan pembagian / periodesasi waktu terjadinya:

Sejarah Lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia


BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk pada
tanggal 29 April 1945 badan ini merupakan badan yang merancang konstitusi 1945.
Selama sesi pertama yang berlangsung pada 28 Mei - 1 Juni 1945, Pada saat itu Bung
Karno menyampaikan gagasan "Dasar Negara", yang ia beri nama Pancasila.

Baca Juga: Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara

Baca Juga

 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan


Istimewa
 Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan PKI Madiun
 Pengertian, Sejarah, Latarbelakang & Tujuan Gerakan Non Blok
Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang
terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945. Setelah dihapusnya kata "dengan kewajiban menjalankan
syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" kemudian naskah Piagam Jakarta dijadikan
naskah Pembukaan UUD 1945 yang kemudian diresmikan pada 18-Agustus-1945 oleh
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pengesahan UUD 1945 ditetapkan
oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) pada sidangnya tanggal 29 Agustus
1945.

Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI
tanggal 10-17 Juli 1945. dan Tanggal 18-Agustus-1945, PPKI mengesahkan UUD 1945
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Periode Diberlakukannya UUD 1945 (18-Agustus-1945 sampai 27-Desember-1949)


Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia saat itu disibukkan oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Kemudian pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16-Oktober-1945
mengatakan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena saat itu DPR
dan MPR belum terbentuk. Selanjutnya Pada 14-November-1945 dibentuk Kabinet
Semi Presidensial (Semi Parlementer) yang pertama, dimana peristiwa tersebut adalah
perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.

Baca Juga: 10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila

Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi
perubahan. Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12 menteri
memimpin departemen. Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung Karno.

Kemudian Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk banyak partai politik di


Indonesia. Sehingga dikeluarkan maklumat Pemerintah. kemudian kabinet berubah
menjadi kabinet parlementer. Perubahan kabinet ini dimaksud agar bangsa Indonesia
mendapat dukungan dari negara barat yang menganut paham demokrassi dan kabinet
parlementer (Sultan Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia).

Periode Diberlakukanya Konstitusi RIS 1949 (27-Desember-1949 sampai 17-


Agustus-1950)
Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negara yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-negara
yang masing-masing negara mempunyai kedaulatan sendiri untuk mengelola urusan
internal. Ini merupakan perubahan dari tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa
Indonesia merupakan negara kesatuan.

Periode Diberlakukanya UUDS 1950 (17-Agustus-1950 sampai 5-Juli-1959)


Pada periode UUDS 1950 diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang lebih
dikenal Demokrasi Liberal. Pada periode ini kabinet sering dilakukan pergantian,
akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, hal tersebut lantaran tiap partai lebih
mengutamakan kepentingan golongan atau partanyai. Setelah memberlakukan UUDS
1950 dan sistem Demokrasi Liberal selama hampir 9 tahun, kemudian rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak sesuai, hal tersebut
karena tidak cocok dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang sesungguhnya.

Perangko kembali ke UUD 1945 50sen

Periode Diberlakukanya  kembali UUD 1945 (5-Juli-1959 sampai 1966)


Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 yang panas dan banyak
kepentingan partai saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah
konstitusi baru, kemudian pada 5-Juli-1959, Bung Karno mengeluarkan Keputusan
Presiden yang satu itu memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai konstitusi,
menggantikan Sementara UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu.

Pada saat itu, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk:


 Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua DPR/MPR dan Mahkamah Agung
serta Wakil Ketua DPA sebagai Menteri Negara
 MPRS menetapkan Bung Karno menjadi presiden seumur hidup.

Periode UUD 1945 masa Orde Baru (11-Maret-1966 sampai 21-Mei-1998)


Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah berjanji akan melaksanakan UUD 1945
dan Pancasila secara konsekuen dan murni. Akibatnya Selama Orde Baru, UUD 1945
menjadi sangat “sakral”, di antara melalui sejumlah aturan:
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan
implementasi Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.
 Keputusan No. IV / MPR / 1983 mengenai Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa seandainya MPR berkeinginan mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus meminta masukan dari rakyat dengan mengadakan
referendum.
 Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan
amandemen terhadapnya

Masa (21-Mei-1998 sampai 19-Oktober-1999)


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan
oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur (Sekarang Timor Leste)
dari NKRI.

Baca Juga: Kumpulan Posting Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Periode Perubahan UUD 1945 (sampai Sekarang)


Salah satu permintaan Reformasi pada tahun 98 adalah adanya amendemen atau
perubahan terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan amandemen UUD 1945 antara
lain karena pada zaman Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun pada
nyataannya tidak di tangan rakyat), tetapi kekuasaan yang sangat besar malah ada
pada Presiden, hal tersebut karena adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang
dapat menimbulkan multitafsir), dan kenyataan rumusan UUD 1945 mengenai
semangat penyelenggara negara yang belum didukung cukup ketentuan konstitusi.

Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
kedaulatan rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, dll yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan
dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai kesepakatan yaitu tidak
merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem pemerintahan presidensial.
Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam
Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR yaitu:
 Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.

HASIL AMANDEMEN UUD 1945


Amandemen Pertama
Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat yang Ditetapkan pada tanggal 19-Oktober-1999,
yaitu:

 Pasal 7: Tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden


 Pasal 13 ayat 2 dan 3: Tentang Penempatan dan Pengangkatan Duta
 Pasal 5 ayat 1: Tentang Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
 Pasal 14 ayat 1: Tentang Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
 Pasal 15: Tentang Pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain
 Pasal 9 ayat 1 dan 2: Tentang Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
 Pasal 21: Tentang Hak DPR untuk mengajukan RUU
 Pasal 14 ayat 2: Tentang Pemberian abolisi dan amnesty
 Pasal 20 ayat 1-4: Tentang DPR
 Pasal 17 ayat 2 dan 3: Tentang Pengangkatan Menteri

Amandemen Kedua
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus-2000, yaitu:

 Bab IX A: Tentang Wilayah Negara


 Bab VI: Tentang Pemerintahan Daerah
 Bab XA: Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
 Bab VII: Tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPR)
 Bab XV: Tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara
 Bab X: Tentang Penduduk dan Warga Negara
 Bab XII: Tentang Pertahanan dan Keamanan

Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November-2001, yaitu:

 Bab II: Tentang MPR
 Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan
 Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan)
 Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara
 Bab VII A: Tentang DPR
 Bab V: Tentang Kementrian Negara 
 Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum

Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang
dihapuskan. yang Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen
keempat ini ditetapkan bahwa:

UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada 18-
Agustus-1945 dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18-Agustus-
2000 pada Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang
"Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung"
dihapus.

Naskah Undang-Undang Dasar 1945


Sebelum amandemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37
pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat
berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2
ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.

Sekian Artikel tentang Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945, semoga artikel
diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai wawasan Kebangsaan Indonesia.

Toleransi Antar Umat Beragama (Lengkap)


Ditulis oleh Sriwati 28 Nov 2015 Tambah Komentar

Toleransi Antar Umat Beragama - Manusia merupakan makhluk individu sekaligus


juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu
berinteraksi dengan individu / manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam
menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan
dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengannya salah satunya adalah perbedaan
kepercayaan / agama.
Toleransi Antar Umat Beragama

Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan
yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan
agama atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat
maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga tidak terjadi
gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian.

Baca Juga: Kumpulan Posting Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa "Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya" Sehigga kita sebagai
warga Negara sudah sewajarnya saling menghormati antar hak dan kewajiban yang
ada diantara kita demi menjaga keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling
toleransi antar umat beragama.

Baca Juga

 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
Arti dan Makna Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan sabar
membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau
sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati
atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain.

Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-
golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu
masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana penganut Agama mayoritas dalam
sebuah masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi
antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama
lain.

Baca Juga: Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945

Istilah toleransi juga dapat digunakan dengan menggunakan definisi "golongan /


Kelompok" yang lebih luas, misalnya orientasi seksual, partai politik, dan lain-lain.
Sampai sekarang masih banyak kontroversi serta kritik mengenai prinsip-prinsip
toleransi baik dari kaum konservatif atau liberal. 

Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada tuhan menurut
agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak. Karena Semua
agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama juga harus saling
menghargai. Sehingga terbina kerukunan hidup anatar umat beragama.

Contoh Perwujutan Toleransi Beragama:


 Memahami setiap perbedaan.
 Sikap saling tolong menolong antar sesama umat yang tidak membedakan
suku, agama, budaya maupun ras.
 Rasa saling menghormati serta menghargai antar sesama umat manusia.

Contoh pelaksanaan Toleransi Beragama:


 Memperbaiki tempat-tempat umum 
 Kerja bakti membersihkan jalan desa
 Membantu korban kecelakaan lalu-lintas.
 Menolong orang yang terkena musibah atau bencana alam

Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita praktekkan dalam kegiatan yang bersifat sosial
kemasyarakatan serta tidak menyinggung keyakinan pemeluk agama lain. melalui
toleransi diharapkan terwujud ketertiban, ketenangan dan keaktifan dalam menjalankan
ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing..

Toleransi Umat Beragama di Indonesia


Pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin meruncingnya hubungan antar
umat beragama di indonesia. Penyebab munculnya ketegangan antar umat beragama
tersebut antara lain:
 Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama pihak lain.
 Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan masyarakat.
 Sifat dari setiap agama, yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah.
 Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
 Para pemeluk agama tidak mampu mengontrol diri, sehingga tidak menghormati
bahkan memandang randah agama lain.
 Kecurigaan terhadap pihak lain, baik antar umat beragama, intern umat
beragama, atau antara umat beragama dengan pemerintah.

Pluralitas agama hanya dapat dicapai seandainya masing-masing kelompok bersikap


lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan
memiliki makna bagi kemajuan dan kehidupan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan
dalam:
 Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
 Sikap saling menghormati hak orang lain yang menganut ajaran agamanya.
 Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan kelompok
agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan
dan kebiasaan sendiri.

Contoh Toleransi Umat Beragama dalam Kehidupan Nyata


Toleransi antarumat beragama antara pemeluk Agama Islam dan Kristen di Gereja
Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah, Serengan, Kota Solo,
Jateng. yang tercipta sejak dahulu.

"Dua bangunan tersebut berdampingan serta memiliki alamat yang sama, yaitu di Jalan
Gatot Subroto Nomor 222, Solo,"

Namun Perbedaan keyakinan tidak menyurutkan semangat pemeluk Kristen


dan Islam setempat untuk saling menjaga kerukunan, menghormati dan
mengembangkan sikap toleransi. Bangunan Masjid Al Hikmah didirikan pada tahun
1947 sedangkan GKJ Joyodingratan didirikan 10 tahun sebelumnya atau sekitar 1937.
namun Toleransi antarumat beragama telah tercipta sejak lama disini.

Baca Juga: Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu
Misalnya saat pelaksanaan Idul Fitri yang jatuh pada Minggu. Pengelola gereja
langsung menelepon pengurus masjid untuk menanyakan soal kepastian perayaan Idul
Fitri. Kemudian pengurus gereja merubah jadwal ibadah paginya pada Minggu menjadi
siang hari, agar tidak mengganggu umat Islam yang sedang menjalankan shalat Idul
Fitri.

Contoh lainnya adalah pengurus masjid selalu membolehkan halaman Masjid untuk
parkir kendaraan bagi umat kristiani GKJ Joyoningratan saat ibadah Paskah
maupun Natal.

hal tersebut merupakan contoh kecil toleransi antarumat beragama yang hingga saat ini
terus dipelihara. Baik pihak gereja maupun Pihak masjid, saling menghargai dan
memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan lancar bagi
masih-masing pemeluknya. seandainya terdapat oknum tertentu yang akan mengusik
kerukunan antar umat beragama di tempat tersebut, baik pihak masjid maupaun gereja
akan bergabung untuk mencegahnya.

Sekian Artikel tentang Toleransi Antar Umat Beragama, semoga artikel diatas dapat
bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan serta
dapat membantu mengimplementasikan praktek-praktek toleransi beragama dalam
kehidupan bermasyarakat.

Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Ditulis oleh Sriwati 29 Nov 2015 Tambah Komentar

Persatuan dan Kesatuan Bangsa - Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang
majemuk, ditandai dengan banyaknya suku, etnis, budaya, agama, adat istiadat di
dalamnya. Di sisi lain, Bangsa Indonesia dikenal memiliki masyarakat multikultural,
masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural background)
beragam. Multikulturalitas dan Kemajemukan ini menggambarkan banyaknya
keragaman yang ada. Bila dikelola secara benar, keberagaman dapat menghasilkan
energi yang luar biasah besar. Namun sebaliknya bila tidak dikelola secara benar,
kemajemukan dan multikulturalitas dapat menghasilkan perpecahan. oleh karena
itu Persatuan dan Kesatuan adalah hal yang mutlak bagi bangsa indonesia.

Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

Pengertian Persatuan dan Kesatuan


Persatuan dan kesatuan berasal dari kata "satu" yang memiliki arti utuh atau tidak
terpecah-belah. Kata Persatuan sendiri bisa diartikan sebagai perkumpulan dari
berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sedangkan Kesatuan merupakan
hasil perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh. Sehingga kesatuan erat
hubungannya dengan keutuhan. Dengan demikian persatuan dan kesatuan memiliki
makna "bersatunya berbagai macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan yang utuh dan serasi". Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dapat
diartikan sebagai persatuan bangsa / negara yang menduduki wilayah Indonesia.
Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara
yang merdeka dan berdaulat.

Baca Juga: Kumpulan Informasi Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, istilah "Persatuan Indonesia"


merupakan faktor kunci yaitu sebagai sumber motivasi, semangat dan penggerak
perjuangan Indonesia. Hal tersebut juga tercantum pada Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi: "Dan perjuangan pergerakan Indonesia tlah sampelah pada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia kdepan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur".

Baca Juga

 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah tampak saat proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia yang juga merupakan awal dibentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). dalam Pasal 1 ayat 1 UUD. Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa, "Negara Indonesia merupakan negara
kesatuan yang berbentuk republik". selanjutnya ditegaskan dalam Sila ketiga Pancasila
tentang tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan tersebut.

Makna Persatuan dan Kesatuan


Di dalam persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, terdapat 3 makna penting di
dalamnya, yaitu:
 Menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan dan sikap saling tolong menolong
antar sesama dan bersikap nasionalisme.
 Menjalin rasa kemanusiaan memiliki sikap saling toleransi serta keharmonisan
untuk hidup secara berdampingan.
 Rasa persatuan dan kesatuan menjalin rasa kebersamaan dan saling
melengkapi satu sama lain..

Prinsip Persatuan dan Kesatuan


Jika dikaji lebih jauh, dari arti dan makna persatuan dan kesatuan terdapat beberapa
prinsip persatuan dan kesatuan dari keberagaman di Indonesia yang juga harus kita
hayati:

Prinsip Nasionalisme Indonesia


Kita harus mencintai bangsa Indonesia, namun hal tersebut bukan berarti kita harus
mengagung-agungkan bangsa kita sendiri. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita
kepada negara lain karena pandangan seperti itu akan mencelakakan sebuah bangsa.
karena sikap tersebut bertentangan dengan sila kedua "Kemanusiaan yang adil dan
beradab".

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika


Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
terdiri dari berbagai agama, suku, adat istiadat dan bahasa yang majemuk. Hal itu
mewajibkan kita untuk saling menghargai dan bersatu sebagai bangsa Indonesia.

Prinsip Kebebasan yang Bertanggung jawab


Sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME. kita memiliki kebebasan dan tanggung jawab
tertentu terhadap diri kita sendiri, terhadap sesama manusia, dan tanggung jawab
dalam hubungannya dengan Tuhan YME.

Baca Juga: Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945

Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi


Dengan semangat persatuan Indonesia, kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta
melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera, adil dan makmur.
Karena Persatuan merupakan modal dasar pembangunan nasional.
Prinsip Wawasan Nusantara
Melalui wawasan nusantara, kedudukan masyarakat Indonesia diletakkan dalam
kerangka kesatuan politik, budaya, ekonomi, sosial serta pertahanan keamanan.
Dengan wawasan ini, manusia Indonesia merasa satu, sebangsa senasib
sepenanggungan, dan setanah air, serta memiliki satu tekad dalam mewujudkan cita-
cita pembangunan nasional.

Tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling


menonjol:
Perasaan senasib
Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang berada dalam masa penjajahan
(pemerintahan kolonial). Kondisi tersebut telah melahirkan rasa memiliki perasaan
senasib untuk bebas dari cekraman penjajah. Perasaan Senasib sepenanggungan
ketika sama-sama merasakan penjajahan menjadikan mereka bersatu untuk berjuang
melawan penjajah tanpa memandang latar belakang agama, suku, asal-usul etnis,
bahasa maupun golongan.

Sumpah Pemuda
Kebulatan tekad untuk menciptakan Persatuan Indonesia kemudian tercermin di ikrar
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang diprakarsai oleh
pemuda perintis kemerdekaan yang berbunyi:
 Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu Tanah Air
Indonesia.
 Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.
 Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa
Indonesia.

Sampai sekarang Sumpah Pemuda sering disebut sebagai pangkal tumpuan cita-cita
menuju Indonesia merdeka. walaupun pada kenyataanya persatuan berkali-kali
mengalami gangguan dan kerenggangan.
Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia merdeka yang sangat
momunental ditandai dengan lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, Budi Utomo
merupakan sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo beserta para
mahasiswa STOVIA. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi
tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan
mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini
awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Setelah Organisasi Budi
Utomo lahir kemudian bermunculan organiasasi lain yang bertujuan mencapai
Kemerdekaan Indonesia. Organisasi tersebut adalah, Serikat Islam Tahun 1911,
Muhammadiyah Tahun 1912, Indiche Partij Tahun 1911, Perhimpunan Indonesia Tahun
1924, Partai Nasional Indonesia Tahun 1929, Partindo Tahun 1933 dan sebagainya.
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali tampak dalam bentuk
federasi seluruh organisasi politik / organisasi masyarakat yang ada yaitu permufakatan
perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1927.

Baca Juga: 10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila

Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 merupakan titik
kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia, ini berarti bahwa sejarah perjuangan
bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya pada saat diproklamasikan. Puncak
bukanlah akhir, oleh karena itu perjuangan belum selesai karena itu kita sebagai
generasi muda harus tetap berjuang untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
di segala bidang kehidupan. Proklamasi memiliki makna bahwa bangsa Indonesia telah
berhasil melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan sejak saat itu bangsa
Indonesia bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa campur dari negara lain.

Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Bangsa adalah sebagai alat untuk mencapai cita-
cita proklamasi kemerdekaan yakni masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.
Karena Persatuan sangatlah penting untuk mencapai kesejahteraan bagi sebuah
negara. 
Sekian Artikel tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa, semoga artikel diatas dapat
bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan mengenai
arti pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia.

Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan (moto) yang dimiliki bangsa Indonesia.
Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diartikan dengan kalimat
"Berbeda-beda tetapi tetap satu".

Jika Diterjemahkan per kata, kata bhinneka memiliki arti "beraneka ragam" atau
"berbeda-beda". Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" yang merupakan
pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika
berarti "itu". Jadi Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu
Itu",

Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika


Dimana kata Bhinneka Tunggal Ikan "Beraneka Satu Itu" bermakna meskipun berbeda-
beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.

Baca Juga

 (Lengkap + Gratis) Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS


 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Semboyan Bhinneka Tunggal Ikan sering digunakan untuk menggambarkan persatuan
dan kesatuan Bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, suku, ras,
bahasa daerah, kepercayaan maupun agama.

Baca Juga: Kumpulan Informasi Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Kalimat Bhinneka Tunggal Ikan sendiri merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa
Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14 semasa
kerajaan Majapahit. Kakawin ini merupakan kakawin yang mengajarkan toleransi umat
beragama yaitu mengajarkan toleransi antara umat Buddha dengan umat Hindu Siwa.

Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks Indonesia


Bangsa Indonesia beruntung telah memiliki falsafah bhinneka tunggal ika sejak dahulu
ketika negara barat masih mulai memerhatikan tentang konsep keberagaman.
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman. Jika dilihat dari
kondisi alam saja Indonesia sangat kaya akan ragam flora dan fauna, yang tersebar
dari ujung barat samapai ujung timur serta dari ujung selatan ke utara di terdapat
sekitar 17508 pulau. Bangsa ini juga didiami lebih dari 1000 suku yang menguasai
sekitar 77 bahasa daerah dan menganut berbagai agama dan kepercayaan.
Keberagaman ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Atas dasar ini, para pendiri /
proklamator bangsa sepakat untuk menggusunug bhinneka tunggal ika sebagai
semboyan Bangsa Indonesia.

Karena Bagi setiap masyarakat Indonesia, semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat
dijadikan sebagai dasar guna melaksanakan perwujudan terhadap kerukuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Selayaknya, kita mewujudkannya dalam kehidupan sehari-
hari, contohnya dengan cara menjalani kehidupan dengan saling menghargai dan
menghormati setiap individu / warga negara, terlepas dari setiap perbedaan yang ada,
tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini bisa menimbulkan konflik dan
menjadi sumber atau awal pemecah kesatuan bangsa.

Baca Juga: Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)

Dengan Bhineka Tunggal Ika Rakyat Indonesia dilarang saling mendiskriminasi dengan


memandang perbedaan suku, bentuk wajah, warna kulit, agama, dan lain sebagainya.
Karena Semua rakyat indonesia perlu memiliki kesadaran bahwa Bangsa Indonesia
terdiri dari banyak keragaman. Oleh karenanya semua rakyat indonesia harus
menanamkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam hati, serta menyingkirkan dan
membuang sikap egois yang selalu mengutamakan diri sendiri atau menomorsatukan
asal daerahnya dan menganggap daerah lain tidak lebih penting daripada daerahnya.

Sekian Artikel tentang Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika, semoga artikel
diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai arti pentingnya mengamalkan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Karena dengan mengamalkan semboyan ini, maka negara Indonesia dapat
menjadi suatu negara yang kuat oleh persatuan dan kesatuan, serta tidak akan mudah
terpecah belah / terprovokasi oleh pengaruh negatif yang berasal dari dalam maupun
atau luar negeri.
Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan
Nasionalisme
Ditulis oleh Admin I 1 Des 2015 Tambah Komentar
Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme - Bangsa Indonesia
merupakan negara yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari zaman kerajaan,
penjajahan sampai ke zaman kemerdekaan. Tentunya tak mudah untuk mencapai
kemerdekaan, Perjuangan yang kuatlah yang dapat membawa bangsa indonesia
mewujudkan cita citanya. Peran serta seluruh rakyat Indonesia tak lepas dalam
perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Karena Sifat Nasionalisme dan
Patriotisme Rakyat merupakan kunci penting untuk memperoleh kemerdekaan dan
mempersatukan seluruh elemen bangsa Indonesia.

Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme

Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang berarti
jiwa kepahlawanan atau sifat kepahlawanan. serta kata "Patriotism" dalam bahasa
Inggris yang berarti sikap pantang menyerah, gagah berani, dan rela berkorban demi
bangsanya. Patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah
air, sehingga menimbulkan rasa rela berkorban untuk bangsanya.

Terdapat dua bentuk Patriotisme:


Constructive Patriotisme (Patriotisme Konstruktif) keterikatan kepada bangsa atau
negara dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritikan, sehingga bisa
membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.

Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa


memperdulikan toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah,
apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya". sehingga hal tersebut
bisa membawa peperangan dan kehancuran dunia.

 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan

 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan

Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan


pada:
Masa Damai (Pasca kemerdekaan) Sikap patriotisme pada masa damai dapat
diwujudkan salah satunya dengan cara: memajukan pendidikan, menegakkan hukum
dan kebenaran, memberantas kemiskinan dan kebodohan, memelihara persaudaraan
maupun persatuan,

Baca Juga: Kumpulan Informasi Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)


Masa Perang (Darurat) Sikap patriotism pada masa perang (darurat) dapat diwujudkan
dengan cara: ikut berperang secara fisik melawan penjajah, petugas logistik, menjadi
petugas dapur umum, menolong tentara (TNI) yang terluka, dsb.

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan
yang memiliki arti: semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara kehormatan
bangsa, mempunyai kebanggaan sebagai penduduk bangsa, mempunyai rasa
solidaritas kepada musibah dan kekurang terhadap saudara sebangsa dan
senegaranya.

Sedangkan Menurut Ensiklopedi Bahasa Indonesia: Nasionalisme merupakan sikap


sosial dan politik dari sekelompok bangsa yang memiliki kesamaan bahasa, wilayah,
kebudayaan serta kesamaan tujuan dan cita-cita dengan meletakkan kesetiaan yang
tinggi terhadap kelompok negaranya.

Terdapat Dua macam nasionalisme:


Nasionalisme dalam arti luas
Paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan
tanah airn nya dengan memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain
di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung prinsip-prinsip: kebersamaan, persatuan,
kesatuan, dan demokrasi.

Nasionalisme dalam arti sempit


Merupakan Paham kebangsaan yang sangat berlebihan (over) dengan menganggap
bangsanya sendiri lebih hebat dari bangsa lain. Paham ini biasa disebut dengan istilah
"Chauvinisme". Istilah tersebut pernah dianut di Jerman (pada masa Adolf Hitler),
Jepang (pada masa Tenno Haika), Italia (pada masa Bennito Mussolini).

Contoh bentuk nasionalisme:


Nasionalisme kewarganegaraan merupakan sejenis nasionalisme dimana negara
mendapat kebenaran politik dari penyertaan (partisipasi) aktif rakyatnya

Nasionalisme agama adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh


legitimasi politik dari persamaan agama. Misalnya, di India Nasionalisme bersumber
seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu. sedang
di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu
Katolik.

Baca juga: Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Nasionalisme etnis merupakan sejenis nasionalisme dmana negara mendapat


kebenaran politik dari etnis atau budaya asal sebuah masyarakat.

Nasionalisme kenegaraan adalah variasi nasionalisme kewarganegaraan, yang selalu


digabungkan dengan nasionalisme etnis.

Nasionalisme Budaya merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat


kebenaran politik dari budaya bersama dan tdak bersifat turun tmurun seperti ras,
bahasa atau warna kulit.

Nasionalisme romantik (biasah disebut nasionalisme identitas atau nasionalisme


organik) merupakan nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik
sebagai suatu yang alamiah yang merupakan ekspresi dari sebuah ras atau bangsa.
Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme

Penerapan Nasionalisme dan


Patriotisme dalam Kehidupan
Berbangsa
Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan
kehidupan yang cakupannya meliputi negara dan bangsa. Bentuk paling menonjol dari
penerapan nilai-nilai tersebut adalah berani berkorban untuk memajukan masyarakat,
bangsa maupun negara.

Agar dapat menerapkan nilai patriotisme dan nasionalisme, seseorang harus


mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Melihat begitu
pentingnya patriotisme dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
tidak mengherankan jika kedua hal tersebut perlu ditanamkan pada seluruh komponen
bangsa.

Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan
nasionalisme kepada semua elemen Bangsa (Indonesia):
 Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif dalam
pelaksanaan pembangunan.

 Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka


menumbuhkan sikap mental kesetiakawanan sosial, tepa selira, tenggang
rasa, dan rasa tanggung jawab.

 Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak


dan kewajiban sebagai warga negara yang memiliki tanggung jawab.

Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat
dilakukan dengan cara Pewarisan dan Keteladanan.

Cara Pewarisan
Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat
menumbuh kembangkan jiwa patriotisme  dan nasionalisme pada generasi muda.
Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi
tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan bangsa.

Baca Juga: Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan
nasionalisme dan patriotisme sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap tersebut
perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan di berbagai lingkungan, baik di
sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan keluarga:

 mendengarkan nasihat orang tua.

 membantu orang tua.

 menghormati dan menghargai orang tua.

 menjaga nama baik keluarga.


Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan sekolah:

 menghormati guru;

 mengikuti upacara bendera dengan baik;

 menjaga keamanan lingkungan kelas.

 melaksanakan tata tertib sekolah;

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan masyarakat, berbangsa,


dan bernegara:

 menghargai lagu kebangsaan;

 bangga memiliki kebudayaan nasional;

 menghormati bendera kenegaraan;

 mencintai produksi dalam negeri;

 berani membela kebenaran dan keadilan.

 menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah;

 menghormati jasa para pahlawan;

Cara Keteladanan
Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup yang
mencerminkan patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di berbagai
aspek lingkungan, seperti masyarakat, sekolah dan keluarga.

Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak


yang lebih tua. Contoh keteladanan di lingkungan keluarga:

 seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan
keagamaan.
Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak
Kelas), guru maupun kepala sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.

 Turut serta secara aktif pada gerakan pramuka.

Keteladanan di lingkungan masyarakat biasanya diberikan oleh tokoh masyarakat.


Contoh keteladanan di lingkungan masyarakat.

 Turut serta secara aktif pada gerakan Karang Taruna.

Sekian Artikel tentang Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme,


semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat
memberikan pengetahuan mengenai arti pentingnya Patriotisme dan Nasionalisme Bagi
Bangsa Indonesia.

Fungsi, Pengertian Serta 5 Asas Sistem


Sosial Budaya Indonesia
Ditulis oleh Admin I 2 Des 2015 Tambah Komentar

Sistem Sosial Budaya Indonesia - Sistem sosial budaya Indonesia merupakan


totalitas nilai, tata laku dan tata sosial manusia Indonesia yang mampu mewujudkan
pandangan falsafah dan hidup negara (Pancasila) ke dalam segala elemen kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Sistem Sosial Budaya Indonesia

Asas Sistem Sosial dan Budaya Indonesia


Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum
lahirnya masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda merupakan bukti jelas,
Acara ini merupakan konsensus nasional yang dapat membuat masyarakat Indonesia
terintegrasi pada gagasan Bineka Tunggal Ika.

Baca Juga: Kumpulan Informasi Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Konsensus merupakan persetujuan atau perjanjian yang bersifat umum tentang aturan,
nilai-nilai, dan norma-norma dalam menentukan sejumlah upaya dan tujuan untuk
mencapai peranan yang harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam suatu sistem
sosial.
Baca Juga
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa

Model integrasi atau Model konsensus yang menekankan akan unsur norma dan
legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sebagai berikut:
 Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam kehidupan
masyarakat tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan
 Keberlangsungan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat akan
nilai-nilai
 Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan
 Unsur dalam masyarakat itu seimbang dan terintegrasi 

Apabila pernyataan tersebut dikaji mendalam, peristiwa Sumpah Pemuda dapat


dikatakan merupakan konsensus nasional yang mendapat perwujudannya di dalam
sistem budaya Indonesia yang didasarkan pada 5 asas penting, yaitu:

Asas persatuan dan kesatuan


Bangsa Indonesia terdiri adri beraneka ragam budaya, suku, adat istiadat daerah,
bahasa, Agama dan sebagainya yang telah membentuk Negara Republik Indonesia
dan meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas sosial budayanya.

Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha (Tuhan YME) Esa lah manusia dapat mencapai
segalanya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebab pada akhirnya apa
yang diperoleh manusia, masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan
semua itu merupakan rahmat Tuhan YME.

Asas kedaulatan rakyat


Dalam menjalankan Kehidupan baik itu pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa
atau bernegara selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
rangka mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Asas merdeka
Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi,
masyarakat, dan berbangsa yang bebas itu tetap harus mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban bermasyarakat, bernegara dan berbangsa yang menghormati,
menghargai dan menjunjung tinggi kemerdekaan tersebut.

Baca Juga: Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika

Asas adil dan makmur


Setiap warga dalam kehidupan harus memiliki kehidupan yang layak dan adil sehingga
pendidikan, pekerjaan, kesehatan, pakaian, pangan, perumahan serta kepercayaan
terhadap Tuhan menjadi hak yang dipertanggungjawabkan dalam bermasyarakat,
berbangsa maupun bernegara.

Unsur-unsur Sistem Sosial Budaya


Menurut Alvin L. Bertrand terdapat Sepuluh unsur sistem sosial, yaitu:
 Perasaan (sentiment)
 Norma Tujuan
 Tujuan
 Keyakinan (pengetahuan)
 Status dan peranan
 Tingkatan atau pangkat (rank) Status dan peranan
 Sanksi
 Tekanan ketegangaan (stress strain)
 Kekuasaan atau pengaruh (power) Sanksi
 Sarana atau fasilitas
Baca Juga: Sejarah Lengkap Organisasi Budi Utomo

Sedangkan Menurut Bronislaw Malinowski terdapat empat unsur sistem sosial, yaitu:
 Organisasi ekonomi
 Sistem norma sosial, yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat untuk
bekerjasama serta menyesuaikan diri
 Organisasi politik
 Alat atau Lembaga Pendidikan (Keluarga)

Fungsi Sistem Sosial Budaya


Fungsi sistem Sosial Budaya adalah untuk mengatur, menata dan juga menetapkan
tidakan serta tingkah laku di masyarakat. Proses pembelajaran sistem ini dilakukan
dengan pembudayaan atau pelembagaan yang bertujuan agar dapat menyesuaikan diri
(sikap dan pikiran) denngan norma adat, dan peraturan yang hidup dan berlaku di
lingkungan kebudayaannya.

Fungsi Sistem Sosial Budaya

Proses pembelajaran dilakukan sejak kecil dari lingkungan keluarga, lingkungan


masyarakat dan seterusnya. Dimulai dari meniru apapun yang ada di lingkungan
keluarga kemudian tindakan (tingkah) tersebut akan menimbulkan dorongan untuk di
implementasikan kedalam kepribadian sehingga menjadi norma dan pola yang
mengatur tindakan yang dibudayakan.

Sekian Artikel tentang Fungsi, Pengertian Serta 5 Asas Sistem Sosial Budaya
Indonesia, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan
dapat memberikan pengetahuan mengenai arti pentingnya Sistem Sosial Budaya
Indonesia.

Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI - Sebagai seorang warga negara yang cintai
terhadap tanah air, semestinya kita wajib mengetahui mengenai NKRI walaupun hanya
secara sederhana (ringkas) saja. Artikel dibawah ini akan menambah pengetahuan
serta wawasan sobat mengenai Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia). di dunia ini ada banyak bentuk kenegaraan antara lain:
negara dominion, negara serikat, negara uni, negara protektorat, serta trust dan
mandat. Sedangkan bentuk negara yang dipakai oleh Indonesia ialah negara kesatuan
dengan bentuk republik. bentuk tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1.
Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI

Pengertian NKRI
Berdasarkan latar belakang terbentuknya Indonesia, bisa disimpulkan bahwa NKRI
merupakan suatu bentuk negara yang terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar
dengan bermacam adat, suku, keyakinan serta budaya yang memiliki tujuan dasar
menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Baca Juga: Kumpulan Informasi CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Sedang Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menutut UUD 1945 Pasal 1 (1)
berbunyi sebagai berikut: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik. Ketentuan ini dijelaskan dalam pasal 18 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kota dan kabupaten, yang tiap-tiap kota, kabupaten dan
provinsi itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

Secara umum fungsi dan Tujuan negara ialah:


Fungsi negara
 Menegakkan keadilan melaui lembaga-lembaga peradilan yang sesuai dengan
undang-undang.
 Mengusahakan kemakmuran, kesejahteraan, serta keadilan bagi rakyatnya.
 Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah hal-
hal buruk dalam masyarakat. Dalam kasus ini negara berperan sebagai
stabilisator, yakni pihak yang menstabilkan keadaan di masyarakat.
 Mempertahankan tegaknya kedaulatan negara serta mengantisipasi
kemungkinan adanya serangan yang dapat mengancam kelangsungan hidup
negara.

Baca Juga

 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Tujuan negara:
 Untuk mencapai kesejahteraan umum
 Untuk melaksanakan ketertiban umum
 Untuk memperluas kekuasaan.

Tujuan negara menurut Ahli:


Tujuan Negara Menurut ajaran Plato
 Tujuan Negara Yaitu mewujudkan kesusilaan manusia sebagai makhluk sosial
dan individu.
Tujuan Negara Menurut Rousseau
 Tujuan negara ialah menciptakan persamaan dan kebebasan bagi warga
negaranya.

Tujuan Negara Menurut Roger H. Soltau


 Tujuan Negara Yaitu memungkinkan rakyatnya berkembang dan
mengembangkan daya ciptanya sebebas mungkin.

Tujuan Negara Menurut Shan Yang dan Machiavelli


 Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan sehingga rakyat wajib mau
berkorban untuk kejayaan negara.

Tujuan Negara Menurut Harold J. Laski


 Negara memiliki tujuan untuk menciptakan keadaan yang baik agar rakyatnya
bisa mencapai keinginan secara maksimal.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Hukum


 Tujuan Negara ialah menyelenggarakan ketertiban hukum yang berlaku di
negara tersebut.

Tujuan Negara Menurut ajaran Teokratis


 Tujuan Negara yaitu mencapai hidup yang tenteram dan aman dengan taat
kepada Tuhan YME.

Baca Juga: Kumpulan Cerita dan Kata-Kata Motivasi Terbaik

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Polis


 Tujuan Negara yaitu mengatur ketertiban serta keamanan di dalam negara.

Tujuan Negara Menurut Agustinus dan Thomas Aquinas


 Tujuan Negara ialah mencapai kehidupan dan penghidupan yang aman dan
tentram dengan taat dan dibawah pimpinan Tuhan YME.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Kesejahteraan


 Tujuan Negara ialah mewujudkan kesejahteraan umum.

Tujuan NKRI
Tujuan nasional Negara Indonesia sesuai dengan yang tertulis di pembukaan UUD
1945, yaitu:
 Memajukan kesejahteraan umum.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Fungsi NKRI
Berdasarkan tujuan  nasional Negara Indonesia, maka fungsi NKRI dapat disimpulkan
sebagai berikut:
 Fungsi membentuk kelembagaan Negara
 Fungsi membuat UUD
 Fungsi menentukan anggaran pendapatan dan belanja negara
 Fungsi membuat undang-undang dan peraturan-peraturan umum
 Fungsi pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara
 Fungsi pertimbangan
 Fungsi pemerintahan menyelenggarakan kemakmuran
 Fungsi kehakiman
 Fungsi perencanaan (kegiatan pembangunan Negara).
Sekian artikel tentang Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI, semoga artikel
mengenai NKRI di atas dapat memberikan banyak pengetahuan baru serta gambaran
kepada sobat tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) secara lebih
mendalam.

Keberagaman Bangsa Indonesia


Ditulis oleh Admin I 16 Apr 2016 Tambah Komentar

Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan serta


keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, bahasa daerah, dan
masih banyak lainnya. Meskipun penuh dengan keragaman budaya, Indonesia tetap
satu sesuai dengan semboyan nya, Bhineka Tunggal Ika yang artinya "meskipun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Keragaman budaya turut serta didukung oleh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah wilayah-wilayahnya oleh
lautan. 

Keberagaman Bangsa Indonesia


Pengertian Keragaman Indonesia
Keragaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti
itu ada pada suku bangsa, agama, ras, serta budaya. Keragaman yang ada di
Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa indonesia. Pemerintah harus bisa
mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan
persatuan dan kesatuan nasional menuju indonesia yang lebih baik.

Faktor Penyebab keberagaman Bangsa Indonesia


Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku bangsa
yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan wilayah di penjuru
indonesia. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri pada aspek
sosial dan budaya. Menurut penelitian badan statistik auat BPS, yang di lakukan tahun
2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa.

Baca Juga: Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat
Baca Juga

 (Lengkap + Gratis) Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS


 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik

Keberagaman yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan hal itu
disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali.
Munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi
tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam keutuhan
NKRI. Karean itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan bisa dilakukan
dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kesetaraan, kebersamaan,
toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
adalah sebagai berikut :
 Kondisi negara kepulauan
 Letak strategis wilayah Indonesia
 Perbedaan kondisi alam
 Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
 Keadaan transportasi dan kumunikasi

Keberagaman Agama, Kepercayaan dan Ras di Indonesia


Keberagaman ini antara lain di pengaruhi oleh letak geografis indonesia yang terletak di
jalur perdagangan internasional, serta kekayaan alam yang melimpah maka perdagang
asing datang ke Indonesia. Selain melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga
menyebarkan ajaran agama dan kepercayaan yang mereka yakni agama Budha dan
Hindu masuk dibawa oleh bangsa India yang telah lama berdagang dengan Indonesia,
lalu menyusul para pedagang Gujarat yang menyebarkan agama Islam. Kedatangan
bangsa Eropa membawa agama katolik dan kristen, sedangkan pedagang cina
menyebarkan ajaran Kong Hu Chu. Berbagai agama diterima oleh bangsa Indonesia
karena sebelumnya masyarakat sudah mengenal kepercayaan sperti dinamisme
maupun animisme. Juga sifat keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap budaya lain.

Keberagaman Ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang memiliki
ciri-ciri fisik yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras dengan manusia
yang lainnya sebab adanya perbedaan ciri-ciri fisik seperti bentuk rambut, warna kulit,
bentuk badan, ukuran badan, bentuk mata, warna mata, dan ciri fisik lainnya.
Masyarakat indonesia memiliki keberagaman ras disebabkan oleh kehadiran bangsa
asing ke wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di Indonesia seperti ras malayan-
mongoloid yang tersebar di wilayah sumatra, kalimantan, sulawesi, jawa, bali,. Yang
kedua adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah Papua, NTT dan maluku. Ketiga
ras Kaukosoid yaitu orang India, timur Tengah, Australia, Eropa dan Amerika. Terakhir
yaitu ras Asiatic mongoloid seperti orang Tionghoa, korea dan jepang. Ras ini tinggal
dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia, namun terkadang mendiami wilayah
tertentu.

Keberagaman suku bangsa dan budaya Budaya


Budaya mempunyai sifat yang universal. Hal tersebut berarti ada berbagai sifat umum
yang melekat dan menyatu pada setiap budaya yang ada dan dihasilkan. Beberapa
sifat universal budaya tersebut di antaranya :
 Kebudayaan brdasar pada lambang
 Kebudayaan merupakan milik bangsa
 Kebudayaan dapat terintegrasi
 Kebudayaan selalu berubah
 Kebudayaan bisa disesuaikan
 Kebudayaan adalah hasil belajar
 Kebudayaan bersifat nisbi dan relatif

Pada suatu budaya juga terdapat suatu pola prilaku yang biasa disebut patterm of
behavior yang merupakan tat cara masyarakat.

Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia


Pernahkah anda bepergian ke pulau-pulau atau daerah-daerah lain di penjuru
Indonesia? Coba ceritakan pengalaman anda ketika berkunjung ke lain pulau atau ke
lain daerah tempat tinggal kalian.

Nah, dengan mengetahui pulau-pulau atau daerah-daerah di Indonesia kita dapat


mengetahui perbedaan secara kewilayahan dan perbedaan sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia

Aspek kewilayahan menjelaskan, bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia


merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau besar kecil di dalamnya. Satu
pulau dengan pulau yang lain dipisahkan oleh bentangan laut yang sangat luas. Kondisi
wilayah yang demikian menjadikan keterpisahan antara satu bagian wilayah negara
dengan wilayah negara yang lain dalam negara Indonesia. Selain itu juga terdapatnya
jarak yang jauh antara pusat dengan daerah. Terbawa oleh kondisi kewilayahan
tersebut, perlu disadari oleh semua pihak bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
sesungguhnya rawan terjadinya perpecahan (disintegrasi).

Baca Juga: Kumpulan Informasi CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Aspek sosial budaya menjelaskan, bahwa masyarakat Indonesia diwarnai oleh berbagai
macam perbedaan, baik perbedaan agama, suku, ras, bahasa dan kebudayaan.
Kondisi sosial budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa Indonesia
menyimpan potensi terjadinya konflik. Kenyataan juga menunjukkan, bahwa dalam
kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi konflik antar-kelompok masyarakat yang
dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan tersebut. Sampai saat ini, konflik-konflik
yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan bangsa ini. Namun
demikian kenyataan semacam itu perlu manjadikan perhatian semua pihak agar dapat
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.

dengan dua alasan tersebut, maka penting sekali memahami keberagaman yang ada di
masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa memiliki
kesadaran akan keberagaman yang ada, bangsa Indonesia bisa saja terjerumus ke
arah perpecahan.

Manfaat Keberagaman Budaya di Indonesia


Sumber pengetahuan bagi dunia
Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki suatu masyarakat dan dilembagakan dalam
suatu bentuk artefak budaya yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan generasi
penerusnya. Dengan artefak budaya kita akan mengenal nilai-nilai masyarakat di masa
lalu. Hal ini sangat penting untuk dijadikan sumber pengetahuan. Bagi budayawan
mauoun sejarawan, artefak budaya sangatlah penting dan harus dilestarikan. Karena
suatu artefak budaya dari masa lalu bisa menjadi sumber informasi berharga.

Identitas bangsa di mata internasional


Dengan kemajemukan budaya yang ada bisa menjadi identitas diri suatu bangsa. Kita
tahu bahwa bangsa australia adalah bangsa aborogin, hal itu merupakan salah satu
identitas negara australian di mata dunia. Kita tahu bahwa alat musik gitar akustik
adalah ciri musik latin dari Amerika selatan. Itu pun bisa menjadi ciri khas suatu bangsa.
Oleh sebab itu, manfaat keberagaman budaya Indonesia ini membuat indonesia
memiliki banyak sekali artefak budaya yang bisa mengenalkan negara kita kepada
dunia internasional. Dengan keanekaragam budaya pula tentunya melahirkan berbagai
macam ide yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

Memupuk sikap toleransi


Masih banyak lagi manfaat yang dapat kita rasakan dari keberagaman budaya di
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dengan adanya multikulturalisme (ragam
budaya), diharapkan mempertebal sikap toleransi dan rasa tolong menolong serta
nasionalisme kita.

Baca Juga: Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Menumbuhkan sikap nasionalisme


Perbedaan budaya yang ada dapat menciptakan rasa cinta tanah air, karena
keanekaragam budaya merupaka suatu kekayaan yang dimiliki suatu bangsa. Tidak
hanya hasil tambang, komoditi ekspor yang mempengaruhi pendapatan negara. Faktor
budaya juga menjadi daya tarik dan kekayaan yang bisa dimiliki suatu bangsa. Budaya
mengajarkan kita akan nilai-nilai leluhur bangsa yang memiliki keunikan dan
kegunaannya masing-masing.

Ketika kita memandang bahwa keanekaragaman budaya merupakan suatu kekayaan,


maka dengan sendirinya kita akan berusaha menjaga kekayaan kita tersebut. Sehingga
sikap memiliki dan menghargai kekayaan bangsa dapat muncul di dalam diri kita.

Alat pemersatu bangsa


Dengan memiliki berbagai bahasa daerah, tidak menyebabkan bangsa Indonesia
terpecah belah tetapi justru menambah kekayaan perbendaharaan bahasa. Karena
keunikan ini merupakan kekayaan yang mana tidak ada negara lain yang memiliki
keanekaragaman budaya layaknya Indonesia. Bhineka Tunggal Ika merupakan simbol
pemersatu bangsa dan sangat menarik di mata bagsa bangsa dunia.

Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mampu menjaga dan
melestarikan kebudayaan bangsa kita tercinta ini. Janganlah kita biarkan perbedaan
yang ada itu membuat kita lemah dan memicu konflik, namun marilah kita
bergandengan tangan menyongsong Indonesia yang Jaya, penuh harapan dan jadi
lebih baik. Amin.
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan
Kewajiban Lembaga Pemerintah di
Indonesia
Ditulis oleh Admin I 24 Apr 2016 7 Komentar
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia -
Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di
tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden,


DPR, MPR, DPD, MA, MK, BPK, dan KY;

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan


Presiden;

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti KPK, Kejaksaan Agung,


PPATK, KPU, Bank Indonesia, KPI, Ombudsman dll;

Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi
alat untuk menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan cerminan
sebuah negara. Dalam menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintahan tersebut
mempunyai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban.
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia

Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga
Pemerintah di Indonesia akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara yang baik,
alangkah baiknya jika kita mengenal Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban
Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan
memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban
Lembaga Pemerintah di Indonesia. Antara Lain:

Presiden
Tugas Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD

 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.

 menjalankan pemerintahannya sesuai dengan UUD dan UU.

 memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan kejaksaan


telah patuh kepada UUD dan UU yang berlaku.
 Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).

 Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan terhadap RUU


bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.

 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam


kegentingan yang memaksa)

 Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA


(Mahkamah Agung)

 Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

 Menyatakan perang serta membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara


lain sesuai dengan persetujuan DPR

 Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan


pertimbangan DPR

 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan


DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan
UU

 Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh DPR
dan memperhatikan pertimbangan DPD.

 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan


DPR. 

 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR

 Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, Mahkamah


Agung dan DPR

 Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan
sudah disetujui DPR 
Kewenangan dan Kekuasaan Presiden :

 Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.

 Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.

 Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.

 Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA (Mahkamah


Agung).

 Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.

 Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial


dengan persetujuan DPR.

 Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat


dan AL / Angkatan Laut.

 Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang-


Undang

 Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak atau


mempengaruhi beban keuangan negara.

 Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan
perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh
UU.

Tanggungjawab Presiden :

 Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan,


dengan memperhatikan konstitusi maupun landasan ideology pancasila.

 Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh


lapisan masyarakat Indonesia. presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk
memberi kepastian kepada masyarakat, bahwa pemerintahannya tunduk
dibawah konstitusi UUD 1945 ( Hasil Amandemen ).
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan

 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan


Istimewa

Baca Juga : Kumpulan Informasi Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Fungsi presiden sebagai kepala Negara :

 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan


Angkatan Laut. 

 Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya ditetapkan


dengan UU. 

 Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar
bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan UU harus dengan persetujuan
DPR.

 Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan


pertimbangan DPR. 

 Memberi rehabilitasi dan grasi dengan memperhatikan pertimbangan MA. 

 Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
Hukum. 

 Dalam hal lkhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan


Peraturan Pemerintah sebagai pengganti UU.

 Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan


bersama DPR. 
 Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama DPR
untuk menjadi UU.

 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan


DPR.

 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain


dengan persetujuan DPR.

 Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan


pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan Undang-
Undang.

 Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan


pertimbangan DPD.

 Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.

 Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR
atas dasar pertimbangan DPD.

 Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah
mendapat persetujuan DPR untuk menjadi Hakim Agung.

 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan


DPR. 

Hak dan Kewaiban Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD ( Pasal 4 ayat 1 )

 Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri ( pasal 17 ayat 2 )

 Menetapkan peraturan pemerintahan ( Pasal 5 ayat 2 )

 Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR ( pasal 11


ayat 2 ) 

 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU ( Pasal 10 )

 Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA ( Pasal


14 ayat 1 ) 
 Menyatakan keadaan bahaya ( Pasal 12 ) Mengangkat duta dan konsul ( Pasal
13 ayat 1 ). 

 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal


13 ayat 2 ) 

 Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan pertimbangan


DPR ( Pasal 13 ayat 3 )

 Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan


selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa ( Pasal 9 ayat 1 )

 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal


14 ayat 2 ) 

 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain


dengan persetujuan DPR ( Pasal 11 ayat 1 )

 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU
( pasal 15 ) 

 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan


pertimbangan kepada presiden ( Pasal 16 )

 Berhak mengajukan RUU kepada DPR ( Pasal 5 ayat 1 )


Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Tugas dan wewenang MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat :

 Melantik presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR

 Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti
secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis
masajabatanya.

 Mengubah dan menetapkan UUD

 Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah


Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang
Paripurna Majelis;

 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,


diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;

 Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;

 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan p-


residen dan wakilnya dalam masa jabatanya dan wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan alasannya didalam siding

Fungsi Anggota MPR RI :

 Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam
menjalankan tugasnya.

 Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan adil.

Hak-hak Anggota MPR RI :

 menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan

 mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945

 memilih dan dipilih

 Protokoler

 imunitas

 membela diri

 keuangan dan administratif.

Kewajiban Anggota MPR RI :


 melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati peraturan perundang-undangan

 memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

 mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan


golongan.

 melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.

 mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan


Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Tugas dan Wewenang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) :

 Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap


Peraturan Pernerintah Pengganti Undang-Undang

 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat


persetujuan bersama

 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD


terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama

 Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.

 Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang


yang diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada
huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I

 Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan


oleh DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam
pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I

 Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undà ng yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat
I

 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden


dengan memperhatikan pertimbangan DPD

 Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat

 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan


pertimbangan DPD

 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban


keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

Hak-Hak Anggota DPR RI :

 Mengajukan rancangan undang-undang

 Menyampaikan usul dan pendapat

 Memilih dan dipilih

 Mengajukan pertanyaan

 Membela diri

 Protokoler

 Imunitas

 Keuangan dan administrative

Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap


Kewajiban Anggota DPR RI :

 Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945


dan mentaati segala peraturan perundang-undangan

 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah

 Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara


kesatuan Republik Indonesia

 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan


golongan

 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan


daerah pemilihannya

 Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR

Fungsi Anggota DPR RI :

 Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang
kekuasaan untuk membentuk undang-undang.

 Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang serta APBN.

 Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan
atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang
APBN yang diajukan oleh Presiden.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Tugas DPD (Dewan Perwakilan Daerah):

 Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan


dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.

 dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai


otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang


diajukan oleh Presiden atau DPR.

 memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang


APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama.

 menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai


otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan
agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. 

 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang


berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas

Wewenang Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) :

 Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.

 Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan
pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

 Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait
dengan pajak, pendidikan dan agama.

 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah,


hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan
pertimbangan keuangan pusat dan daerah serta menyampaikan hasil
pengawasan kepada DPR.

 Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.

 Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan
keuangan pusat dan daerah.

Hak-Hak Anggota DPD RI :

 Menyampaikan usul dan pendapat

 Memilih dan dipilih

 Membela diri

 Protokoler

 Imunitas

 Keuangan dan Administratif

Kewajiban Anggota DPD RI :

 Mengamalkan Pancasila

 Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


dam menaati segala peraturan perundang-undangan

 Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya


 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia

 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan


golongan

 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat


dan daerah

 Menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD

 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan


daerah pemilihannya

Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

 menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku


hakim.

 mengusulkan pengangkatan hakim agung;

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang


hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas persetujuan DPR. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial
adalah 5 tahun.

Tugas Komisi Yudisial ( KY ) :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung

 Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan persetujuan
dan selanjut nya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden
 Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku
hakim.

 Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR

 Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung

 Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung

 Menetapkan calon Hakim Agung

Baca Juga : Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat

Wewenang Komisi Yudisial ( KY ) :

 Memutuskan pengangkatan hakim agung

 Mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkan


kehormatan,keluhuran,martabat serta perilaku hukum.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Tugas Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :

 Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu


diberitahukan kepada DPR

 Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan sesuai


yang telah disetujui DPR.

 Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara

 Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN

 Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR

 Memeriksa semua pelaksanaan APBN

 Pelaksanaan pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU

Wewenang Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :


 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang
dan atau unit organisasi yang mengelola keuangan negara.

 Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan pemerintah
atau badan swasta sepanjang tidak bertentangan terhadap undang – undang.

 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik pemeriksaan

 Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian Negara

 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan


pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyajikan
laporan pemeriksaan.

Mahkamah Konstitusi (MK)


Tugas Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai


digaan pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945.

 memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya


diberikan oleh UUD 1945

 memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil


Pemilihan Umum.

 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya


bersifat final

 untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Ungang Dasar,

Wewenang Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945

 Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu

 Memutus pembubaran partai politik


 Memutus sengketa kewenangan antara lembaga-lembaga Negara, yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945

Kewajiban Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga:

1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa


a) penyuapan
b) korupsi
c) penghianatan terhadap negara
d) atau tindak pidana lainnya

2. atau perbuatan tercela, dan/atau

3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Kesatuan masyarakat hukum adat (untuk pengujian UU)

 Perorangan warga negara Indonesia (untuk pengujian UU)

 Pemerintah (untuk pembubaran partai politik)

 Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD,
maupun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden (untuk perselisihan hasil
pemilu)

 Badan hukum publik atau privat (untuk pengujian UU)

 Lembaga negara (untuk pengujian UU dan sengketa antar lembaga)

Fungsi Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.


 untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari koridor
konstitusi sehingga hak-hak konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu sendiri
terkawal konstitusionalitasnya Untuk menguji apakah suatu undang-undang
bertentangan atau tidak dengan konstitusi.

 pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam


ketatanegaraan Indonesia sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem
bukan lagi supremasi parlemen melainkan supremasi konstitusi.

Mahkamah Agung (MA)


Fungsi Anggota Mahkamah Agung ( MA ) :
Fungsi Peradilan

 Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA ialah pengadilan kasasi yang


bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan
kasasi & peninjauan kembali guna menjaga agar semua hukum dan undang-
undang diseluruh wilayah Indonesia diterapkan secara tepat, adil dan benar.

 Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji dan menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-
undang tentang hal apakah suatu peraturan perlu ditinjau dari isinya (materinya)
dan bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

 Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang


memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir.

Fungsi Mengatur

 Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14
Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985)
 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang

Fungsi Pengawasan

 Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi terhadap jalannya


peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
serta berpedoman pada azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya
rendah, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa
dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).

 Mahkamah Agung melakukan pengawasan, kepada penegak pengadilan serta


tingkah laku para Hakim dan para pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas

 yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok kekuasaan, Kehakiman, yaitu


dalam hal Memeriksa, menerima, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya dan menerima keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi teguran, peringatan serta
petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi Kebebasan Hakim (Pasal 32
Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

Fungsi Administratif

 Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer


dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1)
Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan
finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan,
walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
 Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan
organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
Fungsi Nasehat

 Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk


kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
 Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). 
 Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang hukum
kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah
Agung No.14 Tahun 1985). 
 Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara.

Fungsi Lain-lain

 Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta


menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat
(2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung juga diserahi tugas serta kewenangan
lain berdasarkan Undang-undang.

Kekuasaan Mahkamah Agung ( MA ) :

1. memeriksa dan memutus


a) permohonan kasasi;
b) sengketa tentang kewenangan mengadili;
c) permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
2. memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak,
kepada Lembaga Tinggi Negara.

3. menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di


bawah undang-undang.

4. memberikan nasehat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara untuk


pemberian atau penolakan grasi.

5. melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Hak Mahkamah Agung (MA) :

 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan


perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
 memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
 mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi

Sekian Artikel tentang Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga
Pemerintah di Indonesia, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat
MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan mengenai Tugas, Wewenang,
Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia Karena kita sebagai
warga negara yang baik hendak nya mengatahui peran dan fungsi lembaga
pemerintahan di indonesia.

Sistem Pemerintahan Indonesia (Lengkap


Sejarah dan Penjelasan)
Ditulis oleh Admin I 6 Jun 2016 2 Komentar
Sistem Pemerintahan Indonesia - Sistem Tata Negara / Sistem Pemerintahan
memiliki tujuan untuk menjaga kestabilan suatu negara. Di dunia ini terdapat beberapa
macam sistem pemerintahan yang masing-masing mempunyai kelebihan, kekurangan,
karakteristik, serta perbedaan masing-masing. Sehingga diterapkan sesuai dengan
kondisi masing-masing negara, sistem ini dapat dibedakan menjadi :
 Parlementer
 Presidensial
 Semipresidensial
 Komunis
 Liberal
 Demokrasi liberal

Sistem pemerintahan merupakan cara pemerintah dalam mengatur segala yang


berhubungan dengan pemerintahan. Secara luas sistem pemerintahan bisa diartikan
sebagai sistem yang menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum
minoritas dan mayoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,
ekonomi, pertahanan, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu
dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut.

Secara sempit, Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif
lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari masyarakat.

Baca Juga : Kumpulan Informasi Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)


Baca Juga

 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan

Sehingga Sistem Pemerintahan bisa diartikan sebagai sebuah tatanan utuh yang terdiri
dari bermacam macam komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan
serta memengaruhi dalam mencapaian fungsi dan tujuan pemerintahan. Sistem ini
bermanfaat untuk menjaga kestabilan pemerintahan, pertahanan, ekonomi, politik, dan
lain sebagainya. 

Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum


Diamandemen
Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan
lembaga tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-
Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan
seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya
(distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu
Presiden, Mahkamah Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum


Diamandemen
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok sistem
pemerintahan negara indonesia, sebagai berikut:

 Sistem Konstitusional.
 Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
 Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat).
 Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
 Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
 Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan
Presidensial ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru.

Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan yang sangat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur
menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan persetujuan maupun
pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat. Karena tidak adanya pengawasan dan
persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung mudah
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden
juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
solid dan kompak serta Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau
berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia pada
masa itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan
bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkan.

Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem


pemerintahan yang lebih baik (demokratis). Untuk itu, harus disusun pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi (Pemerintah konstitusional). Pemerintah
konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara itu berisi :
 Jaminan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
 Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif.

Sistem pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah


Diamandemen
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada UUD 1945.
Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun kenyataannya bukan di tangan
rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu
"luwes" (yang dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945
tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan
diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan
presidensil.

Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan


sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD. UUD
memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara
dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Presiden, Mahkamah Agung (MA), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Mahkamah Konstitusi (MK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).

Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen

Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam
masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD
1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih
mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya
transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:


 Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
 Bentuk negara kesatuan yang memiliki prinsip otonomi daerah yang luas.
Wilayah negara terbagi menjadi beberapa provinsi.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
 Presiden merupakan kepala negara yang sekaligus sebagai kepala
pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat
dalam satu paket.
 Parlemen terdiri dari dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Para anggota DPR dan DPD merupakan
anggota MPR. DPR mempunyai kekuasaan legislatif serta kekuasaan
mengawasi jalannya pemerintahan.
 Kabinet / menteri diangkat oleh presiden serta bertanggung jawab langsung
kepada presiden.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil elemen-elemen dari sistem pemerintahan


parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan yang ada
pada sistem presidensial. Beberapa variasi sistem pemerintahan presidensial di
Indonesia ialah sebagai berikut :

 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau


persetujuan dari DPR.
 Parlemen mendapat kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-
undang dan hak anggaran (budget)
 Presiden sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun tidak secara
langsung.
 Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu persetujuan
dan pertimbangan DPR.

Sistem Pemerintahan Indonesia Saat Ini (Setelah Diamandemen)


Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat".

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik".

Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, sedangkan
bentuk pemerintahannya ialah Republik. Selain bentuk pemerintahan republik dan
bentuk negara kesatuan, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4
Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang Undang Dasar". Dengan demikian, sistem
pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.

Baca Juga : Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan


presidensial. Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen dari sistem
pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di
Indonesia ialah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan
antara sistem pemerintahan presidensial (mayoritas) dengan sistem pemerintahan
parlementer (minoritas). Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami
beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya :

 Tahun 1945-1949, Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan


Presidensial
 Tahun 1949-1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer yang
semu
 Tahun 1950-1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer
dengan demokrasi liberal
 Tahun 1959-1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial secara
demokrasi terpimpin.
 Tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial

Terdapat perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal tersebut


diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru ini
antara lain adanya pemilihan secara langsung, mekanisme check and balance, sistem
bikameral dan pemberian kekuasaan yang lebih besar pada parlemen untuk melakukan
pengawasan serta fungsi anggaran.

Sekian artikel tentang Sistem Pemerintahan Indonesia Lengkap dengan Sejarah


dan Penjelasannya, semoga penjelasan tengtang Sistem Pemerintahan Indonesia
dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah wawasan dan
pengetahuan anda tentang Sistem Pemerintahan di Indonesia pada khususnya dan
negara Indonesia pada umumnya. Terimakasih atas kunjungannya.

Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan


Pemerintahan Daerah - Indonesia merupakan negara kesatuan yang disebut dengan
eenheidstaat, yaitu negara merdeka dan berdaulat yang pemerintahannya diatur oleh
pemerintah pusat. Dalam konstitusi Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 4 ayat (1) dikatakan bahwa
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar. sehingga dalam pasal ini apabila kita tafsirkan bahwa pemegang
kekuasaan tertinggi di negara indonesia adalah presiden.

Namun karena luasnya daerah-daerah di negara kita yang terbagi-bagi atas beberapa
provinsi, kabupaten serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan
daerah dengan maksud guna mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap
daerahnya sehingga digunakanlah suatu asas yang dinamakan asas otonomi sesuai
dengan yang diatur dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini menimbulkan suatu
hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.

Pengertian Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah


Pemerintahan pusat adalah penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yakni Presiden dengan dibantu seorang Wakil Presiden dan oleh menteri-
menteri negara. Dengan kata lain, pemerintahan pusat adalah pemerintahan secara
nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.

Pemerintahan Daerah, Pengertian Pemerintah Daerah Bedasarkan UU No.32 tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), seperti yang
dimaksud pada UUD 1945. Penyelenggara Pemerintahan Daerah: Walikota,
Bupati, Gubernur dan perangkat daerah lainnya (kepala badan, kepala dinas, dan unit-
unit kerja lannya yang dikendalikan oleh Sekretariat Daerah).

Baca Juga

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan


 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
 (Lengkap + Gratis) Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS
Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat
struktural dan fungsional
Hubungan Struktural
Hubungan struktural adalah hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang dalam
pemerintahan. Pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di
tingkat nasional. pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di
daerah masing masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
dalam sistem dan prinsip NKRI. Secara struktural presiden merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional.
kepala daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing
masing sesuai dengan prinsip otonomi seluas luasnya.

Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi
kesempatan untuk membentuk lembaga-lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan
daerah. Untuk lebih jelasnya, hubungan struktural tersebut dapat kalian lihat pada
bagan berikut.

Hubungan Struktural Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah


Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat
menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi dan
desentralisasi.
 Sentralisasi merupakan pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah
dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai pengaturan
kewenangan. Di Indonesia sistem sentralisasi pernah diterapkan pada zaman
kemerdekaan sampai orde baru.
 Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya desentralisasi maka
muncullah otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya
merupakan istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan
sebagai penyerahan kewenangan.

Pelimpahan wewenang dengan cara Dekonsentrasi dilakukan melalui pendelegasian


wewenang kepada perangkat yang berada di bawah hirarkinya di daerah sedangkan
pelimpahan wewenang dengan cara desentralisasi dilakukan melalui pendelegasian
urusan kepada daerah otonom. Terdapat tiga faktor yang menjadi dasar pembagian
fungsi, urusan, tugas, dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah.
 Fungsi yang sifatnya berskala nasional dan berkaitan dengan eksistensi negara
sebagai kesatuan politik diserahkan kepada pemerintah pusat.
 Fungsi yang menyangkut pelayanan masyarakat yang perlu disediakan secara
beragam untuk seluruh daerah dikelola oleh pemerintah pusat.
 Fungsi pelayanan yang bersifat lokal, melibatkan masyarakat luas dan tidak
memerlukan tingkat pelayanan yang standar, dikelola oleh pemerintah daerah
yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan daerah masing-masing.

Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing
pemerintahan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan
yang lain. Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan
kewenangan yang saling melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak pada
visi, misi, tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini, baik di
tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi serta memberi ruang kebebasan
kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan
kondisi dan kemampuan daerahnya.

Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang harus
dijalankan oleh pemerintahan pusat dan daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (goog governance). Nah pembagian tugas dan wewenang baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun
2004.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi atas kriteria akuntabilitas, eksternalitas


dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antarsusunan
pemerintahan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,
yang diselenggarakan berdasarkan kriteria di atas terdiri atas urusan wajib dan urusan
pilihan.
 Kriteria ekesternalitas adalah pembagian urusan pemerintahan yang ditentukan
berdasarkan dampak akibat yang ditimbulkan. Dalam arti jika urusan
pemerintahan tersebut dalam penyelenggaraannya berdampak nasional maka itu
menjadi urusan Pemerintah, berdampak regional menjadi urusan Provinsi dan
lokal menjadi urusan Kabupaten/Kota.
 Kriteria akuntabilitas adalah penanggung jawab suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan kedeketannya/yang menerima langsung dampak/akibat
yang ditimbulkan. Hal ini untuk menghindari klaim atas dampak/akibat tersebut,
dan ini sejalan dengan semangat demokrasi yaitu pertanggungjawaban
Pemerintah kepada rakyatnya.
 Kriteria efisiensi yakni daya guna dan hasil guna yang diperoleh dalam arti jika
urusan pemerintahan tersebut akan berhasil guna jika ditangani/diurus
Pemerintah maka itu menjadi urusan pemerintah, demikian pula sebaliknya.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten atau
kota adalah urusan dalam skala provinsi. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kekhasan, kondisi, serta
potensi unggulan pada daerah tersebut.

Pemerintahan daerah saat menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan


dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan
tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil
dan selaras. Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan
kewilayahan antarsusunan pemerintahan.

Pembagian Urusan Pemerintahan


Ketika kita membahas urusan pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat, peraturan
yang dapat menjadi pegangan bagi kita ialah Undang-Undang No. 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang yang disahkan pada akhir masa
Pemerintahan Pesiden SBY

Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
 Urusan pemerintahan konkuren
 Urusan pemerintahan absolut
 Urusan pemerintahan umum

Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat
dan daerah. Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri atas
asas dekonsentrasi, desentraslisasi, serta asas tugas pembantuan, berikut
penjelasannya :
 Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat / bisa juga kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, /
kepada wali kota maupun bupati sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum.
 Asas desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah,
dan domain dari desentralisasi sangat berkaitan dengan penyerahan kekuasaan
dari sebelumnya kekuasaan milik pusat menjadi milik daerah.
 Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada
Daerah kota atau kabupaten untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

Urusan pemerintahan konkuren. ialah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara


Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kota/kabupaten, urusan yang
diserahkan kepada daerah menjadi patokan pelaksana otonomi daerah. Pembagian
tersebut mencangkup berbagai bidang, mulai dari perdagangan, pertanian, perikanan,
pertambangan dan lain sebagainya. Tapi prinsip utama dalam pembagian urusan
pemerintahan konkuren adalah harus didasarkan pada efisiensi, akuntabilitas,
eksternalitas serta harus berkepentingan nasional.

Pembagian urusan konkuren kemudian diperjelas dalam tatananan territorial atau


wilayah, seperti contohnya dalam lokasi, pusat berwenang pada lokasi lintasi Negara
ataupun lintas daerah provinsi, sedang provinsi berada pada lintas kabupaten/kota,
sedang untuk tingkat kabupaten/kota berada pada area dalam kabupaten atau kota.

Baca Juga : 10 Hasiat Semut Jepang bagi Kesehatan

Dalam UU no. 23 tahun 2014 pada lampiran matriks pembagian urusan pemerintahan


konkuren, jika kita masuk kedalam bidang dan sub bidang, maka pusat, daerah provinsi
dan kabupaten/kota memiliki porsi kewenangannya sendiri-sendiri. Misal dalam bidang
pendidikan, lalu jika dipilih sub bidang, manajemen pendidikan contohnya, kewenangan
pusat saat penetapan standar pendidikan, untuk provinsi berkewenanggan mengelola
pedidikan menengah dan untuk kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar.

Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya,
memiliki pola yang sama, ada porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian,
misal dalam pengawasan kehutanan, pusat berwenang penuh dalam urusan itu, tidak
melibatkan daerah.

Urusan pemerintahan absolut merupakan urusan pemerintahan yang menjadi


sepenuhnya menjadi kewenangan pusat. Definisi Pusat jika kita masuk bidang eksekutif
adalah Pemerintah Pusat, definisinya sendiri adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan menteri. Cakupan urusan pemerintahan absolut terdiri dari masalah
bidang politik luar negeri, pertanahan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal serta
agama.

Meski sepenuhnya berada ditangan pusat, urusan pemerintahan absolut bisa


dilimpahkan kepada instansi vertical yang ada di daerah berdasarkan asas
dekonsentrasi . Instansi vertical sendiri merupakan perangkat kementerian dan/atau
lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak
diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka
Dekonsentrasi, contoh instansi vertical di daerah ialah satuan kerja perangkat daerah
atau SKPD, seperti dinas dan badan daerah.

Urusan pemerintahan umum, merupakan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan Presiden sebagai kepala Pemerintah. Urusan tersebut meliputi kerukunan
antar umatberagama, pengembangan kehidupan demokrasi, pembinaan ketahanan
nasional, koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada diwilayah
daerah provinsi dan kabupaten/kota, penanganan konflik social, persatuan dan
kesatuan bangsa, pembinaan kerukunan antar suku ataupun intrasuku serta
pelaksananan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
pemerintahan daerah.

Pelaksaan urusan pemerintahan umum merupakan gubernur dan bupati/walikota di


daerahnya masing-masing, dibantu oleh instansi vertical. Pertanggung jawabannya
sendiri, gubernur bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri dan
walikota/bupati bertanggung jawab kepada menteri melalui gubernur. Hal tersebut
karena gubernur diposisikan sebagai wakil pemerintah pusat.

Sekian artikel tentang Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan


Pusat dan Pemerintahan Daerah, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda
maupun untuk sekedar menambah wawasan dan pengetahuan anda tentang
Pengertian Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah, Hubungan Pemerintahan
Pusat dan Pemerintahan Daerah serta Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan
Pemerintahan Daerah. Terimakasih atas kunjungannya.

Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat & Pemerintahan


Daerah
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR

Lembaga Pemerintahan Kementrian dan


Non Kementrian (Lengkap Penjelasan)
Ditulis oleh Admin I 10 Jun 2016 Tambah Komentar
Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian - Terdapat dua macam
Lembaga pemerintahan negara di bawah pimpinan Presiden, yaitu lembaga
Kementerian yang dipimpin oleh seorang Menteri dan Non Kementerian yang dipimpin
oleh ketua atau kepala.

Lembaga Pemerintahan Kementrian


Kementrian merupakan lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
tertentu dalam pemerintahan. Kementerian berkedudukan di Jakarta (ibukota negara)
dan bertanggung jawab langsung kepada presiden serta berada dibawah presiden.

Landasan hukum Kementerian di indonesia adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa:

 Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

 Menteri-menteri negara diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.

 Setiap menteri membidangi urusan tertentu pada pemerintahan.

 Pembentukan, pengubahan, serta pembubaran kementerian negara diatur dalam


undang-undang.

Selain itu Lembaga Pemerintahan kementerian juga diatur oleh Peraturan Presiden
Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara serta Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian


 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan

 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan

Berikut Nama Lembaga Kementerian di Indonesia (Masa pemerintahan Joko Widodo


- Muhammad Jusuf Kalla) beserta tugasnya:

Kementerian koordinator yang memiliki tugas sinkronisasi dan koordinasi urusan


kementerian-kementerian yang berada dalam kewenangannya, adalah sebagai
berikut :

 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra)

 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian)

 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko


Polhukam)

Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Kementerian yang memiliki tugas menangani urusan pemerintahan dengan


nomenklatur kementeriannya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun
1945 (UUD 1945), adalah sebagai berikut :

 Kementerian Pertahanan (Kemenhan)

 Kementerian Luar Negeri (Kemlu)

 Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)


Kementerian yang mempunyai tanggung jawab urusan pemerintahan yang ruang
lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD
1945), adalah sebagai berikut :

 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)

 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM)

 Kementerian Agama (Kemenag)

 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)

 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)

 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)

 Kementerian Kehutanan (Kemenhut)

 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

 Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

 Kementerian Keuangan (Kemenkeu)

 Kementerian Perdagangan (Kemendag)

 Kementerian Perhubungan (Kemenhub)

 Kementerian Perindustrian (Kemenperin)

 Kementerian Pekerjaan Umum (Kemenpu)

 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdiknas)

 Kementerian Sosial (Kemensos)

 Kementerian Pertanian (Kementan)

Kementerian yang bertugas mengurusi urusan pemerintahan sebagai bentuk


penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah, adalah sebagai
berikut :

 Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg)

 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemenegpdt)


 Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora)

 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP


& PA)

 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


(Kemenpan RB)

 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN)

 Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM)

 Kementerian Lingkungan Hidup (Menlh)

 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)

 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kemen BUMN)

Kementerian yang dibubarkan, adalah sebagai berikut :

 Kementerian Penerangan, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet


Presidensial) dan dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional hingga
sekarang.

 Kementerian Sosial, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet


Presidensial), sempat dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional, dan
dibentuk kembali pada Kabinet Gotong Royong hingga sekarang.

 Kementerian Kemakmuran, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet


Presidensial) dan dibubarkan pada Kabinet Natsir hingga sekarang.

Kementerian yang dipisahkan/digabungkan, adalah sebagai berikut :

 Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum pada


Kabinet Kerja (2014) digabung menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat

 Kementerian Perdagangan serta Kementerian Perindustrian saat ini, sempat


digabungkan menjadi "Departemen Perindustrian dan Perdagangan" pada
pertengahan perjalanan Kabinet Pembangunan VI, yang kemudian dipisahkan
kembali pada Kabinet Indonesia Bersatu hingga sekarang. 

Lembaga Pemerintah Non Kementerian


Lembaga Pemerintah Nonkementerian disingkat (LPNK), dulu bernama Lembaga
Pemerintah Nondepartemen (LPND), LPNK merupakan lembaga negara yang dibentuk
guna menjalankan tugas pemerintahan tertentu dari presiden. Kepala LPNK berada di
bawah serta bertanggung jawab secara langsung kepada presiden melalui menteri atau
pejabat setingkat menteri yang mengoordinasikan nya.

LPNK sendiri merupakan lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk


melaksanakan tugas pemerintahan di bidang tertentu yang tidak dilaksanakan oleh
kementerian / instansi, bersifat strategis, nasional, lintas instansi / kementerian, lintas
sektor dan lintas wilayah. Selain itu, LPNK juga menunjang tugas yang dilakukan oleh
Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Baca Juga : Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat

Susunan Organisasi dan Tata Lembaga Pemerintahan Non Kementerian terdiri sebagai
berikut :
Kepala
Sekretariat Utama
Deputi
Inspektorat Utama.

Berikut Nama-Nama Lembaga Non Kementerian di Indonesia:

 Lembaga Administrasi Negara

 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

 Lembaga Ketahanan Nasional


 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

 Lembaga Sandi Negara

 Badan Intelijen Negara

 Badan Kepagawaian Negara

 Badan Pengawas Tenaga Nuklir

 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

 Badan Koordinasi Pananaman Modal

 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional

 Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

 Badan Pertanahan Nasional

 Badan Pengawasan Obat dan Makanan

 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

 Badan Nasional Penanggulangan Bencana

 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

 Badan Pusat Statistik

 Badan SAR Nasional

 Badan Narkotika Nasional

 Badan Standardisasi Nasional

 Badan Tenaga Nuklir Nasional

 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

 Arsip Nasional Republik Indonesia

 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia


Sekian artikel tentang Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian
(Lengkap Penjelasan), semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda maupun
untuk sekedar menambah wawasan dan pengetahuan anda tentang Lembaga
Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian di Indonesia. Terimakasih atas
kunjungannya.

Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif


Serta Fungsi dan kekuasaanya
Ditulis oleh Admin I 3 Mar 2016 4 Komentar

Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Serta Fungsi dan kekuasaanya - Indonesia


merupakan sebuah negara yang terdiri dari beberapa lembaga kenegaraan sesuai
dengan fungsionlitasnya masing-masing. Dalam melaksanakan roda pemerintahan,
Indonesia dijalankan oleh sejumlah lembaga penting, salah satunya adalah Mahkamah
Konstitusi (MK).
Dalam struktur kepemerintahan Indonesia kita mengenal yang namanya Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif. Kesemuanya merupakan unsur-unsur struktural terpenting
dalam pemerintahan Indonesia. Mungkin masih ada masyarakat yang sebenarnya
belum sepenuhnya memahami Pengertian dan Fungsi Eksekutif, Pengertian dan
Fungsi Yudikatif serta Pengertian dan Fungsi Legislatif.

Bagi Kalian yang belum begitu paham, melalui artikel ini kita akan mencoba
menjelaskan kepada Anda fungsi lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Berikut penjelasan ringkas yang akan kita paparkan melalui kolom artikel ini terkait
pengertian serta peran Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Pengertian Eksekutif
Eksekutif merupakan salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan
bertanggungjawab untuk menerapkan hukum. Figur paling senior dalam sebuah cabang
eksekutif disebut kepala pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk kepada administrasi,
dalam sistem presidensiil (Seperti di Indonesia), atau sebagai pemerintah, dalam sistem
parlementer.

Baca Juga: Pengertian Asas Praduga Tak Bersalah

Baca Juga

 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Di Indonesia Yang masuk dalam lingkaran eksekutif adalah presiden, wakil presiden
serta jajaran kabinet dalam pemerintahan. Jajaran kabinet dalam sebuah pemerintahan
dalam hal ini pemerintahan Republik Indonesia adalah para menteri yang telah ditunjuk
dan dilantik secara resmi oleh presiden.

Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang atau
disebut dengan rule application function.

Pengertian Legislatif
Legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum.
Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, DPR (indonesia), kongres,
dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan
menujuk eksekutif. Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama dan bebas dari eksekutif.

Baca Juga: Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat
Di Indonesia Legislatif adalah sebuah lembaga kenegaraan di Indonesia yang dalam
hal ini memiliki tugas untuk membuat atau menciptakan produk undang-udang.
Lembaga yang disebut sebagai lembaga legislator adalah DPR.

Kekuasaan Legeslatif
Kekuasaan legelatif adalah kekuasaan membuat undang-undang atau disebut denga
rule making function.

Pengertian Yudikatif
Jika legislator adalah DPR, dan eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan para
menteri anggota kabinet, maka yudikatif adalah lembaga yang memiliki tugas untuk
mengawal serta memantau jalannya perundang-udangan atau penegakan hukum di
Indonesia, seperti Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran undang-
undang atau disebut denga rule adjudication function.

Fungsi Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif


Dari uraian diatas, tentunya sudah dapat dipahami bahwa Fungsi eksekutif sebagai
eksekutor atau pelaksana, Fungsi legislatif adalah untuk membuat undang-undang
sedangkan Fungsi dari yudikatif adalah sebagai lembaga pengawal serta pemantau
jalannya roda pemerintahan dengan menjadikan hukum sebagai acuan.

Demikian artikel singkat tentang Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Serta Fungsi
dan kekuasaanya, semoga penjelasan singkat diatas bermanfaat bagi Anda setidaknya
untuk menambah awasan kita semua tentang Pengertian, Fungsi dan
Kekuasaan Eksekutif,  Pengertian, Fungsi dan Kekuasaan Legislatif serta Pengertian,
Fungsi dan Kekuasaan Yudikatif.
Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan
Pemerintah (Lengkap)
Ditulis oleh Admin I 14 Jun 2016 Tambah Komentar
Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan Pemerintah - Istilah kebijakan
atau kebijaksanaan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya
dihubungkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai
kekuasaan (wewenang) untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab
melayani kepentingan umum.

Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. oleh beberapa ahli
maupun organisasi kebijakan diartikan sebagai berikut ini:

 Friedrik (1963) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang


diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan
mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang
memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.

 Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman


(untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai
aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

 Anderson (1979) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan serangkaian


tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh
para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of
problem or matter of concern).

 Lasswell (1970) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sebagai suatu program


pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected
program of goals values and practices).

 Heclo (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan cara bertindak yang


sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.
 Amara Raksasa Taya (1976) Berpendapat Bahwa kebijakan ialah suatu taktik
atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

 Budiardjo (1988) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sekumpulan keputusan


yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

 Anderson Berpendapat Bahwa Kebijakan adalah suatu tindakan yang


mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk
memecahkan suatu masalah.

 Carter V. Good (1959) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan sebuah


pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap
faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang
bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi
tercapainya tujuan.

 Indrafachrudi (1984) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah suatu ketentuan


pokok yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi
atau pengelolaan.

 Carl Friedrich Berpendapat Bahwa Kebijakan ialah sebuah tindakan yang


mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai
tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

 Eulau (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan keputusan tetap,


dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka
yang membuat dan melaksanakan kebijakan.

 Menurut KBBI: Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta
cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan lainnya).

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan-keputusan penting pada organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif
seperti prioritas program maupun pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan
dampaknya. Kebijakan bisa juga diartikan sebagai mekanisme politis,
finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh
pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan
terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.
Jadi kebijakan merupakan seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku
politik dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk mencapainya.

 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan

 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan


Istimewa

Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan
tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan
pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara
sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut
kepentingan umum

Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-badan


pemerintah (melalui kebijakan pemerintah). Badan-badan tersebut melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan pemerintah dan hari ke hari yang membawa dampak pada
warganegaranya. Dalam literatur administrasi. (Subarsono, 2005:87)

Untuk lebih memahami tentang kebijakan pemerintah, Berikut Definisi Pemerintah


Menurut Para Ahli:

Definisi Pemerintah Menurut Para Ahli:


 Thomas R. Dye mengatakan Kebijaksanaan pemerintah merupakan apa saja
yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Definisi
Thomas R. Dye itu didasarkan pada kenyataan, bahwa banyak sekali masalah-
masalah yang harus diatasinya, banyak sekali kainginan dan kehendak rakyat
yang harus dipenuhinya. (Soenarko, 2003:41)

 Dimock dalam bukunya yang berjudul Public Administration mengarahkan


kebijaksanaan pemerintah adalah perpaduan dan kristalisasi dan pada
pendapat- pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang dan golongan-
golongan dalam masyarakat. (Soenarko, 2003:43)

 Robert Eyestone mengatakan kebijaksanaan pemerintah adalah hubungan suatu


lembaga pemerintah terhadap lingkungannya. (Soenarko, 2003:42)

 Carl J. Friedrich mengatakan kebijakan pemerintah adalah suatu arah tindakan


yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau Pemerintah dalam suatu
lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang
diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka
mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta suatu tujuan
tertentu. (Soenarko, 2003:42)

 Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt mengatakan Kebijakan dapatlah diberi definisi
sebagai suatu keputusan yang siap dilaksanakan dengan ciri adanya
kemantapan perilaku dan berulangnya tindakan, baik oleh mereka yang
membuatnya maupun oleh mereka yang harus mematuhinya. (Soenarko,
2003:41)

Macam - macam kebijakan Pemerintahan


di Bidang Keuangan
Uang
Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu
negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik
bagi perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi
perekonomian, dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam
perekonomian sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara tukar
menukar dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian yaitu:

 sebagai alat pertukaran

 sebagai pengukur nilai

 sebagai perhitungan dan akuntansi

 sebagai penyimpan nilai

 sebagai instrumen term of payment

Motif orang mennyimpan uang adalah:

 motif transaksi

 motif berjaga-jaga

 motif spekulasi

Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus
menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.

Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1. harga barang pada umumnya dalam kondisi naik terus menerus

2. Arus barang relatif sedikit

3. Arus uang yang beredar melebihi kebutuhan

4. nilai uang (daya beli uang) menjadi turun

Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan
ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini disebabkan
inflasi dianggap sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi pengaruh yang
tidak baik terhadap distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat rendah akan
menderita), kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman beruntung, peminjam
merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan internasional.

Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral
) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak tahun 1945,
kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai
stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam
pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter
merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka
pendek dan jangka panjang.

Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan


kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.

1. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk
menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :

o Memberikan kredit longgar.

o Menurunkan tungkat suku bunga

o Menurunkan cadangan Kas

o Membeli surat-surat berharga

2. Tight Money Policy, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan cara :

o Membatasi pemberian kredit

o Menjual surat berharga

o Menaikan suku bunga

o Menaikan cadangan kas


Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan
uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional
dan kebijakan harga.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang
penerimaan dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara lain
dari pajak, penerimaan bukan pajak serta bantuan/pinjaman dan luar negeri.

Baca Juga : Ini Kumpulan Fakta Fakta Unik yang Wajin kamu ketahui

Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang
bersifat rutin seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang
bersifat pembangunan. Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.

Sedangkan kebijakan atau


kebijaksanaan pemerintah mempunyai
beberapa tingkatan yaitu:
Kebijakan Nasional
Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk mencapai tujuan
nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam
pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR.

Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan


dapat berupa:

 UUD 1945

 Ketetapan MPR
 Undang-undang

 Peraturan pemerintah pengganti undang undang (Perpu) dibuat oleh presiden


dalan hal kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.

Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh
berupa penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD
1945, ketetapan MPR maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional.

Penetapan kebijaksanaan umum merupakan sepenuhnya kewenangan presiden,


sedangkan bentuk kebijaksanaan umum tersebut merupakan tertulis berupa peraturan
perundang-undangan seperti hal nya keputusan presiden (Kepres), peraturan
pemerintah (PP) maupun Instruksi Presiden (Inpres).

Sedangkan kebijaksanaan pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan


penjabaran dari kebijakan umum serta strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas
umum pemerintahan dan pembangunan dibidang tertentu. Penetapan kebijaksanaan
pelaksanaan terletak pada para pembantu presiden yaitu para menteri atau pejabat lain
setingkat dengan menteri dan pimpinan sesuai dengan kebijaksanaan pada tinkat
atasnya serta perundang-undangan berupa peraturan, keputusan atau instruksi pejabat
tersebut (pejabat/menteri)

Strategi kebijakan
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat
menteri, gubernur, walikota/bupati berupa surat keputusan yang mengatur tata laksana
kerja dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Pengertian
strategi merupakan serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi
penentuan tindakan komprehensif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau
alat dengan mana tujuan akan dicapai.
Sekian artikel tentang Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan Pemerintah,
semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan anda mengenai Pengertian Kebijakan Pemerintah dan
Macam Macam Kebijakan Pemerintah. Terimakasih atas kunjungannya.

5 Unsur-Unsur Negara (Menurut Konvensi


Montevideo), Lengkap Penjelasan
Ditulis oleh Admin I 29 Jun 2017 Tambah Komentar

Negara merupakan organisasi yang punya kewenangan luas untuk mengatur hal yang
berhubungan dengan masyakarat dan punya kewajiban untuk mensejahterakan,
mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyat.

Untuk dapat mensejahterakan, mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyatnya,


Sebuah negara tidak muncul secara langsung atau tidak langsung terbentuk. Karena
ada beberapa syarat yang harus terpenuhi suatu negara agar layak disebut sebagai
"Negara" yang sebenarnya. Syarat-syarat tersebut biasa kita sebut dengan Unsur-unsur
terbentuknya Negara.

Sejak SMP sebagian dari sobat pasti sudah mengenal tentang Unsur - Unsur Negara,
namun pada kesempatan kali ini kita akan mengulas ulang dan membahasnya secara
mendetail mengenai unsur unsur terbentuknya suatu negara.
Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur konstitutif
(pokok) dan unsur deklaratif.
 Unsur konstitutif (pokok) ialah unsur yang paling penting, karena berperan
sebagai syarat wajib yang harus dimiliki oleh calon negara.
 Unsur deklaratif ialah unsur tambahan yang boleh-boleh saja tidak dimiliki oleh
suatu negara.

Berkaitan dengan unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu konvensi yang
mengatur tentang apa-apa yang wajib dimiliki untuk membentuk suatu negara, konvensi
tersebut disebut dengan Konvensi Montevideo.

5 Unsur-Unsur Negara Menurut Konvensi Montevideo


5 Unsur-Unsur Negara Menurut Konvensi Montevideo
Kita semua tahu bahwa tiap negara memiliki unsur-unsur pembentuknya, katakanlah
unsur ini sebagai bagian terkecil untuk membentuk suatu negara. Nah unsur-unsur ini
pada tahun 1933 telah dirumuskan dan disepakati (dihasilkan) dalam Konvensi
Montevideo, dimana konferensi ini merupakan konferesi antara negara-negara Amerika
yang berlangsung di Montevideo (Ibu kota Uruguay). Berdasarkan hasil konvensi ini,
unsur-unsur berdirinya suatu negara adalah sebagai berikut:

1. Penghuni (penduduk/rakyat).

2. Wilayah.

3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).

4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain.


5. Pengakuan dari negara lain.

Baca Juga

 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus
terpenuhi agar terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur
deklaratif yakni unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur mutlak artinya jika unsur
konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif.

Penjelasan tiap unsur-unsur berdirinya sebuah negara menurut Konvensi Montevideo


akan kami kelompokkan berdasarkan Unsur Konstitutif dan Unsur Deklaratif, berikut
penjelasannya:

Unsur Konstitutif terbentuknya suatu negara


Unsur konstitutif merupakan syarat wajib atau unsur pokok yang harus dimiliki calon
negara agar bisa menjadi negara. Jika salah satu unsur pokok di bawah ini tidak
terpenuhi maka negara tersebut belum bisa menjadi negara seutuhnya, namun jika
unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa saja tidak memerlukan unsur
deklaratif untuk menjadi sebuah nagara yang utuh.

Terdapat 4 Unsur Konstitutif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut


Konvensi Montevideo yaitu Penghuni (penduduk/rakyat), Wilayah, Kekuasaan tertinggi
(pemerintah yang berdaulat) dan Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain.
Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut

1. Penghuni (penduduk/rakyat)
Rakyat merupakan semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada
peraturan di negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat merupakan
unsur penting bagi terbentuknya sebuah negara.

Rakyat sendiri dikategorikan menjadi penduduk dan bukan penduduk serta warga
negara dan bukan warga negara.
 Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili atau menetap dalam suatu
negara.
 Bukan penduduk merupakan orang yang sementara waktu berada dalam suatu
negara, contohnya para turis.
 Warga negara merupakan orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi
anggota suatu negara. 
 Bukan warga negara ialah orang-orang yang berada dalam suatu negara, tetapi
secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk
pada pemerintahan dimana mereka berada, contohnya duta besar.

Jadi, unsur yang pertama (penghuni) adalah harus ada rakyat dulu.

2. Wilayah
Setelah rakyat, unsur berikutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur
wilayah adalah hal yang amat penting untuk menunjang pembentukan suatu negara.
Tanpa adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah inilah yang
akan ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah suatu negara
merupakan kesatuan ruang yang meliputi daratan, lautan, udara, dan wilayah
ekstrateritorial.
 Daratan: Daratan ialah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu
Negara. Wilayah daratan suatu Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang
diatur oleh hukum Negara dan perjanjian dengan Negara tetangga.
 Udara: udara merupakan seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu
Negara, baik daratan ataupun lautan.
 Lautan: Lautan merupakan wilayah suatu Negara yang terdiri atas laut teritorial,
zona tambahan, ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), dan landasan benua (kontinen).
Laut teritorial suatu Negara merupakan batas sepanjang 12 mil laut diukur dari
garis pantai. Zona tambahan yaitu 12 mil dari garis luar lautan teritorial atau
sekitar 24 mil dari garis pantai suatu Negara. ZEE merupakan wilayah lautan
sepanjang 200 mil laut diukur dari garis pantai. Sedangkan, landasan benua
ialah wilayah lautan yang terletak di luar teritorial, berjarak sekitar 200 mil laut
diukur dari garis pantai yang meliputi dasar laut dan daerah dibawahnya.
 Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu Negara ialah tempat di mana
menurut hukum internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu Negara
meskipun letaknya berada di Negara lain. Contohnya, kantor kedutaan besar
Indonesia di luar negeri disebut sebagai wilayah ekstrateritorial Indonesia.

3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat)


Kekuasaan tertinggi atau pemerintahan yang berdaulat dapat diartikan sebagai suatu
pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk mengamankan,
mempertahankan, mengatur, dan melancarkan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan Negara secara penuh.

Adapun sifat-sifat kedaulatan terbagi atas empat sifat kedaulatan yaitu:


 Permanen, yang berarti kedaulatan itu tetap dimiliki negara itu selama tetap ada
bahkan sekalipun terjadi perubahan organisasi.
 Tidak terbatas atau mutlak, berarti kedaulatan negara tidak terbatasi oleh
siapapun sebab jika dibatasi maka negara tersebut tidak berdaulat dan tidak
memiliki kekuasaan.
 Bulat atau tidak terbagi-bagi, yang berarti kedaulatan itu adalah satu-satunya
kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara dan tidak bisa dibagi-bagi sehingga
mesti ada satu kedaulatan dalam negara.
 Asli, berarti kedaulatan tersebut tidak berasal dari sebuah kekuasaan yang lebih
tinggi akan tetapi itu asli dari negara sendiri.

4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain


Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika negara itu mampu
melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain dalam bidang ekonomi,
pendidikan, politik, kebudayaan, dan sebagainya.

Unsur Deklaratif terbentuknya suatu negara


Unsur deklaratif merupakan unsur tambahan dalam terbentuknya suatu negara, karena
jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur
deklaratif. Namun tetap saja unsur deklaratif ini adalah suatu hal yang penting dalam
terbentuknya negara.

Baca Juga : 3 Proses Terbentuknya Suatu Negara, Lengkap Penjelasan

Terdapat satu Unsur Deklaratif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut


Konvensi Montevideo yaitu Adanya pengakuan dari negara lain. Untuk penjelasannya
adalah sebagai berikut.

5. Pengakuan dari negara lain


Adanya pengakuan dari negara-negara lain merupakan bukti sah hadirnya atau
terbentuknya negara dan berhak untuk terhindar dari ancaman dan campur tangan
negara lain. Kemudian untuk menperoleh pengakuan dari negara lain maka sebuah
negara perlu menjalin hubungan dengan negara lain dalam berbagai bidang misalnya
dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial dan pertahanan serta keamanan. Adapun
macam-macam bentuk pengakuan dari negara lain adalah sebagai berikut:
 Pengakuan de facto yang berarti diakui secara nyata bahwa negara tersebut
telah diakui karena memiliki unsur-unsur negara seperti ada pemimpin, rakyat
dan wilayahnya. Misalnya, secara de facto Indonesia merdeka pada tanggal 17
Agustus 1945.
 Pengakuan de jure yang berarti pengakuan negara lain terhadap suatu negara
menurut hukum internasional. Dengan pengakuan secara de jure, negara yang
baru dibentuk atau baru merdeka itu memiliki hak-hak dan kewajiban sebagai
anggota masyarakat dalam skala internasional. Pengakuan negara lain secara
de jure bangsa Indonesia dimulai sejak 18 Agustus 1945, pada saat disahkannya
UUD 1945, terpilihnya presiden dan wakil presiden, serta dilantiknya lembaga
legislatif (KNIP) sebelum terbentuknya MPR/DPR.

Sekian Artikel mengenai 5 Unsur-Unsur Negara (Menurut Konvensi Montevideo),


Lengkap Penjelasan. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk
menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan
tentang unsur unsur suatu negara, unsur unsur terbentuknya negara, unsur konstitutif
suatu negara dan unsur deklaratif suatu negara. Akhir kata, Terimakasih atas
kunjungannya.

12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan


Bangsa-Bangsa (PBB)
Ditulis oleh Admin I 17 Mei 2017 Tambah Komentar

Bendera Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)

Dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lain di dunia ini, Indonesia


menganut asas politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, bebas artinya bahwa
Indonesia tidak akan memihak pada suatu blok atau kekuatan tertentu yang ada di
dunia. Sedangkan aktif berarti bahwa Indonesia akan selalu turut serta dalam upaya
memelihara perdamaian dunia serta ikut berpartisipasi dalam meredakan ketegangan
internasional. Hal tersebut semata-mata diwujudkan untuk kepentingan nasional,
terutama bagi kepentingan pembangunan di segala bidang.

Dan pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tersebut, maka
indonesia bergabung dan berperan aktif ke dalam berbagai forum dunia, salah satu nya
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca Juga

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan


 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
 (Lengkap + Gratis) Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas 12 Peranan Indonesia Dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, namun sebelum membahas 12 Peranan Indonesia
Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disebut PBB, terlebih dahulu sobat
perlu mengetahui apa itu Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bagaimana latar belakang
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yuk langsung saja kita simak ulasannya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Latar Belakangnya


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau dalam bahasa inggris disebut United Nations
(UN) adalah organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945
untuk mendorong kerjasama internasional.

Latar belakang dibentuknya PBB dimulai setelah Perang Dunia I (1914–1918). Pada 8
Januari 1918, Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) mengusulkan membentuk
Liga Bangsa-Bangsa (LBB) atau League of Nation. Usulan Woodrow Wilson tertuang
dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points). Sehingga pada 10 Juni 1920, terbentuklah
LBB di Versailles, Prancis. Adapun markas besarnya berada di Jenewa, Swiss.
Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. salah satu nya
dengan cara melucuti senjata pada negara konflik, mencegah perang melalui
keamanan kolektif, menyelesaikan permasalahan antara negara-negara melalui
diplomasi dan negosiasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global. Sayangnya
peranan LBB sebagai lembaga pemelihara perdamaian dunia, tidak dapat terlaksana
dengan baik.

Meskipun LBB dapat dikatakan gagal membawa perdamaian dunia, namun usaha
untuk mencapai perdamaian dunia terus dirintis kembali, salah satu nya oleh Presiden
Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston
Churchill. Mereka mengadakan pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di lepas
Pantai New Foundland, Samudra Atlantik pada 14 Agustus 1941.

Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Piagam Atlantik
(Atlantic Charter) dimana didalamnya terdapat 8 poin penting, yaitu:

1. Pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang

2. Hak untuk menentukan nasib sendiri

3. Pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat


bersangkutan

4. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris

5. Memajukan kerjasama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan sosial

6. Pengurangan rintangan perdagangan

7. Kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran

8. Menciptakan kebebasan di laut lepas

Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan susulan, antara lain di Moskow, Rusia


(1943), Dumbarton Oaks, Amerika Serikat (1944), dan Yalta, Ukraina (1945). Pada
pertemuan di Dumbarton Oaks, Washington, diikuti oleh Amerika Serikat, Rusia,
Prancis, Inggris dan Cina. Hasil pertemuan tersebut menyetujui dibentuknya organisasi
United Nations Organization atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April–26 Juni 1945) dihasilkan Piagam
Perdamaian (Charter of Peace) yang kemudian digunakan sebagai Mukadimah Piagam
PBB. Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi yang terdiri atas 444 orang.
Akhirnya, secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri pada 24 Oktober 1945.

12 Peran Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


Indonesia menjadi salah satu negara yang dianggap memiliki peranan yang cukup
penting selama keanggotaannya dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Berikut 12
Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Dalam rangka menjaga perdamaian dunia


1. Sebagai anggota PBB, Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
yang menghasilkan Dasasila Bandung

2. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi pelopor pencetusan ZOFTAN dan


SEANWFZ

3. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi salah satu pemprakarsa berdirinya ASEAN
dan Gerakan Non Blok

4. Indonesia telah mengirimkan beberapa kontingen dalam rangka visi perdamaian


dunia seperti pengiriman kontingen Indonesia ke Lebanon Selatan, menyumbang lebih
dari 1.000 personel pasukan yang tersebar di berbagai negara di dunia, serta
pengiriman beberapa kontingen pasukan Garuda di beberapa wilayan negara-negara di
dunia, misalnya

 Mengirimkan Pasukan Garuda I (1957) sebagai pasukan pemelihara perdamaian


PBB untuk menyelesaikan Perang Arab-Israel
 Mengirimkan Pasukan Garuda II dan III (1960) sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB untuk menyelesaikan perang saudara di Kongo
 Mengirimkan Pasukan Garuda XIV (1993) sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB di Bosnia
 Mengirim Pasukan Garuda XXVI-C2 (2010) sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB di Lebanon Selatan

Sebagai pemimpin serta anggota tetap dibeberapa organisasi PBB


5. Pada tahun 1971, Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik pernah ditunjuk untuk
menjadi presiden di Majelis Umum PBB.

6. Indonesia tiga kali terpilih menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu
periode tahun 1974 – 1975, periode tahun 1995-1996, dan periode tahun 2007-2008.

Baca Juga : 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

7. Indonesia pernah terpilih 11 kali sebagai anggota Dewan ekonomi dan sosial PBB, 2
kali ditunjuk sebagai presiden dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, serta 3 kali
sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut.

8. Indonesia juga terpilih sebanyak 3 kali menjadi anggota Dewan Hak Asasi manusia
PBB dan satu kali ditunjuk sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut, yaitu periode
tahun 2009-2010.

Memberikan Bantuan kemanusiaan di berbagai negara


9. Pada Tahun 1984, Indonesia mengirimkan Bantuan berupa beras melalui FAO yang
ditujukan untuk Ethiopia yang waktu itu dilanda bencana kelaparan.

10. Pada Tahun 1995, Sebagai anggota PBB Indonesia membantu dalam menampung
para pengungsi yang berasal dari Vietnam di pulau Galang

Membantu penyelesaian konflik diberbagai negara


11. Pada Tahun 1989, Sebagai anggota PBB Indonesia berhasil membantu
menyelesaikan konflik yang terjadi di kamboja

12. Sebagai anggota PBB, Indonesia berperan menjadi mediator atas penyelesaian
konflik yang terjadi antara Filiphina dan Moro National Front Liberation (MNFL) yang
menguasai Mindanau Selatan

Meskipun indonesia memiliki banyak peranan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB), namun indonuseia juga pernah keluar dari keanggotaan PBB. Hal tersebut
terjadi pada tahun 1965 saat indonesia dipimpin oleh Presiden Soekarno, keluarnya
indonesia dari PBB didasari atas diterimanya malaysia sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan, karena pada saat itu indonesia menganggap malaysia sebagai
negara boneka bentukan Inggris.

Sekian Artikel mengenai 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB), semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu,
mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang peran
indonesia dalam pbb, kontribusi indonesia dalam pbb, sejarah pbb dan latar belakang
pbb. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan


Bahasa Indonesia
Ditulis oleh Admin I 27 Mei 2017 Tambah Komentar

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa
Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan
Bahasa Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat
resmi, media massa, sastra, perangkat lunak, dan berbagai forum publik lainnya,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh warga
Indonesia.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas 20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia agar kita
semua makin mengetahui dan mencintai bahasa indonesia. Mari langsung saja kita
awali pembahasan nya dari Sejarah Bahasa Indonesia.

Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari
cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang dipakai sebagai lingua franca di
Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern.

Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau
Sumatera, menandakan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara
dari pesisir tenggara Pulau Sumatera  berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya
yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya
sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari,
Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek
"o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan
menjadi beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi
yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang
kolokial dan tidak baku.
Baca Juga

 Pengertian Media Massa Lengkap Contoh, Jenis, Karakteristik, Fungsi dan


Perkembangannya
 Pengertian Teks Prosedur Lengkap Contoh, Tujuan, Ciri, Struktur dan Kaidah
Kebahasaan
 Pengertian, Syarat dan Ciri Kalimat Efektif (Lengkap Contoh)

Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat indonesia (pribumi) yang


cukup baik, Pemerintah kolonial Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa
Melayu dapat dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai
pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai
lemah. Dengan merujuk pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab
rujukan) beberapa sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi
bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan
karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan
Belanda, maka secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit
demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
tampak. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van
Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari
Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah


badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya
Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908,
yang kemudian pada tahun 1917 Commissie voor de Volkslectuur diubah menjadi Balai
Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak
sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang Volksraad,
seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
Indonesia negara sejuta budaya

Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional di indonesia atas usulan Muhammad Yamin, seorang sastrawan, politikus, dan
ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan:
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu lah
yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa


Indonesia diakui secara Yuridis. Namun secara Sosiologis kita dapat mengatakan
bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu "Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Namun secara
Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah
Kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi


oleh sastrawan Minangkabau, seperti Chairil Anwar, Abdul Muis, Marah Rusli, Idrus,
Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, Roestam Effendi dan Hamka.
Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, morfologi,
maupun sintaksis bahasa Indonesia.

Baca Juga : Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar Lengkap dengan
Contoh

Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu,
sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai
puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1
November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni
bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah, pengajaran bahasa dan
sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan
menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.

20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia


1. Tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan
Ma’moer. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda mendirikan badan penerbit buku


bacaan yang kemudian diberi nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur atau
Taman Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan
penerbit tersebut menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti Nurbaya, buku
penuntun bercocok tanam, dan lain sebagainya yang membantu dalam
penyebaran bahasa Melayu.

3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia di


dalam pidatonya. Hal ini merupakan pertamakalinya dalam sidang Volksraad
(dewan rakyat), terdapat seseorang yang berpidato dengan memakai bahasa
Indonesia.

4. Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan supaya


bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia.

5. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Armijn Pane, Amir
Hamzah dan Sutan Takdir Alisyahbana. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan
yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis
karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan
tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.

6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa


Indonesia.

7. Tanggal 25-28 Juni 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah
Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah.
Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu,
seperti Ki Hajar Dewantara, Prof. Dr. Poerbatjaraka dan Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan
Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam Badan Perwakilan.

8. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian


bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang
terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk
kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa
pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak
dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa
Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.

9. Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai


bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: "Bahasa
negara adalah bahasa Indonesia".

10. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan
Republik sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang sebelumnya berlaku.

11. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa
dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya
menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan
sebutan Pusat Bahasa.

12. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia II di Medan. Kongres Bahasa Indonesia II ini adalah perwujudan
mengenai tekad bangsa Indonesia untuk tetap terus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat menjadi bahasa kebangsaan serta ditetapkan menjadi
bahasa negara Indonesia.

13. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu
Presiden Soeharto meresmikan penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972..
14. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa
itu menetapkan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi diberlakukan
di Indonesia (Wawasan Nusantara).

15. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia III di Jakarta. Kongres tersebut untuk memperingati hari Sumpah
Pemuda ke-50. Selain telah memperlihatkan kemajuan, perkembangan, dan
pertumbuhan bahasa Indonesia, juga telah berusaha untuk memantapkan
kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.

16. Tanggal 21 - 26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IV di


Jakarta. Kongres ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
seluruh warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

17. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia V di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar
700s pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia serta terdapat peserta tamu
dari berbagai negara sahabat. Kongres tersebut ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada para pencinta bahasa Indonesia di Nusantara, yaitu Kamus Besar
Bahasa Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

18. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan
terdapat 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Amerika Serikat, Rusia,
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, Italia, India, Jepang, Korea
Selatan dan Singapura. Kongres ini mengusulkan supaya Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa untuk lebih ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, dan mengusulkan agar disusun Undang-Undang Bahasa
Indonesia.
19. Tanggal 26 - 30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di
Hotel Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

20. Tanggal 28 Oktober - 1 November 2008 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia IX di Jakarta. Kongres ini dilaksanakan tidak lepas dari peringatan 100
tahun kebangkitan nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60 tahun berdirinya
Pusat Bahasa. Sehingga pada tahun tersebut juga dicanangkan sebagai Tahun
Bahasa. Dalam kongres ini dibahas 5 hal utama, yaitu bahasa Indonesia, bahasa
daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa
media massa

Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik


dan Benar (dengan Contoh)
Ditulis oleh Admin I 27 Mei 2017 Tambah Komentar

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa
Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan
Bahasa Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat
resmi, media massa, sastra, perangkat lunak, dan berbagai forum publik lainnya,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh warga
Indonesia.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar lengkap dengan
Contohnya. Mari langsung saja kita awali pembahasan mengenai Penggunaan Bahasa
Indonesia Yang Baik dan Benar.

Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar


Terdapat aturan-aturan dalam menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar,
maksud dari kata baik adalah bahasa indonesia yang digunakan sebagai alat
komunikasi untuk menyesuaikan situasi atau kondisi agar dapat disampaikan dan
dimengerti oleh lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari kata-kata yang
digunakan harus disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami.

Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat
digunakan dalam kondisi tertentu:

1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi
seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa
yang lebih sopan adalah hal yang tepat.

2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan
dan kegiatan rohani.

3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran informasi


atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang suatu
hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di sekolah
atau di pasar.

4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki


hubungan sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga

5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat
tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal teman) atau
orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti pembicaraan
dalam perkumpulan dengan teman-teman
Baca Juga

 Pengertian Media Massa Lengkap Contoh, Jenis, Karakteristik, Fungsi dan


Perkembangannya
 Pengertian Teks Prosedur Lengkap Contoh, Tujuan, Ciri, Struktur dan Kaidah
Kebahasaan
 Pengertian, Syarat dan Ciri Kalimat Efektif (Lengkap Contoh)
Dalam menggunakan Bahasa Indonesia, selain memperhatikan kata yang baik, maka
harus dilakukan dengan benar, maksud dari kata benar adalah bahasa indonesia
yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa baku, baik dalam kaidah untuk bahasa
baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Berikut ini adalah 5 ciri-ciri ragam bahasa baku:

1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada lafal
baku yang sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa lafal
baku ialah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Contohnya : /habis/ dan bukan /abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta
/kalaw/ dan bukan /kalo/

2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku
hingga saat ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.

3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.

4. Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan


menerapkan suatu pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan
bukan acara itu kami sedang ikuti.

5. Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang


mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun
sebenarnya mengharuskan komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembaca atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis dengan apa maksud
aslinya.
Dari semua ciri bahasa di atas sebenarnya hanya nomor1 (lafal baku) dan nomor 3
(kata baku) yang paling sulit dilakukan oleh ragam bahasa. Penggunaan lafal baku dan
kata baku pada ragam konsultatif, santai dan akrab malah akan menyebabkan bahasa
menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

Baca Juga : 20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik
kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa
diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari ragam beku
hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam
konsultatif, akrab dan santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak
sesuai dengan situasi.

Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

Contoh menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar


Bahasa indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.

Berikut contoh pada undang-undang 1945:


Undang- undang dasar 1945, pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat pada undang-undang dasar tersebut menunjukkan bahasa yang
sangat baku dan merupakan bahasa yang baik dan benar.

Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab
dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Hal
seperti ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak tepat
tempatnya.

Contohnya dalam tawar-menawar di sebuah pasar, misalnya pemakaian ragam baku


akan menyebabkan kegelian, kecurigaan atau keheranan. Karena akan sangat ganjil
seandainya dalam tawar-menawar antara pembeli dan penjual di pasar menggunakan
bahasa baku, contohnya seperti ini:
 Penjual : Selamat siang bu, Ada yang bisa saya bantu ?
 Pembeli : Selamat siang pak, Apakah Anda menjual Tahu yang dibuat di
Sumedang ?
 Penjual : Saya mempunyai Tahu yang anda cari bu, Tahu dari sumedang ini
harganya adalah Rp. 50.000
 Pembeli : mahal sekali pak, Apakah saya boleh menawarnya ?

Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak
baik dan tidak efektif sebab tidak sesuai dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu.
Untuk situasi seperti di atas, berikut penggunaan bahasa indonesia yang lebih tepat.
 Penjual : cari apa bu ?
 Pembeli : saya lagi nyari tahu tahu dari sumedang bang, ada gak ?
 Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. 50.000.
 Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.

Sekian Artikel mengenai Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
lengkap dengan Contoh, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk
menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan
tentang penggunaan bahasa indonesia, ragam bahasa indonesia, ciri ragam bahasa
baku dan contoh menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Akhir kata,
Terimakasih atas kunjungannya

Tata Bahasa Indonesia (Lengkap


Pengertian, Sifat dan Macamnya)
Ditulis oleh Admin I 22 Jul 2016 Tambah Komentar

Tata Bahasa Indonesia - Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tentu kita tidak akan
terlepas dari tata bahasa. Tata Bahasa yang dalam bahasa Inggris disebut Grammar
sangat penting sebagai modal awal yang harus dikuasai oleh seorang penutur bahasa
inggris untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Di Indonesia kualitas
penerapan tata bahasa masih sangat rendah, hal ini terbukti seperti yang dipraktikan
oleh bangsa Indonesia di media massa maupun pada kehidupan nyata.

Pengertian Tata Bahasa


Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kaidah - kaidah
yang mengatur penggunaan bahasa. Tata bahasa merupakan ilmu linguistik (ilmu
yang mempelajari bahasa). Tata Bahasa dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam
buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Tata Bahasa Indonesia

Menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1), tata bahasa merupakan suatu himpunan
dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi tata bunyi, tata
bentuk, tata kata, tata kalimat dan tata makna. Dengan kata lain, menurut Keraf (dalam
Misriyah, 2011: 1) tata bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan
sintaksis.

Sifat Tata Bahasa


Secara umum tata bahasa bersifat normatif (umum) yaitu tata bahasa tersebut
disusun berdasarkan gejala-gejala bahasa yang umum dipakai dalam suatu
masyarakat. Suatu Tatabahasa Normatif memberikan uraian atas struktur umum dari
suatu bahasa. Tetapi mengingat bahwa bahasa selalu berkembang setiap saat, maka
selalu ada perubahan yang terjadi atas struktur Bahasa, oleh karena itu tata bahasa
normatif harus tetap mengikuti perkembangan itu. Dengan kata lain Tatabahasa
Normatif harus tetap bersifat deskriptif.

Baca Juga
 Pengertian, Syarat dan Ciri Kalimat Efektif (Lengkap Contoh)
 Pengertian & Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung dalam Bahasa Indonesia
 Pengertian dan Contoh Kalimat Deduktif, Induktif dan Campuran dalam Bahasa
Indonesia
Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi (sudah mati) dalam komunikasi sehari-hari,
tata bahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat preskiptif yaitu
menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti secermat-cermatnya,
dan tidak boleh dirubah lagi. Misalnya tata bahasa dari bahasa-bahasa Latin, Yunani,
Sansekerta yang bersifat preskiptif.

Macam - macam Tata Bahasa


Berdasarkan cara penyusunnya, tata bahasa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Tata bahasa Deskriptif (sinkronis) adalah tata bahasa yang disusun
berdasarkan pencatatan (deskripsi) yang nyata atas struktur suatu bahasa. Tata
bahasa ini biasanya meliputi suatu lingkungan masa yang tertentu (sinkronis).
2. Tata bahasa Historis-komparatif (diakronis) adalah tata bahasa yang
membicarakan perkembangan struktur bahasa dari satu jaman ke jaman lain
(historis atau diakronis), serta mengadakan perbandingan antara struktur-struktur
bahasa dari bermacam-macam jaman itu atau memperbandingkannya denngan
bahasa-bahasa lainnya (komparatif).

Bidang - bidang Tata Bahasa


Dalam Bahasa Indonesia terdapat 4 bidang tata bahasa modern dalam bahasa
indonesia yaitu meliputi bidang bidang sebagai berikut :
A. Fonologi
Isilah Fonologi berasal dari kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos berarti
ilmu, fonologi disebut juga sebagai tata bunyi. Fonologi merupakan bagian dari tata
bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.
Fonologi merupakan ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa serta
distribusinya. Fonologi meliputi dua bagian yaitu:

1. Fonetik 
Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh
manusia. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana sekumpulan bunyi
fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain itu fonetik juga berguna untuk mempelajari
cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa,
terdiri dari huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap), dan kluster
(konsonan yang ditulis rangkap. Fonetik memiliki tiga cabang utama yaitu: 
 Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan utamanya bagaimana
otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
 Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka
didengarkan oleh telinga kita.
 Fonetik artikulatoris yang mempelajari gerakan dan posisi bibir, lidah serta
organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
Ilmu fonetika pertama kali telah ditemukan dan dipelajari sekitar abad ke5 SM di India
kuno oleh Panini. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang
masih menggunakan klasifikasi Panini. Internasional Phonetic Asociation (IPA) telah
mengamati > 100 bunyi manusia yang berbeda serta menstranskripsikannya melalui
Internasional Phonetic Alphabet mereka.
Bahasa dan Bangsa Indonesia

2. Fonemik 
Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya
sebagai pembeda arti. Fona merupakan satuan bunyi ujaran yang bersifat netral dan
masih belum terbukti (tidak membedakan arti). Sedangkan fonem merupakan satuan
bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Alofon adalah variasi fonem disebabkan
pengaruh lingkungan yang dimasuki. Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem berbeda
dengan huruf. Ada tiga unsur fonem yang penting yaitu udara, titik artikulasi (bagian alat
ucap yang menjadi titik sentuh articulator), dan artikulator (bagian alat ucap yang
bergerak).

B. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik atau
tata bahasa yang mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem dalam
suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata bentuk. Morfem merupakan satuan
ujaran yang memiliki makna gramatikal atau leksikal yang turut serta pada
pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata. Berdasarkan potensinya
morfem dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
 Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga harus
selalu berikatan dengan morfem bebas melalui proses morfologis, atau proses
pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-, pe-, -an, ke--an, di-, swa-,
trans-, -logi, -isme
 Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta
secara gramatikal menduduki satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas disebut
juga sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar) yaitu seperti buku,
kantor, pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem bebas atau kata
dasar.
Morfem yang bergabung dengan morfem lain sering mengalami perubahan. Misalnya,
morfem terikat me- bisa berubah menjadi mem-, men-, meny-, menge-, dan menge-
sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Alomorf yaitu variasi morfem yang terjadi
karena pengaruh lingkungan yang dimasuki.

C. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis berarti
pengaturan. Sintaks yaitu ilmu mengenai prinsip serta peraturan untuk membuat
sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk langsung pada sebuah
peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat pada bahasa apapun. Pakar
sintaksis pun berusaha mendapatkan aturan umum yang diterapkan pada setiap
bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan untuk merujuk pada aturan yang
mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa pemrograman komputer dan
bahasa formal buatan.
Baca Juga : Gratis, Materi Lengkap Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS

D. Sematik
Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang berarti memberikan tanda.
Semantik yaitu cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada
suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan
dengan dua aspek lain dari ekspresi makna : sintaksis, pembentukan simbol kompleks
dari simbol yang lebih sederhana, serta pragamatika, penggunaan praktis simbol oleh
agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu.

Tata Bahasa Tradisional dan Tata Bahasa Structural


Tata bahasa tradisional adalah tata bahasa yang hanya mencontoh warisan tata
bahasa barat serta mewarisi semua kaidah gramatikal dari tata bahasa Latin-Yunani.
Pada umumnya tata bahasa yang ada di Indonesia masih bersifat tradisional. Oleh
karena itu perlu diperbaiki, disesuaikan dengan jalan dan struktur bahasa Indonesia
yang sebenarnya.

Baca juga : 11 Fakta Unik Tentang OrangUtan Yang Bikin Kamu Kaget

Tata bahasa struktural adalah tata bahasa hasil dari menyelidiki bahasa-bahasa
secara tersendiri, terlepas dari segala macam prasangka yang ada. Struktur berarti
hubungan yang relatif tetap antara bagian-bagian yang membentuk suatu hal.

Demikian penjelasan artikel tentang Tata Bahasa Indonesia, semoga artikel diatas
dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah wawasan dan
pengetahuan anda baik itu mengenai Pengertian Tata Bahasa, Sifat Tata Bahasa,
Macam Tata Bahasa Bidang Bidang Tata Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Tradisional dan Tata Bahasa Structural. Terimakasih atas kunjungannya.
Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap
Pengertian, Makna dan Nilai
Ditulis oleh Admin I 15 Jun 2017 Tambah Komentar

Pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia


Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu mawas yang artinya memandang atau
melihat, jadi kata wawasan dapat diartikan cara melihat atau cara pandang. Sehingga
Wawasan Kebangsaan Indonesia adalah cara pandang mengenai diri dan tanah
airnya sebagai negara kepulauan dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Selain pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia diatas. Prof. Muladi, Gubernur


Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan indonesia adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan
dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai cara memandang / sudut pandang
yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami
keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah
laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal
(Suhady dan Sinaga, 2006).

Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih
bersifat filosofia normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan
yang melahirkan bangsa Indonesia. Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang
terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu ke
waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan diri
dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.
Baca Juga

 Pengertian Teks Prosedur Lengkap Contoh, Tujuan, Ciri, Struktur dan Kaidah
Kebahasaan
 Pengertian, Syarat dan Ciri Kalimat Efektif (Lengkap Contoh)
 Pengertian & Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung dalam Bahasa Indonesia
Makna Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki berbagai makna, salah satunya
adalah:

1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar


menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
di atas kepentingan individu atau golongan.

2. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik

3. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa


sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan.

4. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar
dengan bangsa lain yang sudah maju.

5. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila,


bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-
tengah tata kehidupan di dunia.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa
memiliki 6 dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu sebagai berikut:

1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan


Tuhan Yang Maha Esa.

2. Cinta atas tanah air dan bangsa.

3. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.


4. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan
besatu.

5. Masyarakat adil-makmur.

6. Kesetiakawanan sosial.

Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian, Makna dan Nilai

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?


Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang memandang
Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk
dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang
mempersatukan bangsa dan negara secara menyeluruh mencakup segenap bidang
kehidupan nasional yang meliputi aspek ekonomi, politik, sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan


manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan negara
kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin
nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif.
Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang
bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya dan
pertahanan keamanan.

Landasan Wawasan Kebangsaan


 Konstitusional ==> UUD 1945
 Idiil ==> Pancasila

Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, Yaitu:

1. Wadah (Contour)

2. Isi (Content)

3. Tata laku (Conduct)

Berikut penjelasan dari ke 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan diatas.


Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup seluruh
wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan
penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia mempunyai organisasi
kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan kenegaraan dalam bentuk
supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat pada berbagai
kelembagaan dalam bentuk infra struktur politik.

Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita
serta tujuan nasional.

Tata laku (Conduct)


Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku,
yang terdiri dari :
 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku dari
bangsa Indonesia.
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang
baik dari bangsa Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta
terhadap bangsa dan tanah air sehingga menyebabkan rasa nasionalisme yang tinggi
dalam segala aspek kehidupan nasional.

Asas Wawasan Kebangsaan


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, ditaati dan
diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya unsur / komponen pembentuk
bangsa Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas
Wawasan Kebangsaan terdiri dari:

1. Kepentingan/Tujuan yang sama

2. Solidaritas

3. Keadilan

4. Kerjasama

5. Kejujuran

6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

Hakekat Wawasan Kebangsaan


Hakekat Wawasan Kebangsaan Adalah keutuhan nasional / nusantara, dalam
pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan
demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan bertindak
secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-
produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.
Baca Juga : Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia lengkap Pengertian dan
Penjelasan

Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional


Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah pada
pencapaian tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh
berupa konsepsi wawasan kebangsaan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta
kepentingan dan tujuan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain
adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional.
sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional merupakan dua
konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.

Sekian Artikel mengenai Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian,


Makna dan Nilai. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk
menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan
tentang Wawasan Kebangsaan Indonesia, Wawasan Kebangsaan Adalah, Pengertian
Wawasan Kebangsaan, Makna Wawasan Kebangsaan, Nilai Wawasan Kebangsaan
dan Wawasan Kebangsaan NKRI. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

Pengertian dan Contoh Warga Negara,


Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan
Ditulis oleh Admin I 18 Jun 2017 Tambah Komentar

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Pengertian dan Contoh Warga
Negara, Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan. Tentu sebagian dari kita ada
yang bertanya-tanya apa sih yang di maksud dengan warga negara itu, apa sih
kewarganegaraan dan apa itu pewarganegaraan. Jika sobat menanyakan pertanyaan
tersebut maka sobat berada dijalur yang tepat untuk mendapatkan jawabannya. mari
langsung saja kita bahas materi Pengertian dan Contoh Warga Negara,
Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan secara gamblang dan mendetail di sini.

A. Pengertian Warga Negara


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk
sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan
sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari
negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga sebuah
negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang
mempunyai keterikatan timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa
Inggris dikenal dengan kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara.

Pengetian warga negara ini sering keliru dengan pengertian penduduk, untuk itu kita
juga akan menjelaskan pengertian penduduk dan perbedaan warganegara dengan
penduduk.

Baca Juga

 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal / menetap / berdomisili di
dalam wilayah suatu negara. di indonesia pasal yang khusus menangani perihal
masalah kependudukan diatur dalam pasal 26 UUD 1945.

Baca Juga : 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

Setelah kita mengetahui pengertian warga negara dan pengertian penduduk,


selanjutnya kita akan membahas apa Perbedaan warganegara dengan penduduk.
Perbedaan utama dari warga negara dan penduduk adalah:

1. Warganegara Merupakan anggota dari suatu Negara yang bersifat


resmi/ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan warga
Negara sudah pasti merupakan anggota Negara tersebut.

2. Sedangkan Penduduk Merupakan orang-orang yang berdomisili di wilayah


Negara tertentu, namun penduduk tidak tentu merupakan anggota dari suatu
Negara, karena ada sebagian penduduk yang merupakan warganegara
asing /  orang asing.

Contoh warga negara indonesia adalah : Presiden ke 6 indonesia yaitu Susilo Bambang


Yudhoyono.
Contoh bukan warga negara indonesia adalah : Pelatih timnas sepakbola indonesia
yaitu Luis Milla.

B. Pengertian Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kewarganegaraan adalah hal
yang berhubungan dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara.
Menurut pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian kewarganegaraan adalah segala
hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa Inggris,
kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.
Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti sosiologis dan yuridis,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
 Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum ini menyebabkan
akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan
negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara lain
surat pernyataan, akta kelahiran, dan bukti kewarganegaraan.
 Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum.
Akan tetapi ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan keturunan, ikatan
perasaan, ikatan sejarah, ikatan nasib, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain,
ikatan ini muncul dari penghayatan warga negara yang bersangkutan. Orang
yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada wewenang atau
kekuasaan negara lain. Dan negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-
kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya.
Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan

C. Pengertian Pewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pewarganegaraan adalah proses,
cara dan perbuatan kewarganegaraan. Sedangkan Menurut pasal 1 angka (3) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
pengertian pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

Namun secara umum Pewarganegaraan atau naturalisasi dapat diartikan sebagai


tata cara bagi orang asing (orang yang bukan Warga Negara Republik Indonesia) untuk
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

Contoh pewarganegaraan / naturalisasi adalah : naturalisasi Cristian El Loco Gonzales,


ia merupakan mantan seorang striker Timnas Indonesia asal Uruguay dan sudah
menetap di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003).

Sekian Artikel mengenai Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan,


dan Pewarganegaraan. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk
menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan
tentang Pengertian Warga Negara, Contoh Warga Negara, Pengertian
Kewarganegaraan, Pengertian Pewarganegaraan, Contoh Pewarganegaraan dan
Contoh Naturalisasi. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia


Beserta Contonya
Ditulis oleh Admin I 26 Jun 2017 4 Komentar
4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya

Pada artikel sebelumnya tentang Pengertian dan Contoh Warga Negara,


Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan sudah kita singgung tentang
kewarganegaraan. Untuk melengkapi artikel tersebut, pada kesempatan kali ini akan
kita bahas 4 Asas Kewarganegaraan yang berlaku di Indonesia Beserta Contonya.

Pengertian Asas Kewarganegaraan


Pengertian Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari sebuah negara tertentu. Dalam
berbagai literatur hukum dan dalam praktik, dikenal adanya 3 asas kewarganegaraan,
masing-masing adalah ius sanguinis, ius soli dan asas campuran. Dari ketiga asas itu,
yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius sanguinis dan asas ius soli
(Asshiddiqie, 2006:132).

Sehingga pada umumnya asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan


menjadi dua, yaitu:

1. Asas ius soli (asas kedaerahan)

2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)

2 Asas Kewarganegaraan Beserta Contonya


1. Asas ius soli (asas kedaerahan)
Dalam Asas ius soli, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat
kelahirannya. Misalnya, seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warganegara A. Jadi menurut asas ius
soli kewarganegaraan seseorang tidak terpengaruh oleh kewarganegaraan orang
tuanya, karena yang menjadi patokan adalah tempat kelahirannya.

Baca Juga

 (Lengkap + Gratis) Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS


 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Negara-negara yang menganut asas ius soli biasanya adalah bangsa yang modern dan
multikultural tanpa dibatasi oleh ras, agama, etnis, dll. Negara akan mengakui
seseorang sebagai warga negara apabila seseorang itu dilahirkan di negara tersebut,
tidak melihat siapa dan dari mana orang tua nya berasal.

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Soli :


 Amerika Serikat
 Argentina
 Brazil
 Jamaika
 Kanada
 Venezuela
 Meksiko

Contoh dari asas kewarganegaraan ius soli :


 Misalkan Andi dan Ani berasal dari negara Amerika Serikat (penganut ius soli)
mempunyai anak bernama Antok, Antok dilahirkan di negara Kanada (penganut
ius soli) maka Antok akan dinyatakan sebagai warga negara Kanada karena ia
dilahirkan dinegara yang menganut asas ius soli.

2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)


Dalam Asas Ius Sanguinis, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pada
keturunan orang yang bersangkutan. Contohnya, Seseorang dilahirkan di negara A,
sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warga negara
B. Jadi menurut asas ini, kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan
orang tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu lahir.

Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui kewarganegaraan seorang
anak sebagai warga negara apabila orang tua dari anak tersebut berasal dari negara
tersebut (dilihat dari keturunannya).

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :


 Jepang
 Korea Selatan
 Lebanon
 Inggris
 Italia
 Rusia
 Spanyol
 Yunani

Contoh dari asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :


 Misalkan Budi dan Bela berasal dari Spanyol (penganut asas Ius Sanguinis )
memiliki anak yang bernama Berlianti, Berlianti dilahirkan di Lebanon (penganut
asas Ius Sanguinis) maka status kewarganegaraan Berlianti adalah
Spanyol karena dilihat dari garis keturunan orang tuanya yang berasal dari
Spanyol meskipun ia dilahirkan di Lebanon.

Akibat perbedaan menentukan kewarganegaran karena asas ius soli dan


ius sanguinis
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa negara, baik yang
menerapkan asas ius sanguinis atau asas ius soli, dapat menimbulkan dua
kemungkinan status kewarganegaraan seorang penduduk yaitu:

1. Apatride
Apatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang sama sekali tidak memiliki
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara
yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas
ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara
kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut.

Contohnya : Andi dan Anik adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Amerika Serikat atau berasas Ius Soli. Mereka berdomisili di negara Jepang yang
berasas Ius Sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka bernama Alan. Menurut negara
Amerika Serikat yang menganut asas Ius Soli, Alan tidak diakui sebagai
warganegaranya, sebab lahir di negara lain (negara Jepang). Begitu pula menurut
negara Jepang yang menganut asas Ius Sanguinis, Alan tidak diakui sebagai
warganegaranya, sebab orang tuanya bukan warganegara jepang. Dengan demikian
Alan tidak mempunyai kewarganegaraan atau Apatride.
Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

2. Bipatride
Bipatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang memiliki dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Keadaan ini terjadi karena
seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan
seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara (negara
asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status
kewarganegaraannya.

Contohnya :  Budi dan Bela adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Rusia atau berasas Ius Sanguinis. Mereka berdomisili di negara Argentina yang
berasas Ius Soli. Kemudian lahirlah anak mereka, Berinda. Menurut negara Rusia yang
menganut asas Ius Sanguinis, Berinda adalah warga negaranya sebab mengikuti
kewarganegaraan orang tuanya. Begitu pula menurut negara Argentina yang menganut
asas Ius Soli, Berinda juga warga negaranya, sebab tempat kelahirannya di negara
Argentina yang menganut asas Ius Soli. Dengan demikian Berinda memiliki status dua
kewarganegaraan (bipatride).

Dalam menetukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara lazim


menggunakan dua stelsel, yaitu:

1. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara
aktif untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa)

2. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga


negara tanpa melakukan suatu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa)

Sehubungan dengan 2 stelsel diatas, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya memiliki:

1. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)

2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)
4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya
Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan
kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis


Sama seperti penjelasan diatas, Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan bersasarkan negara
tempat dilahirkan. contoh nya serupa dengan contoh asas ius sanguinis diatas.

2. Asas ius soli


Serupa seperti penjelasan diatas, Asas ius soli adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, di indonesia asa ini
diberlakukan terbatas bagi anak-anak seseuai dengan ketentuan yang diatur undang-
undang. contoh nya serupa dengan contoh asas ius soli diatas.

3. Asas kewarganegaraan tunggal


Asas kewarganegraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan
bagi setiap orang. asas kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status
kewarganegaraan yang dimana setiap warga negara tidak boleh berkewarganegaraan
ganda.

Contohnya : bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam),
maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan
yang ia kehendaki.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas


Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang.
Contohnya : bila suatu anak lahir dan mempunyai dua kewarganegaraan (Bipatride),
maka anak tersebut boleh memiliki dua kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun
(atau sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-undang), setelah anak tersebut
berusia 18 tahun ia harus melepas / memilih salah satu kewarganegaraanya.

Sekian Artikel mengenai 4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya.


semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu,
mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang asas asas
kewarganegaraan indonesia dan pengertian asas kewarganegaraan. Akhir kata,
Terimakasih atas kunjungannya.

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara,


Lengkap Penjelasan
Ditulis oleh Admin I 29 Jun 2017 Tambah Komentar

Terbentuknya suatu negara tentu didasari dengan beberapa proses, konsep, teori, dan
syarat. Pada kesempatan kali ini akan kita bahas secara mendetail mengenai 3 proses
terbentuknya suatu negara. Yang akan kita awali dengan pembahasan apa itu negara ?

Pengertian Negara
Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state
(bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata
state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang bermakna
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan
tetap.
Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang
menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang
umumnya memiliki kedaulatan. Negara juga dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang
mempunyai suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi seluruh individu di wilayah
tersebut, dan berdiri secara independent.

Baca Juga

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan


 Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
 (Lengkap + Gratis) Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS
Syarat berdirinya Negara
Suatu negara dinyatakan syah berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat, jika
memenuhi minimal 4 syarat, yaitu:

1. Memiliki Rakyat (De Jure)

2. Memiliki Wilayah (De Jure)

3. Memiliki Pemerintah (De Jure)

4. Pengakuan dari Negara Lain (De Facto)


3 Proses Terbentuknya Suatu Negara, Lengkap Penjelasan

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara


Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam 3 proses yaitu proses
secara primer, secara sekunder dan secara teoritis. Berikut penjelasannya:

1. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya negara diawali dengan
adanya keluarga yang memiliki kebutuhan masing masing yang kemudian berevolusi ke
tingkat yang lebih kompleks. Secara Primer terjadi sebuah negara melalui beberapa
tahapan dan tidak ada hubungan dengan negara yang telah ada sebelumnya. adapun
tahap-tahap pertumbuhannya adalah sebagai berikut:
A. Persekutuan Masyarakat / Suku (genoot schaft)
Persekutuan Masyarakat merupakan kehidupan manusia yang diawali dari keluarga,
kemudian kelompok-kelompok masyarakat hukum (suku). Satu suku berkembang
menajdi dua suku, tiga suku, dan seterusnya hingga menjadi besar dan kompleks.
Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor alami atau karena penaklukan-
penaklukan antar suku.

B. Kerajaan (Rijk/Reich)
Kerajaan adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa di
masyarakat yang dipimpin kemudian mengadakan ekspansi dengan melakukan
penaklukan-penaklukan kepada daerah lain. pada tahap ini muncul kesadaran hak milik
dan hak atas tanah.

C. Negara (State)
Negara / State adalah tahap yang dimulai dari negara yang diperintah oleh raja yang
absolut dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Ciri-ciri tahap ini adalah seluruh
rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja dan Hanya ada satu identitas
kebangsaan. tahap ini juga disebut dengan tahap nasional dalam terjadinya sebuah
negara. Dalam tahap ini muncul kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan
rakyat.

D. Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah tahap dimana timbulnya keinginan rakyat untuk memegang
pemerintahan sendiri. Artinya, kekuasaan / kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat.
Rakyat yang berhak memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan
aspirasinya. ciri dari tahap ini adalah Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
pemimpin pilihan rakyat yang kemudian berkuasa.

2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau
kenyataan. Terjadinya Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang
telah ada sebelumnya. Terdapat beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara
secara sekunder, yaitu sebagai berikut:
A. Proklamasi
Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain
mengadakan perlawanan (perjuangan) sehingga dapat merebut kembali wilayahnya
dan menyatakan kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Belanda dan
Jepang pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Separatis (pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya
kemudian menyatakan kemerdekaan / memisahkan diri. Contohnya Belgia memisahkan
diri dari Belanda pada tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.

Baca Juga : Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan


Pewarganegaraan

C. Anexatie (penguasaan / pencaplokan)


Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain (diwilayah negara lain)
tanpa reaksi / perlawanan yang memadai dari penduduk setempat. Contohnya negara
Israel terbentuk dengan mencaplok daerah palestina, Suriah, Yordania, dan Mesir.

Penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di wilayah itu
setelah 30 tahun tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.

D. Innovation (pembentukan baru)


Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal dan
kemudian lenyap. Contohnya negara Columbia yang pecah dan lenyap kemudian
diwilayah tersebut muncul negara baru, yaitu Venezuela dan Columbia baru.

E. Acessie (penarikan)
Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang
timbul dari dasar laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu
ketika telah memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara. Contohnya Mesir yang
terbentuk dari delta Sungai Nil.
F. Cessie (penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain atas suatu perjanjian
tertentu. Contohnya Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia
(Jerman), karena ada perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan
negara yang dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu
negara yang kalah dalam Perang Dunia I.

G. Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah wilayah, mengadakan perjanjian /
kesepakatan untuk saling melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan
suatu penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru. Contohnya
terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871, yaitu Jerman Barat-Jerman
Timur.

H. Occupatie (pendudukan)
Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki
dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu dan didirikan negara diwilayah itu.
Contohnya Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak Negro
yang dimerdekakan oleh Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.

I. Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan Sebelumnya.


Pendudukan ini terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, namun tidak
berpemerintahan. Contohnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris
meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah Australia kemudian dibuat koloni-
koloni di mana penduduknya didatangkan dari daratan Eropa. Selanjutnya australia
dimerdekakan tahun 1901.

3. Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis, yaitu
sebagai berikut.
A. Teori kontrak sosial
Teori kontrak sosial beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian
perjanjian masyarakat. Teori ini adalah salah satu teori terpenting mengenai asal usul
negara. Teori asal usul mulai negara yang berdasarkan atas kontrak sosial ini dapat
dilihat melalui pemikiran Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ Rousseau.

B. Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan
penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat terhadap
kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut
teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.

C. Teori Ketuhanan
Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan karena
itulah, teori Ketuhanan tentang terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa
negara terbentuk atas dasar keinginan Tuhan. Hal ini berdasarkan atas asas
kepercayaan bahwa segala sesuatu berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendak
Nya. Menurut teori ini, Tuhanlah yang menciptakan negara sehingga negara dianggap
penjelmaan kekuasaan Tuhan. Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau Penguasa
adalah pilihan Tuhan untuk memerintah sehingga Raja memiliki kekuasaan mutlak pada
suatu negara atau kerajaan. Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan. Penganut
teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.

D. Teori historis
Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan teori yang mengemukakan
bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu

E. Teori Organis
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme,
selayaknya makhluk hidup. Individu yang menjadi komponen negara diibaratkan
sebagai sel-sel makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan
sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar)
sebagai kepala dan para individu sebagai daging makhluk itu.

F. Teori Hukum Alam


Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak
alam yang merupakan lembaga alamiah yang dibutuhkan manusia untuk
menyelenggarakan kepentingan umum. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles,
Agustinus, dan Thomas Aquino.

G. Teori kedaulatan hukum


Istilah "daulat" berasal dari bahasa arab "daulah" yang berarti kekuasan tertinggi.
Dengan demikian kedaulatan dapat didefinisikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam
suatu negara. Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua
kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe
dalam buku Die Moderne Staats Idee.

Sekian Artikel mengenai 3 Proses Terbentuknya Suatu Negara, Lengkap


Penjelasan. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah
ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang proses
terbentuknya negara, unsur terbentuknya negara, proses terbentuknya negara secara
primer dan sekunder. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

Otonomi Daerah (Lengkap Pengertian,


Dasar Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan
Manfaat)
Ditulis oleh Admin I 25 Jul 2016 Tambah Komentar
Otonomi Daerah - Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem
otonomi daerah dalam pelaksanaan pemerintahannya. Otonomi daerah merupakan
bagian dari desentralisasi. Dengan adanya otonomi daerah, daerah mempunyai hak
serta kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri tetapi masih tetap dikontrol oleh
pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-undang.

Pengertian Otonomi Daerah


Secara etimologi (harfiah), otonomi daerah berasal dari 2 kata yaitu "otonom" dan
"daerah". Kata otonom dalam bahasa Yunani berasal dari kata "autos" yang berarti
sendiri dan "namos" yang berarti aturan. Sehingga otonom dapat diartikan sebagai
mengatur sendiri atau memerintah sendiri. Sedangkan daerah yaitu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah. Jadi, otonomi daerah dapat
diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan suatu masyarakat
atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri.
Otonomi Daerah (Lengkap Pengertian, Dasar Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan
Manfaat)

Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian
otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU
tersebut berbunyi otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban
daerah otonom guna mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta
kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah merupakan kewenangan
untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dari masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan

 20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan

Menurut Encyclopedia of Social Scince, otonomi daerah merupakan hak sebuah


organisasi sosial untuk mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya.

Baca Juga : 12 Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli (Lengkap)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian Otonomi Daerah Menurut


Para Ahli
1. Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi Daerah adalah sebuah hak dan
wewenang untuk mengatur serta mengurus rumah tangga daerah.

2. Menurut Syarif Saleh: Otonomi Daerah merupakan hak yang mengatur serta
memerintah daerahnya sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang
diperoleh dari pemerintah pusat.
3. Menurut Kansil: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban
daerah untuk mengatur serta mengurus daerahnya sendiri sesuai perundang-
undangan yang masih berlaku.

4. Menurut Widjaja: Otonomi Daerah merupakan salah satu bentuk desentralisasi


pemerintahan yang pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan
bangsa dan negara secara menyeluruh dengan upaya yang lebih baik dalam
mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintahan agar terwujudnya
cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

5. Menurut Philip Mahwood: Otonomi Daerah merupakan hak dari masyarakat


sipil untuk mendapatkan kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal
mengekspresikan, berusaha mempertahankan kepentingan mereka masing-
masing dan ikut serta dalam mengendalikan penyelenggaraan kinerja
pemerintahan daerah.

6. Menurut Benyamin Hoesein: Otonomi Daerah merupakan pemerintahan oleh


dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada
diluar pemerintah pusat.

7. Menurut Mariun: Otonomi Daerah merupakan kewenangan atau kebebasan


yang dimiliki pemerintah daerah agar memungkinkan mereka dalam membuat
inisiatif sendiri untuk mengatur dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
daerahnya.

8. Menurut Vincent Lemius: Otonomi Daerah adalah kebebasan/ kewenangan


dalam membuat keputusan politik serta administrasi yang sesuai dengan
peraturan perundang- undangan.

Dasar Hukum Pelaksanaan Otonomi


Daerah
1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2 yang terdiri dari: Pasal 18
Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2 dan Pasal 18B ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah.

3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan


dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

4. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.

5. Undang Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Daerah dan Pusat.

Penerapan Otonomi Daerah


Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus penting
dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah bisa
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas daerah masing-
masing. Otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan, ketatanegaraan, serta tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh
karena itu maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sampai sekarang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengalami
banyak perubahan. Salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Pelaksanaan Otonomi Daerah

Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
membuktikan bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing. Berkembang atau tidaknya
suatu daerah tergantung dari kemampuan dan kemauan untuk dapat
melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi dalam
rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan Otonomi Daerah


1. Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

2. Keadilan Nasional.

3. Pemerataan wilayah daerah.

4. Mendorong pemberdayaan masyarakat.

5. Menjaga hubungan baik antara pusat dengan daerah, antar pusat, serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

6. Untuk mengembangkan kehidupan yang demokrasi.

7. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan prakarsa dan


kreativitas.

8. Untuk mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


(DPRD).

Secara konseptual, tujuan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan
utama yaitu tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi.

1. Tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu upaya untuk


mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan DPRD.

2. Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu adanya


pembagian urusan pemerintahan antara pusat dengan daerah, termasuk
pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah, serta sumber
keuangan.

3. Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu terwujudnya


peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai sarana peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Adapun tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yaitu:

1. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah kekuasaannya.

2. Untuk meningkatkan Pelayanan umum di daerah kekuasaaannya.

3. Untuk meningkatkan daya saing daerah.

Manfaat Otonomi Daerah


Otonomi daerah memberikan manfaat yang cukup efektif bagi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan hak dan wewenang kepada suatu
daerah dalam mengatur urusannya sendiri. Sehingga dapat memberikan dampak positif
bagi masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Selain itu, pemerintah juga bisa
melaksanakan tugasnya dengan lebih leluasa dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Prinsip Otonomi Daerah


1. Prinsip otonomi seluas-luasnya merupakan prinsip otonomi daerah dimana
daerah diberikan kewenangan dalam mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan yang meliputi kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan terhadap bidang politik luar negeri, moneter, keamanan, agama,
peradilan, keamanan, serta fiskal nasional.

2. Prinsip otonomi nyata merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah


diberikan kewenangan dalam menangani urusan pemerintahan yang
berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang secara nyata sudah ada dan
dapat berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi
dan ciri khas daerah.

3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip otonomi yang


dalam sistem penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari
pemberian otonomi, yang bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-
masing dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan
negara yang meliputi:

1. Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan landasan peraturan


perundang-undangan dan keadilan dalam penyelenggaraan suatu negara.

2. Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,


keserasian serta keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.

3. Asas kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan kesejahteraan umum


dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.

4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai
penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara


hak dan kewajiban.

6. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang


berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

8. Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya


kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara
optimal dan bertanggung jawab.
Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:

1. Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah


kepada daerah otonom berdasarkan struktur NKRI.

2. Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada


gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.

3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah dan
oleh daerah kepada desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan disertai
pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada
yang berwenang.

Demikian uraian artikel tentang Otonomi Daerah Lengkap dengan Pengertian, Dasar
Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan Manfaat nya, semoga artikel diatas dapat
bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah wawasan dan pengetahuan
anda mengenai Pengertian Otonomi Daerah, Dasar Hukum Otonomi daerah,
Pelaksanaan Otonomi Daerah, Tujuan Otonomi daerah, Manfaat Otonomi
daerah,Prinsip Otonomi daerah dan Asas Otonomi daerah. Terimakasih atas
kunjungannya.

Sejarah Lengkap Kerajaan Mataram Islam


(Kesultanan Mataram)
Ditulis oleh Admin I 18 Mei 2015 Tambah Komentar

Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) merupakan kerajaan Islam di tanah


Jawa yang berdiri pada abad ke-17. Kesultanan ini dipimpin oleh dinasti keturunan Ki
Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai keturunan penguasa
Majapahit. Asal-usul kerajaan Mataram Islam berawal dari suatu Kadipaten di bawah
Kesultanan Pajang, berpusat di 'Bumi Mentaok' yang diberikan untuk Ki Ageng
Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya. Raja berdaulat pertama
adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), ia adalah putra Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram)

Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa
dan Madura. Kerajaan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin
berkuasanya VOC, namun ironisnya Kerajaan ini malah menerima bantuan VOC pada
masa akhir menjelang keruntuhan.

Bendera Kerajaan Mataram Islam

Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian. Kerajaan ini meninggalkan


beberapa jejak sejarah yang dapat ditemui hingga kini, seperti kampung Matraman di
Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Jawa Barat (Pantura), penggunaan hanacaraka,
serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku sampai sekarang.

Masa awal
Setelah Sutawijaya merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya ia kemudian naik
tahta dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar
Jawa Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan Kesultanan
Mataram berada di daerah Mentaok, wilayah nya terletak kira-kira di selatan Bandar
Udara Adisucipto sekarang (timur Kota Yogyakarta). Lokasi keraton pada masa awal
terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede. Sesudah ia meninggal
kekuasaan diteruskan oleh putranya, yaitu Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar
Prabu Hanyokrowati.

Baca Juga: Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Medang / Kerajaan Mataram Hindu)


Baca Juga

 Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan


 Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan PKI Madiun
 Pengertian, Sejarah, Latarbelakang & Tujuan Gerakan Non Blok

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena
kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Setelah itu tahta pindah ke putra
keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro
memiliki penyakit syaraf sehingga tahta nya beralih dengan cepat ke putra sulung Mas
Jolang yang bernama Mas Rangsang pada masa pemerintahan Mas Rangsang,
Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan.

Terpecahnya Mataram
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari
Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari
kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil
karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan
besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat untuk berkomplot
dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika
mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II
(Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang
tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi
ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.

Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708),


Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II
(tahun 1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk)
kepada VOC sehingga VOC menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya
Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut menyebabkan perpecahan internal di
Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak dan menjadi ia sebagai "king in exile"
hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon.

Baca Juga: Kerajaan Sriwijaya

Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian
wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan
Ngayogyakarta (Pada 13 Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang dalam
Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah.
Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kasunanan
Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari Mataram.

Peristiwa Penting
 Tahun 1558: Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan
Pajang Adiwijaya atas jasanya yang telah mengalahkan Arya Penangsang.
 Tahun 1577: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau
Kotagede.
 Tahun 1584: Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat
Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru (raja) di
Mataram, yang sebelumnya sebagai putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas
Ngabehi Loring Pasar". Ia mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena masih
dianggap sebagai Senapati Utama Pajang).
 Tahun 1587: Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-
poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. namun Sutawijaya dan
pasukannya selamat.
 Tahun 1588: Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan,
bergelar 'Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama' yang artinya Panglima Perang
dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
 Tahun 1601: Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang
yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai
"Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu di hutan Krapyak.
 Tahun 1613: Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran
Aryo Martoputro. Karena Pangeran Aryo sering sakit, kemudian digantikan oleh
kakaknya Raden Mas Rangsang.
 Tahun 1645: Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan
Amangkurat I.
 Tahun 1645 - 1677: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan
Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
 Tahun 1677: Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan
Amangkurat I meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan
Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab
atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
 Tahun 1680: Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahan (ibu
kota) ke Kartasura.
 Tahun 1681: Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
 Tahun 1703: Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat menjadi
Susuhunan Amangkurat III.
 Tahun 1704: Atas pertolongan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai
Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan
Amangkurat III kemudian membentuk pemerintahan pengasingan.
 Tahun 1708: Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka
sampai wafatnya pada 1734.
 Tahun 1719: Susuhunan Paku Buwono I meninggal kemudian digantikan putra
mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa.
Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
 Tahun 1726: Susuhunan Amangkurat IV meninggal kemudian digantikan Putra
Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
 Tahun 1742: Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwana
II berada dalam pengasingan.
 Tahun 1743: Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari
tangan pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian yang
sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC selama Mataran
belum melunasi hutang biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan
Paku Buwono II sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan VOC.
 Tahun 1745: Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala
di tepian Bengawan Beton.
 Tahun 1746: Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru
yang dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P.
Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang
berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram
menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan kecil.
 Tahun 1749: 11 Desember Paku Buwono II menandatangani penyerahan
kedaulatan Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru
ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P.
Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para
pengikutnya. pada 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota
sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
 Tahun 1752: Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di daerah
Pesisiran (daerah pantura) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan
Mangkubumi-Raden Mas Said.
 Tahun 1754: Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian.
Pada tanggal 23 September, Nota Kesepahaman Hartingh-Mangkubumi. 4
November, Paku Buwana III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau
keberatan tidak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
 Tahun 1755: 13 Februari menjadi Puncak perpecahan, hal ini ditandai dengan
Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu
Kesunanan Surakarta dan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan
atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar 'Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan
Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama
Khalifatullah' atau dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
 Tahun 1757: Perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram. sehingga muncul
Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan
Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota
Salatiga antara Sultan Hamengku Buwono I, Sunan Paku Buwono III, Raden
Mas Said dan VOC. Raden Mas Said kemudian diangkat sebagai penguasa atas
sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan
Surakarta.
 Tahun 1788: wafat nya Susuhunan Paku Buwono III.
 Tahun 1792: wafat nya Sultan Hamengku Buwono I wafat.
 Tahun 1795: wafat nya KGPAA Mangku Nagara I wafat.
 Tahun 1799: dibubarkan nya VOC oleh benlanda
 Tahun 1813: Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma diangkat
sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang
terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran
Adipati Paku Alam".
 Tahun 1830: Akhir perang Diponegoro. Semua daerah kekuasaan Surakarta
dan Yogyakarta dirampas Belanda. Pada 27 September, Perjanjian Klaten
menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi
secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih
Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara
resmi dikuasai Belanda.
Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830,
setelah Perang Diponegoro.

Peninggalan kerajaan mataram Islam:


Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar dalam
poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa Kerajaan
Majapahit (abad ke-14) menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu.
Pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif
hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa, penjual, pembeli, dan barang
dagangan tumpah ruah di pasar ini.

Baca Juga: Kerajaan Majapahit

Masjid Agung Negara


Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
Masjid Agung Negara

Kompleks Makam Pendiri Kerajaan di Imogiri


Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede, kita dapat menemukan
kompleks makam para pendiri kerajaan Mataram Islam yang dikelilingi tembok yang
tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam ini memiliki ciri arsitektur Hindu. Setiap
gapura memiliki pintu kayu yang tebal dan dihiasi ukiran yang indah. Beberapa abdi
dalem berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24 jam sehari.

Permakaman Imogiri pada tahun 1890

Sekian Artikel tentang Sejarah Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram), semoga
artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR, seandainya sobat ingin
membaca lebih banyak Artikel bertama sejarah, silakan klik Label Sejarah yang ada di
widget sebelah kanan atas.
Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Ditulis oleh Admin I 15 Mei 2015 2 Komentar
Sejarah Kerajaan Majapahit - Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di
Jawa Timur, berdiri antara tahun 1293 hingga 1500 Masehi. Kerajaan Majapahit
mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, yang
berkuasa pada tahun 1350-1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha
terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar
dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di
Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun
wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit pada abad XIV

Bukti Adanya Kerajaan Majapahit


Tidak banyak bukti fisik dari Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber
utama yang digunakan oleh sejarawan merupakan Nagarakretagama dalam bahasa
Jawa Kuno dan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi. Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah
pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui
sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme) oleh
UNESCO. kemudian Pararaton berisi cerita, terutama menceritakan Ken Arok (pendiri
Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai
terbentuknya Majapahit. Selain dua sumber diatas terdapat beberapa prasasti dalam
bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N.
Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan
Thailand yang dibuktikan dengan corak bangunan, pengaruh kebudayaan, candi, seni
dan patung. Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari
Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim
berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Singapura, Filipina,
Selatan Thailand dan Malaysia.

Surya Majapahit: Lambang Kerajaan Majapahit


 Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan PKI Madiun

 Pengertian, Sejarah, Latarbelakang & Tujuan Gerakan Non Blok

 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah & Kemerdekaan Indonesia

Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.
Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim
utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara,
penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan
mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.
Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Arca Harihara, Setengah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Patung ini menggambarkan
Raja Kertarajasa (Raden Wijaya), raja pertama Majapahit
Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara)
lari ke Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh
Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di Tarik (Mojokerto). 

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh


Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan
kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri.
Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan,
Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat
di atas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia
membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang
namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.

Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu
menyerang Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya
berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusirnya. pasukan mongol secara
kalang-kabut kalah dan mundur karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga
merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat
pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan


Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15
bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia
dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi
masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan
Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil.
Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran
Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan
dalam Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat
mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak
terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya
meninggal dunia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala


Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun
pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi
keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya,
Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi
Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni
menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu
Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih,
pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang
menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun
sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit
berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana
berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh
putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350
hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit
menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit


meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan
Majapahit.

Namun, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan


tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh
raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian
selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan
diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik,
Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda
sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian
persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya
bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam
Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa
kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan
Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan
gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan
akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat
dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa,
dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan
negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda
yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan.
Kisah tersebut disinggung dalam Pararaton tetapi tidak disebutkan dalam
Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun tahun 1365 menyebutkan budaya keraton


yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan
tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan
Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua,
yang mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di
Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi
pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur
dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran
upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka.
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit
melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang. Meskipun
penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-
kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah
mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara.
Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki
kawasan ini.

Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-
angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit
memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam
Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri,
pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya
Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut
Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming


yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa
beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi
Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota
pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka
Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu
Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua
Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447,
Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia
memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja
dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453
AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian meninggal
pada 1466 dan diganti oleh Singhawikramawardhana. kemudian tahun 1468 pangeran
Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan ia mengangkat
dirinya sendiri sebagai raja Majapahit.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim sudah mulai memasuki Nusantara. Pada
akhir abad ke-14, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam muncul, yaitu
Kesultanan Malaka. Di bagian kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa
lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15
mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.
Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di
Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi,


Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota
Kerajaan Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan
oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Tahun 1478 Ranawijaya mengalahkan
Kertabhumi dengan cara memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu maupun Budha
atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu
kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar
Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti ini,
Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang
didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478
(tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti
dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518. Dalam tradisi Jawa ada
sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh
Girindrawardhana. Raden Patah yang saat itu merupakan adipati Demak sebetulnya
berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan
Ngudung, tapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan
Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali
menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.

Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah
mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini
memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa
Demak adalah keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda
ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan
Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk
kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518,
Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke
Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan
mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari
pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung
Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan
kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui
sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak,
legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan
seorang putri China.

Catatan sejarah Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke
tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521
M. Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan
Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di
ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat.
Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke
pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini
masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Perkembangan politik
Pemerintahan Kertarajasa
Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya (Kertarajasa)
melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

 Mengawini empat putri Kertanegara dengan tujuan mencegah terjadinya


perebutan kekuasaan antaranggota keluarga raja. Putri sulung Kertanegara,
Dyah Sri Tribhuaneswari, dijadikan permaisuri dan putra dari pernikahan tersebut
Jayanegara, dijadikan putra mahkota. Putri bungsu Kertanegara, Dyah Dewi
Gayatri dijadikan Rajapatni. Dari putri ini, Kertarajasa memiliki dua putri,
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani diangkat menjadi Bhre Kahuripan
dan Rajadewi Maharajasa diangkat menjadi Bhre Daha. Adapun kedua putri
Kertanegara lainnya yang dinikahi Kertarajasa adalah Dyah Dewi
Narendraduhita dan Dyah Dewi Prajnaparamita. Dari kedua putri ini, Kertarajasa
tidak mempunyai putra.

 Memberikan kedudukan dan hadiah yang pantas kepada para pendukungnya,


misalnya, Lurah Kudadu memperoleh tanah di Surabaya dan Arya Wiraraja
diberi kekuasaan atas daerah Lumajang sampai Blambangan. Kepemimpinan
Kertarajasa yang cukup bijaksana menyebabkan kerajaan menjadi aman dan
tenteram. Ia wafat pada tahun 1309 dan dimakamkan di Sumping (Blitar) sebagai
Syiwa dan di Antahpura (dalam kota Majapahit) sebagai Buddha. Arca
perwujudannya adalah Harikaya, yaitu Wisnu dan Syiwa digambarkan dalam
satu arca. Penggantinya adalah Jayanegara.
Pemerintahan Jayanegara
Masa pemerintahan Jayanegara dipenuhi pemberontakan akibat kepemim- pinannya
kurang berwibawa dan kurang bijaksana. Pemberontakan-pemberontakan itu sebagai
berikut.

 Pemberontakan Ranggalawe pada tahun 1231. Pemberontakan ini dapat


dipadamkan pada tahun 1309.

 Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311.

 Pemberontakan Juru Demung (1313) disusul Pemberontakan Gajah Biru.

 Pemberontakan Nambi pada tahun 1319. Nambi adalah Rakryan Patih Majapahit
sendiri.

 Pemberontakan Kuti pada tahun 1319. Pemberontakan ini adalah yang paling


besar dan berbahaya. Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan sehingga
Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Bedander. Jayanegara kemudian
dilindungi oleh pasukan Bhayangkari pimpinan Gajah Mada. Berkat
kepemimpinan Gajah Mada, Pemberontakan Kuti dapat dipadamkan. 

Namun, meskipun berbagai pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, Jayanegara


justru meninggal akibat dibunuh oleh salah seorang tabibnya yang bernama Tanca. Ia
lalu dimakamkan di candi Singgapura di Kapopongan.

Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Oleh karena Jayanegara tidak berputra, sementara Gayatri sebagai Rajapatni telah
menjadi biksuni, takhta Kerajaan Majapahit kemudian diserahkan kepada
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana (1328 – 1350) yang menjalankan
pemerintahan dibantu oleh suaminya (Kertawardhana). Masa pemerintahan
Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam negeri, yakni meletusnya
Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada yang
pada saat itu baru saja diangkat menjadi Patih Daha.
Pemerintahan Hayam Wuruk
Tribhuwanatunggadewi terpaksa turun takhta pada tahun 1350 sebab Rajapatni Dyah
Dewi Gayatri wafat. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang
lahir pada tahun 1334. Hayam Wuruk naik takhta pada usia 16 tahun dengan gelar
Rajasanegara. Dalam menjalankan pemerintahan, ia didampingi oleh Mahapatih Gajah
Mada.

Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa pada zaman Hayam Wuruk, Kerajaan
Majapahit mengalami masa kejayaan dan memiliki wilayah yang sangat luas. Luas
kekuasaan Majapahit pada saat itu hampir sama dengan luas negara Republik
Indonesia sekarang. Namun, sepeninggal Gajah Mada yang wafat pada tahun 1364,
Hayam Wuruk tidak berhasil mendapatkan penggantinya yang setara. Kerajaan
Majapahit pun mulai mengalami kemunduran. Kondisi Majapahit berada di ambang
kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun 1389. Sepeninggalnya,
Majapahit sering dilanda perang saudara dan satu per satu daerah kekuasaan
Majapahit pun melepaskan diri. Seiring dengan itu, muncul kerajaan-kerajaan Islam di
pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit runtuh setelah diserbu oleh pasukan
Islam dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.

Kebudayaan
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan
cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra
(Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke
istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi
dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di
Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk
langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang
menikmati otonomi luas. Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan
terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun.
Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk
Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu.
Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat
mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.

Gapura Bajang Ratu, salah satu gerbang masuk di ibu kota


Majapahit.

"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah"
[Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah
bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan
bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga,
menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

"..Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk
banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki
istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam
ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan
Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal
dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan
dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya:
"Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di
Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk
menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua,
menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata,
Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu
mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat
Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama
tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan.
Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai
rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol
beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir
kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain merupakan Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.

Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan
denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata
uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan
keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja
pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China.
Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40
kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut
berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak
disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa
dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil
atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam
aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat
dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.

Celengan zaman Majapahit

Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan
dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358
menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di
dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai
macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga
penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-
pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang
mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada
era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor
Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan
komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang
dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan
tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia
yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh
dengan perhiasan emas, perak, dan permata.

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor.

 Faktor pertama; lembah sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas di dataran
rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya
Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan
pemerintah.

 Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin


sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan
komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas
rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting
bagi Majapahit.

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah


menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari Khmer, China, Siam dan
India. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-
permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional.
Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok
yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di
Jawa.

Uang Gobog Majapahit


Struktur pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan di Majapahit, raja dianggap sebagai penjelmaan dewa
dan memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Roda pemerintahan
dijalankan raja dibantu oleh putra raja, kerabat raja, dan beberapa pejabat pemerintah.
Sebelum menduduki jabatan raja, putra mahkota biasanya diberi kekuasaan sebagai
raja muda (Rajakumara atau Yuwaraja). Contohnya, sebelum dinobatkan menjadi raja,
Hayam Wuruk lebih dahulu diangkat sebagai Rajakumara yang berkedudukan di Jimna.
dalam struktur pemerintahannya Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan
birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Raja dibantu oleh dewan pertimbangan kerajaan atau Bhatara Saptaprabu. Tugas
lembaga ini adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota
dewan ini merupakan para sanak saudara raja. Untuk masalah-masalah keagamaan,
raja dibantu oleh dewan yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa ri Kasainan
bertugas menangani urusan agama Syiwa dan Dharmadyaksa ri Kasogatan bertugas
menangani urusan agama Buddha. Para pejabat keagamaan ini dibantu oleh tujuh
Dharma Upapati, yaitu Sang Panget i Tirwan, i Kandamulri, i Mangkuri, i Paratan, i
Jambi, i Kandangan Rase, dan i Kandangan Atuha. Selain sebagai pejabat keagamaan,
mereka juga merupakan kelompok cendekiawan.

Tiga lembaga pemerintahan tingkat atas di Majapahit sebagai berikut.

 Sapta Prabu, merupakan sebuah dewan kerajaan. Anggota dewan ini adalah
keluarga raja yang bertugas mengurusi soal keluarga raja, penggantian mahkota,
dan urusan-urusan negara yang berhubungan dengan kebijaksanaan negara.

 Dewan Menteri Besar, menerima perintah raja. Anggotanya berjumlah lima


orang dan dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Dewan ini bertugas mengepalai
urusan tata negara merangkap urusan angkatan perang dan kebijaksanaan.

 Dewan Menteri Kecil, melanjutkan perintah raja. Beranggotakan tiga orang dan
bertugas sebagai pelaksana kebijaksanaan raja.
Raja Majapahit juga dibantu oleh tiga mahamenteri, yakni i Hino, i Halu, dan i Sirikan.
Biasanya yang diangkat untuk menduduki jabatan ini adalah putra raja. Mahamenteri i
Hino memiliki kedudukan paling tinggi karena di samping memiliki hubungan erat
dengan raja, ia juga dapat mengeluarkan prasasti-prasasti. Para mahamenteri ini
dibantu oleh para Rakryan Mantri atau sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang
merupakan badan pelaksana pemerintahan. Badan ini terdiri atas lima orang, yaitu
Patih Amangkubumi, Rakyan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan
Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini disebut Sang Panca ri Wilwatikta atau Mantri
Amancanegara.

Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja
biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

 Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja

 Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan

 Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan

 Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu
Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai
perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri
atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur maupun bagian tengah Jawa. Daerah
ini diperintah oleh uparaja yang biasah disebut Paduka Bhattara yang memiliki gelar
Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan.
Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk
mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan
mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di
Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian
wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:

 Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja

 Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran
atau bangsawan)

 Watek: dikelola oleh wiyasa,

 Kuwu: dikelola oleh lurah,

 Wanua: dikelola oleh thani,

 Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah


Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh
Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit
Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang
termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara
efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa,
dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan
kerabat dekat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung
dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi,
area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan
membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan
Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur
kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka
menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di
dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya,
Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.

Nusantara, ialah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke
dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi
yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk
menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun
yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi
keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan
Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi
Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan
diplomatik luar negeri:
Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang
sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh
Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut
Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di
Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan
Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan
Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena
kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini
meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian
diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik
ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat
tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.
Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu
wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa
daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah
bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem
pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota
Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan
sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit
yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit.

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang
dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13.
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode
kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan
Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan
keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
 Raden Wijaya (Gelar: Kertarajasa Jayawardhana) 1293 - 1309

 Kalagamet (Sri Jayanagara) 1309 - 1328

 Sri Gitarja (Tribhuwana Wijayatunggadewi) 1328 - 1350

 Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) 1350 - 1389

 Wikramawardhana 1389 - 1429

 Suhita (Dyah Ayu Kencana Wungu) 1429 - 1447

 Kertawijaya (Brawijaya I) 1447 - 1451

 Rajasawardhana (Brawijaya II) 1451 - 1453

 Purwawisesa atau Girishawardhana (Brawijaya III) 1456 - 1466

 Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa (Brawijaya IV) 1466 - 1468

 Bhre Kertabumi (Brawijaya V) 1468 - 1478

 Girindrawardhana (Brawijaya VI) 1478 - 1498 Patih Udara 1498 - 1518

Peninggalan Kerajaan Majapahit


Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah
Mada

Bidadari Majapahit, arca emas apsara gaya Majapahit menggambarkan zaman


kerajaan Majapahit.
Patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit.

Tampilan model kapal Majapahit


Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir.

Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu


Majapahit ibunda Hayam Wuruk.
Candi Bajang Ratu

Candi Brahu
Candi Gentong

Candi Tikus
Candi Wringin Lawang

Situs Candi Kedaton


Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Lengkap)
Ditulis oleh Admin I 17 Mei 2015 1 Komentar
Sriwijaya (disebut juga Srivijaya; dalam bahasa Thailan: ศรีวช ั atau "Ṣ̄rī wichạy")
ิ ย
merupakan kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak
memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari
Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan Jawa
Tengah. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya
berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan
yang gilang-gemilang".

Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8 Masehi.

Letak Kerajaan
Merupakan kerajaan yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah
Dapunta Hyang, Sriwijaya memiliki sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh
kekuasaannya mencakup hampir seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya.
Letaknya sangat strategis. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan
sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu),
Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.

Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan
Sriwijaya.

Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand
Selatan.

Catatan sejarah
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada
pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang.

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa
lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang
Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika
sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar
berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok
terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam
Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.

 Pengertian, Sejarah, Latarbelakang & Tujuan Gerakan Non Blok

 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah & Kemerdekaan Indonesia

 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang
sebuah perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan
Sriwijaya di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan. Sayang, kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan
perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri
dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan dan bagian buritan
untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan papan
ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi
Asia Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain
yang berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara
selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi
referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu
kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-
li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali,
kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj
dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa
Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan
keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan
Sriwijaya.

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat


bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan
Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs
Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini
didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar
menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan
yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia.

Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada


kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di
provinsi Jambi sekarang), Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra
Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah
sekarang).

1) Berita dari Cina


Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari
Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari
paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis,
Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-
Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha.
Pelayarannya maju karena kapal-kapal India singgah di sana dan ditutupnya Jalan
Sutra oleh bangsa Han. Buddhisme di Sriwijaya dipengaruhi Tantraisme, namun
disiarkan pula aliran Buddha Mahayana. I-Tsing juga menyebutkan bahwa Sriwijaya
telah menaklukkan daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685.

Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah
kerajaan Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung
menyebutkan bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang
disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.

2) Berita dari Arab


Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh
mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas
yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan
bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah
yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.

3) Berita dari India


Prasasti Leiden Besar yang ditemukan oleh raja-raja dari dinasti Cola menyebutkan
adanya pemberian tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma. Biara tersebut
dibuat oleh Marawijayattunggawarman, keturunan keluarga Syailendra yang berkuasa
di Sriwijaya dan Kataka.

Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah
membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib
membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan
Nalanda. Hal ini merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu,
Balaputradewa, mendirikan vihara di Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga
menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dinasti Syailendra yang
terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui hak-haknya atas
dinasti Syailendra.

4) Berita dari dalam negeri


Sumber-sumber sejarah dalam negeri mengenai Sriwijaya adalah prasasti- prasasti
berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno:

 Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi
Sungai Tatang, dekat Palembang.

 Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah
barat Pelembang.

 Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka.
Prasasti ini menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang
membawa keruntuhan kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi
Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya."

 Prasasti Karang Berahi berangka tahun 608 Saka (686 M). Isi prasasti ini
memperjelas bahwa secara politik, Sriwijaya bukanlah negara kecil, melainkan
memiliki wilayah yang luas dan kekuasaannya yang besar. Prasasti ini juga
memuat penaklukan Jambi.

 Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun). Prasasti ini menyebutkan bahwa
negara Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra
raja: Yuwaraja (putra mahkota), Pratiyuwaraja (putra mahkota kedua), dan
Rajakumara (tidak berhak menjadi raja).

 Prasasti Ligor berangkat tahun 697 Saka (775 M) ditemukan di Tanah Genting
Kra. Prasasti ini memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting
Kra (Melayu) oleh Sriwijaya

 Prasasti Palas Pasemah (tidak berangka tahun) ditemukan di Lampung berisi


penaklukan Sriwijaya terhadap Kerajaan Tulangbawang pada abad ke-7.
Prasasti Telaga Batu

Dari sumber-sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama,


pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanegara yang berkedudukan
di Minangatwan. Kedua, Raja Dapunta Hyang berusaha memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menaklukkan wilayah di sekitar Jambi. Ketiga, Sriwijaya semula
tidak berada di sekitar Pelembang, melainkan di Minangatwan, yaitu daerah pertemuan
antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Setelah berhasil menaklukkan
Palembang, barulah pusat kerajaan dipindah dari Minangatwan ke Palembang.

Pembentukan dan pertumbuhan


Belum banyak bukti fisik mengenai kerajaan Sriwijaya yang ditemukan. Kerajaan ini
menjadi pusat perdagangan serta merupakan negara bahari. Beberapa ahli
memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya,
selain itu kemungkinan besar Sriwijaya biasah memindahkan pusat pemerintahannya,
namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa.
Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari
prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah
kepemimpinan Dapunta Hyang. Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti
tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti ini
mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Di abad ke-7 ini, orang
Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi
bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun
686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan
Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan
bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi
Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya
Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan
besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang dimaksud dengan Bhumi Jawa
adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur
perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan
Selat Karimata.

Ekspansi Sriwijaya ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan kerajaan ini


mengendalikan dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan
observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Kamboja serta Thailand.
Pada abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan
banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu
melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Sriwijaya
meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri
kemaharajaan Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama.
Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing
berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa
Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada


periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga
tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan
Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di
Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan
sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda,
India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah
bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain
berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat
1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta
terkenal di Sriwijaya.

Arca Buddha langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit
Seguntang, Palembang, abad ke-7 sampai ke-8 M.

Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan
Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari semua topik ajaran
sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama
sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke
Universitas Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah
Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun
untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.

Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan
di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Mahayana
juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana
Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di
Tibet menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa
penguasa Sriwijaya nagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India. Peranannya dalam agama Budha
dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand.
Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan
penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut
serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat


perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama
muslim dari Timur Tengah, sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan
bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di
Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.

"... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya
dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam
benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan
tekun dan mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke
India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun
untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India".
Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.
Budaya
Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan
kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan
bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti
Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah
yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya.
Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat
kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara
Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno
telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti
Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang
ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa
Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat
komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca
dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.
Arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan, seni Sriwijaya sekitar abad ke-9
M.

Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat
berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa
Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi
Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di
Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan
tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di
Sumatera terbuat dari bata merah.

Beberapa arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit
Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor,
Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-
arca ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni
Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin
diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad
ke-8 sampai ke-9).

Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India
dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang
Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu
gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja
Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan
Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan
berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan
mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat
berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan
bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.

Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan
selalu mengawasi dan sering kali memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya.
Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya
menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan
sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di
Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa
Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung
Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam
lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya
serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa
pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud
adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari
mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli
perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan
pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670
hingga 1025 M.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal
Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan
Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan
dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu
bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia
berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar
bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur bisa jadi merupakan jenis kapal yang
digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam melakukan pelayaran antar pulaunya.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan kawasan Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman
yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah
tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit
hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya
Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar
Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti
Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min
dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi
Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah
diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus
(Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka.

Hubungan dengan wangsa Sailendra


Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena
adanya nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti
Kalasan di pulau Jawa, prasasti Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di
India. Sementara pada prasasti Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra. Karena
prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu dn bahasa Melayu umumnya
digunakan pada prasasti-prasasti di Sumatera maka diduga wangsa Sailendra berasal
dari Sumatera, Walaupun asal usul bahasa melayu ini masih menunggu penelitian
sampai sekarang.

Candi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa Samaratungga

Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan


Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian Moens
menambahkan kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu
keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat
bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita Parahiyangan
kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa Melayu
Kuna di antaranya prasasti Sojomerto.
Model kapal Sriwijaya tahun 800-an Masehi yang terdapat pada candi Borobudur.

Hubungan dengan kekuatan regional


Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya
menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur
mengantarkan utusan beserta upeti. Sejarawan S.Q. Fatimi menyebutkan bahwa pada
tahun 100 Hijriyah (718 M), seorang maharaja Sriwijaya (diperkirakan adalah Sri
Indrawarman) mengirimkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari
Kekhalifahan Umayyah, yang berisi permintaan kepada khalifah untuk mengirimkan
ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya. Surat itu dikutip
dalam Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih (sastrawan Kordoba, Spanyol), dan
dengan redaksi sedikit berbeda dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qahirah
karya Ibnu Tagribirdi (sastrawan Kairo, Mesir).

" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya
pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang
wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya,
rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil.
Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah
mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan.
Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala
hukum-hukumnya kepadaku."
Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan
dunia Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja
Sriwijaya telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja
untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari
berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni
Tiongkok, India, dan Timur Tengah.

Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak
sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai
ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom
That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga
kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah degan


perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu wangsa Sailendra
sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa
Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatera dan
Jawa. Akan tetapi akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara
Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan antara
Sriwijaya dan Medang memburuk. Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya
berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi
berikutnya. Dalam prasasti Nalanda yang bertarikh 860 Balaputra menegaskan asal-
usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu raja
Sriwijaya. Dengan kata lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja Pala di
India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara
Sriwijaya di Sumatera dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika raja
Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang
kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari
( sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa) atas dorongan Sriwijaya.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti
Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah
biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga
cukup baik. Dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-
Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara
Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang
melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik
pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan
yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar
Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun pada masa ini Sriwijaya dianggap telah
menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga
Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton
pada tahun 1079. Pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching
Kuan, dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan

Masa kejayaan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada
kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan,
menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan
armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta
untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari catatan sejarah dan bukti
arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh
kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya,
Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat
Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan
perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat.
Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan
yang melayani pasar Tiongkok, dan India.
Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo,
Muarabulian, Jambi, Indonesia.

Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama
Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus
sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu,
digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara
yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak
cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur
barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa
hasil bumi lainya.

Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan
dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat
keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya
Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-)
memiliki tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan.
Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-
10, akan tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi
kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari
Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi,
sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-
fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu
saling mengirim duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988
tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh
balatentara Jawa. Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an,
yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.

Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali
tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar
Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok
tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut
adalah Dharmawangsa Teguh.

Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara
waktu, namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan
Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan
Jawa terhadap Sumatera. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal
karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di Sumatera. Menguasai ibu kota di
Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala
Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja
Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling
menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk
memukul mundur tentara Jawa.

Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya,


memenangi dukungan Tiongkok dengan cara merebut hati Kaisarnya. Pada tahun
1003, ia mengirimkan utusan ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah
selesai dibangun sebuah candi Buddha yang didedikasikan untuk mendoakan agar
Kaisar Tiongkok panjang usia. Kaisar Tiongkok yang berbesar hati dengan
persembahan itu menamai candi itu cheng tien wan shou dan menganugerahkan genta
yang akan dipasang di candi itu. (Candi Bungsu, Terletak di Muara Takus).

Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman
Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha
menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut berperan dalam menghancurkan
Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa
Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji
Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau
1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa
Teguh.

Masa Kemunduran
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, yang merupakan raja dari dinasti Chola di
India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya.
Berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan
daerah-daerah yang sebelumnya menjadi koloni Sriwijaya, dan berhasil menawan raja
Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa
dekade berikutnya, seluruh kekuasaan Sriwijaya berada dalam pengaruh dinasti Chola.
Meskipun demikian Rajendra Chola tetap memberikan peluang kepada raja yang
ditaklukannya untuk tetap berkuasa dengan syarat tetap tunduk kepadanya.

Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja


bawahannya melemah. Beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul
Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai
kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera,
sampai Jawa bagian barat. Pada tahun 1079 dan 1088, catatan Cina menunjukkan
bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar pada Cina. Khususnya pada tahun 1079,
masing-masing duta besar tersebut mengunjungi Cina. Ini menunjukkan bahwa ibu kota
Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya selama periode tersebut.
Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan Palembang, yang
memungkinkan Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad ke-11.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178,
Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan
yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia
menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat
San-fo-ts'i memeluk Budha. Namun, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak
lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari daftar
15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan
Dharmasraya. Walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan
yang berada di kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah
disebutkan Malayu.

Secara garis besar Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh
faktor-faktor berikut:

 Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering,


dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar
Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.

 Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang
strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun
internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan
Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional
sehingga Jambi lebih strategis daripada Palembang.

 Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan.
Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya
terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia
bagian timur dan Sriwijaya di bagian barat.

 Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh
Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan
utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan
oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas
pusat Sriwijaya pada tahun 1023 – 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya
ditawan dan dibawa ke India. Ketika Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada
usaha penyerangan terhadap Sriwijaya, namun baru sebatas usaha mengurung
Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan
Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan
kesatuan Nusantara (1377). 

Struktur pemerintahan
Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan
satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak
dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua,
samaryyāda, mandala dan bhūmi.

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat
disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini
dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang
di dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan
dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis,
samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung
dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman.
Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam
pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.

Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam
lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra
mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak
menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa
Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya
kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan
dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya. Adapun, jabatan dan pekerjaan yang
diceritakan tersebut adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati),
senopati (komandan pasukan), dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga
Tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana
(pandai besi/ pembuat senjata pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat),
puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga), pratisra (pemimpin kelompok kerja),
marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak raja).

Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua.
Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi
gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota
kedua). Maka dari itu, Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia)
mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka
kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.

Raja yang memerintah


Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-raja
di bawah ini, yaitu:

 Dapunta Hyang Sri Jayanasa (671)

 Sri Indravarman Che-li-to-le-pa-mo (702)

 Rudra Vikraman Lieou-t’eng-wei-kong (728)

 Maharaja Wisnu Dharmmatunggadewa (760)

 Dharanindra Sanggramadhananjaya (775)

 Samaragrawira (782)

 Samaratungga (792)

 Balaputradewa (835)

 Sri Udayadityavarman Se-li-hou-ta-hia-li-tan (960)

 Hie-tche (Haji) (980)

 Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa (988)

 Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi (1008)

 Sumatrabhumi (1017)

 Sangramavijayottungga (1025)
 Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo (1079)

 Rajendra II (1100)

 Rajendra III (1156)

 Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183-1286)

 Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286-1293)

 Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa


(1347)

Warisan sejarah
Penemuan kemaharajaan Sriwijaya ini ditemukan pertama kali oleh Coedès pada tahun
1920-an yang telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk kemaharajaan
yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan
berjaya pada masa lalu.

Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi Sriwijaya
masih digunakan sebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila Utama yang mengaku
sebagai keturunan bangsawan Sriwijaya dari Bintan, bersama para pengikut dan
tentaranya yang terdiri dari Orang Laut, telah mendirikan Kerajaan Singapura di
Tumasik. Menurut Sejarah Melayu dan catatan sejarah China yang ditulis Wang Ta
Yuan, disebutkan bahwa Kerajaan Siam sempat menyerang kerajaan Singapura pada
kurun tahun 1330 hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul mundur.

Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. yang Selama berabad-abad,


kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas
tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di
kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai
penghubung yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara.
Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan
memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno
masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya
sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia.
Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas
daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang. Keluhuran Sriwijaya telah menjadi
inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang
sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian
Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya. Di Indonesia,
nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama nama dalam berbagai
hal misal nama jalan di berbagai kota, maupun nama universitas, nama perusahaan,
dan nama di kemiliteran.

Indonesia yang Wajib Kita Ketahui


Ditulis oleh Admin I 12 Jul 2016 Tambah Komentar
Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia - Sebagian besar masyarakat telah mengetahui
adanya peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia. Salah satunya yaitu Candi Borobudur
yang terletak di kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur sendiri telah ditetapkan
sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Sampai sekarang masih
banyak wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur baik yang berasal dalam negeri maupun
luar negeri.

Nah.., pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai macam-macam
peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia. Sebelum membahas macam-macam
peninggalan bersejarah di Indonesia, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
pengertian dari peninggalan Sejarah itu sendiri. Apakah Peninggalan Sejarah itu?
Peninggalan Sejarah adalah peninggalan-peninggalan pada masa lampau yang
mempunyai nilai sejarah dalam kehidupan manusia. Peninggalan bersejarah dapat di
jadikan sebagai bahan untuk menyusun sejarah serta membantu kita mengetahui apa
yang terjadi pada masa lampau.
Candi Borobudur merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Indonesia memiliki banyak peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi. Maka dari itu, kita
wajib menghargai dan melestarikannya agar terjaga kelestariannya. Selain itu, dengan adanya
peninggalan bersejarah di Indonesia, dapat membantu kita dalam mempelajari sejarah bangsa
Indonesia. Mulai dari fosil, prasasti, patung, bangunan, naskah kuno dan lain sebagainya. Hal
tersebut merupakan macam-macam peninggalan bersejarah di Indonesia. Terdapat 5 macam
peninggalan sejarah di Indonesia, diantaranya yaitu berupa tulisan, bangunan, benda-benda
bersejarah, karya seni, dan adat istiadat. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu.
Berikut 5 Macam Peninggalan Bersejarah Di Indonesia:

 Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan PKI Madiun

 Pengertian, Sejarah, Latarbelakang & Tujuan Gerakan Non Blok

 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah & Kemerdekaan Indonesia

1. Tulisan
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa tulisan terbagi menjadi dua, yaitu Prasasti
dan naskah kuno:

Prasasti
Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang berupa tulisan atau gambar pada batu.
Sehingga prasasti disebut juga sebagai batu tulis. Sebuah prasasti biasanya ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.

Prasasti Yupa merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Pada umumnya Prasati berisi informasi/ catatan mengenai peristiwa penting yang
dialami oleh suatu kerajaan atau seorang raja. Beberapa prasasti yang ada di Indonesia
yaitu, anatar lain :
 Prasasti Yupa di Kalimantan Timur sekitar tahun 500 M peninggalan dari Kerajaan
Kutai.

 Prasasti Telaga Batu di Palembang peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.

 Prasasti Sriwijaya di Sumatera peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.

 Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat peninggalan kerajaan Taruma Negara.

Naskah Kuno
Naskah kuno yaitu dokumen-dokumen penting yang berisi informasi pada zaman dahulu. Naskah
kuno juga bisa berupa karya sastra seperti syair, hikayat, legenda dan kitab-kitab. Beberapa
naskah kuno yang ada di Indonesia yaitu, Antara lain :

 Kitab Sutasoma Karya Mpu Tantular dari kerajaan Majapahit.

 Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca dari kerajaan Majapahit.

 Kakawi Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa pada zaman kerajaan Airlangga,
Kahuripan.

 Kitab Smaradahana karya Mpu Darmaja pada zaman Raja Kameswara I, Kediri.

 Kitab Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada jaman Raja Jaya Baya,
Kediri.

Perlu diketahui Kakawi merupakan syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang berasal
dari India.

2. Bangunan
Bangunan bersejarah di Indonesia memiliki aset yang tak ternilai harganya.
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa bangunan memiliki 6 bentuk bangunan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Candi
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu dan biasanya digunakan
sebagai tempat pemujaan/ beribadah bagi pemeluk agama Hindu dan Budha pada
zaman dahulu. Candi merupakan peninggalan kerajaan Hindu dan Budha. Fungsi
bangunan candi yaitu untuk memuliakan raja yang telah meninggal dunia. Beberapa
candi yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:

 Candi Borobudur : di Magelang, Jawa Tengah.

 Candi Padas : di Tampak Siring, Bali.

 Candi Kidal : di Malang, Jawa Timur.

 Candi Sewu : di Magelang, Jawa Tengah.

 Candi Prambanan : di Klaten, Jawa Tengah.

 Candi Tikus : di Mojokerto, Jawa Timur.

Benteng
Banteng merupakan bangunan yang difungsikan guna mempertahankan diri (bertahan)
dari serangan lawan. 

Benteng Duurstede merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia


Benteng-benteng yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari peninggalan
Belanda, Portugis dan Spanyol pada masa penjajahan. Beberapa benteng yang ada di
Indonesia yaitu, antara lain:

 Benteng Inang Bale : di Aceh, Daerah Istimewa Aceh.

 Benteng Bonjol : di Bonjol Sumatra Barat.

 Benteng Duurstede : di Saparua, Maluku.

 Benteng Surason : di Banten, JawaBarat.

 Benteng Jagaraga : di Bali.

Masjid
Masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Dengan adanya peninggalan bersejarah berupa
masjid membuktikan bahwa pengaruh Islam di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu.
Beberapa masjid yang bersejarah di Indonesia antara lain Masjid Aceh, Masjid Agung Banten,
Masjid Makam Sedangduwur (Jawa Timur), Masjid Kudus, Masjid Demak, dan Masjid Jami
Pontianak.

Monumen atau tugu


Monumen atau tugu merupakan bangunan yang sengaja dibuat untuk memperingati
suatu peristiwa dan penghormatan terhadap jasa perjuangan para pahlawan zaman
dahulu. Beberapa monumen yang ada di Indonesia antara lain Monumen Nasional
(Tugu Monas) di Jakarta, Monumen Tugu Muda di Semarang, Monumen Proklamasi di
Jakarta, Monumen Palagan Ambarawa di Semarang, Monumen Pers Nasional di Solo,
Jawa Tengah.

Baca Juga : Materi Lengkap Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS

Istana atau keraton


Istana atau keraton merupakan bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal sang raja pada
zaman dahulu. Beberapa istana yang ada di Indonesia antara lain Keraton Mangkunegaran di
Surakarta, Keraton Paku Alam di Yogyakarta, Keraton Kasepuhan di Cirebon, Karaton Maimun
di Medan, Istana Raja Goa di Sulawesi Selatan, Istana Raja Khungkung di Bali.

Makam
Makam merupakan tempat untuk menguburkan orang-orang yang sudah meninggal terutama
para raja/ tokoh-tokoh penting dalam sejarah.

Makam Pangeran Diponegoro merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Biasanya makam banyak dijadikan sumber sejarah dan peninggalan sejarah. Beberapa makam
yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:

 Makam Raja-raja Surakarta dan Yogyakarta di Imogiri, Yogyakarta.

 Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan.

 Makam RA. Kartini di Rembang, Jawa Tengah.

 Makam Ir. Soekarno Presiden RI Pertama di Blitar, Jawa Timur.

 Makam Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah.


3. Benda-benda Peninggalan bersejarah
Benda-benda Peninggalan bersejarah yang berupa benda atau barang antara lain adalah sebagai
berikut :
Fosil
Fosil adalah bagian atau sisa dari mahkluk hidup (manusia, hewan atau tumbuhan) yang sudah
membatu. Beberapa fosil yang ada di Indonesia antara lain di Desa Trinil, (Mojokerto Jawa
Timur), Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan lain sebagainya.

Artefak
Artefak adalah perkakas atau peralatan yang digunakan oleh manusia pada zaman dahulu.
Artefak bisa berupa alat pertanian, peralatan makan, peralatan memasak, senjata, serta perhiasan.

Arca
Arca merupakan peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindhu-Buddha. Arca biasa dikenal
oleh masyarakat luas dengan istilah patung. Arca atau Patung biasanya terbuat dari batu,
perunggu dan bahkan emas. Bentuk-bentuk Arca atau Patung bermacam-macam, ada patung
dewa, patung raja/ratu, patung binatang dan lain-lain. Beberapa Arca yang ada di Indonesia
Antara lain Arca Buddha Amarawati di Sulawesi Selatan, Arca Roro Jonggrang di Candi
Prambanan, Arca Airlangga di Belahan, Arca Tribhuwana di Candi Arimbi, dll.

4. Karya Seni
Karya Seni adalah peninggalan bersejarah yang berasal dari nenek moyang kita yang kemudian
menjadi tradisi di masyarakat. Pada zaman dahulu nenek moyang kita banyak memiliki karya
seni yang sampai sekarang masih ada, antara lain :

Tarian tradisional
Tarian tradisional adalah tarian peninggalan zaman dahulu yang hingga saat ini masih ada dan
sering ada dipertunjukan. Beberapa contoh dari tarian tradisional di Indonesia antara lain Tari
Gambyong dari Jawa Tengah dan Tari Seudati dari Aceh.
Dongeng atau cerita rakyat
Dongeng atau cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun dan tidak
diketahui pengarangnya. Cerita rakyat ini biasanya mengandung hikmah atau pelajaran yang
dapat diambil oleh masyarakat. Beberapa contoh dari cerita rakyat di Indonesia antara lain
Malinkundang dari Sumatera Barat dan Tangkuban Perahu dari Jawa Barat.

Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu

Lagu atau tembang daerah


Lagu atau tembang suatu daerah merupakan peninggalan sejarah yang masih dilestarikan.
Beberapa contoh dari lagu/ tembang di Indonesia antara lain Lagu Lir-ilir dari Jawa Tengah dan
Lagu Gending Sriwijaya dari Sumatera.

Seni pertunjukan
Dunia hiburan atau seni pertunjukan memang tidak akan pernah sirna di belahan bumi Indonesia.
Hal ini terbukti dari dahulu hingga sekarang masih banyak ditemui dunia hiburan atau
pertunjukan yang bersifat menghibur masyarakat. Perbedaan seni pertunjukan yang dahulu
dengan yang sekarang salah satunya dari media yang digunakan. Beberapa contoh dari seni
pertunjukan di Indonesia antara lain Wayang Kulit dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ogoh-
ogoh dari Bali dan Wayang Golek dari Jawa Barat.

5. Adat istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun-
temurun.
Acara Adat Ngaben merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Contoh upacara adat istiadat Antara lain adalah : upacara adat pembakaran mayat (Ngaben) di
Bali, Sekaten di Solo dan Yogyakarta, upacara adat pernikahan dan sebagainya.

Sekian artikel tentang 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita
Ketahui, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan anda mengenai Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia.
Terimakasih atas kunjungannya.

Anda mungkin juga menyukai