adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Lima
sendi utama (Sila) penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke 4 Preambule
(Pembukaan) UUD1 945.
Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam
melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat
indonesia. Janji ini diucapkan pada tanggal 7 September 1944 oleh Perdana Menteri
Kaiso.
Baca Juga
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang
memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji
kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar
Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)
Dalam maklumat tersebut juga dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas BPUPKI adalah
menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya diberikan kepada
pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang
pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Dalam sidang
pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk bangsa
Indonesia setelah merdeka nanti. Pada sidang pertama Ir. Soekarno dan Muhammad
Yamin mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga terdiri dari
lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Kelima hal tersebut oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Kemudian Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal tersebut menurutnya juga bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.
Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat
untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul yang
masuk dan memeriksanya serta melaporkan dalam sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap
anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai
dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8 orang, yaitu:
Mr. Muh. Yamin
Ir. Soekarno
K.H. Wachid Hasjim
Ki Bagus Hadikusumo
M. Sutardjo Kartohadikusumo
R. Otto Iskandar Dinata
Mr. A.A. Maramis
Drs. Muh. Hatta
Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil,
dengan para anggota BPUPKI yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil yang dapat
dicapai antara lain adalah dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul /
Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
Mr. Muh. Yamin
Ir. Soekarno
Mr. A.A. Maramis
Drs. Muh. Hatta
K.H. Wachid Hasyim
Mr. Ahmad Subardjo
Abikusno Tjokrosujoso
Abdul Kahar Muzakkir
H. Agus Salim
Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI kali ini
membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan
Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota
BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu
antara lain adalah: Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno
Tjokrosoejoso), Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir.
Soekarno) dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).
Inti dari pertemuan tersebut adalah, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar
pada alinea keempat preambul, di belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi "dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus. Jika tidak
maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari Indonesia yang
baru saja diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk di indonesia bagian
timur beragama non-muslim.
Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang pleno PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada KH. Wakhid Hasyim, Ki
Bagus Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta kemudian berusaha
meyakinkan tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.
Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang intens
dan demi persatuan dan kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di belakang kata Ketuhanan dan
diganti dengan "Yang Maha Esa".
Sekian Artikel tentang Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar
Negara, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat
memberikan pengetahuan mengenai wawasan Kebangsaan Indonesia.
Ideologi Pancasila
Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila penggunaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 43/1958.
Perisai
Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan
peradaban Nusantara sebagai senjata yang
melambangkan perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk
mencapai tujuan.
Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis
khatulistiwa hal tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia
sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara
Pancasila.
Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-
putih). dan pada bagian tengahnya memiliki warna dasar hitam.
Sila-Sila dalam pancasila terdiri dari kalimat pernyataan. Bunyi kelima sila tersebut
ialah sebagai berikut.
3. Persatuan Indonesia
Agar pancasila lebih mudah dipahami dan diamalkan oleh masyarakat, maka pada
tahun 1978 pemerintah menyusun 36 butir-butir Pancasila berdasarkan Tap MPR No.
II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila (P4).
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila
Untuk lebih jelasnya berikut isi 45 butir butir Pancasila yang baru sesuai dengan Tap
MPR no. I/MPR/2003.
Lambang Sila 1 : Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima (bersudut
lima)
Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Contoh pengamalan : Kita wajib hidup rukun meskipun beda agama karena kita
satu bangsa Indonesia.
6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
9. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial,
jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya.
Contoh pengamalan : Menghargai perbedaan yang ada, Karena kita harus
menyadari bahwa kita hidup memang berbeda-beda baik dari suku, ras, maupun
agama, jadi perbedaan itu memang ada.
Contoh pengamalan : Mau mengikuti kerja bakti dan berbaur dengan masyarakat
yang lain
17. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Contoh pengamalan : Bila di negara kita ada suatu masalah kita harus fokus
menyelesaikan masalah tersebut untuk kepentingan bersama / untuk
kepentingan negara bukan memanfaatkannya untuk kepentingan kelompok /
golongan / pribadi.
19. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
Contoh pengamalan : Tidak membeda bedakan antara suku, ras dan agama
satu dengan lainnya, karena kita semua sama-sama warga indonesia.
Contoh pengamalan : Menjaga sumber daya dan kelestarian bumi yang ada di
Indonesia
25. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
29. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah kita tidak boleh emosi karena kita
wajib dalam keadaan kepala dingin.
31. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
Contoh pengamalan : Kita perlu patuh, menerima dan hormat terhadap suatu
keputusan yang sudah disepakati dan mufakat.
33. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
35. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Contoh pengamalan : Hidup jangan banyak mengeluh, kita perlu kerja keras dan
cerdas untuk memenuhi kebutuhan keluarga apalagi kalau bisa memberi kepada
orang yang membutuhkan
40. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
41. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
Contoh pengamalan : Jangan sampai dalam hidup kita membuat susah tetangga
sekitar, misal membangun pabrik industri tapi limbah dibuang sembarangan yang
menjadikan rugi tetangga sekitar kita.
42. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
Contoh pengamalan : Bersikaplah hemat, lebih baik sisihkan uang anda untuk
orang yang lebih membutuhkan.
43. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
44. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
45. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Contoh pengamalan : Dalam hidup jangan mengklaim hak yang memang itu
sudah dipantenkan pemiliknya. Apabila memang mau digunakan untuk
kepentingan kita ada baiknya ijin terlebih dahulu.
Sekian artikel mengenai 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-
5) dengan Contoh dan Penjelasan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat
baik untuk mengerjakan tugas maupun untuk sekedar menambah pegetahuan seputar
butir butir pancasila, butir butir pancasila beserta contohnya, 45 butir pancasila dan
pengamalan pancasila. Terimakasih atas kunjungannya.
10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila
Ditulis oleh Sriwati 24 Nov 2015 5 Komentar
Fungsi dan Kedudukan Pancasila - Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara
Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta: "pañca" berarti lima
dan "śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca Juga
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan
pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya
yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata baik materiil maupun
spiritual yang berdasarkan Pancasila.
Sekian Artikel tentang Fungsi dan Kedudukan Pancasila, semoga artikel ini dapat
bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan tentang
Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi Negara Indonesia yang sejatinya wajib diketahui
oleh seluruh warga indonesia agar dijadikan pedoman dalam kehidupan.
UUD 1945 diresmikan menjadi undang-undang dasar negara oleh PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18-Agustus-1945. Namun Sejak 27
Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus
1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Kemudian pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959
kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR
pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada periode 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amendemen (perubahan), yang
mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. berikut Sejarah Lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia secara
lengkap berdasarkan pembagian / periodesasi waktu terjadinya:
Baca Juga
Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI
tanggal 10-17 Juli 1945. dan Tanggal 18-Agustus-1945, PPKI mengesahkan UUD 1945
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi
perubahan. Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12 menteri
memimpin departemen. Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung Karno.
Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
kedaulatan rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, dll yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan
dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai kesepakatan yaitu tidak
merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem pemerintahan presidensial.
Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam
Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR yaitu:
Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.
Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.
Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.
Amandemen Kedua
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus-2000, yaitu:
Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November-2001, yaitu:
Bab II: Tentang MPR
Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan
Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan)
Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara
Bab VII A: Tentang DPR
Bab V: Tentang Kementrian Negara
Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum
Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang
dihapuskan. yang Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen
keempat ini ditetapkan bahwa:
UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada 18-
Agustus-1945 dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18-Agustus-
2000 pada Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang
"Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung"
dihapus.
Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.
Sekian Artikel tentang Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945, semoga artikel
diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai wawasan Kebangsaan Indonesia.
Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan
yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan
agama atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat
maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga tidak terjadi
gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa "Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya" Sehigga kita sebagai
warga Negara sudah sewajarnya saling menghormati antar hak dan kewajiban yang
ada diantara kita demi menjaga keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling
toleransi antar umat beragama.
Baca Juga
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
Arti dan Makna Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan sabar
membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau
sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati
atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain.
Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-
golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu
masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana penganut Agama mayoritas dalam
sebuah masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi
antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama
lain.
Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada tuhan menurut
agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak. Karena Semua
agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama juga harus saling
menghargai. Sehingga terbina kerukunan hidup anatar umat beragama.
Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita praktekkan dalam kegiatan yang bersifat sosial
kemasyarakatan serta tidak menyinggung keyakinan pemeluk agama lain. melalui
toleransi diharapkan terwujud ketertiban, ketenangan dan keaktifan dalam menjalankan
ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing..
"Dua bangunan tersebut berdampingan serta memiliki alamat yang sama, yaitu di Jalan
Gatot Subroto Nomor 222, Solo,"
Baca Juga: Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu
Misalnya saat pelaksanaan Idul Fitri yang jatuh pada Minggu. Pengelola gereja
langsung menelepon pengurus masjid untuk menanyakan soal kepastian perayaan Idul
Fitri. Kemudian pengurus gereja merubah jadwal ibadah paginya pada Minggu menjadi
siang hari, agar tidak mengganggu umat Islam yang sedang menjalankan shalat Idul
Fitri.
Contoh lainnya adalah pengurus masjid selalu membolehkan halaman Masjid untuk
parkir kendaraan bagi umat kristiani GKJ Joyoningratan saat ibadah Paskah
maupun Natal.
hal tersebut merupakan contoh kecil toleransi antarumat beragama yang hingga saat ini
terus dipelihara. Baik pihak gereja maupun Pihak masjid, saling menghargai dan
memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan lancar bagi
masih-masing pemeluknya. seandainya terdapat oknum tertentu yang akan mengusik
kerukunan antar umat beragama di tempat tersebut, baik pihak masjid maupaun gereja
akan bergabung untuk mencegahnya.
Sekian Artikel tentang Toleransi Antar Umat Beragama, semoga artikel diatas dapat
bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan serta
dapat membantu mengimplementasikan praktek-praktek toleransi beragama dalam
kehidupan bermasyarakat.
Persatuan dan Kesatuan Bangsa - Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang
majemuk, ditandai dengan banyaknya suku, etnis, budaya, agama, adat istiadat di
dalamnya. Di sisi lain, Bangsa Indonesia dikenal memiliki masyarakat multikultural,
masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural background)
beragam. Multikulturalitas dan Kemajemukan ini menggambarkan banyaknya
keragaman yang ada. Bila dikelola secara benar, keberagaman dapat menghasilkan
energi yang luar biasah besar. Namun sebaliknya bila tidak dikelola secara benar,
kemajemukan dan multikulturalitas dapat menghasilkan perpecahan. oleh karena
itu Persatuan dan Kesatuan adalah hal yang mutlak bagi bangsa indonesia.
Baca Juga
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah tampak saat proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia yang juga merupakan awal dibentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). dalam Pasal 1 ayat 1 UUD. Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa, "Negara Indonesia merupakan negara
kesatuan yang berbentuk republik". selanjutnya ditegaskan dalam Sila ketiga Pancasila
tentang tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan tersebut.
Sumpah Pemuda
Kebulatan tekad untuk menciptakan Persatuan Indonesia kemudian tercermin di ikrar
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang diprakarsai oleh
pemuda perintis kemerdekaan yang berbunyi:
Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu Tanah Air
Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa
Indonesia.
Sampai sekarang Sumpah Pemuda sering disebut sebagai pangkal tumpuan cita-cita
menuju Indonesia merdeka. walaupun pada kenyataanya persatuan berkali-kali
mengalami gangguan dan kerenggangan.
Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia merdeka yang sangat
momunental ditandai dengan lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, Budi Utomo
merupakan sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo beserta para
mahasiswa STOVIA. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi
tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan
mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini
awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Setelah Organisasi Budi
Utomo lahir kemudian bermunculan organiasasi lain yang bertujuan mencapai
Kemerdekaan Indonesia. Organisasi tersebut adalah, Serikat Islam Tahun 1911,
Muhammadiyah Tahun 1912, Indiche Partij Tahun 1911, Perhimpunan Indonesia Tahun
1924, Partai Nasional Indonesia Tahun 1929, Partindo Tahun 1933 dan sebagainya.
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali tampak dalam bentuk
federasi seluruh organisasi politik / organisasi masyarakat yang ada yaitu permufakatan
perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1927.
Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 merupakan titik
kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia, ini berarti bahwa sejarah perjuangan
bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya pada saat diproklamasikan. Puncak
bukanlah akhir, oleh karena itu perjuangan belum selesai karena itu kita sebagai
generasi muda harus tetap berjuang untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
di segala bidang kehidupan. Proklamasi memiliki makna bahwa bangsa Indonesia telah
berhasil melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan sejak saat itu bangsa
Indonesia bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa campur dari negara lain.
Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Bangsa adalah sebagai alat untuk mencapai cita-
cita proklamasi kemerdekaan yakni masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.
Karena Persatuan sangatlah penting untuk mencapai kesejahteraan bagi sebuah
negara.
Sekian Artikel tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa, semoga artikel diatas dapat
bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan mengenai
arti pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia.
Jika Diterjemahkan per kata, kata bhinneka memiliki arti "beraneka ragam" atau
"berbeda-beda". Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" yang merupakan
pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika
berarti "itu". Jadi Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu
Itu",
Baca Juga
Kalimat Bhinneka Tunggal Ikan sendiri merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa
Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14 semasa
kerajaan Majapahit. Kakawin ini merupakan kakawin yang mengajarkan toleransi umat
beragama yaitu mengajarkan toleransi antara umat Buddha dengan umat Hindu Siwa.
Karena Bagi setiap masyarakat Indonesia, semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat
dijadikan sebagai dasar guna melaksanakan perwujudan terhadap kerukuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Selayaknya, kita mewujudkannya dalam kehidupan sehari-
hari, contohnya dengan cara menjalani kehidupan dengan saling menghargai dan
menghormati setiap individu / warga negara, terlepas dari setiap perbedaan yang ada,
tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini bisa menimbulkan konflik dan
menjadi sumber atau awal pemecah kesatuan bangsa.
Sekian Artikel tentang Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika, semoga artikel
diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai arti pentingnya mengamalkan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Karena dengan mengamalkan semboyan ini, maka negara Indonesia dapat
menjadi suatu negara yang kuat oleh persatuan dan kesatuan, serta tidak akan mudah
terpecah belah / terprovokasi oleh pengaruh negatif yang berasal dari dalam maupun
atau luar negeri.
Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan
Nasionalisme
Ditulis oleh Admin I 1 Des 2015 Tambah Komentar
Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme - Bangsa Indonesia
merupakan negara yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari zaman kerajaan,
penjajahan sampai ke zaman kemerdekaan. Tentunya tak mudah untuk mencapai
kemerdekaan, Perjuangan yang kuatlah yang dapat membawa bangsa indonesia
mewujudkan cita citanya. Peran serta seluruh rakyat Indonesia tak lepas dalam
perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Karena Sifat Nasionalisme dan
Patriotisme Rakyat merupakan kunci penting untuk memperoleh kemerdekaan dan
mempersatukan seluruh elemen bangsa Indonesia.
Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang berarti
jiwa kepahlawanan atau sifat kepahlawanan. serta kata "Patriotism" dalam bahasa
Inggris yang berarti sikap pantang menyerah, gagah berani, dan rela berkorban demi
bangsanya. Patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah
air, sehingga menimbulkan rasa rela berkorban untuk bangsanya.
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan
yang memiliki arti: semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara kehormatan
bangsa, mempunyai kebanggaan sebagai penduduk bangsa, mempunyai rasa
solidaritas kepada musibah dan kekurang terhadap saudara sebangsa dan
senegaranya.
Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan
nasionalisme kepada semua elemen Bangsa (Indonesia):
Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif dalam
pelaksanaan pembangunan.
Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat
dilakukan dengan cara Pewarisan dan Keteladanan.
Cara Pewarisan
Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat
menumbuh kembangkan jiwa patriotisme dan nasionalisme pada generasi muda.
Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi
tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan bangsa.
Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan
nasionalisme dan patriotisme sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap tersebut
perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan di berbagai lingkungan, baik di
sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara.
menghormati guru;
Cara Keteladanan
Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup yang
mencerminkan patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di berbagai
aspek lingkungan, seperti masyarakat, sekolah dan keluarga.
seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan
keagamaan.
Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak
Kelas), guru maupun kepala sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.
Konsensus merupakan persetujuan atau perjanjian yang bersifat umum tentang aturan,
nilai-nilai, dan norma-norma dalam menentukan sejumlah upaya dan tujuan untuk
mencapai peranan yang harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam suatu sistem
sosial.
Baca Juga
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
Model integrasi atau Model konsensus yang menekankan akan unsur norma dan
legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sebagai berikut:
Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam kehidupan
masyarakat tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan
Keberlangsungan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat akan
nilai-nilai
Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan
Unsur dalam masyarakat itu seimbang dan terintegrasi
Asas merdeka
Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi,
masyarakat, dan berbangsa yang bebas itu tetap harus mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban bermasyarakat, bernegara dan berbangsa yang menghormati,
menghargai dan menjunjung tinggi kemerdekaan tersebut.
Sedangkan Menurut Bronislaw Malinowski terdapat empat unsur sistem sosial, yaitu:
Organisasi ekonomi
Sistem norma sosial, yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat untuk
bekerjasama serta menyesuaikan diri
Organisasi politik
Alat atau Lembaga Pendidikan (Keluarga)
Sekian Artikel tentang Fungsi, Pengertian Serta 5 Asas Sistem Sosial Budaya
Indonesia, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan
dapat memberikan pengetahuan mengenai arti pentingnya Sistem Sosial Budaya
Indonesia.
Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI - Sebagai seorang warga negara yang cintai
terhadap tanah air, semestinya kita wajib mengetahui mengenai NKRI walaupun hanya
secara sederhana (ringkas) saja. Artikel dibawah ini akan menambah pengetahuan
serta wawasan sobat mengenai Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia). di dunia ini ada banyak bentuk kenegaraan antara lain:
negara dominion, negara serikat, negara uni, negara protektorat, serta trust dan
mandat. Sedangkan bentuk negara yang dipakai oleh Indonesia ialah negara kesatuan
dengan bentuk republik. bentuk tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1.
Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI
Pengertian NKRI
Berdasarkan latar belakang terbentuknya Indonesia, bisa disimpulkan bahwa NKRI
merupakan suatu bentuk negara yang terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar
dengan bermacam adat, suku, keyakinan serta budaya yang memiliki tujuan dasar
menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sedang Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menutut UUD 1945 Pasal 1 (1)
berbunyi sebagai berikut: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik. Ketentuan ini dijelaskan dalam pasal 18 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kota dan kabupaten, yang tiap-tiap kota, kabupaten dan
provinsi itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Baca Juga
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Tujuan negara:
Untuk mencapai kesejahteraan umum
Untuk melaksanakan ketertiban umum
Untuk memperluas kekuasaan.
Tujuan NKRI
Tujuan nasional Negara Indonesia sesuai dengan yang tertulis di pembukaan UUD
1945, yaitu:
Memajukan kesejahteraan umum.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fungsi NKRI
Berdasarkan tujuan nasional Negara Indonesia, maka fungsi NKRI dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Fungsi membentuk kelembagaan Negara
Fungsi membuat UUD
Fungsi menentukan anggaran pendapatan dan belanja negara
Fungsi membuat undang-undang dan peraturan-peraturan umum
Fungsi pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara
Fungsi pertimbangan
Fungsi pemerintahan menyelenggarakan kemakmuran
Fungsi kehakiman
Fungsi perencanaan (kegiatan pembangunan Negara).
Sekian artikel tentang Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI, semoga artikel
mengenai NKRI di atas dapat memberikan banyak pengetahuan baru serta gambaran
kepada sobat tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) secara lebih
mendalam.
Baca Juga: Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat
Baca Juga
Keberagaman yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan hal itu
disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali.
Munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi
tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam keutuhan
NKRI. Karean itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan bisa dilakukan
dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kesetaraan, kebersamaan,
toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
adalah sebagai berikut :
Kondisi negara kepulauan
Letak strategis wilayah Indonesia
Perbedaan kondisi alam
Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
Keadaan transportasi dan kumunikasi
Keberagaman Ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang memiliki
ciri-ciri fisik yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras dengan manusia
yang lainnya sebab adanya perbedaan ciri-ciri fisik seperti bentuk rambut, warna kulit,
bentuk badan, ukuran badan, bentuk mata, warna mata, dan ciri fisik lainnya.
Masyarakat indonesia memiliki keberagaman ras disebabkan oleh kehadiran bangsa
asing ke wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di Indonesia seperti ras malayan-
mongoloid yang tersebar di wilayah sumatra, kalimantan, sulawesi, jawa, bali,. Yang
kedua adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah Papua, NTT dan maluku. Ketiga
ras Kaukosoid yaitu orang India, timur Tengah, Australia, Eropa dan Amerika. Terakhir
yaitu ras Asiatic mongoloid seperti orang Tionghoa, korea dan jepang. Ras ini tinggal
dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia, namun terkadang mendiami wilayah
tertentu.
Pada suatu budaya juga terdapat suatu pola prilaku yang biasa disebut patterm of
behavior yang merupakan tat cara masyarakat.
Aspek sosial budaya menjelaskan, bahwa masyarakat Indonesia diwarnai oleh berbagai
macam perbedaan, baik perbedaan agama, suku, ras, bahasa dan kebudayaan.
Kondisi sosial budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa Indonesia
menyimpan potensi terjadinya konflik. Kenyataan juga menunjukkan, bahwa dalam
kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi konflik antar-kelompok masyarakat yang
dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan tersebut. Sampai saat ini, konflik-konflik
yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan bangsa ini. Namun
demikian kenyataan semacam itu perlu manjadikan perhatian semua pihak agar dapat
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.
dengan dua alasan tersebut, maka penting sekali memahami keberagaman yang ada di
masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa memiliki
kesadaran akan keberagaman yang ada, bangsa Indonesia bisa saja terjerumus ke
arah perpecahan.
Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mampu menjaga dan
melestarikan kebudayaan bangsa kita tercinta ini. Janganlah kita biarkan perbedaan
yang ada itu membuat kita lemah dan memicu konflik, namun marilah kita
bergandengan tangan menyongsong Indonesia yang Jaya, penuh harapan dan jadi
lebih baik. Amin.
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan
Kewajiban Lembaga Pemerintah di
Indonesia
Ditulis oleh Admin I 24 Apr 2016 7 Komentar
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia -
Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di
tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:
Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi
alat untuk menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan cerminan
sebuah negara. Dalam menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintahan tersebut
mempunyai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban.
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia
Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga
Pemerintah di Indonesia akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara yang baik,
alangkah baiknya jika kita mengenal Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban
Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan
memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban
Lembaga Pemerintah di Indonesia. Antara Lain:
Presiden
Tugas Presiden :
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.
Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan
UU
Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh DPR
dan memperhatikan pertimbangan DPD.
Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan
sudah disetujui DPR
Kewenangan dan Kekuasaan Presiden :
Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan
perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.
Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh
UU.
Tanggungjawab Presiden :
Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar
bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan UU harus dengan persetujuan
DPR.
Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
Hukum.
Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR
atas dasar pertimbangan DPD.
Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah
mendapat persetujuan DPR untuk menjadi Hakim Agung.
Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU
( pasal 15 )
Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti
secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis
masajabatanya.
Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam
menjalankan tugasnya.
Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan adil.
Protokoler
imunitas
membela diri
Mengajukan pertanyaan
Membela diri
Protokoler
Imunitas
Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.
Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang
kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang serta APBN.
Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan
atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang
APBN yang diajukan oleh Presiden.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Tugas DPD (Dewan Perwakilan Daerah):
Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan
pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait
dengan pajak, pendidikan dan agama.
Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan
keuangan pusat dan daerah.
Membela diri
Protokoler
Imunitas
Mengamalkan Pancasila
Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan persetujuan
dan selanjut nya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden
Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
Baca Juga : Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat
Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan pemerintah
atau badan swasta sepanjang tidak bertentangan terhadap undang – undang.
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD,
maupun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden (untuk perselisihan hasil
pemilu)
Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji dan menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-
undang tentang hal apakah suatu peraturan perlu ditinjau dari isinya (materinya)
dan bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
Fungsi Mengatur
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14
Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985)
Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang
Fungsi Pengawasan
Fungsi Administratif
Fungsi Lain-lain
Sekian Artikel tentang Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga
Pemerintah di Indonesia, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat
MARKIJAR.Com dan dapat memberikan pengetahuan mengenai Tugas, Wewenang,
Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia Karena kita sebagai
warga negara yang baik hendak nya mengatahui peran dan fungsi lembaga
pemerintahan di indonesia.
Secara sempit, Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif
lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari masyarakat.
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Sehingga Sistem Pemerintahan bisa diartikan sebagai sebuah tatanan utuh yang terdiri
dari bermacam macam komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan
serta memengaruhi dalam mencapaian fungsi dan tujuan pemerintahan. Sistem ini
bermanfaat untuk menjaga kestabilan pemerintahan, pertahanan, ekonomi, politik, dan
lain sebagainya.
Sistem Konstitusional.
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat).
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan
Presidensial ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru.
Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan yang sangat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur
menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan persetujuan maupun
pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat. Karena tidak adanya pengawasan dan
persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung mudah
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden
juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
solid dan kompak serta Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau
berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia pada
masa itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan
bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkan.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan
diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan
presidensil.
Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam
masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD
1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih
mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya
transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik".
Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, sedangkan
bentuk pemerintahannya ialah Republik. Selain bentuk pemerintahan republik dan
bentuk negara kesatuan, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4
Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang Undang Dasar". Dengan demikian, sistem
pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.
Namun karena luasnya daerah-daerah di negara kita yang terbagi-bagi atas beberapa
provinsi, kabupaten serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan
daerah dengan maksud guna mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap
daerahnya sehingga digunakanlah suatu asas yang dinamakan asas otonomi sesuai
dengan yang diatur dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini menimbulkan suatu
hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.
Baca Juga
Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi
kesempatan untuk membentuk lembaga-lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan
daerah. Untuk lebih jelasnya, hubungan struktural tersebut dapat kalian lihat pada
bagan berikut.
Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing
pemerintahan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan
yang lain. Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan
kewenangan yang saling melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak pada
visi, misi, tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini, baik di
tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi serta memberi ruang kebebasan
kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan
kondisi dan kemampuan daerahnya.
Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang harus
dijalankan oleh pemerintahan pusat dan daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (goog governance). Nah pembagian tugas dan wewenang baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun
2004.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten atau
kota adalah urusan dalam skala provinsi. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kekhasan, kondisi, serta
potensi unggulan pada daerah tersebut.
Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Urusan pemerintahan konkuren
Urusan pemerintahan absolut
Urusan pemerintahan umum
Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat
dan daerah. Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri atas
asas dekonsentrasi, desentraslisasi, serta asas tugas pembantuan, berikut
penjelasannya :
Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat / bisa juga kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, /
kepada wali kota maupun bupati sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum.
Asas desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah,
dan domain dari desentralisasi sangat berkaitan dengan penyerahan kekuasaan
dari sebelumnya kekuasaan milik pusat menjadi milik daerah.
Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada
Daerah kota atau kabupaten untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya,
memiliki pola yang sama, ada porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian,
misal dalam pengawasan kehutanan, pusat berwenang penuh dalam urusan itu, tidak
melibatkan daerah.
Landasan hukum Kementerian di indonesia adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa:
Selain itu Lembaga Pemerintahan kementerian juga diatur oleh Peraturan Presiden
Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara serta Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Baca Juga : Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat
Susunan Organisasi dan Tata Lembaga Pemerintahan Non Kementerian terdiri sebagai
berikut :
Kepala
Sekretariat Utama
Deputi
Inspektorat Utama.
Bagi Kalian yang belum begitu paham, melalui artikel ini kita akan mencoba
menjelaskan kepada Anda fungsi lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Berikut penjelasan ringkas yang akan kita paparkan melalui kolom artikel ini terkait
pengertian serta peran Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Pengertian Eksekutif
Eksekutif merupakan salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan
bertanggungjawab untuk menerapkan hukum. Figur paling senior dalam sebuah cabang
eksekutif disebut kepala pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk kepada administrasi,
dalam sistem presidensiil (Seperti di Indonesia), atau sebagai pemerintah, dalam sistem
parlementer.
Baca Juga
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Di Indonesia Yang masuk dalam lingkaran eksekutif adalah presiden, wakil presiden
serta jajaran kabinet dalam pemerintahan. Jajaran kabinet dalam sebuah pemerintahan
dalam hal ini pemerintahan Republik Indonesia adalah para menteri yang telah ditunjuk
dan dilantik secara resmi oleh presiden.
Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang atau
disebut dengan rule application function.
Pengertian Legislatif
Legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum.
Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, DPR (indonesia), kongres,
dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan
menujuk eksekutif. Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama dan bebas dari eksekutif.
Baca Juga: Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat
Di Indonesia Legislatif adalah sebuah lembaga kenegaraan di Indonesia yang dalam
hal ini memiliki tugas untuk membuat atau menciptakan produk undang-udang.
Lembaga yang disebut sebagai lembaga legislator adalah DPR.
Kekuasaan Legeslatif
Kekuasaan legelatif adalah kekuasaan membuat undang-undang atau disebut denga
rule making function.
Pengertian Yudikatif
Jika legislator adalah DPR, dan eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan para
menteri anggota kabinet, maka yudikatif adalah lembaga yang memiliki tugas untuk
mengawal serta memantau jalannya perundang-udangan atau penegakan hukum di
Indonesia, seperti Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran undang-
undang atau disebut denga rule adjudication function.
Demikian artikel singkat tentang Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Serta Fungsi
dan kekuasaanya, semoga penjelasan singkat diatas bermanfaat bagi Anda setidaknya
untuk menambah awasan kita semua tentang Pengertian, Fungsi dan
Kekuasaan Eksekutif, Pengertian, Fungsi dan Kekuasaan Legislatif serta Pengertian,
Fungsi dan Kekuasaan Yudikatif.
Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan
Pemerintah (Lengkap)
Ditulis oleh Admin I 14 Jun 2016 Tambah Komentar
Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan Pemerintah - Istilah kebijakan
atau kebijaksanaan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya
dihubungkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai
kekuasaan (wewenang) untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab
melayani kepentingan umum.
Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. oleh beberapa ahli
maupun organisasi kebijakan diartikan sebagai berikut ini:
Menurut KBBI: Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta
cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan lainnya).
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan-keputusan penting pada organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif
seperti prioritas program maupun pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan
dampaknya. Kebijakan bisa juga diartikan sebagai mekanisme politis,
finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.
Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh
pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan
terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.
Jadi kebijakan merupakan seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku
politik dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk mencapainya.
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan
tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan
pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara
sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut
kepentingan umum
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt mengatakan Kebijakan dapatlah diberi definisi
sebagai suatu keputusan yang siap dilaksanakan dengan ciri adanya
kemantapan perilaku dan berulangnya tindakan, baik oleh mereka yang
membuatnya maupun oleh mereka yang harus mematuhinya. (Soenarko,
2003:41)
motif transaksi
motif berjaga-jaga
motif spekulasi
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus
menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.
Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan
ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini disebabkan
inflasi dianggap sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi pengaruh yang
tidak baik terhadap distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat rendah akan
menderita), kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman beruntung, peminjam
merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan internasional.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral
) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak tahun 1945,
kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai
stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam
pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter
merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka
pendek dan jangka panjang.
1. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk
menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :
2. Tight Money Policy, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan cara :
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang
penerimaan dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara lain
dari pajak, penerimaan bukan pajak serta bantuan/pinjaman dan luar negeri.
Baca Juga : Ini Kumpulan Fakta Fakta Unik yang Wajin kamu ketahui
Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang
bersifat rutin seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang
bersifat pembangunan. Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
UUD 1945
Ketetapan MPR
Undang-undang
Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh
berupa penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD
1945, ketetapan MPR maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional.
Strategi kebijakan
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat
menteri, gubernur, walikota/bupati berupa surat keputusan yang mengatur tata laksana
kerja dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Pengertian
strategi merupakan serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi
penentuan tindakan komprehensif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau
alat dengan mana tujuan akan dicapai.
Sekian artikel tentang Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan Pemerintah,
semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan anda mengenai Pengertian Kebijakan Pemerintah dan
Macam Macam Kebijakan Pemerintah. Terimakasih atas kunjungannya.
Negara merupakan organisasi yang punya kewenangan luas untuk mengatur hal yang
berhubungan dengan masyakarat dan punya kewajiban untuk mensejahterakan,
mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyat.
Sejak SMP sebagian dari sobat pasti sudah mengenal tentang Unsur - Unsur Negara,
namun pada kesempatan kali ini kita akan mengulas ulang dan membahasnya secara
mendetail mengenai unsur unsur terbentuknya suatu negara.
Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur konstitutif
(pokok) dan unsur deklaratif.
Unsur konstitutif (pokok) ialah unsur yang paling penting, karena berperan
sebagai syarat wajib yang harus dimiliki oleh calon negara.
Unsur deklaratif ialah unsur tambahan yang boleh-boleh saja tidak dimiliki oleh
suatu negara.
Berkaitan dengan unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu konvensi yang
mengatur tentang apa-apa yang wajib dimiliki untuk membentuk suatu negara, konvensi
tersebut disebut dengan Konvensi Montevideo.
1. Penghuni (penduduk/rakyat).
2. Wilayah.
Baca Juga
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Pengertian dan Syarat Naturalisasi, Lengkap Penjelasan Naturalisasi Biasa dan
Istimewa
Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus
terpenuhi agar terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur
deklaratif yakni unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur mutlak artinya jika unsur
konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif.
1. Penghuni (penduduk/rakyat)
Rakyat merupakan semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada
peraturan di negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat merupakan
unsur penting bagi terbentuknya sebuah negara.
Rakyat sendiri dikategorikan menjadi penduduk dan bukan penduduk serta warga
negara dan bukan warga negara.
Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili atau menetap dalam suatu
negara.
Bukan penduduk merupakan orang yang sementara waktu berada dalam suatu
negara, contohnya para turis.
Warga negara merupakan orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi
anggota suatu negara.
Bukan warga negara ialah orang-orang yang berada dalam suatu negara, tetapi
secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk
pada pemerintahan dimana mereka berada, contohnya duta besar.
Jadi, unsur yang pertama (penghuni) adalah harus ada rakyat dulu.
2. Wilayah
Setelah rakyat, unsur berikutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur
wilayah adalah hal yang amat penting untuk menunjang pembentukan suatu negara.
Tanpa adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah inilah yang
akan ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah suatu negara
merupakan kesatuan ruang yang meliputi daratan, lautan, udara, dan wilayah
ekstrateritorial.
Daratan: Daratan ialah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu
Negara. Wilayah daratan suatu Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang
diatur oleh hukum Negara dan perjanjian dengan Negara tetangga.
Udara: udara merupakan seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu
Negara, baik daratan ataupun lautan.
Lautan: Lautan merupakan wilayah suatu Negara yang terdiri atas laut teritorial,
zona tambahan, ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), dan landasan benua (kontinen).
Laut teritorial suatu Negara merupakan batas sepanjang 12 mil laut diukur dari
garis pantai. Zona tambahan yaitu 12 mil dari garis luar lautan teritorial atau
sekitar 24 mil dari garis pantai suatu Negara. ZEE merupakan wilayah lautan
sepanjang 200 mil laut diukur dari garis pantai. Sedangkan, landasan benua
ialah wilayah lautan yang terletak di luar teritorial, berjarak sekitar 200 mil laut
diukur dari garis pantai yang meliputi dasar laut dan daerah dibawahnya.
Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu Negara ialah tempat di mana
menurut hukum internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu Negara
meskipun letaknya berada di Negara lain. Contohnya, kantor kedutaan besar
Indonesia di luar negeri disebut sebagai wilayah ekstrateritorial Indonesia.
Dan pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tersebut, maka
indonesia bergabung dan berperan aktif ke dalam berbagai forum dunia, salah satu nya
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga
Latar belakang dibentuknya PBB dimulai setelah Perang Dunia I (1914–1918). Pada 8
Januari 1918, Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) mengusulkan membentuk
Liga Bangsa-Bangsa (LBB) atau League of Nation. Usulan Woodrow Wilson tertuang
dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points). Sehingga pada 10 Juni 1920, terbentuklah
LBB di Versailles, Prancis. Adapun markas besarnya berada di Jenewa, Swiss.
Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. salah satu nya
dengan cara melucuti senjata pada negara konflik, mencegah perang melalui
keamanan kolektif, menyelesaikan permasalahan antara negara-negara melalui
diplomasi dan negosiasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global. Sayangnya
peranan LBB sebagai lembaga pemelihara perdamaian dunia, tidak dapat terlaksana
dengan baik.
Meskipun LBB dapat dikatakan gagal membawa perdamaian dunia, namun usaha
untuk mencapai perdamaian dunia terus dirintis kembali, salah satu nya oleh Presiden
Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston
Churchill. Mereka mengadakan pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di lepas
Pantai New Foundland, Samudra Atlantik pada 14 Agustus 1941.
Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Piagam Atlantik
(Atlantic Charter) dimana didalamnya terdapat 8 poin penting, yaitu:
4. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris
Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April–26 Juni 1945) dihasilkan Piagam
Perdamaian (Charter of Peace) yang kemudian digunakan sebagai Mukadimah Piagam
PBB. Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi yang terdiri atas 444 orang.
Akhirnya, secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri pada 24 Oktober 1945.
3. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi salah satu pemprakarsa berdirinya ASEAN
dan Gerakan Non Blok
6. Indonesia tiga kali terpilih menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu
periode tahun 1974 – 1975, periode tahun 1995-1996, dan periode tahun 2007-2008.
7. Indonesia pernah terpilih 11 kali sebagai anggota Dewan ekonomi dan sosial PBB, 2
kali ditunjuk sebagai presiden dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, serta 3 kali
sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut.
8. Indonesia juga terpilih sebanyak 3 kali menjadi anggota Dewan Hak Asasi manusia
PBB dan satu kali ditunjuk sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut, yaitu periode
tahun 2009-2010.
10. Pada Tahun 1995, Sebagai anggota PBB Indonesia membantu dalam menampung
para pengungsi yang berasal dari Vietnam di pulau Galang
12. Sebagai anggota PBB, Indonesia berperan menjadi mediator atas penyelesaian
konflik yang terjadi antara Filiphina dan Moro National Front Liberation (MNFL) yang
menguasai Mindanau Selatan
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa
Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan
Bahasa Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat
resmi, media massa, sastra, perangkat lunak, dan berbagai forum publik lainnya,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh warga
Indonesia.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau
Sumatera, menandakan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara
dari pesisir tenggara Pulau Sumatera berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya
yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya
sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari,
Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek
"o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan
menjadi beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi
yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang
kolokial dan tidak baku.
Baca Juga
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
tampak. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van
Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari
Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang Volksraad,
seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
Indonesia negara sejuta budaya
Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional di indonesia atas usulan Muhammad Yamin, seorang sastrawan, politikus, dan
ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan:
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu lah
yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"
Baca Juga : Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar Lengkap dengan
Contoh
Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu,
sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai
puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1
November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni
bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah, pengajaran bahasa dan
sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan
menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.
5. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Armijn Pane, Amir
Hamzah dan Sutan Takdir Alisyahbana. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan
yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis
karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan
tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
7. Tanggal 25-28 Juni 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah
Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah.
Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu,
seperti Ki Hajar Dewantara, Prof. Dr. Poerbatjaraka dan Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan
Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam Badan Perwakilan.
10. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan
Republik sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang sebelumnya berlaku.
11. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa
dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya
menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan
sebutan Pusat Bahasa.
13. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu
Presiden Soeharto meresmikan penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972..
14. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa
itu menetapkan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi diberlakukan
di Indonesia (Wawasan Nusantara).
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa
Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan
Bahasa Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat
resmi, media massa, sastra, perangkat lunak, dan berbagai forum publik lainnya,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh warga
Indonesia.
Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat
digunakan dalam kondisi tertentu:
1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi
seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa
yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan
dan kegiatan rohani.
5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat
tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal teman) atau
orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti pembicaraan
dalam perkumpulan dengan teman-teman
Baca Juga
1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada lafal
baku yang sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa lafal
baku ialah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Contohnya : /habis/ dan bukan /abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta
/kalaw/ dan bukan /kalo/
2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku
hingga saat ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik
kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa
diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari ragam beku
hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam
konsultatif, akrab dan santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak
sesuai dengan situasi.
Dari beberapa kalimat pada undang-undang dasar tersebut menunjukkan bahasa yang
sangat baku dan merupakan bahasa yang baik dan benar.
Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab
dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Hal
seperti ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak tepat
tempatnya.
Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak
baik dan tidak efektif sebab tidak sesuai dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu.
Untuk situasi seperti di atas, berikut penggunaan bahasa indonesia yang lebih tepat.
Penjual : cari apa bu ?
Pembeli : saya lagi nyari tahu tahu dari sumedang bang, ada gak ?
Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. 50.000.
Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.
Sekian Artikel mengenai Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
lengkap dengan Contoh, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk
menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan
tentang penggunaan bahasa indonesia, ragam bahasa indonesia, ciri ragam bahasa
baku dan contoh menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Akhir kata,
Terimakasih atas kunjungannya
Tata Bahasa Indonesia - Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tentu kita tidak akan
terlepas dari tata bahasa. Tata Bahasa yang dalam bahasa Inggris disebut Grammar
sangat penting sebagai modal awal yang harus dikuasai oleh seorang penutur bahasa
inggris untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Di Indonesia kualitas
penerapan tata bahasa masih sangat rendah, hal ini terbukti seperti yang dipraktikan
oleh bangsa Indonesia di media massa maupun pada kehidupan nyata.
Menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1), tata bahasa merupakan suatu himpunan
dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi tata bunyi, tata
bentuk, tata kata, tata kalimat dan tata makna. Dengan kata lain, menurut Keraf (dalam
Misriyah, 2011: 1) tata bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan
sintaksis.
Baca Juga
Pengertian, Syarat dan Ciri Kalimat Efektif (Lengkap Contoh)
Pengertian & Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung dalam Bahasa Indonesia
Pengertian dan Contoh Kalimat Deduktif, Induktif dan Campuran dalam Bahasa
Indonesia
Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi (sudah mati) dalam komunikasi sehari-hari,
tata bahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat preskiptif yaitu
menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti secermat-cermatnya,
dan tidak boleh dirubah lagi. Misalnya tata bahasa dari bahasa-bahasa Latin, Yunani,
Sansekerta yang bersifat preskiptif.
1. Fonetik
Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh
manusia. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana sekumpulan bunyi
fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain itu fonetik juga berguna untuk mempelajari
cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa,
terdiri dari huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap), dan kluster
(konsonan yang ditulis rangkap. Fonetik memiliki tiga cabang utama yaitu:
Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan utamanya bagaimana
otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka
didengarkan oleh telinga kita.
Fonetik artikulatoris yang mempelajari gerakan dan posisi bibir, lidah serta
organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
Ilmu fonetika pertama kali telah ditemukan dan dipelajari sekitar abad ke5 SM di India
kuno oleh Panini. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang
masih menggunakan klasifikasi Panini. Internasional Phonetic Asociation (IPA) telah
mengamati > 100 bunyi manusia yang berbeda serta menstranskripsikannya melalui
Internasional Phonetic Alphabet mereka.
Bahasa dan Bangsa Indonesia
2. Fonemik
Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya
sebagai pembeda arti. Fona merupakan satuan bunyi ujaran yang bersifat netral dan
masih belum terbukti (tidak membedakan arti). Sedangkan fonem merupakan satuan
bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Alofon adalah variasi fonem disebabkan
pengaruh lingkungan yang dimasuki. Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem berbeda
dengan huruf. Ada tiga unsur fonem yang penting yaitu udara, titik artikulasi (bagian alat
ucap yang menjadi titik sentuh articulator), dan artikulator (bagian alat ucap yang
bergerak).
B. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik atau
tata bahasa yang mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem dalam
suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata bentuk. Morfem merupakan satuan
ujaran yang memiliki makna gramatikal atau leksikal yang turut serta pada
pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata. Berdasarkan potensinya
morfem dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga harus
selalu berikatan dengan morfem bebas melalui proses morfologis, atau proses
pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-, pe-, -an, ke--an, di-, swa-,
trans-, -logi, -isme
Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta
secara gramatikal menduduki satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas disebut
juga sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar) yaitu seperti buku,
kantor, pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem bebas atau kata
dasar.
Morfem yang bergabung dengan morfem lain sering mengalami perubahan. Misalnya,
morfem terikat me- bisa berubah menjadi mem-, men-, meny-, menge-, dan menge-
sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Alomorf yaitu variasi morfem yang terjadi
karena pengaruh lingkungan yang dimasuki.
C. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis berarti
pengaturan. Sintaks yaitu ilmu mengenai prinsip serta peraturan untuk membuat
sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk langsung pada sebuah
peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat pada bahasa apapun. Pakar
sintaksis pun berusaha mendapatkan aturan umum yang diterapkan pada setiap
bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan untuk merujuk pada aturan yang
mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa pemrograman komputer dan
bahasa formal buatan.
Baca Juga : Gratis, Materi Lengkap Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS
D. Sematik
Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang berarti memberikan tanda.
Semantik yaitu cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada
suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan
dengan dua aspek lain dari ekspresi makna : sintaksis, pembentukan simbol kompleks
dari simbol yang lebih sederhana, serta pragamatika, penggunaan praktis simbol oleh
agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu.
Baca juga : 11 Fakta Unik Tentang OrangUtan Yang Bikin Kamu Kaget
Tata bahasa struktural adalah tata bahasa hasil dari menyelidiki bahasa-bahasa
secara tersendiri, terlepas dari segala macam prasangka yang ada. Struktur berarti
hubungan yang relatif tetap antara bagian-bagian yang membentuk suatu hal.
Demikian penjelasan artikel tentang Tata Bahasa Indonesia, semoga artikel diatas
dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah wawasan dan
pengetahuan anda baik itu mengenai Pengertian Tata Bahasa, Sifat Tata Bahasa,
Macam Tata Bahasa Bidang Bidang Tata Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Tradisional dan Tata Bahasa Structural. Terimakasih atas kunjungannya.
Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap
Pengertian, Makna dan Nilai
Ditulis oleh Admin I 15 Jun 2017 Tambah Komentar
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai cara memandang / sudut pandang
yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami
keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah
laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal
(Suhady dan Sinaga, 2006).
Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih
bersifat filosofia normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan
yang melahirkan bangsa Indonesia. Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang
terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu ke
waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan diri
dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.
Baca Juga
Pengertian Teks Prosedur Lengkap Contoh, Tujuan, Ciri, Struktur dan Kaidah
Kebahasaan
Pengertian, Syarat dan Ciri Kalimat Efektif (Lengkap Contoh)
Pengertian & Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung dalam Bahasa Indonesia
Makna Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki berbagai makna, salah satunya
adalah:
4. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar
dengan bangsa lain yang sudah maju.
5. Masyarakat adil-makmur.
6. Kesetiakawanan sosial.
1. Wadah (Contour)
2. Isi (Content)
Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita
serta tujuan nasional.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta
terhadap bangsa dan tanah air sehingga menyebabkan rasa nasionalisme yang tinggi
dalam segala aspek kehidupan nasional.
2. Solidaritas
3. Keadilan
4. Kerjasama
5. Kejujuran
Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan bertindak
secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-
produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.
Baca Juga : Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia lengkap Pengertian dan
Penjelasan
Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain
adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional.
sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional merupakan dua
konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Pengertian dan Contoh Warga
Negara, Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan. Tentu sebagian dari kita ada
yang bertanya-tanya apa sih yang di maksud dengan warga negara itu, apa sih
kewarganegaraan dan apa itu pewarganegaraan. Jika sobat menanyakan pertanyaan
tersebut maka sobat berada dijalur yang tepat untuk mendapatkan jawabannya. mari
langsung saja kita bahas materi Pengertian dan Contoh Warga Negara,
Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan secara gamblang dan mendetail di sini.
Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang
mempunyai keterikatan timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa
Inggris dikenal dengan kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara.
Pengetian warga negara ini sering keliru dengan pengertian penduduk, untuk itu kita
juga akan menjelaskan pengertian penduduk dan perbedaan warganegara dengan
penduduk.
Baca Juga
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Pengertian, Contoh dan Dampak Chauvinisme, Lengkap Penjelasan
Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal / menetap / berdomisili di
dalam wilayah suatu negara. di indonesia pasal yang khusus menangani perihal
masalah kependudukan diatur dalam pasal 26 UUD 1945.
B. Pengertian Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kewarganegaraan adalah hal
yang berhubungan dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara.
Menurut pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian kewarganegaraan adalah segala
hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa Inggris,
kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.
Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti sosiologis dan yuridis,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum ini menyebabkan
akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan
negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara lain
surat pernyataan, akta kelahiran, dan bukti kewarganegaraan.
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum.
Akan tetapi ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan keturunan, ikatan
perasaan, ikatan sejarah, ikatan nasib, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain,
ikatan ini muncul dari penghayatan warga negara yang bersangkutan. Orang
yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada wewenang atau
kekuasaan negara lain. Dan negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-
kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya.
Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan
C. Pengertian Pewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pewarganegaraan adalah proses,
cara dan perbuatan kewarganegaraan. Sedangkan Menurut pasal 1 angka (3) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
pengertian pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
Baca Juga
Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui kewarganegaraan seorang
anak sebagai warga negara apabila orang tua dari anak tersebut berasal dari negara
tersebut (dilihat dari keturunannya).
1. Apatride
Apatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang sama sekali tidak memiliki
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara
yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas
ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara
kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut.
Contohnya : Andi dan Anik adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Amerika Serikat atau berasas Ius Soli. Mereka berdomisili di negara Jepang yang
berasas Ius Sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka bernama Alan. Menurut negara
Amerika Serikat yang menganut asas Ius Soli, Alan tidak diakui sebagai
warganegaranya, sebab lahir di negara lain (negara Jepang). Begitu pula menurut
negara Jepang yang menganut asas Ius Sanguinis, Alan tidak diakui sebagai
warganegaranya, sebab orang tuanya bukan warganegara jepang. Dengan demikian
Alan tidak mempunyai kewarganegaraan atau Apatride.
Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
2. Bipatride
Bipatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang memiliki dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Keadaan ini terjadi karena
seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan
seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara (negara
asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status
kewarganegaraannya.
Contohnya : Budi dan Bela adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Rusia atau berasas Ius Sanguinis. Mereka berdomisili di negara Argentina yang
berasas Ius Soli. Kemudian lahirlah anak mereka, Berinda. Menurut negara Rusia yang
menganut asas Ius Sanguinis, Berinda adalah warga negaranya sebab mengikuti
kewarganegaraan orang tuanya. Begitu pula menurut negara Argentina yang menganut
asas Ius Soli, Berinda juga warga negaranya, sebab tempat kelahirannya di negara
Argentina yang menganut asas Ius Soli. Dengan demikian Berinda memiliki status dua
kewarganegaraan (bipatride).
1. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara
aktif untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
Sehubungan dengan 2 stelsel diatas, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya memiliki:
1. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)
4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya
Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan
kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:
Contohnya : bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam),
maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan
yang ia kehendaki.
Terbentuknya suatu negara tentu didasari dengan beberapa proses, konsep, teori, dan
syarat. Pada kesempatan kali ini akan kita bahas secara mendetail mengenai 3 proses
terbentuknya suatu negara. Yang akan kita awali dengan pembahasan apa itu negara ?
Pengertian Negara
Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state
(bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata
state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang bermakna
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan
tetap.
Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang
menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang
umumnya memiliki kedaulatan. Negara juga dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang
mempunyai suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi seluruh individu di wilayah
tersebut, dan berdiri secara independent.
Baca Juga
1. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya negara diawali dengan
adanya keluarga yang memiliki kebutuhan masing masing yang kemudian berevolusi ke
tingkat yang lebih kompleks. Secara Primer terjadi sebuah negara melalui beberapa
tahapan dan tidak ada hubungan dengan negara yang telah ada sebelumnya. adapun
tahap-tahap pertumbuhannya adalah sebagai berikut:
A. Persekutuan Masyarakat / Suku (genoot schaft)
Persekutuan Masyarakat merupakan kehidupan manusia yang diawali dari keluarga,
kemudian kelompok-kelompok masyarakat hukum (suku). Satu suku berkembang
menajdi dua suku, tiga suku, dan seterusnya hingga menjadi besar dan kompleks.
Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor alami atau karena penaklukan-
penaklukan antar suku.
B. Kerajaan (Rijk/Reich)
Kerajaan adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa di
masyarakat yang dipimpin kemudian mengadakan ekspansi dengan melakukan
penaklukan-penaklukan kepada daerah lain. pada tahap ini muncul kesadaran hak milik
dan hak atas tanah.
C. Negara (State)
Negara / State adalah tahap yang dimulai dari negara yang diperintah oleh raja yang
absolut dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Ciri-ciri tahap ini adalah seluruh
rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja dan Hanya ada satu identitas
kebangsaan. tahap ini juga disebut dengan tahap nasional dalam terjadinya sebuah
negara. Dalam tahap ini muncul kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan
rakyat.
D. Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah tahap dimana timbulnya keinginan rakyat untuk memegang
pemerintahan sendiri. Artinya, kekuasaan / kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat.
Rakyat yang berhak memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan
aspirasinya. ciri dari tahap ini adalah Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
pemimpin pilihan rakyat yang kemudian berkuasa.
2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau
kenyataan. Terjadinya Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang
telah ada sebelumnya. Terdapat beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara
secara sekunder, yaitu sebagai berikut:
A. Proklamasi
Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain
mengadakan perlawanan (perjuangan) sehingga dapat merebut kembali wilayahnya
dan menyatakan kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Belanda dan
Jepang pada tanggal 17 Agustus 1945.
B. Separatis (pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya
kemudian menyatakan kemerdekaan / memisahkan diri. Contohnya Belgia memisahkan
diri dari Belanda pada tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.
Penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di wilayah itu
setelah 30 tahun tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.
E. Acessie (penarikan)
Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang
timbul dari dasar laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu
ketika telah memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara. Contohnya Mesir yang
terbentuk dari delta Sungai Nil.
F. Cessie (penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain atas suatu perjanjian
tertentu. Contohnya Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia
(Jerman), karena ada perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan
negara yang dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu
negara yang kalah dalam Perang Dunia I.
G. Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah wilayah, mengadakan perjanjian /
kesepakatan untuk saling melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan
suatu penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru. Contohnya
terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871, yaitu Jerman Barat-Jerman
Timur.
H. Occupatie (pendudukan)
Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki
dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu dan didirikan negara diwilayah itu.
Contohnya Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak Negro
yang dimerdekakan oleh Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.
3. Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis, yaitu
sebagai berikut.
A. Teori kontrak sosial
Teori kontrak sosial beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian
perjanjian masyarakat. Teori ini adalah salah satu teori terpenting mengenai asal usul
negara. Teori asal usul mulai negara yang berdasarkan atas kontrak sosial ini dapat
dilihat melalui pemikiran Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ Rousseau.
B. Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan
penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat terhadap
kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut
teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.
C. Teori Ketuhanan
Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan karena
itulah, teori Ketuhanan tentang terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa
negara terbentuk atas dasar keinginan Tuhan. Hal ini berdasarkan atas asas
kepercayaan bahwa segala sesuatu berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendak
Nya. Menurut teori ini, Tuhanlah yang menciptakan negara sehingga negara dianggap
penjelmaan kekuasaan Tuhan. Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau Penguasa
adalah pilihan Tuhan untuk memerintah sehingga Raja memiliki kekuasaan mutlak pada
suatu negara atau kerajaan. Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan. Penganut
teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.
D. Teori historis
Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan teori yang mengemukakan
bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu
E. Teori Organis
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme,
selayaknya makhluk hidup. Individu yang menjadi komponen negara diibaratkan
sebagai sel-sel makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan
sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar)
sebagai kepala dan para individu sebagai daging makhluk itu.
Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian
otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU
tersebut berbunyi otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban
daerah otonom guna mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta
kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah merupakan kewenangan
untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dari masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh dan
Penjelasan
20 Pengertian Politik Menurut Ahli Lengkap Sejarah, Ruang Lingkup dan Cabang Ilmu
Politik
Baca Juga : 12 Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli (Lengkap)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Menurut Syarif Saleh: Otonomi Daerah merupakan hak yang mengatur serta
memerintah daerahnya sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang
diperoleh dari pemerintah pusat.
3. Menurut Kansil: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban
daerah untuk mengatur serta mengurus daerahnya sendiri sesuai perundang-
undangan yang masih berlaku.
Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
membuktikan bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing. Berkembang atau tidaknya
suatu daerah tergantung dari kemampuan dan kemauan untuk dapat
melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi dalam
rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Keadilan Nasional.
5. Menjaga hubungan baik antara pusat dengan daerah, antar pusat, serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
Secara konseptual, tujuan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan
utama yaitu tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi.
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai
penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah dan
oleh daerah kepada desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan disertai
pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada
yang berwenang.
Demikian uraian artikel tentang Otonomi Daerah Lengkap dengan Pengertian, Dasar
Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan Manfaat nya, semoga artikel diatas dapat
bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah wawasan dan pengetahuan
anda mengenai Pengertian Otonomi Daerah, Dasar Hukum Otonomi daerah,
Pelaksanaan Otonomi Daerah, Tujuan Otonomi daerah, Manfaat Otonomi
daerah,Prinsip Otonomi daerah dan Asas Otonomi daerah. Terimakasih atas
kunjungannya.
Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa
dan Madura. Kerajaan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin
berkuasanya VOC, namun ironisnya Kerajaan ini malah menerima bantuan VOC pada
masa akhir menjelang keruntuhan.
Masa awal
Setelah Sutawijaya merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya ia kemudian naik
tahta dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar
Jawa Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan Kesultanan
Mataram berada di daerah Mentaok, wilayah nya terletak kira-kira di selatan Bandar
Udara Adisucipto sekarang (timur Kota Yogyakarta). Lokasi keraton pada masa awal
terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede. Sesudah ia meninggal
kekuasaan diteruskan oleh putranya, yaitu Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar
Prabu Hanyokrowati.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena
kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Setelah itu tahta pindah ke putra
keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro
memiliki penyakit syaraf sehingga tahta nya beralih dengan cepat ke putra sulung Mas
Jolang yang bernama Mas Rangsang pada masa pemerintahan Mas Rangsang,
Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan.
Terpecahnya Mataram
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari
Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari
kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil
karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan
besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat untuk berkomplot
dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika
mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II
(Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang
tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi
ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian
wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan
Ngayogyakarta (Pada 13 Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang dalam
Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah.
Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kasunanan
Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari Mataram.
Peristiwa Penting
Tahun 1558: Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan
Pajang Adiwijaya atas jasanya yang telah mengalahkan Arya Penangsang.
Tahun 1577: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau
Kotagede.
Tahun 1584: Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat
Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru (raja) di
Mataram, yang sebelumnya sebagai putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas
Ngabehi Loring Pasar". Ia mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena masih
dianggap sebagai Senapati Utama Pajang).
Tahun 1587: Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-
poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. namun Sutawijaya dan
pasukannya selamat.
Tahun 1588: Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan,
bergelar 'Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama' yang artinya Panglima Perang
dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
Tahun 1601: Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang
yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai
"Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu di hutan Krapyak.
Tahun 1613: Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran
Aryo Martoputro. Karena Pangeran Aryo sering sakit, kemudian digantikan oleh
kakaknya Raden Mas Rangsang.
Tahun 1645: Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan
Amangkurat I.
Tahun 1645 - 1677: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan
Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
Tahun 1677: Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan
Amangkurat I meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan
Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab
atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
Tahun 1680: Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahan (ibu
kota) ke Kartasura.
Tahun 1681: Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
Tahun 1703: Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat menjadi
Susuhunan Amangkurat III.
Tahun 1704: Atas pertolongan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai
Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan
Amangkurat III kemudian membentuk pemerintahan pengasingan.
Tahun 1708: Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka
sampai wafatnya pada 1734.
Tahun 1719: Susuhunan Paku Buwono I meninggal kemudian digantikan putra
mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa.
Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
Tahun 1726: Susuhunan Amangkurat IV meninggal kemudian digantikan Putra
Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
Tahun 1742: Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwana
II berada dalam pengasingan.
Tahun 1743: Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari
tangan pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian yang
sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC selama Mataran
belum melunasi hutang biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan
Paku Buwono II sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan VOC.
Tahun 1745: Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala
di tepian Bengawan Beton.
Tahun 1746: Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru
yang dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P.
Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang
berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram
menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan kecil.
Tahun 1749: 11 Desember Paku Buwono II menandatangani penyerahan
kedaulatan Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru
ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P.
Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para
pengikutnya. pada 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota
sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
Tahun 1752: Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di daerah
Pesisiran (daerah pantura) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan
Mangkubumi-Raden Mas Said.
Tahun 1754: Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian.
Pada tanggal 23 September, Nota Kesepahaman Hartingh-Mangkubumi. 4
November, Paku Buwana III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau
keberatan tidak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
Tahun 1755: 13 Februari menjadi Puncak perpecahan, hal ini ditandai dengan
Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu
Kesunanan Surakarta dan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan
atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar 'Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan
Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama
Khalifatullah' atau dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Tahun 1757: Perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram. sehingga muncul
Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan
Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota
Salatiga antara Sultan Hamengku Buwono I, Sunan Paku Buwono III, Raden
Mas Said dan VOC. Raden Mas Said kemudian diangkat sebagai penguasa atas
sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan
Surakarta.
Tahun 1788: wafat nya Susuhunan Paku Buwono III.
Tahun 1792: wafat nya Sultan Hamengku Buwono I wafat.
Tahun 1795: wafat nya KGPAA Mangku Nagara I wafat.
Tahun 1799: dibubarkan nya VOC oleh benlanda
Tahun 1813: Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma diangkat
sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang
terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran
Adipati Paku Alam".
Tahun 1830: Akhir perang Diponegoro. Semua daerah kekuasaan Surakarta
dan Yogyakarta dirampas Belanda. Pada 27 September, Perjanjian Klaten
menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi
secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih
Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara
resmi dikuasai Belanda.
Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830,
setelah Perang Diponegoro.
Sekian Artikel tentang Sejarah Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram), semoga
artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR, seandainya sobat ingin
membaca lebih banyak Artikel bertama sejarah, silakan klik Label Sejarah yang ada di
widget sebelah kanan atas.
Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Ditulis oleh Admin I 15 Mei 2015 2 Komentar
Sejarah Kerajaan Majapahit - Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di
Jawa Timur, berdiri antara tahun 1293 hingga 1500 Masehi. Kerajaan Majapahit
mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, yang
berkuasa pada tahun 1350-1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha
terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar
dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di
Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun
wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N.
Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan
Thailand yang dibuktikan dengan corak bangunan, pengaruh kebudayaan, candi, seni
dan patung. Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari
Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim
berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Singapura, Filipina,
Selatan Thailand dan Malaysia.
Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.
Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim
utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara,
penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan
mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.
Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Arca Harihara, Setengah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Patung ini menggambarkan
Raja Kertarajasa (Raden Wijaya), raja pertama Majapahit
Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara)
lari ke Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh
Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di Tarik (Mojokerto).
Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu
menyerang Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya
berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusirnya. pasukan mongol secara
kalang-kabut kalah dan mundur karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga
merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat
pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350
hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit
menguasai lebih banyak wilayah.
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan
diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik,
Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda
sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian
persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya
bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam
Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa
kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan
Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan
gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan
akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat
dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa,
dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan
negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda
yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan.
Kisah tersebut disinggung dalam Pararaton tetapi tidak disebutkan dalam
Nagarakretagama.
Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-
angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit
memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam
Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri,
pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya
Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut
Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu
Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua
Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447,
Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia
memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja
dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453
AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian meninggal
pada 1466 dan diganti oleh Singhawikramawardhana. kemudian tahun 1468 pangeran
Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan ia mengangkat
dirinya sendiri sebagai raja Majapahit.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim sudah mulai memasuki Nusantara. Pada
akhir abad ke-14, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam muncul, yaitu
Kesultanan Malaka. Di bagian kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa
lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15
mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.
Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di
Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478
(tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti
dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518. Dalam tradisi Jawa ada
sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh
Girindrawardhana. Raden Patah yang saat itu merupakan adipati Demak sebetulnya
berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan
Ngudung, tapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan
Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali
menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.
Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah
mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini
memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa
Demak adalah keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda
ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan
Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk
kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518,
Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke
Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan
mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari
pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung
Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan
kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui
sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak,
legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan
seorang putri China.
Catatan sejarah Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke
tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521
M. Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan
Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di
ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat.
Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke
pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini
masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
Perkembangan politik
Pemerintahan Kertarajasa
Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya (Kertarajasa)
melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Pemberontakan Nambi pada tahun 1319. Nambi adalah Rakryan Patih Majapahit
sendiri.
Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Oleh karena Jayanegara tidak berputra, sementara Gayatri sebagai Rajapatni telah
menjadi biksuni, takhta Kerajaan Majapahit kemudian diserahkan kepada
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana (1328 – 1350) yang menjalankan
pemerintahan dibantu oleh suaminya (Kertawardhana). Masa pemerintahan
Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam negeri, yakni meletusnya
Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada yang
pada saat itu baru saja diangkat menjadi Patih Daha.
Pemerintahan Hayam Wuruk
Tribhuwanatunggadewi terpaksa turun takhta pada tahun 1350 sebab Rajapatni Dyah
Dewi Gayatri wafat. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang
lahir pada tahun 1334. Hayam Wuruk naik takhta pada usia 16 tahun dengan gelar
Rajasanegara. Dalam menjalankan pemerintahan, ia didampingi oleh Mahapatih Gajah
Mada.
Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa pada zaman Hayam Wuruk, Kerajaan
Majapahit mengalami masa kejayaan dan memiliki wilayah yang sangat luas. Luas
kekuasaan Majapahit pada saat itu hampir sama dengan luas negara Republik
Indonesia sekarang. Namun, sepeninggal Gajah Mada yang wafat pada tahun 1364,
Hayam Wuruk tidak berhasil mendapatkan penggantinya yang setara. Kerajaan
Majapahit pun mulai mengalami kemunduran. Kondisi Majapahit berada di ambang
kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun 1389. Sepeninggalnya,
Majapahit sering dilanda perang saudara dan satu per satu daerah kekuasaan
Majapahit pun melepaskan diri. Seiring dengan itu, muncul kerajaan-kerajaan Islam di
pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit runtuh setelah diserbu oleh pasukan
Islam dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.
Kebudayaan
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan
cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra
(Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke
istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi
dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di
Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk
langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang
menikmati otonomi luas. Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan
terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun.
Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk
Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu.
Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat
mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah"
[Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah
bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan
bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga,
menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
"..Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk
banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki
istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam
ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan
Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal
dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan
dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya:
"Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di
Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk
menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua,
menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata,
Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu
mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat
Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama
tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan.
Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai
rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol
beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir
kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain merupakan Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.
Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan
denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata
uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan
keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja
pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China.
Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40
kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut
berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak
disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa
dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil
atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam
aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat
dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan
dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358
menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di
dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai
macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga
penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-
pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang
mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada
era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor
Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan
komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang
dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan
tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia
yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh
dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Faktor pertama; lembah sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas di dataran
rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya
Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan
pemerintah.
Raja dibantu oleh dewan pertimbangan kerajaan atau Bhatara Saptaprabu. Tugas
lembaga ini adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota
dewan ini merupakan para sanak saudara raja. Untuk masalah-masalah keagamaan,
raja dibantu oleh dewan yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa ri Kasainan
bertugas menangani urusan agama Syiwa dan Dharmadyaksa ri Kasogatan bertugas
menangani urusan agama Buddha. Para pejabat keagamaan ini dibantu oleh tujuh
Dharma Upapati, yaitu Sang Panget i Tirwan, i Kandamulri, i Mangkuri, i Paratan, i
Jambi, i Kandangan Rase, dan i Kandangan Atuha. Selain sebagai pejabat keagamaan,
mereka juga merupakan kelompok cendekiawan.
Sapta Prabu, merupakan sebuah dewan kerajaan. Anggota dewan ini adalah
keluarga raja yang bertugas mengurusi soal keluarga raja, penggantian mahkota,
dan urusan-urusan negara yang berhubungan dengan kebijaksanaan negara.
Dewan Menteri Kecil, melanjutkan perintah raja. Beranggotakan tiga orang dan
bertugas sebagai pelaksana kebijaksanaan raja.
Raja Majapahit juga dibantu oleh tiga mahamenteri, yakni i Hino, i Halu, dan i Sirikan.
Biasanya yang diangkat untuk menduduki jabatan ini adalah putra raja. Mahamenteri i
Hino memiliki kedudukan paling tinggi karena di samping memiliki hubungan erat
dengan raja, ia juga dapat mengeluarkan prasasti-prasasti. Para mahamenteri ini
dibantu oleh para Rakryan Mantri atau sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang
merupakan badan pelaksana pemerintahan. Badan ini terdiri atas lima orang, yaitu
Patih Amangkubumi, Rakyan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan
Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini disebut Sang Panca ri Wilwatikta atau Mantri
Amancanegara.
Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja
biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu
Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai
perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri
atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur maupun bagian tengah Jawa. Daerah
ini diperintah oleh uparaja yang biasah disebut Paduka Bhattara yang memiliki gelar
Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan.
Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk
mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan
mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di
Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian
wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran
atau bangsawan)
Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung
dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi,
area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan
membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan
Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur
kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka
menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di
dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya,
Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
Nusantara, ialah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke
dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi
yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk
menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun
yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi
keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan
Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi
Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan
diplomatik luar negeri:
Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang
sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh
Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut
Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di
Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan
Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan
Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena
kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini
meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian
diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik
ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat
tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.
Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu
wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa
daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah
bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem
pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota
Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan
sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit
yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.
Raja-raja Majapahit
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang
dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13.
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode
kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan
Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan
keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
Raden Wijaya (Gelar: Kertarajasa Jayawardhana) 1293 - 1309
Candi Brahu
Candi Gentong
Candi Tikus
Candi Wringin Lawang
Letak Kerajaan
Merupakan kerajaan yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah
Dapunta Hyang, Sriwijaya memiliki sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh
kekuasaannya mencakup hampir seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya.
Letaknya sangat strategis. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan
sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu),
Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.
Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan
Sriwijaya.
Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand
Selatan.
Catatan sejarah
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada
pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang.
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa
lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang
Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika
sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar
berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok
terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam
Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang
sebuah perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan
Sriwijaya di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan. Sayang, kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan
perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri
dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan dan bagian buritan
untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan papan
ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi
Asia Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain
yang berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara
selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi
referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu
kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-
li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali,
kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj
dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa
Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan
keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan
Sriwijaya.
Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah
kerajaan Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung
menyebutkan bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang
disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.
Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah
membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib
membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan
Nalanda. Hal ini merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu,
Balaputradewa, mendirikan vihara di Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga
menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dinasti Syailendra yang
terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui hak-haknya atas
dinasti Syailendra.
Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi
Sungai Tatang, dekat Palembang.
Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah
barat Pelembang.
Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka.
Prasasti ini menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang
membawa keruntuhan kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi
Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya."
Prasasti Karang Berahi berangka tahun 608 Saka (686 M). Isi prasasti ini
memperjelas bahwa secara politik, Sriwijaya bukanlah negara kecil, melainkan
memiliki wilayah yang luas dan kekuasaannya yang besar. Prasasti ini juga
memuat penaklukan Jambi.
Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun). Prasasti ini menyebutkan bahwa
negara Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra
raja: Yuwaraja (putra mahkota), Pratiyuwaraja (putra mahkota kedua), dan
Rajakumara (tidak berhak menjadi raja).
Prasasti Ligor berangkat tahun 697 Saka (775 M) ditemukan di Tanah Genting
Kra. Prasasti ini memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting
Kra (Melayu) oleh Sriwijaya
Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan
sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda,
India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah
bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain
berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat
1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta
terkenal di Sriwijaya.
Arca Buddha langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit
Seguntang, Palembang, abad ke-7 sampai ke-8 M.
Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan
Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari semua topik ajaran
sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama
sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke
Universitas Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah
Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun
untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan
di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Mahayana
juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana
Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di
Tibet menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa
penguasa Sriwijaya nagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India. Peranannya dalam agama Budha
dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand.
Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan
penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut
serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.
"... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya
dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam
benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan
tekun dan mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke
India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun
untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India".
Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.
Budaya
Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan
kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan
bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti
Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah
yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya.
Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat
kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara
Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno
telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti
Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang
ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa
Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat
komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca
dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.
Arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan, seni Sriwijaya sekitar abad ke-9
M.
Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat
berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa
Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi
Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di
Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan
tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di
Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit
Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor,
Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-
arca ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni
Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin
diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad
ke-8 sampai ke-9).
Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India
dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang
Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu
gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja
Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan
Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan
berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan
mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat
berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan
bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan
selalu mengawasi dan sering kali memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya.
Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya
menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan
sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di
Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa
Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung
Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam
lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya
serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa
pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud
adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari
mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli
perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan
pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670
hingga 1025 M.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal
Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan
Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan
dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu
bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia
berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar
bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur bisa jadi merupakan jenis kapal yang
digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam melakukan pelayaran antar pulaunya.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan kawasan Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman
yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah
tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit
hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya
Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar
Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).
Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti
Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min
dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi
Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah
diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus
(Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka.
" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya
pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang
wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya,
rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil.
Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah
mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan.
Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala
hukum-hukumnya kepadaku."
Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan
dunia Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja
Sriwijaya telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja
untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari
berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni
Tiongkok, India, dan Timur Tengah.
Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak
sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai
ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom
That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga
kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.
Masa kejayaan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada
kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan,
menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan
armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta
untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari catatan sejarah dan bukti
arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh
kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya,
Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat
Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan
perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat.
Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan
yang melayani pasar Tiongkok, dan India.
Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo,
Muarabulian, Jambi, Indonesia.
Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama
Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus
sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu,
digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara
yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak
cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur
barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa
hasil bumi lainya.
Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan
dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat
keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya
Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-)
memiliki tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan.
Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-
10, akan tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi
kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari
Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi,
sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-
fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu
saling mengirim duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988
tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh
balatentara Jawa. Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an,
yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.
Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali
tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar
Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok
tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut
adalah Dharmawangsa Teguh.
Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara
waktu, namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan
Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan
Jawa terhadap Sumatera. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal
karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di Sumatera. Menguasai ibu kota di
Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala
Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja
Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling
menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk
memukul mundur tentara Jawa.
Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman
Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha
menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut berperan dalam menghancurkan
Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa
Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji
Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau
1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa
Teguh.
Masa Kemunduran
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, yang merupakan raja dari dinasti Chola di
India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya.
Berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan
daerah-daerah yang sebelumnya menjadi koloni Sriwijaya, dan berhasil menawan raja
Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa
dekade berikutnya, seluruh kekuasaan Sriwijaya berada dalam pengaruh dinasti Chola.
Meskipun demikian Rajendra Chola tetap memberikan peluang kepada raja yang
ditaklukannya untuk tetap berkuasa dengan syarat tetap tunduk kepadanya.
Secara garis besar Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh
faktor-faktor berikut:
Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang
strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun
internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan
Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional
sehingga Jambi lebih strategis daripada Palembang.
Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan.
Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya
terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia
bagian timur dan Sriwijaya di bagian barat.
Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh
Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan
utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan
oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas
pusat Sriwijaya pada tahun 1023 – 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya
ditawan dan dibawa ke India. Ketika Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada
usaha penyerangan terhadap Sriwijaya, namun baru sebatas usaha mengurung
Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan
Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan
kesatuan Nusantara (1377).
Struktur pemerintahan
Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan
satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak
dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua,
samaryyāda, mandala dan bhūmi.
Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat
disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini
dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang
di dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan
dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis,
samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung
dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman.
Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam
pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam
lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra
mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak
menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa
Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya
kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan
dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya. Adapun, jabatan dan pekerjaan yang
diceritakan tersebut adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati),
senopati (komandan pasukan), dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga
Tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana
(pandai besi/ pembuat senjata pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat),
puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga), pratisra (pemimpin kelompok kerja),
marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak raja).
Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua.
Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi
gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota
kedua). Maka dari itu, Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia)
mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka
kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.
Samaragrawira (782)
Samaratungga (792)
Balaputradewa (835)
Sumatrabhumi (1017)
Sangramavijayottungga (1025)
Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo (1079)
Rajendra II (1100)
Warisan sejarah
Penemuan kemaharajaan Sriwijaya ini ditemukan pertama kali oleh Coedès pada tahun
1920-an yang telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk kemaharajaan
yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan
berjaya pada masa lalu.
Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi Sriwijaya
masih digunakan sebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila Utama yang mengaku
sebagai keturunan bangsawan Sriwijaya dari Bintan, bersama para pengikut dan
tentaranya yang terdiri dari Orang Laut, telah mendirikan Kerajaan Singapura di
Tumasik. Menurut Sejarah Melayu dan catatan sejarah China yang ditulis Wang Ta
Yuan, disebutkan bahwa Kerajaan Siam sempat menyerang kerajaan Singapura pada
kurun tahun 1330 hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul mundur.
Nah.., pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai macam-macam
peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia. Sebelum membahas macam-macam
peninggalan bersejarah di Indonesia, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
pengertian dari peninggalan Sejarah itu sendiri. Apakah Peninggalan Sejarah itu?
Peninggalan Sejarah adalah peninggalan-peninggalan pada masa lampau yang
mempunyai nilai sejarah dalam kehidupan manusia. Peninggalan bersejarah dapat di
jadikan sebagai bahan untuk menyusun sejarah serta membantu kita mengetahui apa
yang terjadi pada masa lampau.
Candi Borobudur merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia
Indonesia memiliki banyak peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi. Maka dari itu, kita
wajib menghargai dan melestarikannya agar terjaga kelestariannya. Selain itu, dengan adanya
peninggalan bersejarah di Indonesia, dapat membantu kita dalam mempelajari sejarah bangsa
Indonesia. Mulai dari fosil, prasasti, patung, bangunan, naskah kuno dan lain sebagainya. Hal
tersebut merupakan macam-macam peninggalan bersejarah di Indonesia. Terdapat 5 macam
peninggalan sejarah di Indonesia, diantaranya yaitu berupa tulisan, bangunan, benda-benda
bersejarah, karya seni, dan adat istiadat. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu.
Berikut 5 Macam Peninggalan Bersejarah Di Indonesia:
1. Tulisan
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa tulisan terbagi menjadi dua, yaitu Prasasti
dan naskah kuno:
Prasasti
Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang berupa tulisan atau gambar pada batu.
Sehingga prasasti disebut juga sebagai batu tulis. Sebuah prasasti biasanya ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Pada umumnya Prasati berisi informasi/ catatan mengenai peristiwa penting yang
dialami oleh suatu kerajaan atau seorang raja. Beberapa prasasti yang ada di Indonesia
yaitu, anatar lain :
Prasasti Yupa di Kalimantan Timur sekitar tahun 500 M peninggalan dari Kerajaan
Kutai.
Naskah Kuno
Naskah kuno yaitu dokumen-dokumen penting yang berisi informasi pada zaman dahulu. Naskah
kuno juga bisa berupa karya sastra seperti syair, hikayat, legenda dan kitab-kitab. Beberapa
naskah kuno yang ada di Indonesia yaitu, Antara lain :
Kakawi Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa pada zaman kerajaan Airlangga,
Kahuripan.
Kitab Smaradahana karya Mpu Darmaja pada zaman Raja Kameswara I, Kediri.
Kitab Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada jaman Raja Jaya Baya,
Kediri.
Perlu diketahui Kakawi merupakan syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang berasal
dari India.
2. Bangunan
Bangunan bersejarah di Indonesia memiliki aset yang tak ternilai harganya.
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa bangunan memiliki 6 bentuk bangunan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Candi
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu dan biasanya digunakan
sebagai tempat pemujaan/ beribadah bagi pemeluk agama Hindu dan Budha pada
zaman dahulu. Candi merupakan peninggalan kerajaan Hindu dan Budha. Fungsi
bangunan candi yaitu untuk memuliakan raja yang telah meninggal dunia. Beberapa
candi yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:
Benteng
Banteng merupakan bangunan yang difungsikan guna mempertahankan diri (bertahan)
dari serangan lawan.
Masjid
Masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Dengan adanya peninggalan bersejarah berupa
masjid membuktikan bahwa pengaruh Islam di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu.
Beberapa masjid yang bersejarah di Indonesia antara lain Masjid Aceh, Masjid Agung Banten,
Masjid Makam Sedangduwur (Jawa Timur), Masjid Kudus, Masjid Demak, dan Masjid Jami
Pontianak.
Makam
Makam merupakan tempat untuk menguburkan orang-orang yang sudah meninggal terutama
para raja/ tokoh-tokoh penting dalam sejarah.
Biasanya makam banyak dijadikan sumber sejarah dan peninggalan sejarah. Beberapa makam
yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:
Artefak
Artefak adalah perkakas atau peralatan yang digunakan oleh manusia pada zaman dahulu.
Artefak bisa berupa alat pertanian, peralatan makan, peralatan memasak, senjata, serta perhiasan.
Arca
Arca merupakan peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindhu-Buddha. Arca biasa dikenal
oleh masyarakat luas dengan istilah patung. Arca atau Patung biasanya terbuat dari batu,
perunggu dan bahkan emas. Bentuk-bentuk Arca atau Patung bermacam-macam, ada patung
dewa, patung raja/ratu, patung binatang dan lain-lain. Beberapa Arca yang ada di Indonesia
Antara lain Arca Buddha Amarawati di Sulawesi Selatan, Arca Roro Jonggrang di Candi
Prambanan, Arca Airlangga di Belahan, Arca Tribhuwana di Candi Arimbi, dll.
4. Karya Seni
Karya Seni adalah peninggalan bersejarah yang berasal dari nenek moyang kita yang kemudian
menjadi tradisi di masyarakat. Pada zaman dahulu nenek moyang kita banyak memiliki karya
seni yang sampai sekarang masih ada, antara lain :
Tarian tradisional
Tarian tradisional adalah tarian peninggalan zaman dahulu yang hingga saat ini masih ada dan
sering ada dipertunjukan. Beberapa contoh dari tarian tradisional di Indonesia antara lain Tari
Gambyong dari Jawa Tengah dan Tari Seudati dari Aceh.
Dongeng atau cerita rakyat
Dongeng atau cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun dan tidak
diketahui pengarangnya. Cerita rakyat ini biasanya mengandung hikmah atau pelajaran yang
dapat diambil oleh masyarakat. Beberapa contoh dari cerita rakyat di Indonesia antara lain
Malinkundang dari Sumatera Barat dan Tangkuban Perahu dari Jawa Barat.
Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu
Seni pertunjukan
Dunia hiburan atau seni pertunjukan memang tidak akan pernah sirna di belahan bumi Indonesia.
Hal ini terbukti dari dahulu hingga sekarang masih banyak ditemui dunia hiburan atau
pertunjukan yang bersifat menghibur masyarakat. Perbedaan seni pertunjukan yang dahulu
dengan yang sekarang salah satunya dari media yang digunakan. Beberapa contoh dari seni
pertunjukan di Indonesia antara lain Wayang Kulit dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ogoh-
ogoh dari Bali dan Wayang Golek dari Jawa Barat.
5. Adat istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun-
temurun.
Acara Adat Ngaben merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia
Contoh upacara adat istiadat Antara lain adalah : upacara adat pembakaran mayat (Ngaben) di
Bali, Sekaten di Solo dan Yogyakarta, upacara adat pernikahan dan sebagainya.
Sekian artikel tentang 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita
Ketahui, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan anda mengenai Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia.
Terimakasih atas kunjungannya.