Anda di halaman 1dari 148

TES WAWASAN KEBANGSAAN (TWK)

http://www.markijar.com/2015/11/materi-tes-wawasan-kebangsaan-twk-cpns.html

Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara

Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara - Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara
Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Lima sendi utama (Sila) penyusun
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke 4 Preambule (Pembukaan) UUD1 945.

Pancasila sebagai Sejarah - Sejarah pembentukan pancasila erat kaitannya dengan Perjuangan bersenjata bangsa
Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda dan jepang.

Penjajahan Belanda usai pada 8 Maret 1942, Sejak itu Indonesia diduduki oleh Jepang. Namun Jepang tidak lama
melakukan pendudukan di Indonesia. Karena Sejak tahun 1944, tentara Jepang mulai kesulitan dalam menghadapi
tentara Sekutu.

Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang
memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat indonesia. Janji ini diucapkan pada tanggal 7 September 1944 oleh
Perdana Menteri Kaiso.

Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang
kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)

Dalam maklumat tersebut juga dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas BPUPKI adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk
selanjutnya diberikan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama BPUPKI pada tanggal
29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara
untuk bangsa Indonesia setelah merdeka nanti. Pada sidang pertama Ir. Soekarno dan Muhammad Yamin
mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Muhammad Yamin memberikan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal,yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga terdiri dari lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Bung Karno (1 Juni 1945)
Pada Tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno (Ir. Soekarno) di depan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengusulkan calon dasar negara yang terdiri dari lima asas, oleh bung karno
kelima asas tersebut diberi nama Pancasila, inilah awal terbentuknya dasar negara Pancasila, yang kemudian
pada tanggal tersebut dikenang sebagai hari lahirnya Pancasila. 1 Juni menjadi tanggal yang sangat penting,
karena di situlah Pancasila telah lahir, dan inilah hari lahir dasar negara Indonesia. berikut kelima asas yang
diusulkan Bung Karno sebagai calon dasar negara:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal tersebut oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Kemudian Bung Karno mengemukakan bahwa kelima
sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal tersebut menurutnya juga bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.

Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia
kecil yang tugasnya adalah menampung usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan dalam sidang pleno
BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal
20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8 orang, yaitu:
 Mr. Muh. Yamin
 Ir. Soekarno

 K.H. Wachid Hasjim

 Ki Bagus Hadikusumo

 M. Sutardjo Kartohadikusumo

 R. Otto Iskandar Dinata

 Mr. A.A. Maramis

 Drs. Muh. Hatta

Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI
yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil yang dapat dicapai antara lain adalah dibentuknya sebuah Panitia Kecil
Penyelidik Usul-Usul / Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
 Mr. Muh. Yamin
 Ir. Soekarno

 Mr. A.A. Maramis

 Drs. Muh. Hatta

 K.H. Wachid Hasyim

 Mr. Ahmad Subardjo

 Abikusno Tjokrosujoso
 Abdul Kahar Muzakkir

 H. Agus Salim

Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga melanjutkan sidang dan berhasil
merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini,
anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah:
Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno) dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Kemudian Pada tanggal 9 Agustus dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang menggantikan
BPUPKI. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia
kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan
PPKI menggelar sidang, dengan acara utama memilih Presiden dan Wakil Presiden dan mengesahkan rancangan
Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya).

Untuk pengesahan Pembukaan (Preambul), terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan
Preambul (pembukaan), Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari,
sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya.

Inti dari pertemuan tersebut adalah, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat
preambul, di belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya" dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari Indonesia
yang baru saja diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk di indonesia bagian timur beragama non-
muslim.

Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh
Islam, antara lain kepada KH. Wakhid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta
kemudian berusaha meyakinkan tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.

Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang intens dan demi persatuan dan
kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di
belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan "Yang Maha Esa".

Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)

Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara - Garuda Pancasila merupakan Lambang negara Indonesia, yang juga
memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jika). Lambang negara
Indonesia berbentuk burung Garuda dengan kepala menghadap ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), dan
mempunyai perisai berbentuk seperti jantung yang digantung menggunakan rantai pada leher Garuda, dan terdapat
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna "Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa" tertulis di atas pita
yang dicengkeram oleh Garuda. Sultan Hamid II lah yang merancang Lambang ini, namun kemudian
disempurnakan oleh Bung Karno, Setelah itu diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada
tanggal 11-Februari-1950 dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Lengkap)

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (biasah disingkat P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa merupakan
sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa Orde Baru.
Panduan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila dibentuk melalui Ketetapan MPR no. II/MPR/1978.
Ketetapan tersebut berisi tentang Eka Prasetya Pancakarsa yang menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi
36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Saat ini produk hukum ini tidak berlaku
lagi karena Tap MPR no. II/MPR/1978 telah dicabut melalui Ketetapan MPR no XVIII/MPR/1998 dan termasuk
dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no.
I/MPR/2003

Berikut merupakan poin-poin dalam butir-butir pancasila. silakan Resapi dan hayati isinya. isi butir butir pancasila:
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa (Ada 7 Butir Pengalaman)
 Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan YME, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
sendiri-sendiri menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Bangsa Indonesia menyatakan ketakwaannya dan kepercayaannya terhadap Tuhan YME.

 Mengembangkan sikap hormat dan menghormati serta bekerjasama antar pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan YME.

 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME kepada orang lain.

 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME merupakan masalah yang menyangkut hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan YME.

 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME.

 Mengembangkan sikap yang saling menghormati dan menghargai kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Ada 10 Butir Pengalaman)
 Mengakui persamaan hak, persamaan derajat dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda bedakan
keturunan, suku, agama, jenis kelamin, kepercayaan, warna kulit, kedudukan sosial dan sebagainya.
 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan YME.

 Mengembangkan sikap tepa selira dan saling tenggang rasa.

 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

 Berani membela kebenaran dan keadilan.

 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia (Ada 7 Butir Pengalaman)


 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta keselamatan dan kepentingan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.


 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Ada 10
Butir Pengalaman)
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
hak, kedudukan dan kewajiban yang sama.

 Mengunakan Musyawarah guna mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

 Mengutamakan musyawarah saat mengambil atau menentukan keputusan untuk kepentingan bersama.

 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab, selalu melaksanakan dan menerima hasil
keputusan musyawarah.

 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada


Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Sila kelima. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Ada 11 Butir Pengalaman)
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang memperlihatkan sikap dan suasana kekeluargaan dan ke
gotongroyo ngan.

 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang berkeadilan sosial dan merata.

 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

 Menghormati hak orang lain.

 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

 Suka bekerja keras.

 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Dalam perjalanannya ke 36 butir Pengalaman pancasila dikembangkan menjadi 45 butir oleh BP7. Namu
Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir tersebut benar-benar diamalkan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.

Deskripsi dan arti filosofi Lambang Negara

Garuda
 Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno di sejarah Nusantara
(Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud seperti burung elang rajawali. Garuda dipakai
sebagai Simbol Negara untuk menggambarkan Negara Indonesia merupakan bangsa yang kuat dan besar.
 Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan.

 Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga dan kekuatan pembangunan

 Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia,
yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17, Jumlah
bulu pada ekor berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19, Jumlah bulu di leher
berjumlah 45.

Perisai
 Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban Nusantara sebagai senjata
yang melambangkan perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk mencapai tujuan.
 Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis khatulistiwa hal tersebut
mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia sebagai negara tropis yang dilintasi garis
khatulistiwa.

 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.

 Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-putih). dan pada bagian
tengahnya memiliki warna dasar hitam.

Berikut adalah Pembagian dan penjelasan lambang pada ruang perisai:

 Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan sebuah bintang
emas berkepala lima (bersudut lima), bintang emas sendiri dapat diartikan sebagai sebuah cahaya seperti
layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.

 Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang disusun atas gelang-gelang
kecil ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling membantu, gelang yang persegi
menggambarkan pria sedangkan gelang yang lingkaran menggambarkan wanita.

 Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus benjamina) di bagian kiri
atas perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang -
sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam
tanah. Hal ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon Beringin juga mempunyai banyak
akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. ini mencerminkan Indonesia sebagai negara kesatuan
namun memiliki berbagai latar belakang budaya yang berbeda-beda (bermacam-macam).
 Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan. yang disimbolkan dengan kepala banteng pada bagian kanan atas perisai berlatar merah.
Lembu liar atau Banteng merupakan binatang sosial yang suka berkumpul, sama halnya dengan manusia
dimana dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara musyawarah salah satunya dengan cara
berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.

 Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan padi dan kapas di
bagian kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi (mencerminkan pangan dan sandang)
merupakan kebutuhan pokok semua masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. ini
mencerminkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial anatara satu dan yang lainnya,
tapi hal ini (persamaan sosial) bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.

ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta: "pañca" berarti lima dan
"śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila memiliki banyak Kedudukan dan Fungsi bagi bangsa
Indonesia, Berikut Ini adalah beberapa kedudukan dan Pita yang bertulis semboyan "Bhinneka Tunggal
Ika"
 Sehelai pita putih dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam dicengkeram oleh Kedua cakar
Garuda Pancasila.
 Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata
"bhinneka" memiliki arti beraneka ragam atau berbeda-beda, sedang kata "tunggal" berarti satu, dan kata
"ika" bermakna itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diartikan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna
meskipun berbeda beda tapi pada hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam
ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku bangsa dan kepercayaan.

Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila

 Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan asal asalan karena warna
warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada bagian-bagian yang ada pada lambang Garuda Pancasila.
 Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda Pancasila. Warna hitam
digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah
perisai. dan Warna hitam juga dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

 Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang terdapat pada lambang
Garuda Pancasila.

 Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.

 Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna putih juga diberi pada Pita yang
dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.

 Sedangkan Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna bintang, rantai, kapas,
dan padi.

Makna Warna pada Garuda Pancasila

Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila. Warna-warna yang dipakai menjadi warna
pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki makna dan arti kurang lebih sebagai berikut.

 Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.


 warna hitam memiliki makna keabadian.
 Warna merah memiliki artian keberanian.

 Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran.

 Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran.

10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila

Fungsi dan Kedudukan Pancasila - Pancasila merupakan fungsi Pancasila Bagi Bangsa Indonesia:

Fungsi dan Kedudukan Pancasila:


1. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia

Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat memberi kekuatan kepada
berdirinya suatu negara. Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu alas atau landasan yaitu Pancasila.
Pancasila pada fungsinya sebagai dasar negara, adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia,
termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila pada posisi seperti
inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Pandangan hidup merupakan suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian
dari nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur hubungan sesama
manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.

3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia

Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu
jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-pengertian dasar. Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi
Bangsa dimana pada hakikatnya adalah suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila di
angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia,
dengan kata lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia.

4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal tersebut melalui penjabaran
instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai serta sesuai dengan jiwa Indonesia
serta karena pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya
jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa
Bangsa lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa kejayaan
nasional.

5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum

Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum yang berlaku dan dijalankan di
Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan Pancasila. Karena segala
kehidupan negara indonesia berdasarkan pancasila.

6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan
merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan
dengan bangsa lain. dan Pancasila Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya kepribadian Negara
Indonesia yang bisa mem bedakan dengan bangsa lain, yaitu amal perbuatan, tingkah laku dan sikap mental bangsa
Indonesia.

7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia

Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan pancasila sebagai patokan atau
landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata
baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila.

8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan perjanjian luhur yang telah disepakati oleh para
pendiri bangsa untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya Pancasila telah disepakati secara nasional
sebagai dasar negara tanggal 18-Agustus-1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia), PPKI
ini merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut.

9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia


Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena Pancasila merupakan
palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa
Indonesia diyakini paling benar, bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan Rakyat
Indonesia.

10. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia yang teah membentuk watak, sikap,
prilaku, etika dan tata nilai norma yang telah melahirkan pandangan hidup.

Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945 - Lengkap

Pada kesempatan kali ini kita akan berbagi artikel tengtang Sejarah Pembentukan atau Lahirnya UUD 1945,
untuk lebih jelasnya langsung saja kita simak artikel berikut ini - Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, atau sering kita disebut dengan UUD 1945 atau UUD '45, merupakan hukum basic law (dasar tertulis),
konstitusi pemerintahan Bangsa Indonesia.

UUD 1945 diresmikan menjadi undang-undang dasar negara oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
pada 18-Agustus-1945. Namun Sejak 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17
Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Kemudian pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada periode 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amendemen (perubahan), yang mengubah susunan lembaga-
lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. berikut Sejarah Lahirnya UUD 1945 Negara Republik
Indonesia secara lengkap berdasarkan pembagian / periodesasi waktu terjadinya:

Sejarah Lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia


BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk pada tanggal 29 April 1945 badan
ini merupakan badan yang merancang konstitusi 1945. Selama sesi pertama yang berlangsung pada 28 Mei - 1 Juni
1945, Pada saat itu Bung Karno menyampaikan gagasan "Dasar Negara", yang ia beri nama Pancasila.

Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk
merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihapusnya kata "dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" kemudian naskah Piagam Jakarta dijadikan
naskah Pembukaan UUD 1945 yang kemudian diresmikan pada 18-Agustus-1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Pengesahan UUD 1945 ditetapkan oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) pada
sidangnya tanggal 29 Agustus 1945.
Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI tanggal 10-17 Juli 1945. dan
Tanggal 18-Agustus-1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Periode Diberlakukannya UUD 1945 (18-Agustus-1945 sampai 27-Desember-1949)

Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia saat itu disibukkan
oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16-
Oktober-1945 mengatakan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena saat itu DPR
dan MPR belum terbentuk. Selanjutnya Pada 14-November-1945 dibentuk Kabinet Semi Presidensial (Semi
Parlementer) yang pertama, dimana peristiwa tersebut adalah perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia
terhadap UUD 1945

Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi perubahan. Kabinet RI yang
pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12 menteri memimpin departemen. Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung
Karno.

Kemudian Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk banyak partai politik di Indonesia. Sehingga dikeluarkan
maklumat Pemerintah. kemudian kabinet berubah menjadi kabinet parlementer. Perubahan kabinet ini dimaksud
agar bangsa Indonesia mendapat dukungan dari negara barat yang menganut paham demokrassi dan kabinet
parlementer (Sultan Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia).

Periode Diberlakukanya Konstitusi RIS 1949 (27-Desember-1949 sampai 17-Agustus-1950)

Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negara yaitu
federasi negara yang terdiri dari negara-negara yang masing-masing negara mempunyai kedaulatan sendiri untuk
mengelola urusan internal. Ini merupakan perubahan dari tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia
merupakan negara kesatuan.

Periode Diberlakukanya UUDS 1950 (17-Agustus-1950 sampai 5-Juli-1959)

Pada periode UUDS 1950 diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang lebih dikenal Demokrasi Liberal. Pada
periode ini kabinet sering dilakukan pergantian, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, hal tersebut lantaran
tiap partai lebih mengutamakan kepentingan golongan atau partanyai. Setelah memberlakukan UUDS 1950 dan
sistem Demokrasi Liberal selama hampir 9 tahun, kemudian rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan
sistem Demokrasi Liberal tidak sesuai, hal tersebut karena tidak cocok dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang
sesungguhnya.

Periode Diberlakukanya kembali UUD 1945 (5-Juli-1959 sampai 1966)

Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 yang panas dan banyak kepentingan partai saling
tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah konstitusi baru, kemudian pada 5-Juli-1959, Bung Karno
mengeluarkan Keputusan Presiden yang satu itu memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai konstitusi,
menggantikan Sementara UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu.

Pada saat itu, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk:

 Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua DPR/MPR dan Mahkamah Agung serta Wakil Ketua DPA
sebagai Menteri Negara
 MPRS menetapkan Bung Karno menjadi presiden seumur hidup.

Periode UUD 1945 masa Orde Baru (11-Maret-1966 sampai 21-Mei-1998)

Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah berjanji akan melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila secara konsekuen
dan murni. Akibatnya Selama Orde Baru, UUD 1945 menjadi sangat “sakral”, di antara melalui sejumlah aturan:
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan implementasi Ketetapan MPR
Nomor IV/MPR/1983.
 Keputusan No. IV / MPR / 1983 mengenai Referendum yang antara lain menyatakan bahwa seandainya
MPR berkeinginan mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus meminta masukan dari rakyat dengan
mengadakan referendum.

 Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD
1945, tidak berkehendak akan melakukan amandemen terhadapnya

Masa (21-Mei-1998 sampai 19-Oktober-1999)

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan
lepasnya Provinsi Timor Timur (Sekarang Timor Leste) dari NKRI.

Periode Perubahan UUD 1945 (sampai Sekarang)

Salah satu permintaan Reformasi pada tahun 98 adalah adanya amendemen atau perubahan terhadap UUD 1945.
Latar belakang tuntutan amandemen UUD 1945 antara lain karena pada zaman Orde Baru, kekuasaan tertinggi di
tangan MPR (namun pada nyataannya tidak di tangan rakyat), tetapi kekuasaan yang sangat besar malah ada pada
Presiden, hal tersebut karena adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan multitafsir), dan
kenyataan rumusan UUD 1945 mengenai semangat penyelenggara negara yang belum didukung cukup ketentuan
konstitusi.

Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti kedaulatan rakyat, tatanan
negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, dll yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai kesepakatan yaitu tidak
merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga
memperjelas sistem pemerintahan presidensial.

Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang
Tahunan MPR yaitu:

 Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.

 Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.

 Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.

HASIL AMANDEMEN UUD 1945


Amandemen Pertama

Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat yang Ditetapkan pada tanggal 19-Oktober-1999, yaitu:

 Pasal 7: Tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden


 Pasal 13 ayat 2 dan 3: Tentang Penempatan dan Pengangkatan Duta

 Pasal 5 ayat 1: Tentang Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR

 Pasal 14 ayat 1: Tentang Pemberian Grasi dan Rehabilitasi

 Pasal 15: Tentang Pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain

 Pasal 9 ayat 1 dan 2: Tentang Sumpah Presiden dan Wakil Presiden

 Pasal 21: Tentang Hak DPR untuk mengajukan RUU


 Pasal 14 ayat 2: Tentang Pemberian abolisi dan amnesty

 Pasal 20 ayat 1-4: Tentang DPR

 Pasal 17 ayat 2 dan 3: Tentang Pengangkatan Menteri

Amandemen Kedua

Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus-2000, yaitu:
 Bab IX A: Tentang Wilayah Negara
 Bab VI: Tentang Pemerintahan Daerah

 Bab XA: Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

 Bab VII: Tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPR)

 Bab XV: Tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara

 Bab X: Tentang Penduduk dan Warga Negara

 Bab XII: Tentang Pertahanan dan Keamanan

Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November-2001, yaitu:

 Bab II: Tentang MPR


 Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan

 Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan)

 Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara

 Bab VII A: Tentang DPR

 Bab V: Tentang Kementrian Negara

 Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum

Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. yang Ditetapkan
pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen keempat ini ditetapkan bahwa:

UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada 18-Agustus-1945 dan
diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18-Agustus-2000 pada Sidang Tahunan
MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam
Bab III tentang "Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapus.

Naskah Undang-Undang Dasar 1945


Sebelum amandemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal
dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4
pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan,
serta 2 pasal Aturan Tambahan.

Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika

Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan (moto) yang dimiliki bangsa Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa
Jawa Kuno dan seringkali diartikan dengan kalimat "Berbeda-beda tetapi tetap satu".

Jika Diterjemahkan per kata, kata bhinneka memiliki arti "beraneka ragam" atau "berbeda-beda". Kata neka dalam
bahasa Sanskerta berarti "macam" yang merupakan pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal
berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Jadi Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu",

Dimana kata Bhinneka Tunggal Ikan "Beraneka Satu Itu" bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya
bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ikan sering digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, suku, ras, bahasa daerah, kepercayaan maupun agama.

Kalimat Bhinneka Tunggal Ikan sendiri merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin
Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14 semasa kerajaan Majapahit. Kakawin ini merupakan kakawin
yang mengajarkan toleransi umat beragama yaitu mengajarkan toleransi antara umat Buddha dengan umat Hindu
Siwa.

Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks Indonesia


Bangsa Indonesia beruntung telah memiliki falsafah bhinneka tunggal ika sejak dahulu ketika negara barat masih
mulai memerhatikan tentang konsep keberagaman. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan
keberagaman. Jika dilihat dari kondisi alam saja Indonesia sangat kaya akan ragam flora dan fauna, yang tersebar
dari ujung barat samapai ujung timur serta dari ujung selatan ke utara di terdapat sekitar 17508 pulau. Bangsa ini
juga didiami lebih dari 1000 suku yang menguasai sekitar 77 bahasa daerah dan menganut berbagai agama dan
kepercayaan. Keberagaman ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Atas dasar ini, para pendiri / proklamator
bangsa sepakat untuk menggusunug bhinneka tunggal ika sebagai semboyan Bangsa Indonesia.

Karena Bagi setiap masyarakat Indonesia, semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat dijadikan sebagai dasar guna
melaksanakan perwujudan terhadap kerukuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selayaknya, kita mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dengan cara menjalani kehidupan dengan saling menghargai dan
menghormati setiap individu / warga negara, terlepas dari setiap perbedaan yang ada, tidak saling membedakan
bahkan mencaci karena hal ini bisa menimbulkan konflik dan menjadi sumber atau awal pemecah kesatuan bangsa.

Dengan Bhineka Tunggal Ika Rakyat Indonesia dilarang saling mendiskriminasi dengan memandang perbedaan
suku, bentuk wajah, warna kulit, agama, dan lain sebagainya. Karena Semua rakyat indonesia perlu memiliki
kesadaran bahwa Bangsa Indonesia terdiri dari banyak keragaman. Oleh karenanya semua rakyat indonesia harus
menanamkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam hati, serta menyingkirkan dan membuang sikap egois yang
selalu mengutamakan diri sendiri atau menomorsatukan asal daerahnya dan menganggap daerah lain tidak lebih
penting daripada daerahnya.

Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme

Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme - Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki
sejarah yang panjang. Mulai dari zaman kerajaan, penjajahan sampai ke zaman kemerdekaan. Tentunya tak mudah
untuk mencapai kemerdekaan, Perjuangan yang kuatlah yang dapat membawa bangsa indonesia mewujudkan cita
citanya. Peran serta seluruh rakyat Indonesia tak lepas dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Karena
Sifat Nasionalisme dan Patriotisme Rakyat merupakan kunci penting untuk memperoleh kemerdekaan dan
mempersatukan seluruh elemen bangsa Indonesia.
Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang berarti jiwa kepahlawanan atau
sifat kepahlawanan. serta kata "Patriotism" dalam bahasa Inggris yang berarti sikap pantang menyerah, gagah
berani, dan rela berkorban demi bangsanya. Patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah
air, sehingga menimbulkan rasa rela berkorban untuk bangsanya.

Terdapat dua bentuk Patriotisme:


Constructive Patriotisme (Patriotisme Konstruktif) keterikatan kepada bangsa atau negara dengan tetap
menjunjung tinggi toleran terhadap kritikan, sehingga bisa membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.

Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa memperdulikan toleran terhadap
kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya".
sehingga hal tersebut bisa membawa peperangan dan kehancuran dunia.

Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada:


Masa Damai (Pasca kemerdekaan) Sikap patriotisme pada masa damai dapat diwujudkan salah satunya dengan
cara: memajukan pendidikan, menegakkan hukum dan kebenaran, memberantas kemiskinan dan kebodohan,
memelihara persaudaraan maupun persatuan,

Masa Perang (Darurat) Sikap patriotism pada masa perang (darurat) dapat diwujudkan dengan cara: ikut berperang
secara fisik melawan penjajah, petugas logistik, menjadi petugas dapur umum, menolong tentara (TNI) yang terluka,
dsb.

Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan yang memiliki arti: semangat dan
kesadaran cinta tanah air, memelihara kehormatan bangsa, mempunyai kebanggaan sebagai penduduk bangsa,
mempunyai rasa solidaritas kepada musibah dan kekurang terhadap saudara sebangsa dan senegaranya.

Sedangkan Menurut Ensiklopedi Bahasa Indonesia: Nasionalisme merupakan sikap sosial dan politik dari
sekelompok bangsa yang memiliki kesamaan bahasa, wilayah, kebudayaan serta kesamaan tujuan dan cita-
cita dengan meletakkan kesetiaan yang tinggi terhadap kelompok negaranya.

Terdapat Dua macam nasionalisme:


Nasionalisme dalam arti luas

Paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airn nya dengan
memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung prinsip-
prinsip: kebersamaan, persatuan, kesatuan, dan demokrasi.

Nasionalisme dalam arti sempit


Merupakan Paham kebangsaan yang sangat berlebihan (over) dengan menganggap bangsanya sendiri lebih hebat
dari bangsa lain. Paham ini biasa disebut dengan istilah "Chauvinisme". Istilah tersebut pernah dianut di Jerman
(pada masa Adolf Hitler), Jepang (pada masa Tenno Haika), Italia (pada masa Bennito Mussolini).

Contoh bentuk nasionalisme:


Nasionalisme kewarganegaraan merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat kebenaran politik dari
penyertaan (partisipasi) aktif rakyatnya

Nasionalisme agama adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan
agama. Misalnya, di India Nasionalisme bersumber seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari
agama Hindu. sedang di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik.
Nasionalisme etnis merupakan sejenis nasionalisme dmana negara mendapat kebenaran politik dari etnis atau
budaya asal sebuah masyarakat.

Nasionalisme kenegaraan adalah variasi nasionalisme kewarganegaraan, yang selalu digabungkan dengan
nasionalisme etnis.

Nasionalisme Budaya merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat kebenaran politik dari budaya
bersama dan tdak bersifat turun tmurun seperti ras, bahasa atau warna kulit.

Nasionalisme romantik (biasah disebut nasionalisme identitas atau nasionalisme organik) merupakan nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah yang merupakan ekspresi dari sebuah ras
atau bangsa.

Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme dalam Kehidupan Berbangsa


Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan kehidupan yang cakupannya
meliputi negara dan bangsa. Bentuk paling menonjol dari penerapan nilai-nilai tersebut adalah berani berkorban
untuk memajukan masyarakat, bangsa maupun negara.

Agar dapat menerapkan nilai patriotisme dan nasionalisme, seseorang harus mengutamakan kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi. Melihat begitu pentingnya patriotisme dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, tidak mengherankan jika kedua hal tersebut perlu ditanamkan pada seluruh komponen bangsa.

Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan nasionalisme kepada semua
elemen Bangsa (Indonesia):

 Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif dalam


pelaksanaan pembangunan.
 Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka menumbuhkan sikap mental
kesetiakawanan sosial, tepa selira, tenggang rasa, dan rasa tanggung jawab.

 Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara yang memiliki tanggung jawab.

Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat dilakukan dengan cara Pewarisan
dan Keteladanan.

Cara Pewarisan
Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan jiwa
patriotisme dan nasionalisme pada generasi muda. Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan tokoh-tokoh
pahlawan, mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan bangsa.

Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan nasionalisme dan patriotisme
sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap tersebut perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan di
berbagai lingkungan, baik di sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan keluarga:

 mendengarkan nasihat orang tua.


 membantu orang tua.

 menghormati dan menghargai orang tua.

 menjaga nama baik keluarga.

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan sekolah:


 menghormati guru;
 mengikuti upacara bendera dengan baik;

 menjaga keamanan lingkungan kelas.

 melaksanakan tata tertib sekolah;

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan masyarakat, berbangsa, dan bernegara:

 menghargai lagu kebangsaan;


 bangga memiliki kebudayaan nasional;

 menghormati bendera kenegaraan;

 mencintai produksi dalam negeri;

 berani membela kebenaran dan keadilan.

 menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah;

 menghormati jasa para pahlawan;

Cara Keteladanan
Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup yang mencerminkan patriotisme
dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di berbagai aspek lingkungan, seperti masyarakat, sekolah dan
keluarga.

Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak yang lebih tua. Contoh
keteladanan di lingkungan keluarga:

 seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan keagamaan.

Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak Kelas), guru maupun kepala
sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.

 Turut serta secara aktif pada gerakan pramuka.

Keteladanan di lingkungan masyarakat biasanya diberikan oleh tokoh masyarakat. Contoh keteladanan di
lingkungan masyarakat.

 Turut serta secara aktif pada gerakan Karang Taruna.

Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI (Lengkap)

Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI - Sebagai seorang warga negara yang cintai terhadap tanah air, semestinya
kita wajib mengetahui mengenai NKRI walaupun hanya secara sederhana (ringkas) saja. Artikel dibawah ini akan
menambah pengetahuan serta wawasan sobat mengenai Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia). di dunia ini ada banyak bentuk kenegaraan antara lain: negara dominion, negara serikat, negara
uni, negara protektorat, serta trust dan mandat. Sedangkan bentuk negara yang dipakai oleh Indonesia ialah negara
kesatuan dengan bentuk republik. bentuk tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1.
Pengertian NKRI
Berdasarkan latar belakang terbentuknya Indonesia, bisa disimpulkan bahwa NKRI merupakan suatu bentuk
negara yang terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar dengan bermacam adat, suku, keyakinan serta budaya yang
memiliki tujuan dasar menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Sedang Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menutut UUD 1945 Pasal 1 (1) berbunyi sebagai berikut:
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Ketentuan ini dijelaskan dalam pasal 18 UUD
1945 ayat (1) yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kota dan kabupaten, yang tiap-tiap kota, kabupaten dan provinsi itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

Secara umum fungsi dan Tujuan negara ialah:

Fungsi negara
 Menegakkan keadilan melaui lembaga-lembaga peradilan yang sesuai dengan undang-undang.
 Mengusahakan kemakmuran, kesejahteraan, serta keadilan bagi rakyatnya.

 Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah hal-hal buruk dalam masyarakat.
Dalam kasus ini negara berperan sebagai stabilisator, yakni pihak yang menstabilkan keadaan di
masyarakat.

 Mempertahankan tegaknya kedaulatan negara serta mengantisipasi kemungkinan adanya serangan yang
dapat mengancam kelangsungan hidup negara.

Tujuan negara:
 Untuk mencapai kesejahteraan umum
 Untuk melaksanakan ketertiban umum

 Untuk memperluas kekuasaan.

Tujuan negara menurut Ahli:


Tujuan Negara Menurut ajaran Plato

- Tujuan Negara Yaitu mewujudkan kesusilaan manusia sebagai makhluk sosial dan individu.

Tujuan Negara Menurut Rousseau

- Tujuan negara ialah menciptakan persamaan dan kebebasan bagi warga negaranya.

Tujuan Negara Menurut Roger H. Soltau

- Tujuan Negara Yaitu memungkinkan rakyatnya berkembang dan mengembangkan daya ciptanya
sebebas mungkin.

Tujuan Negara Menurut Shan Yang dan Machiavelli

- Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan sehingga rakyat wajib mau berkorban untuk
kejayaan negara.

Tujuan Negara Menurut Harold J. Laski

- Negara memiliki tujuan untuk menciptakan keadaan yang baik agar rakyatnya bisa mencapai
keinginan secara maksimal.
Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Hukum

- Tujuan Negara ialah menyelenggarakan ketertiban hukum yang berlaku di negara tersebut.

Tujuan Negara Menurut ajaran Teokratis

- Tujuan Negara yaitu mencapai hidup yang tenteram dan aman dengan taat kepada Tuhan YME.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Polis

- Tujuan Negara yaitu mengatur ketertiban serta keamanan di dalam negara.

Tujuan Negara Menurut Agustinus dan Thomas Aquinas

- Tujuan Negara ialah mencapai kehidupan dan penghidupan yang aman dan tentram dengan taat
dan dibawah pimpinan Tuhan YME.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Kesejahteraan

- Tujuan Negara ialah mewujudkan kesejahteraan umum.

Tujuan NKRI
Tujuan nasional Negara Indonesia sesuai dengan yang tertulis di pembukaan UUD 1945, yaitu:

 Memajukan kesejahteraan umum.


 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

 Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Fungsi NKRI
Berdasarkan tujuan nasional Negara Indonesia, maka fungsi NKRI dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Fungsi membentuk kelembagaan Negara


 Fungsi membuat UUD

 Fungsi menentukan anggaran pendapatan dan belanja negara

 Fungsi membuat undang-undang dan peraturan-peraturan umum

 Fungsi pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara

 Fungsi pertimbangan

 Fungsi pemerintahan menyelenggarakan kemakmuran

 Fungsi kehakiman

 Fungsi perencanaan (kegiatan pembangunan Negara).

Tugas,Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia

Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia - Lembaga Negara Indonesia
adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah.
Lembaga negara di tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, DPR, MPR, DPD, MA, MK,
BPK, dan KY;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden;

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti KPK, Kejaksaan Agung, PPATK, KPU, Bank Indonesia,
KPI, Ombudsman dll;

Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi alat untuk menjalankan
pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan cerminan sebuah negara. Dalam menjalankan pemerintahan,
Lembaga pemerintahan tersebut mempunyai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban.
Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia
akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara yang baik, alangkah baiknya jika kita mengenal Tugas, Wewenang,
Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan
memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di
Indonesia. Antara Lain:

Presiden
Tugas Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD


 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.

 menjalankan pemerintahannya sesuai dengan UUD dan UU.

 memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan kejaksaan telah patuh kepada UUD
dan UU yang berlaku.

 Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

 Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan terhadap RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.

 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang memaksa)

 Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA (Mahkamah Agung)

 Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

 Menyatakan perang serta membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain sesuai dengan
persetujuan DPR

 Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR

 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU

 Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh DPR dan memperhatikan
pertimbangan DPD.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR

 Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, Mahkamah Agung dan DPR

 Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan sudah disetujui DPR

Kewenangan dan Kekuasaan Presiden :

 Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.

 Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.

 Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA (Mahkamah Agung).

 Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.

 Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

 Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan AL / Angkatan Laut.

 Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang-Undang

 Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak atau mempengaruhi beban keuangan
negara.

 Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU.

Tanggungjawab Presiden :

 Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan, dengan memperhatikan
konstitusi maupun landasan ideology pancasila.
 Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk memberi kepastian kepada masyarakat, bahwa
pemerintahannya tunduk dibawah konstitusi UUD 1945 ( Hasil Amandemen ).

Fungsi presiden sebagai kepala Negara :


 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut.
 Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya ditetapkan dengan UU.

 Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau mengharuskan perubahan atau pembentukan UU
harus dengan persetujuan DPR.

 Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan pertimbangan DPR.

 Memberi rehabilitasi dan grasi dengan memperhatikan pertimbangan MA.

 Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Hukum.
 Dalam hal lkhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti UU.

 Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR.

 Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama DPR untuk menjadi UU.

 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.

 Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dengan Undang-Undang.

 Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

 Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.

 Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan
DPD.

 Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR
untuk menjadi Hakim Agung.

 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

Hak dan Kewaiban Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD ( Pasal 4 ayat 1 )


 Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri ( pasal 17 ayat 2 )

 Menetapkan peraturan pemerintahan ( Pasal 5 ayat 2 )

 Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR ( pasal 11 ayat 2 )

 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU ( Pasal 10 )

 Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA ( Pasal 14 ayat 1 )

 Menyatakan keadaan bahaya ( Pasal 12 ) Mengangkat duta dan konsul ( Pasal 13 ayat 1 ).

 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 2 )

 Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 3 )

 Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa ( Pasal 9 ayat 1 )

 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 14 ayat 2 )

 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan persetujuan DPR
( Pasal 11 ayat 1 )

 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU ( pasal 15 )

 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
presiden ( Pasal 16 )
 Berhak mengajukan RUU kepada DPR ( Pasal 5 ayat 1 )

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Tugas dan wewenang MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat :

 Melantik presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR


 Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis masajabatanya.

 Mengubah dan menetapkan UUD

 Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil
Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan untuk menyampaikan penjelasan dalam
Sidang Paripurna Majelis;

 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;

 Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;

 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan p-residen dan wakilnya dalam
masa jabatanya dan wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan alasannya didalam siding

Fungsi Anggota MPR RI :


 Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam menjalankan tugasnya.
 Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan adil.

Hak-hak Anggota MPR RI :

 menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan


 mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

 memilih dan dipilih

 Protokoler

 imunitas

 membela diri

 keuangan dan administratif.

Kewajiban Anggota MPR RI :

 melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan
perundang-undangan
 memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

 mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

 melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.


 mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Tugas dan Wewenang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) :

 Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pernerintah Pengganti
Undang-Undang
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama

 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-
undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama

 Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.

 Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR
maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I

 Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan
dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal
pembicaraan tingkat I

 Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Rancangan Undang-Undà ng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal
pembicaraan tingkat I

 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD

 Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat

 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD

 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang
disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

Hak-Hak Anggota DPR RI :

 Mengajukan rancangan undang-undang


 Menyampaikan usul dan pendapat

 Memilih dan dipilih

 Mengajukan pertanyaan

 Membela diri

 Protokoler
 Imunitas

 Keuangan dan administrative

Kewajiban Anggota DPR RI :

 Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati segala
peraturan perundang-undangan
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah

 Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia

 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan

 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya

 Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR

Fungsi Anggota DPR RI :


 Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan untuk membentuk
undang-undang.
 Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang serta APBN.

 Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan
persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Tugas DPD (Dewan Perwakilan Daerah):

 Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
 dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau
DPR.

 memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

 menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,


pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan
agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas

Wewenang Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) :


 Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.
 Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

 Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait dengan pajak, pendidikan dan
agama.

 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah serta menyampaikan hasil pengawasan
kepada DPR.

 Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.

 Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

Hak-Hak Anggota DPD RI :


 Menyampaikan usul dan pendapat
 Memilih dan dipilih

 Membela diri

 Protokoler

 Imunitas

 Keuangan dan Administratif

Kewajiban Anggota DPD RI :


 Mengamalkan Pancasila
 Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dam menaati segala
peraturan perundang-undangan

 Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya

 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan

 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah


 Menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD

 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya

Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

 menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.


 mengusulkan pengangkatan hakim agung;

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas
persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial adalah 5 tahun.

Tugas Komisi Yudisial ( KY ) :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung


 Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan persetujuan dan selanjut nya ditetapkan
sebagai hakim agung oleh presiden

 Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku hakim.

 Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR

 Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung

 Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung

 Menetapkan calon Hakim Agung

Wewenang Komisi Yudisial ( KY ) :

 Memutuskan pengangkatan hakim agung


 Mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkan kehormatan,keluhuran,martabat serta perilaku
hukum.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Tugas Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :

 Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR
 Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan sesuai yang telah disetujui DPR.

 Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara

 Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN

 Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR

 Memeriksa semua pelaksanaan APBN

 Pelaksanaan pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU

Wewenang Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :


 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang dan atau unit organisasi
yang mengelola keuangan negara.
 Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan pemerintah atau badan swasta
sepanjang tidak bertentangan terhadap undang – undang.

 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik pemeriksaan

 Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian Negara

 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan
metode pemeriksaan serta menyajikan laporan pemeriksaan.

Mahkamah Konstitusi (MK)


Tugas Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai digaan pelanggaran oleh
Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945.
 memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945

 memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.

 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final

 untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Ungang Dasar,

Wewenang Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945
 Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu

 Memutus pembubaran partai politik

 Memutus sengketa kewenangan antara lembaga-lembaga Negara, yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945

Kewajiban Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga:
1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa

a) penyuapan

b) korupsi

c) penghianatan terhadap negara

d) atau tindak pidana lainnya

2. atau perbuatan tercela, dan/atau


3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hak Mahkamah Konstitusi ( MK ) :
 Kesatuan masyarakat hukum adat (untuk pengujian UU)
 Perorangan warga negara Indonesia (untuk pengujian UU)

 Pemerintah (untuk pembubaran partai politik)

 Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, maupun pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden (untuk perselisihan hasil pemilu)

 Badan hukum publik atau privat (untuk pengujian UU)

 Lembaga negara (untuk pengujian UU dan sengketa antar lembaga)

Fungsi Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.
 untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari koridor konstitusi sehingga hak-hak
konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu sendiri terkawal konstitusionalitasnya Untuk menguji apakah
suatu undang-undang bertentangan atau tidak dengan konstitusi.

 pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam ketatanegaraan Indonesia
sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem bukan lagi supremasi parlemen melainkan supremasi
konstitusi.

Mahkamah Agung (MA)


Fungsi Anggota Mahkamah Agung ( MA ) :

Fungsi Peradilan

 Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA ialah pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi & peninjauan kembali guna menjaga agar semua hukum
dan undang-undang diseluruh wilayah Indonesia diterapkan secara tepat, adil dan benar.
 Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji dan menilai secara
materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan perlu ditinjau
dari isinya (materinya) dan bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-
undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

 Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir.

Fungsi Mengatur

 Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-
undang No.14 Tahun 1985)
 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi
hukum acara yang sudah diatur Undang-undang

Fungsi Pengawasan
 Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan
peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar serta berpedoman pada azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya rendah, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-
undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
 Mahkamah Agung melakukan pengawasan, kepada penegak pengadilan serta tingkah laku para Hakim dan
para pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok
kekuasaan, Kehakiman, yaitu dalam hal Memeriksa, menerima, mengadili, dan menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya dan menerima keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan serta memberi teguran, peringatan serta petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi
Kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

Fungsi Administratif
 Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha
Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,
administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan,
walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan
Mahkamah Agung.
 Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

Fungsi Nasehat
 Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan disemua
lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung).
 Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian
atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).

 Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).

 Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala
Negara.

Fungsi Lain-lain
 Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung juga diserahi tugas serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.

Kekuasaan Mahkamah Agung ( MA ) :


1. memeriksa dan memutus

a) permohonan kasasi;

b) sengketa tentang kewenangan mengadili;

c) permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2. memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak, kepada Lembaga Tinggi
Negara.
3. menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang.

4. memberikan nasehat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara untuk pemberian atau penolakan grasi.
5. melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Hak Mahkamah Agung (MA) :


 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
 memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

 mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi

Sistem Pemerintahan Indonesia (Lengkap Sejarah dan Penjelasan)

Sistem Pemerintahan Indonesia - Sistem Tata Negara / Sistem Pemerintahan memiliki tujuan untuk menjaga
kestabilan suatu negara. Di dunia ini terdapat beberapa macam sistem pemerintahan yang masing-masing
mempunyai kelebihan, kekurangan, karakteristik, serta perbedaan masing-masing. Sehingga diterapkan sesuai
dengan kondisi masing-masing negara, sistem ini dapat dibedakan menjadi :

 Parlementer
 Presidensial

 Semipresidensial

 Komunis

 Liberal

 Demokrasi liberal

Sistem pemerintahan merupakan cara pemerintah dalam mengatur segala yang berhubungan dengan pemerintahan.
Secara luas sistem pemerintahan bisa diartikan sebagai sistem yang menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum minoritas dan mayoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, ekonomi,
pertahanan, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.

Secara sempit, Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan
guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal
dari masyarakat.

Sehingga Sistem Pemerintahan bisa diartikan sebagai sebuah tatanan utuh yang terdiri dari bermacam macam
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan serta memengaruhi dalam mencapaian fungsi
dan tujuan pemerintahan. Sistem ini bermanfaat untuk menjaga kestabilan pemerintahan, pertahanan,
ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen


Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta
hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian
kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya
(distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Presiden, Mahkamah Agung
(MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam
Penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan negara indonesia, sebagai berikut:

 Sistem Konstitusional.
 Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).

 Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).

 Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

 Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat)

 Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat).

Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut
sistem pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan Presidensial ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru.

Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan yang sangat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan persetujuan maupun pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat. Karena tidak adanya pengawasan dan
persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung mudah disalahgunakan. Mekipun adanya
kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang solid dan kompak serta
Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem
pemerintahan di Indonesia pada masa itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan
bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkan.

Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik
(demokratis). Untuk itu, harus disusun pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi (Pemerintah konstitusional).
Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara itu berisi :

 Jaminan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.


 Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif.

Sistem pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada UUD 1945. Latar belakang tuntutan
perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu
"luwes" (yang dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, HAM,
kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, eksistensi negara hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain yang
sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensil.

Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of
power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Mahkamah Agung (MA), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Mahkamah Konstitusi (MK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen

Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002, sistem
pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya
transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini diharapkan berjalan mulai tahun
2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:

 Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.


 Bentuk negara kesatuan yang memiliki prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi menjadi
beberapa provinsi.

 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.

 Presiden merupakan kepala negara yang sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.

 Parlemen terdiri dari dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Para anggota DPR dan DPD merupakan anggota MPR. DPR mempunyai kekuasaan
legislatif serta kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.

 Kabinet / menteri diangkat oleh presiden serta bertanggung jawab langsung kepada presiden.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil elemen-elemen dari sistem pemerintahan parlementer dan melakukan
pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan yang ada pada sistem presidensial. Beberapa variasi sistem
pemerintahan presidensial di Indonesia ialah sebagai berikut :
 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
 Parlemen mendapat kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak anggaran
(budget)
 Presiden sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki
kekuasaan mengawasi presiden meskipun tidak secara langsung.

 Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu persetujuan dan pertimbangan DPR.

Sistem Pemerintahan Indonesia Saat Ini (Setelah Diamandemen)


Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat".

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik".

Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya ialah
Republik. Selain bentuk pemerintahan republik dan bentuk negara kesatuan, Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4
Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang
Dasar". Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Namun dalam
praktiknya banyak elemen elemen dari sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan
di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia ialah
sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan presidensial (mayoritas)
dengan sistem pemerintahan parlementer (minoritas). Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami
beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya :

 Tahun 1945-1949, Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan Presidensial


 Tahun 1949-1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer yang semu

 Tahun 1950-1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan demokrasi liberal

 Tahun 1959-1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial secara demokrasi terpimpin.

 Tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial

Terdapat perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal tersebut diperuntukan dalam memperbaiki
sistem presidensial yang lama. Perubahan baru ini antara lain adanya pemilihan secara langsung, mekanisme check
and balance, sistem bikameral dan pemberian kekuasaan yang lebih besar pada parlemen untuk melakukan
pengawasan serta fungsi anggaran.

Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian (Lengkap Penjelasan)

Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian - Terdapat dua macam Lembaga pemerintahan negara
di bawah pimpinan Presiden, yaitu lembaga Kementerian yang dipimpin oleh seorang Menteri dan Non Kementerian
yang dipimpin oleh ketua atau kepala.

Lembaga Pemerintahan Kementrian


Kementrian merupakan lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Kementerian berkedudukan di Jakarta (ibukota negara) dan bertanggung jawab langsung kepada presiden serta
berada dibawah presiden.

Landasan hukum Kementerian di indonesia adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:

 Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.


 Menteri-menteri negara diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.

 Setiap menteri membidangi urusan tertentu pada pemerintahan.

 Pembentukan, pengubahan, serta pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.

Selain itu Lembaga Pemerintahan kementerian juga diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara serta Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Berikut Nama Lembaga Kementerian di Indonesia (Masa pemerintahan Joko Widodo - Muhammad Jusuf Kalla)
beserta tugasnya:

Kementerian koordinator yang memiliki tugas sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian-kementerian
yang berada dalam kewenangannya, adalah sebagai berikut :

 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra)


 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian)

 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam)

Kementerian yang memiliki tugas menangani urusan pemerintahan dengan nomenklatur kementeriannya
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), adalah sebagai berikut :

 Kementerian Pertahanan (Kemenhan)


 Kementerian Luar Negeri (Kemlu)

 Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)

Kementerian yang mempunyai tanggung jawab urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), adalah sebagai berikut :

 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)


 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM)

 Kementerian Agama (Kemenag)

 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)

 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)

 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)

 Kementerian Kehutanan (Kemenhut)

 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

 Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

 Kementerian Keuangan (Kemenkeu)

 Kementerian Perdagangan (Kemendag)

 Kementerian Perhubungan (Kemenhub)

 Kementerian Perindustrian (Kemenperin)


 Kementerian Pekerjaan Umum (Kemenpu)

 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdiknas)

 Kementerian Sosial (Kemensos)

 Kementerian Pertanian (Kementan)

Kementerian yang bertugas mengurusi urusan pemerintahan sebagai bentuk penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah, adalah sebagai berikut :

 Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg)


 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemenegpdt)

 Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora)

 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP & PA)

 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB)

 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN)

 Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM)

 Kementerian Lingkungan Hidup (Menlh)

 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)

 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kemen BUMN)

Kementerian yang dibubarkan, adalah sebagai berikut :


 Kementerian Penerangan, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial) dan dibubarkan
pada Kabinet Persatuan Nasional hingga sekarang.
 Kementerian Sosial, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial), sempat dibubarkan
pada Kabinet Persatuan Nasional, dan dibentuk kembali pada Kabinet Gotong Royong hingga sekarang.

 Kementerian Kemakmuran, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial) dan dibubarkan
pada Kabinet Natsir hingga sekarang.

Kementerian yang dipisahkan/digabungkan, adalah sebagai berikut :


 Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum pada Kabinet Kerja (2014) digabung
menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Kementerian Perdagangan serta Kementerian Perindustrian saat ini, sempat digabungkan menjadi
"Departemen Perindustrian dan Perdagangan" pada pertengahan perjalanan Kabinet Pembangunan VI, yang
kemudian dipisahkan kembali pada Kabinet Indonesia Bersatu hingga sekarang.

Lembaga Pemerintah Non Kementerian


Lembaga Pemerintah Nonkementerian disingkat (LPNK), dulu bernama Lembaga Pemerintah Nondepartemen
(LPND), LPNK merupakan lembaga negara yang dibentuk guna menjalankan tugas pemerintahan tertentu dari
presiden. Kepala LPNK berada di bawah serta bertanggung jawab secara langsung kepada presiden melalui menteri
atau pejabat setingkat menteri yang mengoordinasikan nya.
LPNK sendiri merupakan lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang tertentu yang tidak dilaksanakan oleh kementerian / instansi, bersifat strategis, nasional, lintas instansi /
kementerian, lintas sektor dan lintas wilayah. Selain itu, LPNK juga menunjang tugas yang dilakukan oleh Menteri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Susunan Organisasi dan Tata Lembaga Pemerintahan Non Kementerian terdiri sebagai berikut :

Kepala

Sekretariat utama

Deputi

Inspektorat utama

Berikut Nama-Nama Lembaga Non Kementerian di Indonesia:

 Lembaga Administrasi Negara


 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

 Lembaga Ketahanan Nasional

 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

 Lembaga Sandi Negara

 Badan Intelijen Negara

 Badan Kepagawaian Negara

 Badan Pengawas Tenaga Nuklir

 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

 Badan Koordinasi Pananaman Modal

 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional

 Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

 Badan Pertanahan Nasional

 Badan Pengawasan Obat dan Makanan

 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

 Badan Nasional Penanggulangan Bencana

 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

 Badan Pusat Statistik


 Badan SAR Nasional

 Badan Narkotika Nasional

 Badan Standardisasi Nasional

 Badan Tenaga Nuklir Nasional

 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

 Arsip Nasional Republik Indonesia

 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia

Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia - Lembaga Negara Indonesia
adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah.
Lembaga negara di tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, DPR, MPR, DPD, MA, MK,
BPK, dan KY;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden;

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti KPK, Kejaksaan Agung, PPATK, KPU, Bank Indonesia,
KPI, Ombudsman dll;

Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi alat untuk menjalankan
pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan cerminan sebuah negara. Dalam menjalankan pemerintahan,
Lembaga pemerintahan tersebut mempunyai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban.

Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia
akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara yang baik, alangkah baiknya jika kita mengenal Tugas, Wewenang,
Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan
memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di
Indonesia. Antara Lain:

Presiden
Tugas Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD


 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.

 menjalankan pemerintahannya sesuai dengan UUD dan UU.

 memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan kejaksaan telah patuh kepada UUD
dan UU yang berlaku.

 Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

 Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan terhadap RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang memaksa)

 Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA (Mahkamah Agung)

 Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

 Menyatakan perang serta membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain sesuai dengan
persetujuan DPR

 Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR

 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU

 Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh DPR dan memperhatikan
pertimbangan DPD.

 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR

 Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, Mahkamah Agung dan DPR

 Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan sudah disetujui DPR

Kewenangan dan Kekuasaan Presiden :

 Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.

 Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.

 Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA (Mahkamah Agung).

 Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.

 Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

 Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan AL / Angkatan Laut.

 Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang-Undang

 Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak atau mempengaruhi beban keuangan
negara.

 Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU.

Tanggungjawab Presiden :

 Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan, dengan memperhatikan
konstitusi maupun landasan ideology pancasila.
 Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk memberi kepastian kepada masyarakat, bahwa
pemerintahannya tunduk dibawah konstitusi UUD 1945 ( Hasil Amandemen ).

Fungsi presiden sebagai kepala Negara :


 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut.
 Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya ditetapkan dengan UU.

 Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau mengharuskan perubahan atau pembentukan UU
harus dengan persetujuan DPR.

 Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan pertimbangan DPR.

 Memberi rehabilitasi dan grasi dengan memperhatikan pertimbangan MA.

 Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

 Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Hukum.

 Dalam hal lkhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti UU.

 Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR.

 Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama DPR untuk menjadi UU.

 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.

 Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dengan Undang-Undang.

 Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

 Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.

 Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan
DPD.

 Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR
untuk menjadi Hakim Agung.

 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

Hak dan Kewaiban Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD ( Pasal 4 ayat 1 )


 Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri ( pasal 17 ayat 2 )

 Menetapkan peraturan pemerintahan ( Pasal 5 ayat 2 )

 Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR ( pasal 11 ayat 2 )

 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU ( Pasal 10 )


 Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA ( Pasal 14 ayat 1 )

 Menyatakan keadaan bahaya ( Pasal 12 ) Mengangkat duta dan konsul ( Pasal 13 ayat 1 ).

 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 2 )

 Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 3 )

 Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa ( Pasal 9 ayat 1 )

 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 14 ayat 2 )

 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan persetujuan DPR
( Pasal 11 ayat 1 )

 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU ( pasal 15 )

 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
presiden ( Pasal 16 )

 Berhak mengajukan RUU kepada DPR ( Pasal 5 ayat 1 )

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Tugas dan wewenang MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat :

 Melantik presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR


 Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis masajabatanya.

 Mengubah dan menetapkan UUD

 Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil
Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan untuk menyampaikan penjelasan dalam
Sidang Paripurna Majelis;

 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;

 Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;

 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan p-residen dan wakilnya dalam
masa jabatanya dan wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan alasannya didalam siding

Fungsi Anggota MPR RI :


 Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam menjalankan tugasnya.
 Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan adil.

Hak-hak Anggota MPR RI :


 menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
 mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 memilih dan dipilih

 Protokoler

 imunitas

 membela diri

 keuangan dan administratif.

Kewajiban Anggota MPR RI :


 melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan
perundang-undangan
 memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

 mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

 melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.

 mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Tugas dan Wewenang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) :

 Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pernerintah Pengganti
Undang-Undang
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama

 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-
undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama

 Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.

 Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR
maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I

 Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan
dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal
pembicaraan tingkat I

 Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Rancangan Undang-Undà ng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal
pembicaraan tingkat I

 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD

 Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat

 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD


 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang
disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

Hak-Hak Anggota DPR RI :


 Mengajukan rancangan undang-undang
 Menyampaikan usul dan pendapat

 Memilih dan dipilih

 Mengajukan pertanyaan

 Membela diri

 Protokoler

 Imunitas

 Keuangan dan administrative

Kewajiban Anggota DPR RI :


 Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati segala
peraturan perundang-undangan
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah

 Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia

 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan

 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya

 Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR

Fungsi Anggota DPR RI :


 Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan untuk membentuk
undang-undang.
 Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang serta APBN.

 Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan
persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Tugas DPD (Dewan Perwakilan Daerah):
 Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
 dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau
DPR.

 memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

 menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,


pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan
agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas

Wewenang Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) :


 Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.
 Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

 Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait dengan pajak, pendidikan dan
agama.

 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah serta menyampaikan hasil pengawasan
kepada DPR.

 Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.

 Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

Hak-Hak Anggota DPD RI :


 Menyampaikan usul dan pendapat
 Memilih dan dipilih

 Membela diri

 Protokoler

 Imunitas

 Keuangan dan Administratif

Kewajiban Anggota DPD RI :


 Mengamalkan Pancasila
 Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dam menaati segala
peraturan perundang-undangan

 Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya

 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan

 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah

 Menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD

 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya

Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

 menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.


 mengusulkan pengangkatan hakim agung;

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas
persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial adalah 5 tahun.

Tugas Komisi Yudisial ( KY ) :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung


 Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan persetujuan dan selanjut nya ditetapkan
sebagai hakim agung oleh presiden

 Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku hakim.

 Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR

 Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung

 Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung

 Menetapkan calon Hakim Agung

Wewenang Komisi Yudisial ( KY ) :

 Memutuskan pengangkatan hakim agung


 Mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkan kehormatan,keluhuran,martabat serta perilaku
hukum.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Tugas Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :
 Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR
 Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan sesuai yang telah disetujui DPR.

 Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara

 Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN

 Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR

 Memeriksa semua pelaksanaan APBN

 Pelaksanaan pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU

Wewenang Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :


 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang dan atau unit organisasi
yang mengelola keuangan negara.
 Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan pemerintah atau badan swasta
sepanjang tidak bertentangan terhadap undang – undang.

 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik pemeriksaan

 Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian Negara

 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan
metode pemeriksaan serta menyajikan laporan pemeriksaan.

Mahkamah Konstitusi (MK)


Tugas Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai digaan pelanggaran oleh
Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945.
 memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945

 memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.

 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final

 untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Ungang Dasar,

Wewenang Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945
 Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu

 Memutus pembubaran partai politik

 Memutus sengketa kewenangan antara lembaga-lembaga Negara, yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945

Kewajiban Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga:
1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa
a. Penyuapan

b. Korupsi
c. penghianatan terhadap negara

d. atau tindak pidana lainnya

2. atau perbuatan tercela, dan/atau

3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 Kesatuan masyarakat hukum adat (untuk pengujian UU)
 Perorangan warga negara Indonesia (untuk pengujian UU)

 Pemerintah (untuk pembubaran partai politik)

 Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, maupun pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden (untuk perselisihan hasil pemilu)

 Badan hukum publik atau privat (untuk pengujian UU)

 Lembaga negara (untuk pengujian UU dan sengketa antar lembaga)

Fungsi Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.
 untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari koridor konstitusi sehingga hak-hak
konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu sendiri terkawal konstitusionalitasnya Untuk menguji apakah
suatu undang-undang bertentangan atau tidak dengan konstitusi.

 pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam ketatanegaraan Indonesia
sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem bukan lagi supremasi parlemen melainkan supremasi
konstitusi.

Mahkamah Agung (MA)


Fungsi Anggota Mahkamah Agung ( MA ) :

Fungsi Peradilan

 Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA ialah pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi & peninjauan kembali guna menjaga agar semua hukum
dan undang-undang diseluruh wilayah Indonesia diterapkan secara tepat, adil dan benar.
 Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji dan menilai secara
materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan perlu ditinjau
dari isinya (materinya) dan bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-
undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

 Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir.

Fungsi Mengatur
 Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-
undang No.14 Tahun 1985)
 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi
hukum acara yang sudah diatur Undang-undang

Fungsi Pengawasan
 Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan
peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar serta berpedoman pada azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya rendah, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-
undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
 Mahkamah Agung melakukan pengawasan, kepada penegak pengadilan serta tingkah laku para Hakim dan
para pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok
kekuasaan, Kehakiman, yaitu dalam hal Memeriksa, menerima, mengadili, dan menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya dan menerima keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan serta memberi teguran, peringatan serta petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi
Kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

Fungsi Administratif
 Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha
Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,
administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan,
walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan
Mahkamah Agung.
 Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

Fungsi Nasehat
 Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan disemua
lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung).
 Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian
atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).

 Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).

 Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala
Negara.

Fungsi Lain-lain

 Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung juga diserahi tugas serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.

Kekuasaan Mahkamah Agung ( MA ) :


1. memeriksa dan memutus

a. permohonan kasasi;

b. sengketa tentang kewenangan mengadili;


c. permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.

4. memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak, kepada Lembaga Tinggi
Negara.

5. menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang.

6. memberikan nasehat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara untuk pemberian atau penolakan grasi.

7. melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Hak Mahkamah Agung (MA) :


 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
 memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

 mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi

Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Serta Fungsi dan kekuasaanya

Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Serta Fungsi dan kekuasaanya - Indonesia merupakan sebuah negara yang
terdiri dari beberapa lembaga kenegaraan sesuai dengan fungsionlitasnya masing-masing. Dalam melaksanakan roda
pemerintahan, Indonesia dijalankan oleh sejumlah lembaga penting, salah satunya adalah Mahkamah Konstitusi
(MK).

Dalam struktur kepemerintahan Indonesia kita mengenal yang namanya Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Kesemuanya merupakan unsur-unsur struktural terpenting dalam pemerintahan Indonesia. Mungkin masih ada
masyarakat yang sebenarnya belum sepenuhnya memahami Pengertian dan Fungsi Eksekutif, Pengertian dan
Fungsi Yudikatif serta Pengertian dan Fungsi Legislatif.

Bagi Kalian yang belum begitu paham, melalui artikel ini kita akan mencoba menjelaskan kepada Anda fungsi
lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Berikut penjelasan ringkas yang akan kita paparkan melalui kolom
artikel ini terkait pengertian serta peran Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Pengertian Eksekutif
Eksekutif merupakan salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan bertanggungjawab untuk
menerapkan hukum. Figur paling senior dalam sebuah cabang eksekutif disebut kepala pemerintahan. Eksekutif
dapat merujuk kepada administrasi, dalam sistem presidensiil (Seperti di Indonesia), atau sebagai pemerintah, dalam
sistem parlementer.

Di Indonesia Yang masuk dalam lingkaran eksekutif adalah presiden, wakil presiden serta jajaran kabinet dalam
pemerintahan. Jajaran kabinet dalam sebuah pemerintahan dalam hal ini pemerintahan Republik Indonesia adalah
para menteri yang telah ditunjuk dan dilantik secara resmi oleh presiden.

Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang atau disebut dengan rule application
function.

Pengertian Legislatif
Legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum. Legislatif dikenal dengan
beberapa nama, yaitu parlemen, DPR (indonesia), kongres, dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif
adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif. Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama dan bebas dari eksekutif.
Di Indonesia Legislatif adalah sebuah lembaga kenegaraan di Indonesia yang dalam hal ini memiliki tugas untuk
membuat atau menciptakan produk undang-udang. Lembaga yang disebut sebagai lembaga legislator adalah DPR.

Kekuasaan Legeslatif
Kekuasaan legelatif adalah kekuasaan membuat undang-undang atau disebut denga rule making function.

Pengertian Yudikatif
Jika legislator adalah DPR, dan eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan para menteri anggota kabinet, maka
yudikatif adalah lembaga yang memiliki tugas untuk mengawal serta memantau jalannya perundang-udangan atau
penegakan hukum di Indonesia, seperti Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran undang-undang atau disebut denga
rule adjudication function.

Fungsi Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif


Dari uraian diatas, tentunya sudah dapat dipahami bahwa Fungsi eksekutif sebagai eksekutor atau pelaksana, Fungsi
legislatif adalah untuk membuat undang-undang sedangkan Fungsi dari yudikatif adalah sebagai lembaga pengawal
serta pemantau jalannya roda pemerintahan dengan menjadikan hukum sebagai acuan.

Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah - Indonesia
merupakan negara kesatuan yang disebut dengan eenheidstaat, yaitu negara merdeka dan berdaulat yang
pemerintahannya diatur oleh pemerintah pusat. Dalam konstitusi Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 4 ayat (1) dikatakan bahwa Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. sehingga dalam pasal ini apabila kita tafsirkan
bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di negara indonesia adalah presiden.

Namun karena luasnya daerah-daerah di negara kita yang terbagi-bagi atas beberapa provinsi, kabupaten serta kota
maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan daerah dengan maksud guna mempermudah kinerja pemerintah
pusat terhadap daerahnya sehingga digunakanlah suatu asas yang dinamakan asas otonomi sesuai dengan yang
diatur dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu
pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini menimbulkan suatu hubungan wewenang antara
pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.

Pengertian Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah


Pemerintahan pusat adalah penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Presiden
dengan dibantu seorang Wakil Presiden dan oleh menteri-menteri negara. Dengan kata lain, pemerintahan pusat
adalah pemerintahan secara nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.

Pemerintahan Daerah, Pengertian Pemerintah Daerah Bedasarkan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah), berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), seperti yang dimaksud pada UUD 1945.
Penyelenggara Pemerintahan Daerah: Walikota, Bupati, Gubernur dan perangkat daerah lainnya (kepala badan,
kepala dinas, dan unit-unit kerja lannya yang dikendalikan oleh Sekretariat Daerah).

Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat struktural dan fungsional
Hubungan Struktural

Hubungan struktural adalah hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang dalam pemerintahan. Pemerintah
pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. pemerintah daerah merupakan
penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan, dalam sistem dan prinsip NKRI. Secara struktural presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
dalam penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. kepala daerah merupakan penyelenggara urusan
pemerintahan di daerah masing masing sesuai dengan prinsip otonomi seluas luasnya.

Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84
Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi kesempatan untuk membentuk lembaga-
lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Untuk lebih jelasnya, hubungan struktural tersebut
dapat kalian lihat pada bagan berikut.

Hubungan Struktural Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat menghubungkan antara pemerintah
pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi dan desentralisasi.

 Sentralisasi merupakan pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat untuk
mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah
dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai pengaturan kewenangan. Di Indonesia
sistem sentralisasi pernah diterapkan pada zaman kemerdekaan sampai orde baru.
 Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya desentralisasi maka muncullah
otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah dalam
keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan.
Pelimpahan wewenang dengan cara Dekonsentrasi dilakukan melalui pendelegasian wewenang kepada perangkat
yang berada di bawah hirarkinya di daerah sedangkan pelimpahan wewenang dengan cara desentralisasi dilakukan
melalui pendelegasian urusan kepada daerah otonom. Terdapat tiga faktor yang menjadi dasar pembagian fungsi,
urusan, tugas, dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah.

 Fungsi yang sifatnya berskala nasional dan berkaitan dengan eksistensi negara sebagai kesatuan politik
diserahkan kepada pemerintah pusat.
 Fungsi yang menyangkut pelayanan masyarakat yang perlu disediakan secara beragam untuk seluruh
daerah dikelola oleh pemerintah pusat.

 Fungsi pelayanan yang bersifat lokal, melibatkan masyarakat luas dan tidak memerlukan tingkat pelayanan
yang standar, dikelola oleh pemerintah daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan
daerah masing-masing.

Hubungan Fungsional

Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing pemerintahan yang saling
mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain. Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah
memiliki hubungan kewenangan yang saling melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak pada visi, misi,
tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini, baik di tingkat lokal maupun nasional adalah
melindungi serta memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangganya sendiri
berdasarkan kondisi dan kemampuan daerahnya.

Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang harus dijalankan oleh pemerintahan
pusat dan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (goog governance). Nah pembagian tugas
dan wewenang baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi atas kriteria akuntabilitas, eksternalitas dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antarsusunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan kriteria di atas terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

 Kriteria ekesternalitas adalah pembagian urusan pemerintahan yang ditentukan berdasarkan dampak akibat
yang ditimbulkan. Dalam arti jika urusan pemerintahan tersebut dalam penyelenggaraannya berdampak
nasional maka itu menjadi urusan Pemerintah, berdampak regional menjadi urusan Provinsi dan lokal
menjadi urusan Kabupaten/Kota.
 Kriteria akuntabilitas adalah penanggung jawab suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan
kedeketannya/yang menerima langsung dampak/akibat yang ditimbulkan. Hal ini untuk menghindari klaim
atas dampak/akibat tersebut, dan ini sejalan dengan semangat demokrasi yaitu pertanggungjawaban
Pemerintah kepada rakyatnya.

 Kriteria efisiensi yakni daya guna dan hasil guna yang diperoleh dalam arti jika urusan pemerintahan
tersebut akan berhasil guna jika ditangani/diurus Pemerintah maka itu menjadi urusan pemerintah,
demikian pula sebaliknya.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten atau kota adalah urusan dalam
skala provinsi. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata
ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kekhasan, kondisi, serta potensi
unggulan pada daerah tersebut.

Pemerintahan daerah saat menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan
dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya menimbulkan
hubungan administrasi dan kewilayahan antarsusunan pemerintahan.
Pembagian Urusan Pemerintahan
Ketika kita membahas urusan pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat, peraturan yang dapat menjadi pegangan
bagi kita ialah Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang yang disahkan
pada akhir masa Pemerintahan Pesiden SBY

Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

 Urusan pemerintahan konkuren


 Urusan pemerintahan absolut

 Urusan pemerintahan umum

Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat dan daerah. Asas yang
digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri atas asas dekonsentrasi, desentraslisasi, serta asas tugas
pembantuan, berikut penjelasannya :

 Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat / bisa juga kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu, / kepada wali kota maupun bupati sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
 Asas desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah, dan domain dari
desentralisasi sangat berkaitan dengan penyerahan kekuasaan dari sebelumnya kekuasaan milik pusat
menjadi milik daerah.

 Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk
menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari
Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kota atau kabupaten untuk menjalankan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

Urusan pemerintahan konkuren. ialah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi dan Daerah kota/kabupaten, urusan yang diserahkan kepada daerah menjadi patokan pelaksana otonomi
daerah. Pembagian tersebut mencangkup berbagai bidang, mulai dari perdagangan, pertanian, perikanan,
pertambangan dan lain sebagainya. Tapi prinsip utama dalam pembagian urusan pemerintahan konkuren adalah
harus didasarkan pada efisiensi, akuntabilitas, eksternalitas serta harus berkepentingan nasional.

Pembagian urusan konkuren kemudian diperjelas dalam tatananan territorial atau wilayah, seperti contohnya dalam
lokasi, pusat berwenang pada lokasi lintasi Negara ataupun lintas daerah provinsi, sedang provinsi berada pada lintas
kabupaten/kota, sedang untuk tingkat kabupaten/kota berada pada area dalam kabupaten atau kota.

Dalam UU no. 23 tahun 2014 pada lampiran matriks pembagian urusan pemerintahan konkuren, jika kita masuk
kedalam bidang dan sub bidang, maka pusat, daerah provinsi dan kabupaten/kota memiliki porsi kewenangannya
sendiri-sendiri. Misal dalam bidang pendidikan, lalu jika dipilih sub bidang, manajemen pendidikan contohnya,
kewenangan pusat saat penetapan standar pendidikan, untuk provinsi berkewenanggan mengelola pedidikan
menengah dan untuk kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar.

Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya, memiliki pola yang sama, ada
porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian, misal dalam pengawasan kehutanan, pusat berwenang penuh
dalam urusan itu, tidak melibatkan daerah.

Urusan pemerintahan absolut merupakan urusan pemerintahan yang menjadi sepenuhnya menjadi kewenangan
pusat. Definisi Pusat jika kita masuk bidang eksekutif adalah Pemerintah Pusat, definisinya sendiri adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri. Cakupan urusan pemerintahan absolut terdiri dari masalah bidang politik luar negeri,
pertanahan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal serta agama.

Meski sepenuhnya berada ditangan pusat, urusan pemerintahan absolut bisa dilimpahkan kepada instansi vertical
yang ada di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi . Instansi vertical sendiri merupakan perangkat kementerian
dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada
daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi, contoh instansi vertical di daerah ialah satuan
kerja perangkat daerah atau SKPD, seperti dinas dan badan daerah.

Urusan pemerintahan umum, merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
Pemerintah. Urusan tersebut meliputi kerukunan antar umatberagama, pengembangan kehidupan demokrasi,
pembinaan ketahanan nasional, koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada diwilayah daerah
provinsi dan kabupaten/kota, penanganan konflik social, persatuan dan kesatuan bangsa, pembinaan kerukunan antar
suku ataupun intrasuku serta pelaksananan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
pemerintahan daerah.

Pelaksaan urusan pemerintahan umum merupakan gubernur dan bupati/walikota di daerahnya masing-masing,
dibantu oleh instansi vertical. Pertanggung jawabannya sendiri, gubernur bertanggung jawab kepada Presiden
melalui menteri dan walikota/bupati bertanggung jawab kepada menteri melalui gubernur. Hal tersebut karena
gubernur diposisikan sebagai wakil pemerintah pusat.

Otonomi Daerah (Lengkap Pengertian, Dasar Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan Manfaat)

Otonomi Daerah - Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem otonomi daerah dalam
pelaksanaan pemerintahannya. Otonomi daerah merupakan bagian dari desentralisasi. Dengan adanya otonomi
daerah, daerah mempunyai hak serta kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri tetapi masih tetap dikontrol oleh
pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-undang.

Pengertian Otonomi Daerah


Secara etimologi (harfiah), otonomi daerah berasal dari 2 kata yaitu "otonom" dan "daerah". Kata otonom dalam
bahasa Yunani berasal dari kata "autos" yang berarti sendiri dan "namos" yang berarti aturan. Sehingga otonom
dapat diartikan sebagai mengatur sendiri atau memerintah sendiri. Sedangkan daerah yaitu kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah. Jadi, otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk
mengatur sendiri kepentingan suatu masyarakat atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya
sendiri.

Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian otonomi daerah menurut UU No.
32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi otonomi daerah merupakan hak,
wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta
kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah merupakan kewenangan untuk mengatur serta
mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dari masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Encyclopedia of Social Scince, otonomi daerah merupakan hak sebuah organisasi sosial untuk
mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli


1. Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi Daerah adalah sebuah hak dan wewenang untuk mengatur serta
mengurus rumah tangga daerah.
2. Menurut Syarif Saleh: Otonomi Daerah merupakan hak yang mengatur serta memerintah daerahnya
sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat.

3. Menurut Kansil: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban daerah untuk mengatur serta
mengurus daerahnya sendiri sesuai perundang-undangan yang masih berlaku.
4. Menurut Widjaja: Otonomi Daerah merupakan salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan yang pada
dasarnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan bangsa dan negara secara menyeluruh dengan upaya yang
lebih baik dalam mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintahan agar terwujudnya cita-cita
masyarakat yang adil dan makmur.

5. Menurut Philip Mahwood: Otonomi Daerah merupakan hak dari masyarakat sipil untuk mendapatkan
kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal mengekspresikan, berusaha mempertahankan
kepentingan mereka masing-masing dan ikut serta dalam mengendalikan penyelenggaraan kinerja
pemerintahan daerah.

6. Menurut Benyamin Hoesein: Otonomi Daerah merupakan pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian
wilayah nasional Negara secara informal berada diluar pemerintah pusat.

7. Menurut Mariun: Otonomi Daerah merupakan kewenangan atau kebebasan yang dimiliki pemerintah
daerah agar memungkinkan mereka dalam membuat inisiatif sendiri untuk mengatur dan mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki daerahnya.

8. Menurut Vincent Lemius: Otonomi Daerah adalah kebebasan/ kewenangan dalam membuat keputusan
politik serta administrasi yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Dasar Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah


1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2 yang terdiri dari: Pasal 18 Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat
1 dan 2 dan Pasal 18B ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan


Otonomi Daerah.

4. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.

5. Undang Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah dan Pusat.

Penerapan Otonomi Daerah


Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus penting dalam memperbaiki kesejahteraan
rakyat. Pengembangan suatu daerah bisa disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas daerah
masing-masing. Otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah dianggap tidak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, serta tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh
karena itu maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Sampai sekarang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah telah mengalami banyak perubahan. Salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan bahwa kemampuannya
dalam mengatur serta melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing. Berkembang atau
tidaknya suatu daerah tergantung dari kemampuan dan kemauan untuk dapat melaksanakannya. Pemerintah daerah
bisa bebas berekspresi dan berkreasi dalam rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan Otonomi Daerah


1. Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Keadilan Nasional.

3. Pemerataan wilayah daerah.

4. Mendorong pemberdayaan masyarakat.


5. Menjaga hubungan baik antara pusat dengan daerah, antar pusat, serta antar daerah dalam rangka keutuhan
NKRI.

6. Untuk mengembangkan kehidupan yang demokrasi.

7. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan prakarsa dan kreativitas.

8. Untuk mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Secara konseptual, tujuan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yaitu tujuan politik,
tujuan administratif dan tujuan ekonomi.

1. Tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik
melalui partai politik dan DPRD.
2. Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu adanya pembagian urusan pemerintahan
antara pusat dengan daerah, termasuk pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah, serta
sumber keuangan.

3. Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu terwujudnya peningkatan indeks pembangunan
manusia sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Adapun tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yaitu:

1. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah kekuasaannya.


2. Untuk meningkatkan Pelayanan umum di daerah kekuasaaannya.

3. Untuk meningkatkan daya saing daerah.

Manfaat Otonomi Daerah


Otonomi daerah memberikan manfaat yang cukup efektif bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Otonomi
daerah memberikan hak dan wewenang kepada suatu daerah dalam mengatur urusannya sendiri. Sehingga dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Selain itu, pemerintah juga bisa
melaksanakan tugasnya dengan lebih leluasa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Prinsip Otonomi Daerah


1. Prinsip otonomi seluas-luasnya merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan kewenangan
dalam mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang meliputi kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap bidang politik luar negeri, moneter, keamanan, agama,
peradilan, keamanan, serta fiskal nasional.
2. Prinsip otonomi nyata merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan kewenangan dalam
menangani urusan pemerintahan yang berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang secara nyata
sudah ada dan dapat berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan ciri khas
daerah.

3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip otonomi yang dalam sistem
penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari pemberian otonomi, yang bertujuan untuk
memberdayakan daerahnya masing-masing dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang meliputi:

1. Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan landasan peraturan perundang-undangan dan
keadilan dalam penyelenggaraan suatu negara.
2. Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian serta keseimbangan
dalam pengendalian penyelenggara negara.

3. Asas kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan kesejahteraan umum dengan cara aspiratif,
akomodatif, dan selektif.

4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban.

6. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:

1. Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom
berdasarkan struktur NKRI.
2. Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.

3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah dan oleh daerah kepada desa
dalam melaksanakan tugas tertentu dengan disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya
manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang
berwenang.

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lengkap Sebelum dan Sesudah Merdeka)

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia - Bangsa Indonesia adalah sekelompok masarakat indonesia yang bersatu atau
dipersatukan karna adanya persamaan sejarah dan nasip di masa lampau, serta memiliki cita-cita maupun tujuan
yang sama untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Menurut Surjomiharjdjo (1989) perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan di Negara-negara asia yang pernah
mengalami prosess penjajahan, pada umumnya mencapai puncak pada pertengahan abad ke 20 yakin melalui proses
dekolonisasi antara tahun 1945-1955 negara-negara yang merdeka dalam periode tersebut selain Indonesia adalah
srilangka dan libanon (22 november 1943), pilipina (4 juli 1946), yordania (22 Maret 1946), Pakistan dan India (15
agustus 1947), miyanmar atau burma (4 januari 1948), Vietnam(20 juli 1954) dan srilangka (4 febuari 1948).

Untuk menjelaskan mengenai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, berikut akan kami paparkan dalam pembagian
waktunya:

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Masa Bangsa Portugis


Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejambya penjajahan oleh beberapa negara
asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka pada 1509. dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah mendapatkan Malaka,
portugis mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate.

Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis. Salah satu perlawan yang terkenal
ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu
bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi
Jayakarta.

Masa Bangsa Spanyol


Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari untung. Kalau Portugis lebih
memusatkan perhatian di Ternate, Spanyol lebih tertarik bersekutu dengan Tidore. Terjadilah persaingan antara
Portugis dan Spanyol di kawasan Maluku. Spanyol kemudian membangun benteng di Tidore. Pembangunan benteng
ini semakin memperuncing persaingan persekutuan Portugis dan Ternate dengan Spanyol dan Tidore. Akhirnya pada
tahun 1527 terjadilah pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis melawan Tidore yang dibantu oleh
Spanyol. Benteng yang dibangun Spanyol di Tidore dapat direbut oleh persekutuan Ternate dan Portugis.

Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu. Untuk mengatasi masalah
tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati diadakanlah Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:

1. Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis


2. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina

Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam melaksanakan monopoli perdagangan,
Portugis juga memiliki ambisi untuk menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate
kemudian menentang Portugis.

Masa Pemerintahan penjajah Belanda


Masuknya belanda ke indonesia juga sebagai akhir dari masa penjajahan bangsa Portugis (Penjajahan
Portugis Berakhir pada 1602). Cornelius de Houtman memimpin Belanda masuk ke Indonesia melalui
Banten. Pada tahun 1602 Belanda mendirikan Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Banten
karena ingin menguasai pasar rempah-rempah di Indonesia. kemudian lantaran pasar di Banten
mendapat saingan dari pedagang inggris dan tionghoa maka kantor VOC pindah ke Sulawesi Selatan. Di
Sulawesi Selatan, VOC mendapat perlawanan dari Sultan Hasanuddin. Setelah berpindah-pindah tempat,
akhirnya sampailah VOC di Yogyakarta. Di Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya
ialah Belanda mengakui mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga
membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunan Surakarta. kemudian pada
tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan Belanda.

Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian memilih Daendels sebagai
gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels, rakyat Indonesia dipaksa untuk membuat jalan raya dari
Anyer hingga Panarukan. Namun masa pemerintahan Daendels berlangsung singkat yang kemudian diganti
Johannes van den Bosch. Johannes Van den Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem
tanam paksa, tiap desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi, nila
dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah ditetapkan.
Masa Pemerintahan penjajah Jepang
Setelah 3,5 abad Belanda menjajah Indonesia, kemudian Jepang menggantikan Penjajahan Belanda di Indonesia.
kala itu melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8 maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada jepang. Masa
pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada 17 agustus 1945. Saat melakuakn penjajahan di
NKRI Jepang membentuk beberapa organisasi. Organisasi yang dibentuk Jepang antara lain ialah Putera, Heiho
(pasukan Indonesia buatan Jepang), PETA (Pembela Tanah Air), Jawa Hokokai (pengganti Putera).

Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa Indonesia. Namun dalam
kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.

Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan membentuk Dokuritsu Junbi Tyosakai
atau BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal
Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di
Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman
Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI saat itu
adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah di Indonesia.

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang dan untuk menindaklanjuti BPUPKI, Jepang membentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang
mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia dipimpin oleh Ir. Sukarno, dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta serta
penasihatnya Ahmad Subarjo. kemudian Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah karena kalah setelah bom atom
dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Kala itu Kondisi di Indonesia tidak menentu namun membuka peluang baik
karena Jepang menyatakan kalah perang namun Sekutu tidak ada. Inilah waktu yang tepat sebagai klimaks tonggak-
tonggak perjuangan berabad-abad untuk memnjadi bangsa yang berdaulat. kemudian 3 hari setelah Jepang tak
berdaya, yaitu tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 dinyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia keseluruh
dunia.

Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia merupakan jembatan emas, sehingga mempunyai makna yang
sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia. Menurut Surjumiharjo (1989), gerakan ini merupakan peristiwa
yang serempak di berbagai belahan bumi, khususnya di Asia dan Afrika.

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Setelah Kemerdekaan

Konflik Indonesia dan Belanda


Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh Bung Karno didampingi oleh
Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Satu langkah maju sudah ada pada genggaman bangsa Indonesia melalui
Proklamasi kemerdekaan tersebut. Sebagai negara yang baru memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia mendapat
simpati dari bangsa-bangsa di dunia. Hal ini tampak dari adanya pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17
Agustus 1945. Sebagai sebuah negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-Undang
Dasar (UUD 1945) dan pemilihan Presiden yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.

Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan
perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah
pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya,sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan.
NICA adalah organisasi yang didirkanorang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australiasetelah Belanda
menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia.

Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas Oleh Sekutu dari tawanan
Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi
pertempuran melawan NICA dan Sekutu. Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied
Forces Netherlands East Indies (AFNEI) ternyata memiliki agenda yang terselubung. Kedatangan pasukan Sekutu
justru diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah orang-orang Belanda yang ketika Jepang dating melarikan diri
ke Australia dan membentuk kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia
Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang semula menerima kedatangan Sekutu menjadi penuh kecurigaan
dan kemudian berkembang menjadi permusuhan.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya


Pertempuran Surabaya ialah peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Britania Raya dengan tentara
Indonesia. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya. Pertempuran ini
merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dan salah satu pertempuran terberat dan terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia
yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia kepada kolonialisme.

Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak
Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa berperang dipasifik, medan perang Surabaya
mendapat julukan “neraka” bagi mereka karena kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit
pengalaman mereka tewas di surabaya serta puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang badai semangat arek
arek Surabaya.

Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa Indonesia , semangat juang,
pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah penghabisan demi tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa
telah mereka tunjukan dengan penuh kegigihan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban
ketika itu serta semangat membara yang membuat Inggris serasa terpanggang di neraka telah membuat kota
Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati setiap tahunnya sebagai
hari Pahlawan.

Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Ambarawa, sebelah
selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India
ke-23 di Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus
tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.

Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai para bekas tawanan
perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang kemudian terjadi
pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu. Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir
Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan
senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi antara lain:

1. Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi
APWI (Allied Prisoners War And Interneers atau tawanan perang dan interniran sekutu). Jumlah pasukan
sekutu dibatasi sesuai dengan keperluan itu.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu.

3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.

Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya. Tugas pertama yang
dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk
wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata
dan menduduki gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat yang
diboncengi oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan.
Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah
hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para korban
ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa
kepahlawanan ini kemudian dikenal sebagai pertempuran “Medan Area”.

Bandung Lautan Api


Istilah Bandung Lautan Api menunjukkan terbakarnya kota Bandung sebelah selatan akibat politik bumi hangus
yang diterapkan TKR. Peristiwa itu terjadi tanggal 23 Maret 1946 setelah ada ultimatum perintah pengosongan
Bandung oleh Sekutu. Seperti di kota-kota lainnya, di Bandung juga terjadi pelucutan senjata terhadap Jepang. Di
pihak lain, tentara Serikat menghendaki agar persenjataan yang telah dikuasai rakyat Indonesia diserahkan kepada
mereka. Para pejuang akhirnya meninggalkan Bandung, tetapi terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung.
Peristiwa tragis ini kemudian dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api.

Tragedi Nasional (Masa Orde Lama)


Tragedi nasional adalah suatu rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa Indonesia. Tragedi ini tentu membawa
akibat yang sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Peristiwa-demi peristiwa terjadi pada bangsa
Indonesia sekaligus merupakan ancaman, tantangan dan hambatan. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu
upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan.

Pemberontakan PKI Madiun 1948


Peristiwa Madiun tidak dapat dipisahkan dari pembentukn Fron Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni
1948. FDR adalah kumpulan beberapa partai seperti partai Sosialis, Pesindo, partaiBuruh, PKI dan Sobsi. Peristiwa
Madiun itu diawali dari kota Solo yang dilakukan oleh para pengikut Muso dan Amir SyarifuddinPada tahun 1948
Muso kembali dari Rusia. Sekembalinya itu Musobergabung dengan Partai Komunis Indonesia. Ajaranyang
diberikan pada para anggota PKI adalah mengadu domba kesatuan nasional denganmenyebarkan teror. . Pada
tanggal 18 September 1948 di Madiun tokoh-tokoh PKI memproklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia.
Orang-orang yang dianggap musuh politiknya dibunuh oleh PKI.

Dengan terjadinya peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera mengambil tindakan tegas. Pemberontakan
Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah mengangkat Gubernur Militer Kolonel Subroto yang wilayahnya
meliputi Semarang, Pati dan Madiun. Walaupun dalam menghancurkan kekuatan PKI dalam peristiwa Madiun
menelan banyak korban, namun tindakan itu demi mempertahankan Kemerdekaan yang kita miliki. Ketika Belanda
melakukan agresi terhadap Republik Indonesia, PKI justru menikam dari belakang dengan melaukan pemberontakan
yang sekaligus dapat merepotkan pemerintah Republik.

Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)


Usai pendudukan oleh Kekaisaran Jepang pada 1945, para pemimpin khususnya yang berdomisili di Pulau Jawa
menyatakan kemerdekaan Indonesia. namun Tidak semua suku dan wilayah di Indonesia langsung menerima dan
bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kala itu banyak terjadi pemberontakan dan
Pemberontakan pribumi pertama yang terorganisasi muncul di Maluku Selatan dengan bantuan Belanda,
pemberontakan tersebut biasa disebut Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan).

Gerakan 30 September 1965 (G.30 S / PKI)


Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga
Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30
September sampai di awal 1 Oktober 1965 di saat tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta.

Gerakan G 30 S PKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat malam hari. Insiden G 30 S
PKI sendiri masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif yang melatar
belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat itu dan otoritas militer menyebarkan kabar bahwa insiden
tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan yang diketahui sebagai
pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden yang melakukan aksi pembunuhan dan penculikan kepada
Enam (6) jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat).

4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia (Lengkap Sejarahnya)

4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia - Bangsa Indonesia merupakan sekelompok masarakat indonesia
yang bersatu atau dipersatukan karna adanya persamaan sejarah dan nasip di masa lampau, serta mempunyai cita-
cita maupun tujuan yang sama untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Menurut Surjomiharjdjo (1989) perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan di Negara-negara asia yang pernah
mengalami prosess penjajahan, pada umumnya mencapai kemerdekaanya pada pertengahan abad ke 20 yakni
melalui proses dekolonisasi antara tahun 1945-1955, negara-negara yang merdeka dalam periode tersebut selain
Indonesia ialah libanon (22 november 1943), pilipina (4 juli 1946), yordania (22 Maret 1946), India dan Pakistan
(15 agustus 1947), miyanmar atau burma (4 januari 1948), Vietnam(20 juli 1954) dan srilangka (4 febuari 1948).

Penjajahan di Indonesia sangatlah lama terjadi sebelum bangsa Indonesia dapat sepenuhnya merdeka, bahkan
sebelumnya indonesia di jajah oleh beberapa negara, salahsatunya dijajah oleh bangsa Portugis, bukan hanya
Portugis yang menjajah namun juga bangsa eropa lain seperti Spanyol, mari kita menengok ke belakang bagaimana
kejadian penjajahan di indonesia sehingga salah satu negara asia tenggara ini mampu mencapai kemerdekaan. Untuk
menjelaskan mengenai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mengatasi penjajahan, berikut akan kami
paparkan dalam pembagian waktunya:

1. Masa Penjajahan Portugis


Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejambya penjajahan oleh beberapa negara
asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka pada 1509. dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah mendapatkan Malaka,
portugis mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate.

Alfonso de Albuquerque arsitek utama ekspansi portugis ke Asia, bangsa ini meruakan bangsa Eropa pertama yang
tiba di Nusantara, dan mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-rempah berharga dan berusaha menyebarkan
Katolik Roma.

Pada awalnya bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan Kerajaan Sunda di
Parahyangan, namun perjanjian koalisi tersebut gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah
pemerintahan Islam di Jawa, seperti Demak dan Banten.

Bangsa Portugis mengalihkan perhatiannya ke Kepulauan Maluku, yang terdiri atas berbagai kumpulan negara yang
awalnya berperang satu sama lain. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat, Portugis
mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di Indonesia Timur, termasuk Pulau Ternate, Ambon, dan Solor,
berikut Periode Kejayaan dan pendudukan Portugis di Nusantara:

 Pada 1511-1526, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Bangsa Portugis, yang secara rutin
menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Maluku, Jawa, Sumatera dan Banda.
 Pada 1511 Portugis meaklukkan Kerajaan Malaka.

 Pada 1512 Portugis menjalin Hubungan dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang.
Perjanjian dagang ini kemudian diimplementasikan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen
kontrak. Pada hari yang sama dibangun juga sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Portugal-
Sunda. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun benteng dan gudang di Sunda Kelapa.
 Pada 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Franscisco Serrao serta Antonio Albreu untuk
memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Pada waktu itu 2 armada
Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Franscisco Serrao serta Antonio Albreu, mendarat di
Kepulauan Penyu dan Kepulauan Banda. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-
raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis mendapat izin untuk mendirikan
benteng di Pikaoli. Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berjalan lama, sebab Portugis
menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. Pertemanan Portugis dan
Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah berlangsung selama 5 tahun (1570-
1575), membuat Portugis harus menyingkir dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon. Kemudian
Perlawanan rakyat Maluku akan Portugis digunakan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku.

 Pada 1605, Belanda berhasil membuat Portugis menyerahkan pertahanannya di Tidore kepada Cornelisz
Sebastiansz dan di Ambon kepada Steven van der Hagen. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo,
Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak itu Belanda dapat menguasai sebagian besar wilayah
Maluku. Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada 1602, kemudian sejak
itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.

Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis. Salah satu perlawan yang terkenal
ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu
bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi
Jayakarta, berikut beberapa perlawanan rakyat nusantara terhadap Portugis:

Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku hal
itu karena rakyat maluku merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan
melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah. Pada 1570, Sultan Hairun memimpin rakyat Ternate
menjalankan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun berkat kelicikan Portugis Sultan Hairun akhirnya tewas
terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya perlawanan dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574.
Portugis kemudian dapat diusir dari maluku dan kemudian bermukim di Pulau Timor.

Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis

Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang bangsa Portugis di Malaka pada tahun
1615 dan 1629.

Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis

Pada 1511, dipimpin oleh Albuquerque armada Portugis menyerang Kerajaan Malaka. Saat itu perlawanan rakyat
terhadap kolonial Portugis di Malaka mengalami kegagalan sebab kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat dari
Rakyat Malaka. Pada 1527, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa,
Banten dan Cirebon. kala itu Portugis dapat ditumpas oleh Fatahillah dan kemudian Fatahillah merubah nama Sunda
Kelapa jadi Jayakarta yang memiliki makna kemenangan besar.

Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis

Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560,
dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis.

2. Masa Penjajahan Spanyol


Tibanya portugis di indonesia membuat bangsa eropa lain bergerak mencari keuntungan. Keberhasilan Portugis
mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari untung. Seandainya Portugis lebih memusatkan perhatian di
Ternate, Spanyol lebih tertarik bersekutu dengan Tidore. Kemudian persaingan pun terjadi di daerah Maluku.

Sepanyol memilih untuk membangun benteng di tidore. Pembangunan benteng membuat persaingan semakin
memanas. Dan pada tahun 1527 terjadilah pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis melawan Tidore
yang dibantu oleh Spanyol. Benteng yang dibangun Spanyol di Tidore dapat dirampas oleh persekutuan Portugis dan
Ternate. Dan pada tahun 1534 spanyol dan portugis menyepakati diadakan perjanjian saragosa, diadakannya
perjanjian saragosa karena kedua belah pihak menyadari dampak negatif yang ditibukan sangat besar akibat
persaingan itu. isi perjanjian itu antara lain:

1. Maluku menjadi daerah portugis untuk berkegiatan


2. Spanyol harus meninggalkan portugis dan memusatkan diri di Filipina

Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam melaksanakan monopoli perdagangan,
Portugis juga memiliki ambisi untuk menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate
kemudian menentang penuh kebijakan Portugis tersebut.

3. Masa Penjajahan Belanda


Portugis mengakhirkan penjajahan di indonesia tahun 1602 setelah bangsa Belanda masuk ke Indonesia. Di bawah
kepemimpinan Cornelius de Houtman Belanda berhasil masuk ke Indonesia melalui Banten. Bangsa belanda
berkeinginan untuk mendapatkan dan menguasai pasar rempah-rempah di indonesia dengan mendirikan VOC
(Verenigde Oostindische Compagnie) yang bertempat di Banten pada tahun 1602. Karena pada waktu itu pasar di
Banten sadang mengalami persaingan perdagangan Inggris dan Tionghoa, oleh karna itulah VOC dipindahkan ke
Sulawesi Selatan. namun Di Sulawesi Selatan VOC mendapat perlawanan Sultan Hasanddin. Beberapa kali
berpindah tempat kemudian VOC akhirnya mendapatkan tempat di Yogyakarta. Di kota Jendral Sudirman tersebut,
Di Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya adalah Belanda mengakui mangkubumi sebagai
Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta
dan Kasunan Surakarta. kemudian pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan
Belanda.

Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian memilih Daendels sebagai
gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels, rakyat Indonesia dipaksa untuk membuat jalan raya dari
Anyer hingga Panarukan. Namun masa pemerintahan Daendels berlangsung singkat yang kemudian diganti
Johannes van den Bosch. Johannes Van den Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem
tanam paksa, tiap desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi, nila
dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah ditetapkan.

Pada 1905 muncul gerakan nasionalis yang pertama, yaitu Serikat Dagang Islam yang kemudian diikuti oleh
munculnya gerakan Budi Utomo. Belanda merespon gerakan tersebut dengan memenjarakan banyak dari mereka
dengan alasan kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno pernah dipenjarakan.

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga dan pada bulan Juli Belanda
mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Britania dan Amerika Serikat. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk
mengamankan persediaan bahan bakar pesawat tempur jepang gagal di Juni 1941, kemudian pada bulan Desember
1941 Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara.

Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berakhir secara keseluruhan saat Pemerintah Jepang melakukan
penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan dari Negara Inggris,
Amerika, Australia dan Belanda. Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang
mulai menginjakkan kaki ke Pulau Jawa. Di sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang
Belanda apabila tidak segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus dari Jepang,
Tjarda van Starkenborgh Stachouwer selaku Jenderal Hindia Belanda menyerah dan ditangkap oleh jepang. Hal ini
menjadi tanda berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di Indonesia sekaligus pertanda dimulainya masa penjajahan
Jepang di Indonesia.

4. Masa Penjajahan Jepang


Pada akhirnya, setelah 350 tahun Kolonial Belanda menguasai Indonesia, Belanda akhirnya menyerah tanpa syarat
terhadap Jepang melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8maret 1942. Masaa kependudukan Jepang dimulai pada
tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa penjajahan negeri sakura tersebut, mereka
membentuk beberapa organisasi diantaranya PETA (Pembela Tanah Air), Heiho (pasukan indonesia buatan Jepang),
dan Jawa Hokokai (pengganti Putera).

Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa Indonesia. Namun dalam
kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.

Pada Juli 1942, Soekarno mendapat tawaran dari Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk
pemerintahan yang dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, para Kyai dan
Mohammad Hatta memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari
penguasaan Jepang di Indonesia sangat lah beragam, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang
tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan,
penahanan sembarang, terlibat perbudakan seks, hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan
campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran kekejaman dalam penguasaan Jepang.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota
BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang
ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P.
Soeroso. Jml anggota BPUPKI kala itu ialah 63 orang yang mewakili hampir semua wilayah di Indonesia.

4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 - Sebagian dari kita tentu sudah mengetahui bahwa
pada 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima. dan tiga hari berselang bom atom
juga dijatuhkan di kota Nagasaki. Kedua bom atom tersebut mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar dan
hancur nya berbagai infrastruktur sipil dan militer Jepang, kala itu pemerintah Jepang benar-benar dalam kesulitan.
Akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Berita kekalahan Jepang kepada Sekutu segera sampai pada kaum pergerakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi
salah satu pemicu mereka untuk segera mem proklamasikan kemerdekaan indonesia, untuk lebih jelas nya
mengenai Peristiwa - Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Berikut akan kita kupas
tuntas mengenai peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan indonesia, Peristiwa peristiwa Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan, Peristiwa peristiwa Saat Proklamasi Kemerdekaan, peristiwa sebelum proklamasi, peristiwa sekitar
proklamasi kemerdekaan.

4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Adapun peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Proklamasi Kemerdekaan adalah:

1. Jepang menyerah kepada Sekutu


a. Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang)

Pada Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) ke-85 pada 7 September 1944 di Tokyo, Perdana Menteri
Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan untuk merdeka kelak di kemudian
hari. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh semakin terdesaknya Angkatan Perang Jepang oleh pasukan Amerika,
terlebih dengan jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Amerika Serikat.

b. Pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai


Pada 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Panitia Kemerdekaan. Tindakan ini merupakan langkah konkret pertama bagi
pelaksanaan janji Koiso. Dr. Radjiman Wediodiningrat terpilih sebagai Kaico atau ketua.

c. Pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai

Pada 7 Agustus 1945, Panglima Tentara Umum Selatan Jenderal Terauchi meresmikan pembentukan Dokuritsu
Junbi Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada saat ini pula, Dokuritsu Junbi Cosakai
dinyatakan bubar. dan Bung Karno terpilih sebagai ketua serta Bung Hatta sebagai wakil ketua.
d. Bom Atom di kota Nagasaki dan Hiroshima

Pada tanggal 6 Agustus 1945, tepatnya jam 08.15 pagi kota Hiroshim telah di jatuhi Bom atom oleh tentara sekutu.
Lebih dari 70.000 orang penduduk kota Hiroshima telah menjadi korban bom atom tersebut. kemudian Pada tanggal
9 Agustus 1945 bom atom yang kedua kembali dijatuhkan oleh Amerika Serikat di kota Nagasaki. Dan akibat
ledakan tersebut lebih dairi 75.000 orang penduduk Jepang di Nagasaki menjadi korban.

e. Berita Jepang akan memberikan Kemerdekaan kepada Indonesia

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat (Vietnam) memberikan informasi kepada
tokoh pergerakan yang diundang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia dan proklamasi kemerdekaan
dapat dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1945, Pelaksanaannya akan dilakukan oleh PPKI.

f. Desakan Sutan Syahrir agar Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan

Dua hari berselang, saat Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat kembali ke tanah air dari
Dalat (Vietnam), Sutan Syahrir mendesak agar Bung Karno dapat secepatnya memproklamasikan kemerdekaan
karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, sebab Jepang telah menyerah kepada
Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang pro dan kontra terhadap Jepang.

Soekarno belum merasa yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan seandainya dilakukan proklamasi
kemerdekaan saat itu, hal tersebut dapat menyebabkan pertumpahan darah yang luas, dan dapat berakibat fatal jika
para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno kemudian memberitahu Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu merupakan hak PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Sementara itu Syahrir menganggap PPKI ialah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya
merupakan "hadiah" dari Jepang

g. Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri.

Setelah peristiwa jatuhnya Bom Atom di kota Nagasaki dan Hiroshima pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 yang
mengakibatkan hancurnya militer jepang, Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah secara resmi kepada Sekutu
diatas kapal USS Missouri. Saat itu tentara jepang masih menguasai Indonesia sebab Jepang berjanji akan
mengembalikan Indonesia ke tangan Sekutu.

2. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, Darwis dan Wikana mendengar kabar menyerahnya jepang kepada sekutu melalui
radio BBC. Setelah mendengar berita Jepang bertekuk lutut kepada sekutu, golongan muda mendesak golongan tua
untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun tokoh golongan tua seperti Soekarno dan
Hatta tidak ingin terburu-buru mereka tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI.
Alasannya kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka khawatir akan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Tetapi, golongan muda, seperti Sukarni dan Tan Malaka menginginkan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan
secepat cepatnya. Para pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan secepatnya.
Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan kekosongan kekuasaan (vakum). Negosiasi pun dilakukan dalam
bentuk rapat PPKI. namun Golongan muda tidak menyetujui rapat tersebut, mengingat PPKI merupakan sebuah
badan yang dibentuk oleh Jepang. Dan mereka lebih menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa indonesia
sendiri, bukan pemberian dari Jepang. Perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua inilah yang
menjadi latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

a. Golongan Muda

Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para anggota PETA dan mahasiswa
merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan menganggap bahwa PPKI merupakan
bentukan Jepang. Sehingga mereka menolak seandainya proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme PPKI.
Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, tanpa pengaruh
dari Jepang. Sutan Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di Pegangsaan Timur Jakarta pada
15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur, Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono,
Wikana dan Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia
merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.

Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana pada Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur
No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945.
Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut, golongan pemuda menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah.
Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh
sebab itu, PPKI harus segera menyelenggarakan rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak inilah yang telah
mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

b. Golongan Tua

Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno dan Hatta. Mereka
adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan
prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan mereka adalah meskipun Jepang telah kalah, kekuatan
militernya di Indonesia harus diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara
Belanda ke Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekedar masalah waktu pelaksanaan proklamasi itu sendiri.

c. Golongan Muda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok

Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, utusan golongan muda yang terdiri dari Wikana, Darwis telah
menghadap Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Wikana pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno
segera mengumumkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia pad esok hari, yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung
Karno pun menolak tuntutan itu, dan lebih menginginkan betemu dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan
anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. karena bung karno menginginkan kemerdekaan
Indonesia harus di capai tanap pertumpahan darah.

Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa pada esok hari akan terjadi
pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara besar-besaran. Hal tersebut pun membuat suasana menjadi
tegang antara Bung Karno dan Pemuda, yang di saksikan langsung oleh Bung Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Dr.
Buntara, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.

Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta
ke Rengasdengklok . Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir golongan pemuda pada 16 Agustus
1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksudan dan tujuan para pemuda membawa kedua pemimpin tersebut
adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan
secepatnya serta menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.

Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad Subardjo dan golongan muda yang
diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan
di Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan muda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk
mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.

Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada golongan muda bahwa Proklamasi
Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu,
Cudanco Subeno (Komandan Kompi PETA Rengasdengklok) mau melepaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali
ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan kelengkapan untuk melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.

Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta,
untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung Karno), yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok. Dan pada
malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di
Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

3. Perumusan Teks Proklamasi


Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka telah menyetujui
bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera dikumandangkan. Kemudian diadakanlah rapat yang membahas
Persiapan Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda, dipilihnya rumah Laksamana Maeda karena
tempat tersebut dianggap tempat yang aman dari ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala
Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr. Ahmad Subardjo.

Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan itu Sukarni, Mbah Diro, dan
B.M.Diah dari golongan muda yang menyaksikan perumusan teks proklamasi. Semula golongan muda
menyodorkan teks proklamasi yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.

Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, diperoleh rumusan teks
proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-‘05

Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul permasalahan tentang siapa yang harus menandatangani teks
tersebut. Kemudian Bung Hatta berpendapat agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai
wakil bangsa Indonesia. Namun, dari golongan muda Sukarni mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu
ditandatangani oleh semua yang hadir, akan tetapi cukup oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa
Indonesia dan Soekarno yang nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.

Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang pengaruhnya cukup besar di mata
rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima dan Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik
naskah proklamasi tersebut, disertai dengan perubahan-perubahan yang sebelumnya telah disepakati bersama.
Perumusan teks proklamasi sampai dengan penandatanganannya sendiri baru ter selesaikan pada 04.00 WIB (pagi
hari), pada tanggal 17 Agustus 1945

Dalam naskah yang diketik oleh Sayuti Melik Terdapat tiga perubahan pada naskah tersebut dari yang semula
berupa tulisan tangan Soekarno, Perubahan-perubahan itu adalah sebagai berikut.

1. Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo".


2. Konsep "wakil-wakil bangsa Indonesia" diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".

3. Tulisan "Djakarta 17-08-'05", diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen '05".

4. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, dengan bunyi
berikut ini.

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05


Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno - Hatta

4. Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at)
di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan
persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh
Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno.
Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut,
antara lain sebagai berikut:

1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


2. Pengibaran bendera Merah Putih.

3. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.

Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada
seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.

Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari
tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan berakhir maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah
Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil
bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Shodanco Latief
Hendraningrat.

Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti
Sukarni, Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono dan dr. Samsi,.

14 Pertempuran Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan berarti kondisi bangsa Indonesia
dalam keadaan damai dan tanpa gangguan. Justru mulai muncul perlawanan-perlawanan terhadap pihak lain yang
mencoba mengambil alih kekuasaan dan kemerdekaan bangsa indonesia pada saat itu.

Untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah didapat rakyat indonesia harus menghadapi pertempuran dengan
pihak asing, berbagai peristiwa pertempuran antara rakyat indonesia melawan pasukan Belanda dan Sekutu pun
terjadi di berbagai daerah, antara lain Serangan Umum 1 Maret 1949, Agresi Militer Belanda I dan II, Pertempuran
lima hari di Palembang, Pertempuran Margarana, Bandung lautan api, Peristiwa Merah Putih di Minahasa
(Manado), Pertempuran di Jakarta, Pertempuran di Ambarawa, Pertempuran Medan Area, Pertempuran di Surabaya,
Pertempuran lima hari di Semarang, Insiden bendera di Surabaya dan Pertempuran Rakyat Makassar.

Berikut Pemaparan lebih lengkap mengenai 14 pertempuran yang harus dihadapi rakyat indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia:
Insiden bendera di Surabaya
Pada tanggal 31 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat yang menetapkan bahwa mulai 1
September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan
pengibaran bendera tersebut makin meluas ke seluruh wilayah indonesia khususnya kota Surabaya.

Insiden ini bermula Pada Tanggal 18 September 1945 ketika Sekutu dan Belanda dari AFNEI (Allied Forces
Netherlands East Indies) bersama-sama dengan rombongan Intercross (Palang Merah Internasional) mendarat di
Surabaya. Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di Hotel Yamato
sedangkan rombongan Intercross ditempatkan di Gedung Setan.

Kemudian Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada malam hari tanggal 18
September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan
Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Para pemuda
Surabaya keesokan harinya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menilai Belanda telah menghina
kedaulatan Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di
Surabaya.

Dengan gagah berani, arek-arek Surabaya menyerbu Hotel Yamato untuk menurunkan bebdera Belanda. setelah
sampai di bawah, bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) dirobek yang warna birunya kemudian dikibarkan kembali
sebagai bendera Indonesia (Merah-Putih). Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 19 September 1945, untuk
mengenang peristiwa itu, kini di depan Hotel Yamato di bangun monumen perjuangan. Dalam peristiwa tersebut Mr.
W.V.Ch. Ploegman tewas tercekik oleh Sidik kemudian Sudirman dan Hariyono berhasil masuk lobi hotel yang
kemudian naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.

Pertempuran Rakyat Makassar


Pada bulan Desember 1946, Belanda mengirimkan pasukan ke Makassar di bawah pimpinan Kapten Raymond
Westerling. Pasukan Westerling bertindak kejam. pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan
Westerling. banyak melakukan pembunuhan dan pembantaian terhadap rakyat Makassar, Peristiwa ini terjadi pada
Desember 1946-Februari 1947 selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan).

Akibat banyaknya pembantaian yang dilakukan Westerling, terjadi perlawanan rakyat Makassar kepada Belanda.
Perlawanan di pimpin oleh Wolter Monginsidi. Akan tetapi, Wolter Monginsidi berhasil ditangkap Belanda dan
kemudian dijatuhi hukuman mati.

Pertempuran lima hari di Semarang


Hingga bulan Oktober 1945, pasukan Jepang masih tetap berada di Kota Semarang. Mereka juga masih melancarkan
serangan terhadap beberapa kubu TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang bertujuan untuk membebaskan orang-
orang Jepang yang masih dalam penahanan.

Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah Candi Semarang. Oleh sebab
itu, Dr. Karyadi memeriksa sumber air yang diracuni oleh Jepang tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala
Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Namun naas, ia kemudian dibunuh tentara Jepang.
Terbunuhnya dr. Kariadi ini menyulut kemarahan pemuda. Akibatnya, terjadi pertempuran di Simpang Lima, Tugu
Muda dan sekitarnya.

Kurang lebih 2000 pasukan Jepang yang dikomandoi oleh Mayor Kido berhadapan dengan TKR dan para pemuda.
Pertempuran ini berlangsung selama 5 hari, 15 - 19 Oktober 1945. dan dihentikan setelah adanya gencatan senjata.
namun Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi yang menjadi salah satu korban
namanya kemudian diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang. Untuk memperingati
peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.

Pertempuran di Surabaya
Pada Tanggal 25 Oktober 1945, dibawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby Brigade 49 Inggris mendarat di
Surabaya, Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa Timur). kala itu mereka bertugas
untuk melucuti serdadu Jepang serta membebaskan para interniran
Sebenarnya saat mendarat di Surabaya inggris terlebih dahulu telah membuat kesepakatan dengan R.M.T.A. Suryo
(Gubernur Jawa Timur) sehingga para tentara inggris di ijinkan memasuki Surabaya, berikut isi kesepakatannya:

 Inggris berjanji bahwa tidak terdapat angkatan perang Belanda di antara tentara Inggris.
 Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin ketenteraman dan keamanan.

 Akan segera dibentuk Biro Kontak (Contact Bureau) agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-baiknya.

 dan Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.

Namun ternyata pada pelaksanaannya, Inggris tidak menepati janjinya dan Inggris justru berniat menguasai
Surabaya.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 pasukan Inggris membuat kegaduhan di surabaya mereka menyebarkan pamflet yang
berisi perintah, agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata hasil rampasan dari Jepang. Dengan
kejadian tersebut maka pihak Indonesia menginstruksikan kepada semua rakyat surabaya untuk siap siaga penuh
menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi. Akhirnya kontak senjata pecah antara pemuda Surabaya dan
tentara Inggris. Semua pemuda di seluruh kota menyerang Inggris dengan segala kemampuan. Pada Tanggal 28-31
Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Surabaya. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan
perdamaian.

Tentara Sekutu menghubungi Presiden Soekarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris agar tidak mengalami
kekalahan total, Kemudian Presiden Soekarno serta Jenderal Mallaby melakukan perundingan. Pertemuan itu
menghasilkan dua kesepakatan, yaitu keberadaan RI diakui oleh Inggris dan penghentian kontak senjata.

Namun Gencatan senjata tidak dihormati Sekutu. Dalam sebuah insiden yang belum pernah terungkap secara jelas,
Brigjen Mallaby ditemukan meninggal. Kemudian Letnan Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia,
meminta kepada pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral Mallaby.
Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut adalah: "Sekutu
memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945
pukul 18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan
udara".

Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya, kemudian Pada Tanggal 10 November 1945
pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur
Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun kepada tentara
Sekutu. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo terus mengangkat semangat rakyat agar terus maju,
pantang mundur. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang
berlangsung sampai awal Desember itu gugur ribuan pejuang Indonesia. kemudiam Pemerintah menetapkan tanggal
10 November sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran Medan Area


Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi serdadu Belanda dan NICA di bawah pimpinan
Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di kota Medan. Pada awalnya kedatangan mereka disambut oleh tokoh dan
masyarakat di Sumatera Utara. Akan tetapi, tindakan tentara Sekutu menyakitkan rakyat. Mereka membebaskan para
tahanan Belanda dan dibentuk Medan Batalyon KNIL.

Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi peristiwa di hotel yang ada di Jalan Bali. Medan. Seorang oknum penghuni
hotel menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya, hotel itu disderang oleh para pemuda kita sehingga timbul
banyak korban. Peristiwa ini menjadi awal terjadinya Pertempuran Medan Area. Untuk menghadapi segala
kemungkinan, TKR dan brbagai badan perjuangan telah membentuk kesatuan perjuangan Kesatuan perjuangan itu
adalah Barisan Pemuda Indonesia di bawah pimpinan Achmad Taheer. Ternayata bentrokkan terus meluas dan
terjadi di berbagai daerah. Perkembangan ini oleh Sekutu dipandang sudah sangat membahayakan .Oleh karena itu,
pada tanggal 18 Oktober 1945. Sekutu mengeluarkan ultimatum agar rakyat menyerahkan semua senjata kepada
Sekutu. Sudah tentu rakyat begitu saja memenuhi tuntutan Sekutu.
Pada tanggal 10 Desember 1945 tentara Sekutu melancarkan serangan militer besar-besaran, yang dilengkapi
dengan pesawat tempur canggih. Seluruh daerah Medan dijadikan sasaran serangan, rakyat pun melukukan
perlawanan sekuat tenaga. Sekutu berusaha mendesak para pejuang kita, bahkan, Sekutu sejak tanggal 1 Desember
1945 memasang batas-batas penudukannya. Batas itu berupa papan yang diberi tulisan Fixed Boundaries Medan
Area ( batas resmi wilayah Medan ) disudut-sudut kota. Sekutu dan tentara NICA mengusir dan menindas orang-
orang Republik yang masih berada di Kota Medan. Bahkan, di bulan April 1946, Sekutu dan NICA berhasil
mendesak beberapa pimpinan Republik keluar kota . Gubernur, wali kota , dan Markas TRI pindah ke
Pematangsiantar. Namun para penjuang kita pantang mundur. Perlawaman dengan berbagai bentuk terus dilakukan.

Pertempuran di Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu
diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah perlawanan dari
TKR dan para pemuda.

Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Gerakan tentara Sekutu yang mundur ke ambarawa
berhasil ditahan di desa Jambu berkat bantuan dari batalyon Polisi Istimewa di bawah pimpinan Onie Sastroatmodjo,
resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini, dan batalyon dari Yogyakarta.

Pada pertempuran di desa Jambu tanggal 26 November 1945, Letkol Isdiman (Komandan Resimen Banyumas)
tewas sebagai pejuang bangsa. Lalu Kolonel Soedirman (Panglima Divisi di Purwokerto) langsung naik mengambil
alih pimpinan dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai
Semarang. Karena jasanya maka pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima
Besar TKR dan berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.

Pertempuran di Jakarta
Menjelang berakhirnya tahun 1945 situasi keamanan ibukota Jakarta (saat itu masih disebut Batavia) makin
memburuk dengan terjadinya saling serang antara kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Ketua
Komisi Nasional Jakarta, Mr. Mohammad Roem mendapat serangan fisik. Demikian pula, Perdana Menteri Syahrir
dan Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin juga nyaris dibunuh simpatisan Belanda (NICA)

Keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan dan kacau. Tentara Belanda semakin merajalela. Ditambah lagi
pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada 30 Desember 1945 menambah keadaan semakin
mencekam.

Karena itu pada tanggal 1 Januari 1946 Presiden Soekarno memberikan perintah rahasia kepada Balai Yasa
Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3
Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta beberapa menteri/staf dan
keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta, kemudian pada pukul 07.00 Preseiden dan
Rombongannya tiba di Stasiun Yogyakarta kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pindah ke Yogyakarta
(Lihat: 30 Tahun Indonesia Merdeka. 1945-1949: hlm. 79).

Peristiwa Merah Putih di Manado (Minahasa)


Berita proklamasi sampai juga di Tanah Minahasa atau Manado di Sulawesi Utara. Seperti di daerah lain, rakyat
Minahasa melakukan aksi peluncutan senjata dan pengoperan kekuasaan dari tangan Jepang. Aksi terjadi pada
tanggal 22 Agustus 1945. Gerakan rakyat Minahasa ini diprakarsai oleh Dewan Minahasa yang dipimpin oleh
Palengkahu.

Aksi dilakukan dengan menurunkan bendera-bendera Jepang dan mengibarkan bendera Merah Putih di kantor-
kantor. Hal itu telah membanggakan dan memberi semangat serta kegembiraan rakyat Minahasa. Akan tetapi, pada
awal September 1945, tentara Sekutu yang diwakili tentara Australia mendarat di Minahasa. Kedatangan mereka
diikuti oleh tentara NICA. NICA dengan segera melancarkan aksinya untuk menegakkan kembali kekuatannya.
Sekutu dan NICA kemudian mengeluarkan perintah larangan pengibaran bendera Merah Putih.
Rakyat tidak menghiraukan larangan tersebut. Dengan semboyan "hidup atau mati", rakyat Minahasa tetap akan
mempertahankan berkibarnya Sang Saka Merah Putih di Tanah Minahasa. Akhirnya, bentrokkan dan pertempuran
antara rakyat Minahasa melawan tentara Sekutu dan NICA tidak dapat dihindarkan.

Kemudian Rakyat Sulawesi Utara membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) untuk melakukan perlawanan
terhadap NICA. dan Pada tanggal 14 Februari 1946, para pejuang PPI menyerbu markas NICA di Teling. Pejuang
PPI berhasil membebaskan pimpinan PPI yang sebelumnya di tahan belanda dan menyandra komandan NICA
dengan pasukannya. Kemudian para pejuang merobek bendera Belanda (merah-putih-biru) dan merubahnya menjadi
bendera Indonesia (merah-putih).

Bendera tersebut kemudian dikibarkan di markas Belanda di Teling. Oleh sebab itu peristiwa itu dikenal dengan
nama peristiwa merah putih di Minahasa (Manado). sejak saat itu Para pejuang berhasil mengusir NICA dari tanah
Sulawesi Utara.

Bandung lautan api


Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu para pejuang Bandung sedang
melakukan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari tentara Jepang. Tanggal 21 November
1945, tentara Sekutu membacakan ultimatum pertama, agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya pada
tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh pihak Indonesia dengan alasan demi keamanan. Namun para pejuang
Republik Indonesia tidak memperdulikan ultimatum tersebut. Akibatnya sering terjadi insiden antara tentara Sekutu
dengan pejuang Indonesia.

Tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Mereka menuntut agar semua masyarakat
dan para pejuang TRI (Tentara Republik Indonesia) mengosongkan kota Bandung bagian selatan. sejak 24 Januari
1946, TKR telah berubah namanya menjadi TRI. Demi keselamatan rakyat dan pertimbangan politik, pemerintah
Republik Indonesia Pusat memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya mundur dan mengosongkan Bandung
Selatan.

Tokoh-tokoh pejuang, seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris Nasution yang menjadi
Panglima TRI waktu itu segera bermusyawarah. Mereka sepakat untuk mematuhi perintah dari Pemerintah Pusat.
Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh. Rakyat
diungsikan ke luar kota Bandung.

Sebelum meninggalkan kota Bandung Para pejuang melancarkan serangan umum ke arah markas besar Sekutu dan
berhasil membumi-hanguskan kota Bandung. Dalam waktu tujuh jam kota Bandung menjadi kota yang berkobar,
setiap warga membakar rumah mereka, tidak kurang dari 200.000 rumah warga bandung dibakar dan mengungsikan
diri ke bandung bagian selatan, yang berupa daratan tinggi dan pegunungan. Pembakaran tersebut bertujuan untuk
menghentikan dan mencegah tentara sekutu dan tentara NICA yang ingin memanfaatkan kota Bandung sebagai
markas militer. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.

Pertempuran Margarana
Seperti daerah lainnya, rakyat Bali juga berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan dan merebut
kekuasaan dari Jepang. Untuk itu, letkol I Gusti Ngurah Rai sebagai salah seorang pimpinan di Bali pergi ke
Yogyakarta untuk melakukan konsultasi ke Markas Besar TRI.

Saat Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang berada di Yogyakarta untuk berkonsultasi dengan markas tertinggi
TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda, Pada tanggal 2 dan 3 Maret
1946 Belanda mendaratkan kira-kira 2000 tentara di Bali. Karena akibat perundingan Linggarjati, daerah kekuasaan
de facto Republik Indonesia yang diakui hanya terdiri dari Sumatera, Madura dan Jawa. ini berarti Bali tidak diakui
sebagai bagian dari wilayah Indonesia.

Ternyata sejak Maret 1946, Belanda sudah menduduki beberapa tempat di Bali. Kemudian I Gusti Ngurah Rai
kembali ke Bali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Ngurah Rai mendapat bantuan dari TRI - Laut
dengan pimpinan Kapten Markadi. Dalam perjalanan menyeberangi Selat Bali telah terjadi pertempuran laut antara
pasukan Ngurah Rai dengan patroli Belanda. Pertempuran juga terjadi di Cekik dekat Gilimanuk, Bali.
Setelah berhasil melaksanakan Operasi Lintas Laut. I Gusti Ngurah Rai di Markas TRI Sunda Kecil segera
memperkuat pasukannya . I Gusti Ngurah Rai segera membentuk Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil.
Beberapa tokohn ya di samping I Gusti Nguarh Rai adalah I Gusti Putu Wisnu dan Subroto Aryo Mataram.

Pada saat itu, Indonesia telah menyepakati Perundingan Linggarjati, oleh karena itu Belanda terus berusaha
menduduki daerah Bali. Kebetulan juga dalam naskah kesepakatan Perundingan Linggarjati disebutkan bahwa
Belanda hanya mengakui secara de facto, wilayah RI yang terdiri atas Jawa, Sumatra dan Madura, Ngurah Rai terus
berjuang untuk mengusir Belanda dari tanah Bali. Pada tanggal 18 November 1946, tentara Ngurah Rai (dikenal
Pasukan Cing Wanara) mulai menyerang Tabanan dan berhasil. Belanda segera mengerahkan kekuatannya dari Bali
dan Lombok.

Melihat dua kekuatan yang tidak seimbang pasukan Ngurah Rai kemudian melakukan Perang Puputan (Pertempuran
habis-habisan). Pertempuran dimulai pada tanggal 20 November 1946 di Margarana sebelah utara Tabanan. Dalam
pertempuran tersebut Ngurah Rai gugur sebagai pejuang bangsa pada tanggal 29 November 1946,

Pertempuran lima hari di Palembang


Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada tanggal 12 Oktober 1945. Pasukan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel
Carmichael. Bersama pasukan Sekutu ikut pula aparat NICA. Mereka diizinkan oleh pemerintah untuk mendiami
daerah Talang Semut. Akan tetapi, mereka tidak mengindahkan peraturan itu dan akhirnya Insiden dengan pemuda
meletus ketika mereka menggeledah rumah-rumah penduduk untuk mencari senjata.

Tindakan Sekutu yang sangat menyinggung perasaan rakyat dengan melakukan penggeledehan rumah penduduk
yang bertujuan untuk mencari senjata hasil rampasan dari pihak Jepang. Justru mengakibatkan terjadi insiden
bersenjata pada 1 Januari 1946. Saat itu tentara Sekutu dengan menggunakan pesawat dan kapal laut membombardir
kota Palembang. namun Para pejuang terus mengadakan perlawanan dan hasil dari pertempuran ini Seperlima
bagian kota Palembang hancur. kemudian Pada tanggal 6 Januari 1947 dicapai persetujuan gencatan senjata antara
Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia di Palembang.

Agresi Militer Belanda I


Perselisihan pandangan akibat beda penafsiran ketentuan-ketentuan dalam persetujuan Linggarjati makin memanas.
Belanda berusaha untuk menyelesaikan "masalah Indonesia" dengan cepat. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda
mengirimkan nota kepada pemerintah Republik Indonesia. Nota itu berupa ultimatum yang harus dijawab dalam
waktu 14 hari. Isi nota itu antara lain sebagai berikut:

 Membentuk pemerintahan ad interim bersama.


 Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki Belanda.

 Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama.

 Menyelenggarakan pemilikan bersama atas impor dan ekspor.

 Menyelenggarakan ketertiban dan keamanan bersama, termasuk di daerah Republik Indonesia


yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama).

Perdana Menteri Syahrir menolak gendarmerie bersama. Kemudian, Sebagai pemimpin kabinet berikutnya Amir
Syarifuddin kembali memberikan jawaban yang pada dasarnya sama dengan Syahrir.
Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali mengirim nota. Belanda tetap menuntut gendarmerie bersama
dan Dalam waktu 32 jam Republik Indonesia harus memberi jawaban atas nota tersebut. kemudian Pada tanggal 17
Juli 1947, Pemerintah Republik Indonesia memberi jawaban yang disampaikan Amir Syarifuddin lewat RRI
Yogyakarta. Jawaban itu ditolak Belanda. dan Pada tanggal 20 Juli 1947, van Mook mengumumkan bahwa pihak
Belanda tidak mau berunding lagi dengan Indonesia.
Kemudian Tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia. Tindakan ini melanggar
Perjanjian Linggajati. Belanda berhasil merebut sebagian Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Akibatnya
wilayah kekuasaan Republik Indonesia semakin kecil. Serangan militer Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer
Belanda I.
Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia internasional. Wakil-wakil dari India
dan Australia mengusulkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) agar mengadakan sidang untuk
membicarakan masalah penyerangan Belanda ke wilayah Republik Indonesia.

Agresi Militer Belanda II


Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan atas wilayah Republik Indonesia. Ibu kota Republik
Indonesia waktu itu, Yogyakarta, diserang Belanda. Belanda dengan seluruh kekuatan melakukan Agresi Militer II
dengan menyerbu Yogyakarta. dan Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai Belanda dengan cepat.

Dalam waktu cepat pula Yogyakarta dapat dikuasai Belanda. Para pimpinan RI ditangkap Belanda. Para pemimpin
RI yang ditangkap Belanda antara lain Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Suryadarma dan Sutan
Syahrir. Namun sebelum tertangkap Sukarno sudah mengirim mandat lewat radio kepada Menteri Kemakmuran, Mr.
Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di Sumatera. Tujuannya adalah untuk membentuk Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dengan ibu kota di Bukit Tinggi.

Serbuan Belanda atau Agresi Militer II memperoleh reaksi masyarakat internasional. Pada tanggal 7 Februari 1949,
suara simpati kepada Indonesia atas terjadinya serbuan Belanda datang dari Amerika Serikat. Rasa simpati Amerika
Serikat terhadap Indonesia diwujudkan dengan pernyataan-pernyataan sebagai berikut:

1. Mendesak Belanda untuk membuka kembali perundingan yang jujur dengan Indonesia atas dasar
persetujuan Renville.
2. Amerika Serikat menghentikan semua bantuan kepada Belanda sampai negeri ini menghentikan
permusuhannya dengan Indonesia.

3. Mendesak pihak Belanda supaya menarik pasukannya ke belakang garis status quo Renville. Membebaskan
pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditawan sejak 18 Desember 1948.

Rasa simpati dunia internasional tidak hanya datang dari Amerika Serikat, tetapi juga dari Rusia dan Cina. bahkan
pada bulan Desember 1949 Negara-negara di Asia seperti India, Afganistan, Myanmar dan lain-lain yang segera
mengadakan Konferensi di New Delhi. Mereka mendesak agar Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta,
dan pasukan Belanda segera ditarik mundur dari Indonesia. Karena tekanan politik dan militer itulah akhirnya
Belanda mau menerima perintah Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan agresinya.

Serangan Umum 1 Maret 1949


Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta merupakan satu episode penting dalam sejarah revolusi Indonesia.
Berawal dari Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil menduduki Kota Yogyakarta, yang saat itu merupakan
Ibukota Republik Indonesia. Setelah kota Yogyakarta dikuasai, Belanda kemudian berusaha menguasai kota-kota
sekitar Kota Yogyakarta yaitu Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, dan Bantul.

Situasi ibukota negara saat itu sangat tidak kondusif. Keadaan tersebut diperparah propaganda Belanda di dunia luar
bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu telah melepas jabatannya
sebagai Raja Keraton Yogyakarta mengirimkan surat kepada Letnan Jenderal Soedirman untuk meminta izin
diadakannya serangan. Jenderal Sudirman menyetujuinya dan meminta Sri Sultan HB X untuk berkoordinasi dengan
Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehkreise III.

Sri Sultan HB IX mengadakan pertemuan empat mata dengan Letkol Soeharto di Ndalem Prabuningratan.
Pertemuan ini menghasilkan keputusan untuk melancarkan Serangan Umum pada tanggal 1 Maret 1949 serta
menyusun strategi serangan umum. Selain itu, beberapa kesatuan diperintahkan untuk menyusup ke dalam kota
Yogyakarta, di antaranya adalah kesatuan khusus di bawah pimpinan Kapten Widodo.

Untuk mempermudah koordinasi penyerangan, wilayah penyerangan dibagi atas 5 sektor, yaitu:
 Sektor barat, di bawah pimpinan Letkol Soeharto (sampai perbatasan Malioboro).
 Sektor timur, dipimpin oleh Letkol Vence Sumual,

 Sektor utara, dipimpin oleh Mayor Kusno,


 Sektor selatan, dipimpin oleh Mayor Sarjono,

 Sektor kota, dipimpin oleh Letnan Marsudi dan Letnan Amir Murtono,

Yang dijadikan patokan sebagai tanda mulainya serangan adalah bunyi sirene pukul 06.00 pagi yang biasa
dibunyikan di kota Yogyakarta waktu itu. Pada tanggal 1 Maret 1949, beberapa jam sebelum serangan umum
berlangsung, sudah banyak gerilyawan yang mulai memasuki kota Yogyakarta. dan Tepat pada pukul 06.00 pagi,
sirene penanda berakhirnya jam malam berbunyi dimana hal tersebut juga merupakan pertanda dimulainya serangan
umum.

Kurang lebih 2.500 orang pasukan gerilya TNI di bawah pimpinan Letkol Soeharto melancarkan serangan besar-
besaran di jantung Kota Yogyakarta. Pasukan TNI mengepung Kota Yogyakarta dari berbagai arah. dari arah utara
pasukan gerilya yang dipimpin oleh Mayor Kusno, kemudian Mayor Sardjono memimpin pasukannya melancarkan
serangan dari arah selatan dan Di arah barat, pasukan gerilya menggempur kota Yogyakarta dibawah pimpinan
Letkol Soeharto..

Banyak pertempuran hebat terjadi di ruas-ruas jalan kota Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret 1949 terbukti ampuh
untuk kembali merebut Yogyakarta dan mengalahkan Belanda. Belanda merasa kaget dan sedikit persiapan dalam
menangani serangan tersebut sehingga perlawanan yang dilakukan tidak mampu mengimbangan serangan TNI.
Dalam waktu singkat, Belanda berhasil didepak mundur. Pos-pos militer ditinggalkan dan Beberapa buah kendaraan
lapis baja dapat direbut oleh pasukan TNI.
Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam, sesuai dengan rencana semula, sekitar pukul 12.00.
TNI mulai mundur keluar kota untuk mengosongkan kota dan kembali menuju pangkalan gerilya seperti yang telah
direncanakan sebelumnya sebelum pasukan bantuan Belanda tiba di yogyakarta.

Berita kemenangan ini segera disebarkan secara estafet lewat radio dimulai dari Playen, Gunungkidul, kemudian
diteruskan ke pemancar di Bukit Tinggi, lalu diteruskan oleh pemancar militer di Myanmar kemudian ke New Delhi
(India) lalu sampai pada PBB yang sedang bersidang di Washington D.C, Amerika Serikat.

Serangan Umum 1 Maret dapat meningkatkan posisi tawar Republik Indonesia serta mempermalukan Belanda yang
telah mengklaim bahwa Republik Indonesia sudah lemah, Kemenangan ini juga berhasil meningkatkan moril dan
semangat juang pasukan gerilya TNI di wilayah lainnya. Tak lama setelah Serangan Umum 1 Maret terjadi Serangan
Umum Surakarta yang menjadi salah satu keberhasilan penting pejuang Republik Indonesia yang paling gemilang
karena membuktikan kepada Belanda bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan sabotase atau penyergapan
secara diam diam, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah kota Solo yang dipertahankan
dengan pasukan kavelerie, pasukan infantri serta komando yang tangguh. Serangan umum Solo inilah yang
mengusir Hindia Belanda untuk selamanya..

8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional

Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional - Tahun 1908 merupakan titik awal bangkitnya kesadaran nasional.
Dimulai pada tahun tersebut mulai bermunculan organisasi pergerakan nasional yang pertama (Budo Utomo - 20
Mei 1908), yang kemudian disusul oleh organisasi-organisasi lainnya (Sarekat Islam berdiri tahun 1905, namun saat
itu masih berbentuk sarekat dagang yang awalnya hanya mengayomi pedagang pedagang Islam). Dengan demikian
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan itu telah memasuki tahap baru, yang lain sifatnya
dengan perjuangan masa sebelum tahun 1908.

Perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya memiliki ciri dan sifat-sifat perjuangan yang berbeda
setelah tahun 1908, berikut sifat-sifat perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya setelah tahun
1908:

1. Menggunakan organisasi yang teratur dan lebih terstruktur.


2. Bersifat nasional, artinya sudah terjadi kerja sama antar daerah di seluruh Indonesia.

3. Tidak tergantung pada satu orang (pimpinan). Artinya, jika pimpinan / sesorang ditangkap, perannya dapat
digantikan oleh yang lain.
Pergerakan nasional di Indonesia sendiri lahir karena adanya beberapa faktor, yaitu faktor-faktor dari dalam dan luar
negeri.
Berkut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari dalam negeri:
1. Timbulnya kaum terpelajar. Mereka inilah yang memolopori pergerakan nasional.
2. Penderitaan rakyat yang sudah cukup lama, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk berjuang
membebaskan diri dari segala penjajahan yang menyebabkan penderitaan.

3. Pengalaman perjuangan masa lampau. Perjuangan fisik dan bersifat kedaerahan ternyata tidak banyak
berhasil, sehingga mendorong untuk mengubah cara perjuangan menjadi lebih diplomatik dan lebih
terkoordinasi.

Berkut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari luar negeri:
1. Adanya pengaruh dari gerakan nasional di negara-negara lain. Misalnya gerakan nasional di Filipina
dan India.
2. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904-1905. Hal ini telah membangkitkan semangat
banyak bangsa Asia bahwa mereka dapat mengusir bangsa eropa (penjajah) jika mereka bersungguh
sungguh, termasuk Indonesia untuk mengusir Belanda (kaum penjajah).

Untuk lebih mempersingkat waktu Berikutnya akan diulas organisasi-organisasi yang berdiri pada masa
Pergerakan Nasional. Beberapa organisasi yang berdiri pada masa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sarekat Islam (16 Oktober 1905)


Syarikat Islam / Sarekat Islam (disingkat SI) dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (disingkat SDI) didirikan oleh
Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat Dagang Islam merupakan organisasi pertama yang lahir di
Indonesia, pada awalnya Organisasi Sarekat Islam yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini merupakan perkumpulan
pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat.

Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam kemudian diubah menjadi Sarekat Islam (SI),
dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak hanya terbatas pada pedagang saja. Tujuan SI ialah
membangun persahabatan, persaudaraan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian
rakyat.

Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan Sarekat Islam sebagai berikut:

1. memajukan perdagangan
2. membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha (permodalan)

3. memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli

4. memajukan kehidupan agama Islam

Karena perkembangannya yang pesat pada waktu SI pusat mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya
Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Meskipun dalam anggaran
dasarnya tidak tampak adanya unsur politik, namun dalam kegiatannya Syarikat Islam menaruh perhatian besar
terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah hindia
Belanda.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Syarikat Islam (SI) pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada
bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai
politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto, sedangkan Abdoel Moeis
yang juga tergabung dalam Central Sarekat Islam menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan
ketokohan, dan bukan mewakili Central Sarekat Islam sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh
terdepan dalam Central Sarekat Islam.
Namun Tjokroaminoto tidak lama berada di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda tersebut
dan Tjokroaminoto keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), karena volksraad di anggap sebagai "Boneka
Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia Belanda dan tetap mengabaikan hak-hak kaum
pribumi. Sebelumnya Tjokroaminoto ketika itu sudah menyuarakan agar bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak
untuk mengatur urusan dirinya sendiri, namun hal ini ditolak oleh pihak Belanda.

Sarekat Islam yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner.
Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische
Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, namun karena
paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang
Belanda, sehingga usahanya tidak berhasil. Kemudian mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai
"Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela
rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.

Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Tan Malaka, Darsono, Alimin
Prawirodirdjo dan Semaoen. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto
dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen.

2. Budi Utomo (20 Mei 1908)


Organisasi Budi Utomo (juga disebut Boedi Oetomo) merupakan sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr.
Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.
yang Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dimana sebelumnya ia telah berkeliling Pulau Jawa untuk
menawarkan idenya membentuk Studiefounds..

Sejatinya organisasi ini Dipelopori oleh pemuda-pemuda dari STOVIA, Sekolah Peternakan dan Pertanian Bogor,
Sekolah Guru Bandung, Sekolah Pamong Praja Magelang dan Probolinggo serta Sekolah Sore untuk Orang Dewasa
di Surabaya. Para pelajar terdiri dari Muhammad Saleh, Soeradji, Soewarno A., Suwarno B., R. Gumbreg, R. Angka,
Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soetomo. Nama Budi Utomo sendiri diusulkan oleh Soeradji dan semboyan
yang dikumandangkan adalah Indie Vooruit (Hindia Maju) dan bukan Java Vooruit (Jawa Maju).

Gagasan Studiesfounds yang ditawarkan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo sejatinya bertujuan untuk menghimpun
dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar yang berprestasi dan memiliki perekonomian yang lemah sehingga
tidak dapat melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, akan tetapi gagasan itu melahirkan Budi Utomo.
Tujuan Budi Utomo sendiri ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, Budi Utomo menerapkan usaha-usaha sebagai berikut:

1. memajukan pengajaran
2. memajukan perdagangan, peternakan dan pertanian

3. menghidupkan kembali kebudayaan.

4. memajukan teknik dan industri

Seandainya dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik akan tetapi merupakan
organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA yang menjadi bagian intinya. Sampai menjelang kongresnya yang
pertama di Yogyakarta organisasi ini telah memiliki 7 cabang, yakni di Bogor, Batavia, Bandung, Yogyakarta,
Magelang, Ponorogo dan Surabaya. dalam mengejar kepentingannya Budi Utomo pada dasarnya menerapkan
strategi dengan bersifat kooperatif terhadap pemerintah belanda.

Untuk mengkonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo menggelar kongres yang pertama di
Yogyakarta yaitu pada 3-5 Oktober 1908. Kongres menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.

1. Kegiatan Budi Utomo terutama difokuskan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.
2. Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.
3. Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi.

4. R.T. Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dipilih sebagai ketua Budi Utomo.

5. Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada Pulau Jawa dan Madura .

Sampai dengan akhir tahun 1909, Budi Utomo telah memiliki 40 cabang dengan jumlah anggota sekitar 10.000
orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut mulailah terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke
generasi tua. Sehingga tidak sedikit anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan menyisakan golongan
priayi dan pegawai negeri sebagai anggota mayoritas di Budi Utomo. Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari
para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo terdepak ke belakang.

Mulai tahun 1912, saat Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin
mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu signifikan karena pada saat itu telah muncul organisasi-
organisasi nasional lainnya, seperti Indiche Partij (IP) dan Sarekat Islam (SI). Akan tetapi Budi Utomo tetap
memiliki andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yaitu telah membuka jalan dan memelopori
gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu setiap tanggal 20 Mei (Tanggal Berdirinya Budi Utomo) ditetapkan
sebagai hari Kebangkitan Nasional.

3. Muhammadiyah (18 November 1912)


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912
oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan K. H. Ahmad Dahlan, Tujuan
didirikannya Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran Islam, mengembangkan pengetahuan Islam dan cara
hidup menurut peraturan Islam, membantu dan meningkatkan kehidupan sosial masyarakat Islam.

Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara lain:

1. mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama Islam untuk memberantas
buta huruf
2. mendirikan dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan rumah yatim piatu

3. membentuk badan perjalanan haji ke tanah suci.

Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan tentang
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah
memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah,

Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 1913,
Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah
mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

K. H. Ahmad Dahlan sendiri memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 - 1922 dimana saat itu masih
menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah
digantikan oleh KH Ibrahim yang kemudian memimpin Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu
sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi
Muktamar 3 tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.

4. Indische Partij (25 Desember 1912)


Indische Partij (IP) berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yakni Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo).

Indische Partij memiliki cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan
Indonesia asli maupun golongan (keturunan) Arab, Cina dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan
bangsa indonesia dengan semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita Indische Partij banyak disebar luaskan melalui
media surat kabar De Expres. Selain itu juga disusun program kerja sebagai berikut:

1. meresapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia).


2. memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan agama yang
lainnya

3. memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan, maupun kemasyarakatan.

4. dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat
mereka yang ekonominya lemah.

5. berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.

6. memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.

Dengan tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti itu maka dapat diketahui bahwa Indische Partij berdiri di atas
nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indische Partij adalah
partai politik pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Sehingga dalam waktu yang relatif cepat Indische
Partij memiliki 30 cabang dengan anggota mencapai 7.000 orang yang kebanyakan orang Indonesia.

Oleh karena sifatnya yang progresif dengan menyatakan diri sebagai partai politik yang memiliki tujuan Indonesia
merdeka sehingga pemerintah hindia belanda tidak mau memberikan status badan hukum dengan alasan Indische
Partij bersifat politik dan akan mengancam ketertiban umum. Meskipun demikian, para pemimpin Indische Partij
masih terus menjalankan propaganda untuk menyebarkan pemikiran-pemikirannya.

Salah satu hal yang membuat pemerintah Hindia Belanda geram adalah tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul
Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang isinya berupa sindiran terhadap ketidak adilan
di daerah jajahan belanda. Karena kegiatan Indische Partij sangat mencemaskan pemerintah Belanda maka pada
bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman pengasingan dan mereka bertiga memilih
Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.

Setelah diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka eksistensi Indische Partij makin berkurang. Kemudian
Indische Partij merubah namanya menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National
Indische Partij (NIP). Pada perjalanannya National Indische Partij tidak pernah mempunyai pengaruh yang
singnifikan di masyarakat sehingga pada akhirnya hanya menjadi perkumpulan orang-orang terpelajar.

5. Partai Komunis Indonesia (9 Mei 1914)


Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang bernama H.J.F.M. Sneevliet.
Atas dasar Marxisme inilah kemudian pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan P.
Bersgma, H.W. Dekker dan J.A. Brandsteder berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging
(ISDV). Ternyata ISDV tidak mampu berkembang sehingga Sneevliet melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-
kadernya ke dalam tubuh Sarekat Islam (SI) dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan
sebaliknya anggota-anggota SI dijadikan anggota ISDV.

Dengan cara itu Sneevliet dan ISDV mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan Sarekat Islam, lebih-lebih setelah
berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI, seperti Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara
khusus untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah berada di bawah
pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxisnya dan selanjutnya terjadilah perpecahan dalam Sarekat Islam.

Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan
Desember 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Susunan pengurus PKI, antara lain Semaun (ketua),
Darsono (wakil ketua), Dekker (bendahara) dan Bersgma (sekretaris).
PKI semakin aktif dalam kancah politik dan untuk menarik massa PKI menghalalkan secara cara dalam
propagandanya. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk mempergunakan kepercayaan rakyat seperti Ramalan
Jayabaya dan Ratu Adil.

Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga merencanakan suatu petualangan politik.
Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain,
seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1
Januari 1927. Dalam waktu yang singkat semua pemberontakan PKI tersebut dapat ditumpas. Akhirnya, ribuan
rakyat ditangkap, dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).

6. Gerakan Pemuda / Tri Koro Dharmo / Jong Java (7 Maret 1915)


Gerakan pemuda Indonesia, sejatinya sudah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo, akan tetapi sejak kongresnya
yang pertama, peran pemuda di Budi Utomo telah banyak diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai
negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi tersebut.

Baru beberapa tahun kemudian, berdirilah Tri Koro Dharmo, Tri Koro Dharmo (Jong Java) merupakan sebuah
organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA tanggal 7 Maret 1915
dengan nama awal Tri Koro Dharmo(Memiliki makna : Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan pemuda ini didirikan atas
dasar banyaknya pemuda yang menganggap bahwa Budi Utomo merupakan organisasi elite.

Trikoro Dharmo yang diketui oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan organisasi pemuda yang pertama yang
anggotanya terdiri dari para siswa sekolah menengah yang berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya
tiga tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan Trikoro Dharmo ialah sebagai berikut:

1. menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya


2. mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi bumi putra pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan

3. membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya.

Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang sebenarnya ialah seperti apa yang
tertulis dalam majalah Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara
pemuda-pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan Bali. Oleh karena sifatnya yang masih Jawa sentris maka para
pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang senang.

Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918 nama Trikoro Dharmo diubah
menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Madura, Bali dan
Sunda. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan
Jong Sumatranen Bond, akan tetapi upaya ini belum bisa terlaksana.

Sejalan dengan berdirinya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah lain juga membentuk organisasi serupa, seperti
Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Selebes, dan lain-lain. Pada hakikatnya
semua organisasi itu masih bersifat kedaerahan (lokal), namun semuanya mempunyai tujuan ke arah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan daerah nya sendiri-sendiri.

Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini makin meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian
Indonesia merdeka. Sehingga Pada tahun 1928 Jong Java siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya
dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java semata-mata
untuk kepentingan tanah air. Oleh karena nya sejak 27 Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia
Moeda

7. Taman Siswa (3 Juli 1922)


Sekembalinya dari pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki
Hajar Dewantara) menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar
Dewantara sukses mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Dengan berdirinya Taman Siswa, Ki Hajar
Dewantara memulai gerakan baru bukan lagi dalam bidang politik akan tetapi di bidang pendidikan, yakni dengan
mendidik angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya bangsa.

Taman Siswa merupakan nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada
tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti
murid). Pada saat pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman
Siswa", yang merupakan realisasi gagasan dia bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah
Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan
memiliki 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Prinsip dasar dalam sekolah Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru dikenal sebagai Patrap Triloka.
Konsep ini dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang
diperkenalkan oleh Rabindranath Tagore (India/Benggala) dan Maria Montessori (Italia). Patrap Triloka memiliki
unsur-unsur (dalam bahasa Jawa)

 ing ngarsa sung tulada.... "(yang) di depan memberi teladan"),


 ing madya mangun karsa.... "(yang) di tengah membangun inisiatif/kemauan"),

 tut wuri handayani ...."dari belakang mendukung").

Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan Indonesia melalui sekolah Taman Siswa maka setiap tanggal 2
Mei (hari kelahiran Suwardi Suryaningrat / Ki Hajar Dewantara) maka ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional.
Selain itu, "Tut Wuri Handayani" juga ditetapkan sebagai semboyan yang terukir dalam lambang Departemen
Pendidikan Nasional.

8. Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927)


Algemeene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925 telah mendorong para
pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia yang kemudian
pada tahun 1928 Berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia. PNI
didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8 pemimpin, yakni Ir. Soekarno (sebagai ketuanya), Ir. Anwari,
Mr. Budiarto, dr. Cipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Dr. Samsi, Mr. Sunaryo dan Mr. Iskak. Mayoritas dari mereka
merupakan mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang baru pulang ke indonesia. Setelah
berdirinya Partai Nasional Indonesia para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang diketuai oleh
Ir. Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini.

Radikal PNI telah terlihatan sejak awal berdirinya. Hal ini tercermin melalui anggaran dasarnya bahwa tujuan PNI
adalah Indonesia merdeka dengan strategi perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI sudah
merumuskan program kerja sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928,
yaitu seperti berikut:

1. Usaha politik, dengan memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran atas persatuan bangsa
Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan negara negara di
Asia, dan memberantas segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan politik.
2. Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan derajat kaum wanita,
memajukan transmigrasi, memerangi pengangguran, memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan
mendirikan poliklinik.

3. Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta mendirikan bank-bank dan
koperasi.

Untuk menyebarluaskan gagasannya, PNI menbuat propaganda-propaganda, baik lewat surat kabar, seperti
Persatuan Indonesia di Batavia dan Banteng Priangan di Bandung, maupun lewat para pemimpin khususnya Bung
Karno sendiri. Dalam waktu singkat, PNI telah berkembang pesat sehingga menimbulkan kekhawatiran di sisi
pemerintah Belanda. Pemerintah selanjutnya memberikan peringatan kepada pemimpin PNI agar menahan diri
dalam propaganda, ucapan, serta tindakannya.
Dengan adanya isu bahwa pada awal tahun 1930 PNI akan melakukan pemberontakan maka pada tanggal 29
Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda mengadakan penggeledahan secara masal dan menangkap 4
pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Gatot Mangunprojo, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja. Kemudian mereka
ber 4 diajukan ke pengadilan di Bandung.

Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Setelah diadili di pengadilan
Belanda maka para tokoh ini dimasukkan ke penjara Sukamiskin. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno membuat
pembelaan dengan menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan sebagai
gugatannya.

Untuk memperdalam materi 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan nasional ada baiknya sobat juga membaca
materi Pergerakan Kebangsaan Indonesia dan materi 10 Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia
(Lengkap)

Sejarah Persiapan Proklamasi dan Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Persiapan Proklamasi dan Kemerdekaan Indonesia - Perlu sobat ingat kembali, banyak hal penting yang
mengubah Indonesia pada masa penjajahan berkat jasa para pemimpin, pemuda dan pahlawan Indonesia. berkat
mereka indonesia dapat keluar dari penjajahan yang dilakukan oleh beberapa negara, mulai Belanda yang menjajah
Indonesia pada masa kolonial selama hampir 3,5 abad (350 tahun), Inggris yang menjajah selama 5 tahun, kemudian
Jepang yang terakhir menjajah, dan pada masa penjajahan jepang itulah Indonesia berhasil merdeka.

Sejarah kemerdekaan indonesia kita awali ketika Jepang terdesak dalam perang Asia Timur Raya, saat itu tokoh
tokoh pergerakan nasional semakin giat mempersiapkan kemerdekaan. Golongan muda dan tua sepakat untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Meskipun mereka berbeda pendapat mengenai cara dan waktu
memproklamasikan kemerdekaan, namun keduanya tetap bersemangat dan berjuang untuk mempersiapkan
kemerdekaan indonesia.

Persiapan kemerdekaan Indonesia dimulai saat Jepang sedang berjuang pada Perang Dunia II. Saat itu Perdana
Mentri Jepang yaitu Tojo digantikan oleh Perdana Mentri Koiso yang menjanjikan bahwasanya Indonesia (saat itu
Hindia Timur) akan merdeka dikemudian hari. Mulai 1 Maret 1945 pemerintah pendudukan Jepang melalui
Balatentara XIV, yaitu Jendral Kumakici Harada mengumumkan rencana pembentukan BPUKPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam Bahasa Jepangnya disebut dengan
Dokuritsi Junbi Cosakai. Untuk lebih jelas mengenai Bagaimana proses kemerdekaan Indonesia, Langsung saja kita
simak informasi nya.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)


Pembentukan BPUPKI - Panglima pemerintahan Jepang di Jawa (Jenderal Kumakichi Harada), mengumumkan
pembentukkan Dokuritsu Jundi Coosokai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada tanggal 1 Maret 1945. Tujuan BPUPKI ialah untuk menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan
dengan persiapan kemerdekaan Indonesia.

BPUPKI beranggotakan 63 orang, didalamnya terdapat perwakilan Arab, Indonesia dan Cina serta 7 orang Jepang.
Pengurus BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945 dengan diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat.

Tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan sekaligus upacara pembukaan sidang pertama BPUPKI di
gedung Chuo Sangi In (sekarang Gedung Pancasila) di Jalan Pejambon 6 Jakarta. Pada zaman Belanda, gedung
tersebut ialah gedung Volksraad, lembaga DPR pada zaman kolonial Belanda. Selama berdiri BPUPKI mengadakan
dua kali masa sidang resmi, yaitu:

Sidang resmi pertama

Sidang resmi pertama berlangsung mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada masa sidang resmi pertama ini
bertujuan untuk merumuskan dan membentuk rangka dasar dari Undang-Undang Dasar, yang mana merupakan
dasar dari negara Indonesia. Setelah itu kemudian dirumuskan konstitusi negara. Masa sidang pertama BPUPKI ini
dikenal dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila.

Sidang resmi kedua

Sidang resmi kedua berlangsung 10 sampai 17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara, rancangan Undang-
Undang Dasar, kewarganegaraan, wilayah negara, pembelaan negara, ekonomi dan keuangan, pendidikan serta
pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang beranggotakan 19 orang
dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta. dan Panitia Pembelaan Tanah
Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso

Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni wilayah Hindia Belanda dahulu,
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya. Pada tanggal 11 Juli
1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil beranggotakan 7 orang yaitu: Prof. Dr. Mr. Soepomo
(ketua merangkap anggota), Mr. A.A. Maramis, Mr. Achmad Soebardjo, H. Agus Salim, Mr. R.P. Singgih, Dr.
Soekiman dan Mr. Wongsonegoro,

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil
perancang UUD tersebut, kemudian Pada tanggal 14 Juli 1945, Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, melaporkan hasil kerja panitia, yaitu:

1. Pernyataan kemerdekaan Indonesia.


2. Pembukaan Undang-Undang Dasar.

3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.

Sesudah sidang-sidang tersebut dilaksanakan, terbentuklah perumusan dasar negara Indonesia yang telah disepakati.
Yang mana perumusan tersebut merupakan hasil dari mufakat yang dilakukan oleh panitia sembilan, setelah
memilah-milah pendapat yang diutarakan seperti perbedaan pendapat yang muncul mengenai falsafah negara
Indonesia. Dari mufakat tersebut, panitia sembilan menyepakati perihal:

1. Bentuk negara, yaitu negara kesatuan


2. Bendera nasional, yang berwarna merah putih dan disebut Sang Merah Putih

3. Bentuk pemerintahan, yaitu republik

4. Bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia

5. Pernyataan kemerdekaan Indonesia, Pembukaan Undang-Undang Dasar dan Batang Tubuh Undang-
Undang Dasar

Sehingga Panitia Perancang UUD telah melaksanakan tugasnya. Pada tanggal 16 Juli 1945, BPUPKI menerima
dengan bulat naskah Undang-Undang Dasar yang dibentuk oleh Panitia Perancang UUD. Setelah menyelesaikan
tugasnya, BPUPKI menyerahkan semua hasil pekerjaanya kepada Saiko Shikikan (panglima tertinggi tentara di
Jawa). selanjutnya Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Pembentukkan PPKI - BPUPKI dibubarkan setelah melaksanakan tugasnya. kemudian Jenderal Terauchi pada
tanggal 7 Agustus 1945 menyetujui pembentukan Dokuritzu Zyumbi Inkai atau PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) sebagai pengganti BPUPKI. Tugas utama PPKI ialah mempersiapkan segala sesuatu
berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan.

Dokuritsu Junbi Inkai (PPKI), beranggotakan 21 orang sebagai upaya untuk pencerminan perwakilan etnis, yang
berasal dari: 3 orang dari Sumatra, 12 orang dari Jawa, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari
maluku, 1 orang dari Nusa Tenggara, dan 1 orang dari Tionghoa.
Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan
dari Jepang yang meliputi:

 Menyelesaikan dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang Dasar yang dipersiapkan BPUPKI


 Merumuskan dan memutuskan pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia bila saatnya telah tiba

Pada tanggal 9 Agustus, Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh nasional, yakni: Dr. Radjiman Widyodiningrat, Drs.
Mohammad Hatta dan Ir. Sukarno. mereka dipanggil ke Dalat Vietnam, untuk menerima informasi mengenai
kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan kemerdekaan, akan dapat dilakukan dengan segera. Adapun mengenai wilayah
Indonesia ialah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda.

Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar
proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap mereka merupakan alat buatan Jepang.
Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok. sehingga
PPKI baru dapat bersidang sehari setelah proklamasi kemerdekaan.

Sidang pertama PPKI

Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan antara lain:

1. mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945,


2. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia dan Drs. M. Hatta sebagai
wakil presiden Republik Indonesia

3. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR terbentuk.

Berkaitan dengan Undang Undang Dasar, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh BPUPKI, antara lain:

1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.


2. Pada pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli dan beragama Islam diganti
menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli

3. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa.

4. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat "Menurut kemanusiaan yang adil dan beradab" diganti
menjadi "kemanusiaan yang adil dan beradab".

Sidang kedua PPKI

PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945. Sidang tersebut memutuskan hal - hal berikut:

1. Membentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)


2. Membentuk 12 departemen dan menteri - menterinya.

3. Menetapkan pembagian wilayah Republik Indonesia atas 8 provinsi beserta gubernur - gubernurnya

Peristiwa Rengasdengklok
Chaerul Saleh, Sutan Sjahrir, Darwis dan Wikana mendengar kabar menyerahnya jepang kepada sekutu melalui
radio BBC. Setelah mendengar berita Jepang menyerah kepada sekutu, golongan muda mendesak golongan tua
untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun tokoh golongan tua seperti Ir. Soekarno
dan Drs. M. Hatta tidak mau terburu-buru mereka tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme
PPKI. Alasannya kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka khawatir akan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Tetapi, golongan muda, seperti Tan Malaka dan Sukarni menginginkan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan
secepat cepatnya. Beberapa perkumpulan yang termasuk golongan muda, misalnya: Kelompok Asrama Menteng 31
yang dipelopori Chaerul Saleh dan Sukarni serta Kelompok Asrama Indonesia Merdeka yang dipelopori Mr.
Soebardjo

Golongan muda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan secepatnya. Alasan mereka
adalah Indonesia dalam keadaan kekosongan kekuasaan (vakum). Negosiasi pun dilakukan dalam bentuk rapat
PPKI. namun Golongan muda tidak menyetujui rapat tersebut, mengingat PPKI merupakan sebuah badan yang
dibentuk oleh Jepang. Dan mereka lebih menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa indonesia sendiri, bukan
pemberian dari Jepang. Perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua inilah yang menjadi latar
belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

a. Golongan Tua

Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno dan Hatta. Mereka
adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan
prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan mereka adalah meskipun Jepang sudah kalah, kekuatan
militernya di Indonesia harus dipikirkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda
ke Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekedar masalah waktu pelaksanaan proklamasi itu sendiri.

b. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para anggota PETA dan mahasiswa
merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan menganggap bahwa PPKI merupakan
bentukan Jepang. Sehingga mereka menolak seandainya proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme PPKI.
Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, tanpa pengaruh
dari Jepang. Sutan Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di Pegangsaan Timur Jakarta pada
15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur, Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono,
Wikana dan Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia
merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.

Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur
No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945.
Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut, golongan pemuda menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah.
Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus dilakukan melalui PPKI. Oleh
sebab itu, PPKI harus segera menggelar rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak inilah yang telah
mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

c. Golongan Muda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok

Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, utusan golongan muda yang terdiri dari Wikana, Darwis telah
menghadap Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Wikana pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno
segera mengumumkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia pad esok hari, yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung
Karno pun menolak tuntutan itu, dan lebih menginginkan betemu dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan
anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. karena bung karno menginginkan kemerdekaan
Indonesia harus di capai tanap pertumpahan darah.

Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa pada esok hari akan terjadi
pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara besar-besaran. Hal tersebut pun membuat suasana menjadi
tegang antara Bung Karno dan Pemuda, yang di saksikan langsung oleh Drs. M. Hatta, Dr. Buntara, Mr. Iwa
Kusumasumantri dan Mr. Ahmad Subardjo. Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda memutuskan untuk
membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok . Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir
golongan pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksut dan tujuan para pemuda
membawa kedua pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.
Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad Subardjo dan golongan muda yang
diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan
di Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan muda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk
mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.

Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada golongan muda bahwa Proklamasi
Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu,
Cudanco Subeno (Komandan Kompi PETA Rengasdengklok) mau melepaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali
ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan.

Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta,
untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung Karno), yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok. Dan pada
malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di
Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

Perumusan Teks Proklamasi


Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka telah menyetujui
bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera dikumandangkan. Kemudian diadakanlah rapat yang membahas
Persiapan Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda, dipilihnya rumah Laksamana Maeda karena
tempat tersebut dianggap tempat yang aman dari ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala
Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr. Ahmad Subardjo.

Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan itu Sukarni, B.M.Diah dan
Mbah Diro dari golongan muda yang menyaksikan perumusan teks proklamasi. Semula golongan muda
menyodorkan teks proklamasi yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.

Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, diperoleh rumusan teks
proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-'05

Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah teks proklamasi selesai disusun, Permasalahan baru muncul yaitu perihal siapa yang harus menandatangani
teks tersebut, setelah teks proklamasi disusun. Drs. M. Hatta memberi usulan, agar teks proklamasi itu
ditandatangani oleh seluruh yang hadir sebagai Wakil Bangsa Indonesia. Sukarni dari golongan muda, mengajukan
usulan bahwa teks proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh semua yang hadir, tetapi cukup oleh dua orang saja,
yaitu Ir. Sukarno dan Drs. M. Hatta, Atas Nama Bangsa Indonesia. dan Ir. Sukarno juga diusulkan untuk
membacakan teks proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni, diterima. Kemudian, Sukarno meminta kepada Sayuti
Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut, dengan perubahan-perubahan yang disetujui bersama.

Setelah konsep selesai disepakati, Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik
yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya
pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke
kediaman Ir. Soekarno.

Persiapan Pembacaan Teks Proklamasi


Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda kembali ke rumah masing-
masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi setelah teks proklamasi selesai di rumuskan
dan di sahkan. saat itu Jepang mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan
proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, oleh karena itu tentara Jepang memblokade lapangan Ikada.
Barisan Muda pun telah ramai berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks
proklamasi. Pemimpin Barisan Pelopor (Sudiro), juga datang ke lapangan Ikada dan melihat pasukan Jepang dengan
persenjataan lengkap telah memblokade lapangan Ikada. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi
(Kepala Keamanan Bung Karno). Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari
lapangan Ikada ke rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai dipadati oleh massa, menjelang pembacaan teks proklamasi. Dr.
Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi
gangguan dari tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu oleh Arifin
Abdurrahman. Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo, Wakil Walikota Jakarta, meminta
kepada Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan
beberapa pengeras suara ke toko elektronik milik Gunawan.

Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno, S. Suhud, untuk
mencari tiang bendera. Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan
bambu tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera. Di sisi
lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera
tersebut masih belum standar seperti ukuran bendera sekarang.

Para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan karena mereka sudah tidak sabar
untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia. Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno
agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak jika harus
melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta. Ketegangan pun terjadi sebab Muwardi terus mendesak
Sukarno, untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta. Untunglah, 5
menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung mendampingi Sukarno untuk segera
melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pelaksanaan Upacara Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at)
di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi).

Upacara proklamasi kemerdekaan dipimpin oleh Latief Hendraningrat, tanpa protokol. Latief segera memimpin
barisan untuk berdiri, dengan sikap sempurna. Suhud dan Latief mengibarkan bendera merah putih secara perlahan-
lahan, sesudah selesainya pembacaan proklamasi, Bendera merah putih dinaikkan sambil diiringi lagu Indonesia
Raya, yang secara spontan dinyanyikan oleh seluruh masyarakat yang hadir pada saat itu.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti
Sukarni, Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono dan dr. Samsi,

Proses Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Pada kesempatan ini kita akan membahas materi tentang Proses Pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), Beberapa poin penting dalam materi ini adalah Awala Proses Pembentukan Indonesia (Sebelum
Merdeka), Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan, Pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Proklamasi, berikut pembahasan lengkapnya:

A. Awala Proses Pembentukan Indonesia (Sebelum Merdeka)


Belanda menjajah / masuk ke Indonesia. Di bawah kepemimpinan Cornelius de Houtman, Belanda berhasil masuk
ke Indonesia melalui Banten. Tujuan belanda saat itu adalah untuk mendapatkan dan menguasai pasar rempah-
rempah di indonesia dengan mendirikan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) yang bertempat di Banten pada
tahun 1602. Karena pada waktu itu pasar di Banten sadang mengalami persaingan perdagangan anatara Tionghoa
dan Inggris, oleh karna itu VOC dipindahkan ke Sulawesi Selatan. namun Di Sulawesi Selatan VOC mendapat
perlawanan dari Sultan Hasanddin.

Beberapa kali berpindah tempat akhirnya VOC mendapatkan tempat di Yogyakarta. Di Yogyakarta, VOC
menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya adalah Belanda mengakui mangkubumi sebagai Sultan
Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Surakarta dan
Kasunan Yogyakarta. kemudian pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan
Belanda. Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian menunjuk Daendels
sebagai gubernur jenderal hindia belanda.

Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berakhir secara keseluruhan saat Pemerintah Jepang melakukan
penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan dari Negara Inggris,
Australia, Amerika dan Belanda. Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang
mulai menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Di sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang
Belanda apabila tidak segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus dari Jepang,
Tjarda van Starkenborgh Stachouwer selaku Jenderal Hindia Belanda menyerah dan ditangkap oleh jepang. Hal ini
menjadi tanda berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di Indonesia sekaligus pertanda dimulainya masa penjajahan
Jepang di Indonesia. Menyerahnya Belanda tanpa syarat terhadap Jepang dilakukan melalui perjanjian Kalijati pada
tanggal 8 maret 1942.

Pada 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan pembentukkan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang
Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu
Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang)
serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI saat itu ialah 63 orang yang mewakili hampir semua wilayah
di Indonesia.

Kemudian BPUPKI dibubarkan setelah melaksanakan tugasnya. Pada tanggal 7 Agustus 1945 Jenderal Terauchi
menyetujui pembentukan Dokuritzu Zyumbi Inkai atau PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai
pengganti BPUPKI. Tugas utama PPKI ialah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian
kekuasaan.

Pada tanggal 9 Agustus, Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh nasional, yakni: Drs, Mohammad Hatta, Dr.
Radjiman Widyodiningrat, dan Ir. Sukarno. mereka dipanggil ke Dalat Vietnam, untuk menerima informasi
mengenai kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan kemerdekaan, akan dapat dilakukan dengan segera. Adapun
mengenai wilayah Indonesia ialah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda.

Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar
proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap mereka merupakan alat buatan Jepang.
Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok. sehingga
PPKI baru dapat bersidang sehari setelah proklamasi kemerdekaan.

B. Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at)
di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri
dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:

Saudara-saudara sekalian!

Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.

Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan
tahun!

Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang jatuh, namun
semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman
Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun
kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.

Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita
sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri
dalam kekuatan.

Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa
pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan
kemerdekaan.

Saudara-saudara:

Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :

PROKLAMASI

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL


YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN
CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945

ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.

SOEKARNO-HATTA.

Jadi, Saudara-saudara!

Kita sekarang sudah bebas!

Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!

Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi
independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini!

C. Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


Pembacaan teks proklamasi oleh Ir.Soekarno dan Mohd Hatta di Jl.Pengangsaan Timur no.56 (kediaman Soekarno)
telah memberikan semangat baru bagi seluruh rakyat Indonesia. Akibat pembacaan teks tersebut, maka bangsa
Indonesia telah merdeka dari tangan Jepang, dan bisa menentukan nasib di tangannya sendiri.

Sidang PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945 telah mengambil keputusan, menetapkan, serta
mengesahkan bahwasanya Undang-Undang Dasar telah menjadi dasar Negara Indonesia (UUD 1945). Dengan
demikian, maka sudah terbentuklah Negara Kesatuan republik Indonesia yang menganut system presidensial sebagai
system pemerintahannya, dengan memilih Ir.Soekarno dan Mohd.Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia. Mereka terpilih berdasarkan usul dari Otto Iskandardinata dan mendapat persetujuan
dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Saat itu hal pertama yang menjadi kendala adalah penyebaran berita atau informasi kemerdekaan Indonesia ke
seluruh pelosok negeri dan seluruh penjuru dunia. Hal ini dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah
dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang
pemuda Indonesia.

Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Naskah proklamasi
pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara). Ia menerima
naskah tersebut dari seorang wartawan bernama Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz agar
menyiarkan ke seluruh penjuru indonesia perihal kemerdekaan ini.

Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat hal tersebut dan
mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang keliru. Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor
berita Domei disegel dan karyawannya dilarang masuk. Namun, seorang wartawan bernama Jusuf Ronodipuro
membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.

Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak hal yang dilakukan
oleh para pemuda dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan. Mereka juga memasang plakat, maupun
menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong kereta api.

Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan daerah yang hadi di
dalam siding PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka adalah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan
dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.

D. Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Proklamasi


Peristiwa proklamasi yang diselenggarakan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB telah memberikan semangat
baru bagi rakyat Indonesia. Dengan adanya proklamasi ini, maka rakyat Indonesia telah terbebas dari penjajahan dan
berhak menentukan pemerintahan serta nasibnya sendiri. Para tokoh-tokoh nasional telah banyak berbuat untuk
menjadikan Negara Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Mereka takkenal takut dan lelah untuk terus
berdiskusi memperjuangkan kedaulatan indonesia. Berikut merupakan beberapa tokoh yang kami rasa berperan
besar dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia:

1. Ir. Soekarno

Tidak dapat dipungkiri peran Soekarno dalam berbagai peristiwa untuk merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Beliau terkenal dengan bapak proklamasi. Beliau merupakan seorang tokoh bangsa yang menjadi pemikir hebat dan
sangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan penjajah yang tidak memihak kepentingan rakyat pribumi. Ir.Soekarno
juga yang menyusun 5 poin pancasila yang sampai sekarang dijadikan dasar Negara Indonesia. Pada tanggal 17
Agustus 1945, beliau dengan didampingi oleh Mohd.Hatta membacakan naskah proklamasi yang telah disusun pada
malam harinya.

2. Drs. Mohammad Hatta

Drs. Mohammad Hatta bersama dengan Ir.Soekarno merupakan seorang bapak bangsa Indonesia. Beliau selalu setia
menemani Ir.Soekarno dalam memikirkan, merancang dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indoneisa. Drs.
Mohammad Hatta (Bung Hatta) seringkali menjadi perantara antara golongan muda dan golongan tua, terutama
dengan Bung Karno. Karena peran beliau, pendapat golongan tua dan golongan muda bisa dipertemukan.

3. Laksamana Tadashi Maeda

Walaupun beliau orang Jepang, Laksamana Tadashi Maeda rela membantu indonesia karena simpati akan nasib
rakyat indonesia, Maeda sendiri merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia
Belanda pada masa Perang Pasifik. Ia melanggar perintah Sekutu yang melarang para pemimpin Indonesia
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peranannya dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia adalah menyediakan tempat (rumahnya) untuk penyusunan konsep teks Proklamasi.

4. Sayuti Melik

Sayuti melik merupakan salah satu tokoh nasionalis yang berjasa pada saat peristiwa proklamasi. Salah satu jasanya
karena Sayuti Melik lah yang mengetik naskah proklamasi yang disalin dari tulisan tangan asli Ir.Soekarno. Beliau
juga masuk ke dalam keanggotaan PPKI.

5. Mr. Achmad Soebardjo


Achmad Soebardjo Djojoadisurjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 – wafat 15 Desember 1978) adalah
Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad Soebardjo adalah salah seorang tokoh dari golongan tua
yang berperan dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun peranan Mr. Achmad Soebardjo
ialah menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta.

6. B.M Diah

Beliau merupakan slaah satu tokoh yang ikut serta dalam penyusunan naskah proklamasi bersama dengan tokoh
lainnya. B.M Diah juga merupakan seorang wartawan yang sangat berperan dalam menyiarkan kabar berita
proklamasi ke seluruh pelosok indonesia.

7. Sukarni

Sukarni merupakan tokoh dari kalangan pemuda yang pada saat mendengar kabar bahwa Jepang telah menyerah
tanpa syarat kepada sekutu, dia bersama teman-teman yang lain langsung mendesak golongan tua yang dipimpin
oleh Ir.Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka kemudian menculik Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. ke Rengasdengklok. Peristiwa inilah yang dikenal dengan "peristiwa
Rengasdengklok".

Sejatinya Masih banyak tokoh-tokoh sekitar peristiwa proklamasi yang tidak disebutkan di atas. Mereka dengan
segenap kekuatan baik tenaga dan pikiran terus berjuang demi terciptanya proklamasi kemerdekaan Indonesia,
sehingga berkat jasa dari mereka bangsa indonesia bisa merdeka dan dapat menentukan nasibnya sendiri tanpa
campur tangan dari penjajah

Sejarah Lengkap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Lengkap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia - Perlu sobat ingat kembali, banyak hal penting yang
mengubah Indonesia pada masa penjajahan berkat jasa para pemimpin, pemuda dan pahlawan Indonesia. berkat
mereka indonesia mampu keluar dari penjajahan yang dilakukan oleh berbagai negara, mulai Belanda yang menjajah
Indonesia pada masa kolonial selama hampir 350 tahun, Inggris yang menjajah selama 5 tahun, kemudian diakhiri
Jepang yang menjajah indonesia selama 3,5 tahun sebelum akhirnya indonesia bisa merdeka.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sendiri dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 atau 17 Agustus 2605
menurut tahun Jepang, dimana teks proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs.
Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Pada kesempatan ini kita akan
menjelaskan Sejarah Lengkap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam beberapa poin, untuk lebih memahami
penjelasan dari kita sebaik nya sobat membaca artile 4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia terlebih dahulu.

Detik-detik pembacaan naskah proklamasi


Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda kembali ke rumah masing-
masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi setelah teks proklamasi selesai di rumuskan
dan di sahkan (Perumusan dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda). saat itu melalui mata-mata nya Jepang
mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di
lapangan Ikada, oleh karena itu tentara Jepang memblokade lapangan Ikada. Barisan Muda pun telah ramai
berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks proklamasi. Pemimpin Barisan
Pelopor (Sudiro), juga datang ke lapangan Ikada dan menyaksikan pasukan Jepang bersenjata lengkap telah
memblokade lapangan Ikada. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi (Kepala Keamanan Bung
Karno). Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari lapangan Ikada ke rumah
Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai didatangi oleh massa, menjelang pembacaan teks proklamasi. Dr.
Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi
gangguan dari tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu oleh Arifin
Abdurrahman. Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo (Wakil Walikota Jakarta) meminta
kepada Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan
beberapa pengeras suara ke toko elektronik milik Gunawan.

Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno, S. Suhud, untuk
mencari tiang bendera. Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan
bambu tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera. Di sisi
lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera
tersebut masih belum standar seperti ukuran bendera sekarang.

Saat itu para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan karena mereka sudah tidak
sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia. Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir.
Sukarno agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak jika harus
melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta. Ketegangan pun terjadi lantaran Muwardi terus mendesak
Sukarno untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta. Untunglah, 5
menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung mendampingi Sukarno untuk segera
melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pelaksanaan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at)
di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan
persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh
Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno.
Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut,
antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


2. Pengibaran bendera Merah Putih.

3. Sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.

Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada
seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.

Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari
tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah
Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil
bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Latief Hendraningrat.

Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.
Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr.
Latuharhary, Sukarni, Ibu Fatmawati, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr. Samsi,.
Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at)
di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri
dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:

Saudara-saudara sekalian!

Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.

Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan
tahun!

Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang jatuh, namun
semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.

Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman
Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun
kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.

Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita
sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri
dalam kekuatan.

Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa
pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan
kemerdekaan.

Saudara-saudara:

Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :

PROKLAMASI

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL


YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN
CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945

ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.

SOEKARNO-HATTA.

Jadi, Saudara-saudara!

Kita sekarang sudah bebas!

Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!

Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi
independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini!

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Salah satu kendala / masalah utama setelah terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah penyebaran berita
atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru indonesia dan dunia. Hal ini dikarenakan luas Indonesia
yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak
menyurutkan semangat juang pemuda Indonesia.
Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Naskah proklamasi
pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara). Ia menerima
naskah tersebut dari seorang wartawan bernama Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz agar
menyiarkan ke seluruh penjuru indonesia perihal kemerdekaan ini.

Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat hal tersebut dan
mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang keliru. Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor
berita Domei disegel dan karyawannya dilarang masuk. Namun, seorang wartawan bernama Jusuf Ronodipuro
membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.

Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak hal yang dilakukan
oleh para pemuda dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan. Mereka juga memasang plakat, maupun
menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong kereta api misalnya dengan slogan
Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..

Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan daerah yang hadi
pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka adalah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan
dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan
surat selebaran. Hampir semua harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita
proklamasi kemerdekaan indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda
yang berjuang melalui media pers antara lain Sayuti Melik, Sumanang dan B.M. Diah. Melalui berbagai cara dan
media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas ke penjuru Indonesia dan
terdengan di seluruh dunia.

8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

1. Pemberontakan PKI di Madiun (PKI Musso) Tahun 1948


Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun / PKI Madium tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir
Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh ? Jatuhnya kabinet Amir disebabkan karena kegagalannya
dalam Perundingan Renville yang dirasa merugikan Indonesia. Setelah kabinet Amir Sjarifuddin jatuh karena tidak
mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya Perjanjian Renville. Lalu dibentuklah kabinet baru dengan Mohammad
Hatta sebagai perdana menteri, namun Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak setuju dengan
pergantian kabinet tersebut.

Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi
Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Pada tanggal 11
Agustus 1948, Setelah Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk
memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru.

Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan markas gerilya. Pada
tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya
untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis.
Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun.

Kemudian atas perintah Jenderal Sudirman, tentara berhasil menumpas gerakan ini. Sang tokoh utama itu tewas
sedangkan beberapa yang lain seperti Dipa Nusantara Aidit (DN. Aidit) berhasil meloloskan diri.

Untuk menumpas pemberontakan PKI, TNI sebagai aparat pun tak diam saja dengan gerakan membahayakan ini.
pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi cukup signifikan. Di samping itu,
Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Sungkono di Jawa Timur dan Kolonel Gatot Subroto di
Jawa Tengah untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat
dari berbagai tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik
Indonesia. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Lukman dan DN. Aidit melarikan diri ke Vietnam dan Cina.
Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi
pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.

Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara Indonesia dari ancaman
kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh
bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dari pihak asing. Dalam kondisi bangsa yang masih begitu sulit
kala itu, ternyata Republik Indonesia sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis
dalam waktu singkat.

2. Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII)


DI/TII dibentuk karena banyak pihak yang kecewa dengan kepemimpinan Presiden Soekarno. Tujuan DI TII sendiri
ialah mendirikan negara berbasis Islam dengan pimpinan utamanya bernama Kartosuwiryo. Kelompok ini rupanya
mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk Aceh dan beberapa daerah lain yang bahkan menyatakan
bergabung dengan organisasi tersebut.

Dalam perkembangannya, DI TII menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
Kalimantan dan Aceh. Untuk melindungi kereta api, Kavaleri Kodam VI Siliwangi (sekarang Kodam III) mengawal
kereta api dengan panzer tak bermesin yang didorong oleh lokomotif uap D-52 buatan Krupp Jerman Barat. Panzer
tersebut berisi prajurit TNI yang siap tempur dengan senjata mereka. Bila ada pertempuran antara TNI dan DI/TII di
depan, maka kereta api harus berhenti di halte terdekat. Pemberontakan bersenjata yang selama 13 tahun itu telah
menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ribuan ibu-ibu menjadi janda dan ribuan anak-anak menjadi
yatim-piatu. Diperkirakan 13.000 rakyat Sunda, anggota organisasi keamanan desa (OKD) serta tentara gugur.
Anggota DI/TII yang tewas pun tak diketahui pasti jumlahnya.

Pemerintah menganggap jika gerakan ini akan membahayakan stabilitas dan kedaulatan negara. Oleh karenanya,
negara pun mengeluarkan perintah untuk menumpas gerakan ini agar tidak semakin merajalela. Kemudian setelah
Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi mati pada 1962, gerakan ini menjadi terpecah, namun tetap eksis
secara diam-diam meskipun dinyatakan sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia. Uniknya, sosok
Kartosoewirjo ini ternyata adalah sahabat dekat Bung Karno selama masih dalam pengasuhan HOS Tjokroaminoto.

3. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)


Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI tercipta sebagai buah dari protes masyarakat daerah yang
merasakan ketidakadilan pemerintah pusat. Daerah kecewa terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil
dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah
seperti berikut.

 Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
 Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.

 Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.

 Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.

Tanggal 10 Februari 1958 Ahmad Husein menuntut agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri dalam waktu 5 x 24
jam, dan menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas ditolak pemerintah pusat. Setelah
menerima ultimatum, maka pemerintah bertindak tegas dengan memecat secara tidak hormat Ahmad Hussein,
Zulkifli Lubis, Dahlan Djambek dan Simbolon yang memimpin gerakan sparatis. Langkah berikutnya tanggal 12
Februari 1958 KSAD A.H. Nasution membekukan Kodam Sumatra Tengah dan selanjutnya menempatkan langsung
di bawah KSAD. Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Dimana Mr. Syafruddin Prawiranegara diangkat sebagai perdana
menterinya.
Pemerintah pusat pun menganggap jika ini sebagai aksi membahayakan karena misi PRRI adalah membentuk
semacam pemerintahan tandingan. Belum lagi mereka didukung oleh banyak pihak pula. Akhirnya TNI dikerahkan
untuk memberantas gerakan ini dan Indonesia sekali lagi aman dari pergolakan.

4. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur. Gerakannya dikenal dengan Perjuangan
Rakyat Semesta (Permesta). Permesta dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2
Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Gerakan ini jelas melawan pemerintah pusat dan menentang tentara
sehingga harus ditumpas. Untuk menumpas gerakan Permesta, pemerintah melakuakan operasi militer beberapa kali.
Berikut ini operasi-operasi militer tersebut.

1. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.


2. Operasi Mena I yang dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.

3. Operasi Mena II yang dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan udara Morotai.

4. Operasi Saptamarga I yang dipimpin Letkol Sumarsono, dengan tujuan menumpas Permesta di Sulawesi
Utara bagian Tengah.

5. Operasi Saptamarga II yang dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan tujuan menumpas Permesta
di Sulawesi Utara bagian Selatan.

6. Operasi Saptamarga III yang dipimpin Letkol Magenda dengan tujuan menumpas Permesta di kepulauan
sebelah Utara Manado.

7. Operasi Saptamarga IV yang dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat, dengan tujuan menumpas Permesta
di Sulawesi Utara.

Ternyata Gerakan Permesta mendapat dukungan asing, terbukti dengan ditembak jatuhnya pesawat militer di atas
Ambon pada tanggal 18 Mei 1958 yang dikemudikan oleh Alan Pope yang merupakan seorang warga negara
Amerika Serikat.

Selain itu Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk mengirimkan 1 skuadron pesawat tempur
dan 1 resimen marinir untuk merebut Morotai bersama sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan
Yen Kung Chau menentang gagasan itu. karena khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan ikut serta membantu
Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan mempunyai alasan untuk mengintervensi terhadap Taiwan. walaupun
demikian. Taiwan sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan dan dua
squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner, Namun setelah bantuan Taiwan tercium
Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh penduduk WNI asal
Taiwan dan sejumlah surat kabar, sekolah ditertibkan. Meskipun mendapat banyak dukungan dari pihak asing,
pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan sekitar bulan Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada sampai
tahun 1961.

5. Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)


Gerakan Aceh Merdeka merupakan sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya daerah Aceh lepas dari
Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah
berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya korban hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga
dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro yang
sekarang bermukim di Swedia dan memiliki kewarganegaraan Swedia.

Untuk lebih lengkapnya silakan baca : Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan di Aceh (Gerakan Aceh
Merdeka)

Secara umum Latar belakang terjadinya Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka yang paling jelas adalah Perbedaan
budaya antara Aceh dan banyak daerah lain di Indonesia. Disamping itu, banyak kebijakan sekuler dalam
administrasi pada masa Presiden Soeharto (Orde Baru) sangat tidak disukai di Aceh, di mana banyak tokoh Aceh
tidak menyukai kebijakan pemerintahan Orde Baru yang mempromosikan satu "budaya Indonesia". Kemudian
lokasi provinsi Aceh yang terletak di ujung Barat Indonesia menimbulkan anggapan yang meluas di provinsi Aceh
bahwa para pemimpin di Jakarta yang jauh tidak mengerti dan memperhatikan masalah yang dimiliki Aceh serta
tidak bersimpati pada kebutuhan dan adat istiadat di Aceh yang berbeda.

Pada awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas. Deklarasi GAM yang
dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara diam-diam disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit
Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie. Setahun kemudian, teks tesebut disebarluaskan dalam versi tiga bahasa;
Inggris Indonesia, dan Aceh. Penyebaran naskah teks proklamasi GAM ini terungkap ketika salah seorang
anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan
orde baru mengetahui tentang pergerakan bawah tanah di Aceh.

Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang merupakan pemegang
saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL adalah operator ladang gas Arun yang berlokasi di Lhokseumawe,
Aceh Utara. Pada saat itu jumlah pasukan yang dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas. Meskipun sudah ada
ketidakpuasan cukup besar di Aceh namun hal tersebut tidak mengundang partisipasi aktif massa untuk mendukung
GAM. Dalam pengakuan Hasan di Tiro sendiri, pada awalnya hanya 70 orang yang bergabung dengannya dan
mereka kebanyakan berasal dari kabupaten Pidie, terutama dari desa di Tiro sendiri, yang bergabung karena loyalitas
pribadi kepada keluarga Hasan di Tiro, sementara sisanya bergabung karena faktor kekecewaan pada pemerintah
pusat.

Memburuknya kondisi keamanan di Aceh menyebabkan tindakan pengamanan keras dilakukan pada tahun 2001-
2002. Pemerintah Megawati pada tahun 2003 juga meluncurkan operasi militer untuk mengakhiri konflik dengan
GAM untuk selamanya dan keadaan darurat diberlakukan di Provinsi Aceh. Pada November 2003 darurat militer
diperpanjang lagi selama 6 bulan karena GAM belum dapat dihancurkan sepenuhnya. Menurut laporan Human
Rights Watch akibat dari di adakannya darurat militer di Aceh menyebabkan sekitar 100.000 orang mengungsi pada
7 bulan pertama darurat militer dan beberapa pelanggaran HAM.

Konflik ini sebenarnya masih berlangsung pada akhir 2004, namu saat itu tiba-tiba bencana Tsunami terjadi pada 24
Desember 2004 dan memporakporandakan segala infrastruktur di provinsi Aceh, sehingga secara tidak langsung
bencana alam terbesar dalam sejarah Indonesia tersebut berhasil membekukan konflik yang terjadi di Aceh.

Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan di Vantaa, Finlandia. Marti
Ahtisaari yang juga merupakan Mantan presiden Finlandia berperan sebagai fasilitator. Pada 17 Juli 2005, setelah
perundingan selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa,
Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses
perdamaian kemudia dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang
beranggotakan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa serta lima negara ASEAN.

Berdasarkan perjanjian maka terciptalah kesepakatan bahwa dilakukannya pelucutan senjata GAM dan Aceh akan
menerima otonomi khusus di bawah Republik Indonesia kemudian tentara non-organik (misal tentara beretnis non-
Aceh) akan ditarik dari provinsi Aceh (hanya menyisakan 25.000 tentara non-Aceh). Sebagai bagian dari perjanjian
tersebut, Uni Eropa menerjunkan 300 pemantau yang tergabung dalam Misi Pemantau Aceh (Aceh Monitoring
Mission). Misi mereka selesai pada tanggal 15 Desember 2006, setelah suksesnya pemilihan daerah gubernur Aceh
yang pertama.

6. Pemberontakan Gerakan Separatis Tragedi Nasional G 30 S/PKI Tahun 1965


PKI yang sempat ditumpas pada tahun 1948, perlahan kembali tumbuh subur dan makin menyebar keberadaannya.
Hal ini membuat mereka pun makin jumawa dan akhirnya jadi sebuah organisasi besar. Tujuan mereka pun sama
seperti PKI tahun 1948 yakni membangun negara komunis di Indonesia.

Gerakan G30SPKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat malam hari. Insiden G30SPKI
masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif yang melatar
belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat itu dan otoritas militer menyebarkan kabar bahwa insiden
tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Hingga pada puncaknya Pada tanggal 30 September 1965, PKI melakukan penculikan terhadap Enam (6) jenderal
senior TNI AD (Angkatan Darat). Tiga Jenderal yaitu: MT Haryono, Ahmad Yani dan DI Panjaitan tewas di tempat.
Sedangkan Tiga Jenderal lainnya seperti Sutoyo Siswomiharjo, Soeprapto dan S. Parman di bawa oleh para
pemberontak dalam kondisi hidup.

Rencana kudeta ini berhasil pada awalnya, namun pemerintah tak tinggal diam dan akhirnya melakukan serangan
balasan. Aksi balasan untuk menumpas PKI dipimpin Soeharto dan berhasil membuat PKI hanya tinggal sejarah
saja.

7. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM)


Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun 1965 yang bertujuan
untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi
yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.

OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia yang lain maupun negara-
negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara
Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya
kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari
tangan satu penjajah kepada yang lain.

Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain, Seth Jafeth Raemkorem dan Jacob
Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang Fajar dan memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat. Namun
republik ini berumur pendek karena segera ditumpas oleh militer Indonesia dibawah perintah Presiden Soeharto.

Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut adalah untuk menggalang dukungan
masyarakat internasional untuk mendukung kemerdekaan wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain
melalui PBB, GNB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN.

Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua merdeka hanyalah omong kosong yang
hanya dimanfaatkan para elit politik untuk mendapat kekuasaan serta dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang
siap meng eksplorasi emas yang dimiliki papua, lihat saja timor leste yang memisahkan diri dari indonesia, jadi apa
mereka sekarang ? tidak lebih dari dimanfaatkan australia semata.

8. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)


Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud
untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat).
Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan harus segera ditumpas. Pulau-pulau
terbesar yang menjadi basis RMS adalah Pulau Seram, Ambon, dan Buru. Di Ambon RMS dikalahkan oleh militer
Indonesia pada November 1950, tetapi konflik di Pulau Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan
di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, Setelah RMS mengalami kekalahan di indonesia
kemudian RMS mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda.

Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan semua kebijakan Pemerintahan, seperti Sosial, Politik, Keamanan
dan Luar Negeri. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di Ambon
berjalan lancar terkendali. Keadaan ini membuat pemerintahan Sukarno tidak bisa berpangku tangan menyaksikan
semua aktivitas rakyat Maluku, sehingga dikeluarkanlah perintah untuk menangkap seluruh pimpinan dengan semua
jajarannya, sehingga pada akhirnya dinyatakanlah bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai
Pemerintah RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS.

Pemerintah Belanda mendukung kemerdekaan RMS, Namun di tahun 1978 terjadi peristiwa Wassenaar, dimana
beberapa elemen pemerintahan RMS melakukan serangan terhadap Pemerintah Belanda sebagai protes terhadap
kebijakan Pemerintah Belanda. Oleh Press di Belanda dikatakanlah peristiwa itu sebagai teror yang dilakukan para
aktifis RMS di Belanda. Ada yang berpendapat serangan ini disebabkan karena pemerintah Belanda menarik
dukungan mereka terhadap RMS. Ada lagi yang menyatakan serangan teror ini dilakukan karena pendukung RMS
frustasi, karena Belanda tidak dengan sepenuh hati memberikan dukungan kepada RMS.
Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, adalah ketika di tahun 1978 kelompok RMS
menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah Belanda di Assen-Wassenaar. Selama tahun 70an, teror seperti ini
dilakukan juga oleh beberapa kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Komando Bunuh Diri Maluku Selatan
yang dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu dekat) Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok
ini merebut sebuah kereta api dan menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975.

Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk
menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku.
Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa
itu, walaupun sampai sekarang tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik kerusuhan Ambon.

Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan bendera RMS di hadapan Presiden Susilo Bambang
Yudhono pada hari keluarga nasional di Ambon. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku
menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam
jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS.
Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi.
Sebagian yang mencoba melarikan diri dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat.

Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di pengasingan Belanda berpendapat bahwa
mendirikan republik merupakan sebuah mimpi di siang hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi
kemerdekaan RMS yang dimuat pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan tulisan tentang antipati terhadap
Jakarta menguat.

Tujuan politik RMS sudah berlalu seiring dengan melemahnya keingingan memperjuangkan RMS ditambah tidak
adanya donatur atau negara asing yang menyuplai pendanaannya, kini hubungan RMS dengan Maluku hanya
menyangkut soal sosial ekonomi.

Bersyukur deretan kejadian di atas dapat ditumpas pada masanya. Jika tidak, mungkin keadaan negara ini sekarang
benar-benar berbeda. Harapannya, jangan sampai ada lagi hal-hal semacam ini di masa depan. Sudah cukup republik
ini menderita selama ratusan tahun akibat penjajahan serta deretan pemberontakan. Bagi kita yang hidup di era
sekarang, jangan mudah terpecah dan terkena provokasi yang bertujuan untuk menggoyahkan stabilitas negara.
Percayalah jika negara sudah melakukan yang terbaik. Alih-alih protes, mari kita bersama-sama membantu
pemerintah untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik lagi.

3 Landasan Hubungan Internasional Indonesia

Hubungan Internasional adalah hubungan antarnegara dalam berbagai aspek yang dilakukan suatu negara untuk
mencapai kepentingan negara tersebut. Hubungan Internasional juga disebut sebagai sebuah kebijakan publik yang
dapat bersifat positif atau normatif, karena berusaha menganalisis dan merumuskan kebijakan luar negeri negara-
negara tertentu.

Sejak merdeka, dalam menjalankan hubungan internasional, indonesia memegang prinsip pada kebijakan luar negeri
"bebas dan aktif" dengan mencoba mengambil peran dalam berbagai masalah regional sesuai porsinya dan selalu
berusaha menghindari keterlibatan dalam konflik di antara kekuatan-kekuatan besar dunia.

Dalam menjalankan Hubungan Internasional, Indonesia memiliki 3 Landasan Hubungan Internasional yang selalu
dijadikan acuan. 3 Landasan Hubungan Internasional tersebut adalah:

1. Landasan Idiil : Pancasila (Sila II)


2. Landasan Konstitusional : UUD 1945 (Pembukaan alinea I dan IV)

3. Landasan Operasional : GBHN

1. Landasan Idiil
Landasan idiil merupakan suatu landasan yang menjadi ideologi suatu bangsa, dalam hal ini landasan Idiil Indonesia
adalah pancasila. Landasan Idiil hubungan internasional indonesia adalah Pancasila sila kedua, yaitu "kemanusiaan
yang adil dan beradab", yang mengandung makna bahwa bangsa Indonesia menganggap dirinya sebagai bagian dari
umat manusia di dunia. Oleh karena itu, bangsa indonesia harus mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain (bekerjasama dengan sesama manusia).

2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional merupakan landasan yang berkaitan dengan segala ketentuan dan aturan tentang
ketatanegaraan / undang-undang dasar suatu negara. Landasan Konstitusional hubungan internasional indonesia
adalah UUD 1945 terutama dalam pembukaan (alenia I dan IV).

Pembukaan UUD 1945 alenia 1 "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".

Pembukaan UUD 1945 alenia 4 "… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Kemudian terdapat pula pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 13 yang berbunyi:
1. Presiden mengangkat duta dan konsul.
2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.

Dan yang terakhir terdapat pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 11 yang berbunyi:

1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undangundang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.

3. Landasan Operasional
Landasan Operasional merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara menyeluruh dari kehidupan
nasional suatu Negara. Terdapat 4 elemen landasan operasional hubungan internasional indonesia yaitu sebagai
berikut:

1. Ketetapan MPR, yaitu GBHN dalam bidang hubungan luar negeri. Menurut GBHN (TAP MPR RI No.
IV/MPR/1999) misi hubungan luar negeri Indonesia adalah perwujudan politik luar negeri yang berdaulat,
bermartabat, bebas dan pro aktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.
2. Undang-Undang, misalnya UU. No. 37 /1999 tentang hubungan luar negeri

3. Keputusan / Kebijakan presiden, yang dituangkan dalam Perpres.

4. Kebijakan / peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.

Sebuah hubungan internasional ditandai dengan dimulainya pembukaan utusan (konsuler atau diplomatik) yang
bersifat bilateral. Dalam hubungan internasional terdapat aktor yang melakukan hubungan internasional, aktor
pelaku hubungan internasional disebut sebagai subjek hukum internasional. Subjek hukum internasional ialah orang
atau lembaga/badan yang dianggap mampu melakukan perbuatan atau tindakan hukum yang diatur dalam hukum
internasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum internasional atas perbuatannya tersebut. Hukum
internasional pada dasarnya dijalankan oleh subjek hukum internasional. Dalam hal ini bukan hanya aktor tetapi
juga non negara. Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memiliki kebijakan
tersendiri yang mengatur hubungan internasional.
Kerjasama Regional Indoneisa, Lengkap Contoh dan Pembahasan

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau antar kelompok atau antar organisasi untuk
mencapai tujuan atau target yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati bersama. Atau kerjasama dapat
diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai
tujuan dan demi keuntungan bersama.

Kerjasama Regional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang biasanya berada dalam
suatu kawasan tertentu atau wilayah yang berdekatan. Ada beberapa organisasi kerjasama yang tersebar di berbagai
kawasan di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara ada Asean, Afta dan Apec, Di kawasan Asia Selatan ada Saarc.
kemudian di kawasan Asia terdapat ADB dan di kawasan eropa terdapat EFTA dan EU. Masing-masing kerjasama
regional tersebut memiliki tujuan nya masing-masing. Biasanya bentuk kerja regional diwujudkan dengan penetapan
kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

Contoh kebijakan hasil kerjasama regional adalah:

1. Penetapan peraturan dan perjanjian penanaman modal untuk memperkuat posisi tawar-menawar negara
anggota dalam menghadapi negara yang lebih maju.
2. Melakukan proteksi terhadap pengusaha domestik dalam menghadapi persaingan dari luar kawasan.

3. Pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas dengan meniadakan tarif bea masuk terhadap barang yang
berasal dari sesama negara anggota untuk meningkatkan skala pasar internasional.

Indonesia sendiri sebagai bagian dari negara-negara dunia selalu aktif dan tidak dapat menghindari kerjasama
regional dengan negara lain, terutama negara dalam satu kawasan. Ada beberapa alasan mengapa Indonesia wajib
menjalin kerja sama regional dengan negara lain, diantaranya adalah:

1. Untuk memasarkan produksi dari dalam negeri ke negara lain (ekspor).


2. Tidak semua kebutuhan konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi sendiri

3. Untuk menjaga stabilitas kawasan, meningkatkan hubungan ekonomi.

4. Sebagai bagian dari komunitas dunia, Indonesia perlu menjalin persahabatan dengan negara lain.

Contoh Kerjasama Regional


Berikut ini adalah beberapa contoh kerjasama regional yang ada diseluruh dunia:

EU / Uni Eropa (European Union)

Uni Eropa (European Union) adalah organisasi antar pemerintahan dengan anggota negara-negara Eropa. Uni eropa
bukanlah suatu negara federal atau organisasi internasional dalam pengertian tradisional, akan tetapi merupakan
suatu badan otonom di antara keduanya. Negara-negara anggota UE tetap menjadi negara yang independen dan
berdaulat, tetapi mereka menggabungkan kedaulatan mereka dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh dan
kekuatan kolektif yang lebih besar. Uni Eropa merupakan salah satu contoh kerjasama regional di kawasan eropa
dimana manfaat dari keberadaanya sangat dirasakan oleh masyarakat eropa.

Pada tahun 2002, Uni Eropa mengeluarkan mata uang tunggal Uni Eropa, yakni Euro yang digunakan bersama oleh
negara-negara Uni Eropa. Saat ini jumlah anggota UE mencapai 27 negara. Misi UE pun tidak hanya sebatas kerja
sama ekonomi lagi, namun berkembang sebagai berikut ini.

1. pemersatu bagi negara-negara benua Eropa


2. memastikan keselamatan hidup warganya

3. menjaga perdamaian, kesejahteraan dan stabilitas bagi warga negara anggota

4. menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial


5. menghadapi tantangan globalisasi dan menjaga keberagaman masyarakat Eropa

6. menjaga nilai-nilai masyarakat Eropa semacam pembangunan terpadu, kepedulian lingkungan, HAM, dan
masyarakat sosial ekonomi.

Apec (Asia Pasific Economic Cooperation)

APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation). Kerjasama Ekonomi APEC adalah forum kerjasama ekonomi yang
terbuka, informal, tidak mengikat, dibentuk di Canberra November 1989. Salah satu bentuk kerjasama dalam APEC
adalah Kerjasama Ekonomi dan Teknik (ECOTECH), Kerjasama tersebut memberikan kesempatan bagi negara-
negara anggota untuk meningkatkan pelatihan dan pendidikan dalam perdagangan internasional.

Secara historis terbentuknya Forum APEC lebih dilihat sebagai upaya untuk mengatasi kebuntuan yang melanda
perundingan-perundingan Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) atau Putaran Uruguay, di
Jenewa, Swiss. Sejatinya APEC sendiri mencakup negara-negara dari beberapa belahan benua, yakni negara-negara
ASEAN, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Meksiko, Papua Nugini, Korea Selatan, Jepang, China,
Hongkong, Taiwan, dan Cile. meskipun begitu kerjasama ini tetap diutamakan untuk negara-negara asia pasifik.

Asean (Association of Southeast Asian Nations)

Asean (Association of Southeast Asian Nations) atau Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara).
Organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerja sama regional negara-negara di Asia Tenggara. Asean beranggotakan
negara-negara Asia Tenggara seperti : Indonesia, Brunei Darusalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,
Singapura, Thailand, Vietnam.

Tujuan ASEAN adalah menyelenggarakan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang meliputi hal-
hal berikut.

1. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas keamanan di Asia Tenggara.


2. Mengadakan pembahasan bersama mengenai permasalahan yang terjadi di kawasan Asia Tenggara pada
khususnya dan Asia pada umumnya.

3. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia
Tenggara.

4. Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang sosial, ekonomi,
kebudayaan, administrasi, dan IPTEK.

5. Menyelenggarakan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam industri
pertanian.

6. Mendirikan industri dan memperluas perdagangan, termasuk perdagangan internasional.

7. Menyediakan bantuan fasilitas untuk latihan dan penelitian bagi negara anggota ASEAN.

8. Memelihara kerja sama dengan organisasi regional dan internasional lainnya.

NAFTA (North America Free Trade Area)

Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dibentuk pada tanggal 12 Agustus 1992. Negara yang
menjadi anggota NAFTA adalah Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Negara-negara tersebut sepakat untuk
membentuk kawasan perdagangan bebas bersama. Namun NAFTA mulai aktif pada tahun 1994. dimana tujuan
pembentukan NAFTA sendiri adalah sebagai berikut:

1. Mengatur impor dan produksi sesama anggota.


2. Meningkatkan kegiatan ekonomi di antara negara anggota.
3. Menetapkan standar produk atas barang-barang yang diperdagangkan.

4. Melindungi konsumen dengan mengutamakan aspek keselamatan, kesehatan, dan keserasian lingkungan
hidup.

AFTA (Asean Free Trade Area)


Adalah kesepakatan perdagangan bebas antara negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Kawasan Perdagangan
Bebas ASEAN (AFTA) untuk pertama kalinya dicetuskan pada KTT ASEAN ke-4 di Singapura pada tanggal 27-28
Januari 1992. AFTA secara resmi dimulai pada tanggal 1 Januari 1993. AFTA beranggotakan 7 negara anggota
ASEAN. Dengan AFTA diharapkan negara anggota dapat meningkatkan penghasilan ekspornya. Karena tujuan dari
pembentukan AFTA sendiri adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan jumlah ekspor negara-negara anggota ASEAN.


2. Meningkatkan investasi dalam kegiatan produksi dan jasa antar anggota ASEAN.

3. Meningkatkan investasi dari luar negara anggota ASEAN.

4. Meningkatkan perdagangan dan spesialisasi di lingkungan ASEAN.

Kerjasama Internasional Indoneisa, Lengkap Contoh dan Pembahasan

Negara tidak dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan bantuan atau kerja sama dengan negara lain. Bentuk kerja
sama dengan negara lain dapat berupa kerja sama di bidang ekonomi, politik, pertahanan, pendidikan, kebudayaan,
sosial, keamanan, dan sebagainya. Kerja sama sendiri dapat diartikan sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau antar kelompok atau antar organisasi untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya telah
direncanakan dan disepakati bersama. Atau kerjasama dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam pekerjaan
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan dan demi keuntungan bersama. selanjutnya apa itu
kerja sama internasional ?

Kerjasama Internasional
Kerja sama internasional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang tidak dibatasi oleh
letak negara atau memiliki lingkup seluruh dunia, kerjasama internasional biasanya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan seluruh negara-negara di dunia.

Hubungan kerjasama internasional dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu
negara dalam tata pergaulan internasional, di samping demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang
merupakan harapan seluruh manusia dan negara di dunia. Setiap negara sudah pasti memiliki kelebihan, kekurangan
dan kepentingan nya masing-masing. Hal-hal inilah yang mendorong dilaksanakannya kerjasama internasional.

Tujuan dan Fungsi Kerjasama Internasional


Kerjasama internasional didasari atas sikap saling menghormati dan saling menguntungkan, Dalam menjalin sebuah
kerjasama internasional biasanya memiliki tujuan dan fungsi sebagai berikut

Tujuan Kerjasama Internasional

1. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi dengan para negara yang
menjalin kerjasama.
2. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan para negara
yang menjalin kerjasama.

3. Menciptakan saling pengertian antar negara dalam membina dan menegakkan perdamaian dunia.

Fungsi kerja sama internasioanl

1. Saling menguntungkan kedua belah pihak dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi.


2. Meningkatkan penerapan iptek serta menanggulangi hal-hal yang dapat merusak budaya.

3. Meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan.

4. Mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.

5. Terjalin rasa saling menghargai dan menghormati ideology masing-masing.

Contoh Kerjasama Internasional


Ada beberapa organisasi kerjasama internasional yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya adalah WTO, ILO,
World Bank dan IMF.

WTO (World Trade Organization / Organisasi Perdagangan Dunia)

WTO / organisasi perdagangan dunia adalah organisasi intenasioanl yang bertujuan untuk meningkatkan
perdagangan internasional dengan cara membatasi atau manghapus peraturan yang bersifat menghambat kelancaran
pertukaran barang-barang internasional, dan berusaha untuk meningkatkan volume perdagangan dunia dengan cara
meliberalisasikan perdagangan internasional. WTO didirikan pada 1 Januari 1995 sebagai pengganti dari persetujuan
GATT, GATT sendiri merupakan persetujuan setelah Perang Dunia II untuk menghapuskan hambatan perdagangan
internasional.

WTO memiliki prinsip yaitu Non diskriminasi, liberasi perdagangan, stabilitas hubungan perdagangan di mana
mekanisme WTO dibangun untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah perdagangan antar Negara. Organisasi
WTO bermarkas di Jenewa, Swiss. dimana pada Juli 2008 telah memiliki 153 negara anggota (mayoritas negara di
dunia menjadi anggota organisasi ini).

ILO (International Labour Organisation / Organisasi Buruh Internasional)

ILO / Organisasi Buruh Internasional adalah sebuah wadah yang menampung isu buruh internasional di bawah PBB.
ILO didirikan pada 11 April 1919 sebagai bagian Persetujuan Versailles setelah Perang Dunia I. Organisasi ini
menjadi bagian PBB setelah pembubaran LBB dan pembentukan PBB pada akhir Perang Dunia II. ILO memiliki
tujuan untuk mewujudkan perdamaian melalui keadilan sosial, perbaikan nasib buruh, stabilitas ekonomi, sosial dan
menyusun hukum perburuhan. sejak tanggal 11 Juni 1950 Indonesia resmi menjadi anggota ILO.

World Bank / IBRD / Bank Dunia

Bank Dunia / IBRD adalah sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan pinjaman kepada negara
anggota untuk program pemberian modal. Bank Dunia / IBRD didirikan pada tanggal 27 Desember 1945 dengan
tujuan untuk membantu pembiayaan usaha-usaha pembangunan dan perkembangan negara-negara anggotanya
dengan memudahkan penanaman modal untuk tujuan yang produktif. Jadi Bank Dunia bekerja untuk mengatasi
masalah investasi di dunia.

Markas Bank Dunia berada di Washington, DC, Amerika Serikat. Secara teknis dan struktural Bank Dunia termasuk
salah satu dari badan PBB, namun secara operasional sangat berbeda dari badan-badan PBB lainnya.

IMF (International Monetary Fund / Dana Moneter Internasional)

IMF adalah organisasi internasional yang beranggotakan 189 negara yang bertujuan memperkuat kestabilan
keuangan, mempererat kerja sama moneter global, memperluas perdagangan dan investasi dunia, memperluas
lapangan pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mengatasi kemiskinan di seluruh dunia.

Organisasi IMF bermarkas di Washington, D.C. IMF dibentuk pada tahun 1944 dalam Konferensi Bretton Woods,
kemudian diresmikan tahun 1945 dengan 29 negara anggota. IMF sejak awal bertujuan menata ulang sistem
pembayaran internasional. Negara anggota menyumbangkan dana cadangan menggunakan sistem kuota. Dana
cadangan ini kemudian bisa dipinjam oleh negara anggota yang mendapat kesulitan dalam neraca pembayarannya.
Hingga 2010, dana cadangan IMF mencapai US$755,7 miliar. Pada negara-negara yang akan meminjam uang, IMF
dan Bank Dunia biasanya menerapkan syarat-syarat tertentu karena pada dasarnya IMF menganut paham
neoliberalisme yaitu untuk mendukung pasar bebas.

Bentuk Kerjasama Internasional


Berdasarkan bentuknya, kerja sama internasional dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Kerja sama bilateral

Kerjasama bilateral adalah bentuk kerjasama ekonomi yang dilakukan antar dua Negara. Kerjasama ini terjadi
karena kedua Negara saling mendapat keuntungan atau kedua Negara memiliki hubungan yang sangat baik. Sebagai
contohnya, Hubungan antara Indonesia dengan Jepang terkait perdagangan dan Hubungan Indonesia dengan Arab
Saudi terkait ibadah haji.

2. Kerja sama regional

Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam suatu kawasan atau wilayah.
Kerja sama ini biasanya dilakukan karena adanya kepentingan bersama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan
pertahanan. Contoh kerja sama regional antara lain ASEAN dan Liga Arab.

3. Kerja sama multilateral

Kerjasama mulitilateral adalah kerja sama yang biasanya dilakukan lebih dari dua Negara. Kerjasama jenis ini bisa
dalam satu wilayah, atau bisa dalam beda wilayah. Misalnya adalah hubungan kerjasama yang berada dalam beda
wilayah yaitu OPEC. dan hubungan kerjasama yang berada dalam satu wilayah yaitu ASEAN, MEE, NAFTA.

4. Kerja sama internasional

Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia (mayoritas negara didunia
tergabung dalam kerjasama ini). Sedangkan bentuk kerja sama nya dapat terjalin pada beberapa bidang, seperti :

 Kerja sama dibidang ekonomi, contohnya IMF, FAO, IBRD, UNCTAD.


 Kerja sama dibidang pertahanan, contohnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO.

 Kerja sama dibidang kebudayaan, contohnya pendidikan, IPTEK.

 Kerja sama dibidang sosial, contohnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.

Manfaat Indonesia dalam menjalin kerjasama internasional


Banyak manfaat yang dirasakan indonesia dalam menjalin kerjasama internasional, salah satunya adalah sebagai
berikut:

 Mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan menjaga keselamatan Negara.


 Meningkatkan perdamaian Internasional karena hanya dalam keadaan damai, Indonesia dapat membangun
dan meningkatkan kemakmuran rakyat.

 Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar kemakmuran rakyat
apabila barang tersebut belum bisa diproduksi di dalam Negeri.

 Turut meningkatkan kemakmuran seluruh negara di dunia, hal tersebut sebagai pelaksanaan cita-cita yang
tersimpul di dalam Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indoneisa.

 Dapat menjelaskan dalam menanggulangi penyelundupan manusia yang modus operandinya memiliki
kesamaan antar satu negara dengan negara lain.

 Lebih cepat dalam mengatasi ketertinggalan dalam beberapa bidang, karena dapat menjalin kerja sama
dengan Negara maju.
 Dapat menambah fasilitas untuk memperluas jaringan dan peningkatan pemanfaatan Sister City antara
kota-kota dan propinsi di Indonesia dengan kota-kota dan propinsi/distrik di mancanegara yang sudah
berkembang dan maju.

12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lain di dunia ini, Indonesia menganut asas politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan aktif, bebas artinya bahwa Indonesia tidak akan memihak pada suatu blok atau kekuatan
tertentu yang ada di dunia. Sedangkan aktif berarti bahwa Indonesia akan selalu turut serta dalam upaya memelihara
perdamaian dunia serta ikut berpartisipasi dalam meredakan ketegangan internasional. Hal tersebut semata-mata
diwujudkan untuk kepentingan nasional, terutama bagi kepentingan pembangunan di segala bidang.

Dan pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tersebut, maka indonesia bergabung dan
berperan aktif ke dalam berbagai forum dunia, salah satu nya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, namun
sebelum membahas 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disebut PBB, terlebih
dahulu sobat perlu mengetahui apa itu Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bagaimana latar belakang Perserikatan
Bangsa-Bangsa, yuk langsung saja kita simak ulasannya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Latar Belakangnya


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau dalam bahasa inggris disebut United Nations (UN) adalah organisasi
internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong kerjasama internasional.

Latar belakang dibentuknya PBB dimulai setelah Perang Dunia I (1914–1918). Pada 8 Januari 1918, Woodrow
Wilson (Presiden Amerika Serikat) mengusulkan membentuk Liga Bangsa-Bangsa (LBB) atau League of Nation.
Usulan Woodrow Wilson tertuang dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points). Sehingga pada 10 Juni 1920,
terbentuklah LBB di Versailles, Prancis. Adapun markas besarnya berada di Jenewa, Swiss.

Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. salah satu nya dengan cara melucuti senjata pada
negara konflik, mencegah perang melalui keamanan kolektif, menyelesaikan permasalahan antara negara-negara
melalui diplomasi dan negosiasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global. Sayangnya peranan LBB sebagai
lembaga pemelihara perdamaian dunia, tidak dapat terlaksana dengan baik.

Meskipun LBB dapat dikatakan gagal membawa perdamaian dunia, namun usaha untuk mencapai perdamaian dunia
terus dirintis kembali, salah satu nya oleh Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri
Inggris Sir Winston Churchill. Mereka mengadakan pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di lepas Pantai New
Foundland, Samudra Atlantik pada 14 Agustus 1941.

Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Piagam Atlantik (Atlantic Charter) dimana
didalamnya terdapat 8 poin penting, yaitu:

1. Pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang


2. Hak untuk menentukan nasib sendiri

3. Pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat bersangkutan

4. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris

5. Memajukan kerjasama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan sosial

6. Pengurangan rintangan perdagangan

7. Kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran

8. Menciptakan kebebasan di laut lepas


Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan susulan, antara lain di Moskow, Rusia (1943), Dumbarton Oaks,
Amerika Serikat (1944), dan Yalta, Ukraina (1945). Pada pertemuan di Dumbarton Oaks, Washington, diikuti oleh
Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Inggris dan Cina. Hasil pertemuan tersebut menyetujui dibentuknya organisasi
United Nations Organization atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April–26 Juni 1945) dihasilkan Piagam Perdamaian (Charter of Peace)
yang kemudian digunakan sebagai Mukadimah Piagam PBB. Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi
yang terdiri atas 444 orang. Akhirnya, secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri pada 24 Oktober 1945.

12 Peran Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


Indonesia menjadi salah satu negara yang dianggap memiliki peranan yang cukup penting selama keanggotaannya
dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Berikut 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Dalam rangka menjaga perdamaian dunia

1. Sebagai anggota PBB, Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika yang menghasilkan Dasasila
Bandung

2. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi pelopor pencetusan ZOFTAN dan SEANWFZ

3. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi salah satu pemprakarsa berdirinya ASEAN dan Gerakan Non Blok

4. Indonesia telah mengirimkan beberapa kontingen dalam rangka visi perdamaian dunia seperti pengiriman
kontingen Indonesia ke Lebanon Selatan, menyumbang lebih dari 1.000 personel pasukan yang tersebar di berbagai
negara di dunia, serta pengiriman beberapa kontingen pasukan Garuda di beberapa wilayan negara-negara di dunia,
misalnya

 Mengirimkan Pasukan Garuda I (1957) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB untuk menyelesaikan
Perang Arab-Israel
 Mengirimkan Pasukan Garuda II dan III (1960) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB untuk
menyelesaikan perang saudara di Kongo

 Mengirimkan Pasukan Garuda XIV (1993) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di Bosnia

 Mengirim Pasukan Garuda XXVI-C2 (2010) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di Lebanon
Selatan

Sebagai pemimpin serta anggota tetap dibeberapa organisasi PBB


5. Pada tahun 1971, Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik pernah ditunjuk untuk menjadi presiden di Majelis
Umum PBB.

6. Indonesia tiga kali terpilih menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu periode tahun 1974 – 1975,
periode tahun 1995-1996, dan periode tahun 2007-2008.

7. Indonesia pernah terpilih 11 kali sebagai anggota Dewan ekonomi dan sosial PBB, 2 kali ditunjuk sebagai
presiden dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, serta 3 kali sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut.

8. Indonesia juga terpilih sebanyak 3 kali menjadi anggota Dewan Hak Asasi manusia PBB dan satu kali ditunjuk
sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut, yaitu periode tahun 2009-2010.

Memberikan Bantuan kemanusiaan di berbagai negara


9. Pada Tahun 1984, Indonesia mengirimkan Bantuan berupa beras melalui FAO yang ditujukan untuk Ethiopia yang
waktu itu dilanda bencana kelaparan.

10. Pada Tahun 1995, Sebagai anggota PBB Indonesia membantu dalam menampung para pengungsi yang berasal
dari Vietnam di pulau Galang

Membantu penyelesaian konflik diberbagai negara

11. Pada Tahun 1989, Sebagai anggota PBB Indonesia berhasil membantu menyelesaikan konflik yang terjadi di
kamboja

12. Sebagai anggota PBB, Indonesia berperan menjadi mediator atas penyelesaian konflik yang terjadi antara
Filiphina dan Moro National Front Liberation (MNFL) yang menguasai Mindanau Selatan

Meskipun indonesia memiliki banyak peranan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), namun indonuseia juga
pernah keluar dari keanggotaan PBB. Hal tersebut terjadi pada tahun 1965 saat indonesia dipimpin oleh Presiden
Soekarno, keluarnya indonesia dari PBB didasari atas diterimanya malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan, karena pada saat itu indonesia menganggap malaysia sebagai negara boneka bentukan Inggris.

Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu
bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan Bahasa
Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat resmi, media massa, sastra, perangkat
lunak, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh
seluruh warga Indonesia.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia agar
kita semua makin mengetahui dan mencintai bahasa indonesia. Mari langsung saja kita awali pembahasannya dari
sejarah bahasa indonesia.

Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-
Sulawesi, yang dipakai sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern.

Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, menandakan bahwa
bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari pesisir tenggara Pulau Sumatera berkat penggunaannya
oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai
Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa
Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu
berkembang secara luas dan menjadi beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya
tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku.

Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat indonesia (pribumi) yang cukup baik, Pemerintah kolonial
Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi
kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan
merujuk pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) beberapa sarjana Belanda mulai
terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung
dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan Belanda, maka
secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula
bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901,
Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah
Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin
kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang
kemudian pada tahun 1917 Commissie voor de Volkslectuur diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya di sidang Volksraad.
Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa nasional di indonesia atas usulan Muhammad Yamin,
seorang sastrawan, politikus, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan:

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa
Melayu lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.
Namun secara Sosiologis kita dapat mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu "Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

Ada 4 faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan
bahasa (bahasa halus dan bahasa kasar).

3. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

4. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau,
seperti Chairil Anwar, Abdul Muis, Marah Rusli, Idrus, Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, Roestam
Effendi dan Hamka. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, morfologi, maupun
sintaksis bahasa Indonesia.

Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan
kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta
peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November
2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa
asing, bahasa daerah, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.
Fungsi Bahasa Indonesia
1. Fungsi Bahasa Indonesia Baku:

 Sebagai pemersatu : digunakan dalam hubungan sosial antar manusia.


 Sebagai penanda kepribadian : dapat mengungkapkan jati diri dan juga perasaan.

 Menambah wibawa : berfungsi untuk menjaga komunikasi yang santun.

 Sebagai kerangka acuan : memiliki tindak tutur yang terkontrol.

2. Secara umum sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis.


Menurut Santoso, dkk. (2004) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:
 Fungsi informasi : untuk mengungkapkan perasaan.
 Fungsi adaptasi dan integrasi : terkait hubungannya dengan sosial.

 Fungsi ekspresi diri : mendapatkan perlakuan terhadap sesama anggota masyarakat.

 Fungsi kontrol sosial : berfungsi untuk mengatur tingkah laku.

3. Sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan


Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan:
 Fungsi instrumental : guna memperoleh sesuatu.
 Fungsi regulatoris : agar dapat mengendalikan perilaku orang lain.

 Fungsi intraksional : agar dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.

 Fungsi personal : agar dapat berinteraksi dengan orang lain.

 Fungsi heuristik : agar dapat menemukan dan belajar sesuatu.

 Fungsi imajinatif : agar dapat menciptakan dunia imajinasi.

 Fungsi representasional : agar dapat menyampaikan informasi.

Kedudukan Bahasa Indonesia


1. Sebagai Bahasa Resmi/Negara

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi / bahasa negara memiliki dasar yuridis konstitusional,
yaitu pada Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai berikut:

 Bahasa resmi negara


 Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.

 Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.

 Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintahan.

2. Sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28
Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional
sekaligus merupakan bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
 Lambang jati diri (identitas).
 Lambang kebanggaan bangsa.

 Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah

 Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa
daerah yang berbeda.

Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia


1. Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda membangun badan penerbit buku bacaan yang kemudian diberi
nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur atau Taman Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi
Balai Pustaka. Badan penerbit tersebut menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti Nurbaya, buku
penuntun bercocok tanam, dan lain sebagainya yang membantu dalam penyebaran bahasa Melayu.
2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo memakai bahasa Indonesia di dalam pidatonya. Hal ini merupakan
pertamakalinya di sidang Volksraad, terdapat seseorang yang berpidato dengan memakai bahasa Indonesia.

3. Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan supaya bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa persatuan Indonesia.

4. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan
Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap
perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk
menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan
batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.

5. Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada
saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam
kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen,
mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
Badan Perwakilan.

6. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang
dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar
di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang
demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.

7. Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai dengan
bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: "Bahasa negara adalah bahasa Indonesia".

8. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang
sebelumnya berlaku.

9. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama Balai Bahasa.
Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972
diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan
sebutan Pusat Bahasa.

10. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres
Bahasa Indonesia II ini adalah perwujudan mengenai tekad bangsa Indonesia untuk tetap terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat menjadi bahasa kebangsaan serta ditetapkan menjadi
bahasa negara Indonesia.
11. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu Presiden Soeharto meresmikan
penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dengan melalui pidato kenegaraan di
depan sidang DPR dan dikuatkan dengan adanya Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

12. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu menetapkan mengenai
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi diberlakukan di Indonesia (Wawasan Nusantara).

13. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres
tersebut untuk memperingati hari Sumpah Pemuda ke-50. Selain telah memperlihatkan kemajuan,
perkembangan, dan pertumbuhan bahasa Indonesia, juga telah berusaha untuk memantapkan kedudukan
serta fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.

14. Tanggal 21-26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres Bahasa
Indonesia IV ini dilaksanakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda ke-55. Dalam putusannya itu
disebutkan bahwa pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesiab yang harus ditingkatkan sehingga
amanat tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, dimana mewajibkan kepada warga negara
Indonesia untuk memakai bahasa Indonesia dengan benar dan dapat tercapai dengan semaksimal mungkin.

15. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres
Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar 700s pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia serta
terdapat peserta tamu dari berbagai negara sahabat. Kongres tersebut ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada para pencinta bahasa
Indonesia di Nusantara, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

16. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya
yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan terdapat 53 peserta tamu dari mancanegara. Kongres ini
mengusulkan supaya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk lebih ditingkatkan statusnya
menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, dan mengusulkan agar disusun Undang-Undang Bahasa Indonesia.

17. Tanggal 26-30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta.
Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu
bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan Bahasa
Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat resmi, media massa, sastra, perangkat
lunak, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh
seluruh warga Indonesia.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Pada kesempatan kali ini kita akan membahas 20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa
Indonesia agar kita semua makin mengetahui dan mencintai bahasa indonesia. Mari langsung saja kita awali
pembahasan nya dari Sejarah Bahasa Indonesia.

Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-
Sulawesi, yang dipakai sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, menandakan bahwa
bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari pesisir tenggara Pulau Sumatera berkat penggunaannya
oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai
Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa
Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu
berkembang secara luas dan menjadi beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya
tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku.

Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat indonesia (pribumi) yang cukup baik, Pemerintah kolonial
Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi
kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan
merujuk pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) beberapa sarjana Belanda mulai
terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung
dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan Belanda, maka
secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula
bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai tampak. Pada tahun 1901,
Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah
Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin
kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang
kemudian pada tahun 1917 Commissie voor de Volkslectuur diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya di sidang Volksraad.
Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa nasional di indonesia atas usulan Muhammad Yamin,
seorang sastrawan, politikus, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan:

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa
Melayu lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.
Namun secara Sosiologis kita dapat mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu "Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau,
seperti Chairil Anwar, Abdul Muis, Marah Rusli, Idrus, Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, Roestam
Effendi dan Hamka. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, morfologi, maupun
sintaksis bahasa Indonesia.

Baca Juga : Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar Lengkap dengan Contoh
Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan
kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta
peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November
2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa
asing, bahasa daerah, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.

20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia


1. Tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh
Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat
Melayu.
2. Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda mendirikan badan penerbit buku bacaan yang kemudian diberi
nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur atau Taman Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi
Balai Pustaka. Badan penerbit tersebut menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti Nurbaya, buku
penuntun bercocok tanam, dan lain sebagainya yang membantu dalam penyebaran bahasa Melayu.

3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia di dalam pidatonya. Hal ini
merupakan pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat), terdapat seseorang yang berpidato
dengan memakai bahasa Indonesia.

4. Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan supaya bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa persatuan Indonesia.

5. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Armijn Pane, Amir Hamzah dan Sutan Takdir
Alisyahbana. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap
perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk
menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan
batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.

6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.

7. Tanggal 25-28 Juni 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan
terkemuka pada saat itu, seperti Ki Hajar Dewantara, Prof. Dr. Poerbatjaraka dan Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van
Ophuysen, mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam Badan Perwakilan.

8. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang
dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar
di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang
demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.

9. Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai dengan
bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: "Bahasa negara adalah bahasa Indonesia".

10. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang
sebelumnya berlaku.

11. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama Balai Bahasa.
Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972
diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan
sebutan Pusat Bahasa.
12. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres
Bahasa Indonesia II ini adalah perwujudan mengenai tekad bangsa Indonesia untuk tetap terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat menjadi bahasa kebangsaan serta ditetapkan menjadi
bahasa negara Indonesia.

13. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu Presiden Soeharto meresmikan
penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan
sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972..

14. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu menetapkan mengenai
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi diberlakukan di Indonesia (Wawasan Nusantara).

15. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres
tersebut untuk memperingati hari Sumpah Pemuda ke-50. Selain telah memperlihatkan kemajuan,
perkembangan, dan pertumbuhan bahasa Indonesia, juga telah berusaha untuk memantapkan kedudukan
serta fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.

16. Tanggal 21 - 26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini
dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan
bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada seluruh warga negara
Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.

17. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres
Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar 700s pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia serta
terdapat peserta tamu dari berbagai negara sahabat. Kongres tersebut ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada para pencinta bahasa
Indonesia di Nusantara, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

18. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya
yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan terdapat 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Amerika
Serikat, Rusia, Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, Italia, India, Jepang, Korea Selatan dan
Singapura. Kongres ini mengusulkan supaya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk lebih
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, dan mengusulkan agar disusun Undang-
Undang Bahasa Indonesia.

19. Tanggal 26 - 30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta.
Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

20. Tanggal 28 Oktober - 1 November 2008 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IX di Jakarta. Kongres ini
dilaksanakan tidak lepas dari peringatan 100 tahun kebangkitan nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60
tahun berdirinya Pusat Bahasa. Sehingga pada tahun tersebut juga dicanangkan sebagai Tahun Bahasa.
Dalam kongres ini dibahas 5 hal utama, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing,
pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa.

Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar (dengan Contoh)

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu
bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan Bahasa
Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat resmi, media massa, sastra, perangkat
lunak, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh
seluruh warga Indonesia.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
lengkap dengan Contohnya. Mari langsung saja kita awali pembahasan mengenai Penggunaan Bahasa Indonesia
Yang Baik dan Benar.

Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar


Terdapat aturan-aturan dalam menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, maksud dari kata baik adalah
bahasa indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyesuaikan situasi atau kondisi agar dapat
disampaikan dan dimengerti oleh lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari kata-kata yang digunakan harus
disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami.

Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat digunakan dalam kondisi tertentu:

1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi seperti rapat resmi, pidato dan
jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit memungkinkan keleluasaan
seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan dan kegiatan rohani.

3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran informasi atau kegiatan transaksi dalam
suatu percakapan yang membahas tentang suatu hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti
percakapan di sekolah atau di pasar.

4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki hubungan sangat akrab atau
intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga

5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat tidak resmi dan dapat
dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal teman) atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru
kenal). seperti pembicaraan dalam perkumpulan dengan teman-teman

Dalam menggunakan Bahasa Indonesia, selain memperhatikan kata yang baik, maka harus dilakukan dengan benar,
maksud dari kata benar adalah bahasa indonesia yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa baku, baik dalam
kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Berikut ini adalah 5 ciri-ciri ragam bahasa baku:

1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan,
namun secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku ialah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek
setempat atau bahasa daerah. Contohnya : /habis/ dan bukan /abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta /kalaw/
dan bukan /kalo/
2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku hingga saat ini dalam bahasa
Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.

3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit;
serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.

4. Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan menerapkan suatu pola kalimat
yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.

5. Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia
itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun sebenarnya mengharuskan komunikasi secara efektif, yaitu pesan
pembaca atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis dengan apa maksud aslinya.
Dari semua ciri bahasa di atas sebenarnya hanya nomor1 (lafal baku) dan nomor 3 (kata baku) yang paling sulit
dilakukan oleh ragam bahasa. Penggunaan lafal baku dan kata baku pada ragam konsultatif, santai dan akrab malah
akan menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik kesimpulan bahwa Tata bahasa
normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai
dari ragam beku hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, akrab dan
santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

Contoh menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar


Bahasa indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.

Berikut contoh pada undang-undang 1945:

Undang- undang dasar 1945, pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Dari beberapa kalimat pada undang-undang dasar tersebut menunjukkan bahasa yang sangat baku dan merupakan
bahasa yang baik dan benar.

Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab dapat berakibat bahasa menjadi
tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Hal seperti ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak
baik dan tidak tepat tempatnya.

Contohnya dalam tawar-menawar di sebuah pasar, misalnya pemakaian ragam baku akan menyebabkan kegelian,
kecurigaan atau keheranan. Karena akan sangat ganjil seandainya dalam tawar-menawar antara pembeli dan penjual
di pasar menggunakan bahasa baku, contohnya seperti ini:

 Penjual : Selamat siang bu, Ada yang bisa saya bantu ?


 Pembeli : Selamat siang pak, Apakah Anda menjual Tahu yang dibuat di Sumedang ?

 Penjual : Saya mempunyai Tahu yang anda cari bu, Tahu dari sumedang ini harganya adalah Rp. 50.000

 Pembeli : mahal sekali pak, Apakah saya boleh menawarnya ?

Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif sebab
tidak sesuai dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, berikut penggunaan bahasa
indonesia yang lebih tepat.

 Penjual : cari apa bu ?


 Pembeli : saya lagi nyari tahu tahu dari sumedang bang, ada gak ?

 Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. 50.000.

 Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.

Tata Bahasa Indonesia (Lengkap Pengertian, Sifat dan Macamnya)

Tata Bahasa Indonesia - Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tentu kita tidak akan terlepas dari tata bahasa. Tata
Bahasa yang dalam bahasa Inggris disebut Grammar sangat penting sebagai modal awal yang harus dikuasai
oleh seorang penutur bahasa inggris untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Di Indonesia kualitas
penerapan tata bahasa masih sangat rendah, hal ini terbukti seperti yang dipraktikan oleh bangsa Indonesia di media
massa maupun pada kehidupan nyata.
Pengertian Tata Bahasa
Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kaidah - kaidah yang mengatur penggunaan
bahasa. Tata bahasa merupakan ilmu linguistik (ilmu yang mempelajari bahasa). Tata Bahasa dalam bahasa
Indonesia sudah diatur dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1), tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan dalam
stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat dan tata makna. Dengan
kata lain, menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1) tata bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan
sintaksis.

Sifat Tata Bahasa


Secara umum tata bahasa bersifat normatif (umum) yaitu tata bahasa tersebut disusun berdasarkan gejala-gejala
bahasa yang umum dipakai dalam suatu masyarakat. Suatu Tatabahasa Normatif memberikan uraian atas struktur
umum dari suatu bahasa. Tetapi mengingat bahwa bahasa selalu berkembang setiap saat, maka selalu ada perubahan
yang terjadi atas struktur Bahasa, oleh karena itu tata bahasa normatif harus tetap mengikuti perkembangan itu.
Dengan kata lain Tatabahasa Normatif harus tetap bersifat deskriptif.

Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi (sudah mati) dalam komunikasi sehari-hari, tata bahasa Normatif dari
bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat preskiptif yaitu menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus
diikuti secermat-cermatnya, dan tidak boleh dirubah lagi. Misalnya tata bahasa dari bahasa-bahasa Latin,
Yunani, Sansekerta yang bersifat preskiptif.

Macam - macam Tata Bahasa


Berdasarkan cara penyusunnya, tata bahasa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Tata bahasa Deskriptif (sinkronis) adalah tata bahasa yang disusun berdasarkan pencatatan (deskripsi)
yang nyata atas struktur suatu bahasa. Tata bahasa ini biasanya meliputi suatu lingkungan masa yang
tertentu (sinkronis).
2. Tata bahasa Historis-komparatif (diakronis) adalah tata bahasa yang membicarakan perkembangan
struktur bahasa dari satu jaman ke jaman lain (historis atau diakronis), serta mengadakan perbandingan
antara struktur-struktur bahasa dari bermacam-macam jaman itu atau memperbandingkannya denngan
bahasa-bahasa lainnya (komparatif).

Bidang - bidang Tata Bahasa


Dalam Bahasa Indonesia terdapat 4 bidang tata bahasa modern dalam bahasa indonesia yaitu meliputi bidang
bidang sebagai berikut :

A. Fonologi
Isilah Fonologi berasal dari kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos berarti ilmu, fonologi disebut juga
sebagai tata bunyi. Fonologi merupakan bagian dari tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi
bahasa secara umum. Fonologi merupakan ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa serta distribusinya.
Fonologi meliputi dua bagian yaitu:

1. Fonetik

Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh manusia. Fonetik merupakan
ilmu yang mempelajari bagaimana sekumpulan bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain itu fonetik juga
berguna untuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa,
terdiri dari huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap), dan kluster (konsonan yang ditulis rangkap.
Fonetik memiliki tiga cabang utama yaitu:

 Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan utamanya bagaimana otak mengolah data yang
masuk sebagai suara.
 Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga kita.
 Fonetik artikulatoris yang mempelajari gerakan dan posisi bibir, lidah serta organ-organ manusia lainnya
yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.

Ilmu fonetika pertama kali telah ditemukan dan dipelajari sekitar abad ke5 SM di India kuno oleh Panini. Semua
aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini. Internasional
Phonetic Asociation (IPA) telah mengamati > 100 bunyi manusia yang berbeda serta menstranskripsikannya melalui
Internasional Phonetic Alphabet mereka.
2. Fonemik

Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Fona
merupakan satuan bunyi ujaran yang bersifat netral dan masih belum terbukti (tidak membedakan arti). Sedangkan
fonem merupakan satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Alofon adalah variasi fonem disebabkan
pengaruh lingkungan yang dimasuki. Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem berbeda dengan huruf. Ada tiga
unsur fonem yang penting yaitu udara, titik artikulasi (bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh articulator), dan
artikulator (bagian alat ucap yang bergerak).

B. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik atau tata bahasa yang mengkaji
tentang pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata bentuk.
Morfem merupakan satuan ujaran yang memiliki makna gramatikal atau leksikal yang turut serta pada
pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata. Berdasarkan potensinya morfem dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :

 Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga harus selalu berikatan dengan
morfem bebas melalui proses morfologis, atau proses pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-,
pe-, -an, ke--an, di-, swa-, trans-, -logi, -isme
 Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta secara gramatikal menduduki
satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas disebut juga sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar)
yaitu seperti buku, kantor, pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem bebas atau kata dasar.

Morfem yang bergabung dengan morfem lain sering mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat me- bisa
berubah menjadi mem-, men-, meny-, menge-, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Alomorf yaitu
variasi morfem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki.

C. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis berarti pengaturan. Sintaks yaitu ilmu
mengenai prinsip serta peraturan untuk membuat sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk
langsung pada sebuah peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat pada bahasa apapun. Pakar sintaksis
pun berusaha mendapatkan aturan umum yang diterapkan pada setiap bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan
untuk merujuk pada aturan yang mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa pemrograman komputer dan
bahasa formal buatan.

D. Sematik

Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang berarti memberikan tanda. Semantik yaitu cabang
linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik
biasanya dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna : sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari
simbol yang lebih sederhana, serta pragamatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu
kondisi atau konteks tertentu.
Tata Bahasa Tradisional dan Tata Bahasa Structural
Tata bahasa tradisional adalah tata bahasa yang hanya mencontoh warisan tata bahasa barat serta mewarisi semua
kaidah gramatikal dari tata bahasa Latin-Yunani. Pada umumnya tata bahasa yang ada di Indonesia masih
bersifat tradisional. Oleh karena itu perlu diperbaiki, disesuaikan dengan jalan dan struktur bahasa Indonesia yang
sebenarnya.

Tata bahasa struktural adalah tata bahasa hasil dari menyelidiki bahasa-bahasa secara tersendiri, terlepas dari
segala macam prasangka yang ada. Struktur berarti hubungan yang relatif tetap antara bagian-bagian yang
membentuk suatu hal.

Membaca Pemahaman dan Unsur - Unsurnya, Lengkap Penjelasan

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai kemampuan membaca pemahaman. Pembahasan tersebut
berkaitan dengan pengertian membaca pemahaman, aspek-aspek membaca pemahaman, tujuan membaca
pemahaman dan sebagainya, langsung saja mari simak ulasannya.

1. Pengertian Membaca Pemahaman


Kegiatan membaca pemahaman adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang
mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Membaca pemahaman merupakan pemahaman arti atau
maksud dalam sebuah bacaan melalui tulisan. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam
membaca, yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang berwujud bacaan
(Lado dalam Nurhadi, 1987:222). Jadi, seseorang yang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus
menguasai bahasa atau tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan dapat menangkap informasi atau
isi bacaan tersebut.

Untuk dapat memahami isi sebuah bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman
yang baik pula. Pemahaman adalah salah satu aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya
pemahaman sebuah bahan bacaan dapat meningkatkan ketrampilan membaca itu sendiri maupun untuk tujuan
tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami
bahan bacaan. Tujuan membaca ialah pemahaman bukan kecepatan (H.G. Tarigan, 1986:37).

Membaca pemahaman didefinisikan juga sebagai salah satu macam membaca yang bertujuan memahami isi bacaan
(Sujanto dalam Nurhadi, 1987:222). Kemampuan membaca sangat kompleks dan tidak sekedar kemampuan teknik
membacanya saja tetapi juga kemampuan dalam pemahaman dan interpretasi isi bacaan.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca pemahaman
merupakan kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan, baik yang tersirat maupun yang tersurat dalam bahan
bacaan tersebut.

2. Tujuan Membaca Pemahaman


Seandainya kita melakukan sesuatu kegiatan, tentulah kita memiliki tujuan tertentu yang ingin kita capai. Demikian
halnya di dalam membaca pemahaman juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan membaca
pemahaman ialah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, pola-
pola teks atau urutan-urutan etoris, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga
sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (H.G. Tarigan, 1986:36).

Berdasarkan pendapat H.G. Tarigan diatas, dapat dilihat bahwa tujuan membaca pemahaman mencakup beberapa
hal. Jelasnya membaca pemahaman diperlukan bila kita ingin mempelajari dan memahami masalah yang kita baca
sampai pada hal-hal yang sangat detail.

3. Aspek-aspek Membaca Pemahaman


Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih
kecil lainnya. Agar seseorang dapat mencapai suatu tingkat pemahaman, seharusnyalah ia mengalami proses yang
cukup panjang. Oleh karenanya, kita perlu mengenal dan menguasai beberapa aspek dalam membaca pemahaman.
Aspek-aspek dalam membaca pemahaman meliputi (Broughton [et al] dalam H.G. Tarigan, 1986:12):
1. memahami pengertian sederhana (retorikal, gramatikal, leksikal),
2. memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan,
reaksi pembaca)

3. evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)

4. kecepatan membaca yang fleksibel dan mudah disesuaikan dengan keadaan .

Di dalam membaca pemahaman, si pembaca tidak hanya dituntut hanya sekadar mengerti dan memahami isi bacaan,
tetapi ia juga harus mampu menganalisis atau mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman
dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.

4. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman


Menurut McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, memaparkan mengenai prinsip-prinsip membaca sebagai
berikut (McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, 2008:3-4):

1. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.


2. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.

3. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

4. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

5. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.

6. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

7. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan


pemahaman.

8. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.

9. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

10. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

5. Langkah-langkah Membaca Pemahaman


Di dalam memahami bahan bacaan, ada 4 langkah yang perlu dilakukan oleh pembaca. Adapun 4 langkah yang
perlu dilakukan dalam membaca, yaitu (Suyatmi, 2000:45):

1. Menentukan tujuan membaca


2. Membaca secara menyeluruh isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok yang
terkandung dalam setiap paragrafnya

3. Preview artinya membaca selayang pandang

4. Mengemukakan kembali isi bacaan dengan memakai kalimat dan kata-kata sendiri.

Adanya kemampuan membaca pemahaman yang tinggi diharapkan dapat menangkap ide-ide pokok yang terdapat
dalam bahan bacaan, menemukan hubungan suatu ide pokok dengan ide pokok yang lain serta secara
keseluruhannya, selanjutnya dapat menghubungkan apa yang dipahami dari bahan bacaan tersebut dengan ide-ide
diluar bahan bacaan. Membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa aktivitas seperti,
mengamati, memahami ide, dan aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bahan bacaan.
6. Tingkatan Membaca Pemahaman
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam. Empat tingkatan atau kategori
pemahaman membaca, yaitu kritis, inferensial, literal dan kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie dalam
Hairuddin, dkk, 2008). Pembahasan mengenai tingkat pemahaman tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Pemahaman kritis adalah kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama
dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan
dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk
menilai teks.
2. Pemahaman inferansial merupakan kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak
langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang
diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini,
pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan,
dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat hipotesis atau dugaan.

3. Pemahaman literal merupakan kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam
teks. Pemahaman literal adalah pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah,
pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan.
Pemahaman literal adalah prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin,
dkk, 2008).

4. Pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengungkapkan respon estetis dan emosional terhadap teks
yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi
kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. Dalam
pemahaman kreatif, pembaca dituntut memakai daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang
melebihi apa yang disajikan penulis (Hafni dalam Hairuddin, dkk, 2008).

Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian, Makna dan Nilai

Pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia


Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu mawas yang artinya memandang atau melihat, jadi kata wawasan
dapat diartikan cara melihat atau cara pandang. Sehingga Wawasan Kebangsaan Indonesia adalah cara pandang
mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Selain pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia diatas. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI,
meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan indonesia adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai cara memandang / sudut pandang yang mengandung kemampuan
seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang
dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal
(Suhady dan Sinaga, 2006).

Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih bersifat filosofia normatif.
Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan yang melahirkan bangsa Indonesia. Akan tetapi situasi dan
suasana lingkungan yang terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu ke
waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan perkembagan dan
berbagai bentuk implementasinya.

Makna Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki berbagai makna, salah satunya adalah:
1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan individu atau golongan.
2. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik

3. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka
Tunggal Ika dipertahankan.

4. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju
dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.

5. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah
berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di dunia.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki 6 dimensi yang bersifat
mendasar dan fundamental, yaitu sebagai berikut:

1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta atas tanah air dan bangsa.

3. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.

4. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan besatu.

5. Masyarakat adil-makmur.

6. Kesetiakawanan sosial.

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?


Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu
kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya
secara tidak terpisahkan, yang mempersatukan bangsa dan negara secara menyeluruh mencakup segenap bidang
kehidupan nasional yang meliputi aspek ekonomi, politik, sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran politik
bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan
dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif. Sedangkan
geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan
ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Landasan Wawasan Kebangsaan

 Konstitusional ==> UUD 1945


 Idiil ==> Pancasila

Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, Yaitu:

1. Wadah (Contour)
2. Isi (Content)

3. Tata laku (Conduct)

Berikut penjelasan dari ke 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan diatas.

Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia mempunyai
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan kenegaraan dalam bentuk supra struktur politik dan
wadah dalam kehidupan bermasyarakat pada berbagai kelembagaan dalam bentuk infra struktur politik.

Isi (Content)

Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional.

Tata laku (Conduct)

Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku, yang terdiri dari :

 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku dari bangsa Indonesia.
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa berdasarkan kekeluargaan dan
kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menyebabkan rasa
nasionalisme yang tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional.

Asas Wawasan Kebangsaan


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, ditaati dan diciptakan agar terwujud demi
tetap taat dan setianya unsur / komponen pembentuk bangsa Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan
(commitment) bersama. Asas Wawasan Kebangsaan terdiri dari:

1. Kepentingan/Tujuan yang sama


2. Solidaritas

3. Keadilan

4. Kerjasama

5. Kejujuran

6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

Hakekat Wawasan Kebangsaan


Hakekat Wawasan Kebangsaan Adalah keutuhan nasional / nusantara, dalam pengertian cara pandang yang selalu
utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.

Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional


Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah pada pencapaian tujuan nasional diperlukan
suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan kebangsaan untuk mewujudkan aspirasi bangsa
serta kepentingan dan tujuan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain adalah pedoman bagi proses
pembangunan nasional menuju tujuan nasional. sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus
diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional merupakan dua konsepsi dasar yang saling
mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan
berkembang seterusnya.

Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan


Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan
Pewarganegaraan. Tentu sebagian dari kita ada yang bertanya-tanya apa sih yang di maksud dengan warga negara
itu, apa sih kewarganegaraan dan apa itu pewarganegaraan. Jika sobat menanyakan pertanyaan tersebut maka sobat
berada dijalur yang tepat untuk mendapatkan jawabannya. mari langsung saja kita bahas materi Pengertian dan
Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan secara gamblang dan mendetail di sini.

A. Pengertian Warga Negara


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang
berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang
warga negara dari negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga sebuah negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai keterikatan timbal balik
dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga
negara setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara.

Pengetian warga negara ini sering keliru dengan pengertian penduduk, untuk itu kita juga akan menjelaskan
pengertian penduduk dan perbedaan warganegara dengan penduduk.

Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal / menetap / berdomisili di dalam wilayah suatu
negara. di indonesia pasal yang khusus menangani perihal masalah kependudukan diatur dalam pasal 26 UUD 1945.

Setelah kita mengetahui pengertian warga negara dan pengertian penduduk, selanjutnya kita akan membahas apa
Perbedaan warganegara dengan penduduk. Perbedaan utama dari warga negara dan penduduk adalah:

1. Warganegara Merupakan anggota dari suatu Negara yang bersifat resmi/ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, dan warga Negara sudah pasti merupakan anggota Negara tersebut.
2. Sedangkan Penduduk Merupakan orang-orang yang berdomisili di wilayah Negara tertentu, namun
penduduk tidak tentu merupakan anggota dari suatu Negara, karena ada sebagian penduduk yang
merupakan warganegara asing / orang asing.

Contoh warga negara indonesia adalah : Presiden ke 6 indonesia yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.
Contoh bukan warga negara indonesia adalah : Pelatih timnas sepakbola indonesia yaitu Luis Milla.

B. Pengertian Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kewarganegaraan adalah hal yang berhubungan dengan warga
negara dan keanggotaan sebagai warga negara. Menurut pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya
keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.

Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti sosiologis dan yuridis, penjelasannya adalah sebagai berikut:

 Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan
negara. Adanya ikatan hukum ini menyebabkan akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada
di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara lain surat
pernyataan, akta kelahiran, dan bukti kewarganegaraan.
 Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum. Akan tetapi ditandai dengan
ikatan emosional, seperti ikatan keturunan, ikatan perasaan, ikatan sejarah, ikatan nasib, dan ikatan tanah
air. Dengan kata lain, ikatan ini muncul dari penghayatan warga negara yang bersangkutan. Orang yang
sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada wewenang atau kekuasaan negara lain. Dan negara lain
tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya.
C. Pengertian Pewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pewarganegaraan adalah proses, cara dan perbuatan
kewarganegaraan. Sedangkan Menurut pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

Namun secara umum Pewarganegaraan atau naturalisasi dapat diartikan sebagai tata cara bagi orang asing
(orang yang bukan Warga Negara Republik Indonesia) untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
melalui permohonan.

Contoh pewarganegaraan / naturalisasi adalah : naturalisasi Cristian El Loco Gonzales, ia merupakan mantan
seorang striker Timnas Indonesia asal Uruguay dan sudah menetap di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003).

4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya

Pada artikel sebelumnya tentang Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan
Pewarganegaraan sudah kita singgung tentang kewarganegaraan. Untuk melengkapi artikel tersebut, pada
kesempatan kali ini akan kita bahas 4 Asas Kewarganegaraan yang berlaku di Indonesia Beserta Contonya.

Pengertian Asas Kewarganegaraan


Pengertian Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya seseorang dalam
golongan warga negara dari sebuah negara tertentu. Dalam berbagai literatur hukum dan dalam praktik, dikenal
adanya 3 asas kewarganegaraan, masing-masing adalah ius sanguinis, ius soli dan asas campuran. Dari ketiga asas
itu, yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius sanguinis dan asas ius soli (Asshiddiqie, 2006:132).

Sehingga pada umumnya asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Asas ius soli (asas kedaerahan)


2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)

2 Asas Kewarganegaraan Beserta Contonya


1. Asas ius soli (asas kedaerahan)

Dalam Asas ius soli, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahirannya. Misalnya, seseorang
dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warganegara A. Jadi
menurut asas ius soli kewarganegaraan seseorang tidak terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena
yang menjadi patokan adalah tempat kelahirannya.

Negara-negara yang menganut asas ius soli biasanya adalah bangsa yang modern dan multikultural tanpa dibatasi
oleh ras, agama, etnis, dll. Negara akan mengakui seseorang sebagai warga negara apabila seseorang itu dilahirkan
di negara tersebut, tidak melihat siapa dan dari mana orang tua nya berasal.

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Soli :

 Amerika Serikat
 Argentina

 Brazil

 Jamaika

 Kanada

 Venezuela
 Meksiko

Contoh dari asas kewarganegaraan ius soli :

 Misalkan Andi dan Ani berasal dari negara Amerika Serikat (penganut ius soli) mempunyai anak bernama
Antok, Antok dilahirkan di negara Kanada (penganut ius soli) maka Antok akan dinyatakan sebagai warga
negara Kanada karena ia dilahirkan dinegara yang menganut asas ius soli.

2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)

Dalam Asas Ius Sanguinis, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pada keturunan orang yang
bersangkutan. Contohnya, Seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B,
maka ia adalah warga negara B. Jadi menurut asas ini, kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan
orang tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu lahir.

Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui kewarganegaraan seorang anak sebagai warga negara
apabila orang tua dari anak tersebut berasal dari negara tersebut (dilihat dari keturunannya).

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :

 Jepang
 Korea Selatan

 Lebanon

 Inggris

 Italia

 Rusia

 Spanyol

 Yunani

Contoh dari asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :

 Misalkan Budi dan Bela berasal dari Spanyol (penganut asas Ius Sanguinis ) memiliki anak yang bernama
Berlianti, Berlianti dilahirkan di Lebanon (penganut asas Ius Sanguinis) maka status kewarganegaraan
Berlianti adalah Spanyol karena dilihat dari garis keturunan orang tuanya yang berasal dari
Spanyol meskipun ia dilahirkan di Lebanon.

Akibat perbedaan menentukan kewarganegaran karena asas ius soli dan ius sanguinis
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa negara, baik yang menerapkan asas ius
sanguinis atau asas ius soli, dapat menimbulkan dua kemungkinan status kewarganegaraan seorang penduduk yaitu:

1. Apatride
Apatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang sama sekali tidak memiliki kewarganegaraan. Keadaan ini
terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara
yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara
kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut.

Contohnya : Andi dan Anik adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan Amerika Serikat atau berasas Ius
Soli. Mereka berdomisili di negara Jepang yang berasas Ius Sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka bernama
Alan. Menurut negara Amerika Serikat yang menganut asas Ius Soli, Alan tidak diakui sebagai warganegaranya,
sebab lahir di negara lain (negara Jepang). Begitu pula menurut negara Jepang yang menganut asas Ius Sanguinis,
Alan tidak diakui sebagai warganegaranya, sebab orang tuanya bukan warganegara jepang. Dengan demikian Alan
tidak mempunyai kewarganegaraan atau Apatride.

2. Bipatride

Bipatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang memiliki dua macam kewarganegaraan sekaligus
(kewarganegaraan rangkap). Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas
ius sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara (negara asal
dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status kewarganegaraannya.

Contohnya : Budi dan Bela adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan Rusia atau berasas Ius
Sanguinis. Mereka berdomisili di negara Argentina yang berasas Ius Soli. Kemudian lahirlah anak mereka, Berinda.
Menurut negara Rusia yang menganut asas Ius Sanguinis, Berinda adalah warga negaranya sebab mengikuti
kewarganegaraan orang tuanya. Begitu pula menurut negara Argentina yang menganut asas Ius Soli, Berinda juga
warga negaranya, sebab tempat kelahirannya di negara Argentina yang menganut asas Ius Soli. Dengan demikian
Berinda memiliki status dua kewarganegaraan (bipatride).

Dalam menetukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara lazim menggunakan dua stelsel,
yaitu:

1. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara aktif untuk menjadi warga
negara (naturalisasi biasa)
2. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara tanpa melakukan suatu
tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa)

Sehubungan dengan 2 stelsel diatas, seorang warga negara dalam suatu negara pada dasarnya memiliki:

1. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)

4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya


Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis


Sama seperti penjelasan diatas, Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan, bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan. contoh nya serupa dengan contoh asas ius
sanguinis diatas.

2. Asas ius soli

Serupa seperti penjelasan diatas, Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan negara tempat kelahiran, di indonesia asa ini diberlakukan terbatas bagi anak-anak seseuai dengan
ketentuan yang diatur undang-undang. contoh nya serupa dengan contoh asas ius soli diatas.

3. Asas kewarganegaraan tunggal

Asas kewarganegraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang. asas
kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status kewarganegaraan yang dimana setiap warga negara tidak
boleh berkewarganegaraan ganda.

Contohnya : bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam), maka setelah dewasa si anak
tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan yang ia kehendaki.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas

Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

Contohnya : bila suatu anak lahir dan mempunyai dua kewarganegaraan (Bipatride), maka anak tersebut boleh
memiliki dua kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun (atau sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-
undang), setelah anak tersebut berusia 18 tahun ia harus melepas / memilih salah satu kewarganegaraanya.

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara, Lengkap Penjelasan

Terbentuknya suatu negara tentu didasari dengan beberapa proses, konsep, teori, dan syarat. Pada kesempatan kali
ini akan kita bahas secara mendetail mengenai 3 proses terbentuknya suatu negara. Yang akan kita awali dengan
pembahasan apa itu negara ?

Pengertian Negara
Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang
mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state (bahasa Inggris), Staat (bahasa
Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau
statum, yang bermakna keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan. Negara juga dapat diartikan
sebagai suatu wilayah yang mempunyai suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi seluruh individu di wilayah
tersebut, dan berdiri secara independent.

Syarat berdirinya Negara


Suatu negara dinyatakan syah berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat, jika memenuhi minimal 4 syarat, yaitu:

1. Memiliki Rakyat (De Jure)


2. Memiliki Wilayah (De Jure)

3. Memiliki Pemerintah (De Jure)

4. Pengakuan dari Negara Lain (De Facto)

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara


Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam 3 proses yaitu proses secara primer, secara sekunder
dan secara teoritis. Berikut penjelasannya:

1. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya negara diawali dengan adanya keluarga yang memiliki
kebutuhan masing masing yang kemudian berevolusi ke tingkat yang lebih kompleks. Secara Primer terjadi sebuah
negara melalui beberapa tahapan dan tidak ada hubungan dengan negara yang telah ada sebelumnya. adapun tahap-
tahap pertumbuhannya adalah sebagai berikut:

A. Persekutuan Masyarakat / Suku (genoot schaft)


Persekutuan Masyarakat merupakan kehidupan manusia yang diawali dari keluarga, kemudian
kelompok-kelompok masyarakat hukum (suku). Satu suku berkembang menajdi dua suku, tiga suku,
dan seterusnya hingga menjadi besar dan kompleks. Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor
alami atau karena penaklukan-penaklukan antar suku.

B. Kerajaan (Rijk/Reich)

Kerajaan adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa di masyarakat yang
dipimpin kemudian mengadakan ekspansi dengan melakukan penaklukan-penaklukan kepada
daerah lain. pada tahap ini muncul kesadaran hak milik dan hak atas tanah.

C. Negara (State)

Negara / State adalah tahap yang dimulai dari negara yang diperintah oleh raja yang absolut
dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Ciri-ciri tahap ini adalah seluruh rakyat dipaksa
mematuhi kehendak dan perintah raja dan Hanya ada satu identitas kebangsaan. tahap ini juga
disebut dengan tahap nasional dalam terjadinya sebuah negara. Dalam tahap ini muncul kesadaran
akan perlunya demokrasi dan kedaulatan rakyat.

D. Negara Demokrasi

Negara demokrasi adalah tahap dimana timbulnya keinginan rakyat untuk memegang
pemerintahan sendiri. Artinya, kekuasaan / kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat yang
berhak memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan aspirasinya. ciri dari
tahap ini adalah Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pemimpin pilihan rakyat yang
kemudian berkuasa.

2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau kenyataan. Terjadinya
Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang telah ada sebelumnya. Terdapat beberapa macam dari
asal mula terjadinya Negara secara sekunder, yaitu sebagai berikut:

A. Proklamasi

Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain mengadakan perlawanan
(perjuangan) sehingga dapat merebut kembali wilayahnya dan menyatakan kemerdekaan. Contohnya
Indonesia merdeka dari Belanda dan Jepang pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Separatis (pemisahan)

Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya kemudian menyatakan
kemerdekaan / memisahkan diri. Contohnya Belgia memisahkan diri dari Belanda pada tahun 1939 dan
menyatakan kemerdekaan.

C. Anexatie (penguasaan / pencaplokan)

Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain (diwilayah negara lain) tanpa reaksi / perlawanan
yang memadai dari penduduk setempat. Contohnya negara Israel terbentuk denganmencaplok daerah palestina,
Suriah, Yordania, dan Mesir.

Penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di wilayah itu setelah 30 tahun tanpa reaksi
yang memadai dari penduduk setempat.

D. Innovation (pembentukan baru)


Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal dan kemudian lenyap. Contohnya negara
Columbia yang pecah dan lenyap kemudian diwilayah tersebut muncul negara baru, yaitu Venezuela dan Columbia
baru.

E. Acessie (penarikan)

Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang timbul dari dasar laut)
dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu ketika telah memenuhi unsur-unsur
terbentuknya negara. Contohnya Mesir yang terbentuk dari delta Sungai Nil.

F. Cessie (penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain atas suatu perjanjian tertentu. Contohnya
Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia (Jerman), karena ada perjanjian bahwa negara
yang kalah perang harus memberikan negara yang dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah
salah satu negara yang kalah dalam Perang Dunia I.

G. Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah wilayah, mengadakan perjanjian / kesepakatan untuk saling
melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan suatu penggabungan dua atau lebih Negara menjadi
Negara baru. Contohnya terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871, yaitu Jerman Barat-Jerman Timur.

H. Occupatie (pendudukan)

Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai oleh suku atau
kelompok tertentu dan didirikan negara diwilayah itu. Contohnya Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan
negara oleh para budak Negro yang dimerdekakan oleh Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.

I. Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan Sebelumnya.

Pendudukan ini terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, namun tidak berpemerintahan. Contohnya
Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah
Australia kemudian dibuat koloni-koloni di mana penduduknya didatangkan dari daratan Eropa. Selanjutnya
australia dimerdekakan tahun 1901.

3. Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis, yaitu sebagai berikut.

A. Teori kontrak sosial

Teori kontrak sosial beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian perjanjian masyarakat. Teori ini
adalah salah satu teori terpenting mengenai asal usul negara. Teori asal usul mulai negara yang berdasarkan atas
kontrak sosial ini dapat dilihat melalui pemikiran Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ Rousseau.

B. Teori kekuatan

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap kelompok yang lemah, Negara
terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang
lebih kuat terhadap kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut teori ini
adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.

C. Teori Ketuhanan

Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan karena itulah, teori Ketuhanan tentang
terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa negara terbentuk atas dasar keinginan Tuhan. Hal ini
berdasarkan atas asas kepercayaan bahwa segala sesuatu berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendak Nya.
Menurut teori ini, Tuhanlah yang menciptakan negara sehingga negara dianggap penjelmaan kekuasaan Tuhan.
Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau Penguasa adalah pilihan Tuhan untuk memerintah sehingga Raja
memiliki kekuasaan mutlak pada suatu negara atau kerajaan. Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan.
Penganut teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.

D. Teori historis

Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan teori yang mengemukakan bahwa lembaga-lembaga
sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

E. Teori Organis

Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme, selayaknya makhluk hidup. Individu
yang menjadi komponen negara diibaratkan sebagai sel-sel makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara
dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala
dan para individu sebagai daging makhluk itu.

F. Teori Hukum Alam

Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak alam yang merupakan
lembaga alamiah yang dibutuhkan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Penganut teori ini adalah
Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.

G. Teori kedaulatan hukum

Istilah "daulat" berasal dari bahasa arab "daulah" yang berarti kekuasan tertinggi. Dengan demikian kedaulatan
dapat didefinisikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Teori kedaulatan hukum (Rechts
souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H.
Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.

5 Unsur-Unsur Negara (Menurut Konvensi Montevideo), Lengkap Penjelasan

Negara merupakan organisasi yang punya kewenangan luas untuk mengatur hal yang berhubungan dengan
masyakarat dan punya kewajiban untuk mensejahterakan, mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyat.

Untuk dapat mensejahterakan, mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyatnya, Sebuah negara tidak muncul
secara langsung atau tidak langsung terbentuk. Karena ada beberapa syarat yang harus terpenuhi suatu negara agar
layak disebut sebagai "Negara" yang sebenarnya. Syarat-syarat tersebut biasa kita sebut dengan Unsur-unsur
terbentuknya Negara.

Sejak SMP sebagian dari sobat pasti sudah mengenal tentang Unsur - Unsur Negara, namun pada kesempatan kali
ini kita akan mengulas ulang dan membahasnya secara mendetail mengenai unsur unsur terbentuknya suatu negara.

Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur konstitutif (pokok) dan unsur deklaratif.

 Unsur konstitutif (pokok) ialah unsur yang paling penting, karena berperan sebagai syarat wajib yang harus
dimiliki oleh calon negara.
 Unsur deklaratif ialah unsur tambahan yang boleh-boleh saja tidak dimiliki oleh suatu negara.

Berkaitan dengan unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu konvensi yang mengatur tentang apa-apa yang wajib
dimiliki untuk membentuk suatu negara, konvensi tersebut disebut dengan Konvensi Montevideo.
5 Unsur-Unsur Negara Menurut Konvensi Montevideo
Kita semua tahu bahwa tiap negara memiliki unsur-unsur pembentuknya, katakanlah unsur ini sebagai bagian
terkecil untuk membentuk suatu negara. Nah unsur-unsur ini pada tahun 1933 telah dirumuskan dan disepakati
(dihasilkan) dalam Konvensi Montevideo, dimana konferensi ini merupakan konferesi antara negara-negara
Amerika yang berlangsung di Montevideo (Ibu kota Uruguay). Berdasarkan hasil konvensi ini, unsur-unsur
berdirinya suatu negara adalah sebagai berikut:

1. Penghuni (penduduk/rakyat).
2. Wilayah.

3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).

4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain.

5. Pengakuan dari negara lain.

Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus terpenuhi agar terbentuk
negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur deklaratif yakni unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur
mutlak artinya jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif.

Penjelasan tiap unsur-unsur berdirinya sebuah negara menurut Konvensi Montevideo akan kami kelompokkan
berdasarkan Unsur Konstitutif dan Unsur Deklaratif, berikut penjelasannya:

Unsur Konstitutif terbentuknya suatu negara


Unsur konstitutif merupakan syarat wajib atau unsur pokok yang harus dimiliki calon negara agar bisa menjadi
negara. Jika salah satu unsur pokok di bawah ini tidak terpenuhi maka negara tersebut belum bisa menjadi negara
seutuhnya, namun jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa saja tidak memerlukan unsur
deklaratif untuk menjadi sebuah nagara yang utuh.

Terdapat 4 Unsur Konstitutif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut Konvensi Montevideo
yaitu Penghuni (penduduk/rakyat), Wilayah, Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat) dan Kesanggupan
untuk berhubungan dengan negara lain. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut

1. Penghuni (penduduk/rakyat)

Rakyat merupakan semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada peraturan di negara tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat merupakan unsur penting bagi terbentuknya sebuah negara.

Rakyat sendiri dikategorikan menjadi penduduk dan bukan penduduk serta warga negara dan bukan warga negara.

 Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili atau menetap dalam suatu negara.
 Bukan penduduk merupakan orang yang sementara waktu berada dalam suatu negara, contohnya para turis.

 Warga negara merupakan orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi anggota suatu negara.

 Bukan warga negara ialah orang-orang yang berada dalam suatu negara, tetapi secara hukum tidak menjadi
anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintahan dimana mereka berada, contohnya
duta besar.

Jadi, unsur yang pertama (penghuni) adalah harus ada rakyat dulu.

2. Wilayah

Setelah rakyat, unsur berikutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur wilayah adalah hal yang amat
penting untuk menunjang pembentukan suatu negara. Tanpa adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk.
Wilayah inilah yang akan ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah suatu negara
merupakan kesatuan ruang yang meliputi daratan, lautan, udara, dan wilayah ekstrateritorial.

 Daratan: Daratan ialah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu Negara. Wilayah daratan suatu
Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang diatur oleh hukum Negara dan perjanjian dengan Negara
tetangga.
 Udara: udara merupakan seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu Negara, baik daratan
ataupun lautan.

 Lautan: Lautan merupakan wilayah suatu Negara yang terdiri atas laut teritorial, zona tambahan, ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif), dan landasan benua (kontinen). Laut teritorial suatu Negara merupakan batas
sepanjang 12 mil laut diukur dari garis pantai. Zona tambahan yaitu 12 mil dari garis luar lautan teritorial
atau sekitar 24 mil dari garis pantai suatu Negara. ZEE merupakan wilayah lautan sepanjang 200 mil laut
diukur dari garis pantai. Sedangkan, landasan benua ialah wilayah lautan yang terletak di luar teritorial,
berjarak sekitar 200 mil laut diukur dari garis pantai yang meliputi dasar laut dan daerah dibawahnya.

 Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu Negara ialah tempat di mana menurut hukum internasional
diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu Negara meskipun letaknya berada di Negara lain. Contohnya,
kantor kedutaan besar Indonesia di luar negeri disebut sebagai wilayah ekstrateritorial Indonesia.

3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat)

Kekuasaan tertinggi atau pemerintahan yang berdaulat dapat diartikan sebagai suatu pemerintah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi untuk mengamankan, mempertahankan, mengatur, dan melancarkan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan Negara secara penuh.

Adapun sifat-sifat kedaulatan terbagi atas empat sifat kedaulatan yaitu:

 Permanen, yang berarti kedaulatan itu tetap dimiliki negara itu selama tetap ada bahkan sekalipun terjadi
perubahan organisasi.
 Tidak terbatas atau mutlak, berarti kedaulatan negara tidak terbatasi oleh siapapun sebab jika dibatasi maka
negara tersebut tidak berdaulat dan tidak memiliki kekuasaan.

 Bulat atau tidak terbagi-bagi, yang berarti kedaulatan itu adalah satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam
sebuah negara dan tidak bisa dibagi-bagi sehingga mesti ada satu kedaulatan dalam negara.

 Asli, berarti kedaulatan tersebut tidak berasal dari sebuah kekuasaan yang lebih tinggi akan tetapi itu asli
dari negara sendiri.

4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain

Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika negara itu mampu melakukan hubungan-
hubungan dengan negara lain dalam bidang ekonomi, pendidikan, politik, kebudayaan, dan sebagainya.

Unsur Deklaratif terbentuknya suatu negara


Unsur deklaratif merupakan unsur tambahan dalam terbentuknya suatu negara, karena jika unsur konsitutif sudah
terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif. Namun tetap saja unsur deklaratif ini adalah
suatu hal yang penting dalam terbentuknya negara.

Terdapat satu Unsur Deklaratif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut Konvensi Montevideo yaitu
Adanya pengakuan dari negara lain. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut.

5. Pengakuan dari negara lain

Adanya pengakuan dari negara-negara lain merupakan bukti sah hadirnya atau terbentuknya negara dan berhak
untuk terhindar dari ancaman dan campur tangan negara lain. Kemudian untuk menperoleh pengakuan dari negara
lain maka sebuah negara perlu menjalin hubungan dengan negara lain dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang
ekonomi, politik, budaya, sosial dan pertahanan serta keamanan. Adapun macam-macam bentuk pengakuan dari
negara lain adalah sebagai berikut:

 Pengakuan de facto yang berarti diakui secara nyata bahwa negara tersebut telah diakui karena memiliki
unsur-unsur negara seperti ada pemimpin, rakyat dan wilayahnya. Misalnya, secara de facto Indonesia
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
 Pengakuan de jure yang berarti pengakuan negara lain terhadap suatu negara menurut hukum internasional.
Dengan pengakuan secara de jure, negara yang baru dibentuk atau baru merdeka itu memiliki hak-hak dan
kewajiban sebagai anggota masyarakat dalam skala internasional. Pengakuan negara lain secara de jure
bangsa Indonesia dimulai sejak 18 Agustus 1945, pada saat disahkannya UUD 1945, terpilihnya presiden
dan wakil presiden, serta dilantiknya lembaga legislatif (KNIP) sebelum terbentuknya MPR/DPR.

Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia dalam Konteks Negara Hukum dan Demokrasi

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam menjalankan roda pemerintahan
negara. Kedua konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena pada satu
sisi demokrasi memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan
manusia, pada sisi yang lain negara hukum memberikan patokan bahwa yang memerintah dalam suatu negara
bukanlah manusia, tetapi hukum.

Dalam tataran praksis, prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat dapat menjamin peran serta masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang diterapkan dan ditegakkan
benar-benar mencerminkan perasaan keadilan masyarakat. Sedangkan dalam negara yang berdasarkan atas hukum,
dalam hal ini hukum harus dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang berpuncak pada
konstitusi.

Hal ini berarti bahwa dalam suatu negara hukum menghendaki adanya supremasi konstitusi. Supremasi konstitusi, di
samping merupakan konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena
konstitusi adalah wujud perjanjian sosial tertinggi.

Indonesia merupakan negara hukum yang didasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan. Dimana hukum
semestinya senantiasa harus mengacu pada cita-cita masyarakat indonesia, yaitu tegaknya negara hukum yang
demokratis dan berkeadilan sosial.

Mengingat pentingnya Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia, maka pada kesempatan kali ini kita akan
membahas Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia yang akan kami jelaskan selengkap mungkin, berikut
penjelasannya.

Hukum dalam Kehidupan Manusia


Pada kehidupan manusia, Hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, seperti yang tertera dalam pameo
"Ubi societas ibi ius", yang berarti "dimana ada masyarakat disitu ada hukum".

Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, berikut 3 tujuan diciptakannya hukum:

1. Tujuan hukum adalah ketertiban atau order


2. Tujuan hukum adalah kegunaan

3. Tujuan hukum adalah keadilan

Keadilan harus berlaku untuk semua orang, bukan hanya untuk golongan tertentu saja. Oleh karena itu lahirlah
"negara konstitusi" yang melahirkan doktrin "rule of law", yang merupakan doktrin dengan semangat idealisme
keadilan yang tinggi, seperti "kesamaan setiap orang di depan hukum" dan "supremasi hukum". Di negara konstitusi
itulah berlaku sistem pemerintahan demokrasi konstitusional.
Menurut F. Julius Sthal dan Imanuel Kant, terdapat 4 unsur pembatasan yuridis yang dikenal dengan istilah Rule
of Law atau Rechtsstaat, yaitu:

1. hak-hak asasi manusia.


2. peradilan administrasi dalam perselisihan.

3. pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.

4. pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai manusia yang biasa dikenal sebagai
Trias Politika.

Sedangkan A. V. Dices mengidentifikasikan unsur-unsur Rule of Law dalam demokrasi konstitusional menjadi 3
poin penting, berikut 3 unsur Rule of Law dalam demokrasi konstitusional menurut A. V. Dices:

1. terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.


2. kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk pejabat atau rakyat biasa.

3. supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti bahwa seseorang hanya boleh
dihukum apabila terbukti melanggar hukum.

Selanjutnya Willem Konijnenbelt dan H.D.van Wijk menyebutkan prinsip-prinsip rechtsstaat atau Rule of
Law adalah sebagai berikut:

1. Hak-hak asasi. terdapat hak-hak manusia yang sangat fundamental yang harus dihormati oleh pemerintah.
2. Pembagian kekuasaan. kewenangan pemerintah tidak boleh dipusatkan pada satu lembaga, tetapi harus
dibagi-bagi pada organ-organ yang berbeda agar saling mengawasi yang dimaksudkan untuk menjaga
keseimbangan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang. pemerintah hanya memiliki kewenangan yang secara tegas
diberikan oleh UUD atau UU lainnya.

4. Pengawasan lembaga kehakiman. pelaksanaan kekuasaan pemerintah harus dapat dinilai aspek hukumnya
oleh hakim yang merdeka.

Negara Hukum dan Demokrasi


Menurut Thomas Hobbes manusia selalu hidup dalam kekuatan karena ketakutan akan diserang oleh manusia
lainnya yang lebih kuat fisiknya. Sehingga diadakan perjanjian masyarakat dan dalam perjanjian tersebut raja tidak
diikut sertakan. Sehingga perjanjian itu diadakan anatara rakyat dengan rakyat sendiri. Setelah diadakan perjanjian
masyarakat dimana individu-individu menyerahkan haknya atau hak-hak azasinya kepada suatu kolektivitas yaitu
satu kesatuan dari individu-individu yang diperoleh melalui Pactum unions, maka disini kolektivitas menyerahkan
hak-haknya atau kekuasaannya kepada raja tanpa syarat apapun juga. Raja sama sekali ada diluar perjanjian, dan
oleh karenya raja memiliki kekuasaan yang mutlak setelah hak-hak rakyat diserahkan kepadanya (Monarchie
Absoluut).

Sedangkan menurut Jean Jecques Rousseau, kekuasaan rakyat dan kedaulatan rakyat tidak pernah diserahkan pada
raja, bahkan kalau ada raja yang memerintah maka raja itu hanya sebagai mandataris dari pada rakyat. Untuk ini
Rousseau memberikan keterangan sebagai berikut: "Yang merupakan hal inti daripada perjanjian masyarakat ini
ialah, menetukan suatu bentuk kesatuan, membela dan melindungi kekuasaan bersama disamping kekuasaan pribadi
dan milik dari setiap orang, sehingga semuanya dapat bersatu, akan tetapi masing-masing orang tetap mematuhi
dirinya sendiri, sehingga orang tetap merdeka dan bebas”.

Melalui pemikiran Rousseau ini pula mengawali pembentukan konstitusi Prancis (1791) khususnya yang
menyangkut hak-hak asasi manusia. Pada masa inilah awal dari konkretisasi konstitusi dalam arti tertulis (modern).
Konstitusi sebagai Undang-Undang Dasar dan hukum dasar yang memiliki arti penting atau sering disebut dengan
"Konstitusi Modern", baru muncul bersamaan dengan semakin berkembangnya "sistem demokrasi perwakilan dan
konsep nasionalisme". Demokrasi Perwakilan muncul sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat akan kehadiran
lembaga legislatif. Lembaga ini diharapkan mampu membuat undang-undang untuk mengurangi serta membatasi
dominasi hak-hak raja. Alasan inilah yang mendudukan konstitusi (yang tertulis) itu sebagai hukum dasar yang lebih
tinggi daripada presiden/raja. Hal tersebut diatas inilah yang kemudian melahirkan konsep negara hukum dan
demokrasi.

Prinsip-prinsip Negara Hukum dan Demokrasi


Terdapat hubungan yang jelas antara hukum, yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan rakyat, yang
dijalankan melalui sistem demokrasi. Hubungan ini terlihat dari kemunculan istilah demokrasi konstitusional. Dalam
sistem demokrasi, partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini. Dengan kata lain negara hukum harus
ditopang dengan sistem demokrasi, demokrasi tampa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,
sedangkan hukum tampa demokrasi akan kehilangan makna.

Prinsip-prinsip demokrasi

1. Pemencaran kewenangan. Konsentrasi kekuasaan dalam masyarakat pada satu organ pemebrintahan adalah
kesewenang-wenangan. Oleh karena itu kewenangan badan-badan publik itu harus dipencarkan pada organ-
organ yang berbeda.
2. Pertanggungjawaban politik. Organ-organ pemerintah dalam menjalankan fungsinya sedikit banyak
tergantung secara politik yaitu kepada lembaga perwakilan.

3. Perwakilan politik. Kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara dan dalam masyarakat diputuskan oleh
badan perwakilan, yang dipilih melalui pemilihan umum.

4. Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan.

5. Kejujuran dan keterbukaan pemeberintah untuk umum.

6. Pengawasan dan kontrol. (penyelenggaraan ) pemerintahan harus dapat dikontrol.

Prinsip-prinsip negara hukum

1. Pemerintah terikat hukum


2. Perlindungan hak-hak asasi

3. Pengawasan oleh hakim yang merdeka. Superioritas hukum tidak dapat ditampilkan, jika aturan-aturan
hukm hanya dilaksanakan organ pemerintah. Oleh karena itu dalam setiap negara hukum diperlukan
pengawasan oleh hakim yang merdeka.

4. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum. Hukum harus dapat ditegakkan, ketika
hukukum tersebut dilanggar. Pemerintah wajib menjamin bahwa ditengah masyarakat terdapat instrument
yuridis penegakan hukum. Pemerintah dapat memaksa seseorang yang melanggar hukum melalui sistem
peradilan negara. Memaksakan hukum publik secara prinsip merupakan tugas pemerintah.

5. Asas legalitas. Pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemerintah) harus ditentukan dasarnya dalam
undang-undang yang merupakan peraturan umum. Undang-undang secara umum harus memebrikan
jaminan (terhadap warga neraga) dari tindakan (pemerintah) yang sewenang-wenang, kolusi, dan berbagai
jenis tindakan yang tidak benar. Pelaksanaan wewenang oleh organ pemerintah harus dikembalikan
dasarnya pada undang-undang tertulis, yakni undang- undang formal

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa agar sebuah negara bisa dikatakan sebagai negara hukum dan
demokrasi, maka dalam penyelenggaran negara atau konstitusi negara dan pemerintahannya sebaiknya terdapat
prisnip-prinsip sebagai berikut:

1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)


2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Pembatasan Kekuasaan.

4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)

5. Perlindungan Hak Asasi Manusia

6. Asas legalitas. (Due Process of Law)

7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)

8. Peradilan Tata Usaha Negara.

9. Peradilan bebas dan tidak memihak.

10. Organ-organ Penunjang yang Independen.

11. Transparansi dan Kontrol Sosial.

12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)

Demokrasi di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu Negara yang menganut paham demokrasi, karena sistem pemerintahan demokrasi ini
dianggap baik untuk menjaga kestabilan sebuah bangsa dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Dalam
praktiknya Indonesia menganut paham Demokrasi Pancasila yang berbeda dengan demokrasi liberal.

Demokrasi liberal meletakkan kebebasan individu yang toleran sebagai urgensi kehidupan negara dan masyarakat.
Oleh karena itu kontrol rakyat dan atau wakilnya kepada penguasa dan negara adalah prinsip yang tak bisa ditawar.
Sedangkan Demokrasi Pancasila yang dianut indonesia dalam arti bentuknya, maka pertama-tama harus dilihat
dalam UUD 1945 beserta penjelasannya, meskipun ini bukanlah satu-satunya cara untuk melihat dan melaksanakan
Demokrasi Pancasila.

Sejatinya berkaitan dengan paham demokrasi yang dianut, esensi yang terpenting adalah apakah hukum dan
pelaksanaan hukum di negara Indonesia akan berfungsi dan memainkan peranannya sangat ditentukan oleh
keinginan melaksanakan UUD 1945 secara konsekuen. UUD 1945 sebagai hukum dasar tertinggi di dalam UUD
1945 termuat cita-cita bangsa dan arah kehidupan bernegara dan berbangsa, termasuk di dalamnya keberadaan
hukum dalam kehidupan negara.

Meskipun indonesia sudah menganut paham Demokrasi Pancasila namun demokrasi yang sedang berlangsung di
Indonesia (di tingkat State atau Negara), belum maksimal terlihat dampaknya bagi kesejahteraan rakyat. Demokrasi
di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat kesejahteraan ekonomi yang cukup. Sedangkan bagi
golongan ekonomi bawah, demokrasi belum memberikan dampak singnifikan untuk perekonomian yang lebih baik.
Inilah tantangan yang harus dihadapi pemerintah.

Karena Harapan dari adanya demokrasi yang ada ia memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk rakyat. Misalnya,
demokrasi mampu memaksimalkan kesejahteraan rakyat dan distribusinya mampu mengurangi kemiskinan.
Disamping itu, demokrasi diharapkan dapat menciptakan pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat
banyak seperti masalah kesehatan dan pendidikan. Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan mampu menjadikan
negara kuat.

Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah kehidupan ekonomi mereka serta bidang kehidupan lainnya.
Demokrasi membuka peluang berkuasanya para pemimpin yang peduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa
melahirkan pemimpin yang buruk. Harapan rakyat akan adanya pemimpin yang peduli di masa demokrasi ini
merupakan harapan dari implementasi demokrasi itu sendiri. Di masa transisi ini, implementasi demokrasi masih
terbatas pada kebebasan dalam berpolitik, sedangkan masalah ekonomi masih tersisihkan. Maka muncul
kepincangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena ekonomi dan politik merupakan dua sisi yang
berbeda dalam sekeping mata uang, maka masalah ekonomi pun harus mendapat perhatian yang serius dalam
implementasi demokrasi agar terjadi penguatan demokrasi.
Semakin rendahnya tingkat kehidupan ekonomi rakyat akan berdampak negatif bagi demokrasi karena melemahnya
ekonomi akan berdampak luas kepada bidang lain, seperti masalah sumber daya manusia (SDM). SDM yang lemah
tentu tidak bisa memperkuat demokrasi, bahkan justru bisa memperlemah demokrasi.

Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat baru yang mempunyai kebebasan
berpendapat, berkumpul, berserikat dan berpolitik. Selain itu masyarakat mengharapkan adanya iklim ekonomi yang
kondusif. Untuk menghadapi tantangan dan mengelola harapan ini agar menjadi kenyataan, dibutuhkan kerjasama
antara kelompok dan partai politik agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih baik dan membawa dampak
positif bagi masyarakat.

Peranan Hukum dan Demokrasi dalam Pembangunan


Dilatar belakangi cita-cita yang tertuang dalam kalimat “masyarakat adil dan makmur”, maka pembangunan telah
dipilih sebagai satu-satunya kendaraan yang dianggap paling tepat untuk membawa bangsa Indonesia menuju kearah
sana. Dalam hal ini, pemerintah sejak tiga dasawarsa terakhir telah menjadikan pembangunan di bidang ekonomi
sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Sikap suatu pemerintah menjadikan pembangunan di bidang
ekonomi sebagai tulang punggung pembangunan nasional dapat tercermin dari kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintahan tersebut untuk mencapai kepentingan nasional negaranya. Termasuk didalamnya
ialah kebijakan dalam hal perekonomian.

Berkaitan dalam hal Hukum dan kebijakan dibidang perekonomian, Pemerintah Indonesia pernah menerapkan
kebijakan deregulasi ekonomi yang menyangkut 3 aspek, antara lain yaitu:

1. Mengurangi campur tangan pemerintah dalam hal pengelolaan badan usaha.


2. Untuk menyehatkan persaingan pasar dengan membuka kesempatan bagi pendatang baru.

3. Pengambilan keputusan produksi maupun harga.

Dalam kegiatan ekonomi ini justru hukum sangat diperlukan karena sumber-sumber ekonomi yang terbatas disatu
pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber ekonomi dilain pihak sehingga konflik antara
sesama warga dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut akan sering terjadi.

Melihat hal tersebut sudah menjadi satu keniscayaan, bahwa pembangunan ekonomi di suatu negara, apalagi secara
khusus negara berkembang, hukum memiliki peranan yang besar untuk turut memberi peluang pembangunan
ekonomi. Pelaksanaan roda pemerintahan dengan demokratis, dengan menggunakan hukum sebagai instrument
untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang komprehensif, akan membawa negara ini
menuju masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang di cita-citakan.

Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia

Indonesia sebagai negara hukum tentunya memiliki hukum untuk mengatur prilaku warga negara dan penduduknya.
Penegasan indonesia sebagai negara hukum tertuang dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3)
yang berbunyi : "Negara Indonesia adalah negara hukum".

Mengingat pentingnya materi berkaitan dengan negara hukum, pada kesempatan kali ini kita akan membahas
tentang Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia. Sebelum membahas tentang konsep negara
hukum dan implementasinya di indonesia, pertama-tama mari kita bahas terlebih dahulu apa itu negara hukum ?

Pengertian Negara Hukum


Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah rechstaat atau rule of law. Reechstaat itu sendiri dapat dikatakan
sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan Negara (hukum)
adalah dua lembaga yang tidak terpisahkan.

Secara sederhana, yang dimaksud Negara hukum adalah Negara yang penyelenggaraan pemerintahannya
didasar atas hukum. Didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun juga
harus dilandasi oleh hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan juga harus berdasarkan kedaulatan
hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. (Mustafa Kamal Pasha,2003).

Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan
kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan
sebagai daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang
baik.

Negara yang berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi sehingga terdapat istilah
supremasi hukum, supremasi hukum tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan
kepastian.

Konsep Negara Hukum


Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum dalam arti sempit atau negara hukum formil.
Pada penjelasan sebelumnya sudah dikemukakan bahwa negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rule of
Law atau Rechtsstaat. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule of
Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.

Konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi manusia melalui pelembagaan peradilan yang
independen. Pada konsep rechtsstaat terdapat lembaga peradilan administrasi yang merupakan lingkungan peradilan
yang berdiri sendiri.

Namun ahli hukum Anglo saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal atau menganut apa
yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.

A. V. Dices dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan unsur-unsur / ciri-ciri Rule of Law sebagai berikut.

1. Terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.


2. Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk pejabat atau rakyat biasa.

3. Supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti bahwa seseorang hanya boleh
dihukum apabila terbukti melanggar hukum.

Adapun F. Julius Sthal dan dan Imanuel Kant dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri
Rechtsstaat sebagai berikut.

1. Hak-hak asasi manusia.


2. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.

4. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai manusia yang biasa dikenal sebagai
Trias Politika.

Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara
hukum yang dikemukakan oleh para ahli lainnya.

Menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara hukum, yakni:

1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan. Maksudnya negara tidak dapat bertindak
sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi oleh hukum, individu mempunyai hak terhadap negara atau
rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.
2. Azas Legalitas. Artinya setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih
dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparatnya.
3. Pemisahan Kekuasaan. Bertujuan agar hak asasi betul-betul terlindungi adalah dengan pemisahan
kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan melaksanakan dan mengadili harus
terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.

Sedangkan menurut Mustafa Kamal Pasha (2003), menyatakan adanya tiga ciri-ciri khas dari sebuah negara
hukum, yaitu:

1. Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM


2. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

3. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.

Kemudian yang terakhir adalah menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, beliau berpendapat bahwa ada dua belas
ciri penting dari negara hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)


2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)

3. Pembatasan Kekuasaan.

4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)

5. Perlindungan Hak Asasi Manusia

6. Asas legalitas. (Due Process of Law)

7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)

8. Peradilan Tata Usaha Negara.

9. Peradilan bebas dan tidak memihak.

10. Organ-organ Penunjang yang Independen.

11. Transparansi dan Kontrol Sosial.

12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)

Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo saxon adalah keduanya mengakui
adanya "Supremasi Hukum / Supremacy of Law". Perbedaannya adalah pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat
peradilan administrasi yang berdiri sendiri sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada
peradilan yang sama. Sedangkan nagara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi yang berdiri
sendiri.

Itulah tadi konsep negara hukum berdasarkan pandangan dari para ahli hukum Eropa Kontinental dan para ahli
hukum Anglo Saxon, selanjutnya kita akan membahas implementasi negara hukum di indonesia sehingga kita bisa
tahu apakah indonesia itu negara hukum ?

Implementasi Negara Hukum di Indonesia


Negara Indonesia berdasarkan pada hukum. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal
1 ayat (3) yang berbunyi : "Negara Indonesia adalah negara hukum". Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa
setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara dan penduduknya harus didasarkan/sesuai dengan
hukum. Dengan ketentuan demikian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan dan arogansi
kekuasaan. Hukumlah yang memegang kekuasaan dan memimpin penyelenggaraan negara, sebagaimana konsep
nomocratie, yaitu kekuasaan dijalankan oleh hukum.
Secara tertulis hukum Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Sedangkan UUD 1945
merupakan nilai instrumental penjabaran dari nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila. Jadi Pancasila dapat kita sebut
sebagai konsep hukum negara Indonesia, karena Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan
kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga dasar-dasar penyelenggaraan negara yang disusun dalam UUD 1945 tidak
boleh bertentangan dengan Pancasila.

Dari uraian diatas maka dapat dikatakan indonesia telah menginplementasikan dan memenuhi unsur-unsur Negara
Hukum. berikut unsur-unsur negara hukum yang telah di implementasikan dan dipenuhi oleh indonesia lengkap
dengan penjelasannya:

1. Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

Upaya untuk menjamin dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia telah ditegaskan di dalam Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945 baik dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuhnya. Pembukaan UUD 1945 alenia pertama
menyatakan sikap bangsa Indonesia yang anti penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa karena
kemerdekaan adalah hak asasi setiap bangsa yang tidak dapat dirampas oleh bangsa lain.

Sedangkan jaminan hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 dituangkan dalam pasal-pasalnya yang
sesuai dengan tuntutan dimanika masyarakat yang terus berkembang telah diamandemen atau dilakukan perubahan
sebanyak empat kali. Perbedaan rumusan hak asasi manusia dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen
adalah adanya judul Bab tentang Hak Asasi Manusia yaitu pada BAB X yang sebelumnya tidak ada serta jumlah
pasal dan ayat yang mengatur hak asasi manusia yang bertambah banyak.

2. Sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau kekuatan lain
apapun

Dalam UUD 1945 BAB IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1): "Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan".

Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Dalam
menjalankan tugasnya, hakim tidak boleh terpengaruh oleh siapa pun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik)
maupun kepentingan ekonomi.

3. Adanya pembatasan kekuasaan

Pemegang kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakannya, oleh karena itu perlu adanya pembatasan kekuasaan
penyelenggaraan negara. Di dalam UUD 1945 telah diatur tentang wewenang penyelenggaraan negara.

Selain itu, pembatasan juga dilakukan dengan membagi dan memisahkan cabang-cabang kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Ketiga cabang kekuasaan tersebut saling mengawasi dan mengimbangi. Badan legislatif,
yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang, Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan
undang-undang, Badan yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-undang, memeriksa
dan megadilinya.

4. Asas Legalitas

Segala tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-udangan yang sah dan tertulis. Demikian
pula hukuman terhadap seseorang harus didasarkan pada aturan hukum yang sudah ada sebelum perbuatan
seseorang tersebut dilakukan.

Dalam UUD 1945 telah diatur batas-batas wewenang lembaga-lembaga negara. Antara lain Pasal 14 ayat (1) UUD
1945 : "Presiden memberi grasi, dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung". Sesuai
pasal tersebut Presiden dalam menerima atau menolak permohonan grasi tidak boleh ditetapkan sendiri, meskipun
grasi merupakan hak prerogatif Presiden dalam hubungannya dengan bidang Yudikatif, karena hukum (UUD 1945)
menegaskan bila memberi grasi harus memperhatikan pertimbangan dari Mahkamah Agung.
Pada dasarnya, perkembangan asas legalitas eksistensinya diakui dalam KUHP Indonesia baik asas legalitas formal
(Pasal 1 ayat (1) KUHP) maupun asas legalitas materiil (Pasal 1 ayat (3) RUU KUHP Tahun 2008).

Kesimpulan
Suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila telah memenuhi unsur-unsur negara hukum diantaranya
adanya pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia, peradilan yang bebas dan tidak memihak, pembatasan
kekuasaan, dan asas legalitas.

Secara tertulis Indonesia adalah negara hukum dan sudah memenuhi unsur-unsur negara hukum. Akan tetapi belum
sempurna dalam pelakasaannya. Masih banyak hambatan-hambatan yang perlu kita cari pemecahan masalahnya,
dan bersama-sama dengan kesadaran diri untuk bertidak sesuai hukum yang berlaku.

Pengertian dan Macam HAM lengkap Contoh Pelanggarannya di Indonesia

Sejak lahir setiap manusia sudah mempunyai hak asasi yang dijunjung tinggi serta diakui semua orang. Hak tersebut
lebih penting dibandingkan hak seorang raja ataupun penguasa. Hak asasi itu sendiri berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa yang diberikan kepada seluruh manusia. Namun, pada saat ini sudah banyak hak asasi yang dilanggar oleh
manusia guna mempertahankan hak pribadinya.

Hak dapat diartikan sebagai kekuasaan dalam melakukan sesuatu atau kepunyaan, sedangkan asasi adalah hal yang
utama, dasar. Sehingga hak asasi manusia atau sering disebut dengan HAM dapat diartikan sebagai kepunyaan atau
milik yang bersifat pokok dan melekat pada setiap insan sebagai anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Untuk lebih jelasnya tentang apa itu Hak Asasi Manusia, berikut pengertian HAM.

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Secara singkat pengertian HAM atau Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh seseorang sejak ia
masih dalam kandungan dan dapat berlaku secara universal. Selain pengertian singkat tadi, Pengertian HAM juga
disebut pada pasal 1 butir 1 UU No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi "Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, pemerintah, hukum dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia".

Menurut G.J. Wolhots, Pengertian HAM adalah sejumlah hak yang melekat dan berakar pada tabiat setiap pribadi
manusia, dan justru karena kemanusiaannya itulah, hak tersebut tidak dapat dicabut siapa pun juga karena jika
dicabut akan hilang kemanusiaannya.

Berdasarkan tiga pengertian HAM di atas, dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak pokok yang
bersifat universal. Dibuktikan oleh hak dasar ini dimiliki setiap manusia dan tidak bisa dipisahkan dari pribadi siapa
pun, kapan pun dan dari mana pun manusia itu berada.

Selain menjabarkan pengertian Hak Asasi Manusia dari beberapa sumber diatas, kami juga akan menjabarkan
pengertian HAM menurut para ahli agar sobat makin peham tentang pengertian HAM, berikut pengertian hak asasi
manusia menurut para ahli.

Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut Para Ahli


1. Pengertian HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999

Menurut UU No. 39 tahun 1999 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Allah SWT dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia

2. Pengertian HAM menurut Miriam Budiarjo


HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang yang dibawa sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya universal sebab
dipunyai tanpa adanya perbedaan kelamin, ras, budaya, suku, agama maupun sebagainya.

3. Pengertian HAM menurut John Locke

HAM merupakan hak-hak yang langsung diberikan Tuhan terhadap manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab
itu, tidak ada kekuatan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. HAM ini sifatnya mendasar (fundamental) bagi
kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat suci.

4. Pengertian HAM menurut Mahfudz M.D


HAM adalah hak yang melekat pada martabat setiap manusia yang mana hak tersebut dibawa sejak lahir ke dunia
sehingga pada hakikatnya hak tersebut bersifat kodrati.

5. Pengertian HAM menurut A.J.M. Milne

HAM merupakan suatu hak yang sudah dimiliki oleh semua umat manusia di dunia, di segala masa, dan juga di
segala tempat karena keutamaan keberadaannya adalah sebagai manusia.

6. Pengertian HAM menurut Haar Tilar

HAM adalah hak yang melekat pada diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki hak-hak itu maka setiap insan
tersebut tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.

7. Pengertian HAM menurut Franz Magnis Suseno

HAM adalah hak-hak yang sudah dipunyai pada setiap manusia dan bukan karena diperoleh dari masyarakat
(manusia lain). Bukan karena hukum positif yang berlaku, tapi atas martabatnya sebagai seorang manusia. Manusia
mempunyai HAM karena ia merupakan manusia.

8. Pengertian HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto

Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, hak asasi manusia adalah suatu hak yang bersifat mendasar. Hak yang telah
dimiliki setiap manusia dengan berdasarkan kodratnya yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM bersifat
suci.

Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM)


Setelah kita membahas pengertian Hak Asasi Manusia Manusia Menurut Para Ahli selanjutnya kita akan membahas
macam-macam Hak Asasi Manusia. Berbagai macam atau jenis Hak asasi Manusia (HAM) juga telah diutarakan
oleh berbagai ahli atau pakar beberapa diantaranya adalah Aristoteles, John Locke, Montesquleu, Brierly dan J.J.
Rousseau. Dari penjelasan berbagai pakar tersebut secara garis besar hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi
6 macam. Berikut 6 macam-macam Hak Asasi Manusia.

1. Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)

Hak Asasi Pribadi merupakan hak yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan bergerak, kebebasan
memeluk agama, kebebasan untuk aktif dan setiap organisasi atau perkumpulan dan sebagainya.

Contohnya :

 Hak Kebebasan dalam memilih, memeluk dan menjalankan kepercayaan agama.


 Hak Kebebasan dalam menyampaikan atau mengutarakan pendapat.

 Hak Kebebasan dalam memilih, menentukan organisasi dan aktif dalam organisasi tersebut.

 Hak Kebebasan dalam berpergian, berkunjung, dan berpindah-pindah tempat.

2. Hak Asasi Politik (Politik Rights)


Hak asasi politik ialah hak yang berhubungan dengan kehidupan politik misalnya hak memilih, hak dipilih, hak
mendirikan parta dan sebagainya.

Contohnya :

 Hak Asasi Politik dalam Dipilih pada pemilihan contohnya pemilihan DPR, Presiden atau Bupati
 Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya pemilihan DPR, Presiden atau Bupati

 Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

 Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada bidang politik

 Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik

 Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau pendapat yang berupa usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)

Hak Asasi Hukum merupakan hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama dimata hukum dan pemerintahan.

Contohnya :

 Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum


 Hak yang sama dalam proses hukum

 Hak dalam memperoleh dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.

 Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum

4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)

Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan menjual, serta memanfaatkan sesuatu.

Contohnya :

 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.


 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan dan melakukan perjanjian Kontrak

 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki sesuatu

 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki pekerjaan yang layak.

 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam melakukan transaksi

 Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak Asasi Peradilan merupakan hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural
rights), contohnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan dan penggeledahan.

Contohnya :

 Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya proses hukum baik itu penyelidikan,
Penggeledahan, penangkapan, dan penahanan
 Hak mendapatkan pembelaan dalam hukum
 Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum

6. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)

Hak Asasi Sosial dan Budaya ialah hak yang menyangkut dalam masyarakat yakni untuk memilih pendidikan serta
hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.

Contohnya :

 Hak untuk berkreasi


 Hak untuk mengembangkan Hobi

 Hak untuk mengembangkan bakat dan minat

 Hak untuk memilih, menentukan pendidikan

 Hak untuk mendapat pelajaran

 Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak

Ciri Khusus Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia atau HAM memiliki beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak-hak yang lainnya.
Berikut ciri khusus hak asasi manusia.

1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat diserahkan atau dihilangkan.


2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu hak ekonomi, hak sipil,
politik, sosial, dan budaya.

3. Hakiki, artinya HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah melekat pada saat manusia itu lahir.

4. Universal, artinya HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis kelamin, atau
perbedaan yang lainnya.

Contoh Pelanggaran HAM di Indonesia


1. Kasus Pembunuhan Munir

Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir lahir di
Malang pada 8 Desember 1965. ia meninggal pada 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika
Munir sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita
yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di dalam pesawat karena serangan jantung, dibunuh, bahkan diracuni.
Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena diracun menggunakan Arsenikum di makanan atau
minumannya saat ia merada di dalam pesawat.

Kasus ini sampai sekarang masih belum ada titik temu, bahkan kasus ini telah diajukan ke Amnesty Internasional
dan tengah diproses. kemudian pada tahun 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto selaku Pilot pesawat yang
ditumpangi munir dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus
pembunuhan Munir, karena dengan sengaja Pollycarpus menaruh Arsenik di makanan Munir sehingga ia meninggal
di pesawat.

2. Kasus Penganiayaan Wartawan Udin (1996)

Kasus penganiayaan dan terbunuhnya Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin)terjadi di yogyakarta 16
Agustus 1996. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan
militer. Ia menjadi wartawan di Bernas sejak 1986. Udin adalah seorang wartawan dari harian Bernas yang diduga
diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.
3. Pembantaiaan Rawagede

Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan pembunuhan penduduk
kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9
Desember 1945 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara
Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14 September 2011, Pengadilan Den Haaq
menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab dengan membayar ganti rugi (kompensasi)
kepada keluarga korban pembantaian Rawagede.

4. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah

Kasus Marsinah terjadi pada 3-4 Mei 1993. Seorang pekerja dan aktivitas wanita PT Catur Putera Surya Porong,
Jatim. Peristiwa ini bermula dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT CPS. Mereka menuntun
kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK terhadap mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut,
Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi
memprihatinkan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan serta
pembunuhan. Namun hingga sekarang penyelidikan masih belum menemukan titik terang.

Anda mungkin juga menyukai