Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA

Nama : Mohammad Tri Yoga Tianotak


Nim : 2200034087
Fakultas : Kedoktran
Latar Belakang Lahirnya Pancasila

Peristiwa yang melatarbelakangi kelahiran Pancasila adalah kekalahan pasukan Jepang dalam
menghadapi Sekutu saat terjadinya Perang Pasifik. Peristiwa ini terjadi sekitar akhir tahun 1944.
Karena hal tersebut, mau tidak mau pemerintah Jepang mencoba untuk menarik simpati rakyat
Indonesia. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan pasukan tambahan untuk bertahan
dalam peperangan.
Pada waktu itu, tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia kemudian memanfaatkan
kesempatan itu untuk mendesak agar Jepang memberikan kemerdekaan. Desakan tersebut
akhirnya disetujui oleh pemerintah Jepang.
Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuklah sebuah lembaga bernama Dokuritsu Junbi Cosakai.
Dalam bahasa Indonesia, badan ini lebih dikenal sebagai Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
BPUPKI memiliki anggota berjumlah 67 orang. Anggota aktifnya sebanyak 60
orang yang terdiri dari tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, tujuh orang
lainnya berasal dari Jepang. Ketujuh orang ini hanya sebagai pengamat dan tidak memiliki hak
istimewa apa-apa.
Ketuanya adalah dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat. Kemudian, wakil ketuanya ada
dua. Yang berasal dari Indonesia adalah Raden Pandji Soeroso, sementara yang dari Jepang yaitu
Ichibangase Yosio.
Usulan Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

Pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, para anggota BPUPKI mengadakan sidang untuk yang
pertama kalinya. Ada banyak hal yang dibahas dalam rapat kali ini.
Salah satunya adalah dasar negara yang akan dipakai oleh bangsa Indonesia. Rapat inilah
menandai peristiwa penting sejarah lahirnya Pancasila.
Mengenai dasar negara Indonesia, ada tiga tokoh yang mengusulkan pendapatnya. Mereka
adalah Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.
A. Usulan Mohammad Yamin
Dalam pidatonya pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mohammad Yamin mengutarakan
gagasannya mengenai rancangan dasar negara. Adapun isinya, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Akan tetapi, versi tertulisnya berbeda dari apa yang disampaikan dalam pidatonya. Revisinya
adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
B. Usulan Soepomo
Usulan mengenai dasar-dasar negara selanjutnya datang dari Mr. Soepomo. Dalam pidatonya
yang disampaikan pada tanggal 31 Mei 1945, ia mengemukakan bahwa dasar
sebuah negara memiliki kaitan erat dengan riwayat hukum sehingga memiliki keunikan
tersendiri.
Ia kemudian mengusulkan gagasan tentang dasar negara
yang menurutnya mencirikan kebudayaan Indonesia. Rumusannya adalah:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

C. Usulan Soekarno

Pada ulasan sejarah lahirnya Pancasila ini, kamu juga akan membaca usulan dasar negara dari Ir.
Soekarno. Ia menyampaikan hal tersebut dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945.

Secara umum, gagasan dasar negara dari Ir. Soekarno adalah sebagai berikut:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme dan perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa

Namun kemudian, ia juga mengusulkan tiga rumusan dasar negara yang kemudian diberi nama
ekasila, trisila, dan pancasila. Adapun isinya, yaitu:

 Ekasila
1. Gotong Royong
 Trisila
1. Sosio-nasionalisme
2. Sosio-demokratis
3. ke-Tuhanan
 Pancasila
1. Kebangsaan Indonesia (nasionalisme)
2. Internasionalisme (peri-kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaann
Pembentukan Panitia Sembilan
Usulan dari para tokoh di atas kemudian ditampung dan dipertimbangkan sebagai rumusan dasar
negara. Akan tetapi yang diterima secara aklamasi oleh peserta sidang adalah usulan Pancasila
yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno. Karena hal tersebut, tanggal 1 Juni kemudian diperingati
sebagai hari lahirnya Pancasila.
Setelah itu, BPUPKI membentuk sebuah panitia kecil yang bertugas untuk menyelaraskan semua
usulan menjadi lima poin penting. Kepanitiaan tersebut mengadakan rapat pada tanggal 2 Juni –
9 Juli 1945.
Pada masa periode rapat tersebut, dibentuk pula kepanitiaan khusus lain yang kemudian dikenal
dengan nama Panitia Sembilan. Tugasnya adalah untuk merumuskan kembali Pancasila agar
hubungan negara dan agama menjadi selaras.
Yang ditunjuk sebagai ketuanya adalah Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya.
Sementara itu, anggotanya yang lain adalah Abikoesno Tjokroseojoso, Mr. Alexander Andries
Maramis, Mr. Achmad Soebardjo, Haji Agus Salim, Mr. Mohammad Yamin, dan Kiai Haji
Abdul Wahid Hasjim.
Kronologi Sejarah Lahirnya Pancasila

A. Rumusan Piagam Jakarta

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menandatangi kesepakatan yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta. Rumusan dasar negara berada di paragraf keempat dalam teks
Rancangan Pembukaan Hukum Dasar.

Isi dari Piagam Jakarta, yakni “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia Merdeka


yang melindungi  segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara Indonesia
yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat,
dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Djakarta, 22-6-1945
Panitia Sembilan
B. Rumusan BPUPKI
Rancangan dasar negara yang telah tertulis dalam Piagam Jakarta tersebut kemudian kembali
dibahas dalam rapat BPUPKI pada tanggal 10–14 Juli 1945. Dalam rapat tersebut, diputuskan
bahwa Rancangan Pembukaan Hukum Dasar dalam Piagam Jakarta menjadi dua dokumen yang
berbeda.
Dokumen yang pertama adalah Pernyataan Kemerdekaan pada paragraf pertama sampai ketiga,
yang kemudian diperluas menjadi 12 paragraf. Sementara itu, dokumen kedua berisi Pembukaan
hanya berisikan paragraf keempat saja. Ada sedikit perubahan, akan tetapi tidak terlalu signifikan
karena hanya menghilangkan beberapa kata sambung.
Jadi, rumusan versi dasar negaranya menjadi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Dengan mewujdukan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

C. Rumusan PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945, pemerintah Jepang membubarkan BPUPKI karena telah dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu, mereka kemudian membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 9 Agustus 1945.
Kepanitiaan ini akan melanjutkan tugas dari PPKI. Adapun yang ditunjuk menjadi ketuanya
adalah Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia resmi merdeka. PPKI pun menjadwalkan rapat untuk
mengesahkan dasar negara dan undang-undang dasar keesokan harinya.
Namun kemudian, pada malam harinya, Alexander Andries Maramies menemui Soekarno. Ia
datang sebagai perwakilan dari wilayah timur menyatakan keberatan dengan rumusan sila
pertama dasar negara yang tertulis “… dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.”
Soekarno kemudian mempertimbangkan keberatan tersebut. Ia menghubungi Hatta dan
kemudian menemui beberapa perwakilan golongan Islam. Semula, perwakilan tersebut merasa
keberatan dengan penghilangan tersebut.
Namun setelah berdiskusi lebih jauh, akhirnya mereka menyetujuinya dengan pertimbangan
demi persatuan Indonesia. Ya, memang tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa rakyat
Indonesia tidak hanya menganut satu agama saja.
Dengan disetujuinya penghapusan tersebut, maka rumusan Pancasila menjadi:
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
D. Rumusan Konstitusi RIS
Kronologi sejarah lahirnya Pancasila masih berlanjut ketika Belanda datang kembali ke sini
dengan membonceng Sekutu pada tanggal 23 Agustus 1945. Setelah itu, Indonesia mengalami
peralihan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi parlementer untuk kepentingan politik.
Pada waktu itu, Belanda tidak mau melakukan perundingan dengan Soekarno karena dianggap
bekerja sama dengan Belanda. Karena alasan tersebut, sang proklamator menunjuk Sutan Sjahrir
sebagai pimpinan sementara. Menariknya, Belanda kemudian bersedia berunding dan hanya mau
berurusan dengan Sjahrir.
Pada tahun 1949, Republik Indonesia semakin terdesak karena pendudukan tentara Sekutu. Pusat
pemerintahan kemudian berpindah ke Yogyakarta dan pemerintah RI terpaksa menyetujui
menjadi negara federal.
Secara resmi, namanya kemudian menjadi Republik Indonesia Serikat. Sesuai dengan piagam
konstitusi, wilayah RIS terbagi menjadi dua, yaitu negara bagian dan satuan kenegaraan.
Yang termasuk negara bagian adalah Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur,
Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara
Sumatera Selatan. Sementara itu, wilayah yang termasuk dalam satuan kenegaraan adalah Jawa
Tengah, Kalimantan Barat, Daerah Banjar, Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara, Bangka,
Belitung, Riau, dan Dayak Besar.
Udang-Undang Dasar yang sudah sah pada tanggal 18 Agustus 1945 lalu tetap berlaku, tapi
hanya di negara bagian Negara Republik Indonesia saja. Selanjutnya, RIS memiliki dasar negara
sendiri yang telah disepakati oleh anggota lainnya. Rumusan dasarnya kemudian menjadi:
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Perikemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Dan Keadilan sosial
E. Rumusan dalam UUD Sementara
Eksistensi Republik Indonesia Serikat (RIS) tidaklah bertahan lama. Banyak bagian negara yang
melepaskan diri dan kemudian bergabung dengan Negara Republik Indonesia.
Selain itu, banyak rakyat yang melakukan protes besar-besaran. Mereka menginginkan agar
Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Indonesia. Menindaklanjuti hal tersebut, RIS
kemudian bubar pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sehubungan dengan bubarnya RIS, pemerintah kemudian menggunakan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950 yang masih menggunakan sistem parlementer. Penggunaan UUDS
tersebut sembari menunggu hasil pemilihan umum untuk penyusunan konstitusi baru.
Untuk rumusan dasar negaranya, yang disetujui adalah rumusan yang masih sama dengan pada
masa RIS. Memang masih sama, tapi sifatnya hanya sementara.
F. Rumusan UUD 1945
Pada masa penggunaan UUDS keadaan politik menjadi kurang stabil. Hingga tahun 1959,
Indonesia telah mengalami tujuh pergantian kabinet. Salah satu penyebabnya adalah
ketidakpuasan pemerintah daerah karena kebijakan pemerintah pusat. Untuk mengatasi
kekisruhan tersebut, Presiden Soekarno kemudian memberikan anjuran akan kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945. Saran tersebut mendapat sambutan yang baik dari rakyat.
Pada tanggal 5 Juli 1959, Soekarno kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden. Isinya adalah
memberlakukan kembali UUD yang sah pada sidang PPKI. Selanjutnya, rumusan tersebut
mendapatkan persetujuan MPR.
Dari keputusan ini, rumusan Pancasila menjadi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaa dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Selanjutnya, rumusan tersebut mengalami revisi dan juga tertulis dalam Tap MPR
No II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Rumusan ini yang
kemudian diajarkan secara umum dan diterima oleh masyarakat luas. Isinya tidak terlalu berbeda
karena hanya menghilangkan beberapa frasa. Sehingga menjadi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sumber :
Sejarah Lengkap Lahirnya Pancasila, Dasar Negara Indonesia (2023) | PosKata
https://www.poskata.com/histori/sejarah-lahirnya-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai