KEMERDEKAAN
Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni merupakan momen bersejarah
dalam perjalanan bangsa Indonesia. Pancasila identik dengan gagasan Soekarno yang
diungkapkan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Soekarno ingin menyatakan kepada peserta BPUPKI perlunya
bangsa ini memiliki dasar negara sebagai pedoman. Lima prinsip dari Soekarno akhirnya
dikaji ulang oleh peserta dan akhirnya disetujui. Sampai sekarang, momen bersejarah ini terus
diperingati setiap tahunnya sebagai bagian dari kesadaran masyarakat Indonesia akan
perumusan awal dasar negara.
Istilah Pancasila sebenarnya telah dikenal sejak zaman Majapahit sebagaimana tertulis
dalam buku NegaraKertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu
Tantular yang berarti berbatu sendi yang lima atau pelaksanaan kesusilaan yang lima. Dalam
bahasa sanskerta Pancasila berasal dari dua kata, yaitu “Panca” yang berarti lima dan “Sila”
yang berarti dasar atau asas.
Berikut peristiwa yang terjadi hingga ditetapkannya Pancasila sebagai dasar negara
dan 1 Juni sebagai Hari lahirnya Pancasila.
28 Mei 1945
29 Mei 1945
Muh Yamin yang pertama menyampaikan usulannya tentang dasar negara. Dalam pidatonya
Muh Yamin mengemukakan lima “Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”,
yaitu:
1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ke-Tuhanan;
4. Peri Kerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat;
31 Mei 1945
Prof. Dr. Mr. Soepomo mengajukan dasar-dasar negara untuk Indonesia merdeka, yaitu
1. Kekeluargaan;
2. Keseimbangan lahir dan batin;
3. Musyawarah;
4. Keadilan rakyat
1 Juni 1945
Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya yang berisi rumusan lima prinsip dasar negara
Indonesia Merdeka, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial;
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima prinsip dasar negara disebut dengan Pancasila. Pidatonya tersebut dikenal
dengan “Lahirnya Pancasila”.
Pidato Soekarno menutup persidangan pertama BPUPKI. Persidangan pertama ini
tidak menghasilkan suatu kesimpulan atau rumusan apapun. Namun, dari beberapa
rumusan yang disampaikan, rumusan Soekarno yang paling diterima oleh semua
anggota.
Dibentuk panitia delapan di bawah pimpinan Ir. Soekarno. Panitia ini beranggotakan
Mohammad Hatta, Soetardjo Kartohadikoesoemo, K.H. Wahid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Otto Iskandardinata, Mohammad Yamin, dan A.A. Maramis. Tugas
panitia delapan adalah menampung dan mengidentifikasi rumusan dasar negara pada
sidang BPUPKI.
Setelah persidangan pertama selesai diadakanlah reses selama satu bulan lebih.
MASA RESES
22 Juni 1945
Pukul 10.00 WIB: Panitia delapan mengadakan rapat di gedung Kantor Besar Jawa
Hokokai, Lapangan Banteng untuk membahas rancangan pembukaan (preambule)
Undang-Undang Dasar (UUD), mengelompokkan usulan anggota, dan menyepakati
pembentukan panitia sembilan untuk menyusun rumusan dasar negara. Anggota
panitia Sembilan diantaranya Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin,
Ahmad Soebardjo, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, K.H. Wahid Hasyim, H.
Agus Salim, dan Abikoesno Tjokrosoejoso.
Pukul 20.00 WIB: Panitia Sembilan mengadakan pertemuan di rumah Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur, Jakarta. Pertemuan tersebut menghasilkan rumusan pembukaan
Undang-Undang Dasar yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang
didalamnya termuat rumusan kolektif dasar negara Indonesia Merdeka, yaitu:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
10 Juli 1945
Sidang kedua BPUPKI diselenggarakan. Ir. Soekarno menyampaikan laporan hasil kerja
selama masa reses. Sidang ini membahas bentuk negara bagi Indonesia merdeka dan
perumusan terakhir draft dasar negara. Melalui sistem voting yang diikuti oleh 64 peserta, 55
peserta memilih bentuk negara republik, 6 peserta memilih bentuk kerajaan, 2 peserta
memilih bentuk lain, dan 1 peserta tidak memilih. Sesuai hasil voting, sidang ini
menghasilkan keputusan bentuk negara republik bagi Indonesia merdeka.
11 Juli 1945
13 Juli 1945
14 Juli 1945
Rapat membicarakan hasil Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yakni
pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar, serta batang tubuh
undang-undang dasar.
Menurut Soekarno, untuk mempercepat prosedur penyelesaian pekerjaan, jika ada
anggota yang mengusulkan perubahan kata-kata, bolehlah di bawah tangan nanti
berunding memperbaiki kata-kata yang tidak disetujui.
Sidang BPUPKI akhirnya menerima pembukaan UUD dengan suara bulat dengan
sedikit perubahan kata-kata.
15 juli 1945
16 juli 1945
7 Agustus 1945
BPUPKI dianggap bubar dan diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Soekarno ditunjuk menjadi ketua PPKI dengan wakil
Mohammad Hatta, dan Mr. Ahmad Subardjo menjadi penasihat khusus. Anggota PPKI
dipilih langsung oleh Jenderal Besar Terauci yang menjadi penguasa tertinggi di seluruh Asia
Tenggara.
17 Agustus 1945
18 Agustus 1945
1964