Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

Faringitis, Diagnosis dan Pertimbangan Terapi Antibiotik

Diterjemahkan dari :

Pharyngitis, Diagnosis and Empiric antibiotic treatment Considerations

Murtaza Mustafa, P. Patawari, RK. Muniandy, MM. Sien, S. Mustafa, A. Fariz

Oleh :

Zalafi Kartika A G99161110


Deonika Ariescieka P G99162116
Putu Ayu A.T.D G99161020
Pratiwi Retnaningsih G99161075
Made Ari Siswadi G99162229

Pembimbing :
dr. Putu Wijaya K, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK DAN


KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
2017
1
Faringitis, Diagnosis dan Pertimbangan Terapi Antibiotik

Diterjemahkan dari :

Pharyngitis, Diagnosis and Empiric antibiotic treatment Considerations

Murtaza Mustafa, P. Patawari, RK. Muniandy, MM. Sien, S. Mustafa, A. Fariz

Abstrak
Faringitis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak maupun dewasa.
Faringitis sering terjadi di negara berkembang. Di Amerika Serikat, faringitis
didiagnosa pada 11 juta pasien di Unit Gawat Darurat tiap tahunnya. Penyebab tersering
faringitis adalah virus, yaitu Adenovirus, rhinovirus, enterovirus, influenza A dan
virus parainfluenza B. Streptococcus pyogenes Group A beta hemolytic streptococcus
(GABS) atau necrophorum dan Mycoplasma pneumonia juga dilaporkan dapat
menyebabkan faringitis. Faktor virulensi yang menyebabkan faringitis diantaranya
penyakit invasif, demam rematik akut dan glomerulonefritis akut. Tanda bakterial
meliputi faring eritem, pembesaran tonsil, dan eksudat putih ke abu-abuan yang
menutupi faring posterior dan pilar tonsil. Gejala seperti konjungtivitis, coryza, ulkus
oral, batuk, diare merupakan tanda tanda dari faringitis yang disebabkan oleh virus.
Centor score yang dimodifikasi dapat digunakan untuk diagnosis. Sepuluh hari
penggunaan penisilin tetap merupakan terapi pilihan, makrolid digunakan untuk pasien
alergi penisilin. Penggunaan antibiotik spektrum luas dapat berkontribusi pada
resistensi antibiotik. Peran dari tonsilektomi atau adenoidektomi pada kejadian
faringitis masih belum banyak dipahami.

Kata Kunci
Pharyngitis, Pharyngotonsilitis, Rheumatic fever, Diagnosis, and Treatment.

2
I. PENDAHULUAN

Faringitis merupakan inflamasi atau peradangan pada faring, yang diambil dari
bahasa yunani Pharynx yang berarti tenggorokan dan suffix yng berarti peradangan.
Dalam banyak kasus, faringitis sangat menyakitkan dan merupakan penyebab tersering
nyeri tenggorokan.1,2 Bila inflamasi juga mengenai tonsil, maka disebut tonsilofaringits.
Klasifikasi lain diantaranya adalah nasofaringitis (common cold).4 Faringitis merupakan
penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Pada penelitian
prospektif keluarga, dilaporkan 16% dewasa dan 41% anak-anak menderita nyeri
tenggorokan selama jangka waktu 1 tahun. Di Amerika Serikat, Survei National
Ambulatory Medical Care dan survei National Hospital Ambulatory Medical Care
melaporkan antara 6.2 sampai 9.7 juta pengunjung fasilitas kesehatan primer, klinik
dan instalasi gawat darurat tiap tahun adalah anak dengan faringitis dan lebih dari 5 juta
adalah dewasa dengan faringitis.6 Hing dkk melaporkan faringitis didiagnosa pada 11
juta pasien di Unit Gawat Darurat di Amerika Serikat.7 Anak usia sekolah yaitu usia 5
sampai 18 tahun merupakan usia terbanyak pada kasus faringitis, dan penyakit serupa
lainnya yang disebabkan oleh Group A Streptococcus atau Group A beta-hemolytic
streptococci (GAS/GABS).5,7
Dilaporkan di Unit Gawat Darurat prevalensi dari Faringitis GAS dipengaruhi
baik dari usia pasien dan pemeriksaan, dengan tingkat lebih tinggi ditemukan pada usia
yang lebih muda.8 Data berbasis populasi secara serologis membuktikan faringitis
GAS terjadi pada tingkat 0,14 kasus per anak di negara maju.9 Di daerah beriklim
sedang, kebanyakan kasus faringitis terjadi di musim dingin dan awal musim semi,
sesuai dengan waktu puncak aktivitas virus yang menyerang pernafasan. Hal ini juga
berlaku untuk faringitis GAS, dimana sebanyak setengah dari kasus pada anak-anak
mungkin disebabkan oleh agen etiologi selama bulan-bulan puncak tersebut.10 Sebagian
besar kasus akut, disebabkan oleh infeksi virus (40-80%), dan sisanya disebabkan oleh
infeksi bakteri, infeksi jamur, atau iritasi seperti iritasi i polutan, atau zat kimia.2
Pada pasien dengan penyakit pernapasan demam akut, dokter secara akurat
membedakan infeksi bakteri dan infeksi virus dengan hanya menggunakan anamnesis
dan temuan pemeriksaan fisik.11 Pengobatan empiris untuk faringitis bakteri meliputi

3
penisilin, eritromisin untuk pasien alergi penisilin, dan klindamisin, amoksisilin-
klavulanat untuk pasien kambuh selama 10 hari.12 Makalah ini mengulas diagnosis, dan
pengobatan antibiotik empiris faringitis.

II. AGEN INFEKTIF

Virus merupakan salah satu penyebab faringitis yang paling umum dan
mencapai 25% sampai 45% dari semua kasus, sering terjadi dengan tanda atau gejala
infeksi saluran pernapasan bagian atas lainnya.13 Pada dasarnya semua virus yang
diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas pada dewasa dan anak-
anak telah dijelaskan. Meskipun metodologi antara penelitian berbeda dan sangat
bervariasi, Adenovirus sering diidentifikasi sebagai penyebab virus faringitis yang
paling umum dilaporkan pada 12% sampai 23% kasus.13 Virus lain yang menyebabkan
faringitis meliputi virus rhinovirus, enterovirus, influenza A dan B parainfluenza Virus,
respiratory syncyticalvirus, coronavirus, human metapneumovirus, dan human
bocavirus.14 Beberapa virus herpes manusia seperti virus Epstein Barr, virus herpes
simpleks (HVS), dan human sitomegalovirus juga telah dilaporkan menyebabkan
faringitis, juga jenis virus imunodefisiensi manusia tipe 1 ( HIV-1).15
Streptococcus pyogenes, Grup A streptococcus (GAS) atau Grup A beta
hemolytic streptococcus (GABS), adalah etiologi bakteri yang menjadi perhatian
terbesar pada kasus faringitis akut karena hubungan antara GAS dan demam reumatik
akut. GAS bertanggung jawab untuk sekitar 10% sampai 30% kasus pada orang dewasa
dan 15% sampai 30% kasus pada anak-anak.16,17 Fusobacterium necrophorum, gram-
negatif, pada spora membentuk anaerob, adalah penyebab bakteri tenggorokan
sebanyak 10% kasus faringitis.18 Organisme ini juga telah terlibat dalam sindrom nyeri
tenggorokan berulang dan kronis. Diidentifikasi sebanyak 21% dari kasus tersebut.19
Corynebacterium difteri juga merupakan penyebab faringitis dan hal yang
mengkhawatirkan bagi pelancong ke daerah-daerah di mana program vaksinasi tidak
mapan atau telah gagal. Radang akibat gonore harus dipertimbangkan pada remaja yang
aktif secara seksual dan dewasa muda. Kultur tenggorokan menghasilkan
N.gonorrhoeae sebanyak 1% sampai 6% individu di klinik penyakit menular seksual.21
Pycoplasma pneumonia (diidentifikasi pada 3% sampai 14% kasus faringitis), dan

4
pneumonia Chlamydophila (jarang terdeteksi pada 3% sampai 8% kasus, juga harus
dianggap sebagai agen potensial etiologi faringitis.10 Beberapa kasus faringitis
disebabkan oleh infeksi jamur seperti Candida albicans yang menyebabkan sariawan
oral.2

III. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang bertanggung jawab pada perkembangan tanda dan gejala


faringitis belum sepenuhnya digambarkan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
bradikinin oleh infeksi rhinovirus simptomatik dan menyebabkan nyeri tenggorokan
yang signifikan pada orofaring atau mukosa nasal.22 Mediator inflamasi lainnya,
termasuk prostaglandin bekerjasama dengan bradikinin pada ujung saraf sensorik di
faring.23 Beberapa penelitian menunjukkan efek menguntungkan dari obat antiinflamasi
nonsteroidal atau kortikosteroid pada nyeri tenggorokan, juga menunjukkan bahwa
mediator inflamasi memainkan peran kunci dalam patofisiologi nyeri tenggorokan.24
Di antara bakteri penyebab faringitis, patogenesis GAS telah dipelajari secara
mendalam. Beberapa faktor virulensi telah diidentifikasi yang pada akhirnya
menyebabkan manifestasi faringitis akut. Berdasarkan pengetahuan yang semakin
berkembang, adanya kesenjangan besar mengenai kejadian faringitis mengarah pada
penyakit tonsillopharyngeal. Selanjutnya, mekanisme yang mendasari gejala
asimptomatik telah banyak menjadi subyek spekulasi. Peran sistem kekebalan tubuh
dan perubahan genetik molekular yang mungkin terjadi pada GAS dalam gejala
asimptomatik masih sulit dipahami. Protein yang terlibat dalam pencegahan imun
(protein M, kapsul asam hialuronat, peptidase asam hialuronat), menempel pada sel
epitel (protein pengikat fibronektin, asam lipoteikoat), menyebar melalui jaringan inang
(hyaluronidase streptokinase DNAases), dan berbagai eksotoksin (streptolysin, toksin
superantigenik) telah dijelaskan.25 Ekspresi dari faktor virulensi ini menyebabkan
faringitis simptomatik dan komplikasi seperti penyakit invasif, demam rematik akut,
dan glomerulonefritis akut. Mekanisme dimana faringitis GAS menghasilkan demam
reumatik akut masih belum diketahui. Namun, autoimmunitas melalui molekuler
mimikri dicurigai. Bukti yang berkembang mendukung adanya serotipe GAS rematik.
Membandingkan distribusi tipe M antara dua periode yang dipisahkan 40 tahun,

5
Shulman dkk dapat menunjukkan bahwa penurunan pada hilangnya jenis M-types
tertentu dikaitkan dengan penurunan bukti kejadian demam reumatik akut. Strain
spesifik selain faktor virulensi GAS yang ikut serta tidak diketahui.26

IV. GEJALA KLINIS

Etiologi faringitis pada pasien tidak dapat dilihat secara akurat berdasarkan
karakteristik klinis saja, beberapa patogen tertentu dapat menyebabkan sindrom yang
lebih mudah dikenali.15 Patogen faringitis yang sering terisolasi meliputi :

Group A Streptococcus.15 Faringitis yang disebabkan oleh GAS onsetnya mendadak


pada anak-anak dan dewasa. Nyeri tenggorokan dengan GAS menyebabkan kesulitan
dalam menelan. Demam, sakit kepala, dan gejala gastrointestinal (mual, muntah, sakit
perut) juga disertai dengan strep tenggorokan namun tidak selalu ada. Pemeriksaan fisik
umumnya didapatkan eritema faring, pembesaran tonsil, dan eksudat keputihan abu-abu
yang menutupi faring posterior dan pilar tonsil.15 Petechie kadang dapat diamati pada
langit-langit dengan eritema dan edema uvula. Limfadenopati servikal anterior, sering
terjadi pada sudut rahang, merupakan khas faringitis GAS dan nodusnya bisa cukup
besar dan lunak. Pasien mungkin juga datang dengan ruam scarlatiniform yang khas
biasanya dimulai di badan lalu menyebar ke ekstremitas, dan telapak tangan dan telapak
kaki. Ruam biasanya digambarkan sebagai konfluen dengan kualitas seperti sandpaper.
Demam scarlet disebabkan oleh satu atau lebih eksotoksin piogenik yang dihasilkan
oleh strain faring GAS. Tanda dan gejala yang paling mengindikasikan faringitis GAS
adalah tonsilitis atau eksudat faring, nodus serviks anterior yang lembut, demam atau
riwayat demam dan tidak adanya batuk.8

Non-group A Streptococci and A haemolyticum. Group C dan G biasanya ditemukan


sebagai flora normal pada faring manusia; Namun, mereka juga menjadi semakin
dikenal sebagai penyebab potensial terjadinya faringitis. Streptococcus dysagalactiae
subspe quisimilis (Group C) adalah yang paling umum non-GAS terisolasi yang
dikaitkan dengan nyeri tenggorokan27, meski baru-baru ini S equi subsp, zoopidemicus
telah muncul sebagai patogen manusia yang potensial.28 Ciri klinis yang membedakan
6
faringitis akibat A haemolyticum adalah ruam yang mungkin terjadi pada setengah
individu yang terinfeksi. Itu adalah scarlatiniform.macular, ormacupapular dan paling
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda.29 Ruam dimulai pada ekstremitas distal,
biasanya melibatkan permukaan ekstensor tapi menyisakan telapak tangan dan telapak
kaki, diikuti oleh penyebaran yang sentripetal.30 A Haemolyticum dapat menyebabkan
infeksi yang lebih parah (misalnya, pneumonia dan pyomyositis) namun sangat jarang,
namun dalam kasus ini paling sering menjadi coinfecting agen.31

Corynebacteriumdiphtheriae. Difteri jarang terjadi di negara maju karena vaksinasi


yang menyeluruh. Mayoritas infeksi pernafasan yang disebabkan oleh C.diphtheriae
adalah tonsilopharyngeal. Nyeri tenggorokan adalah salah satu gejala difteri yang
paling umum dan biasanya disertai demam ringan dan malaise.32 Pembentukan
membran pada permukaan tonsil atau faring adalah ciri khas difteri tetapi terjadi pada
sepertiga pasien saja. Demam dan pembentukan membran membedakan difteri dari
faringitis yang disebabkan oleh streptokokus hemolitik grup A dan virus. Membran
yang terbentuk dalam difteri digambarkan sebagai putih pada awal perjalanan penyakit;
lalu menjadi abu-abu gelap dan seperti warna kulit, dengan upaya untuk melepaskan
membran berpotensi menyebabkan pendarahan.33 Pembentukan membran adalah hasil
dari produksi toksin lokal dan penyebaran membran menunjukkan toksisitas yang lebih
sistematis. Penyebaran membran secara ekstensif dapat menyebabkan tonsillar, anterior
cervical, dan submandibular limfadenopati serta pembengkakan leher (bull neck).
Proges penyakit yang berlanjut dapat menyebabkan depresi pernapasan dan kematian.15

Neisseria gonorrhoeae. Infeksi pharyngeal oleh N. gonorrhoeae sering asimptomatik;


nyeri tenggorokan dilkeluhkan oleh pasien dengan keterlibatan tonsil. Sebuah tinjauan
terhadap kasus gonore orofaring yang dipublikasikan menunjukkan bahwa lebih dari
10% kasus diklasifikasikan sebagai tonsilitis.33 Demam sama umumnya dengan
limfadenopati cervical. Di antara pasien dengan tonsilitis, eksudat kuning keputihan
dapat diamati pada 20%. Karena klinis faringitis yang disebabkan oleh N.gonorrhoeae
tidak spesifik dan gejalanya ringan, penelusuran anamnesis termasuk faktor risiko untuk
infeksi menular seksual harus diperoleh pada remaja dan orang dewasa muda dengan
faringitis untuk membuat diagnosis. Riwayat seksual yang seksama dan lengkap dan

7
orientasi seksual pasien sangat penting. Riwayat harus diambil dalam istilah yang dapat
dimengerti oleh pasien, bukan istilah teknis. (mis., "Apakah Anda melakukan
fellatio?").34

Mycoplasma pneumonia. M. pneumoniae dan C. pneumoniae telah diidentifikasi


sebagai penyebab faringitis di semua kelompok usia dengan prevalensi yang lebih tinggi
umumnya disebabkan oleh M. Pneumoniae.35 Eposito et all35, menggambarkan
beberapa rangkaian kasus anak-anak dengan faringitis yang disebabkan oleh M.
pneumoniae atau C. Pneumoniae dan teridentifikasi disfagia pada 25% sampai 36%,
hipertrofi tonsil pada 76% sampai 83%, cervical adenopati aekitar 50%, dan eksudat
pada 25% sampai 39%. Meskipun temuan ini tidak spesifik untuk faringitis oleh karena
infeksi bakteri atipikal dibandingkan dengan kasus faringitis karena virus, anak-anak
dengan infeksi akibat M. pneumoniae atau C. pneumoniae secara signifikan lebih
mungkin memiliki riwayat faringitis rekuren.36 Selain itu, anak-anak dengan faringitis
karena infeksi bakteri atipikal yang diobati dengan Azitromisin memiliki tingkat infeksi
pernapasan yang lebih rendah, termasuk penyakit pernafasan saluran bawah,
dibandingkan dengan anak diberi pengobatan simtomatik.37

HIV-AIDS dan faringitis. Gejala umum yang muncul adalah demam, faringitis, ruam
dan alymphadenopati, mudah dipahami bagaimana infeksi HIV-1 primer dapat
dikelirukan dengan infeksi mononukleosis, siphilis sekunder, hepatitis A atau B akut,
toxoplasmosis atau sindrom virus lainnya. . Faktanya, Schaker et all,38 mencatat bahwa
hanya seperempat pasien dengan gejala infeksi primer HIV-1 yang dicurigai memiliki
diagnosis tersebut pada evaluasi medis awal. Sebuah laporan terbaru memperkirakan
bahwa prevalensi infeksi primer HIV-1 pada pasien remaja dan orang dewasa rawat
jalan ditemukan bahwa faringitis disebabkan oleh infeksi HIV-1 primer pada 1,3 pasien
per 1000 kasus.39 Karena sebanyak setengah dari semua kasus baru infeksi HIV-1
terjadi pada remaja, dokter yang merawat orang dewasa dan anak-anak harus terbiasa
dengan karakteristik klinis infeksi primer HIV untuk mempertahankan indeks
kecurigaan yang tinggi terhadap kelainan ini.40

Epstein-Barr virus (EBV). Infeksi mononukleosis adalah kelainan multisistem yang


disebabkan oleh infeksi primer oleh EBV dan ditemukannya oleh trias dari demam,
8
faringitis, dan adenopati.41 Di antara 150 orang dewasa muda dengan infeksi EBV akut
yang dikonfirmasi secara serologis, tiga per empat dilaporkan nyeri tenggorokan dan
kelelahan, dengan kira-kira setengahnya demam, adenopati cervical yang nyeri, dan
sakit kepala pada kunjungan awal mereka.42 Faringitis yang menyertai infeksi
mononucleosis adalah sub akut pada onset dan mungkin disertai pembesaran tonsil
ringan sampai sedang serta eksudat dan petechiae palatal secara substansial meningkat
pada bulan pertama dari sakit dan pada bulan ke 6 hampir sepenuhnya teratasi.41,42
Edema periorbital atau kelopak mata merupakan gejala primer infeksi EBV yang khas
pada anak-anak.43

Agen Virus lainnya. Agen virus lain yang terlibat dalam faringitis virus termasuk virus
non-polioenteroviruses telah teridentifikasi 8% sampai 29% kasus faringitis pada anak-
anak dengan menggunakan reverse transcriptase Polymerase Chain Reaction (PCR)44.
Pemeriksaan nyeri tenggorokan atau faringitis khususnya Adenovirus diidentifikasi
sebagai penyebab dalam 25% kasus pada anak-anak dan 3% kasus pada orang dewasa
rawat jalan35. Infeksi primer dengan virus herpes simpleks (HSV) dapat menyebabkan
gingivostomatitis pada anak kecil, sedangkan faringitis dapat terjadi di kalangan remaja
dan Dewasa muda, 35 mahasiswa muda dengan infeksi HSV faringitis terjadi sepanjang
tahun, dengan mayoritas pasien yang mengalami demam, tonsil/faring bengkak dan
bereksudat, Adenopati servikla anterior45.

V. DIAGNOSIS

Faringitis adalah salah satu gejala paling umum yang dihadapi oleh seorang
dokter, yang terpenting adalah pengobatan dari diagnosa. Pencegahan demam rematik
memerlukan pengobatan antimikroba dan pemberantasan GAS dari faring46. Temuan
klinis yang tepat membantu membedakan GAS dari penyebab virus faringitis. Dari
pemeriksaan fisiknya didapatkan eksudat tonsillar atau faring, pembesaran kelenjar
gentah benih servikal anterior, dan demam yang sering disebabkan oleh GAS.
Sedangkan, gejala seperti konjungtivitis, rinorrhea, ulkus mulut, batuk, dan diare
disebabkan oleh virus47.
Beberapa aturan prediksi klinis telah dikembangkan untuk membantu
diagnosis faringitis GAS. Sistem penilaian (Scoring) mencoba menggunakan data klinis
9
dan epidemiologi untuk menentukan probabilitas bahwa faringitis akut disebabkan oleh
GAS48. Aturan prediksi untuk diagnosis faringitis GAS terbatas karena tanda dan gejala
banyak penyebab virus faringitis akut tumpang tindih dengan infeksi yang disebabkan
oleh GAS, dan aturannya paling baik untuk mengidentifikasi pasien dengan probabilitas
rendah infeksi GAS. Skor Centor dengan dimodifikasi dapat digunakan untuk
Diagnosis, skor 1 (risiko terkena faringitis GAS 5% sampai 10%), skor 2, (risiko terkena
faringitis GAS 11% sampai 17%), skor 3 (risiko terkena faringitis GAS 28% sampai
35%), skor 4, (risiko terkena faringitis GAS 51% sampai 53%)49. Berdasarkan 5
kriteria klinis ini menunjukkan bahwa kemungkinan infeksi streptokokus50. Satu poin
diberikan untuk masing-masing kriteria: Tidak adanya batuk, adenopati servikal
anterior, Suhu > 38 0C, tonsil bengkak atau bereksudat dan umur kurang dari 15, jikan
umur >44 tahun maka poinnya adalah -150. Kriteria McIsaac menambahkan: umur
kurang dari 15: satu poin, usia lebih dari 45: kurangi satu poin51.
Untuk membedakan faringitis Bakteri (GAS) dengan Virus, pedoman dari
Infectious Disease Society of America (IDSA), panitia Pada Penyakit Menular dari
American Academy of Pediatrics, dan American Heart Association merekomendasikan
konfirmasi infeksi GAS dengan uji Rapid antigen detection test (RADT), kultur
tenggorokan, atau keduanya47. Sebaliknya, Pedoman yang dikeluarkan oleh Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) dan American College of Dokter-American
Society of Internal Medicine menyarankan pengobatan empiris berdasarkan skor
faringitis dengan atau tanpa konfirmasi mikrobiologis52. Media dan teknik khusus
diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab lain dari faringitis. Jika mencurigai difteri,
harus dilakukan pemeriksaan laboratorium, saat ini PCR multipleks telah digunakan
untuk identifikasi C.diphtheriae dan untuk membedakan produksi toksin dari
nontoxigenic strain53. Deteksi molekuler Fusobacterium telah digunakan dalam
beberapa penelitian54. Diagnosis primer infeksi EBV juga dikonfirmasi oleh serologi,
baik melalui tes antibodi hetrofil (monospot atau monokide) atau deteksi antibodi
imunoglobulin M terhadap antigen kapsid virus EBV dalam spesimen serum akut.
Meskipun 85% remaja dan orang dewasa mengembangkan antibodi heterophile
biasanya sekitar 1 minggu untuk dapat menimbulkan efek, serologi spesifik untuk EBV
diperlukan untuk membuat diagnosis pada anak-anak, terutama yang berusia kurang
dari 4 tahun43,45.

10
VI. PENANGANAN

Pemberian antibiotik untuk pasien dengan nyeri tenggorokan adalah hal yang
lazim dilakukan dan seringkali dilakukan untuk mencegah potensi komplikasi dari
faringitis.55 Evaluasi terkini berbasis data berjumlah lebih dari 1 juta kasus nyeri
tenggorokan menemukan bahwa meskipun terdapat pengurangan insiden nyeri
tenggorokan dengan penggunaan antibiotik, dibutuhkan 4300 unit untuk mencegah satu
kasus. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan sedikit risiko dari komplikasi tidak
umum tidak menjamin penggunaan secara menyeluruh antibiotik untuk penyakit yang
dapat sembuh sendiri (self-limited disease).56 Tujuan dari terapi GAS (grup A
streptococcus) faringitis adalah untuk mengurangi waktu penyembuhan gejala,
mengurangi risiko transmisi, dan mengurangi risiko sekuele supuratif dan non-
supuratif. Penisilin telah menjadi pilihan utama untuk terapi GAS faringitis selama lebih
dari 60 tahun. Meskipun sudah digunakan dalam jangka waktu panjang, belum ada bukti
terkonfirmasi tentang resistansi Penisilin di grup A streptococcus. Pemberian Penisilin
selama 10 hari masih menjadi terapi pilihan dan direkomendasikan oleh Infectious
Disease Society of America dan the American Academy of Pediatrics untuk terapi
faringitis yang disebabkan oleh grup A streptococcus.47 Pasien dengan alergi Penisilin
diberikan Makrolid atau sefalosporin generasi pertama untuk non-immunoglobulin F-
mediated allergy. Saat ini, penggunaan sefalosporin spektrum lebar seperti Cefixime
atau Ceftibuten, meskipun didukung oleh U.S FDA untuk terapi GAS faringitis, namun
tidak direkomendasikan.47

Bukti ilmiah mengenai penggunaan Amoxicillin untuk terapi GAS faringitis


sudah bermunculan. Penggunaan derivat penisilin seperti Amoxicillin memiliki
keunggulan berupa frekuensi dan dosis yang lebih sedikit dan rasa yang lebih enak
sehingga lebih disukai anak-anak, kedua hal ini dapat menyebabkan hasil terapi yang
lebih baik pada pasien. Dua studi berskala kecil menunjukkan bahwa terapi GAS
faringitis dengan Amoxicillin sekali sehari memiliki dampak klinis dan bakteriologis
yang sama dengan terapi Penisilin dengan dosis normal.57 Terapi antimikroba tidak
boleh digunakan untuk pencegahan GAS faringitis kecuali dalam keadaan tertentu.
Profilaksis antimikroba berkelanjutan untuk pencegahan GAS faringitis dapat diberikan

11
pada pasien dengan riwayat demam reumatik.58 Profilaksis antimikroba jangka pendek
telah digunakan saat terjadi outbreak demam reumatik akut, post streptococcal
glomerulonephritis, atau kontak dekat dengan seseorang yang terkena infeksi invasif
seperti fascitis nekrotisasi atau streptococcal toxic shock syndrome.54 Pilihan terapi
untuk infeksi Fusobacterium yaitu Penisilin dikombinasikan dengan beta-laktamase
inhibitor (cth. Amoxiciooin/sulbactam) bersama dengan metronidazole.59 Terdapat
laporan resistensi terhadap penisilin, namun hal ini hanya terjadi pada sebagian kecil
kasus dan tidak meluas. Penisilin dan Eritromisin adalah dua jenis terapi yang
disarankan untuk terapi difteri, meskipun generasi terbaru Makrolid seperti Azitromisin
juga lazim digunakan dalam praktik klinis.60 Penanganan faringitis yang disebabkan
oleh C. Diphteriae memiliki banyak kendala karena eradikasi organisme tersebut di
faring cukup sulit. Kultur berulang perlu dilakukan untuk memastikan organisme
tersebut sepenuhnya hilang dari faring. Survey terkini menemukan bahwa terjadi
peningkatan signifikan dalam penggunaan antibiotik spektrum luas untuk terapi
faringitis, suatu hal yang diduga berkontribusi pada meningkatnya keraguan akan
antibiotik dan pengobatan untuk penyakit yang tidak berbahaya.62

VII. FARINGITIS DAN KOMPLIKASI

Komplikasi potensial dari faringitis yaitu abses peritonsilar, abses faringeal,


limfadenitis, sinusitis, otitis media, mastoiditis dan infeksi invasif seperti fascitis
nekrotisasi dan TSS dengan GAS.63 Pada orang dewasa, gejala abses akan terlihat jelas,
dan penyakit ini lebih sering terjadi pada orang dengan imunokompromis.64 Demam
reumatik akut dan glomerulonefritis akut merupakan komplikasi non-supuratif
potensial yang terjadi pada faringitis dengan GAS. Penyakit jantung reumatik dan
komplikasinya menyerang hampir 2 juta orang setiap tahunnya, terutama di negara
berkembang.9 Demam reumatik akut jarang terjadi di Amerika Serikat kecuali pada
outbreak sporadis dari strain reumatogenik dari GAS.65 Lemeierres syndrome adalah
komplikasi faringitis yang tidak umum pada remaja dengan karakteristik berupa
trombopleblitis sepsis dari vena jugularis interna dan lesi metastatik dari lokasi yang
jauh setelah radang akut yang biasanya disebabkan oleh Fusobacteriumnecrophorum.59

12
VII. KESIMPULAN

Faringitis adalah penyakit yang umum pada orang dewasa dan anak-anak.
Komplikasi pada faringitis mencakup demam reumatik dan glomerulonefritis akut.
Centor score yang dimodifikasi dapat membantu diagnosis dan penanganan lanjutan
dari faringitis. Penisilin dan eritromisin merupakan antibiotik pilihan utama, sedangkan
antibiotik spektrum luas merupakan pilihan untuk kasus relaps atau rekuren.

13

Anda mungkin juga menyukai