Anda di halaman 1dari 6

ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER I

FARINGITIS

Oleh :

Kelompok 1 Kelas 2018 D

I Nyoman Surya Tri Hartaputera 1809511040

I Wayan Chandra Dharmawan 1809511041

Nur Intan Wulan Yunita 1809511100

I Made Surya Meganugraha 1809511101

Made Ade Pranatawan 1809511110

Maria Regina Angeline Victoria Nara 1809511120

I Gede Erick Sucahya 1809511121

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2020
A. DEFINISI
Faringitis merupakan inflamasi dari dinding tenggorokan (faring).
Hal ini biasa terjadi akibat dari infeksi bakteri ataupun virus saluran
pernapasan atas, seperti distemper pada anjing. Pada kucing seperti infeksi
calicivirus juga dapat menyebabkan luka pada mukosa mmebran mulut
dan tenggorokan. Pada kasus lainnya, seperti luka pada faring karena
objek ataupun kanker pada mulut atau tonsil juga dapat menyebabkan
terjadinya faringitis. Pada anjing, objek asing yang tersangkut dalam mulut
dan tenggorokan sering terjadi. Kesakitan pada bagian mulut atau
ketidakmampuan untuk membuka mulut biasanya mengindikasikan
terjadinya abses pada bagian belakang tenggorokan atau karena kehadiran
dari objek asing. Biasanya objek seperiti paku, pin, duri, dan pecahan dari
batang pohon ataupun tulang (Hawkins, 2018).
Pada umumnya, hewan yang mengidap faringitis terlihat memiliki
kebiasaan normal pada saat makan ataupun minum namun kesulitan pada
saat menelan. Sebagai akibat dari terjadinya inflamasi dan abses, dapat
memberikan situasi darurat jika saluran pernapasan terhalang. Diagnosis
faringitis didasari dari pengamatan fisik secara keseluruhan, yang mungkin
akan memerlukan bantuan x-rays dan pengamatan endoskopik dari
tenggorokan. (Hawkins, 2018).
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah mengidentifikasi
dan mengontrol atau mengeliminasi faktor yang menyebabkan penyakit.
Jika faringitis disebabkan oleh benda asing, pembedahan untuk
mengeluarkan benda tersebut dan jaringan yang rusak dilakukan dibawah
anestesi. Antibiotik mungkin diperlukan jika faringitis disebabkan oleh
infeksi. Perawatan menggunakan anti-inflamasi juga biasa sering
digunakan. Jika terdapat abses, hal ini harus dikeringkan dan dibersihkan.
Jika hewan tidak dapat makan dat minum dengan baik karena kesakitan
yang dialami akibat dari faringitis, dapat diberikan obat analgesik dan
bantuan pemberian cairan dan nutrisi melalui cairan intravena atau feeding
tubes (Hawkins, 2018).
B. ETIOLOGI
Faringitis / tonsilitis akut, ditandai dengan radang faring posterior
dan tonsil, adalah kondisi umum yang diamati pada pasien rawat jalan
yang mencari perawatan kesehatan. Gejala utamanya adalah sakit
tenggorokan dan demam. Kebanyakan kasus faringitis akut muncul dengan
gejala jinak dan sembuh tanpa pengobatan anti infeksi. Organisme paling
umum yang menyebabkan faringitis, yang pertama yaitu Virus :
Rhinovirus, Adenovirus, Coxsackievirus, Coronavirus, Respiratory
syncytial virus (Parainfluenza), Epstein-Barr virus, Orthomyxoviridae.
Selain virus penyebab faringitis yaitu Bakteri : Streptococcus pyogenes
(GAS), Haemophilus influenzae, Chlamydophila pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae, Arcanobacterium haemolyticum, Neisseria
gonorrhoeae, Treponema pallidum. Dan penyebab terakhir yaitu Fungi :
Candida Albicans.
Lesi faring adalah gambaran yang penting pada penyakit-penyakit
sistemik dan menimbulkan gejala-gejala klinis yang disebabkan penyakit
tersebut, lesi perimer pada faring lebih jarang di temukan, namun bila ada
adalah sesuatu yang serius. Perinsip penyebab lesi pada faring adalah agen
infeksius dan trauma fisik ,bahan kimia yang bersifat iritan, agen
mikotoksin, larva parasite juga dapat menjadi penyebab lesi pada faring
dan juga esophagus. Penyakit neoplastic dan gangguan perkembangan juga
pernah di laporkan. penyakit pada faring dan esophagus biasanya saling
berkaitan, beberapa kondisi yang sering terjadi pada faring dan esophagus
adalah faringitis, obstruksi faring, paralisis faring dan obstruksi esophagus.
Faringitis sering sekali terjadi bersaamaan dengan setomatitis. Faringitis
atau lesi pada esophagus biasa juga disebabkan akibat teruma atau
pemberian bahan mengunakan syringe, orogastric intubation. Obstruksi
faring biasanya disebabkan menelan benda asing atau pakan yang
berukuran besar dan keras seperti tulang. Sedangkan agen infeksius yang
dapat menyebabkan faringiti dan esophagitis yakni agen asing seperti virus
(penyakit rabies) dan bakteri, tumor pada faring dan esophagus.
C. GEJALA KLINIS

Pada gejala awal: penderita merasakan gatal pada faring. Suhu tubuh
naik, lesu, sulit menelan,dan anoreksia. Eksudat pada faring menebal dan
sulit untuk dikeluarkan (terlihat seperti kaca). Suara parau: proses
peradangan sampai mengenai laring. Jaringan limfoid disekitar faring
tampak merah dan bengkak.

Imflamasi akut pada faring dapat menyebabkan rasa sakit local,


disfagia, depresi, dan anoreksia. Obstuksi atau paralisi faring dan
esophagus menyebabkan anjing tidak mampu makan, menelan, ataupun
minum. Apabila dilakukan palpasi bagian tenggorokan akan timbul batuk
dan rasa sakit sehingga timbul efek muntah. Faringitis kerusakan pada
tenggorokan oleh benda tajam seperti bagian tulang, bagian dari tongkat,
duri.

D. PENGOBATAN
Suatu keadaan peradangan pada faring dan esophagus dapat di
alami olehsemua hewan, secara umum hewan mengalami penyakit ini
memiliki keinginannormal untuk makan dan minum tetapi hewan tersebut
mengalami kesulitan untukmenelan makanan. Ini akibat dari selusitis
peripharyngeal sekunder dan abses. Diperlukan pemeriksaan fisik dan
evaluasi radografi serta endoskopi dari tenggorokan hewan tersebut.
Biasanya yang Nampak dari pemeriksaan tersebut adalah
Absesretropharyngeal, Neoplasia, amandel atau bias juga adanya benda
asing ditenggorokan. Pengobatan lebih di utamakan untuk
mengidentifikasi, mengendalikan dan menghilangkan faktor predisposisi.
Namun jika disebabkan oleh benda asing, maka pengapusan benda asing
yang mengganggu tersebut harus dilakukan dengan caradrainase dan
pembedahan akan efektif untuk proses pengobtan. Pemberian antibiotik
sangat dianjurkan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri serta
pemberian infuse intravena berguna untuk mencegah dehidrasi.
Pengobatan gejala klinis seperti kemerahan atau demam dapat diberikan
obatseperti aspirin, ibupropen, dan acetaminopen. Untuk melegakan laring
dapat diberikan setengah sendok teh garam dicampur dengan segelas air
hangat. Antibiotik diberikan untuk mengatasi faringitis yang disebabkan
oleh bakteri. Antibiotik pilihan yaitu penicillin dan Erythromycin
(Bisno,2001).
Manajemen klinis tergantung pada penyebab faringitis tetapi pada
akhirnya dapat dipisahkan menjadi terapi simtomatik dan antimikroba.
Menjaga hidrasi yang memadai sangat penting, terlepas dari strategi
pengobatan. Perawatan faringitis bakteri berfokus pada pemberantasan
GAS. Kursus amoksisilin 6 hingga 10 hari adalah andalan bagi kandidat
yang membutuhkan terapi antimikroba. Dosis intramuskular tunggal
benzathine penisilin G alternatif dapat digunakan jika kepatuhan yang
bersangkutan (Anthony et all, 2015)
Dalam kasus lain di mana kanker mulut adalah penyebab faringitis,
dokter hewan akan menangani kanker tersebut dengan cara yang tepat,
seperti operasi, kemoterapi, atau radiasi. Jika gejalanya karena infeksi gigi,
hewan akan menjalani pencabutan gigi yang terinfeksi, biasanya setelah
mendapat antibiotik. Dokter hewan akan menyarankan pembersihan gigi
dan menghilangkan penumpukan plak dan karang gigi sehingga infeksi
lain tidak terjadi. Ketika gejalanya adalah sakit karena kegagalan fungsi
ginjal, diet yang dimodifikasi, pengobatan, dan mungkin terapi IV akan
dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Alessandra D’Alessndro, Dario Esposito, Marcella Pesce, Rosario Cuomo,


Giovanni Domenico De Palma, Giovanni Sarnelli. 2015. Eosinophilic
esophagitis: From pathophysiology to treatment. Department of Clinical
Medicine and Surgery, Gastroenterology Unit, Federico II University of
Naples, Via Sergio Pansini, 5, 80131 Naples, Italy

Anthony R. Flores and Mary T. Caserta. 2015. Pharyngitis. Official Publication of


The College of Family Physicians of Canada

Bisno AL. Acute pharyngitis. The New England Journal of


Medicine.2001;18:344(3):205 – 211

Hawkins, JF. 2018. Pharyngitis In Cats. MSD MANUAL Veterinary Manual:


https://www.msdvetmanual.com/cat-owners/lung-and-airway-disorders-
of-cats/pharyngitis-in-cats diakses pada tanggal 23 September 2020.

Hawkins, JF. 2018. Pharyngitis In Dogs. MSD MANUAL Veterinary Manual:


https://www.msdvetmanual.com/dog-owners/lung-and-airway-disorders-
of-dogs/pharyngitis-in-dogs diakses pada tanggal 23 September 2020.

Sykes, Edward A., Vincent Wu, Michael M. Beyea, Matthew T.W. Simpson,
Jason A. Beyea. 2020. Pharyngitis Approach to diagnosis and treatment.
Canadian Family Physician. Vol 66 : 251-257.

Smith, K.F., Quinn, R.L., Rahilly, L.J., 2015. Biomarkers for differentiation of
causes of respiratory distress in dogs and cats: Part 2--Lower airway,
thromboembolic, and inflammatory diseases. Journal of Veterinary
Emergency and Critical Care (San Antonio, Tex.: 2001) 25, 330-348.

Anda mungkin juga menyukai