RINGKASAN BAB I EKOLOGI KERUSAKAN PANGAN OLEH MIKROORGANISME
BUKU KESMAVET II HIGIENE MAKANAN KAJIAN TEORI DAN PRINSIP DASAR
Oleh : Kelompok 1 Kelas D
I Wayan Mudiana (1809511008)
I Nyoman Surya Tri Hartaputera (1809511040) I Wayan Chandra Dharmawan (1809511041)
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2021 A. Pendahuluan Hampir semua bahan pangan dicemari oleh berbagai mikroorganisme terutama dari lingkungan sekitarnya seperti udara, air, tanah, debu, kotoran, ataupun bahan organik yang telah busuk. Pada umumnya populasi mikroorganisme yang berada pada suatu bahan pangan bersifat sangat spesifik dan tergantung pada jenis bahan pangan dan kondisi tertentu dari penyimpanannya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat bersifat fisik, kimia, atau biologis. Menurut Mossel (1971 dalam Buckle et al., 1987) faktor-faktor tersebut yaitu Intrinsik (sifat-sifat dari bahan pangan itu sendiri), Pengolahan (perubahan dari mikroflora awal sebagai akibat dari cara pengolahan bahan pangan), Ekstrinsik (kondisi lingkungan dari penanganan dan penyimpanan bahan pangan), dan Implisit dari sifat-sifat organisme itu sendiri. Kelompok-kelompok yang berbeda ini tidak tegas batasannya sehingga dapat terjadi tumpang tindih, dan satu faktor dapat mempengaruhi yang lainnya. 1. Faktor-faktor Intrinsik pada Kerusakan Bahan Pangan a. Aktivitas Air (water activity) suatu bahan pangan Kebutuhan akan air untuk pertumbuhan mikroorganisme dan ungkapan tentang hubungannya diberi istilah water activity (aw). Bahan pangan dengan kadar air tinggi (nilai aw: 0,95-0,99) umumnya dapat ditumbuhi oleh semua mikroorganisme, tetapi karena bakteri dapat tumbuh lebih cepat daripada kapang dan khamir, maka kerusakan akibat bakteri lebih banyak dijumpai. Bahan pangan dengan kadar gula tinggi seperti selai, manisan, madu dan sirup seringkali dirusak oleh jenis khamir seperti Saccharomyces rouxii dan Schizosaccharomyces octosporus, dan bahan pangan kadar garam tinggi seperti daging asin dirusak oleh khamir jenis Debaryomyces dan bakteri tipe nalofilik. b. Nilai pH dari bahan pangan Pada umumnya, nilai pH bahan pangan berkisar antara 3,0 sampai 8,0. Karena kebanyakan mikroorganisme tumbuh pada pH sekitar 5,0-8,0, maka hanya jenis- jenis mikroorganisme tertentu saja yang ditemukan pada bahan pangan yang mempunyai nilai pH rendah. c. Potensial Redoks yang terjadi dalam bahan pangan Potensial Redoks dari suatu sistem biologis adalah suatu indeks dari tingkat oksidasinya. Potensial redoks ini berhubungan dengan komposisi kimiawi dari bahan pangan dan tekanan parsial oksigen yang terjadi selama penyimpanan. Bahan pangan dengan potensial redoks yang tinggi akan membantu pertumbuhan dari jenis- jenis mikroorganisme yang lebih bersifat aerobik. d. Zat Gizi dari bahan pangan Komposisi kimiawi dari bahan pangan dapat ikut menentukan mikroorganisme mana yang dominan di dalamnya, karena hal ini berkaitan dengan jumlah zat-zat gizi yang penting dan tersedia untuk perkembangan mikroorganisme. e. Kandungan karbohidrat dari bahan pangan Dalam kerusakan bahan pangan dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi hanya sejumlah kecil mikroorganisme yang dijumpai berperanan dalam kontaminasi awal. Hal ini disebabkan karena di samping diperlukannya tingkat kemampuan dari mikroorganisme untuk tetap ada (exist) dengan kondisi suplai nitrogen dan garam yang minimum, untuk perkembangannya mikroorganisme juga harus mempunyai kemampuan menghasilkan enzim amilolitik yang berperan dalam memecah karbohidrat menjadi monosakarida yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk metabolisme. f. Kandungan lemak dari bahan pangan Adanya lemak dalam bahan pangan memberikan kesempatan bagi jenis mikroorganisme lipolitik untuk tumbuh secara dominan. Akibat dari kerusakan lemak tersebut akan menghasilkan zat yang disebut asam lemak bebas dan keton yang mempunyai bau dan rasa yang khas yang seringkali disebut sebagai tengik (rancid). g. Kandungan Protein dari bahan pangan Kemampuan memecah molekul protein dalam bahan pangan terbatas hanya pada beberapa spesies mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim proteolitik ekstraseluler. h. Kandungan vitamin dari bahan pangan Beberapa mikroorganisme tidak dapat tumbuh dalam keadaan optimal, kecuali bila disediakan satu atau lebih vitamin dari kelompok vitamin B kompleks dalam jumlah yang cukup. i. Bahan antimikroba yang terdapat secara alami dari bahan pangan Bahan antimikroba dapat diperoleh secara alami pada beberapa bahan pangan seperti: minyak esensial dan tannin pada bahan pangan asal tumbuhan, serta lysozyme dan avidin dalam telur. Bahan antimikroba tersebut mempunyai kerja spesifik sehingga bahan pangan yang mengandung zat-zat ini masih tetap dapat rusak bila terserang oleh mikroorganisme yang tahan terhadap antimikroba yang tersedia. j. Struktur biologis bahan pangan Struktur biologis dari bahan pangan, berperanan dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti lapisan kulit/membran dan kulit/kerabang dari telur, testa dari biji-bijian, dan kutikula dari bagian tanaman, dapat mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam bahan pangan tersebut. 2. Faktor Pengolahan Mikrorganisme spesifik yang terdapat dalam bahan pangan dapat diubah secara drastis oleh metode pengolahan yang digunakan. a. Pemanasan Bahan pangan yang telah dimasak atau diolah dengan pemanasan apabila tercemari kembali akan mudah rusak. Organisme tumbuh lebih baik pada bahan pangan yang telah dimasak, dibandingkan pada bahan pangan mentah karena zat-zat gizi tersedia lebih baik dan tekanan persaingan dari mikroorganisme lainnya telah dikurangi. b. Faktor Pengolahan Lainnya Pengeringan dan pembekuan bahan pangan dapat mengakibatkan kerusakan pada kontaminan yang terdapat di dalamnya. Akan tetapi, beberapa spesies mikro- organisme yang tahan terhadap tekanan tersebut akan tetap hidup. Bahan pangan yang diawetkan dengan garam cenderung untuk dircemari oleh bakteri halofilik dan khamir, sedangkan bahan pangan dengan kadar gula tinggi umumnya dircemari oleh jenis-jenis osmofilik khususnya khamir. 3. Faktor Ekstrinsik Suhu merupakan hal pertama yang harus diperhatikan dalam kondisi penyimpanan produk bahan pangan. Bahan pangan yang disimpan pada suhu almari es akan dirusak oleh spesies dari kelompok psikrofilik dan psikotrofik. Dalam keadaan suhu beku (dibawah -15°C) pertumbuhan mikroorganisme akan terhenti dan kebanyakan mikroorganisme mulai mati secara perlahan. Apabila bahan pangan disimpan pada suhu yang cukup panas (50°C - 55°C) untuk waktu yang cukup lama, maka mikroorganisme thermotrofik dan thermofilik akan berkembang secara selektif. 4. Pengaruh Implisit Sehubungan dengan Kerusakan. a. Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu faktor implisit di saat laju pertumbuhan telah mencapai titik optimum. Tiga parameter yang menandai laju pertumbuhan suatu mikroorganisme adalah lamanya fase lag, laju pertumbuhan eksponensial, dan produksi masa sel total. Kemampuan dari spesies tertentu untuk tumbuh pada suhu rendah atau tinggi atau dalam bahan kadar gula atau kadar garam yang tinggi juga merupakan faktor genetik. b. Simbiosis Simbiosis di antara kelompok mikroorganisme terjadi apabila pertumbuhan dari suatu organisme menyebabkan perubahan keadaan yang memungkinkan organisme yang lainnya tumbuh. c. Antagonisme Berlawanan dengan simbiosis, pertumbuhan dari suatu jenis mikroorganisme tertentu dalam bahan pangan dapat menghasilkan berbagai zat atau mengubah keadaan sedemikian rupa sehingga spesies mikroorganisme lainnya terhambat atau terhenti pertumbuhannya. d. Penggunaan Zat Gizi Perbedaan dalam laju pertumbuhan mikroorganisme memungkinkan suatu organisme menghabiskan zat gizi yang penting dalam substrat dan merugikan jenis lainnya. Sebagai contoh, Micrococcus spp dapat menghambat perkembangan jenis Staphylococcus. e. Nilai pH Telah diketahui bahwa pengasaman kubis, mentimum, sosis daging, dan susu oleh bakteri asam laktat dapat menekan pertumbuhan bakteri Gram negatif berbentuk batang yang semula banyak terdapat. f. Pembentukan Zat Antimikroba Banyak jenis mikroorganisme membentuk metabolit yang bertindak sebagai zat antimikroba. Antibiotika seperti nisin, dapat juga disintesis oleh beberapa jenis mikroorganisme dalam bahan pangan. g. Potensial Redoks Perkembangan yang subur dari jenis mikroorganisme anaerobik dan fakultatif anaerobik dalam bahan pangan, kadang-kadang menurunkan potensial redoks yang cukup untuk menghambat pertumbuhan jenis mikroorganisme aerobik seperti spesies Micrococcus dan Pseudomonas. h. Bakteriofag Bakteriofag ditemukan juga dalam bahan pangan walaupun informasi tentang hal ini relatif jarang. Proses lisis dari kultur starter pada keju oleh bakteriofag merupakan hal cukup penting dalam industri susu. Besar kecilnya pengaruh bakteriofag terhadap pembusukan belum dipahami. B. Bentuk Kerusakan Bahan Pangan oleh Mikroorganisme Mikroorganisme dapat mengakibatkan berbagai perubahan fisik dan kimiawi dari suatu bahan pangan. Bahan pangan yang dikatakan mengalami kerusakan adalah bahan pangan yang memiliki perubahan yang tidak diinginkan atau tidak dapat diterima konsumen. Berikut merupakan beberapa bentuk kerusakan: a. Berjamur Bahan pangan biasanya ditumbuhi jamur pada bagian luar permukaannya. Jamur tersebut (kapang) bersifat aerobik yang menyebabkan bahan pangan menjadi lekat dan berbulu sebagai akibat dari produksi miselium dan spora. b. Pembusukan Pada umumnya pembusukan diartikan sebagai perubahan dari produk dengan tekstur yang masih cukup baik seperti buah – buahan dan sayuran. c. Berlendir Pertumbuhan bakteri pada permukaan yang basah seperti sayuran, daging dan ikan dapat menyebabkan rasa dan bau yang menyimpang yang ditandai dengan pembentukan lendir. d. Perubahan warna Beberapa mikroorganisme menghasilkan koloni yang berwarna atau berpigmen yang dapat memberi warna pada bahan pangan yang tercemar. e. Berlendir kental seperti tali (ropiness) Pada beberapa bahan pangan, pembentukan lendir dikaitkan dengan pembentukan bahan kapsul oleh mikroorganisme, sedangkan pada beberapa bahan pangan lainnya disebabkan oleh terjadinya hidrolisis dari karbohidrat dan protein untuk menghasilkan bahan yang bersifat lekat yang tidak berbentuk kapsul. f. Kerusakan fermentatif Beberapa tipe organisme serta bebebrapa bakteri asam laktat dapat memfermentasi karbohidrat. Bakteri dapat mengubah gula menjadi asam laktat atau campuran asam laktat, asetat, proponat dan butirat, bersama – sama dengan hidrogen dan karbondioksida. Perubahan rasa dan pembentukan gas akhirnya terjadi dalam bahan pangan. g. Pembusukan bahan berprotein Dekomposisi anaerobik dari protein menjadi peptida atau asam – asam amino mengakibatkan bau busuk pada bahan pangan karena terbentuknya hidrogen sulfida, amonia, methyl sulfida, amina, dan senyawa bau lainnya. Bahan pangan yang tercemari secara demikian adalah yang diolah dan dikemas kurang sempurna sehingga terbentuk kondisi anaerobik seperti pada proses pengalengan daging dan sayuran yang diolah secara kurang sempurna. C. Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan dan Pertumbuhan Mikroorganisme Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme seperti suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH, dan tersedianya oksigen.
a. Suplai Zat Gizi
Mikroorganisme memerlukan suplai makanan sebagai sumber energi dan sebagai unsur-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel seperi karbon, nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor, magnesium, zat besi, dan sejumlah logam lainnya. Karbon dan sumber energi ini diperoleh dari jenis gula sederhana, seperti glukosa. Sedangkan nitrogen dapat diperoleh dari sumber anorganik seperti (NH4)SO4 atau NaNO3 atau dari sumber organik seperti asam amino dan protein. b. Waktu Mikroorganisme yang diinokulasi pada media nutrien segar, akan terjadi peningkatan ukuran, volume,dan berat sel. Ketika ukurannya telah mencapai kira- kira dua kali dari besar sel normal, kemudian akan membelah dan menghasilkan dua sel. Waktu antara masing-masing pembelahan sel berbeda-beda tergantung dari spesies dan kondisi lingkungannya, tetapi untuk kebanyakan bakteri waktu ini berkisar antara 10-60 menit. Tipe pertumbuhan yang cepat ini disebut pertumbuhan logaritmis atau eksponensial karena bila log jumlah sel digambarkan terhadap waktu dalam grafik akan menunjukkan garis lurus. Dikenal empat fase pertumbuhan selama pertumbuhan populasi mikroorganisme yaitu fase lambat (lag phase), fase pertumbuhan logaritmik (log phase), fase tetap (statitonary phase) dan fase penurunan/ kematian (death phase). c. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme. Suhu organisme dapat digolongan menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Berdasarkan hubungan antara suhu, mikroorganisme dapat digolongkan menjadi kelompok psikrofil, psikrotrof, mesofil, thermofil, dan thermotrof. d. Nilai pH Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6,0 – 8,0 dan nilai pH di luar kasaran 2,0 -10,0 biasanya bersifat merusak. Namun beberapa mikroorganisme dalam bahan pangan tertentu seperti khamir dan bakteri asam laktat tumbuh dengan baik pada kisaran nilai pH 3,0 –6,0 dan sering disebut sebagai mikroorganisme asidofil. e. Aktivitas Air Bagi mikroorganisme air berperan dalam rekasi metabolik dalam sel dan sebagai alat pengangkut zat gizi atau bahan limbah ke dalam dan ke luar sel. Larutan gula dan garam yang pekat dapat menghambat tekanan osmotik pada sel mikroorganisme dengan menyerap ke luar air yang ada di dalam sel, sehingga sel menjadi kekurangan air dan akhirnya mati. Namun beberapa mikroorganisme dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut seperti khamir dan kapang dapat tumbuh dan tahan pada larutan gula pekat dan umumnya dikenal sebagai organisme osmofilik. Sedangkan mikroorganisme yang tahan dalam lingkungan berkadar garam yang tinggi disebut halofil atau halofilik. f. Ketersediaan Oksigen Mikroorganisme berbeda nyata dalam kebutuhan akan oksigen guna metabolismenya, sehingga dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu, : • Organisme aerobik • Organisme anaerobik • Organisme anaerobik fakultatif • Organisme mikrooaerofilik g. Faktor Kimia Zat kimia dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau membunuh mikroorganisme yang telah ada. Bahan kimia bakteriostatik atau fungisitik adalah bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau fungi, sedangkan bakterisidal dan fungisidal adalah bahan kimia yang dapat membunuh bakteri atau kapang. Berbagai logam, asam, halogen, alkohol, fenol, deterjen, dan antibiotika mempunyai efek antimikroba yang dipergunakan dalam industri pengolahan bahan pangan baik dalam desinfeksi dan sanitasi alat-alat pengolahan dan ruangan pabrik atau kadang-kadang sebagai bahan yang ditambahkan dalam bahan pangan sebagai zat pengawet. Kerja dari bahan kimia antimikroba ini dapat bersifat khas yaitu hanya efektif pada jenis-jenis mikroorganisme tertentu. h. Radiasi Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang tertentu dan radiasi ionisasi seperti sinar X dan sinar gamma dapat dengan mudah terserap oleh sel mikroorganisme.Sinar-sinar tersebut dapat menggangu metabolisme sel dan umumnya dapat cepat mematikan.