memberkati kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai
sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini. Kami mengakui bahwa
kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada
hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah
kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini.
Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga
memiliki keterbatasan kemampuan. Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki
keterbatasan danjuga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki makalah kami di masa datang. Sehingga semoga makalah berikutnya dan makalah lain
dapat
diselesaikan
dengan
hasil
yang
lebih
baik.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan
diambil dari makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pembaca
tentang kacang-kacangan.
Kelompok 2
PENDAHULUAN
Kualitas makanan atau minuman tidak lepas dari berbagai pengaruh seperti
proses pembuatan, kemasan dan penyimpanan. Faktor-faktor ini menentukan layak
atau tidaknya suatu makanan yang dapat dikonsumsi. Berbagai bahan pencemar
terkandung dalam makanan karena penggunaan bahan baku pangan terkontaminasi
oleh proses pengolahan maupun penyimpanan. Makanan maupun minuman
biasanya ditempatkan pada suatu wadah yang dipakai untuk dapat memperpanjang
umur makanan tersebut. Biasanya wadah yang digunakan antara lain kaleng, botol,
baik kaca ataupun plastik, akan tetapi makanan kaleng dapat menyerap logam dari
wadahnya baik timah (Sn), seng (Zn), besi (Fe) dan timbal (Pb), hal tersebut sering
dinamakan korosi (Deman, 1997).
Produk makanan rentan akan kerusakan,terutama kerusakan biologis yang
salah satunya disebabkan oleh jamur. Aminah et al. (2005) menyebutkan bahwa
beberapa jamur penyebab kerusakan makanan antara lain khamir, Eurotium s.p,
Aspergillus s.p, dan Penicillum s.p ditemukan dalam berbagai hal antara lain proses
pembuatan makanan yang tidak steril, penyimpanan makanan dengan kemasan
yang tidak tepat, spora dari udara, dan waktu penyimpanan makanan yang melebihi
batas kadaluarsa. Kerusakan yang disebabkan oleh jamur tersebut, bahkan dapat
menurunkan nilai organoleptikdan daya simpan makanan tersebut, bahkan dapat
menimbulkan senyawa bersifat racun seperti aflatoksin yang dihasilkan oleh
Aspergillus flavus. Untuk itu diperlukan penggunaan zat anti jamur untuk mencegah
tumbuhnya jamur pada makanan
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman
Kerusakan Pangan
Bahan pangan jarang sekali dijumpai dalam keadaan steril, walaupun ada beberapa
bahan pangan dimana beberapa jenis mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Hampir semua
bahan pangan tercemar olehberbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya (yaitu
udara air, tanah, debu, kotoran, bahan organik yang telah busuk). Dengan
kata lain,
populasi mikroorganisme yang berada pada suatu bahan pangan umumnya bersifat sangat
spesifik dan tergantung pada jenis bahan pangan dan kondisi tertentu dari penyimpanannya.
Penyimpanan mutu bahan pangan secara konvensional dapat dikelompokkan ke dalam
penyusutan secara kualitatif dan penyusutan secara kuantitatif. Sesuai dengan istilah yang
digunakan, penyusutan secara kualitatif adalah kerusakan yang terjadi akibat perubahanperubahan secara biologi (mikroba, serangga, tungau, dan respirasi), perubahan-perubahan
fisik (tekanan, getaran, suhu, kelembaban) serta perubahan-perubahan kimia dan biokimia
(reaksi pencoklatan, ketengikan, penurunan nilai gizi dan aspek keamanan terhadap
kesehatan manusia).
Penyusutan kuantitatif adalah kehilangan jumlah atau bobot hasil pertanian, akibat
penanganan pasca-panen yang tidak memadai, dan juga karena adanya gangguan biologi
(proses respirasi, serangan serangga, dan tikus).
Bahan pangan yang telah mengalami penyusutan secara kualitatif artinya bahan pangan
tersebut mengalami penurunan mutu sehingga menjadi tidak layak lagi dikonsumsi oleh
manusia. Bahan pangan disebut rusak apabila bahan pangan tersebut telah kadaluwarsa,
yaitu telah melampaui masa simpan optimumnya, dan pada umumnya makanan tersebut
menurun mutu gizinya meskipun penampakannya masih bagus.
Kerusakan pangan juga dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati batas yang
dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan
oleh manusia. Beberapa bahan dianggap bila telah menunjukan penyimpangan konsistensi
kental menjadi encer,maka itu menandakan kerusakan.
Sejak saat bahan pangan dipanen, dikumpulkan, ditangkap atau disembelih, bahan tersebut
akan mengalami kerusakan. Kerusakan ini akan berlangsung sangat lambat atau sangat
cepat tergantung dari macam bahan pangan.
yang
sedikit
lebih
tinggi
(80oC/1
menit)
umumnya
hanya
tercatat
sebagai jenis khamir yang tahan terhadap kadar benzoat dan sorbat yang cukup
tinggi
Penghitungan dari mikroorganisme-mikroorganisme spesifik dalam bahan
pangan yang diolah harus mempertimbangkan kemungkinan adanya sel-sel yang
mengalami kerusakan sublethal
C. FAKTOR-FAKTOR EKSTRINSIK
Kondisi penyimpanan produk bahan pangan akan juga mempengaruhi spesies
mikroorganisme yang mungin berkembang dan menyebabkan kerusakan. Yang
pertama harus diperhatikan disini adalah suhu, berdasarkan hubungan antara suhu
yang
cukup
lama,
mikroorganisme-mikroorganisme
thermotrofik
dan
Konsistensi
Tekstur
Memar
Berlendir
Berbau busuk
Gosong
Ketengikan
Penyimpangan pH
Reaksi Browning
Penggembungan
kaleng
gas)
Penyimpangan warna
Penyimpangan cita rasa
Penggumpalan/pengerasan
(terjadi
pada
tepung
Lubang/bekas gigitan
Candiling (keretakan pada kulit
telur)
Kerusakan Mikrobiologis
Pada umumnya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah,
tetapi juga pada bahan setengah jadi maupun pada bahan hasil olahan. Kerusakan ini
sangat merugikan dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan karena racun yang
diproduksi, penularan serta penjalaran kerusakan yang cepat. Bahan yang telah rusak oleh
mikroba juga dapat menjadi sumber kontaminasi yang berbahaya bagi bahan lain yang
masih sehat atau segar.
Penyebab kerusakan mikrobiologis adalah bermacam-macam mikroba seperti
kapang, khamir dan bakteri. Cara perusakannya dengan menghidrolisa atau
bakteri, kapang, dan khamir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ketiga jenis
mikroba tersebut berbeda satu sama lain, di antaranya adalah aktivitas air (Aw) bahan
pangan, suhu penyimpanan dan suhu pengolahan, ketersediaan oksigen, pH bahan dan
kandungan gizi bahan pangan. Masing-masing dari mikroba tersebut mempunyai kondisi
optimum spesifik bagi pertumbuhannya.
Aw bahan pangan adalah air bebas yang terkandung dalam bahan pangan,
yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Dibandingkan dengan bakteri,
maka kapang adalah mikroba yang paling tahan terhadap kekeringan. Dengan demikian,
bahan pangan kering atau bahan pangan berkadar air relatif rendah, seperti berbagai jenis
tepung, biji-bijian dan serealia apabila terjadi penyimpangan mutu terutama disebabkan oleh
pertumbuhan kapang, seperti Aspergillus, Penicillium, dan Fusarium. Jarang disebabkan
oleh khamir dan bakteri. Beberapa jenis kapang yang toleran terhadap Aw cuku rendah
seperti Eurotium, Monascus, dan Saccharomyces rouxii, seringkali mencemari bahan
pangan bergula selama proses penyimpanan. Kapang xerofilik seperti Aspergillus chevalieri,
A. Candidus, Saccharomyces bisporus tumbuh pada jelly, molases, gula kelapa, buahbuahan kering
menyukai bahan pangan yang mempunyai Aw 0,87-0,91 dan mencemari sosis terfermentasi
(salami), margarin, bahan pangan berkadar gula 65 persen atau bahan pangan yang
mengandung 15 persen NaCl. Jenis-jenis khamir yang aktif antara lain Candida, Torulopsis,
Hansenula, dan Micrococcus. Bakteri tahan garam, Aspergillus pembentuk toksin dapat
tumbuh pada produk selai, marmalade dengan Aw 0,75-0,80. Bakteri pembentuk spora yaitu
Bacillus sp dan Clostridium sp perlu pengendalian Aw yang lebih ketat selama penyimpanan
bahan pangan. Hal ini karena spora dapat mulai bergerminasi pada Aw yang lebih rendah
daripada Aw yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri itu sendiri. Kondisi pertumbuhan
yang disukai oleh khamir dan kapang adalah bahan pangan berasam tinggi ( pH < 4,5 ),
sedangkan bakteri lebih menyukai bahan pangan berasam rendah ( pH > 4,5 ). Demikian
juga dengan kandungan nutrisi yang disukai oleh kapang dan khamir umumnya adalah
karbohidrat dan gula, sedangkan bakteri lebih menyukai kandungan protein dalam bahan
pangan.
berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain bahaya racun, pertumbuhan kapang akan
mengakibatkan penurunan daya tumbuh benih yang disimpan, penurunan mutu gizi, dan
dapat pula menyebabkan penyusutan secara kuantitatif, karena bahan pangan yang sudah
rusak oleh mikroba dapat menjadi sumber kontaminasi bagi bahan pangan lainnya yang
masih segar.
penyusutan secara kuantitatif. Masuknya ulat dari serangga ke dalam buah dan sayur dapat
merusak struktur bagian dalam, sehingga menjadi jalan masuk bagi mikroba pembusuk
untuk tumbuh dan merusak bahan pangan tersebut. Hama tikus dapat menyebabkan
penyusutan secara kualitatif, karena kotoran, rambut, dan urine tikus merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan mikroba, serta menimbulkan bau yang tidak enak. Berbagai
jenis kutu banyak menyerang bahan pangan tepung-tepungan, seperti tepung beras, tepung
terigu, dan sebagainya.
2.
Kerusakan Mekanis
Stress atau tekanan fisik, yaitu kerusakan yang diakibatkan karena jatuh
atauoleh adanya gesekan.
kemasanbahan pangan untuk mencegah kerusakan mekanis tergantung dari model dan
jumlah tumpukan barang atau kemasan, jenis transportasi (darat, laut atau udara) dan jenis
barang. Kemampuan kemasan untuk melindungi bahan yan dikemasnya dari kerusakan
mekanis tergantung pada kemampuannya terhadap kerusakan akibat tumpukan di gudang
atau pada alat transportasi, gesekan dengan alat selama penanganan, pecah atau patah
akibat tubrukan selama penanganan atau getaran selama transportasi.
Beberapa bahan pangan misalnya buah-buahan yang segar, telur dan biskuit
merupakan produk yang sangat mudah rusak dan memerlukan tingkat perlindungan
yang lebih tinggi untuk mencegah gesekan antara bahan, seperti penggunaan kertas
tissue, lembaran plastik, kertas yang dibentuk sebagai kemasan individu (misalnya
karton untuk telur, wadah buah dan lain-lain). Bahan-bahan pangan lain, dilindungi
dengan cara mengemasnya dengan kemasan yang kaku dan pergerakannya
dibatasidengan dengan kemasan plastik atau stretch/shrink film yang dapat
mengemas produkdengan ketat.
Peti kayu atau drum logam merupakan kemasan dengan perlindungan mekanis
yang baik Kemasan ini sekarang sudah digantikan dengan bahan komposit yang
lebihmurah yang terbuat dari kotak serat (fiberboard) dan polipropilen.
3.
Kerusakan Fisik
Bahan pangan hasil pertanian akan mengalami perubahan fisik setelah dipanen,
sebagai akibat dari pengaruh luar dan pengaruh dari bahan pangan itu sendiri. Yang
dimaksud dengan faktor luar adalah faktor-faktor mekanis seperti tekanan fisik (dropping
atau jatuhan; shunting atau gesekan) dan juga adanya vibrasi atau getaran, benturan antara
bahan dengan alat selama proses perjalanan atau distribusi. Kerusakan fisik yang
disebabkan oleh pengaruh luar yang lain adalah serangan serangga pada biji-bijian, buah
dan sayuran pada proses penyimpanan. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi dalam
pengolahan bahan pangan menyebabkan warna, tekstur, dan penampakan yang
menyimpang, dan akan menurunkan mutu organoleptis dan mutu gizinya seperti
berkurangnya kandungan vitamin.
Pengaruh dari dalam di sini maksutnya adalah adanya reaksi-reaksi enzimatis
sehingga berpengaruh terhadap warna bahan, perubahan kekentalan bahan pangan, serta
tekstur bahan pangan.
Kerusakan fisik ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik. Misalnya terjadinya
case hardening karena penyimpanan dalam gudang basah menyebabkan bahan seperti
tepung kering dapat menyerap air sehingga terjadi pengerasan atau membatu. Dalam
pendinginan terjadi kerusakan dingin (chilling injuries) atau kerusakan beku (freezing
injuries) dan freezer burn pada bahan yang dibekukan. Sel-sel tenunan pada suhu
pembekuan akan menjadi kristal es dan menyerap air dari sel sekitarnya. Pada umumnya
kerusakan fisik terjadi bersama-sama dengan bentuk kerusakan lainnya.
4.
Kerusakan Biologis
Yang dimaksud dengan kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan karena
kerusakan fisiologis, serangga dan binatang pengerat (rodentia). Kerusakan fisiologis
meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau oleh
enzim-enzim yang terdapat didalam bahan itu sendiri secara alami sehingga terjadi autolisis
dan berakhir dengan kerusakan serta pembusukan. Contohnya daging akan membusuk
oleh proses autolisis, karena itu daging mudah rusak dan busuk bila disimpan pada suhu
kamar. Keadaan serupa juga dialami pada beberapa buah-buahan.
5.
Kerusakan Kimia
1. Reaksi Pencoklatan Enzimatis
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim antara lain kadar air,
tersedianya oksigen, suhu, pH, dan lama penyimpanan. Oleh karena itu, reaksi
pencoklatan enzimatis jarang ditemui pada bahan pangan yang berkadar air
rendah. Bahan pangan yang berkadar air rendah dengan sendirinya telah
mengalami pengeringan, baik alamiah maupun buatan, yang artinya telah
mengalami pemanasan dengan suhu yang relatif tinggi serta telah mengalami
penurunan kadar air, sehingga enzim yang terkandung pada bahan pangan
tersebut menjadi tidak aktif.
Reaksi pencoklatan enzimatis biasanya dialami oleh bahan pangan sayur dan
buah. Buah apel, pisang, dan salak, serta sayuran seperti kentang dikenal
dengan kandungan enzim polifenoloksidasenya yang tinggi.
senyawa
kimia
yang
kompleks.
Kemudian
polimerisasi
akan
3. Ketengikan
Kandungan lemak dalam bahan pangan tersusun oleh gliserol dan asam
lemak. Dikenal lebih dari 24 macam asam lemak, salah satunya adalah asam
lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan
rangkap
yang
mudah
terserang
oleh
oksigen,
sehingga
menyebabkan
ketengikan. Reaksi lain terhadap kandungan lemak bahan pangan adalah reaksi
hidrolisis yang disebabkan oleh basa, asam, dan juga enzim.
B. PRINSIP-PRINSIP DASAR
Ada 4 prinsip dasar penyimpanan bahan pangan ditinjau dari suhunya (Depkes RI,
200), antara lain :
1. Penyimpanan sejuk (colling) pada suhu 10C-15C seperti jenis minuman, buah dan
sayuran.
2. Penyimpanan dingin (chilling) pada suhu 4C-10C seperti makanan berprotein yang
segera akan diolah.
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing) pada suhu 0C-4C seperti bahan makanan
yang
mudah rusak untuk jangka waktu 24 jam.
4. Penyimpanan beku (frozen) pada suhu <0C seperti bahan protein yang mudah
rusak
untuk jangka waktu < 24 jam.
Selain itu, prinsip penyimpanan pangan yaitu konsep 5T (Tepat tempat, tepat waktu,
dengan baik.
Ventilasi harus cukup sehingga sirkulasi udara baik dan bebas dari serangga
dan binatang pengengat. Sangat dianjurkan menggunakan alat sirkulasi
rempah-rempah.
3. Lokasi
Ruang penyimpanan kering atau segar sebaiknya dekat dengan ruang penerimaan,
ruang persiapan dan produksi, sehingga mempercepat dalam penyimpanan dan
pengeluarannya, selain itu memudahkan keamanannya, cepat, jarak pendek,
keburukan waktu dan tenaga relatif kecil.
4. Keamanan
o Bahan makanan sebelum disimpan di tempat penyimpanan kering maupun
segar sebaiknya di simpan dalam kertas atau container plastik tertutup untuk
o
o
o
lain.
Ruang penyimpanan hanya boleh dibuka pada waktu tertentu saja.
Refrigerator, freezer dan rang penyimpanan kering harus segera ditutup
5. Sanitasi
Ruang dan peralatan penyimpanan bahan makanan harus dibersihkan secara teratur
dan harus beba binatang pengengat dan serangga.
C. TUJUAN
Penyimpanan pangan memiliki fungsi penting di dalamnya, yaitu untuk menjamin
ketersediaan bahan pangan untuk berbagai tujuan, seperti perdagangan, konsumsi, dan
sebagai bahan baku industri. Selain itu penyimpanan pangan juga berfungsi untuk
menjamin ketersediaan bahan pangan yang bermutu, aman, dan bergizi. Tujuan lain dari
penyimpanan pangan antara lain sebagai berikut :
1. Memelihara dan mempertahankan kondisi dan mutu bahan makanan yang
disimpan.
2. Melindungi bahan makanan yang disimpan dari kerusakan, kebusukan dan
yang memadai.
5. Untuk menjamin pasokan (supply) bahan pangan untuk masa depan.
6. Menunjang kegiatan ekonomi.
7. Membantu memerangi kelaparan di daerah atau negara tertentu (di luar negara atau
daerahnya).
8. Sebagai senjata politik.
CARA
PENYIMPAN
AN
KELEMAHAN
PERBAIKAN
Sayuran
Daun-daunan;
Penyimpanan
Penggunaan
umbi-lapis,
ini
tempat-
dan
menyebabkan
tempat
akaran,
tumbuhnya
dengan
difermentasik
mikroorganis
permukaanny
an dalam air
me
a yang kecil
mesin
permukaan.
yang terkena
akar-
dan
luas
disimpan
udara;
tutup
dalam periuk
yang
rapat
atau mangkuk
Tekstur bahan
sekali.
dari tanah.
Irisan-irisan
pangan
menjadi lunak
Pemanasan
sayuran
seperti
sedikit dalam
tersusun
buburdan
campuran
penuh dalam
kehilangan
campuran
warna
cuka
dan
dari
gula.
membantu
asli
mempertahan
bahan
pangan.
kan
tekstur
dan
warna
bahan
pangan.
Buah-buahan
Buah
besar
Tekstur buah
Bahan
dikerat-kerat;
menjadi
mentah harus
lunak.
dipilih
baik-
baik
untuk
menjamin
puncak
Terjadi
kematangan.
buah-buahan
kecil
diutuhkan;
direndam
dalam
air
mesin. Buahbuahan
utuh
atau
terpotong,
direbus
dalam
(di
sirup
kristalisasi
gula
Kepekatan
yang
terkandung
gula
pada
cocok; tempat
buah,
perkembanga
yang
penyimpanan
sebagai pasta
n lapuk, dan
harus
atau
terjadi
sekali.
dibekukan).
peragian.
rapat
Umbi-umbian
Kehilangan
Pengeringan
tipis-tipis, dan
warna
dari
di
lembar-
dijemur
bahan
lembaran
dengan
pangan.
logam
menggunakan
mempercepat
panas
proses
matahari
pengeringan.
langsung.
Daging
Daging
babi,
sapi,
atau
jenis
daging
lainnya
diiris
tipis-tipis dan
diawetkan
dengan
garam,
gula,
kecap,
dan
rempahrempah;
sedikit daging
digiling
atau
dicincang
halus dengan
bahan
pengawet
yang
sama,
dan
dimasukkan
dalam
selongsong-
Terjadi
Pemakaian
pertumbuhan
gula
mikroba pada
dikurangi,
permukaan,
pemakaian
dan peragian
garam
yang
ditambah;
tidak
diinginkan.
perlu
pembungkusa
n.
selongsong
sosis.
Ikan
Ikan-ikan kecil
Terlalu
secara
utuh
untuk
digarami
asin
Kurangi
selera
jumlah
tertentu.
pemakaian
(diasinkan)
garam
tetapi
dan
dijemur
tetap
dapat
pada
panas
membunuh
Terjadi
bakteri.
matahari.
pertumbuhan
Ikan
mikroba yang
Dikemas
berdaging
berbahaya
dengan
bagi
menggunakan
besar)
kesehatan
kemasan
direndam
manusia.
yang
(kecil
dan
dalam
air
masin selama
beberapa jam,
kemudian
dalam udara,
kemudian
Terlalu
rebus dengan
air
masin
yang
sama
sampai
masak
sempurna.
Dijemur
direndam
sampai
ikan
berwarna
coklat
atau
kedap
akan udara.
asin
untuk
dimakan oleh
Kurangi
selera
garamnya;
tertentu.
usahakan
keemas-
gunakan
emasan
kemasan
(tergantung
yang sesuai.
dari
pengasapann
ya).
bahan
PETUNJUK PENYIMPANAN BAHAN PANGAN
1. Penyimpanan Bahan Pangan di dalam Lemari Es
Bahan makanan dicuci sebelum disimpan.
Bahan makanan panas harus didinginkan terlebih dahulu pada suhu ruangan
sebelum disimpan.
Gunakan container dengan tutup.
Bahan makanan harus dibungkus sebelum disimpan.
Berikan label nama bahan makanan, jumlah, tanggal pembelian dan waktu
kadaluarsa.
Bahan makanan yang berbau harus dibungkus ketat bila akan disimpan.
2. Penyimpanan Daging
Cuci daging sebelum disimpan dengan air yang bersih dan mengalir.
Potong sesuai keinginan kemudian bungkus untuk disimpan.
Berikan label nama.
Daging giling yang sudah disimpan sebaiknya jangan dismpan kembali.
Daging asap hendaknya dibungkus dalam plastik dan disimpan dalam
refrigerator.
ruang.
papan untuk mencegah kontak dengan lantai secara langsung dan udara.
Gula harus disimpan dalam container tertutup rapat dan terbuat bukan dari
logam.
Tepung-tepungan harus disimpan dalam ruangan yang berventilasi baik,
karena
suhu
ruangan,
kelembaban
dan
lama
penyimpanan
akan
SOAL
1. Ruang
dan
peralatan
penyimpanan bahan makanan
harus
dibersihkan
secara
teratur dan harus bebas dari
binatang
pengengat
dan
serangga merupakan hal yang
harus diperhatikan dari ..
a. Sanitasi
b. RuanganPenyimpanan
c. Keamanan
d. Lokasi
e. BahanPangan
2. 2. Kelemahan
dari teknik
penyimpanan
umbi-umbian
dengan cara dijemur dengan
panas
matahari
langsung
adalah .
a. Terjadi penyerapan air dari
udara
b. Menyebabkan pelapukan
c. Kehilangan warna asli dari
umbi tersebut
d. Bahan makanan menjadi
mudah rusak
e. Terjadi kristalisasi gula yang
terkandung dalam umbi
tersebut
3.
4. 3.
Hal berikut merupakan
hal yang harus diperhatikan
dalam
setiap
teknik
penyimpanan
semua
jenis
bahan makanan
a. Mencuci bahan sebelum
disimpan
b. Memberi label nama untuk
setiap
jenis
bahan
makanan
c. Simpan dalam refrigerator
e. Teknik
Penyimpanan
Pangan
14.
8. Mikroba perusak bahan pangan
adalah bakteri, kapang, dan
khamir.
Faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
ketiga mikroba tersebut adalah
a. < 4,5
d. < 8,5
b. > 4,5
e. > 8,5
c. = 8,5
21.
15. Kerusakan yang dipengaruhi
oleh
pengaruh
luar
dan
pengaruh dari bahan pangan itu
sendiri adalah..
a. Kerusakan Kimiawi
b. Kerusakan Fisik
c. Kerusakan Mikrobiologi
d. Kerusakan Biologi
e. Kerusakan Mekanis
16. Faktor kerusakan pangan yang
merupakan lapisan kulit, yang
berguna
sebagai
pelindng
merupakan......
a. Struktur kimia
b. Struktur fisik
c. Struktur pangan
d. Struktur biologis
e. Struktur gizi
17. Kerusakan
pada
Lemak,
dimana
asam lemak yang
mengandung satu atau lebih
b. Browning
c. Reaksi Maillard
d. Pencoklatan
e. Penurunan vitamin C
26. Menurut Depkes RI, 200,
penyimpanan yang tepat untuk
makanan
berprotein
yang
segera akan diolah adalah...
a. Coilling
b. Chilling
c. Frezzing
d. Frozen
e. Colding
27. Penyimpanan pada suhu <0C
adalah jenis penyimpanan....
a. Coiling
b. Chiling
c. Frezzing
d. Frozen
e. Colding
28. Mikroorganisme
sebagai
perusak mutu pangan biasa
ditemukan pada pH....
a. 3.0-5.0
b. 3.0-8.0
c. 5.0-8.0
d. 5.0
e. 8.0
29. Dalam keadaan suhu tertentu
pertumbuhan mikroorganisme
akan terhenti, yaitu dalam
keadaan suhu beku pada
derajat....
a. <15oC
b. 15oC
c. >15oC
d. <-15oC
e. >15oC
30. Kondisi pH adalah salah satu
penunjang
bertumbuhnya
aktivitas khamir dan bakteri,
yang disukai khamir dan juga
kapang adalah pada kondisi....
a. berasam rendah ( pH > 4,5 )
b. berasam tinggi ( pH < 4,5 )
c. berasam rendah ( pH > 5,4 )
d. berasam tinggi ( pH<5,4)
e. netral
23.
24. ESSAY
1. Seorang mahasiswa melakukan penelitian terhadap bahan pangan jenisumbiumbian. Ia menyimpan umbi-umbian tersebut dalam lemari pendingin
(kulkas). Setelah 1 minggu umbi-umbian berubah menjadi kecoklatan. Apa
yang terjadi padaumbi-umbian tersebut? Jelaskan!
25.
Jawaban :
26.
Umbi-umbian mengalami pembusukan di dalam lemari pendingin
tersebut, karena bahan pangan jenisumbi-umbian tidak bias disimpan di
dalam tempat dengan suhu rendah. Seharusnya bahan pangan umbi-umbian
disimpan di dalam ruangan dengan suhu sejuk dan kering.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
DAFTAR PUSTAKA
(UI-Press)
38.
Jakarta : Arcan.
39.
40.
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUAR
GA/195909281985032-SRI_SUBEKTI/HANDOUT_8_kat_lembaga.pdf
41.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30755/4/Chapter%20II.pdf
42.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20280/5/Chapter%20I.pdf
43.
http://repository.upi.edu/5882/4/S_KIM_0905742_Chapter1.pdf
44.
http://ocw.usu.ac.id/course/download/3130000081-teknologi-
pengemasan/thp_407_handout_interaksi_bahan_pangan_dengan_kemasan.pdf
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
59.
60.
KELOMPOK 12 :
63.
Rizka Fauziah R
64.
Theodosia Dwita N. P.
65.
66.
67.
70.
72.
68.
69.
JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
71.
2013-2014