Anda di halaman 1dari 16

FARINGITIS

DEFINISI

 Faringitis adalah suatu infeksi karena virus atau bakteri pada tenggorokan atau faring
yang disebabkan oleh bakteri penyebab radang tenggorokan serius yaitu
Staphylococcus aureus atau Streptococci (Wijayakusuma, 2006). Sering terjadi ketika
musim penghujan.
 Faringitis adalah peradangan pada selaput lendir orofaring. Pada kebanyakan kasus,
penyebabnya adalah infeksi, baik bakteri maupun virus (NCBI)

Kesimpulan : Faringitis adalah suatu infeksi yang terjadi pada selaput lendir orofaring
yang disebabkan karena virus atau bakteri.

EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 2010, ada 1.814 juta kunjungan gawat darurat untuk faringitis, 692.000 di
antaranya untuk pasien di bawah usia 15 tahun. Sebagian besar kasus faringitis terjadi pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun. Secara global, tingkat faringitis sangat tinggi terutama di
negara-negara di mana antibiotik diresepkan secara berlebihan.

ETIOLOGI

1. Bakteri  kasus yang parah cenderung diakibatkan oleh bakteri


a. Streptococcus Group A  paling sering. Sekitar 5%-36% menyebabkan kasus
faringitis akut
b. S. pyogenes  bakteri patogen yang meninfeksi anak-anak dan orang dewasa.
Merupakan bakteri Gram Positif, nonmotil, tidak memiliki spora, membentuk
kokus yang berbentuk rantai, memiliki diameter tubuh 0,6-1,0 mikrometer dan
merupakan bakteri anaerob. Bakteri ini digolongkan ke dalam bakteri β-
hemolityc Group A sehingga akan membentuk zona terang apabila
ditumbuhkan dalam media darah. Bakteri ini menginfeksi di saluran napas
ketika pertahanan tubuh inang menurun atau ketika organisme tersebut mampu
berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada dan kemudian akan tersebar
hingga ke jairngan yang renan, maka infeksi supuratif dapat terjadi.
c. Streptococcus group C
d. Streptococcus group B
e. Corynebacterium diphteriae  jarang
f. Neisseria gonorrhea  jarang
g. Mycoplasma pneumoniae
h. Arcanobacterium haemolyticum
i. Yersinia anterocolitica
j. Clamydia pneumoniae  jarang
k. Haemophilus influenzae
l. Candida
m. Fusobacterium necrophorum
2. Virus
a. Rhinovirus (20%)
b. Adenovirus (>= 5%)
c. Coronavirus (%5)
d. Herpes simplex (4%)
e. Influenza (2%)
f. Parainfluenza (2%)
g. Epstein-Barr virus (<1%)  menyebabkan mononukleosis atau demam
kelenjar. Dapat menyebabkan sakit kepala, hipertrofi tonsil, limfositosis, sakit
kepala.
3. Alergi lingkungan  dapat menyebabkan faringitis akut
4. Paparan bahan kimia  dapat menyebabkan faringitis akut
KLASIFIKASI

Menurut KEMENKES RI 2013, faringitis diklasifikaskan menjadi :

1. Faringitis akut
a. Faringitis bakterial
Infeksi Streptococcus β-hemolytycus Group A merupakan penyebab faringitis
akut pada orang dewasa sebanyak 5%-15% dan pada anak sebanyak 20%-30%
(Shuman et al., 2012).

Faringitis bakterial pada umumnya memiliki gejala seperti nyeri kepala hebat,
muntah, kadang demam dengan suhu yang tiunggi, jarang disertai batuk.

2. Faringitis kronik
a. Faringitis kronik atrofi
Timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernapasan
tidak diatur suhu dan kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta
infeksi pada faring.
3. Faringitis spesifik
a. Faringitis leutika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti
penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung dengan stadium
penyakitnya (KEMENKES RI, 2013).

FAKTOIR RESIKO

1. Riwayat demam rematiik


2. HIV positif
3. Pasien kemoteraopi
4. Immunosuppressed
5. Diabetes melitus
6. Kehamilan
7. Pasien yang sudah memulai antibiotik sebelum didiagnosis nyeri tenggorokan selama
lebih dari 5 hari
GEJALA KLINIS

1. Bersin
2. Demam  streptococcus beta hemolitikus group A
3. Nyeri tenggorokan
4. Nyeri saat menelan  karena luka di tenggorokan
5. Adenopati cervical
6. Malaise
7. Mual
8. Batuk  karna virus
9. Rinorea  karena virus
10. Sakit kepala  karena virus Epstein-Barr
11. Untuk faringitis yang khusus disebabkan oleh S. Pyogenes gejala yang muncul yaitu :
a. Demam
b. Nyeri tenggorokan
c. Tonsilitis eksudat
d. Adenopati cervical anterior
e. Sakit kepala
f. Nyeri abdomen
g. Muntah
h. Malaise
i. Anoreksia
j. Urtikaria

Gejala faringitis juga dapat menjadi bagian dari kompleks gejala penyakit serius lainnya,
termasuk abses peritonsillar, abses retropharyngeal, epiglottitis, dan penyakit Kawasaki.

DIAGNOSIS

a. Anamnesis : gejala yang disebutkan dapat seperti yang ada pada gejala.
Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus Group A dapat diperkirakan
menggunakan Centor criteria yaitu :
b. Demam
c.Anterior cervical lymphadenopathy
d. Eksudat tonsil
e.Tidak ada batuk
Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak
mengalami faringitis akibat infeksi Group A, bila skor 1-3 pasien memiliki
kemungkinan 40% terinfeksi Group A dan bila skor 4 pasien memiliki
kemungkinan 50% terinfeksi Group A.
2. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi bagian tenggorokan : apakah ada bercak putih atau abu-abu,
pembengkakan, kemerahan.
b. Palpasi bagian leher : untuk mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar
getah bening
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Gold standard dari menentukan penyebab faingitis adalah dengan melakukan
kultur apusan tenggorokan, tetapi kelemahannya adalah biaya yang mahal dan
memerlukan waktu untuk mengetahui hasilnya antara 1-2 hari. Sensitivitasnya
bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor ini termasuk
beban bakteri, tempat pengumpulan (permukaan tonsil paling baik), media
kultur, dan atmosfer kultur.
b. Penentuan lainnya dapat juga dengan tes laboratorium menggunakan Rapid
Antigen Detection Test (RADT) yang hasilnya dapat diketahui setelah 5-10
menit pemeriksaan. Tes deteksi antigen cepat (RADT) sangat spesifik untuk
streptokokus beta-hemolitik Grup A, tetapi sensitivitasnya sangat bervariasi,
dari sekitar 70% hingga 90%. Jika tesnya positif, pengobatan harus dimulai.
Jika hasilnya negatif, terutama pada anak-anak, biakan tenggorokan harus
diperoleh dan harus dibarengi dengan pengobatan.
c. Tes darah : apabila dokter mencurigai penyebab lain dari faringitis. Tes ini
dapat menentukan apakah memiliki penyebab dari mononucleosis.
Pemeriksaand arah lengkap dapat dilakukan untuk menentukan apakah
memiliki jenis infeksi lainnya.
d. Rontgen dada tidak diperlukan untuk kasus rutin. Jika diduga terjadi gangguan
jalan napas, harus dilakukan rontgen leher lateral.
e. CT scan dapat membantu mengidentifikasi abses peritonsillar.
KOMPLIKASI

1. Epiglottitis

2. Otitis media

3. Mastoiditis

4. Sinusitis

5. Demam rematik akut

6. Post-streptococcal glomerulonephritis

7. Toxic shock syndrome

TATA LAKSANA

1. Farmakologi
a. Bakteri
i. Antibiotik = penisilin (pilihan pertama karena efektivitas dan
keamanannya sudah terbukti, spektrumnya sempit, harganya
terjangkau), golongan makrolida (lini kedua) contohnya , eritromisin
dengan lama terapi 10 hari atau dengan azitromisin dengan lama terapi
hanya 5 hari, sefalosporin (pasien dengan alergi penisilin ringan),
amoksilin (untuk anak).
Lama terapi antibiotik oral rata-rata 10 hari. Sangat penting untuk
menghabiskan semua antibiotik yang diresepkan untuk menghindari
infeksi kambuh atau memburuk.
Antibiotik dapat mempersingkat durasi gejala hingga 16 hingga 24 jam
dan mencegah demam rematik.
b. Virus
Pengobatan hanya diperlukan untuk membantu meringankan gejala, karena
pada dasarnya virus bersifat self limited saitu akan sembuh dengan sendirinya
jika kekebalan tubuh kita baik.

Jika demam di pertimbangkan untuk mengkonsumsi obat seperti paracetmol atau


ibuprofen.
2. Non-farmakologi
a. Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi
b. Beristirahat sampai merasa lebih baik
c. Memberitahu pasien bahwa harus menyelesaikan antibiotik secara lengkap
3. Pencegahan
a. Menjaga kebersihan
b. Menghindari berbagi makanan, minuman, dan peralatan makan
c. Menghindari individu yang sakit
d. Mencuci tangan dengan sering, terutama sebelum makan dan setelah batuk
atau bersih
e. Menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol apabila tidak ada sabun dan
air
f. Menghindari merokok dan menghirup asap rokok

DIAGNOSIS BANDING

1. Obstruksi jalan napas


2. Rhinitis alergi
3. Penyakit refluks gastroesofagus
4. Abses peritonsiler
5. Difteri
6. Epiglotitis
7. Virus herpes simpleks
8. Mononukleosis

PROGNOSIS

Kematian akibat faringitis jarang terjadi tetapi dapat terjadi jika jalan napas terganggu.
Sebagian besar kasus faringitis sembuh dalam 7 hingga 10 hari. Kegagalan pengobatan
biasanya karena resistensi antibiotik, pasien yang tidak patuh, dan kontak dekat yang tidak
diobati.
DAFTAR PUSTAKA FARINGITIS

Website PDPI

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519550/

http://repository.ump.ac.id/1408/3/BAB%20II_WIDODO%20PURWO
%20ADILISNO_FARMASI%2716.pdf

http://rsud.pacitankab.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Leaflet-THT-2019.pdf
LARINGITIS

DEFINISI
Laringitis adalah suatu kondisi dimana pita suara membengkak sehingga suara menjadi serak
(ciri-ciri dari pasien yang menderita laringitis adalah suara menjadi serak). Laringitis
biasanya hilang dalam waktu 2-3 minggu, namun penyakit ini dapat bertahan lebih lama,
sehingga disebut dengan laringitis kronis, yaitu laringitis yang membutuhkan waktu lebih
lama untuk sembuh, juga tergantung penyebabnya. Sedangkan untuk laringitis akut seringkali
merupakan kondisi ringan dan dapat sembuh sendiri yang biasanya berlangsung selama 3
hingga 7 hari. Penyakit ini pada umumnya merupakan kelanjutan dari infeksi saluran
pernapasan atas yaitu rinofaringitis akut.

EPIDEMIOLOGI
Laringitis akut dapat menyerang pasien dari segala usia, meskipun lebih sering terjadi pada
populasi orang dewasa, biasanya menyerang individu berusia 18 hingga 40 tahun, meskipun
dapat terlihat pada anak-anak berusia tiga tahun.

ETIOLOGI

1. Non-infeksius
o Terlalu banyak menggunakan suara (menyanyi atau berteriak)
o Reaksi alergi  misalnya terhadap debu dan asap
o Bronkitis
o Gastroesophageal refluks disease (GERD)  Lebih khusus lagi GERD ekstra
esofagus, disebut refluks laringofaring (LPR), merupakan penyebab yang
sangat umum dari gejala suara dan radang tenggorokan
o Trauma
o Bahan kimia dan stimulator
o Pneumonia
o Mengkonsumsi alkohol berlebih
2. Infeksius
o Virus
 Influenza tipe A dan B
 Parainfluenza (tipe 1, 2, 3)  paling umum adalah parainfluenza 1
 Rhinovirus
 Adenovirus
 Herpes smplex virus
o Bakteri
 Corynebacterium diptheria
 Bordetella pertusis
 Moraxella catarrhalis
 Neisseria gonorrhea

KLASIFIKASI

1. Laringitis virus
a. Laringotrakeitis virus (Croup)
b. Laringitis virus
c. Herpes simplex virus
2. Laringitis bakterialis
a. Supraglosititis bakteriais (Epiglotitis)
b. Laringitis difteri

FAKTOR RESIKO

1. Infeksi saluran napas  flu, bronkitis, sinusitis


2. Paparan terhadap bahan iritan seperti asap rokok, meminum asam yang terlalu
banyak, atau bahkan kimia saat bekerja
3. Menggunakan suara secara berlebih
4. Paien dengan immunocompromised, karena pasien ini berisiko lebih tinggi untuk
keganasan dan infeksi yang lebih berbahaya yang dapat menyerupai laringitis akut.

GEJALA KLINIS
1. Suara menjadi lebih berat dan serak, bahkan hilang
2. Demam
3. Batuk kering
4. Sakit tenggorokan
5. Tenggorokan kering atau gatal
6. Pembesaran kelenjar getah bening
7. Pada anak :
o Demam di ats 38
o Sulit makan atau minum
8. Pada anak yang terdapat obstruksi jalan napas
o Gelisah
o Sesak bertambah berat dengan sianosis
o Retraksi suprasternal dan epigastrium
o Air hunger

DIAGNOSIS

1. Anamnesis : kemungkinan didapati gejala-gejala yang sama seperti pada gejala klinis,
jangan lupa untuk memperhatikan bagaimana status kekebalan, status imunisasi,
alergi dan riwayat perjalanan, juga riwayat patologi perancu seperti GERD.
2. Pemeriksaan fisik :
o Pasien dengan suara serak lebih dari 1 bulan (khuisusnya perokok)
membutuhkan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan
3. Pemeriksaan penunjang :
o Laringoskopi (indirek dan direk)
Menggunakan cahaya dan cermin kecil untuk melihat ke bagian belakang
tenggorokan. Dokter juga dapat menggunakan prosedur laringoskopi serat
optik, dimana sebuah tabung tipis yang fleksibel (endoskopi) dengan kamera
kecil dan cahaya akan dimasukkan melalui hidung atau mulut ke bagian
belakang tenggorokan.
Yang akan ditemukan adalah :
 Mukosa laring edema
 Hiperemis pada bagian bswah pita suara
o Biopsi
Dilakukan untuk pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa lebih
lanjut di laboratorium.
o Foto rontgent leher AP dan foto soft tissue lateral

PATOFISIOLOGI

TATA LAKSANA

tujuan terapi adalah untuk mengurangi edema pada laring


1. Farmakologi
o Laringitis ringan
 Non-aspirin : asetaminofen (dapat digunakan sebagai tambahan pada
sirup obat baruk)
o Penyebabnya
 Bakteri : antibiotik
 Tumor : pengangkatan tumor
 Jamur : flukonazol
o Membersihkan sekresi : guafenesin
2. Non farmakologi
o Beristirahat
o Berbicara secukupnya
o Banyak minum air
o Steam inhalation  untuk meningkatkan kelembapan saluran napas bagian
atas dan membantu pembuangan sekresi eksudat
o Hindari merokok dan minum alkohol
o Memopdifikasi makanan  untuk pasien pengidap GERD
3. Rawat rumah sakit
o Epiglotitis
o Stridor progresif
o Kegawatan pernapasan
o Hipoksemia, gelisah, sianosis, pucat
o Depresi sensorium dan demam tinggi

DIAGNOSIS BANDING

1. Neoplasma
2. Epiglotitis
3. Radang tenggorokan alergi knonis
4. Radang tenggorokan refluks
5. Disfonia spasmodik

PROGNOSIS
Sering kali merupakan kondisi yang sembuh sendiri sehingga membawa prognosis yang baik.
Untuk penderita laringitis akut umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu.
Lamanya rawat inap dan tingkat mortalitas untuk kasus obstruksi saluran pernapasan atas
akan bertambah jika infeksi meluas dan melibatkan saluran pernapasan yang lebih besar,
kecuali pada epiglotitis.
DAFTAR PUSTAKA LARINGITIS

Website PDPI

https://www.sehatq.com/penyakit/laringitis

https://slideplayer.info/slide/16110140/

http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=7862

Anda mungkin juga menyukai