Anda di halaman 1dari 12

FISIOLOGI KASUS 2

REGITA SISKA ANANDA YUSUP – 1910211016

Sistem endokrin, melalui hormone yang disekresikannya ke dalam darah, secara umum
mengatur aktifitas yang memerlukan durasi dibanding kecepatan. Sebagian besar aktivitas sel
target di bawah control hormonal diarahkan untuk mempertahankan homeostasis. Kelenjar
perifer endokrin mencakup kelenjar tiroid, yang mengatur laju metabolik basal tubuh;
kelenjar adrenal, yang menyekresi hormonn penting dalam mempertahankan keseimbangan
garam, dalam metabolisme molekul nutrient, dan dalam beradaptasi dalam stress; pancreas
endokrin, yang menyekresi hormone yang penting dalam metabolism molekul nutrient; dan
kelenjar paratiroid, yang menyekresi hormone yang penting bagi metabolism kalsium.

A. Kelenjar tiroid

Terdiri dari 2 lobus jaringan endokrin yang dihubungkan di tengah oleh suatu bagian
sempit kelenjar yang disebut dengan ismus, sehingga organ ini tampak seperti dasi
kupu-kupu.
a. Sel utama yang mengeluarkan hormone tiroid tersusun membentuk folikel-
folikel yang berisi koloid
Sel-sel utama tiroid, yang dikenal sebagai sel folikel, tersusun
membentuk bola-bola berongga, yang masing-masing membentuk satu unit
fungsional yang dinamai folikel. Pada potongan mikroskopik, folikel tampak
sebagai cincin yang terdiri dari 1 lapisan sel-sel folikel yang mengelilingi
suatu lumen di bagian dalam yang terisi oleh koloid, bahan yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormone tiroid. Perhatikan
bahwa koloid di dalam lumen folikel berada di ekstrasel (yaitu di luar sel
tiroid), meskipun terletak di dalam bagian interior folikel.
Konstituen utama koloid adalah suatu molekul glikoprotein besar yang
dikenal sebagai tiroglobulin (Tg) yang di dalamnya terikat hormone-hormon
tiroid dalam berbagai stadium sintesis. Sel folikel menghasilkan 2 hormon
yang mengandung yodium yang berasal dari asam amino tirosin :
tetraiodotironin (T4, atau tiroksin) dan tri-iodotironin (T3). Tetra =
memiliki 4 atom yodium, tri = memiliki 3 atom yodium.
Di ruang interstisium di antara folikel-folikel terselip sel sekretorik
lain, sel C, yang mengeluarkan hormone peptide kalsitonin yang berperan
dalam metabolism kalsium (Ca2+).

b. Hormone tiroid disintesis dan disimpan di molekul tiroglobulin

Campuran baku untuk sintesis hormone tiroid adalah tirosin dan


yodium, keduanya harus diserap dari darah oleh sel folikel. Tirosin
merupakan suatu asam amino yang disintesis dalam jumlah memadai oleh
tubuh sehingga bukan suatu zat esensial dalam makanan. Yodium yang
dibutuhkan untuk sintesis hormone tiroid harus diperoleh dari makanan.
Yodium (I) dalam makanan direduksi (dikurangi) menjadi iodide (I-) sebelum
diserap oleh usus halus.
Sebagian besar langkah pembentukan hormone tiroid berlangsung di
molekul tiroglobulin (Tg) di dalam koloid. Tg diproduksi oleh kompleks
Golgi-RE sel folikel tiroid. Asam amino tirosin masuk ke dalam molekul Tg
yang lebih besar sewaktu Tg sedang di produksi. Langkah dari sintesis dan
penyimpanan hormone tiroid sebagai berikut :
1. Setelah terbentuk, Tg yang mengandung tirosin diekspor ke dalam
vesikel dari sel folikel ke dalam koloid melalui proses eksositosis.
2. Tiroid menangkap iodide dari darah dan memindahkannya ke
sel folikuler oleh pompa iodide yang disebut dengan transport aktif
sekunder. Pompa iodide adalah simporter yang dijalankan oleh
gradien konsentrasi Na+ yang diciptakan oleh pompa Na+-K+ pada
membrane basolateral (yang ada di luar sel folikuler yang berkontak
dengan cairan interstisial). Pompa ini mengangkut Na+ menuju sel
folikuler menuruni gradien konsentrasinya dan I- ke dalam sel
melawan gradien konsentrasinya. Hampir semua idodida di tubuh
dipindahkan melawan gradien konsentrasi untuk disimpan di tiroid
untuk menyintesis hormone tiroid.
3. Di dalam sel folikuler, iodide dioksidasi menjadi iodide “aktif”
oleh enzim tiroperoksidase (TPO) yang terletak pada membrane
luminal (membrane sel folikel yang berkontak dengan koloid).
4. Iodide akan masuk ke dalam koloid dengan melewati saluran di
membrane luminal.
5. Di dalam kolodi, TPO yang masih terikat membrane dengan cepat
melekatkan iodide ke tirosin yang berada di dalam molekul Tg.
Ketika 1 iodida melekat ke tirosin akan menghasilkan
monoiodotirosin (MIT)  5a
Perlekatan 2 iodida ke tirosin akan menghasilkan di-iodotrosin
(DIT)  5b
6. Setelah MIT dan DIT terbentuk, terjadilah proses penggabungan di
dalam molekul Tg antara molekul-molekul tirosin yang sudah
beryodium untuk membentuk hormone tiroid.
Penggabungan 1 MIT (dengan 1 iodida) dan 1 DIT (dengan 2
iodida) = tri-iodotironin, atau T3 (dengan 3 iodida)  6a
Penggabungan 2 DIT (dengan masing-masing mengandung 2
iodida) = tetra-iodotironin, atau T4, atau tiroksin (hormone tiroid
dengan 4 molekul iodide)  6b
Semua produk ini tetap melekat di ke Tg melalui ikatan peptide.
Hormone tiroid tetap tersimpan (dapat memenuhi kebutuhan tubuh
untuk beberapa bulan) dalam bentuk ini di koloid hingga terurai
dan disekresikan.

-step selanjutnya dilanjutkan pada poin C-

c. Untuk menyekresikan hormone tiroid, sel folikel memfagosit koloid yang


mengandung tiroglobulin

Pelepasan hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik adalah suatu


proses yang agak rumit karena dua alasan, yaitu sebelum pembebasannya, T3
dan T4 masih terikat di dalam molekul tiroglobulin dan kerena hormon
tersimpan di tempat ekstrasel, di dalam koloid di lumen folikel, sehingga harus
diangkut seluruhnya menembus sel folikel untuk mencapai kapiler yang
berjalan di ruang interstisium di antara folikel-folikel. Langkah dari sekresi
hormone tiroid sebagai berikut :
7. Pada proses sekresi hormon tiroid, sel folikel "menggigit putus"
sepotong koloid, menguraikan molekul tiroglobulin menjadi bagian-
bagiannya, dan "meludahkan" T3 dan T4 yang telah dibebaskan ke
dalam darah.
8. Di dalam sel, butir-butir koloid yang terbungkus membran menyatu
dengan lisosom, yang enzim-enzimnya memisahkan hormon-hormon
tiroid yang aktif secara biologis, T3 dan T4, serta MIT dan DIT yang
inaktif.
9. Hormon tiroid, karena sangat lipofilik, mudah melewati membran luar
sel folikel dan masuk ke dalam darah  9a
MIT dan DIT tidak memiliki fungsi endokrin. Sel-sel folikel
mengandung suatu enzim spesifik, iodinase, yang secara cepat
mengeluarkan iodida dari MIT dan DIT sehingga iodida yang telah
bebas ini dapat didaur-ulang untuk membentuk lebih banyak hormone
 9b

Setelah dikeluarkan ke dalam darah, molekul-molekul hormon tiroid yang


sangat lipofilik (dan karenanya tak-larut air) cepat berikatan dengan beberapa
protein plasma. Sebagian besar T3 dan T4 diangkut oleh thyroxine-binding
globulin, suatu protein plasma yang secara selektif berikatan hanya dengan
hormon tiroid. Kurang dari 0,1% T4 dan kurang dari 1% T3 berada dalam
bentuk bebas (takterikat). Hal ini luar biasa karena hanya bentuk bebas
hormon dari keseluruhan hormon tiroid yang memiliki akses ke reseptor sel
sasaran dan menimbulkan efek.
Sekitar 90% produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid
adalah T4, tetapi T3 memiliki aktivitas biologik 10x lebih kuat. Namun,
sebagian besar T4 yang disekresikan diubah menjadi T3, atau diaktifkan,
dengan ditanggalkannya satu iodida oleh enzim deiodinase yang ada pada
hepar dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari T4. Karena itu, T3
adalah bentuk hormon tiroid utama yang aktif secara biologis di tingkat sel,
meskipun kelenjar terutama mengeluarkan T4.

d. Hormone tiroid meningkatkan laju metabolic basal dan memiliki efek lain
Dibandingkan dengan hormon lain, kerja hormon tiroid relatif "lamban".
Respons terhadap peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa
jam, dan respons maksimal belum terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons
juga cukup lama, tidak hanya karena hormon tiroid tidak cepat terurai, tetapi
juga karena respons terhadap peningkatan sekresi terus terjadi selama
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu setelah konsentrasi hormon tiroid
plasma kembali ke normal.
Semua sel di tubuh terpengaruh secara langsung atau tak-langsung oleh
hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan ke dalam bebrapa
kategori yang saling tumpang tindih berikut ini :
i. Efek pada Laju Metabolism dan Produksi Panas
Hormone tiroid meningkatkan laju metabolic basal (LMB)
keseluruhan tubuh. Hormone ini adalah regulator terpenting laju
konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
Efek kalorinergik (penghasil panas) hormone tiroid berkaitan
erat dengan efek metabolic hormone ini secara keseluruhan.
Peningkatan aktivitas metabolic menyebabkan peningkatan produksi
panas.
ii. Efek Simpatomimetik
Setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh sistem
saraf simpatis dikenal dengan efek simpatomimetik (menyerupai
simpatis). Hormon tiroid meningkatkan responsivitas sel sasaran
terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), messenger
kimiawi yang digunakan oleh SSS dan penguatan hormonalnya dari
medula adrenal.
Hormon tiroid melaksanakan efek permisif ini dimana satu
hormon harus ada dalam jumlah memadai agar hormon lain dapat
berefek secara penuh. Hormon pertama meningkatkan responsivitas
sel sasaran terhadap hormon kedua dengan meningkatkan jumlah
reseptor untuk hormon kedua. Dalam hal ini, hormon tiroid
meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin). Karena pengaruh ini, banyak efek yang
terlihat, ketika sekresi hormon tiroid meningkat, serupa dengan
pengaktifan SSS.
iii. Efek pada Sistem Kardiovaskular
Hormone tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan
kontraksi sehingga curah jantung meningkat, melalui efek
langsungnya pada jantung dan melalui efeknya meningkatkan
kepekaan jantung terhadap katekolamin.
iv. Efek pada Pertumbuhan dan Sistem Saraf
Hormon tiroid esensial bagi pertumbuhan normal karena
efeknya pada hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-I. Hormon tiroid
tidak hanya merangsang sekresi GH dan meningkatkan produksi
IGF-I oleh hepar, tetapi juga mendorong efek GH dan IGF-I pada
sintesis protein struktural baru dan pada pertumbuhan tulang. Anak
dengan defisiensi tiroid mengalami hambatan pertumbuhan yang
dapat dipulihkan dengan terapi pengganti tiroid. Namun, tidak
seperti kelebihan GH, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan
pertumbuhan yang berlebihan.
Hormon tiroid berperan krusial dalam perkembangan normal
sistem saraf, khususnya SSP, suatu efek yang terganggu pada anak
dengan defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon tiroid juga esensial
untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.

e. Hormone tiroid diatur oleh aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid

Thyroid-stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hip


ofisis anterior, adalah regulator fisiologik terpenting sekresi hormon tiroid.
Hampir setiap tahap dalam sintesis dan pelepasan hormon tiroid dirangsang
oleh TSH. Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH juga
mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH,
tiroid mengalami atrofi (ukurannya berkurang) dan mengeluarkan hormon
tiroid dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi
(peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel
folikel) sebagai respons terhadap TSH yang berlebihan.
Thyrotropin-releasing hormone (TRH) hipotalamus, melalui efek
tropiknya, "menyalakan" sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara
hormon tiroid, melalui mekanisme umpan-balik negatif, "memadamkan"
sekresi TSH dengan menghambat hipofisis anterior dan hipotalamus. Seperti
lengkung umpan-balik negatif lainnya, mekanisme antara hormon tiroid dan
TSH ini cenderung mempertahankan kestabilan sekresi hormon tiroid.
Umpan-balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior melaksanakan
regulasi kadar hormon tiroid bebas sehari-hari, sementara hipotalamus
memerantarai penyesuaian jangka-panjang. Tidak seperti kebanyakan sistem
hormon lainnya, hormon-hormon di aksis hipotalamus-hipofisis anterior tiroid
pada orang dewasa tidak mengalami perubahan sekresi yang mendadak dan
besar, meskipun menunjukan irama diurnal sedang, dengan kadar puncak
tertinggi menjelang pagi dan kadar paling rendah sore hari.
Satu-satunya faktor yang diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan
karenanya, sekresi TSH dan hormon tiroid) adalah pajanan ke cuaca dingin
pada bayi baru lahir, suatu mekanisme yang sangat adaptif. Peningkatan
drastis sekresi hormon tiroid yang menghasilkan panas membantu
mempertahankan suhu tubuh sewaktu terjadi penurunan mendadak suhu
lingkungan saat lahir ketika bayi keluar dari tubuh ibunya yang hangat ke
udara lingkungan yang lebih dingin. Respons TSH serupa terhadap pajanan
dingin tidak terjadi pada orang dewasa, meskipun secara fisiologis masuk akal.
Beberapa bukti mengisyaratkan bahwa pada jangka waktu yang lebih panjang
selama aklimatisasi ke lingkungan dingin, konsentrasi hormon-hormon dalam
aksis ini meningkat dalam upaya untuk meningkatkan LMB dan produksi
panas.
Berbagai jenis stress, termasuk stres fisik, kelaparan, dan infeksi,
menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, mungkin melalui pengaruh saraf
pada hipotalamus, meskipun makna adaptif inhibisi ini masih belum jelas.

f. Kelainan fungsi tiroid mencakup hipotiroidisme dan hipertiroidisme


Kelainan fungsi tiroid adalah salah satu gangguan endokrin yang
paling sering ditemukan. Kelainan ini tergolong ke dalam dua kategori utama
—hipotiroidisme dan hipertiroidisme—yang masing-masing mencerminkan
defisiensi dan kelebihan sekresi hormon atiroid. Sejumlah kausa spesifik dapat
menyebabkan masing-masing keadaan tersebut (Tabel 19-1).
Hipotiroidisme dapat terjadi (1) karena kegagalan primer kelenjar
tiroid itu sendiri; (2) sekunder karena defisiensi TRH, TSH, atau keduanya;
atau (3) karena kurangnya asupan yodium dari makanan.
Gejala hipotiroidisme umumnya disebabkan oleh penurunan aktivitas
metabolik secara keseluruhan. Seorang pasien dengan hipotiroidisme antara
lain mengalami penurunan laju metabolik basal; memperlihatkan penurunan
toleransi terhadap dingin (kurangnya efek kalorigenik); memiliki
kecenderungan mengalami pertambahan berat berlebihan (pembakaran bahan
bakar berlangsung lambat); mudah lelah (produksi energi menurun); memiliki
nadi yang lambat dan lemah (akibat berkurangnya kecepatan dan kekuatan
kontraksi jantung dan berkurangnya curah jantung); dan memperlihatkan
perlambatan refleks dan responsivitas mental (karena efek pada sistem saraf).
Efek mental ditandai oleh berkurangnya kesigapan, berbicara perlahan, dan
penurunan daya ingat.
Karakteristik lain yang mudah dikenali adalah kondisi edematosa
akibat infiltrasi kulit oleh molekul-molekul karbohidrat kompleks penahan air
(glikosaminoglikan) yang produksinya oleh sel jaringan penyambung biasanya
ditekan oleh hormon tiroid. Gambaran sembab yang terjadi, terutama di wajah,
tangan, dan kaki, dikenal sebagai miksedema. Pada orang dengan
hipotiroidisme sejak lahir timbul suatu keadaan yang dikenal sebagai
kretinisme. Karena kadar hormon tiroid yang memadai esensial untuk
pertumbuhan normal dan perkembangan SSP, kretinisme ditandai oleh tubuh
dwarfisme dan retardasi mental serta gejala-gejala umum lain defisiensi tiroid.
Retardasi mental dapat dicegah jika terapi sulih segera diberikan, tetapi tidak
reversibel jika telah terbentuk selama beberapa bulan setelah lahir, meskipun
kemudian diberi hormon tiroid. Pada sebagian besar kasus, hipotiroidisme
diobati dengan menggunakan pil pengganti hormon tiroid, kecuali pada
hipotiroidisme akibat defisiensi yodium, yang diobati dengan pemberian
yodium adekuat dalam makanan.
Hipertiroidisme, penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit
Graves. Ini adalah suatu penyakit autoimun ketika tubuh secara salah
menghasilkan thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) yang juga dikenal
dengan long-acting thyroid stimulator (LATS), suatu antibodi yang
sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid. (Penyakit autoimun adalah
kondisi ketika sistem imun menghasilkan antibodi bagi salah satu jaringan
tubuh sendiri.) TSI merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid mirip dengan
yang dilakukan oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi
inhibisi umpan-balik negatif hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan
tiroid berlanjut tanpa kendali. Meskipun lebih jarang, hipertiroidisme dapat
terjadi karena kelebihan TRH atau TSH atau berkaitan dengan hipersekresi
tumor tiroid.
Seperti diperkirakan, pasien hipertiroid mengalami peningkatan LMB.
Peningkatan produksi panas yang terjadi menyebabkan keringat berlebihan
dan intoleransi panas. Berat tubuh biasanya turun karena tubuh menggunakan
bahan bakar dengan kecepatan abnormal. Terjadilah penguraian neto
simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Berkurangnya protein otot yang
terjadi menyebabkan kelemahan. Berbagai kelainan kardiovaskular berkaitan
dengan hipertiroidisme, baik oleh efek langsung hormon tiroid maupun oleh
interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi
dapat meningkat sedemikian besar sehingga individu mengalami palpitasi
(jantung berdebar-debar). Efek pada SSP ditandai oleh peningkatan berlebihan
kewaspadaan mental hingga ke titik ketika pasien mudah tersinggung, tegang,
cemas, dan sangat emosional.
Gambaran mencolok pada penyakit Graves, tetapi tidak dijumpai pada
hipertiroidisme jenis lain adalah eksoftalmos (mata menonjol). Inflamasi dan
pembengkakan otot mata dan lemak di belakang mata di dalam orbita (rongga
mata di tulang tengkorak) mendorong bola mata ke depan sehingga mereka
menonjol dari tulang orbita.
Tiga metode umum terapi dapat menekan kelebihan sekresi hormon
tiroid :
i. Pemakaian obat antitiroid yang secara spesifik menggangu sintesis
hormon tiroid (contoh, obat-obatan yang menghambat penyerapan I-
oleh simporter atau obat-obatan yang menghambat tiroperoksidase).
ii. Pengangkatan dengan bedah sebagian kelenjar hipertiroid yang
sekresinya berlebihan.
iii. Pemberian yodium radioaktif yang sesudah dipekatkan di kelenjar
tiroid oleh pompa iodida, secara selektif merusak jaringan kelenjar
tiroid.

g. Goiter terjadi jika kelenjar endokrin dirangsang dengan berlebihan


Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid. Goiter terjadi ketika TSH
atau TSI merangsang secara berlebihan kelenjar tiroid. Dengan mengetahui
aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan kontrol umpan-balik, kita dapat mem-
perkirakan tipe disfungsi tiroid apa yang akan menyebabkan goiter,
diantaranya :
i. Hipotiroidisme akibat kegagalan hipotalamus atau hipotafisis anterior
tidak akan disertai oleh gondok karena kelenjar tiroid tidak
dirangsang secara adekuat, apalagi dirangsang secara berlebihan.
ii. Pada hipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid
atau kekurangan iodium, goiter terjadi karena kadar hormon tiroid
dalam darah sedemikian rendah sehingga tidak terdapat inhibisi
umpan-balik negatif di hipofisis anterior dan hipotalamus; dan
karenanya sekresi TSH meningkatkan. TSH bekerja pada tiroid untuk
meningkatkan ukuran dan jumlah sel folikel dan untuk meningkatkan
laju sekresi mereka. Jika sel teroid tidak dapat mengeluarkan hormon
karena kurangnya enzim esensial atau yodium, seberapapun jumlah
TSH tidak akan mampu menginduksi sel-sel ini untuk mengeluarkan
T3 dan T4. Namun, TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan
hiperplasia tiroid, dengan konsekuensi terjadinya pembesaran
paradoks kelenjar (yaitu, goiter) meskipun produksi kelenjar tetap
kurang.
Demikian juga, gondok mungkin menyertai atau tidak menyertai
hipertiroidisme:
i. Sekresi TSH berlebihan yang terjadi akibat defek hipotalamus atau
hipofisis anterior akan jelas disertai oleh goiter dan sekresi berlebihan
T3 dan T4 akibat stimulasi pertumbuhan tiroid yang berlebihan.
ii. Pada penyakit Graves, terjadi goiter dengan hipersekresi karena TSI
mendorong pertumbuhan tiroid sekaligus meningkatkan sekresi
hormon tiroid. Karena kadar T3 dan T4 yang tinggi menghambat
hipofisis anterior, sekresi TSH itu sendiri menjadi rendah.
iii. Hipertiroidisme yang terjadi akibat aktivitas berlebihan tiroid tanpa
adanya overstimulasi, misalnya karena tumor tiroid yang tak
terkendali, tidak disertai oleh goiter. Sekresi spontan T3 dan T4 dalam
jumlah berlebihan menekan TSH sehingga tidak ada lagi sinyal
stimulatorik yang mendorong pertumbuhan tiroid. (Meskipun tidak
terjadi goiter, suatu tumor dapat menyebabkan pembesaran tiroid,
bergantung pada sifat atau ukuran tumor.)

Anda mungkin juga menyukai