Sistem endokrin, melalui hormone yang disekresikannya ke dalam darah, secara umum
mengatur aktifitas yang memerlukan durasi dibanding kecepatan. Sebagian besar aktivitas sel
target di bawah control hormonal diarahkan untuk mempertahankan homeostasis. Kelenjar
perifer endokrin mencakup kelenjar tiroid, yang mengatur laju metabolik basal tubuh;
kelenjar adrenal, yang menyekresi hormonn penting dalam mempertahankan keseimbangan
garam, dalam metabolisme molekul nutrient, dan dalam beradaptasi dalam stress; pancreas
endokrin, yang menyekresi hormone yang penting dalam metabolism molekul nutrient; dan
kelenjar paratiroid, yang menyekresi hormone yang penting bagi metabolism kalsium.
A. Kelenjar tiroid
Terdiri dari 2 lobus jaringan endokrin yang dihubungkan di tengah oleh suatu bagian
sempit kelenjar yang disebut dengan ismus, sehingga organ ini tampak seperti dasi
kupu-kupu.
a. Sel utama yang mengeluarkan hormone tiroid tersusun membentuk folikel-
folikel yang berisi koloid
Sel-sel utama tiroid, yang dikenal sebagai sel folikel, tersusun
membentuk bola-bola berongga, yang masing-masing membentuk satu unit
fungsional yang dinamai folikel. Pada potongan mikroskopik, folikel tampak
sebagai cincin yang terdiri dari 1 lapisan sel-sel folikel yang mengelilingi
suatu lumen di bagian dalam yang terisi oleh koloid, bahan yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormone tiroid. Perhatikan
bahwa koloid di dalam lumen folikel berada di ekstrasel (yaitu di luar sel
tiroid), meskipun terletak di dalam bagian interior folikel.
Konstituen utama koloid adalah suatu molekul glikoprotein besar yang
dikenal sebagai tiroglobulin (Tg) yang di dalamnya terikat hormone-hormon
tiroid dalam berbagai stadium sintesis. Sel folikel menghasilkan 2 hormon
yang mengandung yodium yang berasal dari asam amino tirosin :
tetraiodotironin (T4, atau tiroksin) dan tri-iodotironin (T3). Tetra =
memiliki 4 atom yodium, tri = memiliki 3 atom yodium.
Di ruang interstisium di antara folikel-folikel terselip sel sekretorik
lain, sel C, yang mengeluarkan hormone peptide kalsitonin yang berperan
dalam metabolism kalsium (Ca2+).
d. Hormone tiroid meningkatkan laju metabolic basal dan memiliki efek lain
Dibandingkan dengan hormon lain, kerja hormon tiroid relatif "lamban".
Respons terhadap peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa
jam, dan respons maksimal belum terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons
juga cukup lama, tidak hanya karena hormon tiroid tidak cepat terurai, tetapi
juga karena respons terhadap peningkatan sekresi terus terjadi selama
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu setelah konsentrasi hormon tiroid
plasma kembali ke normal.
Semua sel di tubuh terpengaruh secara langsung atau tak-langsung oleh
hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan ke dalam bebrapa
kategori yang saling tumpang tindih berikut ini :
i. Efek pada Laju Metabolism dan Produksi Panas
Hormone tiroid meningkatkan laju metabolic basal (LMB)
keseluruhan tubuh. Hormone ini adalah regulator terpenting laju
konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
Efek kalorinergik (penghasil panas) hormone tiroid berkaitan
erat dengan efek metabolic hormone ini secara keseluruhan.
Peningkatan aktivitas metabolic menyebabkan peningkatan produksi
panas.
ii. Efek Simpatomimetik
Setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh sistem
saraf simpatis dikenal dengan efek simpatomimetik (menyerupai
simpatis). Hormon tiroid meningkatkan responsivitas sel sasaran
terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), messenger
kimiawi yang digunakan oleh SSS dan penguatan hormonalnya dari
medula adrenal.
Hormon tiroid melaksanakan efek permisif ini dimana satu
hormon harus ada dalam jumlah memadai agar hormon lain dapat
berefek secara penuh. Hormon pertama meningkatkan responsivitas
sel sasaran terhadap hormon kedua dengan meningkatkan jumlah
reseptor untuk hormon kedua. Dalam hal ini, hormon tiroid
meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin). Karena pengaruh ini, banyak efek yang
terlihat, ketika sekresi hormon tiroid meningkat, serupa dengan
pengaktifan SSS.
iii. Efek pada Sistem Kardiovaskular
Hormone tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan
kontraksi sehingga curah jantung meningkat, melalui efek
langsungnya pada jantung dan melalui efeknya meningkatkan
kepekaan jantung terhadap katekolamin.
iv. Efek pada Pertumbuhan dan Sistem Saraf
Hormon tiroid esensial bagi pertumbuhan normal karena
efeknya pada hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-I. Hormon tiroid
tidak hanya merangsang sekresi GH dan meningkatkan produksi
IGF-I oleh hepar, tetapi juga mendorong efek GH dan IGF-I pada
sintesis protein struktural baru dan pada pertumbuhan tulang. Anak
dengan defisiensi tiroid mengalami hambatan pertumbuhan yang
dapat dipulihkan dengan terapi pengganti tiroid. Namun, tidak
seperti kelebihan GH, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan
pertumbuhan yang berlebihan.
Hormon tiroid berperan krusial dalam perkembangan normal
sistem saraf, khususnya SSP, suatu efek yang terganggu pada anak
dengan defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon tiroid juga esensial
untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.