Anda di halaman 1dari 6

VISUAL ILLUSIONS

Definisi:
 Merujuk pada tipuan mata seorang pilot saat menilai posisi atau orientasi pesawat terhadap
lingkungan eksternal (disorientasi spasial). Visual illusion memengaruhi kesadaran awak pesawat,
terutama saat berada di tahap base leg dan final approach; menginduksi input yang salah pada awak
dan menyebabkan pesawat menyimpang dari jalur penerbangan vertikal maupun horizontal; serta
memengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kapan dan seberapa cepat harus descend
dari suatu ketinggian minimal (Minimum Descent Altitude).

 Ilusi visual menjadi krisis utama saat terjadi transisi antara Instrument Meteorological Conditions
(IMC) dan Visual Meteorological Conditions (VMC) [in other words, it’s a transition area from good
visual references to bad visual references].
*IMC adalah kategori penerbangan yang menggambarkan kondisi cuaca seperti apa yang
mengharuskan pilot untuk terbang menggunakan instrument & mengacu pada referensi / aturan
instrumen; dinyatakan dalam visibilitas dan jarak horizontal (cloud clearance) / vertikal (cloud
ceilings) dari awan, yang nilainya lebih rendah dibanding dari VMC minima.
*VMC adalah kategori penerbangan yang menggambarkan kondisi cuaca seperti apa yang
mengharuskan pilot untuk terbang hanya dg mengandalkan referensi visual; dinyatakan dalam
visibilitas dan jarak horizontal (cloud clearance) / vertikal (cloud ceilings) dari awan, yang nilainya
sama atau lebih tinggi dibanding dari VMC minima.
 Etiologi: perubahan atau hilangnya referensi visual, yang kemudian mengubah persepsi pilot
mengenai posisi relatifnya (ketinggian, jarak, angle) terhadap ambang landasan pacu.
 Epid:
a. Hasil analisis worldwide accident pada 1984-1997: salah satu penyebab kecelakaan pesawat
yaitu ilusi visual (21%), dan visibilitas buruk (59%) (Flight Safety Foundation).
b. Sekitar 5-10% dari seluruh kecelakaan umum dalam aviasi disebabkan oleh disorientasi spasial
(Federal Aviation Administration).
 Contributing Factor:
a. Lingkungan airport: ground texture, off-airport light patterns, black hole effect along the final
approach flight path, uphill/downhill-sloping terrain in the airport vicinity.
b. Lingkungan runway: runway dimension, runway slope, approach lighting & runway lighting,
runway condition.
c. Kondisi cuaca: visibilitas, hambatan visual.
 Patomekanisme:
a. Orientasi spasial yang baik dipengaruhi oleh aspek persepsi, integrasi, dan interpretasi dari 3
sistem: visual, vestibular, dan proprioseptif. Perubahan dalam akselerasi linear, angular, dan
gravitasi dideteksi oleh sistem vestibular dan proprioseptif, lalu dibandingkan di otak dengan
informasi visual. Perbedaan atau ketidaksesuaian apapun antara ketiga sistem tsb akan
menghasilkan sensory mismatch yang menghasilkan ilusi hingga disorientasi.
b. Referensi visual merupakan sistem utama dalam memberi informasi orientasi spasial (80%
berasal dari informasi visual) sedangkan sisanya berasal dari vestibular & proprioseptif.
Sehingga, jika terdapat limitasi pada visibilitas, dapat timbul masalah orientasi spasial.
c. Central Vision / Foveal Vision: berkaitan dg identifikasi objek dan persepsi warna. Selama
menggunakan Instrument Flight Rules (IFR), jenis penglihatan ini memungkinkan pilot
memperoleh informasi dari instrumen penerbangan yang kemudian diproses oleh otak.
Sedangkan pada Visual Flight Rules (VFR), jenis penglihatan ini memungkinkan pilot memperoleh
informasi eksternal (monokular / binokular) dalam membuat penilaian terhadap jarak,
kecepatan, dan kedalaman.
d. Peripheral Vision / Ambient Vision: berkaitan dg persepsi gerak (diri sendiri & lingkungan) dan
memberi sinyal referensi perifer untuk mempertahankan orientasi spasial; membuat orientasi
bersifat independent dari central vision (seseorang bisa membaca sambil berjalan).
e. Visual References: memberi informasi terkait jarak, kecepatan, dan kedalaman objek.
Termasuk: perbandingan ukuran dan bentuk suatu objek dari jarak tertentu, kecepatan relatif
dari gambar yang bergerak melintasi retina (objek yang dekat dipersepsikan bergerak lebih
cepat dibanding objek yang jauh), interposisi objek (objek yang terletak didepan objek lain
dipersepsikan terletak lebih dekat dari pengamat), variasi tekstur dari jarak tertentu (detail
objek hilang seiring bertambahnya jarak), perbedaan perspektif iluminasi objek akibat cahaya
dan bayangan, perbedaan perspektif udara pada objek (objek jauh terlihat buram).
f. Flight attitude (sikap pesawat) umumnya ditentukan oleh referensi visual pilot terhadap
lingkungan alam. Lingkungan ini dapat dihalangi oleh asap, kabut, debu, partikel es, maupun
oleh situasi tertentu (over-water flights, malam hari, visibilitas rendah).
 Jenis Visual Illusions Dalam Aviasi:
a. Aerial Perspective Illusions: membuat pilot mengubah slope pada final approach. Disebabkan
oleh runway dengan lebar yang berbeda, runway yang miring ke atas atau ke bawah, dan medan
final approach yang miring ke atas atau ke bawah.

Upslope Runway:
misrespond by
pitching the
aircraft nose-
down

Downslope
Runway:
misrespond by
pitching the
aircraft nose-up

Upslope Terrain:
misrespond by
pitching the
aircraft nose-
down
Downslope
Terrain:
misrespond by
pitching the
aircraft nose-up

Narrow / Long
Runway: misrepond
by pitching the
aircraft nose-down

Wide Runway:
misrepond by
pitching the aircraft
nose-up

b. Black Hole Approach Illusion: terjadi di malam hari tanpa bintang atau cahaya bulan, atau
overwater, atau medan yang gelap dg runway yang terang hingga horizon tidak terlihat. Jika
peripheral visual cues tidak ada untuk membantu orientasi relatif terhadap bumi, maka timbul
ilusi bahwa pesawat berada tegak lurus dg runway sehingga runway terlihat lebih miring ke kiri
dan upslope. Sedangkan jika horizon terlihat, pilot dapat menggunakan central visionnya untuk
mendapat orientasi.

c. Autokinetic Illusion: memberi kesan bahwa objek yang diam tampak bergerak di depan jalur
pesawat; terjadi ketika pilot menatap satu titik cahaya tetap (cahaya tanah atau bintang) di latar
belakang yang benar-benar gelap dan tanpa ciri  timbul mispersepsi bahwa cahaya seperti itu
berada di jalur pesawat dan dapat menabrak pesawat.
d. False Visual References Illusions: terjadi ketika mendapat orientasi dari horizon yang salah,
misalnya ketika terbang melewati awan, terbang malam hari melewati medan yang tidak khas
dg cahaya yang tidak dapat dibedakan dg langit gelap berbintang, terbang malam hari melewati
medan yang tidak khas namun terang dan jelas & langit gelap tak berbintang.

e. Vection Illusion: seperti saat sedang mengendarai mobil, yaitu ketika mobil lain didepan sedang
bergerak maju ke depan sedangkan mobil diri sendiri diam, akan timbul ilusi bahwa mobil diri
sendiri sedang bergerak mundur shg secara otomatis akan menekan rem.

 Tatalaksana:
Pencegahan:
a. Memaksimalkan berlatih mengalami ilusi sensorik melalui media seperti kursi Barany atau
Virtual Reality Spatial Disorientation Demonstrator (VRSDD).
b. Pre-flight & pre-descent briefing di lingkungan bandara dan runway itu sendiri.
c. Mengikuti training untuk mengasah kemampuan kontrol pesawat dg instrument reference.
d. Jika terbang di malam hari / di area dg visibilitas rendah, gunakan & andalkan instrument.
e. Jangan coba-coba untuk tetap mengandalkan visual flight ketika ada kemungkinan besar akan
terjebak dalam cuaca yang buruk.
f. Mempelajari kondisi geografis unik dari suatu tujuan penerbangan.
Solusi Saat Mengalami:
a. Mempercayakan penggunaan instrument untuk membantu navigasi dan jangan meng-hiraukan
sinyal dari tubuh yang berisiko memberi ilusi.
b. Pindahkan kontrol pesawat ke pilot lain (jika terbang berdua) karena visual illusion jarang terjadi
bersamaan pada kedua pilot.

Referensi:
SKYbrary Aviation Safety. “Visual Illusions | SKYbrary Aviation Safety.” Skybrary.aero,
skybrary.aero/articles/visual-illusions#:~:text=Description. Accessed 26 Oct. 2022.
Federal Aviation Administration. Spatial Disorientation Visual Illusions. FAA Civil Aerospace
Medical Institute, 2011.

Anda mungkin juga menyukai