1. Marker Beacon
2. Localizer
3. Glide Slope
1. MARKER BEACON
a. Outer Marker(OM)
Selain terdengar dash tone, pilot juga akan memonitor indicator lampu berwarna
biru yang akan menyala saat pesawat menerima sinyal outer marker. Seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
b. Middle Marker(MM)
Selain terdengar dash dot tone, pilot juga akan memonitor indicator lampu
berwarna amber yang akan menyala saat pesawat menerima sinyal middle
marker. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
c. Inner Marker(IN)
Inner marker, tidak seperti marker beacon lainnya, inner marker jarang dipakai
pada bandar udara di Indonesia kerena jarak pandang (visibility) pilot masih
relatif baik. Inner marker biasanya digunakan di bandar udara yang berada pada
daerah bersalju,dan berkabut dimana visibility dekat. Peralatan ini juga
memancarkan gel.elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot dengan
jarak 450 m dari threshold (ujung runway).
Selain terdengar dot tone, pilot juga akan memonitor indicator lampu berwarna
putih yang akan menyala saat pesawat menerima sinyal middle marker. Seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
2. LOCALIZER
Peralatan navigasi yang memberikan informasi mengenai kelurusan pesawat
dengan garis tengah landasan. Seperti terlihat pada gambar tampak atas sebuah
runway dibawah. Localizer ditempatkan di ujung runway.
Peralatan ini akan memancarkan 2 buah slope dengan frekuensi loop yang
berbeda tetapi tetap satu frekuensi carrier. Kedua frekuensi inilah yang akan
dibandingkan setelah diterima oleh pesawat udara untuk melihat apakah
pesawat berada tepat di centre line atau belum. Indicator yang terlihat di cockpit
pesawat berupa jarum sebagai tanda centre line
Jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 150 Hz, jarum akan bergerak
ke kiri, artinya pesawat berada terlalu kekanan dari centre line, maka pilot harus
menggerakkan pesawat ke kiri sampai jarum tepat di tengah. Begitu juga
sebaliknya jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 90 Hz, jarum akan
bergerak ke kanan, artinya pesawat berada terlalu ke kiri dari centre line, maka
pilot harus menggerakan pesawat ke kanan sampai jarum tepat di tengah.
Frekuensi ini dipancarkan oleh antena carrier yang diletakkan di tengah antara
antena 150 Hz dan 90 Hz. Antena loop memancarkan sinyal yang kemudian
dimodulasikan dengan frekuensi carrier di udara. Modulasi seperti ini disebut
Space Modulation.. Antena Localizer terdiri dari 16-24 buah antenna loop dan 1
buah antena carrier
3. GLIDE SLOPE
Peralatan navigasi glide slope tidak jauh berbeda dengan localizer pada bentuk
modulasi dan frekuensi loopnya. Glide slope juga memancarkan frekuensi carrier
dan loop. Glide slope memberikan informasi sudut pendaratan 3º dengan
mengkombinasikan frekuensi loop 150 Hz dan 90 Hz menggunakan 2 buah
antena vertikal dalam 1 buah tiang. Sudut 3º dihasilkan jika loop 150 Hz
sebanding dengan 150 Hz.
Kedua frekuensi ini akan dibandingkan setelah diterima oleh pesawat udara
untuk melihat apakah pesawat sudah memmbentuk sudut 3o atau belum.
Indicator yang terlihat di cockpit pesawat berupa jarum sebagai tanda sudut 3o.
Jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 150 Hz, jarum akan bergerak
ke atas, artinya sudut pendaratan pesawat terlalu rendah atau peswat talu rendah
untuk landing, maka pilot harus menaikkan pesawat sampai jarum tepat di
tengah. Begitu juga sebaliknya jika pesawat mendapatkan frekuensi loop
dominan 90 Hz, jarum akan bergerak ke bawah, artinya sudut pendaratan
pesawat berada terlalu besar atau pesawat terlalu tinggi untuk landing, maka pilot
harus menurunkan ketinggian pesawat sampai jarum tepat di tengah.
Kita lihat di skenario ini, alat VOR hanya bisa memberikan panduan secara
horizontal. Jadi naik turunnya pesawat secara vertikal tidak bisa dibantu oleh
VOR. Untuk memudahkan mari kita lihat gambar secara 3 dimensi, gambar
berikut diambil dari e-book FAA Instrument Procedures.
Lalu pertanyaan berikut, jika pesawat sudah melewati VOR B dan mulai turun
maka sampai mana turunnya? Inilah yang disebut dengan MDA, Minimum
Descent Altitude. Pesawat hanya boleh turun sampai MDA.
Lalu bagaimana jika landasan tidak terlihat setelah pesawat sampai di MDA?
Pesawat akan terus terbang di MDA sampai Missed Approach Point
(MAP). Pesawat tidak boleh turun lebih rendah dari MDA
selama runway tidak terlihat! Lihat gambar di bawah, sebuah NPA dirancang
untuk pesawat agar bisa turun ke ketinggian yang aman dari obstacle. Ketinggian
MDA adalah ketinggian aman dari obstacle.
MAP bisa berupa jarak DME dari VOR B atau bisa juga timing dari FAF (Final
Approach Fix) tergantung approach yang digunakan. Saat mencapai MAP, jika
landasan tidak terlihat maka pesawat harus Go Around.
Jadi misalkan MAP adalah 2 mil DME dari VOR B, maka pesawat akan turun ke
MDA sampai indikator DME menunjukkan 2 DME, jika runway tidak terlihat maka
harus Go Around.
Sekarang bagaimana dengan MDH? Berdasarkan pengalaman penulis, sedikit
sekali negara-negara ICAO yang menggunakan MDH. Ketinggian MDH diukur
dari ketinggian airfield (airfield elevation) atau threshold elevation. Di Indonesia
ketinggian yang dipakai untuk melakukan approach adalah dari MSL (Mean Sea
Level) dengan memberikan nilai QNH di altimeter. Sedangkan tempat yang
menggunakan MDH, nilai di altimeter settingnya adalah QFE.
Jadi kita tidak menggunakan MDH di Indonesia.
Pada approach dengan menggunakan ILS Cat 1, ditetapkan sebuah nilai yang
disebut dengan DA (Decision Altitude) yang biasanya nilainya sekitar 200 kaki di
atas landasan. Jadi misalnya ketinggian landasan adalah 45 kaki maka DAnya
biasanya 245 feet. Seringkali nilai ini tertulis DA(H)= 245' (200') artinya pada
ketinggian 245' pressure altitude dan 200' ketinggian absolut dari runway
elevation.
Jadi misalkan sebuah pesawat mengikuti sinyal ILS turun dan pada waktu
mencapai 245 feet di altimeter, penerbangnya tidak melihat landasan maka dia
harus melakukan Go Around.
Sejarah RVSM
Sebelum kita semua makin bingung dengan apa itu RVSM mari kita lihat sejarah
penerbangan. Pada awalnya untuk menghindari tabrakan, pesawat-pesawat
yang terbang berlawanan arah akan diberikan pemisahan sebesar 1000 kaki.
Silahkan lihat CASR 91.179. Secara sederhana untuk terbang di atas 20 ribu kaki
dilakukan pemisahan sebagai berikut:
Misalnya sebuah pesawat terbang ke arah barat di ketinggian 22 ribu kaki (FL
220) maka pesawat yang terbang ke arah timur bisa terbang di 21 ribu kaki atau
23 ribu atau 25 ribu dan seterusnya. Pesawat terdekat yang berlawanan arah
akan ada pada FL 210 atau FL 230, dengan kata lain 1000 kaki di atas atau di
bawah pesawat tersebut.
FL 210 FL 220
FL 230 FL 240
FL 250 FL 260
FL 270 FL 280
Aturan di atas hanya berlaku sampai ketinggian 29 ribu kaki (FL 290), karena
berada di atas ketinggian tersebut dapat terjadi kemungkinan
terjadinya error (kemungkinan kesalahan) yang terjadi di sistem altimetri cukup
besar sehingga dibutuhkan separasi vertikal yang lebih besar. Sebelum ada
RVSM pemisahan ketinggian di atas FL 290 dilakukan dengan perbedaan 2000
kaki untuk arah yang berlawanan.
FL 290 FL 310
FL 330 FL 350
FL 370 FL 390
Dengan perbedaan 2000 kaki untuk pesawat yang terbang berlawanan arah ini
berakibat ruang udara yang tersedia menjadi lebih sedikit. Perhatikan bahwa FL
300, FL 320, FL 340, FL 360, dan FL 380 tidak digunakan.
Dimulai pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1988 sebuah penelitian oleh
ICAO akhirnya menyimpulkan bahwa pengurangan vertical separation menjadi
1000 kaki adalah layak dan aman. Penambahan 6 Flight Level ini diharapkan
dapat menambah kapasitas ruang udara. Percobaan implementasi RVSM ini
dimulai evaluasinya di atas Atlantik Utara pada tahun 1997 dan selesai pada
tahun 1998. Sejak itu semua negara anggota ICAO mulai menerapkan RVSM di
ruang udara masing-masing.
Saat tulisan ini dibuat, ruang udara di Indonesia dari FL290 sampai FL410 sudah
menjadi ruang udara RVSM.
Batasan implementasi RVSM
Tidak semua pesawat bisa melewati ruang udara RVSM begitu saja. Seperti kita
tahu masalah vertical separation ini ada hubungannya dengan pengukuran
ketinggian, maka pesawat yang boleh melewati RVSM harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Ada 2 approval atau perijinan yang harus dilewati, yaitu untuk
pesawat dan untuk operatornya. Approval untuk pesawat mempunyai hubungan
dengan desain, perlengkapan, dan dokumentasi (MEL, Airworthiness dll)
sedangkan approval untuk operator antara lain adalah program pemeliharaan
pesawat, dan pelatihan.
Daftar lengkap kebutuhan peralatan untuk RVSM ini ada di CASR part
91.APPENDIX G - OPERATIONS IN REDUCED VERTICAL SEPARATION
MINIMUM (RVSM) AIRSPACE.
Perkecualian RVSM
Pesawat yang tidak RVSM compliant dapat meminta ijin untuk terbang di ruang
udara RVSM dengan mengirimkan permohonan perkecualian ini 48 jam
sebelumnya ke pihak ATC yang terkait.
Jika ada perkecualian yang diberikan oleh ATC, maka ATC berkewajiban untuk
memberikan separasi 2000 kaki bagi pesawat non-RVSM ini.
Komunikasi RVSM
Kondisi Phraseologi
Seperti halnya tanah. Udara yang ada di Bumi ini terdiri atas beberapa lapis.
Telah dikatakan sebelumnya bahwa lapisan udara ini terdiri atas lima lapis.
Lapisan udara yang menyelimuti Bumi ini juga kita kenal sebagai lapisan
atmosfer.
Lapisan udara tersebut mempunyai karakteristik dan fungsinya masing- masing.
Beberapa lapisan yang dimiliki oleh atmosfer antara lain troposfer, stratosfer,
mesosfer, termosfer, dan eksosfer. Untuk mengenal lebih jauh, kelima macam
lapisan tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
1. Troposfer
Troposfer merupakan lapisan udara atau lapisan atmosfer yang pertama atau
yang paling dekat dengan makhluk hidup. Hal ini karena lapisan
troposfer terletak di permukaan Bumi hingga 12 km ke atas. Troposfer ini
merupakan lapisan atmosfer yang menjadi tempat terakumulasinya berbagai gas
seperti oksigen, nitrogen, karbondioksida, hidrogen, dan lain sebagainya. Di
lapisan troposfer ini kita akan merasakan suhu udara yang tidak begitu
panas namun juga tidak terlalu dingin.
Hal ini karena beberapa gas berperan menjaga keseimbangan suhu udara yang
ada di Bumi. Uap air dan juga karbondioksida lah yang berperan menjaga
keseimbangan suhu yang ada di Bumi. Selain itu, berbagai macam peristiwa
alam yang berkaitan dengan cuaca akan terjadi di lapisan atmosfer ini. Beberapa
gejala alam yang akan terjadi di lapisan atmosfer ini antara lain awan, topan,
petir, angin kencang, dan lain sebagainya. Di atas troposfer ini terdapat suatu
lapisan yang dinamakan lapisan tropopause, yakni lapisan yang berada di antara
lapisan troposfer dan juga lapisan stratosfer.
2. Stratosfer
Lapisan atmosfer atau lapisan udara yang kedua adalah lapisan stratosfer.
Lapisan stratosfer ini merupakan lapisan udara yang berada di atas lapisan
tropisfer. Lapisan stratosfer ini berada di ketinggian 12 km hingga 60 km, dan
mempunyai ketebalan yakni sekitar 48 km. Lapisan stratosfer mempunyai dua
lapisan molekul gas yang tipis. Molekul gas yang terdapat dalam lapisan
stratosfer ini tidak terdapat di lapisan troposfer. Lapisan stratosfer ini
mengandung bahan sulfat yang akan mempengaruhi terjadinya hujan.
Lapisan stratosfer ini juga merupakan lapisan yang istimewa karena di lapisan ini
terdapat lapisan ozon, yakni lapisan yang sangat berfungsi menghalau sinar
ultraviolet yang berbahaya. lapisan ozon ini terdapat di sebelah atas lapisan
stratosfer ini. Lapisan ozon yang ada di lapisan stratosfer ini merupakan lapisan
ozon terbesar. Berbeda dengan lapisan yang lainnya, lapisan stratosfer ini justru
merupakan lapisan inversi. Di lapisan stratosfer ini, semakin ke atas justru
suhunya semakin panas. Hal ini karena lapisan ozon yang berada di sebelah atas
lapisan stratosfer ini menyerap banyak cahaya matahari, sehingga akan terasa
panas. Di lapisan stratosfer ini terdapat sebuah lapisan yang dinamakan lapisan
stratopause, yakni lapisan yang berada di antara lapisan stratosfer dan juga
lapisan mesosfer.
3. Mesosfer
Lapisan udara ketiga yang ada di atmosfer adalah lapisan mesosfer. Mesosfer
ini merupakan lapisan udara yang berada di tegah- tengah. Lapisan mesosfer
terdapat di ketinggian sekitar 60 km hingga 80 km. Berbeda dengan lapisan
stratosfer yang mempunyai suhu panas, lapisan mesosfer ini justru mempunyai
suhu yang sangat dingin. Suhu yang ada mesosfer ini mencapai -100ᵒ Celcius.
Karena suhu yang sangat dingin inilah maka meteor yang jatuh dari luar angkasa
dan mempunyai suhu sangat panas akan pecah menjadi bagian- bagian kecil
dan tidak membahayakan. Lapisan mesosfer merupakan lapisna yang banyak
mengandung ion atau udara yang bermuatan listrik. Lapisan yang terdapat di
lapisan mesosfer yang banyak mengandung ion tersebut dinamakan lapisan D.
lapisan D ini dapat terbentuk karena adanya sinar ultraviolet pada molekul-
molekul udara dan bertemu dengan elektron yang merupakan listrik bermuatan
negatif. Hal itulah yang menyebabkan terbentuknya lapisan ion atau udara yang
bermuatan listrik. Di lapisan mesosfer ini pula kita dapat menemukan adanya
awan sinar malam yang berasal dari uap air atau debu meteorit.
4. Termosfer
Hal ini karena di lapisan termosfer ini terdapat gas- gas yang mengalami ionisasi
yang disebabkan oleh radiasi sinar matahari.maka dari itulah lapisan ini
dinamakan lapisan ionosfer. Jika kita pernah mengetahui bahwa lapisan
atmosfer dapat membantu memancarkan suatu gelombang dan berguna dalam
bidang komunikasi, maka di lapisan inilah fungsi itu berada. Berkat adanya gas-
gas yang mengalami ionisasi tersebut maka sinyal-sinyal radio komunikasi dapat
dipantulkan kembali ke permukaan Bumi, dan proses komunikasi dapat terjadi.
Di lapisan ini pula kita dapat menemukan sinar aurora yang bisa kita lihat dari
kutub Bumi yang biasanya muncul ketika fajar atau menjelang malam.
5. Eksosfer
Di lapisan ini pula kita dapat menemukan cahaya yang redup yang disebut
sebagai cahaya zodiakal dan juga gegenschein. Cahaya ini merupakan sebuah
cahaya yang berasal dari pantulan sinar matahari yang disebabkan oleh partikel
debu meteorit yang jumlahnya banyak dan melayang di angkasa. Di lapisan
eksosfer ini pula biasanya ditemukan satelit- satelit buatan.
Itulah beberapa lapisan udara atau lapisan atmosfer yang ada di Bumi. Lapisan-
lapisan tersebut mempunyai ketebalan berbeda- beda, kandungan yang
berbeda- beda, serta fungsi yang berbeda- beda pula. Namun meskipun
demikian semua lapisan ini akan membentuk kekuatan yang sangat luar biasa
yang dapat melindungi Bumi.
Kandungan Udara
Udara terdiri dari 3 unsur utama, yaitu udara kering, uap air, dan aerosol.
Kandungan udara kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% argon,
0,04% karbon dioksida, dan gas-gas lain yang terdiri dari neon, helium, metana,
kripton, hidrogen, xenon, ozon, radon. Uap air yang ada pada udara berasal dari
evaporasi (penguapan) pada laut, sungai, danau, dan tempat berair lainnya.
Aerosol adalah benda berukuran kecil, seperti garam, karbon, sulfat, nitrat,
kalium, kalsium, serta partikel dari gunung berapi.
*Wake turbulence
Wake turbulence adalah udara berputar yang dihasilkan oleh sayap pada waktu
sayap pesawat menghasilkan gaya angkat (lift). Pada waktu menghasilkan gaya
angkat, tekanan udara di bagian atas sayap lebih rendah dibandingkan tekanan
yang ada di bawah permukaan sayap. Karena udara mengalir dari tekanan yang
tinggi ke tekanan yang rendah, maka di ujung sayap akan ada perpindahan udara
dari bagian bawah sayap ke bagian atas. Perpindahan ini mengakibatkan
pusaran udara yang disebut vortex. Vortex ini juga sebenarnya terjadi di ujung
sayap pada pertemuan dengan badan pesawat. Tapi vortex di bagian ini ditahan
oleh badan pesawat sehingga efeknya cukup kecil.
Di ujung luar sayap, vortex ini membentuk pusaran yang berputar cukup
cepat. Vortex-vortex (vortices) ini juga mengakibatkan drag yang
disebut induced drag. Makin besar lift yang dihasilkan makin besar induced
drag yang terjadi begitu pula dengan vortices di ujung sayap ini (wingtip vortices).
Kekuatan wingtip vortices ini berbanding lurus dengan berat pesawat dan
berbanding terbalik dengan wing span dan kecepatan pesawat. Makin kecil
kecepatan pesawat makin besar angle of attacknya (AOA) dan makin
besar wingtip vorticesnya. Hasilnya wingtip vortices ini makin besar pada saat
pesawat terbang dengan kecepatan rendah dan memerlukan lift yang besar yaitu
lepas landas, mendaki (climb) dan mendarat.
Sifat-sifat Vortex
Putaran vortices adalah ke atas, ke luar dan sekitar ujung sayap jika dilihat
dari depan atau dari belakang pesawat.
2. Pada waktu lepas landas di belakang pesawat lain, usahakan rotate (atau
sering di sebut unstick) sebelum rotation point pesawat sebelumnya (panah
1).
4. Hindari terbang mengikuti pesawat yang lain melalui lintasan yang sama
dalam ketinggian 1000 kaki.
ATC Separation
Untuk menghindari wake turbulence ini, Pengatur Lalu Lintas Udara biasanya
memberi separasi yang cukup pada waktu lepas landas dan mendarat
berdasarkan kategori pesawatnya. ICAO membuat kategori berdasarkan berat
pesawat seperti dalam daftar di bawah ini:
Pesawat
Pesawat sebelumnya Minimum radar separation
dibelakangnya
Super 4 NM
Heavy 6 NM
Super
Medium 7 NM
Light 8 NM
Heavy Heavy 4 NM
Medium 5 NM
Light 6 NM
Medium Light 5 NM
*APPROACH CATEGORY
ICAO
Range of
speeds for
Maximu Maximum Maximum
initial Range of Typical
m speeds for speeds for
Aircraft approach final Aircraft in
VAT speeds intermediate final
category (and approach this
for missed missed
reversal and speeds Category
circling approach approach
racetrack
procedures)
small
90 - 70 -
A <91 100 100 110 single
150 110
engine
small
91 - 120 - 85 -
B 135 130 150 multi
120 180 130
engine
large
141 - 185 - 130 -
D 205 185 265 jet/milit
165 250 185
ary jet
166 - 185 - 155 - special
E 240 230 275
210 250 230 military
*APPROACH SEGMENT
1. INITIAL
2.INTERMEDIATE
3. FINAL
4. MISSED APPROACH
* TAKEOFF SEGMENT
1. GROUND ROLL
2. FIRST SEGMENT: LIFT OFF 35 FT
3. SECOND SEGMENT:GEARS UP
4. THIRD SEGMENT: FLAPS UP / SAVE AIRBONE
5. FOUR SEGMENT: CONTINUE CLIMB
*Stabilized Approach
6. Power setting harus sesuai dengan konfigurasi pesawat dan tidak boleh
kurang dari power minimum yang disebutkan di manual. (Dalam hal ini idle power
di bawah 1000feet tidak boleh terjadi)
8. ILS CAT 1: maksimum deviasi 1 dot (ini minimum, biasanya 1/2 dot untuk
pesawat jet) circling approach: wing level pada 300feet AAL (Above Airport
Level)
9. Pada semua approach yang tidak biasa/unik harus melakukan briefing khusus.
Semua penerbangan harus stabilized pada ketinggian 1000 feet di atas permukaan
airport (1000' AAL above airport level) dalam keadaan IMC dan pada 500 feet diatas
permukaan airport (AAL) dalam keadaan VMC.
Apa yang harus dilakukan jika kriteria di atas tidak terpenuhi? GO AROUND.
Melakukan Go Around bukanlah aib, atau tidak kompeten. Melakukan Go Around adalah
hal yang paling aman yang dapat dilakukan pilot. Kerugian perusahaan karena fuel yang
dipakai masih tidak seberapa dibandingkan kerugian harta dan nyawa jika kita
memaksakan mendarat dalam keadaan tidak aman.
Makin besar pesawat yang anda terbangkan, makin berbahaya jika landing dalam
keadaan tidak stabilized. Bahkan di perusahaan tempat saya bekerja, kami harus
stabilized pada 1000 feet AAL meskipun dalam keadaan VMC.Sedangkan standard call
out jika ada parameter yang tidak dipenuhi adalah:
Kondisi Call Out
*STALL
Stall adalah suatu kondisi aerodynamic di mana coefficient lift mulai berkurang
yang disebabkan karena angle of attack meningkat dan melampaui
batasan critical point. Critical point angle of attack ini pada umumnya 15-16
degress, dan juga bergantung dari fluid, foil, dan reynold number.
Apa saja yang bisa menyebabkan stall.?
Angle of attack sudah pasti sesuai dengan gambar yang di atas, jika angle of
attack ini konstan ada beberapa hal lagi yang harus di perhatikan yang bisa
menyebabkan stall.
3. Bank angle, jika pesawat sedang berbelok maka akan cenderung turun ke
arah pesawat itu belok additional lift di perlukan untuk menjaga lateral
acceleration, dan saat pitch up bersamaan dengan itu stall speed akan
meningkat.
Stall adalah suatu kondisi aerodinamika di mana Lift Coefficient (CL) mulai
berkurang yang disebabkan oleh Angle of Attack (AoA) yang meningkat dan
melampaui batasan Critical Point.
Dari perspektif aerodinamika, Stall terjadi karena adanya pemisahan aliran (Flow
Separation) pada bagian aliran yang dekat/menempel ke permukaan sayap
(Boundary Layer), istilah kerennya yaitu Boundary Layer Separation. Flow
Separation ini terjadi ketika Boundary Layer yang sedang mengalir di atas
permukaan atas sayap terlepas (Detached) dari permukaan sayap dan
menjadi Turbulent Flow berupa Vortex maupun Eddy. Kondisi ini terjadi
karena Boundary Layer (bagian Inner Layer) perlahan mengalami perlambatan
(Deceleration), dan ketika kecepatan aliran Inner Layer relatif terhadap
permukaan sayap menjadi Nol atau No-Slip Condition, terjadilah Flow
Separation.
Konsep BoundaryLayer
Kronologi
Flow Separation mulai terjadi ketika Angle of Attack mulai bertambah. Pada saat
itu Flow Separation hanya terjadi di dekat Trailing Edge dan masih dalam skala
kecil. Seiring dengan bertambahnya Angle of Attack, area Separated Flow di
bagian atas permukaan sayap pun semakin bertambah. Bertambahnya
area Separated Flow akan menambah Drag (Pressure Drag) pula. Saat Angle of
Attack belum mencapai batas Critical Point, bertambahnya area Separated
Flow diimbangi dengan bertambahnya Lift Coefficient (CL). Tetapi, setelah Angle
of Attack melewati batas Critical Point, Lift Coefficient (CL) akan berkurang dan
sayap pesawat sudah tidak bisa memproduksi Lift lagi, sedangkan pada
area Separated Flow dan Drag dapat semakin membesar. Hasilnya Lift pada
pesawat tidak bisa mengimbangi Weight pesawat itu sendiri. Terjadilah Stall.
Airspace ctegory