(Teori Terbang)
Disusun Oleh :
2B-Aeronautical Engineering
Mechanical Engineering Department
Politeknik Negeri Bandung
Teori Terbang
5.1. Ragam Kecepatan Terbang
5.2. Gaya dan Moment yang Bekerja pada Pesawat Udara
T.
• Indicated airspeed (IAS) Vi, yaitu kecepatan udara yang terbaca pada indikator
kecepatan udara (airspeed indicator).
• Calibrated airspeed (CAS) Ve, yaitu kecepatan udara yang diperoleh dengan asumsi
baha tekanan statik udara sama dengan tekanan baku di muka laut 101325 N/m2
dan kerapatan udara sama dengan kerapatan udara di muka laut 1,225 kg/m3.
2𝛾 𝑝˳ 𝑃Ɣ−𝑃₀
Ɣ−1 Gambar 5.1
Vc = 1+ Ɣ −1
𝛾−1 𝜌˳ 𝑃₀ Airspeed indicator
𝐶𝑝
dengan ɣ = = 1,4
𝐶𝑣
5.1. Ragam Kecepatan Terbang
• True airspeed (TAS) Vt, yaitu kecepatan udara dengan kondisi atmosfir
yang sesungguhnya.
𝛾
𝛾 𝛾−1
2𝛾 𝑝 𝑃𝑜 𝛾−1 𝜌𝑜 𝛾−1
Vt = 1+ 1+ 𝑉𝑐² −1 −1
𝛾−1 𝜌 𝑃 2𝛾 𝑃𝑜
Gambar 5.3.
Stick Control Commersial Aircraft
Gerakan Berguling(Roll) dari Pesawat
Bergerak pada sumbu Longitudinal
Bidang Kendali Yaitu Aileron Yang Berada Di wing Sayap
Dikendalikan oleh Stick Control Yang Berada Di cockpit
Ket:
Jika Sick control digerakkan ke kanan,maka aileron di kanan
ke atas dan aileron di kiri ke bawah
Jika stick control digerakkan ke kiri,maka aileron kiri ke Gambar 5.3
atas dan aileron kanan ke bawah .Stick Control Helicopter
5.3. Gerakan-Gerakan Dasar Pesawat Udara
2. Pitching
3. Yawing
1. FaseTaxi
Bergerak didarat menunggu giliran
terbang
3. Fase Climb
Fase dimana Pesawat menukik sampai
menuju ke ketinggian optimal.kondisi climb
meninggalkan bandara ini dikenal dengan istilah
departure.akhir dari departure itu sendiri
adalah pengambilan posisi untuk cruise.
5.4 Fase – Fase Penerbangan pada pesawat terbang
4. Fase Cruise
Fase dimana pesawat bergerak dalam
kondisi kecepatan dan ketinggian yang relatif
konstan,fase ini merupakan fase yang paling lama
dalam fase penerbangan.
5. Fase descent
Fase dimana pesawat melakukan
pergerakan turun dengan kecepatan konstan dengan
mengatur daya mesin maupun pitch.adapun sudut
descent secara umum adalah tiga derajat menuju
bandara.Kondisi descent menuju bandara ini disebut
dengan istilah approaching.akhir dari approaching itu
sendiri adalah pengambilan posisi untuk landing.
6. Fase Landing
Pesawat berusaha menurunkan kecepatan
serendah mungkin hingga menyentuh runway.Kondisi
pesawat saat menyentuh darat disebut dengan Touch
down
5.5. Terbang Stasioner
Adalah terbang dimana gaya dan momen yang
bekerja pada pesawat udara tidak berubah
terhadap waktu, baik dalam besarnya maupun
dalam arahnya.
• Teknik pilot
Airborne Distance
• Approach Speed (Va) yaitu kecepatan stall
minimum dengan konfigurasi mendarat
• Touchdown Syndrome (Vt) yaitu kecepatan
saat roda pendaratan menyentuh landasan
• (Vb) yaitu kecepatan diamana gaya angkat
cukup tinggi terkurangi sehingga
memungkinkan dilakukannya pas
pengereman
>>
Sistim Rem yg umum digunakan :
1. Thrust Reverser
2. Crash Barrier
3. Drag parachute
4. Air brake
5. Arrester hook
Jarak mendarat ditentukan oleh :
1. Berat ketika mendarat
2. Kecepatan untuk mendarat
3. Metode pengurangan kecepatan
atau pengereman yang
digunakkan
4. Kualitas aerodinamika pesawat
udara
5. Teknik Pilot
5.7 Terbang Menanjak dan Menurun
Tolak ukur yang dipakai disini adalah laju tanjak (rate of climb, ROC, RC), laju turun (rate of descent , ROD, RD),
gradien tanjakan/ turun (atau sudut tanjak/turun lintas terbang, flight path angel), dan absolute service ceiling.
𝑇−𝐷 𝑃av−𝑃req 𝑃𝑒 𝑊 2 1 𝑇 𝐶ᴅ
RC = V sin ɣ = 𝑣 = = = −
𝑊 𝑊 𝑊 𝑆 𝜌 𝐶˪ 𝐻 𝐶˪
𝑃av − 𝑃remax 𝑃av 𝑊2 1
RC max = = =
𝑊 𝑊 𝑆 𝜌 𝐶˪²
𝐶ᴅ² max
𝑇−𝐷𝑚𝑖𝑛 𝑇 𝐶ᴅ 𝑇 Ɩ
Sin ɣ max= = − =𝑊 −
𝑊 𝑊 𝐶˪ min 𝐶˪
𝐶ᴅ Max
𝑃av − 𝑃req = 𝑃e
Keterangan :
𝑃av = Daya yang tersedia dari Engine
𝑃req = Daya yang di perlukan
𝑃e = Excess Power (Daya lebih)
𝑃e (+) Pesawat bisa menambah ketinggian
• Absolute atau theoretical ceiling adalah tinggi terbang dimana laju tanjak maksimumnya menjadi sama dengan nol, yang
tergantung konfigurasi dan berat pesawat udara, serta setting kendali mesin.
• Service ceiling adalah tinggi terbang dimana laju tanjak maksimum terkurangi sampai 0,5 m/s (100 ft/min).
• RD= -RC
5.8 Terbang Jelajah
Tolak ukur yang dipakai disini adalah jangkauan terbang (range) R dan lama terbang
(endurance) E. Dengan asumsi bahwa efisiensi propulsif Ƞf dan specific fuel consumption Cᵨ (atau thrust
specific fuel consumption CT ) konstan , dapat dilakukan pendekatan dalam penerbangan dari tempat 1 ke
tempat 2
Range R
Total Range
ẆF ṁF . 𝑔
Cᵨ = =
𝑃Engine 𝑃Engine
ẆT
CT=
𝑇
5.8 Terbang Jelajah
Keterangan :
Cᵨ = specific fuel consumption
ẆF = Berat
𝑃Engine = Daya Engine
g = Grafitasi
CT = thrust specific fuel
T = Thrust
Gambar 5.8
• Untuk pesawat udara bermesin proppeler Pesawat Bermesin Proppeler
Ƞf 𝐶˪ 𝑊˪
R= ln
𝑐p 𝐶ᴅ 𝑊ᴅ
𝐶˪3
Ƞf 𝐶ᴅ2 2 2
E=2 12 −
𝐶p 𝑊₁ 𝑊₂
𝑆𝜌
5.8 Terbang Jelajah
Untuk pesawat bermesin jet
2 𝐶˪ 𝑊₁
Adanya angin berpengaruh dalam terbang jelajah yaitu : R= ln
𝑐t 𝐶ᴅ 𝑊₂
𝐿 1
Dengan faktor beban (load factor) n = =
𝑊 cos Φ
5.10 Terbang Melayang
Kondisi Terbang Melayang di sini adalah kondisi terbang tanpa gaya dorong di mana yang
menjadi tujuan dari pilot adalah terbang selama dan/atau sejauh mungkin. Dalam hal ini sudut
turun minimum, jangkauan terbang melayang maksimum, lama waktu melayang maksimun, dan
laju turun minimum jika pesawat udara melayang dari ketinggian H adalah..
5.11 Batas-batas Terbang
Beban-beban yang bekerja pada pesawat udara selama terbangnya dihasilkan melalui
percepatan yang diakibatkan oleh aksi kendali oleh pilot (sebagai maneuvering load)atau oleh
turbulensi atmosferik (sebagai gust loads). Untuk mewakili beban-beban udara (air loads),
digunakan faktor beban (load factor) yang merupakan perbandingan antara resultan gaya
aerodinamik dan berat pesawat udara dan biasanya didapatkan dengan membagi gaya angkat
𝐿
dengan berat sbb: n =
𝑊
Faktor beban terbesar terjadi saat dibangkitkannya gaya angkat terbesar (pada sudut serang
kritis). Mengingat koefisien gaya angkat terbesar berhubungan dengan kecepatan stall minimun
di mana pada saat tersebut gaya angkat sama dengan berat pesawat udara,
1
𝐿 2
𝜌𝑉 2 𝑆𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 𝑉2
Maka: n = = 1 =
𝑊 𝜌𝑉 2 𝑀𝑆 𝑆𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 𝑉 2 𝑀𝑆
2
𝑊2 1 𝑊
Dimana : 𝑉𝑀𝑆 = atau 𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 = 1Τ 𝜌𝑉 2
𝑆 𝜌 𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 2 𝑀𝑆 𝑆
5.11 >>
Sangkar terbang (flight envelope) adalah suatu diagram yang menunjukkan daerah tinggi
terbang dan kecepatan terbang yang membatasi operasi suatu pesawat udara. Diagram ini
merupakan kombinasi batas-batas kecepatan udara, tinggi terbang, dan faktor beban, yang
didefinisikan batas-batas pada prestasi terbang pesawat udara, seperti daya mesin, kondisi stall,
karakteristik buffet, pertimbangan struktur, dan persyaratan kebisingan yang dihasilkan. Contoh
untuk pesawat jet adalah sbb:
5.11 >>
Persyaratan kelayakan udara juga menentukan bahwa airframe, yaitu struktur pesawat udara
yang menanggung beban,haruslah cukup kuat untuk menahannya sampai harga faktor beban
tertentu pada batas-batas yang cukup mewakili sangkar terbangnya. Sangkar faktor-beban
dasar (basic load factor envelopes) adalah untuk maneuvering loads dan gust loads sbb :