Oleh :
Zas Ressy Aidha
Nazris Nazarudin
Nurhatisyah
ABSTRACT
Some fuzzy logics application was explored for automatic aircraft landing control. Applying a collection of fuzzy
rules based on the pilot heuristic approach and a defined path corridor, the corner stability pitch plan was
maintained based on the ordinary classical control scheme. The simulations were carried out utilizing the
available Mat lab fuzzy logic toolbox and simulink. In the overall feedback control system, the fuzzy logic
controller/FLC was employed in the outer loop, while the classical control for longitudinal direction, based on a
root-locus method to establish the required proceeding compensator was in the inner loop. The results show
smooth approach paths and aircraft attitude.
100
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007 ISSN : 1858-3709
membimbing pesawat terbang untuk mendarat Widodo, serta penggunaan ANFIS oleh
pada jarak-pandang yang baik dan Malaek at al. Masing-masing peneliti
memberikan stabilitas untuk memperbaiki menggunakan parameter masukan dan
kualitas penerbangan pesawat. keluaran yang berbeda, tetapi menghasilkan
Logika fuzzy (Fuzzy logics) dapat performans yang bagus
diaplikasikan untuk pengendalian proses
pendaratan pesawat terbang, karena pada II. Aplikasi Pengendali Logika Fuzzy
proses pendaratan dibutuhkan pendekatan untuk proses pendaratan pesawat
yang akurat selama penerbangan. Himpunan terbang
ini mampu memberikan definisi terhadap Pergerakan otomatis pesawat terbang
ketidakpastian pada setiap data hasil adalah dengan memperhatikan gerak pesawat
pengukuran dengan menggunakan derajat menurut sumbu XYZ seperti Gambar 1. Gerak
keanggotaannya, oleh karena itu tujuan pesawat menurut sumbu X yang berhimpit
penerapan teori logika fuzzy ini adalah dengan badan pesawat disebut sumbu rolling
membuat mesin yang pandai, sesuai dengan (gelinding) seperti Gambar 1a, bidang yang
aturan-aturan (rules) yang diinginkan. digerakkan terdapat pada sayap yang disebut
Beberapa penelitian yang memberikan aileron. Sumbu Y tegak lurus sumbu X disebut
kontribusi dalam pengembangan konsep sumbu yaw (lenggok), bidang yang akan
logika fuzzy sangat banyak, tetapi yang digerakkan pada ekor vertikal yang disebut
berhubungan dengan pendaratan pesawat rudder, yang akan membelokkan arah pesawat
masih terbatas, dianta ranya adalah penelitian ke kanan atau ke kiri.
yang dilakukan oleh Kee dan Dong (2002), Sumbu Z berimpit dengan sayap yang
Malaek et al. (2004), dan penelitian Sri disebut sumbu pitch (angguk) seperti Gambar
Widodo (2005). Ketiga penelitian ini 1c, bidang yang digerakkan terdapat pada
menggunakan kendali klasik untuk kalang ekor horizontal yang disebut elevator. Pesawat
bagian dalam (inner loop) dan menggunakan akan bergerak ke atas atau ke bawah yang
pengendali fuzzy untuk pengendali bagian luar disebut pitching (anggukan), sesuai gerakan
(outer loop) oleh Kee dan Dong , dan Sri elevator ke atas atau ke bawah.
Sumbu Pitch
Elevator
ke atas
(c)
Gambar 1 Pergerakan pesawat terhadap : (a) sumbu Roll (gelinding) (b)
sumbu Pitch (angguk) dan, (c) sumbu Yaw (lenggok)
(Encyclopedia of Science,1997)
101
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007 ISSN : 1858-3709
Suatu autopilot mempunyai tiga alat otomatis Pesawat yang akan mendarat adalah
berikut. pesawat dalam keadaan terbang sepanjang
1. Alat otomatis longitudinal yang lintasan menurun. Ketika touch down dicapai,
menstabilkan sudut pitch dan ketinggian pesawat harus melayang pada arah yang
waktu terbang. benar, agar pendaratan terasa mulus dan
2. Alat otomatis lateral yang menstabilkan menuju perhentian dengan baik
sudut roll.
3. Alat otomatis arah yang menstabilkan sudut
yaw dan penyimpangan lateral (Waluyo,
1997).
Meluncur
Mendarat Mengembang
Landasan
Gambar 2. Pendaratan pesawat terbang
Salah satu alat yang dapat membantu pilot pendaratan sangat besar (curam). Alat ini
dalam melakukan pendaratan dengan baik memberikan informasi bahwa jika pilot
adalah instrumen VASI (Visual Approach membimbing pesawat pada lintasan yang
Slope Indicator) terlihat pada Gambar 3. benar, maka akan terlihat sepasang cahaya
Terdiri dari 2 set lampu dengan reflektor dan merah dan sepasang cahaya putih dikedua sisi
slats, yang akan mengeluarkan cahaya sangat landasan. Jika terlalu tinggi maka akan terlihat
merah saat sudut pendaratan sangat sempit cahaya putih saja, dan jika terlalu rendah
(kecil), dan cahaya sangat putih saat sudut maka akan terlihat cahaya merah saja.
Gambar 3. Instrumen VASI (Visual Approach Slope Indicator) (Science and Invention Encyclopedia, 1983)
102
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007 ISSN : 1858-3709
Parameter Parameter
Referensi Loop bag. Luar Pesawat terbang dgn terukur
+- (Logika fuzzy) Loop bag. Dalam
Struktur dasar sistem Inferensi Fuzzy terdiri Ketinggian pesawat maksimum pada
atas: simulasi adalah 500 m dari permukaan
a) basis aturan yang berisi sejumlah aturan tanah dan jarak horizontal dari landasan
fuzzy yang memetakan nilai masukan fuzzy maksimum adalah 10 km, dengan sudut
ke nilai keluaran fuzzy (aturan ini sering lintasan dari permukaan tanah adalah γ =tg-
dinyatakan dengan format If- Then); (JV/JH) , dalam hal ini γ = 2,86o. Titik acuan
b) basis data yang berisi fungsi keanggotaan lintasan pendaratan adalah titik 0 (nol)
dari himpunan fuzzy yang digunakan pada sumbu koordinat XY.
sebagai nilai bagi setiap variabel sistem; Kecepatan pesawat pada simulasi ini
dan dianggap konstan selama pendaratan, yaitu
c) mekanisme penalaran fuzzy yang 20 m/det untuk menjaga laju penurunan
melakukan prosedur inferens. pesawat tetap konstan.
Telah banyak dikembangkan metode Diasumsikan, pesawat gagal untuk
untuk melakukan penegasan, salah satu melakukan pendaratan bila berada pada
diantaranya adalah yang digunakan pada jarak 1000 m dari landasan dengan
proses penegasan pada penelitian ini, yaitu ketinggian minimal 150 m.
metode penegasan dengan penghitungan titik Untuk menjaga stabilitas sudut pitch maka
pusat (centroid of area/ COA). Secara digunakan teknik kompensasi mendahului
matematis diekspresikan: dengan dasar pendekatan tempat
103
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007 ISSN : 1858-3709
hakekatnya adalah proses ”meraba-raba” dibangun terdiri dari dua variabel masukan
besar galat untuk keperluan koreksi, sehingga (eJV dan eJH) dan satu variabel keluaran
seperti yang dilakukan manusia, tidak (Theta_r), dengan menentukan:
sepenuhnya eksak atau ”crisp”. • Jangkauan (interval) masukan dan
Selanjutnya tahapan perancangan sebagai keluaran,
berikut. • Kurva derajat keanggotaan, bentuk
1. Merancang diagram blok simulasi segitiga,
pendaratan otomatis pesawat terbang, • Operator and, implikasi min dan
dengan kalang bagian luar adalah FLC agregasi max,
sebagai implementasi dari pengalaman • Aturan if-then berdasarkan Tabel 1,
pilot, dan kendali klasik menggunakan dan defuzifikasi menggunakan metode
kompensator mendahului untuk sistem centroid.
pendaratan pesawat terbang seperti
Gambar 4.
2. Membangun sistem inferensi fuzzy (Fuzzy
Inference System/FIS) yang digunakan
untuk kalang bagian luar pesawat terbang
sebagai implementasi pilot. FIS yang
eJH
eTV
SJ J S D NL
ST NS NB NSB NSB PK
T NS NS NB NSB PS
S NK NS NS NB PB
R NK NK NK NS NS
NL NL NL NL NL NL
104
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007 ISSN : 1858-3709
Gain Sat
20 -K- 550
E
55.56(s+0.68) num(s)
(s+13.6) den(s)
Kompensator S.Pesawat
Penghitung Jarak
1
sin -K- TV
s
T ri gonometri c Integr 20 m/det
Functi on1
1 JH XY Graph
cos -K-
s
T ri gonometri c In tegr1 20 m/det1
Functi on2
105
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007 ISSN : 1858-3709
JV (m)
Jarak Horizontal / JH
(m)
Ketinggian
vertikal/TV
(m)
JH (m)
Gambar 6. Lintasan pesawat saat JV = 500 m dan
JH = 10.000 m
106
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007 ISSN : 1858-3709
107