Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL AVIONIC SYSTEM

MICROWAVE LANDING SYSTEM

D-IV TEKNIK PESAWAT UDARA KE-13

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG

disusun oleh:

N NAMA NIT/ABSEN

O
1 RIVALDO ALFARIDZKI AVIADI 21418042/18/GENAP
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

All Weather Precision Radio Guidance System sangat dibutuhkan pada

proses pendaratan di bandara-bandara besar untuk membantu pesawat yang

hendak melakukan pendaratan agar dapat mendarat dengan lancer.

Mircowave Landing Systen merupakan alat bantu pendaratan

memungkinkan pesawat mendekati dan menentukan kapan Glidepath dipakai

untuk pendaratan yang aman di landasan.

Microwave Landing System adalah sebuah alat yang pada awalnya dibuat

untuk menggantikan atau melengkapi Sistem Instrumen Pendaratan sebelumnya

(Instrument Landing System).

II. Tujuan

1. Mengenal dan mengetahui fungsi alat bantu pendaratan Microwave

Landing System;

2. Mengenal dan mengetahui komponen-komponen alat bantu pendaratan

Microwave Landing System;

3. Untuk mempelajari prinsip kerja dari alat bantu pendaratan Microwave

Landing System;

4. Untuk mengetahui operasional dari alat bantu pendaratan Microwave

Landing System; dan


5. Sebagai bentuk aplikasi dan teori yang didapat selama perkuliahan di

Program Studi Teknik Pesawat Udara.


BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian MLS

Microwave Landing System adalah sebuat alat All Weather Precession

Radio Guidance System dipasang di bandara-bandara besar untuk membantu

pesawat saat hendak melakukan pendaratan (termasuk Blind Landing).

MLS memiliki beberapa operational advantages dibandingkan dengan

ILS, yaitu MLS memiliki lebih banyak channels dan dapat terhindar dari

interference yang berasal dari ground supporting maupun FM radio, dapat

bekerja pada segala cuara, memakan tempat yang relatif sedikit, dan vertical

and horizontal "capture" angles yang lebih besar sehingga dapat membuat

approaches dari area yang lebih luas dari sekitar bandara.


II. Fungsi MLS

MLS memiliki 5 fungsi utama, yaitu :

1. Memberikan panduan Pesawat kelurusan pesawat dengan Runway,

2. Memberikan informasi Approach dan Back Bearing Azimuth

(horizontal leading),

3. Memberikan informasi Approach Elevation (vertical altitude),

4. Memberikan informasi Jarak Pesawat dengan Runway Threshold

melalui built-in Distance Measurement Equipment (DME), dan

5. Menyediakan Data Communications

III. Teori MLS

MLS terpancarkan pada frekuensi transmitter 5 GHz di tempat pendaratan

yang menggunakan Passive Electronically Scanned Arrays untuk mengirim

Scanning Beams ke arah pesawat terbang yang mendekat. Jika sebuah pesawat

terbang yang memasuki Scanned Area, Special Receiver akan menghitung posisi

pesawat dengan mengukur waktu kedatangan dari beams / pancaran sinyal.

Alat ini dapat memberikan azimuth, ketinggian, dan jarak, serta "back

azimuth" untuk menavigasi jauh dari pendaratan yang dibatalkan atau pendekatan

yang terlewat. Saluran MLS juga digunakan untuk komunikasi jarak pendek
dengan pengontrol di bandara (ATC), yang memungkinkan frekuensi jarak jauh

untuk diserahkan ke pesawat lain.

 Summary of MLS Features :

1. Principle: Time-referenced scanning beam (TRSB)

2. Frequencies: 5031.0 -5090.7 MHz SHF

3. Elements (4): Approach azimuth with DME, Elevation, Back azimuth,

Flare

4. Approach Azimuth Coverage: +/-40~ out to 20 nm

5. Elevation coverage: up to 20 and 20,000 feet

6. Back Azimuth Coverage: +/- 15 out to 10 nm

7. Elevation Coverage: up to 15 and 10,000 feet Back

8. Primary Advantages: Flexible approach direction

9. Flexible glidepath angle

10. No siting problems and No FM interference

IV. Keuntungan MLS dibanding ILS

Dibandingkan dengan instrument landing system (ILS), MLS memiliki

keuntungan yang signifikan. Antena jauh lebih kecil, menggunakan sinyal

frekuensi yang lebih tinggi. MLS juga tidak harus ditempatkan di lokasi tertentu

di bandara, dan dapat "mengimbangi" sinyal frekuensi lain secara elektronik.


Ini membuat penempatan lebih mudah dibandingkan dengan sistem ILS

yang lebih besar secara fisik, yang harus ditempatkan di ujung landasan pacu dan

di sepanjang jalur pendekatan. Keuntungan lain adalah bahwa sinyal MLS

mencakup area berbentuk “kipas” yang sangat luas di ujung landasan,

memungkinkan ATC untuk mengarahkan pesawat yang mendekat dari berbagai

arah atau mengarahkan pesawat di sepanjang pendekatan yang tersegmentasi.

Sebagai perbandingan, ILS hanya bisa memandu pesawat menyusuri garis lurus

tunggal, yang mana ATC hanya dapat mengatur pesawat yang ada pada jalur itu.

Tidak seperti ILS, yang membutuhkan berbagai frekuensi untuk

menyiarkan berbagai sinyal, MLS hanya menggunakan frekuensi tunggal,

menyiarkan informasi azimuth dan ketinggian satu demi satu. Ini mengurangi

kemungkinan konflik frekuensi, seperti halnya fakta bahwa frekuensi yang

digunakan jauh dari siaran FM, masalah yang ada pada ILS. MLS juga

menawarkan dua ratus channel terpisah, membuat konflik antar bandara di

wilayah yang sama mudah dicegah.

Terakhir, akurasi pada MLS sangat meningkat dibandingkan ILS.

Misalnya, peralatan DME standar yang digunakan dengan ILS menawarkan

akurasi kisaran hanya ± 1200 kaki. MLS meningkatkan ini sebesar ± 100 kaki

dalam apa yang mereka sebut sebagai DME / P (untuk presisi), dan menawarkan

peningkatan serupa dalam azimuth dan ketinggian. Ini memungkinkan MLS untuk

memandu pendekatan CAT III yang sangat akurat, sedangkan pendekatan ini

biasanya membutuhkan radar berbasis darat dengan presisi tinggi yang mahal.
Berikut rangkuman kelebihan dan kekurangan Microwave Landing

System dibandingkan dengan Instrument Landing System:

 Disadvantages of ILS :

1. There are only 40 channels available worldwide.

2. Localiser and glide path beams fixed.

3. Localiser and glide path beams narrow.

4. Aircraft separation - delays.

5. No special procedures for slow aircraft.

6. No special procedures for STOL.

7. Very susceptible to terrain effects.

8. Aircraft and vehicle critical and sensitive areas near antennae.

9. FM broadcast interference.

 Advantages of MLS :

1. No siting problems.

2. Can be placed on taxiway side of runway.

3. SHF band - no ILS or FM interference.

4. 200 channels available.

5. Can be used by light aircraft, helicopters and STOL aircraft.

6. Various approach routes available.

7. Landing delays reduced.

8. Cheaper to install.

9. Built-in DME.
10. Failure warning.

11. Greater azimuth and glidepath angular coverage.

12. Offset approaches available.

13. More rapid traffic flow.

14. Go-around and departure guidance also available.

V. Komponen MLS

Komponen ground dan aircraft untuk MLS, terdiri dari : Sistem

Avionik, Azimuth Tx dan Rx, dan Elevationn Tx dan RX.

 Azimuth Tx

Fungsi : Menyediakan Informasi Bearing

NAV : Bimbingan Horizontal

Jumlah per runway :2

Lokasi: : Satu ditempatkan di ujung landasan dan

untuk Back Azimuth, disisi lainnya

Frekuensi : Sort High Frequency 5,031-5,0907 GHz,

Jumlah Channel : 200

Rentang Operasi : 37 km (Horizontal)


Penyimpangan dari centerline adalah kira-kira. +/- 40 Degree.

 Elevation Tx

Fungsi : Menyediakan Informasi Altitude

NAV : Bimbingan Vertikal

Jumlah per runway :2

Lokasi: : Di sisi landasan

Frekuensi : Sort High Frequency 5,031-5,0907 GHz,

Jumlah Channel : 200

Rentang Operasi : 6 km (Vertikal)

Penyimpangan dari MLS adalah kira-kira. +/- 7 Degree.

Dalam Pesawat, Sistem penerima MLS beroperasi dalam band Sort

High Frequency (SHF)

 Output Primer MLS adalah Bearing / Jarak miring dan Ketinggian, dan

 Output Sekunder MLS adalah Informasi Meteorologi, Status Runway

VI. Operasional Functions of MLS

Seperti disebutkan dalam bagian Fugsi MLS, berikut adalah beberapa

penjelasan dari Operational Function yang terdapat pada MLS :


1. Approach Azimuth Guidance

Azimuth Station mentransmisikan sudut dan data MLS

pada salah satu dari 200 saluran dalam rentang frekuensi 5031

hingga 5090,7 MHz dan biasanya terletak sekitar 1.000 kaki (300

m) di luar ujung landasan pacu, tetapi ada fleksibilitas yang cukup

besar dalam memilih lokasi. Sebagai contoh, untuk operasi

heliport, pemancar azimuth dapat ditempatkan dengan pemancar

elevation.

Cakupan azimuth meluas: Secara lateral, setidaknya 40

derajat di kedua sisi landasan pacu dalam konfigurasi standar.

Ketinggiannya hingga sudut 15 derajat dan setidaknya 20.000 kaki

(6 km), dan dalam jangkauan hingga setidaknya 20 mil laut (37

km)
2. Elevation Guidance

Eelevation station mentransmit signals pada frekeunsi yang

sama dengan azimuth station. Frekuensi tunggal dibagi waktu

antara sudut dan fungsi data dan biasanya terletak sekitar 400 kaki

dari sisi landasan pacu antara threshold dan zona touchdown.

Cakupan ketinggian disediakan di wilayah udara yang sama

dengan sinyal panduan azimuth: Pada ketinggian, setidaknya +15

derajat secara lateral, untuk mengisi cakupan lateral Azimuth dan

jangkauannya, hingga setidaknya 20 mil laut (37 km) 20 nautical

miles (37 km).

3. Range Distance

Fungsi Pengukuran Jarak Presisi MLS (DME / P) berfungsi

dengan cara yang sama dengan DME navigasi, tetapi ada beberapa

perbedaan teknis. Transponder suar beroperasi di pita frekuensi


962 hingga 1105 MHz dan merespons interogator pesawat. Akurasi

MLS DME / P ditingkatkan agar konsisten dengan akurasi yang

diberikan oleh stasiun azimuth dan elevasi MLS.

Saluran DME / P dipasangkan dengan saluran azimuth dan

elevasi. Daftar lengkap dari 200 saluran berpasangan dari DME / P

dengan fungsi sudut terdapat dalam FAA Standard 022

(Interoperabilitas MLS dan Persyaratan Kinerja

4. Data Communications

Transmisi data dapat mencakup kata-kata data dasar dan

tambahan. Semua fasilitas MLS mengirimkan data dasar. Jika

diperlukan, data tambahan dapat dikirim. Data MLS ditransmisikan

ke seluruh sektor cakupan azimuth (dan kembali azimuth saat

disediakan). Data representatif meliputi: Identifikasi stasiun,

Lokasi yang tepat dari azimuth, ketinggian dan stasiun DME / P

(untuk fungsi pemrosesan penerima MLS), tingkat kinerja

peralatan Ground; dan saluran dan status DME / P.

Identifikasi MLS adalah penunjukan empat huruf dimulai

dengan huruf M. Ditransmisikan dalam Kode Morse Internasional

setidaknya enam kali per menit dengan peralatan darat pendekatan

azimuth (dan back azimuth).


BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Dari makalah ini kita dapat simpulkan bahwa Microwave Landing System

adalah alat navigasi pada pesawat terbang yang digunakan untuk membantu

proses Approach pesawat ke bandara hingga akhirnya melakukan proses Landing.

Menggunakan komponen / element yang lebih efisien dan hemat tempat jika

dibandingkan dengan ILS, membuatnya menjadi salah satu All Weather Precision

Radio Guidance System modern yang dapat diandalkan.

II. Harapan

Penulis berharap dengan dibuatnya artikel berformat ilmiah ini, dapat

membantu Taruna/i Prodi Teknik Pesawat Udara untuk dapat memahami

pengertian, komponen, prinsip kerja, dan operasional Microwave Landing System

yang ada di pesawat terbang.


DAFTAR PUSTAKA

http://myelectronicnote.blogspot.com/2017/03/mls-microwave-landing-system.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Microwave_landing_system#:~:text=The%20microwave

%20landing%20system%20(MLS,%2C%20including%20%27blind%20landings%27.

https://www.youtube.com/watch?v=NeMbA6YOQJ0&feature=youtu.be

Anda mungkin juga menyukai