Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Landasan Pacu (Runway).........................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
2.2 Konfigurasi Landasan Pacu......................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
2.2.1 Landasan Pacu Tunggal....................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
2.2.2 Landasan Pacu Sejajar......................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
2.2.3 Landasan Pacu Bersilang..................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
2.2.4 Landasan Pacu V-Terbuka................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sebuah kota sangat dipengaruhi oleh ketersediaan moda transportasi


pendukung untuk memfasilitasi mobilitas dan aktifitas yang berlangsung dinamis dan terus
menerus. Transportasi dimaknai sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,
atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain (Fidel Miro, p.4). Keberadaan
sistem transportasi dalam perkembangannya terus berkembang menjadi komponen yang
terintegrasi, interaktif, dan adaptif. Sistem transportasi kemudian membentuk sebuah jaringan
terpadu yang saling mendukung rangkaian aktifitas yang memiliki mobilitas tinggi dan
membutuhkan berbagai macam moda transportasi.
Salah satu moda transportasi tersebut adalah moda transportasi udara yang
menggunakan media pesawat sebagai alat angkutan udara. Keberadaan pesawat sebagai
media angkutan udara membutuhkan sebuah tempat yang mampu memfasilitasi berbagai
kepentingan dan aktifitas yang terkait dengan transportasi udara. Tempat inilah yang
kemudian disebut dengan Bandar Udara.
Penyelenggaraan transportasi udara sangat memprioritaskan keamanan dan keselamatan
penerbangan. Hal ini memerlukan adanya persyaratan teknis pengoperasian fasilitas teknik
bandar udara tidak terkecuali fasilitas sisi udara, sisi darat dan peralatan pemeliharaan bandar
udara pada bandar udara umum serta bandar udara khusus (bandara perairan, elevated
heliport, surface level heliport dan helideck). Sebagai bagian dari sistem bandar udara,
fasilitas teknik bandar udara, perlu dievaluasi agar terpenuhinya efisiensi dan fektifitas
pengoperasian fasilitas tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang marking
dan perlampuan pada bandar udara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Pilot akan Alat Bantu Visual

Semua pesawat terbang dilengkapi dengan sistem navigasi agar pesawat tidak tersesat
dalam melakukan penerbangan. Panel-panel instrumen navigasi pada kokpit pesawat
memberikan berbagai informasi untuk sistem navigasi mulai dari informasi tentang arah dan
ketinggian pesawat. Pengecekan terhadap instrument sistem navigasi harus seteliti dan
seketat mungkin.

Sebagai contoh kejadian yang menimpa Pesawat Adam Air pada Februari 2006,
sewaktu menjalani penerbangan dari bandara Soekarno Hatta menuju bandara Hasanudin di
Makasar. Ketidaktelitian pihak otoritas penerbangan yang mengijinkan Pesawat Adam Air
terbang dengan sistem navigasi yang tidak berfungsi menyebabkan Pesawat Adam Air
berputar-putar di udara tanpa tahu arah selama tiga jam, sebelum mendarat darurat di bandara
El Tari, Nusa Tenggara Timur. Kesalahan akibat tidak berfungsinya sistem navigasi adalah
kesalahan yang fatal dalam dunia penerbangan. Sanksi yang diberikan adalah dicabutnya ijin
operasi bagi maskapai penerbangan yang melanggar.

2.2 Fasilitas Navigasi dan Perlampuan di Bandar Udara

Fasilitas Navigasi dan Pengamatan adalah salah satu prasarana penunjang operasi
bandara. Fasilitas ini dibagi menjadi dua kelompok peralatan, yaitu Pengamatan Penerbangan
dan Rambu Udara Radio.

2.2.1 Peralatan Pengamatan Penerbangan

Peralatan pengamatan penerbangan yang terdapat pada pesawat udara maupun pada
bandar udara, antara lain:

a. Primary Surveillance Radar (PSR)


PSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target
yang ada di sekelilingnya secara pasif, di mana pesawat tidak ikut aktif jika terkena
pancaran sinyal RF radar primer. Pancaran tersebut dipantulkan oleh badan pesawat
dan dapat diterima di sistem penerima radar.
b. Secondary Surveillance Radar (SSR)
SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target
yang ada di sekelilingnya secara aktif, di mana pesawat ikut aktif jika menerima
pancaran sinyal RF radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode,
pesawat yang dipasangi transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan
menjawab berupa pulsa-pulsa code ke sistem penerima radar.
c. Air Traffic Control Automation (ATC Automation)
Merupakan suatu sistem komputerisasi yang terdiri dari server dan workstation
serta antar muka dengan peralatan komunikasi dan pengamatan penerbangan.
Sistem ini berfungsi untuk memberikan keselamatan dan efisiensi pelayanan lalu
lintas udara (Air Traffic Services/ATS) kepada pesawat-pesawat yang beroperasi
dengan Instrument Flight Rules (FIR) dan Visual Flight Rules (VFR).
d. Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) dan Automatic Surveillance
Contract (ADS-C)
Merupakan suatu teknologi pengamatan yang menggunakan pemancaran informasi
posisi oleh pesawat sebagai dasar pengamatan.
e. Advanced Surface Movement Guidance and Control System (A-SMGCS)
Suatu sistem yang memberikan fungsi routing, guidance, surveillance dan control
terhadap pesawat dan kendaraan di darat yang terdampak agar dapat
mempertahankan tingkat pergerakan dalam semua kondisi cuaca dalam Aerodrome
Visibility Operational Level (AVOL) dengan tetap menjaga tingkat keselamatan
yang disyaratkan.
f. Multilateration (MLAT)
Seperangkat peralatan yang dikonfigurasi untuk memperoleh informasi posisi dari
sinyal transponder Secondary Surveillance Radar (SSR), MSSR Mode-S dan ADS-
B baik berupa squitter maupun reply menggunakan teknik Time Difference of
Arrival (TDOA). TDOA merupakan perbedaan waktu relatif ketika suatu sinyal dari
transponder yang sama diterima oleh beberapa stasiun penerima yang berbeda.
MLAT merupakan aplikasi pengamatan yang akurat dalam menentukan posisi
pancaran, sesuai dengan identitas data (octal code, aircraft address or flight
identification) yang diterima oleh sistem ATM.
g. Global Navigation Satellite System (GNSS)
Merupakan teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau lokasi (lintang,
bujur, dan ketinggian) serta waktu dalam satuan ilmiah di bumi. Satelit akan
mentransmisikan sinyal radio dengan frekuensi tinggi yang berisi data waktu dan
posisi yang dapat diambil oleh penerima yang memungkinkan pengguna untuk
mengetahui lokasi tepat mereka dimanapun di permukaan bumi.

Gambar 2.1 Bagan Alir Sistem Navigasi dan Pengamatan Penerbangan


(Sumber: Boeing)

2.2.2 Peralatan Rambu Udara Radio

Peralatan Rambu Udara Radio yaitu peralatan navigasi udara yang berfungsi
memberikan signal informasi berupa bearing (arah) dan jarak pesawat terhadap Ground
Station, yang terdiri dari peralatan:

a. Non Directional Beacon (NDB)


Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi rendah
(low frequency) dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau di luar
lingkungan bandar udara sesuai fungsinya.
b. VHF Omnidirectional Range (VOR)
Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi radio
dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau di luar lingkungan bandar
udara sesuai fungsinya.
c. Distance Measuring Equipment (DME)
Alat bantu navigasi penerbangan yang berfungsi untuk memberikan
panduan/informasi jarak bagi pesawat udara dengan stasiun DME yang dituju (stant
range distance). Penempatan DME pada umumnya berpasangan (collocated)
dengan VOR atau Glide Path ILS yang ditempatkan di dalam atau di luar
lingkungan bandara tergantung fungsinya.

2.3 Sistem Pendaratan Pesawat

Instrument Landing System adalah suatu sistem peralatan yang ada di bandar udara
yang digunakan untuk memandu pesawat dalam melakukan pendaratan dengan aman dan
lancar. Instrument Landing System menggunakan dua transmisi. Transmisi yang pertama
berfungsi untuk memandu pesawat menuju landasan pacu, transmisi yang kedua
menginformasikan tentang ketinggian pesawat dari landasan pacu.

ILS adalah alat bantu radio untuk pendaratan pesawat di bawah kondisi cuaca yang
kurang menguntungkan dan visibility yang rendah. ILS memberikan informasi mengenai jalur
approach yang tepat dan sudut pendaratan yang tepat untuk pendaratan kepada pilot. Lebih
lanjut dua atau tiga titik pedoman yang menunjukkan masih berapa jauh jaraknya terhadap
threshold, sehingga pesawat tahu masih berapa jauh dia serta pesawatnya terhadap threshold.

Gambar 2.2 Alur Pendaratan Pesawat Dipandu ILS


(Sumber: Google)
Setelah memberi tahu pada bandara yang dituju, awak pesawat menunggu instruksi dari
petugas Air Traffic Control. Pesawat akan diarahkan oleh Instrument Landing System melaui
radio beacon untuk menentukan arah pendaratan agar tepat pada tengah tengah landasan
pacu.

Pesawat yang terpantau radar akan diarahkan oleh operator Ground Controlled
Approach tentang petunjuk pendaratan pesawat terbang, dengan tujuan pesawat dapat
mendarat dengan aman. Pekerjaan ini menuntut konsentrasi yang tinggi dari operatornya,
sehingga diperlukan kerja shift karena bandara beroperasi dua puluh empat jam.

2.4 Alat Bantu Pendaratan Pesawat di Darat

Alat bantu pendaratan pesawat di darat bersifat visual, yang artinya kondisi cuaca di
bandar udara cerah dan pilot dapat secara visual melihat langsung landasan. Alat bantu
pendaratan secara visual ini disebut dengan Airfield Lighting System (AFL).

2.4.1 Runway Edge Light

Runway Edge Light yaitu rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu
yang dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk memberi
tuntunan kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang disiang hari
pada cuaca buruk, atau pada malam hari.

2.4.2 Treshold Light

Merupakan rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang batas


landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan jarak tertentu memancarkan
cahaya. Pemasangan lampu sepanjang tepi landasan sejauh 3 meter dari tepi perkerasan. Jarak
memanjang dari lampu ke lampu tidak boleh lebih dari 60 meter. Apabila threshold landasan
digeser, tetapi daerah yang digeser tadi masih dipakai untuk lepas landas dan taxi, lampu tepi
landasan pada displaced area yang menghadap pilot berwarna merah. Sedangkan berwana
putih, lampu yang mneghadap arah kedatangan pesawat, dan berwarna kuning untuk
mengingatkan pilot bahwa landasan hampir habis tinggal 600 meter, hijau jika dilihat oleh
penerbang pada arah pendaratan.
2.4.3 Runway End Light

Merupakan rambu penerangan sebagai alat bantu untuk menunjukan batas akhir/ujung
landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan memancarkan cahaya merah
apabila dilihat oleh penerbang yang akan tinggal landas.

2.4.4 Taxiway Light

Taxiway Light yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan
cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarak-jarak tertentu dan
berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan pesawat terbangnya dari landasan
Kriteria perencanaannya sebagai berikut:

a. Taxiway dirancang sehingga mudah dikenali dan tidak terkacau dengan landasan.
b. Tanda keluar dari landasan masuk taxiway harus betul-betul dikenali terutama pada
rapid taxiway.
c. Harus merupakan pedoman sepanjang taxiway.
d. Perpotongan taxiway dengan landasan harus jelas ditandai.
e. Rute dari landasan ke apron atau sebaliknya harus gampang dikenal.
f. Lampu taxiway berwarna biru, lampu sumbu taxiway berwarna hijau.

2.4.5 Flood Light

Flood Light yaitu rambu penerangan untuk menerangi tempat parkir pesawat terbang di
waktu siang hari pada cuaca buruk atau malam hari pada saat ada pesawat terbang yang
menginap atau parkir. Pada awal mula pendaratan malam dilakukan, seluruh area landasan
disinari seluruhnya (Flood Light). Lama kelamaan dirasakan tidak perlu seluruh lapangan
pendaratan disinari, cukup bagian-bagian utama saja, kemudian dipakai lampu khusus untuk
pendaratan. Perlampuan menyinari seluruh permukaan landasan akhirnya diganti dengan
lampu yang menunjukkan arah sumbu landasan serta ditambahkan lampu tepi landasan
dipasang sepanjang tepi landasan. Pada visibility jelek lapangan terbang dilengkapi dengan
lampu touch down zone.
2.4.6 Approach Light

Merupakan rambu penerangan untuk pendekatan yang dipasang pada perpanjangan


landasan pacu. Berfungsi sebagai petunjuk kepada penerbang tentang posisi, arah pendaratan
dan jarak terhadap ambang landasan pada saat pendaratan.

2.4.7 Precision Approach Path Indicator (PAPI) dan Visual Approach Slope Indicator
System (VASIS)

Merupakan rambu penerangan yang memancarkan cahaya untuk memberi informasi


kepada penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan memandu penerbang melakukan
pendekatan menuju titik pendaratan pada daerah touch down.

2.4.8 Rotating Beacon

Rotating Beacon adalah rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2
(dua) sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat berputar, sehingga
dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau dan putih. Pada umumnya Rotating
Beacon dipasang di atas tower.

2.4.9 Turning Area Light

Turning Area Light yaitu rambu penerangan untuk memberi tanda bahwa di daerah ini
terdapat tempat pemutaran pesawat terbang.

2.4.10 Apron Light

Apron Light adalah rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu yang
memancarkan cahaya merah yang dipasang di tepi apron untuk memberi tanda batas pinggir
apron.

2.4.11 Sequence Flashing Light (SQFL)

Merupakan suatu lampu penerbangan yang berkedip berurutan pada arah pendekatan.
SQFL dipasang pada Bar 1 sampai dengan Bar 21 Approach Light System.

2.4.12 Traffic Light


Merupakan rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk pengaturan kendaraan
umum yang dikhawatrikan akan dapat menyebabkan gangguan terhadap pesawat terbang
yang sedang mendarat.

2.4.13 Obstruction Light

Merupakan rambu penerangan yang berfungsi sebagai tanda untuk menunjukan


ketinggian suatu bangunan yang dapat menyebabkan gangguan/rintangan pada penerbangan.

2.4.14 Wind Cone

Merupakan rambu penerangan yang menunjukan arah mata angin bagi pendaratan atau
lepas landas dari suatu pesawat terbang.

2.4.15 Threshold Lighting

Ketika melakukan approach final untuk melakukan pendaratan, pilot harus membuat
keputusan untuk melakukan pendaratan atau membatalkannya karena miss approach. Tanda
Threshold yang segera dikenal oleh pilot merupakan pedoman bagi pilot apakah dia bisa
mendarat atau atau tidak. Pada lapangan besar, Threshold bisa dikenali sebagai garis
perlampuan menerus berwarna hijau, melintang landasan dari tepi ke tepi. Lampu threshold
dipandang dari pesawat yang akan mendarat berwarna hijau, tetapi sebaliknya berwarna
merah sebagai pertanda akhir ujung landasan.

2.5 Marking

Marking atau Marka Kawasan Pergerakan Pesawat Udara merupakan suatu tanda yang
ditulis atau digambarkan pada jalan di kawasan pergerakan pesawat udara dengan maksud
untuk memberikan suatu petunjuk yang didapat, menginformasikan suatu kondisi, dan batas-
batas keselamatan penerbangan. Marka di kawasan pergerakan pesawat udara dituliskan atau
digambarkan pada permukaan landas pacu, landas ancang dan apron. Marka adalah sesuatu
yang berlainan dengan rambu. Secara garis besar perbedaan antara rambu dengan marka
adalah, rambu berada di atas jalan, suatu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang
memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan di antaranya, yang digunakan
untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk yang didapat. Rambu
kebanyakan menggunakan tiang besi sebagai penyangganya. Sedangkan marka jalan adalah
suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi kawasan
kebutuhan lalu lintas. Dapat disimpulkan marka sebagai tulisan atau garis yang menandai
jalan tersebut.

Marka pada kawasan pergerakan pesawat di bandar udara di Indonesia diatur oleh
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 21 tahun 2005 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 03-7095-2005 Mengenai Marka dan Rambu pada Kawasan
Pergerakan Pesawat Udara di Bandar Udara Sebagai Standar Wajib. Peraturan Menteri ini
ditentukan di Jakarta pada tanggal 4 Mei 2005 oleh Menteri Perhubungan pada saaat itu yaitu
M. Hatta Rajasa.

2.5.1 Marka di Landas Pacu (Runway Marking)

Marka di Landas Pacu adalah suatu tanda pada kawasan yang diperkeras berwujud
persegi panjang di bandar udara yang dipersiapkan untuk bebas landas dan pendaratan. Nama
landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk
landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai
dua arah, penamaan pun berada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 09/27. Apabila
bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, hendak diidentifikasi dengan
penambahan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang
ditambahkan di kemudian. Contoh: landas pacu 02R/20L.

Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspal hotmix dengan identifikasi angka
derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan zebra
cross pada ujung-ujungnya yang semakin menjadi kurang banyak garisnya bila menuju ke
tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda
menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas). Pada landasan-landasan
tertentu, ujung-ujung landasan yang digunakan untuk touch down atau take off digunakan
lapisan beton, bukan aspal, untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off
dengan daya mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme
afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang) mesin pesawat.

Tabel 2.1 Jenis-jenis Marka di Landasan Pacu

Jenis Fungsi
Runway Side Stripe Garis putih solid maupun tunggal yang terletak pada sepanjang
Marking tepi runway untuk tanda batas tepi runway.
Runway Designation Garis berwarna putih dalam bentuk dua angka atau kombinasi
Marking dua angka dan satu huruf tertentu terletak pada threshold dan
runway center line marking sebagai identitas runway. Fungsinya
adalah sebagai petunjuk yang didapat arah runway yang
digunakan untuk bebas landas dan pendaratan.
Tabel 2.1 Jenis-jenis Marka di Landasan Pacu (Lanjutan)

Jenis Fungsi
Threshold Marking Tanda berupa garis putih sejajar dengan arah runway yang
terletak 6 meter dari awal runway yang berfungsi sebagai tanda
permulaan yang digunakan untuk pendaratan.
Runway Center Line Terdiri dari garis putus-putus berwarna putih terletak di tengah
Marking sepanjang runway. Merupakan suatu garis dan celah yang
memiliki panjang tidak kurang dari 50 meter dan tidak semakin
dari 75 meter yang berfungsi sebagai petunjuk yang didapat
garis tengah runway.
Aiming Point Marking Tanda di runway yang terdiri dari dua garis luas berwarna putih
sebagai penunjuk tempat pertama roda pesawat yang diharapkan
untuk menyentuh runway saat mendarat.
Touchdown Zone Tanda pada runway yang terdiri dari garis-garis berwarna putih
Marking sepasang di kiri-kanan garis tengah runway sebagai penunjuk
panjang runway yang sedang tersedia pada saat memperagakan
pendaratan.
Displaced Threshold Tanda berwarna kuning pada ujung runway berwujud panah atau
Marking tanda silang. Tanda panah sebagai penunjuk runway yang hanya
dapat digunakan untuk tinggal landas. Tanda silang berfungsi
sebagai penunjuk anggota runway tidak dapat dipergunakan.
Pre-Threshold Marking Tanda berwarna kuning yang diletakkan di luar ujung runway di
belakangan threshold panah. Fungsinya sebagai penunjuk bahwa
kawasan tidak boleh dipergunakan untuk tinggal dan bebas
landas.

2.5.2 Marka di Landas Ancang (Taxiway Marking)

Marka di landas ancang adalah suatu tanda pada jalan di jalur tertentu di bandar udara
yang dipersiapkan untuk pergerakan pesawat udara dari suatu tempat lainnya di darat.
Taxiway adalah jalur di bandara yang menghubungkan landasan pacu dengan jalur landai,
hangar, terminal dan sarana prasarana lainnya. Taxiway kebanyakan memiliki permukaan
yang keras seperti aspal atau beton. Namun terkadang bandara yang semakin kecil atau belum
memenuhi kriteria internasional menggunakan kerikil atau rumput. bandara yang padat
jadwal dan sibuk kebanyakan membangun taxiway berkecepatan tinggi untuk memungkinkan
pesawat meninggalkan landasan pacu pada kecepatan yang semakin tinggi. Hal ini membikin
pesawat untuk mengosongkan landasan pacu semakin cepat, dan pesawat lainnya untuk
mendarat atau berangkat dalam ruang waktu yang semakin singkat.
Tabel 2.2 Jenis-jenis Marka di Landas Ancang

Jenis Fungsi
Taxiway Center Line Suatu tanda dengan garis luas 0.15 meter berwarna kuning
Marking sebagai pemberi tuntunan kepada pesawat udara dari runway
menuju apron atau sebaliknya.
Runway Holding Tanda garis yang melintang di taxiway berupa dua garis solid
Position Marking dan dua garis terputus-putus berwarna kuning sebagai tanda
untuk pesawat untuk selesai sebelum memperoleh izin
memasuki runway.
Taxiway Edge Marking Garis berwarna kuning sepanjang tepi taxiway sebagai penunjuk
batas pinggir taxiway.
Taxi Shoulder Marking Tanda berupa garis-garis berwarna kuning terletak di sebelah
luar taxiway edge marking dan bahu taxiway sebagai tanda yang
menunjukkan tidak boleh dilintasi pesawat udara
Intermediate Holding Tanda pada persimpangan taxiway yang berupa garis putus-
Position Marking putus berwana kuning sebagai penunjuk letak persimpangan
taxiway.
Exit Guideline Marking Garis kuning yang terletak di runway dan menghubungkan
taxiway center line sebagai pemberi tuntunan keluar masuk
pesawat udara menuju landas pacu atau sebaliknya.
Road Holding Position Tanda garis melintang di taxiway berupa dua garis solid dan dua
Marking garis terputus-putus berwarna putih yang bermanfaat sebagai
tanda kendaraan untuk selesai seelum memperoleh izin
memasuki atau menyebrangi runway.

2.5.3 Marka di Apron (Apron Marking)

Kawasan atau tempat di bandar udara yang telah ditentukan guna menaruh pesawat
udara, menurunkan dan menaikkan penumpang, kargo, pos, pengisian bahan bakar dan
perawatan ringan pesawat udara. Apron adalah anggota penting dari bandar udara yang
digunakan sebagai tempat parkir pesawat terbang. Selain untuk parkir, pelataran pesawat
(Apron) digunakan untuk mengisi bahan bakar, menurunkan penumpang, dan menaikkan
penumpang pesawat terbang. Apron berada pada sisi bandar udara (airport side) yang
langsung bersinggungan dengan kontruksi terminal, dan juga dihubungkan dengan jalan
rayap (taxiway) yang menuju ke landas pacu.
Tabel 2.3 Jenis-jenis Marka di Apron

Jenis Fungsi
Apron Boundary/ Garis merah pada apron yang luasnya 0.20 meter yang berfungsi
Security Line Marking sebagai penunjuk batas antara apron, taxiway, aircraft stand taxi
line atau kawasan parking stand.
Apron Safety Line Marka atau garis merah tidak terputus pada apron dengan
Marking luasnya 0.15 meter. Fungsinya adalah menunjukkan batas yang
terlindung untuk pesawat udara dari pergerakan peralatan
pelayanan darat (GSE). Suatu kawasan tertutup tempat pesawat
udara di parkir selama pelayanan grown handling diberikan.
Equipment Parking Garis putih yang berfungsi sebagai suatu area yang terletak pada
Area Marking/ jarak terlindung di luar aircraft safety area yang digunakan
Equipment Staging sebagai pembatas parkir dan pesawat udara.
Area
Apron Lead-in dan Garis kuning di apron dengan luas 0.15 meter sebagai pedoman
Lead-out Line Marking yang digunakan oleh pesawat udara untuk memperagakan
ancangan ke dalam atau ke luar apron.
Aircraft Nose Wheel Tanda berupa garis berwarna kuning sebagai tempat selesai
Stopping Position pesawat udara yang parkir. terletak di apron area pada
Marking perpanjangan lead-in dan berjarak 6 meter dari kemudian garis
lead-in.
Apron Edge Line Garis kuning di sepanjang tepi apron untuk menunjukkan batas
Marking tepi apron.
Parking Stand Number Tanda di apron berupa huruf dan angka yang berwarna kuning
Marking dengan latar belakangan hitam yang berfungsi sebagai penunjuk
nomor tempat parkir pesawat udara.
Aviobridge Safety Zone Tanda di apron berupa garis-garis merah yang yang terletak di
Marking tidak jauh aircraft parking stand berwujud trapesium berfungsi
sebagai penunjuk kawasan aerobridge atau garbarata. Garbarata
adalah sarana prasarana berupa jembatan yang dapat diatur
langsung ke pintu pesawat udara, digunakan untuk naik atau
turun penumpang, dari dan ke ruang tunggu.
No Parking Area Tanda berwujud persegi panjang dengan garis-garis berwarna
Marking merah yang tidak boleh digunakan untuk parkir peralatan.
Service Road Marking Tanda berupa dua garis pararel sebagai batas pinggir jalan dan
garis putus-putus sebagai petunjuk yang didapat sumbu jalan,
berwarna putih dengan luas garis 0.15 meter sebagai jalan
pelayanan umum untuk kendaraan atau peralatan yang
membatasi sebelah kanan dan kiri yang memungkinkan
pergerakan peralatan (GSE) terpisah dengan pesawat udara.
2.5.4 Bahan Pembuat Marka

Bahan pembuat marka pada bandar udara dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Marka Non-Mekanik
Marka jalan adalah campuran antara bahan pengikat, pewarna, dan bola kaca kecil
yang berfungsi untuk memantulkan cahaya lampu agar marka dapat terlihat dengan
jelas pada malam hari. Bahan dapat dikelompokkan atas:
a. Cat, kebanyakan adalah marka jalan yang dapat dengan cepat hilang, sehingga
hanya patut digunakan pada anggota jalan yang jarang dilewati oleh kendaraan.
b. Thermoplastic, adalah bahan yang digunakan pada arus lalu lintas yang tinggi,
penerapannya dilakukan dengan pemanasan material marka jalan kemudian
dihamparkan dijalan dengan menggunakan alat.
c. Cold-plastic, seperti thermoplastic digunakan pada jalan dengan arus yang
tinggi, menggunakan resin dan pengeras yang dicampurkan sebelum
penghamparan dijalan dengan menggunakan alat khusus untuk itu.

2. Marka Mekanik
Marka mekanik adalah paku jalan yang kebanyakan dilengkapi dengan reflektor.
Marka jenis ini ditanam atau dipaku ke permukaan jalan melengkapi marka non
mekanik.
BAB III
KESIMPULAN

Fasilitas Navigasi dan Pengamatan adalah salah satu prasarana penunjang operasi
bandara. Fasilitas ini dibagi menjadi dua kelompok peralatan, yaitu Pengamatan Penerbangan
dan Rambu Udara Radio.

Marking atau Marka Kawasan Pergerakan Pesawat Udara merupakan suatu tanda yang
ditulis atau digambarkan pada jalan di kawasan pergerakan pesawat udara dengan maksud
untuk memberikan suatu petunjuk yang didapat, menginformasikan suatu kondisi, dan batas-
batas keselamatan penerbangan. Marka di kawasan pergerakan pesawat udara dituliskan atau
digambarkan pada permukaan landas pacu, landas ancang dan apron. Marka adalah sesuatu
yang berlainan dengan rambu. Secara garis besar perbedaan antara rambu dengan marka
adalah, rambu berada di atas jalan, suatu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang
memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan di antaranya, yang digunakan
untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk yang didapat. Rambu
kebanyakan menggunakan tiang besi sebagai penyangganya. Sedangkan marka jalan adalah
suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi kawasan
kebutuhan lalu lintas. Dapat disimpulkan marka sebagai tulisan atau garis yang menandai
jalan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. 2005. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 21 Tahun 2005 tentang


Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7095-2005 mengenai Marka dan
Rambu pada Daerah Pergerakan Pesawat Udara di Bandar Udara sebagai Standar
Wajib. Jakarta: Kementerian Perhubungan.
Edunitas. Marka Kawasan Pergerakan Pesawat Udara. Diakses melalui
http://p2k.unkris.ac.id/ pada 30 Mei 2022.
SDF-Aviation. Pengertian Advanced Surface Movement Guidance and Control Systems.
Diakses melalui https://www.sdf-aviation.com/ASMGCS pada 30 Mei 2022.

Anda mungkin juga menyukai