Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN KERJA PRAKTEK

“ Analisis Pemasangan Surge Arrester


LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

BAB III

HASIL KEGIATAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Kegiatan :

Surge Arrester merupakan alat untuk melindungi peralatan


elektronik dari induksi petir. Peralatan pada AirNav sendiri banyak yang
rentan terkena induksi petir maka dari itu pemasangan Surge Arrester
diperlukan untuk mengantisipasi induksi petir pada peralatan terutama
yang berada diluar gedung.

Dalam menunjang keselamatan penerbangan, diperlukan suatu


persiapan dan pemeliharaan peralatan-peralatan yang ada kaitannya
dengan komunikasi antara petugas Air Trafic Controller (ATC) didarat
dengan pilot, peralatan tersebut tergabung dalam CNSA
(Communication, Navigation, Surveillance and Automation) dan
peralatan yang ada pada CNS & Otomasi dibagi menjadi:

1. Komunikasi (Communication)
2. Navigasi (Navigation)
3. Surveillance
4. Automation System

3.1.1 Fasilitas Komunikasi Penerbangan

Komunikasi yang terjadi antara penerbang (pilot pesawat


udara) dan petugas pemandu di darat atau disebut pengatur lalu lintas
penerbangan (Air Traffic Controller) dan juga antar petugas didarat
menggunakan alat komunikasi yang terbagi dalam 2 (dua) kelompok
yaitu:

3.1.1.1 Aeronautical Fixed Service (AFS)

Pelayanan telekomunikasi antara titik-titik yang tetap (tak


bergerak), atau biasa disebut point to point, yang diberikan terutama
untuk keselamatan navigasi penerbangan dan untuk pelayanan operasi
penerbangan yang teratur dan efisien. Hubungan point to point ini
diperlukan oleh unit-unit keselamatan penerbangan meliputi:
26 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

1. Inter-area communication yaitu hubungan antara pusat-pusat


keselamatan pengawasan lalu lintas penerbangan ACC dengan
ACC yang berbatasan.

2. Intra-area communication yaitu hubungan antara ACC dengan


unit APP/ADC/AFIS yang berada dalam daerahnya.

a) Jenis dan Sistem Komunikasi AFS

Jenis dan sistem komunikasi AFS dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Printed Communication yaitu berita penerbangan yang


dipertukarkan dalam bentuk berita tertulis yang dicetak. Jenis
ini dipergunakan pada komunikasi AFTN.

2. Speech Communication yaitu pertukaran berita dilakukan


secara langsung khusus untuk pertukaran informasi dan
koordinasi dalam pengawasan lalu lintas penerbangan.
dipergunakan untuk keperluan unit-unit ATS direct speech
serta fix voice communication coordination.

b) Fasilitas atau Peralatan AFS


Terdapat fasilitan dan peralatan AFS yang digunakan di AirNav
Indonesia cabang Surabaya diantaranya sebagai berikut.

1. AFTN

2. AMSC

3. VCCS

4. VSAT

5. ATIS

6. Voice Recorder

7. Radio Link

27 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

3.1.1.2 Aeronautical Mobile Service (AMS)

AMS adalah Komunikasi timbal balik antara Petugas ATC


dengan Pilot Pesawat Terbang dalam memandu Lalu lintas Penerbangan.

Secara umum sistem komunikasi penerbangan bergerak


(Aeronautical Telecommunication Service) terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Komunikasi Aktif (controlled airspaced)

Untuk komunikasi aktif digunakan pada fasilitas komunikasi


VHF-A/G yang dilengkapi dengan fasilitas recorder dan fasilitas VHF-
ER berada di lokasi-lokasi luar bandara untuk memperluas jangkauan
bandara sehingga sesuai dengan ruang udara ACC.

2. Komunikasi pasif (uncontrolled airspaced)

Untuk komunikasi pasif digunkan pada fasilitas komunikasi


lalu lintas penerbangan ruang udara Flight Service Sector berupa
fasilitas komunikasi HF-RDARA/MWARA. Regional and Domectic Air
Route Area (RDARA) merupakan pelayanan penerbangan domestik,
dengan menggunakan pemancar sebesar 1 kW atau lebih kecil.
Sedangkan Major World Air Route Area (MWARA) merupakan
pelayanan penerbangan Internasional, dengan menggunakan pemancar
sebesar 3-5 kW.

Komunikasi AMS biasa disebut dengan komunikasi Ground to


Air karena komunikasi ini adalah komunikasi antar ATC dengan pilot
pesawat. Peralatan komunikasi Ground to Air pada Bandara Juanda
Surabaya antara lain :

1. Radio Komunikasi VHF A/G pada ADC.


2. Radio Komunikasi VHF A/G pada APP.
3. Radio Komunikasi VHF-ER.
4. ATIS
5. VSCS
6. Recorder
7. VHF Data Link

28 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

3.1.2 Manajemen Lalu Lintas Udara Indonesia

AirNav Indonesia mengelola dan melayani navigasi


penerbangan di seluruh wilayah Indonesia yang terbagi menjadi dua
wilayah FIR, yaitu FIR Jakarta dan FIR Ujung Pandang. Total Luas FIR
= 5.193.252 Km2 ; Luas Wilayah = 4.110.752 Km2, dengan Jumlah
Lalu Lintas Penerbangan : 10.000 Movement / hari. Wilayah operasi
AirNav Indonesia berbatasan langsung dengan FIR Melbourne dan
Brisbane (Australia), FIR Colombo (Srilanka), FIR Singapura, FIR
Kuala Lumpur dan Kinabalu (Malaysia, FIR Manila (Filipina), FIR
Oakland (Amerika Serikat), FIR Port Moresby (Papua Nugini) dan FIR
Chennai (India).

Gambar 3.1: Pembagian FIR di Indonesia

29 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.2: Struktur Organisasi AirNav Cabang Surabaya

Pada saat ini Kantor Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan


Navigasi Penerbangan Indonesia cabang Surabaya berada dibawah
naungan FIR Makassar. Cabang Surabaya sendiri memiliki 3 cabang
pembantu dan 2 kantor unit.

Sesuai dengan tujuan pemberian Air Traffic Services, Annex


11, International Civil Aviation Organization (ICAO), 1998, Pelayanan
Lalu Lintas Udara terdiri dari 3 (tiga) layanan yaitu:

1) Pelayanan Pengendalian Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controll


Service), pada ruang udara terkontrol (Controlled Airspace) terbagi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:

a. Aerodrome Control Service : Memberikan layanan Air Traffic


Control Service, Fligh Information Service, dan Alerting
Service yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang
beroperasi atau berada di bandar udara dan sekitarnya (vicinity
of aerodrome) seperti take off, landing, taxing, dan fyang
berada di kawasan manoevering area, yang dilakukan di
menara pengawas (control tower). unit yang bertanggung
jawab memberikan pelayanan ini disebut ADC

b. Approach Control Service : Memberikan layanan Air Traffic


Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service, yang diberikan kepada pesawat yang berada diruang
udara sekitar bandar udara, baik yang sedang melakukan
pendekatan maupun yang baru berangkat, terutama bagi
penerbangan yang beroperasi terbang instrumen yaitu suatu
penerbangan yang mengikuti aturan penerbangan instrumen
atau dikenal dengan IFR. unit yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan ini disebut APP.

c. Area Control Service : Memberikan layanan Air Traffic


Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service, yang diberikan kepada penerbang yang sedang
menjelajah (en-route flight) terutama yang termasuk

30 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

penerbangan terkontrol (controlled flights). Unit yang


bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut ACC.

2) Pelayanan Informasi Penerbangan (Flight Information Service) :


Flight Information Service adalah pelayanan yang dilakukan dengan
memberikan berita dan informasi yang berguna dan bermanfaat
untuk keselamatan, keamanan, dan efisiensi bagi penerbangan.

3) Pelayanan keadaan darurat (alerting service) : Pelayanan keadaan


darurat adalahpelayanan yang dilakukan dengan memberitahukan
instansi terkait yang tepat, mengenai pesawat udara yang
membutuhkan pertolongan search and rescue unit dan membantu
instansi tersebut, apabila diperlukan.

3.1.3 Peralatan Komunikasi Penerbangan

Dalam menunjang keselamatan penerbangan, diperlukan suatu


persiapan dan pemeliharaan peralatan-peralatan yang ada kaitannya
dengan komunikasi antara petugas ATC didarat dengan pilot, pada
Bandara Juanda Surabaya yang ada pada dinas teknik yang bertugas
memelihara peralatan yang bekerja dibidang CNS & A (Communication,
Navigation, Surveillance and Automation) dan peralatan yang ada pada
CNS & A dibagi menjadi:

1. Komunikasi (Communication)

2. Navigasi (Navigation)

3. Surveillance and Automation System

3.1.3.1 Communication

Dalam menunjang keselamatan penerbangan, diperlukan suatu


peralatan yang ada kaitannya dengan komunikasi antara petugas ATC
yang ada di darat dengan pilot pesawat terbang (Ground to Air) dan
komunikasi antar petugas ATC disuatu bandar udara dengan petugas
ATC di bandara lain (Ground to Ground).

31 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

VHF Air to Ground adalah komunikasi antara petugas ATC


yang ada di suatu bandara dengan pilot pesawat terbang dengan
menggunakan sarana peralatan transmitter dan receiver. Adapun
frekuensi yang digunakan untuk komunikasi antara Petugas ATC
Bandara Juanda Surabaya dengan pilot pesawat terbang adalah sebagai
berikut.

1. VHF 119.15 MHz (Ground Control)

2. VHF 118.3 MHz dan 118.1 MHz (ADC)

3. VHF 123.2 MHz dan 124.5 MHz (APP Sub Director)

4. VHF 125.1 MHz dan 123.55 MHz (APP Sub West)

5. VHF 124.0 MHz dan 122.85 MHz (APP Sub East)

6. VHF 125.1 MHz (Emergency)

7. VHF 128.2 MHz (ATIS)

8. VHF 123.9 MHz (ER)

9. VHF 125.1 MHz dan 123.55 MHz ER Jangli Semarang

Tabel 3.1: Alokasi Frekuensi di Bandara Juanda

User Freq Main Freq Standby

Ground Control 119.15 MHz -

ADC 118.30 MHz 118.10 MHz

APP Sub Director 123.20 MHz 124.50 MHz

APP Sub West 125.10 MHz 123.55 MHz

32 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

APP Sub East 124.00 MHz 122.85 MHz

APP (Freq Emergency) 121.50 MHz -

ATIS 128.20 MHz -

ER Makassar 123.90 MHz 125.90 MHz

ER Jangli 125.10 MHz 123.55 MHz

Gambar 3.3: Layout Runway, Taxiway dan Apron

33 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.4: Pembagian Wilayah Pengontrolan, Level dan


Altitude

Gambar 3.5: Area Kontrol ATC Surabaya

Peralatan Transmitter (Tx) untuk frekuensi 119.15 MHz, 118.3


MHz, 118.1 MHz, 123.22 MHz, 124.5 MHz, 125.1 MHz, 123.55 MHz,
124.0 MHz, 122.85 MHz, 121.5 MHz, 128.2 MHz dan 123.9 MHz
ditempatkan di ruangan yang disebut dengan Transmitter Centre (Tx
Centre).

34 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Peralatan Receiver (Rx) untuk frekuensi 119.15 MHz, 118.3


MHz, 118.1 MHz, 123.22 MHz, 124.5 MHz, 125.1 MHz, 123.55 MHz,
124.0 MHz, 122.85 MHz, 121.5 MHz, 128.2 MHz dan 123.9 MHz
ditempatkan di ruangan yang disebut dengan Receiver Centre (Rx
Centre).

Peralatan Transmitter (Tx) dan Receiver (Rx) yang dipakai di


Bandara Juanda Surabaya menggunakan Merk OTE Italy dan Merk PAE
(Park Air Electronic) England.

Spesifikasi peralatan VHF yang digunakan di Bandara Juanda


sebagai berikut :

1. Peralatan Transmitter yang digunakan:


 VHF 119.15 MHz (Merk OTE)
 VHF 118.3 MHz (Merk OTE)
 VHF 118.1 MHz (Merk OTE)
 VHF 123.2 MHz (Merk OTE)
 VHF 125.1 MHz (Merk OTE)
 VHF 128.2 MHz (Merk OTE)
 VHF 121.5 MHz (Merk PAE-5000)
2. Peralatan Receiver yang digunakan:
 VHF 119.15 MHz (Merk OTE)
 VHF 118.3 MHz (Merk OTE)
 VHF 118.1 MHz (Merk OTE)
 VHF 123.2 MHz (Merk OTE)
 VHF 125.1 MHz (Merk OTE)
 VHF 121.5 MHz (Merk PAE-5000)

Peralatan VHF A/G Tranciever (pemancar dan penerima)


merupakan peralatan yang digunakan untuk komunikasi antar pilot
pesawat udara dengan pemandu lalu lintas udara dalam bentuk suara
yang bekerja pada frekuensi VHF. Adapun frekuensi yang digunakan
untuk komunikasi antara petugas ATC Bandara Juanda Surabaya dengan
pilot pesawat udara adalah sebagai berikut:

1. VHF 119.15 MHz (Ground Control)

35 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

VHF 119.15 MHz adalah frekuensi yang digunakan oleh


petugas ADC untuk mengontrol pesawat dari runway (landasan pacu)
sampai apron (tempat parkir pesawat) setelah dipandu oleh petugas
ADC petugas ground control mengatur pergerakan pesawat secara
visual.

2. VHF 118.3 MHz dan 118.1 MHz (ADC)

VHF 118.3 MHz dan 118.1 MHz adalah frekuensi yang


digunakan oleh petugas ADC untuk mengontrol pesawat saat take off
(tinggal landas) dan landing (mendarat) sampai sejauh 10 NM dengan
ketinggian 2500 feet setelah dipandu oleh petugas ground control
maupun petugas APP Sub Director. Petugas ADC mengatur pergerakan
pesawat secara visual. Frekuensi 118.3 MHz adalah primary frekuensi
dan 118.1 MHz adalah secondary frekuensi. Apabila terjadi gangguan
pada frekuensi 118.3 MHz, maka petugas ADC dapat menggunakan
frekuensi 118.1 MHz.

3. Radio Komunikasi A/G pada APP

a) VHF 123.2 MHz dan 124.5 MHz (APP Sub Director)

VHF 123.2 MHz dan 124.5 MHz adalah frekuensi yang


digunakan oleh Petugas APP Sub Director untuk mengontrol pesawat
pada jarak 10 NM sampai 70 NM pada ketinggian 2500 feet sampai
4.000 feet setelah dipandu oleh petugas ADC maupun Petugas APP Sub
West/APP Sub East. Petugas APP Sub Director mengatur pergerakan
pesawat tidak secara visual melainkan menggunakan bantuan radar.
Frekuensi 123.2 MHz adalah primary frekuensi dan 124.5 MHz adalah
secondary frekuensi. Apabila terjadi gangguan pada frekuensi 123.2
MHz, maka petugas APP dapat menggunakan frekuensi 124.5 MHz.

b) VHF 125.1 MHz dan 123.55 MHz (APP Sub West)

VHF 125.1 MHz dan 123.55 MHz adalah frekuensi yang


digunakan oleh Petugas APP Sub West untuk mengontrol pesawat pada
jarak 70 NM sampai 185 NM pada ketinggian 10.00 feet sampai 24.000
feet arah barat setelah dipandu oleh Petugas APP Sub Director maupun
petugas ACC Makasar. Petugas APP Sub West mengatur pergerakan
36 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

pesawat tidak secara visual melainkan menggunakan bantuan radar.


Frekuensi 125.1 MHz adalah primary frekuensi dan 123.55 MHz adalah
secondary frekuensi. Apabila terjadi gangguan pada frekuensi 125.1
MHz, maka petugas APP Sub West dapat menggunakan frekuensi
123.55 MHz.

c) VHF 124.0 MHz dan 122.85 MHz (APP Sub East)

VHF 124.0 MHz dan 122.85 MHz adalah frekuensi yang


digunakan oleh Petugas APP Sub East untuk mengontrol pesawat pada
jarak 70 NM sampai 185 NM pada ketinggian 10.00 feet sampai 24.000
feet arah timur setelah dipandu oleh petugas APP Sub Director maupun
petugas ACC Makasar. Petugas APP Sub East mengatur pergerakan
pesawat tidak secara visual melainkan menggunakan bantuan radar.
Frekuensi 124.0 MHz adalah primary frekuensi dan 122.85 MHz adalah
secondary frekuensi. Apabila terjadi gangguan pada frekuensi 124.0
MHz, maka petugas APP Sub East dapat menggunakan frekuensi 122.85
MHz.

4. VHF 125.1 MHz (Emergency)

VHF 125.1 MHz adalah frekuensi yang digunakan oleh Petugas


APP apabila Pesawat dalam keadaan darurat atau terjadi pembajakan
didalam Pesawat.

5. VHF 128.2 MHz ATIS

VHF 128.2 MHz adalah frekuensi yang digunakan oleh


peralatan ATIS yang ada di bandara yang dipancarkan secara broadcast
terus menerus selama 24 jam tentang keadaan cuaca disuatu bandara
maupun runway yang digunakan/ Run Way In Use (RWY 28 dari arah
timur atau RWY 10 dari arah barat).

6. VHF 123.9 MHz ER

VHF 123.9 MHz adalah frekuensi yang digunakan oleh Petugas


ACC Makasar untuk mengontrol pesawat pada jarak diatas 185 NM dan
pada ketinggian diatas 24.000 feet setelah dikontrol oleh Petugas APP
Sub West/APP Sub East maupun petugas ACC Jakarta. VHF 123.9
37 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

MHz digunakan sebagai repeater oleh petugas ACC Makasar untuk


mengontrol pesawat dalam jangkauan jauh dan ditempatkan di Bandara
Juanda Surabaya.

7. VHF 125.1 MHz dan 123.55 MHz ER Jangli Semarang

VHF 125.1 MHz dan 123.55 MHz digunakan untuk Extended


Range APP Semarang.

Radio Komunikasi VHF-ER adalah uatu peralatan transmitter


dan reciever yang ditempatkan di Bandara Juanda Surabaya yang
digunakan sebagai repeater untuk komunikasi antara petugas ACC
ujung pandang dengan pilot pesawat terbang dengan menggunakan
sarana satelit VSAT.

Tujuan didirikannya ER adalah untuk komunikasi antara ACC


ujung pandang dengan pesawat tidak bias jauh sehingga dengan adanya
ER komunikasi antara petugas ACC Makasar dengan pilot pesawat
terbang bisa terjangkau.

Gambar 3.6: Blok Diagram Extended Range

Beberapa peralatan yang digunakan dalam menunjang


penerbangan di kategori communication sebagai berikut.

3.1.3.1.1 AMSC (Automatic Message Switching Centre)

AMSC adalah suatu peralatan sistem pengatur penyaluran


berita (Message Switching) berbasis komputer yang bekerja secara store
and forward artinya berita masuk ke AMSC disimpan lalu disalurkan
sesuai dengan address yang dituju sesuai dengan format AFTN.
38 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

AFTN adalah suatu jaringan komunikasi data penerbangan


antara satu bandara dengan bandara lainnya berguna untuk mengirim
dan menerima jadwal penerbangan, data cuaca dan berita lain yang
berhubungan dengan penerbangan dengan menggunakan sarana VSAT.

Dalam sistem AFTN di Bandara Juanda Surabaya


menggunakan peralatan yang dinamakan AMSC yaitu sistem
komunikasi data penerbangan yang berbasis komputer.

Gambar 3.7: Jaringan AMSC di Bandara Juanda

39 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.8: Jaringan AFTN di Indonesia

Peralatan AMSC di Bandara Juanda menggunakan tipe Aromes


1003Qi Merk Elsa Bandung.

40 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.9: Blok Diagram AMSC Elsa

Setiap bandara mempunyai alamat sesuai standart ICAO yang


disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel 3.2: Alamat Setiap Bandara di Indonesia

Jakarta Center WII Makasar Center WAA

WIBB Pekan Baru WAPP Ambon

WIDD Batam WAOO Banjarmasin

WIAA Bandung WADD Bali

WIMM Medan WABB Biak

WIHH Jakarta/Halim WATT Kupang

WIOO Pontianak WAJJ Jayapura

WITT Banda Aceh WAKK Merauke

WIPP Palembang WASS Sorong

WRRR Jakarta WAMM Manado


DGAC

WIEM SiBolga WARR Surabaya

WIDN Tanjung WALL Balikpapan


Pinang

WIDK Pangkal WAW Kendari


Pinang W

WIAB Tangerang WAOP Palangkaraya

WIMB Padang WADA Mataram

41 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

WIPA Jambi WAMG Gorontalo

WIPR Regat WALL Solo

WIPL Bengkulu WALS Samarinda

WAML Palu

WARS Semarang

WARJ Yogyakarta

WALR Tarakan

3.1.3.1.2 Direct Speech

DS adalah sistem komunikasi melalui telepon yang digunakan


oleh petugas APP Bandara Juanda dengan petugas ATC bandara lain
untuk koordinasi tentang posisi pesawat terbang menggunakan sarana
satelit berupa VSAT.

Tabel 3.3: Direct Speech Bandara Juanda Dengan Bandara


Lain

No Direct Speech

1 Juanda Malang

2 Juanda Madiun

3 Juanda Solo

4 Juanda Semarang

5 Juanda Jogja

42 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

6 Juanda Bali

7 Juanda Banjarmasin

8 Juanda Jakarta

9 Juanda Makassar

10 Juanda Pangkalan Bun

Gambar 3.10: Hubungan Direct Speech Bandara Juanda


dengan Bandara lain

3.1.3.1.3 VSAT (Very Small Aperture Terminal)

VSAT adalah jaringan atau sistem komunikasi satelit yang


terdiri atas sejumlah stasiun remote (terminal VSAT) dengan
menggunakan antena parabola berdiameter lebih kecil dibandingkan
dengan komunikasi satelit lainnya, menggunakan sebuah atau sebagian
transpoder satelit sebagai pengulang (repeater) dengan didukung
peralatan pada stasiun dan sebuah stasiun bumi utama. Sistem
komunikasi satelit secara umum dipakai untuk melakukan pengiriman
sinyal informasi antar dua tempat atau lebih dalam kondisi alam yang

43 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

tidak efisien untuk dilakukannya komunikasi secara terestial, misalnya


dua tempat yang terpisah oleh lautan atau pegunungan.

Pemakaian teknologi komunikasi satelit ini tidak saja terjadi


antara dua stasiun bumi dengan satelit saja, namun juga dipergunakan
pada komunikasi pada pesawat, sehingga hubungan yang terjadi adalah
pesawat berkomunikasi melali satelit ke stasiun bumi dan begitu pula
sebaliknya. Fungsi utama dari VSAT adalah untuk menerima dan
mengirimkan data ke satelit. Satelit berfungsi sebagai penerus sinyal
untuk dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi. Sebenarnya piringan
VSAT tersebut menghadap ke sebuah satelit yang selalu berada di
tempat yang sama sejalan dengan perputaran bumi pada sumbunya yang
dimungkinkan karena mengorbit pada titik yang sama di atas permukaan
bumi, dan mengikuti perputaran bumi pada sumbunya.

3.1.3.1.3.1 Jaringan VSAT

Dalam teknologi VSAT, dapat digunakan untuk membangun


sebuah jaringan. Berikut merupakan arsitektur jaringan VSAT terdiri
dari:

● Ground Segment (Segment Bumi)

o Hub Station/Master Earth Station

o Network Management System.

o Remote Earth Station

● Space Segment (Segment Angkasa)

o Transponder Satelit

44 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.11: Arsitektur Jaringan VSAT

VSAT memiliki kemampuan untuk menerima maupun


mengirimkan sinyal melalui satelit kepada VSAT lain pada jaringan
tersebut. Dalam jaringan VSAT tersebut terdapat perangkat yaitu hub
yang berfungsi untuk mengontrol seluruh operasi jaringan komunikasi.
Pada hub terdapat sebuah server NMS yang memberikan akses pada
operator jaringan untuk memonitor dan mengontrol jaringan komunikasi
melalui integrasi perangkat keras dan komponen-komponen perangkat
lunak. Operator dapat memonitor, memodifikasi dan mengunduh
informasi konfigurasi individual ke masing-masing VSAT. NMS
workstation terletak pada user data center.

Stasiun hub terdiri atas RF, IF, dan peralatan baseband. Stasiun
ini mengatur multiple channel dari inbound dan outbound data. Pada
jaringan private terdedikasi, hub ditempatkan bersama dengan fasilitas
data processing yang memiliki user. Pada jaringan hub yang dibagi-
bagi, hub dihubungkan ke data center atau peralatan user dengan
menggunakan circuit backhaul terrestrial.

Peralatan RF terdiri atas antena, LNA, down converter dan high


power amplifier. Kecuali antena, sub sistem RF hub pada umumnya
dikonfigurasi dengan redundancy 1:1. Peralatan IF dan baseband terdiri
dari IF combiner, modulator dan demodulator, juga peralatan
pemrosesan untuk antarmuka peralatan pelanggan. Unit antarmuka

45 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

satelit menyediakan kontrol komunkasi menggunakan teknik multiple


akses yang sesuai.

Gambar 3.12: Blok Diagram Sistem Hub VSAT

3.1.3.1.3.2 Komponen VSAT


1. Outdoor Unit (ODU)

Terdiri atas antena dan RFT sebagai berikut:

 Antena
Antena berfungsi untuk memancarkan dan menerima gelombang
radio RF. Antena yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu
sebuah solid dish antenna yang memiliki bentuk parabola.

Fungsi antena pada komunikasi VSAT adalah sebagai berikut :

o Memancarkan gelombang radio RF dari stasiun bumi ke


satelit yang mana besar frekuensinya dari 5,925 GHz sampai
dengan 6,425 GHz.

o Menerima gelombang radio RF dari satelit ke stasiun bumi


yang mana besar frekuensinya dari 3,7 GHz sampai dengan
4,2 GHz.

46 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

o Bagian antena terdiri atas reflektor, feedhorn, dan penyangga.


Ukuran piringan antena atau dish VSAT berkisar antara 0,6-
3,8 meter. Ukuran dish sebanding dengan kemampuan antena
untuk menguatkan sinyal.

Gambar 3.13: Antena VSAT

Feedhorn dipasang pada frame antena pada titik fokusnya dengan


bantuan lengan penyangga. Feedhorn mengarahkan tenaga yang
ditransmisikan ke arah piringan antena atau mengumpulkan tenaga
dari piringan tersebut. Feedhorn terdiri atas sebuah larik komponen
pasif microwave.

● RFT dipasang pada frame antena dan dihubungkan secara internal


ke feedhorn. RFT terdiri atas:

o Low Noise Amplifiers (LNA)

LNA berfungsi memberikan penguatan terhadap sinyal yang


datang dari satelit melalui antena dengan noise yang cukup rendah dan
bandwidth yang lebar (500 MHz). Lemahnya sinyal dari satelit yang
diterima oleh LNA disebabkan oleh faktor jauhnya letak satelit,
sehingga mengalami redaman yang cukup besar disepanjang lintasannya
dan keterbatasan daya yang dipancarkan oleh satelit untuk mencakup
wilayah yang luas.

Untuk dapat memberikan sensitivitas penerimaan yang baik,


maka LNA harus memiliki noise temperatur yang rendah dan
47 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

mempunyai penguatan/gain yang cukup tinggi (Gain LNA = 50 dB).


LNA harus sanggup bekerja pada band frekuensi antara 3,7 GHz sampai
dengan 4,2 GHz (bandwidth 500 MHz).

Salah satu jenis LNA yaitu Parametrik LNA. Parametrik LNA


yaitu LNA yang menggunakan penguat parametrik untuk penguat
pertamanya dan penguat transistor biasa pada tingkat keduanya.
Penguatan pertama (parametric amplifier) memberikan penguatan 15
sampai dengan 20 dB dan penguatan transistor memberikan penguatan
35 sampai dengan 40 dB, sehingga total penguatannya sebesar 55 dB.

o Solid State Power Amplifier (SSPA)

SSPA berfungsi untuk memperkuat daya sehingga sinyal dapat


dipancarkan pada jarak yang jauh. SSPA ini merupakan penguat akhir
dalam rangkaian sisi pancar (transmit side) yang merupakan penguat
daya frekuensi sangat tinggi dalam orde Gega Hertz.

Tujuan penggunaan SSPA adalah untuk memperkuat sinyal RF


pancar pada band frekuensi 5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz dari
GCE pada suatu level tertentu yang jika digabungkan dengan gain
antena akan menghasilkan daya pancar yang dikehendaki ke satelit. Ada
hal yang perlu diperhatikan dalam mengoperasikan penguat daya
frekuensi tinggi, diantaranya :

✓ Besar daya output yang dihasilkan

✓ Lebar band frekuensi yang harus dicakup

✓ Pengaruh intermodulasi yang muncul

✓ Input dan output back-off

Up Converter, berfungsi untuk mengkonversi sinyal IF atau


sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz
menjadi sinyal RF Up link (5,925 – 6,425 GHz).

48 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Down Converter, berfungsi untuk mengkonversi sinyal RF


Down Link (3,7 MHz – 4,2 MHz) menjadi sinyal Intermediate
Frequency dengan frekuensi center sebesar 70 MHz.

2. Indoor Unit (IDU)

Modem VSAT merupakan perangkat indoor yang berfungsi


sebagai modulator dan demodulator. Modulasi adalah proses
penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal IF pembawa yang
dihasilkan oleh synthesiser. Frekuensi IF besarnya mulai dari 52 MHz
sampai 88 MHz dengan frekuensi center 70 MHz. Sedangkan
demodulasi adalah proses memisahkan sinyal informasi digital dari
sinyal IF dan meneruskannya ke perangkat teresterial yang ada. Teknik
modulasi yang dipakai dalam modem satelit yaitu modulasi dengan
sistem PSK.

Modulator berfungsi untuk mencampurkan sinyal informasi


digital dari perangkat teresterial kedalam sinyal IF 70 MHz yang
dihasilkan dari dalam modem.

Gambar 3.14: Blok Diagram Modulator

Pada proses modulasi sinyal data masuk melalui


port interface kemudian diteruskan ke bagian Digital to Analog
Converter dan diubah menjadi sinyal analog I dan sinyal Q. Sinyal I dan
sinyal Q mempunyai amplitude yang sama tetapi memiliki fase yang
berbeda. Sinyal I & Q diperkuat, difilter kemudian dicampur dengan
sinyal IF dari sinthesizer sehingga dihasilkan sinyal IF termodulasi.
Sinyal IF kemudian dikuatkan dan diatur powernya oleh bagian TX

49 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

kontrol dan kemudian diteruskan ke port IF output di bagian belakang


modem.

Demodulator menerima sinyal dari RFT dalam range frekuensi


IF dan melakukan demodulasi pada sinyal untuk memisahkan user trafik
sinyal dari carrier.

Gambar 3.15: Blok Diagram Demodulator

Pada proses demodulasi, sinyal IF yang diterima di masukan ke


rangkain AGC. Rangkaian AGC ini berfungsi untuk mengatur kekuatan
sinyal IF yang akan didemodulasi. Rangkaian AGC dikontrol oleh
bagian A/D converter. Sinyal IF yang sudah disesuaikan levelnya
kemudian dicampur dengan sinyal dari sintisiser sehingga menghasilkan
sinyal I dan sinyal Q. Kemudian sinyal ini dikuatkan dan difilter, setelah
itu sinyal I & Q masuk ke bagian A/D converter sehingga didapatkan
sinyal data digital, kemudian sinyal data digital diteruskan ke bagian
interface dan diteruskan ke port interface.

Pada Bandara Juanda menggunakan VSAT point to point yang


digunakan untuk keperluan mengirimkan data antara dua lokasi maupun
saluran telepon jarak jauh. Aplikasi broadcast link biasanya digunakan
untuk memancarkan data penerbangan, data radar dan direct speech.
Data-data dipancarkan oleh transmitter ke satelit, oleh satelit data-data
tersebut diterima lalu dipancarkan kembali ke banyak penerima. Dengan
semakin murahnya biaya telekomunikasi dan semakin kecilnya antena
penerima, memungkinkan layanan efisien dan cepat tanpa ganguan.

50 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.16: VSAT Point To Point

3.1.3.1.4 Radio Link

Suatu pemancar dan penerima yang memiliki frekuensi sama


namun dengan penempatan antara tranciever dan receiver berbeda,
sehingga komunikasi dapat berlangsung secara full duplex. Dalam
sistem transmisi dalam sistem radio link data awal dirubah oleh suatu
interface atau modem kemudian dimodulasikan oleh pemancar dan oleh
penerima diproses sebaliknya.

3.1.3.1.5 Aerodrome Terminal Information Service (ATIS)

ATIS yaitu fasilitas di bandara-bandara yang broadcast (secara


terus-menerus menyiarkan) informasi-informasi penting seperti cuaca,
R/W in use & terminal area. Rekaman informasi yang dibroadcast secara
terus menerus (30 menit sekali di upgrade) ini membantu untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban kerja ATC dengan
repetitive transmisi untuk informasi penting secara rutin.

Informasi lain yang penting juga seringkali disampaikan,


misalnya ada windshear, penutupan jalur taxiway dan lain lain.
Frekuensi radio ini biasa disingkat ATIS, dan fasilitas ini selalu diakses
pilot untuk mengetahui kondisi landasan dan cuaca di bandara yang
akan digunakan untuk take off atau landing.

Prinsip kerja dari ATIS ialah pertama-tama data dari meteologi


ataupun AWOS dikirm ke dalam sistem ATIS dan sistem di server ATIS
dalam bentuk Data dengan format AFTN, data tersebut harus

51 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

diperbaruhi setiap tiga puluh menit. Kemudian oleh server, data yang
berupa text diterjemahkan ke dalam bentuk suara.

Gambar 3.17: Blok Diagram ATIS

Setelah data dalam bentuk text selesai diterjemahkan menjadi


suara maka sinyal suara tersebut akan ditransmisikan/disiarkan ke
seluruh Penerbangan yang akan take off dan landing serta menggunakan
Runway In Use 10 dan Runway In Use 28 pada bandara dimana sistem
ATIS tersebut berada.

3.1.3.1.6 Voice Communication Control System (VCCS)

VCCS adalah peralatan switching untuk suara yang digunakan


oleh petugas ADC maupun ADC Bandara Juanda untuk koordinasi
dalam mengontrol pesawat dan sarana telepon antara petugas APP
Bandara Juanda dengan petugas ATC bandara lain untuk koordinasi
dalam mengontrol pesawat. Komunikasi melalui telepon antara petugas
APP satu bandara dengan petugas APP bandara lain disebut dengan
direct speech.

Di AirNav Cabang Surabaya memiliki server peralatan VCCS


merk LES yang diproduksi oleh China. VCCS terdiri dari dua bagian
utama yaitu server dan client. Server merupakan pusat processing dan
pusat pengontrolan switching input dan output, sedangkan bagian client
atau VCU adalah perangkat yang digunakan oleh user dalam
pengoperasian VCCS. Jumlah VCU pada AirNav Cabang Surabaya
52 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

terdapat 12 buah yang ditempatkan di tower room, APP room, dan


equipment room.

Merek : VCCS LES

Vendor : Nanjing Information Tecnology

Coverage : vertical

Status : dual main stand by

Letak penempatan : Gedung AOB

Tahun instalasi : 2016

Channel : 64 Channel

Berikut adalah bentuk fisik peralatan VCCS pada gambar 3.18


dan spesifikasi peralatan VCCS merek LES pada tabel 3.6 di Perum
LPPNPI Kantor Cabang Surabaya :

53 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3. 18: Rak Kabinet Peralatan VCCS Merk LES

54 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3. 19: Interkoneksi VCCS Merk LES

Gambar 3.20 merupakan interkoneksi VCCS merek LES.


Peralatan VCCS akan merubah data analog ke digital dan merubah
kembali ke data analog, VCCS mengintegrasi direct speech, telepon
lokal, dan radio transmitter dan receiver dalam satu sistem. Untuk
direct speech dimasukkan pada module ALT, untuk telepon lokal
dimasukkan pada module ASL, dan untuk radio dimasukkan pada
module RIU. Agar transmitter radio bisa change over secara otomatis,
RIU disandingkan dengan BSS. RIU, ALT, dan ASL dikoneksikan ke
DRV dan dari DRV ke EXP sebagai pengaman sebelum ke MPU, dan
dari EXP ke MPU, dan MPU akan mengelola semua direct speech,
telepon lokal, dan radio melakukan switch radio atau telepon atau direct
speech apa yang diinginkan oleh VCU tertentu.VCCS memiliki dua rak
yaitu rak A dan rak B sebagai berikut:

1. Rak A
55 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Rak A terdiri dari MSC (Media Service Center), power supply, dan
MDF (Main Distribution Frame).
a. Power supply berfungsi sebagai sumber tegangan dari MSC,
RCMS, dan network switch.
b. MSC (Media Service Center) berfungsi sebagai module yang
mengelola data. MSC sendiri memiliki beberapa module yaitu
ALT, ASL, RIU, BSS, DRV, PSM, EXP, dan MPU. Gambar
3.23 adalah bentuk fisik MSC pada peralatan VCCS merek
LES:

Gambar 3. 20: Module MSC Peralatan VCCS Merek LES

Keterangan:

1) PSM (Power Supply Module)


Berfungsi untuk sumber tegangan untuk ALT, ASL, RIU, BSS,
DRV, EXP, dan MPU sebesar 5 Volt.

56 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

2) ALT (Analogue Loop Trunk)


Berfungsi sebagai interface komunikasi direct speech.
3) ASL (Analog Subscriber line)
Berfungsi sebagai interface telepon lokal.
4) RIU (Radio Interface Unit)
Berfungsi sebagai interface radio Transmitter dan Receiver.
5) BSS (Best Signal Select)
Berfungsi untuk memilih sinyal yang terbaik untuk diproses dari
beberapa receiver.
6) DRV (Drive Modul)
Berfungsi untuk menyalurkan hasil dari ALT, ASL, BSS, dan
RIU ke EXP sebelum dikelola di MPU.
7) EXP (Expand Board)
Berfungsi untuk mengamankan koneksi jika terjadi lonjakan
muatan agar MPU tidak mengalami kerusakan.
8) MPU (Main Process Unit)
Berfungsi sebagai switching radio dan telepon yang akan
digunakan pada VCU tertentu, MPU juga sebagai proses akhir dari
MSC.
9) MDF (Main Distribution Frame)
Berfungsi sebagai terminal atau sambungan antara kabel primer
dengan kabel sentral dan sebagai frame instalasi.

2. Rak B
Rak B terdiri dari RCMS (Remote Control Monitor System), printer,
dan network switch 1.
a. RCMS (Remote Control Monitor System) berfungsi untuk
mengatur database dari MSC dan mengatur tampilan setiap
VCU.
b. Printer berfungsi untuk mencetak setiap hal yang diperlukan
yang ada di database MSC.
c. Network switch berfungsi untuk menghubungkan MPU atau
MSC ke VCU, baik di APP room maupun di Tower Room.
Untuk APP Room VCU dihubungkan ke network switch 1 dan
untuk Tower room perlu menggunakan network switch 2 yang
ada di Receiver Room karena jika VCU yang ada di Tower
Room langsung dihubungkan ke network switch 1 maka akan

57 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

tegangan akan turun karena jarak yang jauh. Jadi network


switch 1 dihubungkan ke network switch 2 dan VCU yang di
Tower dihubungkan ke network switch 2.

Berikut adalah Tabel 3.4 yang menunjukkan beberapa user VCU merek
LES dan lokasi penempatannya di Perum LPPNPI Cabang Surabaya:

Tabel 3.4: User VCU Merek LES dan Lokasi Penempatan

CLIENT USER LOCATION

VCU 1 Tower Tower

VCU 2 Assistant Tower Tower

VCU 3 Ground APP

VCU 4 East APP

VCU 5 Assistant East APP

VCU 6 West APP

VCU 7 Assistant West APP

VCU 8 Director APP

VCU 9 Assistant Director APP

VCU 11 Supervisor APP

VCU 12 Supervisor Equipment Room

3.1.3.1.7 Voice Recorder

Voice Recorder adalah peralatan di AirNav Cabang Surabaya


yang digunakan untuk merekam seluruh komunikasi berupa audio antara

58 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

ATC-Pilot dan juga sebagai bukti apabila terjadi keadaan darurat pada
saat penerbangan. Voice recorder pada AirNav Cabang Surabaya
bekerja secara dual redundant dan terletak dalam equipment room.

Fungsi utama voice recorder ini ialah sebagai berikut:

 Merekam pembicaraan antara petugas ATC dengan pilot yang


menggunakan VHF A/G sebagai bentuk dokumentasi pembicaraan
jika diperlukan pemutaran ulang pada waktu-waktu yang ditentukan.
 Merekam pembicaraan antara petugas ATC melalui telepon yang
menggunakan direct speech untuk koordinasi dalam mengontrol
pesawat terbang sebagai dokumentasi jika terjadi kecelakaan
pesawat.

Spesifikasi Voice Recorder di AirNav Cabang Surabaya yaitu:

Merk : ATIS UHER (Germany)

Jumlah channel : 64 Chanel

Status : dual redundant

Letak peralatan : di equipment room

Tahun instalasi : 2018

59 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.21: Voice Recorder ATIS UHER (made in


Germany)

3.1.3.2 Navigation

3.1.3.3 Surveillance and Automation


3.1.4 Analisa dan Pembahasan

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO. :PER.


02/MEN/1989 Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir mengatur
semua mulai dari pengukuran sampai instalasi penyalur petir. Semua
peralatan yang digunakan pada AirNav cabang Surabaya memiliki
penangkal petir yang dioptimalkan dengan menggunakan arrester. Surge
Arrester merupakan alat yang digunakan untuk melindungi peralatan
listrik dari transien tegangan berlebih yang disebabkan oleh peristiwa
eksternal (petir) atau internal (switching). Prinsip kerja surge arrester
yaitu saat tegangan yang mengalir pada instalasi listrik memiliki nilai
tegangan normal,maka surge arrester belum bekerja. Kemudian pada
saat tegangan yang mengalir tiba-tiba melonjak dan besar tegangannya
melebihi toleransi tegangan normal, maka surge arrester akan bekerja
60 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

secara otomatis mengalirkan tegangan lebih tersebut menuju ke saluran


pembuangan / grounding. Induksi arus petir dapat mempengaruhi
bahkan merusak peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk peralatan
yang berada diluar seperti antena digunakan penangkal petir untuk
melindungi peralatan, wilayah, atau suatu bangunan dari sambaran petir.
Umumnya penangkal petir dan arrester akan
menyalurkan/menghantarkan energi listrik dari penangkal petir atau
arrester untuk dinetralkan ke tanah.

Beberapa jenis-jenis penangkal petir, yaitu:

 Penangkal Petir Konvensional

Penangkal petir konvensional adalah instalasi listrik sederhana


yang difungsikan untuk membuat saluran elektris dari atas bangunan ke
grounding, pengaman sambaran petir ini mempunyai sistem sederhana
berupa rangkaian jalur instalasi yang bersifat pasif atau menunggu
terkena sambaran, baru kemudian menyalurkan ke dalam bumi untuk
dinetralkan dengan kemampuan perlindungan sebesar 45° berbentuk
kerucut.

 Penangkal Petir Radioaktif

Penangkal petir Radioaktif menjadi metode yang kurang


populer dan bahkan terlarang. Cara kerjanya adalah dengan
menggagalkan proses ionisasi menggunakan zat beradiasi karena
penelitian terbaru menyebutkan bahwa muatan listrik pada awan
disebabkan oleh proses ionisasi. Bahan zat beradiasi yang mampu
menggagalkan proses ini adalah Radium 226 serta Ameresium 241.
Kedua bahan ini dianggap bisa menghamburkan ion radiasinya serta
menetralkan muatan listrik awan. Metode ini sudah terlarang untuk
mengurangi pemakaian zat beradiasi.

 Penangkal Petir Elektrostatis

Penangkal Petir Elektrostatis kurang populer digunakan.


Prinsip kerjanya penangkal ini dianggap meniru sebagian dari metode
dan sistem penangkal petir Radioaktif, yaitu dengan menambah muatan

61 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

pada bagian ujung finial atau splitzer agar petir selalu menuju ujung
komponen ini untuk disambar. Komponen kondukor dan Gounding tetap
dibutuhkan untuk mengubur muatan listrik.

Sedangkan arrester dibedakan berdasarkan alat yang akan diaplikasikan,


antara lain:

 Surge Arrester Untuk Jaringan Listrik


Jaringan Listrik dalam hal ini listrik yang berasal dari PLN dapat
terkontaminasi tegangan surge juga. Untuk meminimalisir tegangan
surge yang masuk pada jaringan listrik digunakan surge arrester
khusus untuk jaringan listrik.
a. Single phase

Gambar 3.45: Surge Arrester untuk Jaringan Listrik Single


Phase

b. Three phase

Gambar 3.46: Surge Arrester untuk Jaringan Listrik


Three Phase

62 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

 Surge Arrester Untuk LAN


Surge Arrester ini dikhususkan untuk menimalisir tegangan surge
yang masuk pada kabel yang menggunakan konektor RJ-45.

Gambar 3.47: Surge Arrester untuk LAN

 Surge Arrester Untuk Elektronik

Surge Arrester Elektronik dipergunakan untuk melindungi


perangkat elektronik yang aktif bekerja dalam sebuah jaringan kabel
sehingga dapat terhindar dari over voltage dan over current yang
disebabkan oleh induksi sambaran petir tidak langsung dan induksi
noise. Berikut macam – macam bentuk Surge Arrester Elektronik.

Gambar 3.48: Surge Arrester untuk Elektronik

 Surge Arrester Untuk LSA

63 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.49: Surge Arrester untuk LSA

Lalu untuk menghantarkan energi listrik dari arrester /


penangkal petir ke tanah untuk dinetralkan diperlukan konduktor. Pada
penangkal petir konduktor yang digunakan adalah kabel BC (Bare Core)
kabel BC sendiri adalah kabel yang hanya terdiri dari inti kabel saja,
kabel ini tidak mempunyai isolator (pembungkus kabel ).

Gambar 3.50: Kabel BC (Bare Core)

Kabel BC (Bare Core) mempunyai beberapa diameter , sebagai berikut :


 1 x 25 mm
 1 x 35 mm
 1 x 50 mm
 1 x 70 mm
 1 x 95 mm

64 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

 1 x 120 mm

Lalu pada arrester umumnya sebelum disalurkan ke bumi untuk


dinetralkan biasanya di salurkan terlbih dahulu ke sebuah plat grounding
yang berada di peralatan-peralatan tempat arrester tersebut, yang
selanjutnya dari plat tersebut baru disalurkan ke tanah untuk dinetralkan
/ groundingkan. Yang dimana menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Tentang Pemasang Instalasi Penyalur Petir tahanan dari pembumian
tidak boleh lebih dari 5 ohm.

Untuk sistem pembumian / grounding ada beberapa sistem yang


digunakan, yaitu:

 Single Grounding Rod (Batang Grounding Tunggal)

Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik


penancapan batang (rod) pelepas arus atau ground rod di dalam tanah
dengan kedalaman tertentu (misalnya 6 meter). Untuk daerah yang
memiliki karakteristik tanah yang konduktif, biasanya mudah untuk
didapatkan tahanan sebaran tanah di bawah 2 ohm dengan satu buah
ground rod.

65 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.51: Single Grounding Rod

 Paralel Grounding Rod (multiple grounding rod)

Jika sistem single grounding rod masih mendapatkan hasil


kurang baik (nilai tahanan sebaran > 2 ohm), maka perlu ditambahkan
ground rod ke dalam tanah yang jarak antar batang minimal 3 meter dan
dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Semakin jauh jarak antar ground
rod, maka akan semakin bagus untuk fail over jika salah satu ground rod
tidak berfungsi. Penambahan ground rod dapat juga ditanam mendatar
dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk
cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa diterapkan secara
bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi kurang dari 2 ohm
setelah pengukuran dengan earth ground tester.

66 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.52: Paralel Grounding Rod

 Multi Grounding System (maximal grounding)


Atau juga yang disebut dengan anyaman grounding (grounding
mesh), merupakan anyaman kawat tembaga (BC) yang saling terhubung
satu dengan yang lain.

67 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.53: Multi Grounding System

 Plat Grounding (grounding plate)

Yaitu menggunakan plat tembaga yang ditanam di dalam tanah.

Gambar 3.54: Plat Grounding

68 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Untuk melakukan pemasangan suatu sistem pembumian ada beberapa


parameter yang diperhitungkan, yaitu:

 Kadar Air

Bila air tanah dangkal / penghujan maka nilai tahanan sebaran


mudah didapatkan sebab sela sela tanah mengandung cukup air bahkan
berlebih , sehingga konduktifitas tanah akan semakin baik .

 Mineral/Garam

Kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan


karena semakin berlogam dan bermineral tinggi maka tanah semakin
mudah menghantarkan listrik, daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri
khas kandungan mineral dan garan tinggi sehingga , tanah sekitar pantai
akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah.

 Keasaman

Semakin asam PH tanah maka arus listrik semakin mudah


menghantarkan dan berlaku sebaliknya PH tanah Tinggi (basa) maka
listrik juga sulit mengalir. Ciri tanah dengan PH Tinggi (basa) biasanya
berwarna terang misalnya Bukit Kapur .

 Tekstur Tanah

Untuk daerah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit


untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena untuk jenis tanah
ini air dan mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering .

Dan Elektroda yang digunakan untuk sistem pembumian juga


mempengaruhi tahanan pada tanah.

 Kedalaman/Panjang Elektroda

Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah


adalah memperdalam elektroda. Tanah tidak tetap tahanannya dan tidak
dapat diprediksi. Maka dari itu, ketika memasang elektroda, elektroda
berada di bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan sehingga
69 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

tahanan tanah tidak akan dipengaruhi oleh pembekuan tanah di


sekitarnya. Secara umum, menggandakan panjang elektroda bisa
mengurangi tingkat tahanan 40%. Ada kejadian-kejadian di mana secara
fisik tidak mungkin dilakukan pendalaman batang elektroda di daerah-
daerah yang terdiri atas batu, granit, dan sebagainya. Dalam keadaan
demikian, metode alternatif yang dapat digunakan adalah grounding
cement.Jika tahanan pada masing-masing ground rod belum mencapai
kurang dari 5 ohm, maka harus ditambah panjangnya hingga mencapai
air. Anda bisa menggunakan jasa pengeboran untuk proses ini, karena
kadang butuh kedalaman 12 meter untuk mencapai air di bawah tanah.

 Diameter Elektroda

Menambah diameter elektroda berpengaruh sangat kecil dalam


menurunkan tahanan. Misalnya, bila diameter elektroda digandakan,
maka tahanan grounding system hanya menurun sebesar 10%. Jadi lebih
baik untuk memperpanjang elektroda.

 Jumlah Elektroda

Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah dengan


menggunakan banyak elektroda. Dalam desain ini, lebih dari satu
elektroda yang dimasukkan ke dalam tanah dan dihubungkan secara
paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih rendah. Agar
penambahan elektroda efektif, jarak batang tambahan setidaknya harus
sama dalamnya dengan batang yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak
elektroda yang tepat, bidang pengaruhnya akan berpotongan dan tahanan
tidak akan menurun. Untuk membantu dalam memasang batang
grounding system yang akan memenuhi kebutuhan tahanan tertentu,
maka dapat menggunakan tabel tahanan grounding system di bawah ini.

70 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Tabel 3.6: Tahanan Tanah Grunding System

Grounding Tester digunakan untuk mengukur tahanan tanah


yang akan digunakan untuk grounding.

(a)

71 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

(b)

Gambar 3.55: (a) Grounding Tester

(b) Pengukuran Sistem


Grounding

Pada alat ukur grounding tester terdapat 3 kabel yang akan digunakan,
ketiga kabel tersebut yaitu:

 Kabel berwarna merah (C), dihubungkan ke konektor berwarna


merah pada grounding tester, dan ujung probe satunya
dihubungkan ke tongkat besi yang sudah ditancapkan ke tanah.
Jarak antara tongkat besi yang satu dengan lainnya sekitar 5m-
10m.
 Kabel berwarna kuning (P), dihubungkan ke konektor berwarna
kuning pada grounding tester, dan ujung probe satunya
dihubungkan ke tongkat besi yang sudah ditancapkan ke tanah.
Jarak antara tongkat besi yang satu dengan yang lainnya sekitar
5m-10m, begitu juga jarak antara masing-masing tongkat besi
dengan titik grounding yang diukur.
 Kabel berwarna hijau (E), dihubungkan ke konektor berwarna
hijau pada grounding tester, dan ujung probe satunya dihubungkan
ke kabel penghantar pada titik grounding yang sudah di pasang.

Setelah setiap kabel sudah dipasang pada tempat yang sesuai,


siap dilakukan pengukuran. Pertama gunakan skala yang paling besar,
lalu tekan tombol test. Jika jarum ukur belum bergerak atau bergerak
namun sangat kecil, putar selector untuk mengubah satuan skala yang
lebih kecil. Untuk menghitung hasil pengukuran dengan cara mengali

72 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

skala ukur yang digunakan denga angka yang terukur oleh jarum
penunjuk. Sistem pentanahan yang baik harusnya memiliki tahanan
kurang dari 1Ω.

3.1.4.1 Contoh Permasalahan

Di bandara juanda sendiri pada saat musim penghujan sering


mengalami hujan yang deras terkadang disertai petir, yang dimana
peralatan seperti antena yang pemasangannya berada di luar bangunan
dengan ketinggian yang cukup tinggi rentan terkena induksi atau
sambaran dari petir. Pada antenna transmitter yang berada pada airside
sempat terkena induksi atau sambaran dari petir, yang sebagian dari
induksi atau sambaran listrik ini sudah diantisipasi oleh penangkal petir
yang berada didekat antena. Akan tetapi induksi dari petir masih
mungkin ada yang masuk ke radio transmitter, kabel koaksial yang
menghubungkan antena transmitter ke radio transmitter sudah terpasang
arrester untuk RG-8 yang apabila dari antena ke radio transmitter
terdapat tegangan surge maka arrester akan putus sehingga radio
transmitter masih bisa diselamatkan. Pada kejadian saat gedung
transmitter terkena sambaran petir arrester untuk RG-8 masih dalam
kondisi normal sehingga dapat dikatakan dari antena transmitter ke radio
transmitter tidak terdapat tegangan surge atau terdapat tegangan surge
tapi masih bisa digroundkan oleh arrester RG-8. Kemungkinan yang lain
induksi petir mengenai kabel bawah tanah yang terdapat kabel dari
TB(Terminal Box) dari transmitter ke MDF di equipment room. Kabel
yang kemungkinan terkena induksi dari petir ini menjalar ke radio
transmitter merk PAE dengan frekuensi 118.90 MHz yang menyebabkan
adanya suatu komponen di radio transmitter tersebut short sehingga
mengakibatkan relay ke power amplifier di radio bekerja terus, atau
sama saat kondisi PTT (Push To Talk) nya di tekan sehingga radio akan
transmisi terus walaupun tidak ada audio yang masuk. Listrik induksi
dari petir ini juga mengalir ke TB (Terminal Box) dari radio transmitter,
yang dimana radio TB terhubung pada MDF (Main Distribution Frame)
di equipment room.

73 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

RX VCCS Jaringan TX
Luar

Gambar 3.56: MDF di Equipment Room

Arus induksi ini juga mengakibatkan kabel yang menghubungkan


TB di shelter transmitter ke MDF di equipment room mengalami
gangguan interkoneksi atau kemungkinan yang lain kabel mengalami
putus dalam, sehingga jalur dari TB pada transmitter ke MDF yang
terputus atau mengalami gangguan interkoneksi ini dipindahkan ke slot
yang masih berfungsi atau masih bisa digunakan.

74 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.57: Ilustrasi Kabel Putus Dalam

Untuk mengetahui slot pada MDF harus dilakukan pengujian terlebih


dahulu apakah slot tersebut terhubung ke tempat yang benar dan dapat
berfungsi dengan baik. Ada beberapa cara untuk menguji, antara lain:

 Dengan menggunakan multitester/avometer

Dengan cara meng-short atau menghubungkan suatu slot a dan


b-nya dengan menggunakan obeng atau menggunakan kabel pada LSA
di MDF dan pada LSA di TB di Gedung Transmitter di cek
menggunakan multitester atau avometer kondisi jalur tersebut.

Gambar 3.58: Pengujian dengan menggunakan Multitester

75 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

 Dengan menggunakan signal generator

Dengan cara mengoutputkan sinyal frekuensi yang dapat


didengar manusia yaitu sekitar 20Hz - 20kHz dari signal generator pada
LSA di MDF dan pada LSA di TB di Gedung Transmitter di cek apakah
sinyal frekuensi yang dikirim terdengar atau tidak menggunakan LSA
audio tester. Apabila suara terdengar jelas berarti jalur tersebut baik
untuk digunakan.

(a)

(b)

Gambar 3.59: (a) LSA Audio Tester

(b) Signal Generator

76 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

LSA pada terminal box di Shelter TX sudah mempunyai


arrester, namun di jaringan gedung tidak terpasang. Pada pemasangan
arrester pada LSA perlu diperhatikan beberapa parameter antara lain DC
Spark-over Voltage-nya yang disesuaikan dengan tegangan yang bekerja
pada jalur LSA yang digunakan dalam hal ini pada jalur TX tegangan
maksimal yang bekerja pada jalur ini adalah 48 V DC, yang merupakan
tegangangan PTT. Dan parameter yang harus diperhatikan lainnya yaitu
service life dari arrester itu sendiri. Tiap paremeter ini berbeda-beda
nilainya tergantung merk dan tipe dari suatu arrester tersebut. Induksi
petir dari MDF yang masih lolos akan masuk pada peralatan – peralatan
yang terhubung. Dalam hal ini dari MDF diteruskan ke IDF di VCCS, di
IDF sendiri sudah memiliki arrester untuk LSA, akan tetapi arus dan
tegangan dari induksi petir yang besar masih bisa lolos dan masuk pada
modul di VCCS. Modul yang terkena arus dan tegangan dari petir yaitu
modul RIU. Modul RIU sendiri modul yang berfungsi untuk
menghubungkan radio ke MSC. Pada modul RIU normalnya saat PTT
tidak ditekan maka indikator PTT pada modul RIU juga akan mati,
tetapi akibat terkena tegangan dari petir pada modul RIU indikator PTT
menyala terus meskipun PTT tidak ditekan. Sehingga modul RIU yang
rusak tersebut harus diganti dengan spare yang ada.

3.2 Bidang Kontribusi


3.2.1 Kontribusi Kegiatan

Pada saat kami melaksanakan Kerja Praktek di AirNav Indonesia


Cabang Surabaya, antara lain:

1. Terjadi permasalahan VCCS LES terkena induksi petir maka


kami ikut serta membantu proses penanganannya.
2. Ikut serta membantu kalibrasi ILS dan PAPI, dimana kalibrasi
berfungsi untuk pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat
ukur dengan cara membandingkannya dengan paramater yang
sudah di tentukan. Untuk PAPI termasuk Instrument dari Glide
Path namun secara visual.

77 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

3. Membantu keseharian teknisi mulai dari Cek Peralatan melalui


RMM meliputi peralatan komunikasi, navigasi, surveillance,
dan otomasi.
4. Membantu merekap dan membuat data – data CNSO ( SOP,
MOS, SEJARAH PERALATAN)

3.2.2 Kontribusi Projek

Kontribusi kami pada Kerja Praktek PENS 2019 di AirNav Cabang


Surabaya ini selain membantu keseharian teknisi cek peralatan dan
membantu merekap data - data, kami juga mendapat project dari pihak
AirNav Surabaya yaitu membuat website Billing yang digunakan untuk
mempermudah proses pengolahan billing di AirNav Surabaya. Selama
ini proses pengolahan data billing masih dilakukan secara menual yaitu
dengan menggunakan Microsoft Excel. Namun untuk sementara website
ini di hosting secara lokal dengan memanggil IP Adress PC yang
digunakan sebagai server sehingga pihak yang berada di luar lokasi
AirNav Surabaya tidak dapat membuka isi website ini. Berikut tampilan
dari website Billing:

Gambar 3.60: Halaman Login

78 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.61: Halaman Dashboard

Gambar 3.62: Halaman Tampilan Data Billing

79 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.63: Halaman Add Data

Gambar 3.64: Halaman Edit Data

80 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

Gambar 3.65: Sub Menu Super Admin

Untuk Super Admin, dapat melihat user, menambahkan user, edit user,
dan melihat profil user.

Gambar 3.66: Database Billing

3.3 Korelasi Kegiatan KP dengan Mata Kuliah

Selama menjalankan kerja praktik di PT. AirNav Cabang


Surabaya kita diharapkan dapat menganalisa suatu masalah atau

81 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

kerusakan dengan baik terutama saat bekerjasama pada bagian divisi


CNSA. Divisi CNSA sendiri merupakan divisi yang mempunyai
tanggung jawab untuk memastikan kesiapan peralatan navigasi
penerbangan agar berjalan sesuai dengan kebijakan atau prosedur yang
ada, memelihara secara berskala semua fasilitas navigasi penerbangan
sesuai dengan kebijakan yang ada, serta menyelesaikan permasalahan
fasilitas yang menyebabkan terganggunya pelayanan navigasi
penerbangan.

Maka dari itu pengetahuan dan keterampilan untuk menangani


hal-hal ini sangat diperlukan. Peralatan ataupun sistem yang digunakan
sebagian besar beroperasi secara terus-menerus, maka dari itu dilakukan
pengecekan kondisi peralatan secara berkala untuk menghindari atau
mencegah adanya masalah pada peralatan dan sistem yang digunkan,
dan apabila terdapat suatu masalah dapat segera ditangani dengan cepat
dan tepat.

Apabila kegiatan selama kerja praktik dikorelasikan dengan


mata kuliah yang telah didapatkan, terdapat beberapa mata kuliah yang
berhbungan dengan jobdesk selama kerja praktik, yaitu:

1. Pada mata kuliah Bengkel Pemrogaman Internet kita diajarkan


bagaimana untuk mrmbuat sebuah web dengan menggunakan bahasa
PHP serta mengolah database menggunakan MySQL, saat kegiatan
Kerja Praktek kita membuat sebuah web untuk sistem billing yang
sedang dikembangkan pada AirNav cabang Surabaya. Yang dimana
kita membuat web tersebut menggunakan bahasa pemrogaman PHP
dan membuat database pada web tersebut menggunakan MySQL
2. Pada mata kuliah Praktikum Jaringan Komputer kita diajarkan untuk
membuat sebuah simulasi jaringan menggunakan Cisco Packet
Tracer, saat kegiatan Kerja Praktek kita mendesain sebuah jaringan
yang akan digunakan pada bangunan tertentu.
3. Pada mata kuliah Saluran Transmisi dan Antena kita mempelajari
berbagai macam antenna. Hal ini membantu kita saat melakukan
kegiatan Kerja Praktek untuk melihat pola pancaran dari berbagai
antenna yang ada pada peralatan navigasi penerbangan.
4. Pada mata kuliah Rangkaian Elektronika diajarkan bagaimana
sebuah power amplifier bekerja, hal ini membantu kita saat
82 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
“ Analisis Pemasangan Surge Arrester
LSA Pada Jalur MDF”
Perum LPPNPI (AirNav), JL. Ir. H. Juanda
SEDATI 61253, SIDOARJO INDONESIA

menganalisa sebuah power amplifier yang daya pancaranya


melemah. Untuk mengatasi masalah ini transistor yang merupakan
bagian komponen dari power amplifier yang rusak diganti dengan
yang baru.

83 | Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai