Anda di halaman 1dari 3

PATOFISIOLOGI KASUS

Penjelasan Patofosiologi

Seorang penyelam, usia 47 tahun, melakukan penyelaman dengan menggunakan 2


tabung: satu berisi udara tekan dan tabung lain berisi nitrox 50%. Pada akhir penyelaman
sedalam 47meter selama 19 menit, korban ditemukan tidak ada respon. Hal tersebut diketahui
bahwa tabung nitrox, yakni berisi udara kompresi N 2 50% dan O2 50%. Menyelam dengan
kedalaman 47meter atau setara dengan 155fws seharusnya tidak menggunakan tabung nitrox
dengan ukuran tersebut, ditambah dengan waktu yang digunakan yakni selama 19 menit
tanpa dekompresi stop menimbulkan kondisi sebagai berikut.

Kondisi yang dialami korban berhubungan dengan hukum fisika;

1. Hukum Henry: Jumlah gas terlarut sebanding dengan tekanan parsialnya dalam fase
gas. Semakin dalam penyelaman maka semakin tinggi juga tekanan gas, akibatknya
gas-gas tersebut lebih mudah berdifusi dan larut ke dalam jaringan.
2. Hukum Dalton: tekanan gas total merupakan penjumlahan dari tekanan gas
penyusunnya (tekanan parsial). Semakin dalam penyelaman, semakin tinggi tekanan
di dalam air, maka tekanan gas parsial yang dihirup oleh penyelam juga akan
meningkat.
3. Hukum Boyle: semakin dalam penyelaman maka akan semakin tinggi tekanan gas,
namun hal ini berbanding terbalik dengan volume gas yang menurun, akibatnya gas-
gas tersebut akan terlarut dalam tubuh.

Dalam kondisi tabung Nitrox 50% yang digunakan korban, maka tekanan N2 & O2
pada alveolus akan lebih tinggi dibandingkan tekanan di dalam jaringan, sehingga N2 dan O2
akan lebih banyak masuk ke dalam jaringan.

Kadar oksigen yang masuk melebihi kapasitas normalnya, sehingga dalam tubuh
terjadi kondisi hiperoksia. Kondisi hiperoksia akan menyebabkan pembentukan radikal bebas
dalam tubuh, namun karena kadarnya sangat tinggi sehingga radikal bebas ini akan menjadi
toksik dalam tubuh sehingga menimbullkan kondisi abnormalitas lain dalam tubuh. Risiko
toksik yang ditimbulkan aibat hiperooksia berakibat ke sistem saraf pusat. Reaksi yang
ditimbullkan antara lain adanya respon inflamasi dan penghambatan enzim lipoperoksida.
Reaksi inflamasi akan menyebabkan peningkatan permeabilitas vascular pada otak sehingga
menimbulkan oedem serebral ringan dan meningkatkan berat otak menjadi 1740 gram.
Kemudian respon inflamasi menyebabkan suhu tubuh meningkat dan sebagai respon demam
adanya menggigil yang ditemukan pada korban berupa Fins/flippers bergerak-gerak seperti
menggigil.

Risiko toksik akibat hiperoksia juga menimbulkan penghambatan pada enzim


lipoperoksidase sehingga meningkatkan kerusakan sel, dimana pada CNS menyebabkan
adanya respon penurunan kesadaran dan respon kejang. Kejang yang dirasakan pada pasien
kemungkinan menimbulkan aksi dalam mengigit lidah sehingga pada hasil otopsi ditemukan
memar pada lidah. Penurunan kesadaran ditandai karena pada korban tidak ada respon, posisi
mengambang tengkurap, mouthpiece masih menempel di bibir. Penurunan kesadaran pada
toksisitas oksigen juga mengancam kesadaran yang dibuktika pada pasien sudah
unresponsive setelah dilakukan resusitasi kardiopulmoner. Selanjutnya, disfungsi sel
menimbulkan adanya ruptur pembuluh darah, dimana pada jantung dan paru-paru ditandai
adanya petekie, serta pada otak ditemukan perdarahan perivascular mikroskopik di dasar
ventrikel ke 4.

Akibat dari penggunakan tabung yang tidak seukurannya membuat adar N2 dalam
tubuh akan meningkat dan kadarnya melebihi batas normal yang sesuai dengan tekanan dari
lingkungannya. Ditambah dengan kondisi penyelam yang dinaikan ke permukaan tanpa
adanya dekompresi stop akan menimbulkan beberapa kondisi, seperti waktu untuk
mengeluarkan gas inert sedikit; kesulitas mengeluarkan gas karena perbedaan tekanan; serta
tekanan N2 pada alveolus lebih rendah dari pada jaringan. Kondisi tersebut membuat kadar N 2
terlarut menjadi berlebih di dalam tubuh. Gas N2 ketika bersirkulasi di pembuluh darah akan
menimbulkan gelembung gas. Gelembung gas akan ikut dalam sirkulasi dalam darah
melewati jantung dan paru-paru. Dalam beberapa kondisi, gelembung tersebut ada yang bisa
melewati sawar darah di paru-paru, namun ada beberapa gelembung yang tidak dapat
melewati. Akibatnya terjadi penumpukan gelembung tersebut (bubble forming). Penumpukan
tersebut menimbulkan supersaturasi (gelembung gas pada darah dan jaringan) ditandai
dengan adanya hasil AGD ventrikel kanan O2 (20,6%) dan N2 (75,9%), sehingga
menimbulkan sejumlah gas di sistem pembuluh darah kemudian meningkatkan volume
jantung serta meningkatkan berat jantung menjadi 380 gram. Supersaturasi dengan adanya
kejang yang menimbulkan spasme pada vascular sehingga protein yang terkandung akan
terkocok sehingga menimbulkan seperti busa/foamy blood (darah berbusa).

Anda mungkin juga menyukai