Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA

Jl. Protokol Halim Perdana Kusuma, Komp. Bandara Halim Perdana Kusuma, DKI Jakarta,
Jakarta Timur13610, Indonesia

ANALISA PERFORMA
PRESTASI TAKE OFF DAN LANDING PESAWAT BOEING 747
MUCHAMMAD FARUROZI

(15010118)

ABSTRAK
Performa Pesawat terbang tergantung pada hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada pesawat itu. Gaya-gaya
dasar yang bekerja pada pesawat terbang adalah Lift ( gaya angkat), Weight ( gaya berat ), Thrust ( gaya dorong )
dan Drag ( gaya hambat ). Jika gaya-gaya tersebut dalam keadaan setimbang, maka pesawat akan tetap terjaga
pada kecepatan yang tetap dan pada ketinggian yang tetap pula. Jika ada gaya luar yang bekerja pada perubahan
pesawat, maka kinerja pesawat terbang juga akan mengalami perubahan.

Boeing 747, dikenal sebagai Jumbo Jet, adalah pesawat penumpang terbesar kedua saat ini, setelah pesawat
A380 yang beroperasi pada akhir Oktober 2007. Pesawat empat mesin ini, diproduksi oleh Boeing Commercial
Airplanes.Take off dan landing merupakan fase yang paling kritis pada pesawat. Karena kebanyakan kecelakaan
pesawat sering terjadi pada saat tersebut. Maka oleh karena itu, dibutuhkan suatu simulasi yang dapat
mempermudah ketika akan menganalisa prestasi terbang pesawat pada saat take off dan landing.

Metode dalam kajian teknis ini adalah meninjau perbedaan kinerja pesawat sejenis Boeing 747 pada saat take
off dan landing. Tahap pertama adalah menghitung jarak take off dan landing pada runway dengan ketinggian
sea level, kondisi surface runway dry, konfigurasi flap pesawat adalah 20º serta menggunakan engine CF6-
80C2B5F. Lalu untuk tahap berikutnya adalah dengan mengulang langkah – langkah diatas akan tetapi dengan
mengganti variasi ketinggian runway mulai dari sea level kemudian ketinggian 500 ft,1000 ft, 1500 ft, 2000 ft,
2500 ft,3000 ft. juga variasi konfigurasi flap pesawat mulai dari 0º, 20º, 40º. Variasi kondisi permukaan runway
mulai dari dry, wet, ice dan variasi engine yang digunakan adalah CF6-80C2B5F, PW 4062, RB211-524H2-T.

Sehingga dengan kajian teknis ini, nantinya akan diketahui perbedaan jarak dan kecepatan yang dibutuhkan
pesawat sejenis Boeing 747 untuk melakukan take off dan landing. Dengan memperhitungkan beberapa faktor
yang menjadi variasi yang digunakan dalam perhitungan. Take off pada elevasi ketinggian runway sea level
memiliki jarak take off terpendek dengan konfigurasi flap 20º, kondisi permukaan runway ice dan menggunakan
engine PW4062. Sedangkan take off pada elevasi ketinggian runway 3000 ft memiliki jarak take off terjauh
dengan konfigurasi flap 0º, kondisi permukaan runway wet dan menggunakan engine RB211-524H2-T. Landing
pada elevasi ketinggian runway sea level memiliki jarak landing terpendek dengan konfigurasi flap 40º, dan
kondisi permukaan runway dry. Landing pada elevasi ketinggian runway 3000 ft memiliki jarak landing terjauh
dengan konfigurasi flap 20º, dan kondisi permukaan runway ice

Kata kunci : Take off, Landing, Runway, Boeing 747


1. PENDAHULUAN weight, density, runway, dan masih banyak faktor
1.1 LATAR BELAKANG
yang mempengaruhi lainnnya. Oleh karena itu
Boeing 747 dapat terbang pada kecepatan yang
harus dilakukan suatu analisis dalam hal ini, untuk
tinggi (umumnya 0,85 Mach atau 909 kilometer
mengantisipasi suatu keadaan yang akan terjadi.
per jam) dan mampu terbang antara benua
Maka oleh karena itu, dibutuhkan suatu simulasi
(dengan jarak maksimum 13.570 km untuk seri
yang dapat mempermudah ketika akan
747-400, seperti terbang dari New York ke Hong
menganalisa prestasi terbang pesawat pada saat
Kong tanpa henti). Pada tahun 1989, Qantas
take off dan landing.
terbang tanpa henti dari London ke Sydney, jarak
1.2 RUMUSAN MASALAH
penerbangan tersebut adalah sejauh 18.000 km
dan di selesaikan dalam waktu 20 jam 9 menit. Berdasarkan atas latar belakang masalah diatas
maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
Namun penerbangan itu tidak mengangkut
penumpang maupun kargo (pesawat kosong). 1. Bagaimana analisis perbandingan pengaruh
pemilihan engine terhadap pesawat sejenis
Pada Mei 2004, 1382 pesawat Boeing 747, boeing 747 ?
dengan berbagai konfigurasi, telah diperbaiki atau
2. Bagaimana analisis perhitungan Take off dan
disempurnakan, menjadikan 747 salah satu landing pesawat sejenis boeing 747
produk Boeing yang paling sukses. 3. Bagaimana pengaruh kondisi runway,
ketinggian, engine terhadap prestasi take off dan
Fase take off adalah fase awal dalam suatu landing pesawat sejenis boeing 747 ?
penerbangan sedangkan landing adalah fase 4. Bagaimanakah hasil Simulasi prestasi terbangnya
terakhir. Pesawat harus melakukan Take off dan ?

Landing yang aman. Take off adalah tahap dari


penerbangan di mana sebuah pesawat bergerak 1.3. TUJUAN
dari ground ke terbang ke udara. Take off
Maksud dan Tujuan dari skripsi mengenai ”
berlawanan dengan landing. Landing adalah Simulasi Prestasi Take Off dan
tahap dalam suatu penerbangan, dimana pesawat Landing Pesawat Sejenis Boeing 747
Menggunakan Delphi ”, adalah:
kembali ke ground.

Take off dan landing merupakan fase yang paling


1. Untuk mengetahui bagaimana prestasi terbang
kritis pada pesawat. Karena kebanyakan pesawat 747 saat take off dan
kecelakaan pesawat sering terjadi pada saat landing.
tersebut. Banyak faktor yang berpengaruh
2. Untuk mengetahui dan membandingkan
seperti, kecepatan yang dibutuhkan, cuaca, pengaruh kondisi runway, ketinggian, engine
terhadap prestasi take off dan landing pesawat
sejenis boeing 747

3. Membuat suatu simulasi yang dapat


mempermudah perhitungan prestasi terbang
pesawat boeing 747 saat take off dan landing.

1.4. BATASAN MASALAH

Dalam studi kasus mengenai ” Simulasi Prestasi


Take Off dan Landing Pesawat Sejenis Boeing Gambar 2.1.1 gaya gaya pada
747 Menggunakan Delphi”, dibatasi pada: pesawat saat take off dan landing

a.) Lift
1. Ketinggian sea level, 500 ft, 1000 ft, 1500 ft, 2000
ft, 2500 ft, 3000 ft. Lift adalah gaya angkat pada
2. Defleksi flap 0º dan 20º saat take – off, 20º dan
40º saat landing. pesawat. Lift timbul karena
3. Kondisi runway wet, dry dan ice adanya aliran udara yang
4. Tidak ada slope pada runway
mengelilingi airfoil yang
5. Berat konstan saat take off run
6. Ground friction konstan mengakibatkan adanya perbedaan
7. Runway terbuat dari asphalt tekanan di atas dan di bawah
8. No engine failure
9. Tanpa ada pengaruh kecepatan angin airfoil. Rumus lift :
1
10. Tanpa menggunakan thrust reverse 𝐿 = 2 × 𝜌 𝑉 2 𝑆𝐶𝐿 ......(2.1)

Dimana :
2. LANDASAN TEORI
L= Lift
2.1. Gaya – Gaya Pada Pesawat Saat Take off
Dan Landing V= Kecepatan Pesawat
Secara umum gaya- gaya yang bekerja pada
ρ= Density Udara
pesawat udara adalah Gaya Berat (Gravitasi),
S= luas penampang sayap
Gaya Aerodinamika ( Lift, Drag,) dan Gaya dari
sistem propulsi (Thrust). Juga gaya gesek dengan CL = Coefficient of Lift

Runway. 𝐶𝐿 = 2 × 𝜋 × 𝛼 .......(2.2)

Dimana :

𝜋= 3.14

α = angle of attack dinyatakan dalam radian

πrad = 180°
Dimana :

AR = Aspect Ratio

S= Luas penampang sayap(span)

A= Wing Area

CDi = CL2 / π x AR x e .........(2.5)

Dimana : e = effeciency factor


Gambar 2.1.2 kurva lift vs Angle of attack
untuk bentuk yang ellips e = 1.0 pada umumnya e
< 1.0

CD = CD0 + CDi .........(2.6)

Dimana :
Cd = Drag Coeficient

Cdo = Drag Coeficient at zero lift

Cdi = Induced Drag Coeficient

Gambar 2.1.3 induced drag coefficient.


b.) Drag
Perbedaan tekanan di permukaan wing di
Drag adalah gaya hambat pada pesawat. Drag sebabkan spillage di sekitar wing tips.
adalah gaya mekanik yang dihasilkan suatu benda
Untuk sudut yang kecil, drag hampir constant.
padat bergerak melalui suatu fluida. Drag Sudut meningkat, Drag meningkat.
berlawanan dengan thrust. Drag tergantung pada Sudut besar = Drag besar.
density udara, kecepatan, viscosity dan
compressibility udara, bentuk dan ukuran dari
body, dan kemiringan body terhadap aliran udara.
Nilai drag bervariasi terhadap kecepatan. Rumus
Drag adalah :

1
𝐷 = 2 𝜌𝑉 2 𝑆𝐶𝐷 .......(2.3)

Dimana : Gambar 2.1.4 kurva Drag vs Angle Of Attack


D= Drag Untuk mencari rasio L/D dapat menggunakan
rumus :
CD= Coefficient of Drag
Ratio = L/D = SL/CD = 1/tan α = d/h =
AR = S2 / A .......(2.4)
distance/height .......(2.7)
Dimana : 1. Weight
d = Horizontal Distance
Gross weight dari pesawat secara langsung
h = Vertical Height
mempengaruhi kecepatan stall, 10% peningkatan
dalam berat meningkatkan kecepatan stall sekitar
5 %. Pengaruh – pengaruh weight pada pesawat
antara lain :

a. Pesawat akan membutuhkan kecepatan Take off


yang lebih besar, dimana hasilnya membutuhkan
take off run yang lebih panjang

b. Mengurangi kecepatan cruising


Gambar 2.1.5 Lift to Drag Ratio
c. Baik rate dan angle of climb akan jadi berkurang
c.) Weight
d. Kemampuan maneuver akan menurun
Weight adalah gaya yang disebabkan oleh gaya
gravitasi dari bumi ke pesawat.Weight berlawanan
dengan lift. e. Dan lain – lain

d.) Thrust 2. Density Udara


Thrust adalah gaya yang mana menggerakkan Density udara menurun, engine dan performa
pesawat di udara. Thrust berlawanan dengan aerodynamic menurun.

drag. Thrust digunakan intuk mengalahkan drag Tabel 2.1 International Standard Atmosphere

pada pesawat, dan untuk mengalahkan weight


pada roket. Thrust dihasilkan oleh engine.

F/W adalah thrust to weight ratio dan secara


langsung sebanding dengan acceleration dari
pesawat. F/W tinggi = acceleration yang tinggi
pula = climb rate yang tinggi. F/W > 1.0 dapat
berakselerasi dengan tegak lurus.

𝐹 𝑇ℎ𝑟𝑢𝑠𝑡 𝑚×𝑎 𝑎
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑊 = 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = 𝑚×𝑔 = 𝑔 ........(2.8)

2.2. PERFORMANCE FACTOR

Hal – hal yang mempengaruhi performance


factors antara lain :
a. Efek dari pressure on density
Tekanan Atmosfir menurun seiring dengan d. International standard atmosphere
ketinggian, karena udara di dekat permukaan Suatu standard atmosfir sudah ditetapkan untuk
bumi di kompres oleh udara yang ada di atasnya. memungkinkan perbandingan performa pesawat,
Ketinggian meningkat tekanan berkurang. kalibrasi dari altimeters, dan penggunaan –
penggunaan praktis lainnya.
b. Efek dari temperature on density
e. Density altitude
Temperature biasanya juga menurun seiring
Density altitude memberikan efek yang
dengan meningkatnya ketinggian. Turunnya
mengkombinasikan altitude (ketinggian) dan
tekanan terhadap ketinggian menjadi faktor yang
temperature (suhu). Hal ini digambarkan sama
dominan terhadap density ketika dibandingkan
dengan tingginya standard atmosfer yang mana
dengan efek dari temperature.
memiliki density sesuai dengan lokasi tertentu (di
c. Efek dari hummidity on density ground atau di udara) pada density altitude yang

Uap air lebih ringan daripada udara; sebagai diukur.

konsekwensinya udara yang lembab lebih ringan Performa pesawat tergantung pada density udara,
daripada udara yang kering. Peningkatan pada
yang mana secara langsung mempengaruhi lift
density altitude mengakibatkan efek pada saat dan drag, engine power, dan efisiensi propeller.
take off : Jika density udara menurun maka performa

• Peningkatan take off speed diperlukan pesawat juga menurun.


• Mengurangi Engine power dan efisiansi propeller
Efek yang mendekati dari dua komponen di atas pada Ketika sebuah pesawat akan take off pada density
performa take off danlanding :
altitude diatas ISA (international standard
• Jarak take off meningkat sekitar 1 % untuk setiap atmosphere) sea level, akan masih dapat
100 ft dari aerodrome pressure altitude di atas melakukan airborne pada airspeed indicated yang
sea level.dan jarak landing sekitar 1 % untuk sama dengan saat sea level, tapi karena density
setiap 400 ft. lebih rendah true airspeed (TAS) akan lebih besar.
Untuk mencapai speed yang lebih besar dengan
• Jarak take off meningkat 1 % untuk setiap 1º C di
engine power yang sama, akan diperlukan take off
atas standard temperature untuk elevasi
run yang lebih panjang.
aerodrome.
• Rate of climb dan angle of climb kelihatan jelas 3. Wind
berkurang, sama dengan
a. Head Wind
obstacle clearence sesudah take off
Take off ke dalam angin ini Suatu situasi crosswind akan
menghasilkan take off run yang memberikan pengaruh terhadap
sangat terpendek dan performa take off dan landing,
groundspeed yang terendah pada sebagian besar oleh karena
liftoff. Landing ke dalam angin ini berkurangnya headwind. Jika
menghasilkan groundspeed yang angin 30º dari heading runway,
lebih rendah dan landing run headwind secara efektif
yang lebih pendek. Jarak Take – berkurang sekitar 15%. Jika angin
off dan landing berkurang sekitar 45º dari heading runway,
1.50 % untuk setiap headwind headwind secara efektif
sebesar 20 knots. Climbing ke berkurang sekitar 30%.
dalam angin ini memberikan
d. Gusting Wind
groudspeed yang lebih rendah
dan oleh karena itu angle of Suatu situasi gusting wind akan
climb yang lebih curam setelah memerlukan pesawat harus tetap
take off. Ini bagus untuk obstacle di ground untuk periode waktu

clearence. yang sedikit agak lama untuk


menyediakan margin yang lebih
b. Tail Wind baik, dengan demikian
peningkatan take off roll secara
Take off dalam angin ini
keseluruhan. Kondisi Gusty
menghasilkan jarak yang lebih
(angin ribut) juga mengharuskan
panjang untuk airborne dan suatu
approach speed yang lebih besar,
penurunan angle of climb, yang
yang mana menghasilkan landing
mana buruk untuk obstacle
roll yang lebih panjang.
clearence. Untuk tailwind
sebesar 5 knots, jarak take off e. Turbulance dan Windshear

harus dikali dengan 1.25 dan


Kemungkinan dari turbulence dan
untuk 10 knots dengan 1.55 . jarak
windshear seharusnya
landing bertambah dengan cara
dipertimbangkan ketika
yang sama.
memecahkan jarak take off dan
c. Cross Wind landing. Windshear adalah suatu
perubahan dari kecepatan angin
(speed dan / atau arah) di jarak Rumput, ground yang soft atau
yang sangat pendek. Adanya salju meningkatkan rolling
windshear dapat mengakibatkan resistance dan oleh karena itu
suatu fluktuasi mendadak pada ground run akan lebih panjang
airspeed setelah take off atau daripada runway yang
selama approach diaspal.Rumput yang kering dapat
meningkatkan jarak take off sekitar
µr
Surface 15%. Bagaimanapun, rumput
Brak
panjang dan basah secara signifikan
e off
Dry concrete / asphalt 0.03 meningkatkan jarak ini.

0.05 Nilai koefisien friksi (µr) tehadap
Wet concrete / asphalt 0.05
permukaan landasan adalah sebagai
Ice concrete / asphalt 0.02
berikut :
Hard turf 0.05
Firm dirt 0.04
Tabel 2.2 Tingkat Koefisien Friksi Pada
Soft turf 0.07
Tiap Jenis Landasan Sumber : John D.
Wet grass 0.08
Anderson, Jr. : 1999 : 358
4. Slope (Keserongan)

Suatu slope ke arah menanjak


akan meningkatkan take off
ground run, dan suatu slope ke b. Landing

arah menurun meningkatkan


Pada saat landing, rumput atau salju dapat
landing ground run.sebagai meningkatkan ground roll,disamping ditingkatkan
rolling resistance, karena brakes kurang
contoh: suatu upslope 2%
efektif.Rumput panjang dan basah dapat diartikan
meningkatkan jarak take off peningkatan yang sangat besar pada landing run
dalam kaitannya dengan efek ini. Nilai koefisien
sekitar 15% dan 2% downslope friksi µr tehadap permukaan landasan adalah sebagai
menurunkannya sekitar 10%. berikut :

Slope dapat dihitung dengan


informasi yang dikenal atau
diperkirakan.

5. Surface Runway
a. Take Off
Tabel 2.3 Tingkat Koefisien Friksi Pada secara garis besar, dan paling
Tiap Jenis Landasan Sumber : John D.
populer. CF6 adalah engine high
Anderson, Jr. : 1999 : 358
bypass turbofan pertama yang
µr dikembangkan untuk pesawat
surface
Brake on transpor militer Lockheed C-5
Dry concrete 0.3 – 0.5
Galaxy dengan kode TF-39.
/ asphalt
Wet concrete 0.15 – 0.3 Engine ini terkenal paling bisa
/ asphalt
Ice concrete / 0.06 – 0.10 diandalkan dan punya jam
asphalt terbang yang tinggi.
Hard turf 0.
4
P&W dengan seri PW4000nya
Firm dirt 0.
3 (PW4062), adalah kelanjutan dari
Soft turf 0.
2 high bypass turbofan keluarga
Wet grass 0. JT9D yang terbilang cukup sukses.
2
PW4000 merupakan
pengembangan dari JT9D,
6. Engine Yang Digunakan menghasilkan engine yang lebih
bertenaga, lebih sedikit
Bila Airline memutuskan membeli
komponen, lebih mudah
pesawat Brand New, biasanya
perawatannya, dan sekian
ada option untuk Powerplant
banyak peningkatan lainnya.
yang akan dipakai. Boeing 747 –
Diantara pesaingnya, PW4062
400 dapat menginstall engine
merupakan engine yang paling
Rolls Royce, Pratt & Whitney dan
pendek dan kecil dimensinya,
General Electric.
namun juga paling canggih
GE dengan CF6-80C2B1Fnya komputerisasinya.
adalah engine paling ringan,
RR mengandalkan keluarga
kompak (ukuran enginenya,
RB211 yakni seri RB211-524H/T.
bukan casingnya, yang
RB211-524 ini punya bobot paling
merupakan terbesar di antara
berat diantara pesaing2nya.
yang lain), mudah perawatannya,
Komponennya juga merupakan
irit dalam konsumsi bahan bakar
yang paling rumit. RR
menggunakan rancangan 400 yang paling senyap.
andalannya, yakni spool ketiga
2.3. TAKE OFF
untuk melengkapi 2 spool (sumbu
PERFORMANCE
putar bilah kipas turbin &
kompressor) tekanan rendah dan Gambar 2.3.1 Fase Take Off Pesawat

tinggi. Dengan ini, peningkatan Take off adalah tahap dari penerbangan dimana
sebuah pesawat beregerak dari ground terbang
daya dorong terhadap kenaikan
ke udara,selalu pada runway. Take off
kecepatan putar kipas akan lebih berlawanan dengan landing.
seimbang, menghasilkan kinerja Kecepatan liftoff biasanya sekitar 15% diatas
mesin yang lebih optimal pada kecepatan stall, jadi peningkatan berat akan
membuat kecepatan liftoff lebih besar. Sebagai
hampir setiap thrust setting. Bila tambahan dibutuhkan kecepatan yang lebih besar
dibandingkan pesaingnya, RB211- pada pesawat yang lebih berat, acceleration pada
pesawat yang lebih berat lebih lambat. Oleh karena
524 punya grafik pencapaian itu jarak yang dibutuhkan untuk Takeoff lebih
daya yang lebih lurus. RB211-524 panjang.

dengan bobot ekstranya,


mungkin akan menyebabkan
konsumsi BBM yang lebih boros
pada pemakaian singkat, namun
dengan keseimbangan antara
keseimbangan sumbu putar
engine dengan tenaga yang
Gambar 2.3.2Ilustrasi Dari Ground Roll Sg,
dihasilkan pada pemakaian lebih Jarak Airborne Sa, Dan Jarak Total Take Off
lanjut akan menghemat umur Sumber : John D. Anderson, Jr. : 1999
engine dan BBM. RB211-524 : 253

mungkin adalah engine bagi 747-


Gaya terjadi pada pesawat
selama take off, sebagai
tambahan dari gaya – gaya yang
familiar seperti thrust, lift, drag,
weight adalah rolling resistance
(gaya gesek antara roda pesawat
dan runway). Untuk gaya dengan 1.3VStall untuk pesawat
tersebut diberikan rumus: sipil dan 1.2VStall untuk pesawat
militer. Pada ketinggian flare hf
diatas ground yang kemudian
𝑅 = 𝜇𝑟 (𝑊 − 𝐿) ......(2.9) melewati jarak flare, yang mana
merupakan transisi dari appoach
Dimana:
ke ground run. Kecepatan
µr = coefficient rolling resistance
touchdown VTD 1.15VStall untuk
W-L = gaya normal yang dfigunakan antara tyres pesawat komersil dan 1.1VStall
dan ground
untuk pesawat militer. Jarak
2.4. LANDING PERFORMANCE pesawat saat rool di ground dari
Landing adalah tahap terakhir saat touchdown sampai ke titik
dalam suatu penerbangan, dimana dmana kecepatan menjadi 0
pesawat kembali ke ground. dinamakan ground roll Sg.
Runway biasanya dibangun dari
aspal beton, beton, kerikil atau
rumput, pesawat juga secara
khusus mampu dilengkapi dengan
peralatan untuk mendarat di air,
salju atau es.

Dalam analisisnya, landing dapat


disamakan dengan saat take off .
Gambar 2.3.3 Landing Path
Akan tetapi dihitung secara Dan Jarak Landing

kebalikan dalam urutannya. Yaitu Sumber : John D.


Anderson, Jr. : 1999 : 368
yang pertama dengan melewati
obstacle dimana diambil 50 ft
tingginya. Dan pesawat akan
membentuk sudut saat approach
(θa), kecepatan pesawat saat
melewati obstacle ditandai
dengan Va yang diperlukan sama
Jumbo Jet, adalah pesawat
penumpang terbesar kedua saat
ini. Pesawat empat mesin ini,
diproduksi oleh Boeing
Commercial Airplanes. dan
didesain untuk penerbangan jarak
jauh dengan payload yang besar.
Gambar 2.3.4 Gaya Yang Bekerja
Selama Landing Ground Run
Pesawat yang termasuk keluarga
747 mempunyai fitur utama
Sumber :G.J.J. Ruijgrok : 1990 : 388
sebagai berikut :
Bagaimanapun praktek landing
yang normal diasumsikan ketika
touchdown, thrust engine dikurangi • crew-flight deck
menjadi idle (sangat utama 0). • Tempat istirahat crew
Banyak pesawat jet dilengkapi • High performance engine
dengan thrust reversers yang mana • Advance APU
pada umumnya menghasilkan • Wingtip extention dan winglet
thrust yang negative sama • Advance aluminium alloy wing structure
besarnya dengan 40% atau 50%
• Horizontal stabilizer fuel tank (optional)
dari maximum forward thrust.
Dalma banyak kasus, jika Trev • Flexibel interior configuration
menandakan besar dari reverse • Carbon brakes
thrust secara mutlak. 3.2. Langkah – Langkah Pengumpulan Data
3. METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan urutan
bawah ini :
3.1. SUBJEK
1. Studi pustaka
Subjek yang dianalisis dalam
Penulis mempelajari teori yang
Simulasi Prestasi Take – Off
berkaitan dengan materi tugas
Landing Pesawat Sejenis 747
akhir khususnya yang berkaitan
yaitu meliputi karakteristik
dari literatur yang tersedia di
pesawat, tipe permukaan perpustakaan ataupun yang
runway, ketinggian runway, berasal dari internet maupun
engine yang digunakan, dan sumber lainnya.
faktor pendukung lain yang
2. Mencari Data Pesawat Yang diperlukan
berpengaruh terhadap prestasi
Data yang diperlukan untuk
terbang pesawat ini saat take off
menghitung kinerja pesawat
maupun landing.
sejenis boeing 747 pada saat take
Boeing 747, dikenal sebagai off dan landing terhadap kondisi
runway dan engine yang
digunakan terdapat di lampiran B
berdasarkan dari literatur yang
tersedia di perpustakaan ataupun
yang berasal dari internet maupun
sumber lainnya.

3. Mencari Data Engine yang diperlukan

Dari data engine yang didapatkan


berdasarkan dari literatur yang
tersedia di perpustakaan ataupun
3.3. ANALISIS DAN
yang berasal dari internet maupun PERHITUNGAN
sumber lainnya dan digunakan
a. Take – Off dry concrete runway flap 20º
dalam penulisan tugas akhir ini.
Pesawat 747 terbang pada kondisi
Take off thrust yang dihasilkan sea level menggunakan engine
oleh masing – masing engine : general electric CF6 dengan thrust
saat take – off 62100 lb, MTOW
875000 lb. Pesawat 747 dilengkapi
CF6-80C2B5F : 62100 lb
oleh Tripple – Sloted Fowler Flaps.
PW 4062 :63300 lb Berdasarkan Tabel (2.4) untuk
defleksi Flap Pada saat Posisi Take–
RB211-524H2-T :59500 lb Off, (CL)max CosK = 2,55 dengan
4. Mencari Data Runway sudut sweep sayap = 37,5º , S= 5660
Data runway yang dibutuhkan ft2,
dalam perhitungan ini berupa
(CL)Max = 2,55 cos 37,5
ketinggian, kerapatan udara, dan
kondisi permukaan runway. =

No Ketinggian ρ 2
,
1 Sea level 0,002377 slug/ft3 0
2 500 ft 0,002342 slug/ft3 2
3
3 1000 ft 0,002308 slug/ft3
𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 =
4 1500 ft 0,002274 slug/ft3 2 𝑊 1
3
√𝜌 𝑆 𝐶𝐿 𝑀𝐴𝑋
5 2000 ft 0,002241 slug/ft ∞

6 2500 ft 0,002208 slug/ft3


𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 =
7 3000 ft 0,002175 slug/ft3
2 875000𝑙𝑏 1
√0,002377𝑠𝑙𝑢𝑔𝑠 = 253,5𝑓𝑡/𝑠
Tabel 3.1 Data Ketinggian 5660𝑓𝑡 2 2,023
𝑓𝑡3
2 Gambar 3.4
s Equivalent Skin-
Friction Drag
𝑉𝐿0 = 1,2𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿
= 304,28 ft/s Sumber : John D.
𝑉∞ = 0,7𝑉𝐿0 Anderson, Jr. :
=212,996 ft/s 1999 : 129
𝑇
𝐾𝑟 = (𝑊 − 𝜇𝑟 )0,7𝑉𝐿0 Dengan N= 3 untuk pesawat yang besar maka :
𝑇𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 = 4 × 𝑇
= 4× 62100 lb 1 2 𝐾
𝑆𝑔 = 2𝑔𝐾 𝐿𝑁 (1 + 𝐾𝐴 𝑉𝐿0 ) + 𝑁𝑉𝐿0 = 8913 ft
= 2.484 × 105 lb 𝐴 𝑟

Runway yang digunakan untuk mendarat adalah Untuk menghitung jarak take off pada saat
aspal kering (dry concrete) dengan nilai µr = 0,04 airborne :
6,96(𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 )2
sehingga: 𝑅= = 13900𝑓𝑡
𝑇 𝑔
𝐾𝑟 = (𝑊 − 𝜇𝑟 )0,7𝑉𝐿0
= 0,244 ℎ
𝜃0𝐵 = cos −1 (1 − 𝑅0𝐵 ) = 4,0668
𝑆𝑎 = 𝑅 sin 𝜃0𝐵 = 987𝑓𝑡
Jarak total take off
= 𝑆𝑔 + 𝑆𝑎 = 8913 + 987 = 9900𝑓𝑡

b. Landing dry concrete runway flap 40°


Pesawat 747 dilengkapi oleh Tripple – Sloted
Fowler Flaps. Berdasarkan Tabel (2.4) untuk
defleksi Flap Pada saat Posisi Take–Off, (CL)Max
cosK =3.35 dengan sudut sweep sayap = 37.5º
(𝐶𝑙 )𝑀𝑎𝑥 = 3,35 cos 37,5 = 2,658

2 𝑊 1
𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 = √𝜌 = 190,9𝑓𝑡
∞ 𝑆 𝐶𝐿 𝑀𝐴𝑋
Gambar 3.3 Ratio Dari Swet / S Untuk
Untuk sebuah pesawat komersil, kecepatan
Beberapa Konfigurasi Pesawat Yang
terbang selama flare adalah :
Berbeda Sumber : John D. Anderson, Jr. 𝑉𝑓 = 1,3𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 = 234,8𝑓𝑡/𝑠
: 1999 : 128 Dan untuk kecepatan touchdown
𝑉𝑇𝐷 = 1,2𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 = 229,1𝑓𝑡/𝑠
𝑉𝑓2
𝑅 = 0,2𝑔 = 8567
ℎ𝑓 = 𝑅(1 − cos 𝜃𝑎 ) = 13,116
Jarak approach:
50−ℎ𝑓
𝑆𝑎 = = 2790𝑓𝑡
tan 𝜃𝑎
Jarak flare:
𝑆𝑓 = 𝑅 sin 𝜃𝑎 = 149𝑓𝑡
Dengan N=3 untuk pesawat besar kita dapatkan:
1 2 𝐽
𝑆𝑔 = 𝑁𝑉𝑇𝐷 + 2𝑔𝐽 ln (1 + 𝐽𝑇 𝑉𝑇𝐷 ) = 4210𝑓𝑡
𝐴 𝐴
Jarak total untuk landing:
= 𝑆𝑎 + 𝑆𝑓 + 𝑆𝑔 = 7150𝑓𝑡
3.4. Data Pesawat

Dimensi

Pesawat sejenis 747 – 400


Panjang badan pesawat: 231 ft 10 inci
Lebar (posisi jig): 211 ft 5 in
Lebar (berbahan bakar penuh): 213 ft
Tinggi (Vertikal Stabilizer tip): 63 ft 4 in

Model
Krom Cocpit: 2
Penumpang: 416 - 524
Berat Kosong: 406900 lb / 184567kg
MTOW: 910000 lb / 412775 Kg
Kecepatan Cruising: Mach 0,85 (491 kt, 910 km /
jam)
Kecepatan maksimum: Mach 0,92 (590 kt, 1093
km / jam)
Model Mesin (x 4): PW 4062
GE CF6-80C2B5F
RR RB211-524H
Thrust Mesin (x 4): 63.300 lbf
PW 62.100 lbf
GE
59,500 lbf RR
menggunakan flap 40, jarak ground roll adalah
sebesar 4211 ft dan jarak approach sebesar
2789,75 ft, jarak flare sebesar 149,5 ft dan jarak
4. HASIL DAN PEMBAHASAN totalnya 7150,33 ft. untuk contoh data hasil
perhitungan terdapat pada lampiran C. hasil
4.1. Hasil perhitungan ini jika dibandingkan dengan data
performa yang dikeluarkan oleh boeing dapat
Dalam bab III telah dipaparkan cara perhitungan
dilihat pada tabel 4.1
kinerja take off dan landing pesawat sejenis 747,
dari hasil perhitungan tersebut jarak ground roll
untuk take off yang dibutuhkan pada jenis runway
dengan kondisidry pada ketinggian sea level dan
menggunakan engine CF6-80C2B5F dengan
menggunakan flap 20 adalah sebesar 8912,9 ft dan
jarak approach sebesar 987,36 ft dan jarak totalnya
9900,27 ft. . sedangkan untuk landing dengan
kondisi yang sama seperti take off hanya saja
Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Pesawat runway, kondisi permukaan
Sejenis 747-400 dengan Hasil Analisis
softwere saat menggunakan Engine
runway. Konfigurasi flap
CF6-80C2B5F pesawat, juga engine yang

No Boeing 747- Hasil digunakan. Karena hal ini masing


400 Analisis – masing menghasilkan kecepatan
1 MTOW 875000 lb 875000 lb
2 MLW 652000 lb 652000 lb yang dibutuhkan dan jarak take
3 Jarak Take 9900 ft 9900,27 ft off maupun landing yang berbeda
off
4 Jarak 7150 ft 7150,33 ft – beda.
Landing
Ketinggian runway dan
Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Pesawat
konfigurasi flap berpengaruh
Sejenis 747-400 dengan Hasil Analisis
softwere saat menggunakan Engine terhadap jarak yang dibutuhkan
PW 4062
dalam take off dan landing. Hal
N Boeing 747- Hasil ini dikarenakan oleh penurunan
o 400 Analisis
1 MTOW 875000 lb 875000 lb densitas udara yang akan
2 MLW 652000 lb 652000 lb mempengaruhi besarnya lift
3 Jarak Take 9700 ft 9655,47 ft
off maupun drag yang dihasilkan
4 Jarak 7150 ft 7150,33 ft oleh sayap pesawat, sesuai
Landing
dengan persamaan dasar gaya
angkat dan gaya hambat :
Tabel 4.3 Hasil Perbandingan Pesawat
Sejenis 747-400 dengan Hasil Analisis L=1/2 ρV2SCL (untuk
softwere saat menggunakan Engine gaya angkat)
RB211-524H2-T
D=1/2ρV2SCD (untuk
No Boeing 747- Hasil
gaya hambat)
400 Analisis
1 MTOW 875000 lb 875000 lb
2 MLW 652000 lb 652000 lb Selain itu berpengaruh terhadap
3 Jarak Take 10500 ft 10489,84 ft jarak yang ditempuh, ketinggian
off
4 Jarak 7150 ft 7150,33 ft runway dan konfigurasi flap
Landing berpengaruh terhadap kecepatan
4.2. Pembahasan
yang dibutuhkan oleh pesawat.
Dari data yang dihasilkan setelah
melakukan perhitungan dan
analisa, maka dapat dilihat bahwa 𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 = √
2 𝑊 1
𝜌∞ 𝑆 (𝐶𝐿 )𝑀𝐴𝑋
prestasi take off dan landing
berkaitan erat dengan ketinggian Pengaruh engine yang digunakan dikarenakan oleh
perbedaan thrust yang dihasilkan ketika pesawat 20º dan menggunakan
akan melakukan take off. Namun berbeda dengan
take off dalam perhitungan dan analisa pesawat engine PW 4062. Untuk
saat landing hal ini dikarenakan Trev diasumsukan proses landing jarak
= 0. Sehingga tidak ada pengaruh terhadap
perbedaan engine. terpendek terdapat pada
saat kondisi runway dry
Jenis permukaan runway juga memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap jarak yang pada sea level dan
dibutuhkan pesawat pada saat take off maupun
landing. Semakin besar nilai koefisien geseknya konfigurasi flap pesawat
maka semakin besar pula gaya gesek yang 40º. Sedangkan untuk
ditimbulkan, sebagai konsekuensinya maka jarak
landing akan semakin kecil. proses take off jarak

5. KESKIMPULAN DAN SARAN terjauh terdapat pada


saat kondisi runway wet
5.1. KESIMPULAN
pada 3000 ft dengan
Berdasarkan hasil analisis yang
konfigurasi flap pesawat
telah diperoleh pada perhitungan
prestasi terbang take off dan 0º dan menggunakan

landing pesawat sejenis Boeing engine RB211-524H2-T.

747 pada berbagai kondisi Untuk proses landing


runway, elevasi runway, jarak terjauh terdapat
konfigurasi flap dan engine yang pada saat kondisi runway
digunakan maka dapat diambil ice pada 3000 ft dan
beberapa kesimpulan. konfigurasi flap pesawat
1. Jarak take off terpendek 40º.
adalah 9446,75 ft, jarak 5.2. SARAN
take off terjauh adalah
Karena perhitungan dalam kajian
13935,5 ft, jarak landing
teknis ini masih banyak
terpendek adalah 7150,33
dipengaruhi oleh faktor yang
ft, jarak landing terjauh
diasumsikan, maka oleh karena
adalah 13912 ft.
itu tugas akhir ini masih bisa
2. Untuk proses take off
diteruskan dengan
jarak terpendek terdapat menyempurnakan kualitas
pada saat kondisi runway penulisan baik dari segi teknis
ice pada sea level dengan yang lain maupun dari sisi yang
konfigurasi flap pesawat sama. Diharapkan pengembangan
berikutnya dapat menambahkan prestasi take off dan landing
beberapa faktor yang pesawat seperti pengaruh dari
mempengaruhi lainnya dalam angin, slopedan lain sebagainya.

6. REFERENSI
Anderson, D.J. 1999. Aircraft Performance And Design. Singapore: University of
MarylandCumpsty, N. 2003. Jet Propulsion. New York: Cambridge University Press

Roskam, J. 1988. Airplane Design Part I. Kansas: University of Kansas Roskam, J.

1988. Airplane Design Part VI. Kansas: University of Kansas

Rujgok, G.J.J. 1990. Elements of Airplane Performance. Netherlands: Delft

University Press

Toren, B. 1981. Syntesis of Subsonic Airplane Design Netherlands: Delft

University Press

Anda mungkin juga menyukai