Jl. Protokol Halim Perdana Kusuma, Komp. Bandara Halim Perdana Kusuma, DKI Jakarta,
Jakarta Timur13610, Indonesia
ANALISA PERFORMA
PRESTASI TAKE OFF DAN LANDING PESAWAT BOEING 747
MUCHAMMAD FARUROZI
(15010118)
ABSTRAK
Performa Pesawat terbang tergantung pada hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada pesawat itu. Gaya-gaya
dasar yang bekerja pada pesawat terbang adalah Lift ( gaya angkat), Weight ( gaya berat ), Thrust ( gaya dorong )
dan Drag ( gaya hambat ). Jika gaya-gaya tersebut dalam keadaan setimbang, maka pesawat akan tetap terjaga
pada kecepatan yang tetap dan pada ketinggian yang tetap pula. Jika ada gaya luar yang bekerja pada perubahan
pesawat, maka kinerja pesawat terbang juga akan mengalami perubahan.
Boeing 747, dikenal sebagai Jumbo Jet, adalah pesawat penumpang terbesar kedua saat ini, setelah pesawat
A380 yang beroperasi pada akhir Oktober 2007. Pesawat empat mesin ini, diproduksi oleh Boeing Commercial
Airplanes.Take off dan landing merupakan fase yang paling kritis pada pesawat. Karena kebanyakan kecelakaan
pesawat sering terjadi pada saat tersebut. Maka oleh karena itu, dibutuhkan suatu simulasi yang dapat
mempermudah ketika akan menganalisa prestasi terbang pesawat pada saat take off dan landing.
Metode dalam kajian teknis ini adalah meninjau perbedaan kinerja pesawat sejenis Boeing 747 pada saat take
off dan landing. Tahap pertama adalah menghitung jarak take off dan landing pada runway dengan ketinggian
sea level, kondisi surface runway dry, konfigurasi flap pesawat adalah 20º serta menggunakan engine CF6-
80C2B5F. Lalu untuk tahap berikutnya adalah dengan mengulang langkah – langkah diatas akan tetapi dengan
mengganti variasi ketinggian runway mulai dari sea level kemudian ketinggian 500 ft,1000 ft, 1500 ft, 2000 ft,
2500 ft,3000 ft. juga variasi konfigurasi flap pesawat mulai dari 0º, 20º, 40º. Variasi kondisi permukaan runway
mulai dari dry, wet, ice dan variasi engine yang digunakan adalah CF6-80C2B5F, PW 4062, RB211-524H2-T.
Sehingga dengan kajian teknis ini, nantinya akan diketahui perbedaan jarak dan kecepatan yang dibutuhkan
pesawat sejenis Boeing 747 untuk melakukan take off dan landing. Dengan memperhitungkan beberapa faktor
yang menjadi variasi yang digunakan dalam perhitungan. Take off pada elevasi ketinggian runway sea level
memiliki jarak take off terpendek dengan konfigurasi flap 20º, kondisi permukaan runway ice dan menggunakan
engine PW4062. Sedangkan take off pada elevasi ketinggian runway 3000 ft memiliki jarak take off terjauh
dengan konfigurasi flap 0º, kondisi permukaan runway wet dan menggunakan engine RB211-524H2-T. Landing
pada elevasi ketinggian runway sea level memiliki jarak landing terpendek dengan konfigurasi flap 40º, dan
kondisi permukaan runway dry. Landing pada elevasi ketinggian runway 3000 ft memiliki jarak landing terjauh
dengan konfigurasi flap 20º, dan kondisi permukaan runway ice
a.) Lift
1. Ketinggian sea level, 500 ft, 1000 ft, 1500 ft, 2000
ft, 2500 ft, 3000 ft. Lift adalah gaya angkat pada
2. Defleksi flap 0º dan 20º saat take – off, 20º dan
40º saat landing. pesawat. Lift timbul karena
3. Kondisi runway wet, dry dan ice adanya aliran udara yang
4. Tidak ada slope pada runway
mengelilingi airfoil yang
5. Berat konstan saat take off run
6. Ground friction konstan mengakibatkan adanya perbedaan
7. Runway terbuat dari asphalt tekanan di atas dan di bawah
8. No engine failure
9. Tanpa ada pengaruh kecepatan angin airfoil. Rumus lift :
1
10. Tanpa menggunakan thrust reverse 𝐿 = 2 × 𝜌 𝑉 2 𝑆𝐶𝐿 ......(2.1)
Dimana :
2. LANDASAN TEORI
L= Lift
2.1. Gaya – Gaya Pada Pesawat Saat Take off
Dan Landing V= Kecepatan Pesawat
Secara umum gaya- gaya yang bekerja pada
ρ= Density Udara
pesawat udara adalah Gaya Berat (Gravitasi),
S= luas penampang sayap
Gaya Aerodinamika ( Lift, Drag,) dan Gaya dari
sistem propulsi (Thrust). Juga gaya gesek dengan CL = Coefficient of Lift
Runway. 𝐶𝐿 = 2 × 𝜋 × 𝛼 .......(2.2)
Dimana :
𝜋= 3.14
πrad = 180°
Dimana :
AR = Aspect Ratio
A= Wing Area
Dimana :
Cd = Drag Coeficient
1
𝐷 = 2 𝜌𝑉 2 𝑆𝐶𝐷 .......(2.3)
drag. Thrust digunakan intuk mengalahkan drag Tabel 2.1 International Standard Atmosphere
𝐹 𝑇ℎ𝑟𝑢𝑠𝑡 𝑚×𝑎 𝑎
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑊 = 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = 𝑚×𝑔 = 𝑔 ........(2.8)
konsekwensinya udara yang lembab lebih ringan Performa pesawat tergantung pada density udara,
daripada udara yang kering. Peningkatan pada
yang mana secara langsung mempengaruhi lift
density altitude mengakibatkan efek pada saat dan drag, engine power, dan efisiensi propeller.
take off : Jika density udara menurun maka performa
5. Surface Runway
a. Take Off
Tabel 2.3 Tingkat Koefisien Friksi Pada secara garis besar, dan paling
Tiap Jenis Landasan Sumber : John D.
populer. CF6 adalah engine high
Anderson, Jr. : 1999 : 358
bypass turbofan pertama yang
µr dikembangkan untuk pesawat
surface
Brake on transpor militer Lockheed C-5
Dry concrete 0.3 – 0.5
Galaxy dengan kode TF-39.
/ asphalt
Wet concrete 0.15 – 0.3 Engine ini terkenal paling bisa
/ asphalt
Ice concrete / 0.06 – 0.10 diandalkan dan punya jam
asphalt terbang yang tinggi.
Hard turf 0.
4
P&W dengan seri PW4000nya
Firm dirt 0.
3 (PW4062), adalah kelanjutan dari
Soft turf 0.
2 high bypass turbofan keluarga
Wet grass 0. JT9D yang terbilang cukup sukses.
2
PW4000 merupakan
pengembangan dari JT9D,
6. Engine Yang Digunakan menghasilkan engine yang lebih
bertenaga, lebih sedikit
Bila Airline memutuskan membeli
komponen, lebih mudah
pesawat Brand New, biasanya
perawatannya, dan sekian
ada option untuk Powerplant
banyak peningkatan lainnya.
yang akan dipakai. Boeing 747 –
Diantara pesaingnya, PW4062
400 dapat menginstall engine
merupakan engine yang paling
Rolls Royce, Pratt & Whitney dan
pendek dan kecil dimensinya,
General Electric.
namun juga paling canggih
GE dengan CF6-80C2B1Fnya komputerisasinya.
adalah engine paling ringan,
RR mengandalkan keluarga
kompak (ukuran enginenya,
RB211 yakni seri RB211-524H/T.
bukan casingnya, yang
RB211-524 ini punya bobot paling
merupakan terbesar di antara
berat diantara pesaing2nya.
yang lain), mudah perawatannya,
Komponennya juga merupakan
irit dalam konsumsi bahan bakar
yang paling rumit. RR
menggunakan rancangan 400 yang paling senyap.
andalannya, yakni spool ketiga
2.3. TAKE OFF
untuk melengkapi 2 spool (sumbu
PERFORMANCE
putar bilah kipas turbin &
kompressor) tekanan rendah dan Gambar 2.3.1 Fase Take Off Pesawat
tinggi. Dengan ini, peningkatan Take off adalah tahap dari penerbangan dimana
sebuah pesawat beregerak dari ground terbang
daya dorong terhadap kenaikan
ke udara,selalu pada runway. Take off
kecepatan putar kipas akan lebih berlawanan dengan landing.
seimbang, menghasilkan kinerja Kecepatan liftoff biasanya sekitar 15% diatas
mesin yang lebih optimal pada kecepatan stall, jadi peningkatan berat akan
membuat kecepatan liftoff lebih besar. Sebagai
hampir setiap thrust setting. Bila tambahan dibutuhkan kecepatan yang lebih besar
dibandingkan pesaingnya, RB211- pada pesawat yang lebih berat, acceleration pada
pesawat yang lebih berat lebih lambat. Oleh karena
524 punya grafik pencapaian itu jarak yang dibutuhkan untuk Takeoff lebih
daya yang lebih lurus. RB211-524 panjang.
No Ketinggian ρ 2
,
1 Sea level 0,002377 slug/ft3 0
2 500 ft 0,002342 slug/ft3 2
3
3 1000 ft 0,002308 slug/ft3
𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 =
4 1500 ft 0,002274 slug/ft3 2 𝑊 1
3
√𝜌 𝑆 𝐶𝐿 𝑀𝐴𝑋
5 2000 ft 0,002241 slug/ft ∞
Runway yang digunakan untuk mendarat adalah Untuk menghitung jarak take off pada saat
aspal kering (dry concrete) dengan nilai µr = 0,04 airborne :
6,96(𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 )2
sehingga: 𝑅= = 13900𝑓𝑡
𝑇 𝑔
𝐾𝑟 = (𝑊 − 𝜇𝑟 )0,7𝑉𝐿0
= 0,244 ℎ
𝜃0𝐵 = cos −1 (1 − 𝑅0𝐵 ) = 4,0668
𝑆𝑎 = 𝑅 sin 𝜃0𝐵 = 987𝑓𝑡
Jarak total take off
= 𝑆𝑔 + 𝑆𝑎 = 8913 + 987 = 9900𝑓𝑡
2 𝑊 1
𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 = √𝜌 = 190,9𝑓𝑡
∞ 𝑆 𝐶𝐿 𝑀𝐴𝑋
Gambar 3.3 Ratio Dari Swet / S Untuk
Untuk sebuah pesawat komersil, kecepatan
Beberapa Konfigurasi Pesawat Yang
terbang selama flare adalah :
Berbeda Sumber : John D. Anderson, Jr. 𝑉𝑓 = 1,3𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 = 234,8𝑓𝑡/𝑠
: 1999 : 128 Dan untuk kecepatan touchdown
𝑉𝑇𝐷 = 1,2𝑉𝑆𝑇𝐴𝐿𝐿 = 229,1𝑓𝑡/𝑠
𝑉𝑓2
𝑅 = 0,2𝑔 = 8567
ℎ𝑓 = 𝑅(1 − cos 𝜃𝑎 ) = 13,116
Jarak approach:
50−ℎ𝑓
𝑆𝑎 = = 2790𝑓𝑡
tan 𝜃𝑎
Jarak flare:
𝑆𝑓 = 𝑅 sin 𝜃𝑎 = 149𝑓𝑡
Dengan N=3 untuk pesawat besar kita dapatkan:
1 2 𝐽
𝑆𝑔 = 𝑁𝑉𝑇𝐷 + 2𝑔𝐽 ln (1 + 𝐽𝑇 𝑉𝑇𝐷 ) = 4210𝑓𝑡
𝐴 𝐴
Jarak total untuk landing:
= 𝑆𝑎 + 𝑆𝑓 + 𝑆𝑔 = 7150𝑓𝑡
3.4. Data Pesawat
Dimensi
Model
Krom Cocpit: 2
Penumpang: 416 - 524
Berat Kosong: 406900 lb / 184567kg
MTOW: 910000 lb / 412775 Kg
Kecepatan Cruising: Mach 0,85 (491 kt, 910 km /
jam)
Kecepatan maksimum: Mach 0,92 (590 kt, 1093
km / jam)
Model Mesin (x 4): PW 4062
GE CF6-80C2B5F
RR RB211-524H
Thrust Mesin (x 4): 63.300 lbf
PW 62.100 lbf
GE
59,500 lbf RR
menggunakan flap 40, jarak ground roll adalah
sebesar 4211 ft dan jarak approach sebesar
2789,75 ft, jarak flare sebesar 149,5 ft dan jarak
4. HASIL DAN PEMBAHASAN totalnya 7150,33 ft. untuk contoh data hasil
perhitungan terdapat pada lampiran C. hasil
4.1. Hasil perhitungan ini jika dibandingkan dengan data
performa yang dikeluarkan oleh boeing dapat
Dalam bab III telah dipaparkan cara perhitungan
dilihat pada tabel 4.1
kinerja take off dan landing pesawat sejenis 747,
dari hasil perhitungan tersebut jarak ground roll
untuk take off yang dibutuhkan pada jenis runway
dengan kondisidry pada ketinggian sea level dan
menggunakan engine CF6-80C2B5F dengan
menggunakan flap 20 adalah sebesar 8912,9 ft dan
jarak approach sebesar 987,36 ft dan jarak totalnya
9900,27 ft. . sedangkan untuk landing dengan
kondisi yang sama seperti take off hanya saja
Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Pesawat runway, kondisi permukaan
Sejenis 747-400 dengan Hasil Analisis
softwere saat menggunakan Engine
runway. Konfigurasi flap
CF6-80C2B5F pesawat, juga engine yang
6. REFERENSI
Anderson, D.J. 1999. Aircraft Performance And Design. Singapore: University of
MarylandCumpsty, N. 2003. Jet Propulsion. New York: Cambridge University Press
University Press
University Press