Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Family Health Care Project


FARINGITIS AKUT PADA PRIA BERUSIA 61 TAHUN DENGAN RIWAYAT
GASTRITIS

Disusun Oleh:
Nila Sefiana Dwi Cahya 180070200011080

Periode:
Periode 1 Febaruari 2021-14 Februari 2021

Pembimbing
Dr. dr. Jack Roebijoso., M.Sc(OM), P.K.K.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

FARINGITIS AKUT PADA PRIA BERUSIA 61 TAHUN DENGAN RIWAYAT


GASTRITIS

Disusun Oleh:
Nila Sefiana Dwi Cahya
180070200011080

Malang, Februari 2021


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. dr. Jack Roebijso., M.Sc(OM), P.K.K.


NIK. 194507141981031002

2
CASE REPORT: FARINGITIS AKUT PADA PRIA BERUSIA 61 TAHUN DENGAN
RIWAYAT GASTRITIS

Nila Sefiana Dwi Cahya


Departemen Kedokteran Keluarga; Fakultas Kedokteran;
Universitas Brawijaya; Malang

ABSTRAK
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri tenggorokan sejak 2 hari terakhir. Keluhan
disertai dengan adanya rasa pusing, serta kaku dan sakit pada leher. Sebelumnya, pasien juga mengalami
demam dan mengigil kedinginan sejak 4 hari terakhir sebelum pasien datang ke klinik. Pasien juga
mengaku telah memakan gorengan pedas sebelum gejala tersebut muncul. Pasien tidak memiliki Riwayat
bepergian ke daerah transmisi COVID-19 sebelumnya dan tidak ada kontak dengan pasien terkonfirmasi
COVID-19. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat gastritis sejak ? dan rutin konsumsi obat dari dokter.
Faringitis merupakan salah satu bentuk infeksi saluran nafas atas, dimana terjadi inflamasi dari membrane
mukosa orofaring yang dapat disebabkan oleh agen infeksius maupun non-infeksius (1,2). Menurut data
RISKESDAS 2013, prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sebesar 25% dan jawa timur
menempati posisi di lima besar provensi dengan ISPA tertinggi yaitu 28,3% (3). Faringitis akut dapat
terjadi pada semua umur, dengan frekuensi tersering terjadi pada populasi anak-anak usia 5-15 tahun
sekitar 15-30% kasus dan pada orang dewasa sekitar 10% kasus faringitis yang terjadi di musim dingin
oleh akibat infeksi Grup A Streptococcus (4). Gatritis adalah proses peradangan / inflamasi dari mukosa
dan submukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (5). Presentase dari angka
kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%, sedangkan prevalensi di jawa timur pada
tahun 2011 mencapai 44,5% yaitu dengan jumlah 58.116 kasus.

Kata kunci: ISPA, Faringitis, Gastritis

PENDAHULUAN
Faringitis adalah peradangan pada juga dapat menyebabkan faringitis namun sangat
mukosa faring dan sering meluas ke jaringan jarang dijumpai yaitu virus herpes, Epstein-barr
sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama- virus, human immunodeficiency virus (HIV) dan
sama dengan tonsilitis, rhinitis, dan laryngitis coxsackievirus. Adapun sebanyak 5-36%
(6). Terdapat sekitar 50-80% kasus disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri Grup A beta-
oleh virus, baik berupa infeksi dari rhinovirus, hemoliticus streptococcus. Beberapa bakteri
influenza virus, adenovirus, coronavirus, dan penyebab lainnya dapat berasal dari Grup B dan
parainfluenza virus. Beberapa virus lain yang C Streptococcus, Clamydia pneumonia,

3
Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus disebabkan oleh Streptococcus Beta Hemolitikus
influenzae, Candida, Neisseria meningitidis, grup A terjadi di musim dingin dan awal musim
Neisseria gonorrhoeae, Arcanobacterium semi di daerah beriklim sedang. Sedangkan di
haemolyticum, Fusobacterium necrophorum, daerah beriklim tropis seperti Indonesia, insiden
and Corynebacterium diphtheriae. Selain itu, tertinggi terjadi pada musim hujan(10).
faktor lingkungan pun berperan dalam Patofisiologi faringitis tejadi dengan
munculnya kejadian faringitis, seperti adanya melibatkan invasi pathogen langsung ke lapisan
alergi, paparan udara dingin, turunnya daya mukosa faring. Inokulasi bakteri ataupun virus
tahan tubuh, iritasi oleh rokok, konsumsi alcohol terjadi ketika adanya kontak antara tangan yang
yang berlebih, konsumsi makanan yang kurang terinfeksi pathogen yang bersentuhan langsung
gizi, refluks asam lambung maupun inhalasi uap dengan hidung ataupun mulut. Dan hal ini juga
yang merangsang mukosa faring (7,8). dapat terjadi ketika seseorang secara langsung
Setiap tahunnya ± 40 juta orang menghirup droplet yang berasal dari orang yang
mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena terinfeksi melalui batuk ataupun bersin. Setelah
faringitis. Anak-anak dan orang dewasa proses inokulasi, virus ataupun bakteri akan
umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada berhadapan dengan beberapa sistem pertahanan
saluran pernafasan atas termasuk faringitis. tubuh, termasuk didalamnya pertahanan fisik,
Secara global di dunia ini viral faringitis mekanik, humoral maupun seluler. Adapun
merupakan penyebab utama seseorang absen pertahanan fisik dan mekanik dapat berupa
bekerja atau sekolah (9). Faringitis akut adanya rambut hidung, lendir, dan sel bersilia
merupakan salah satu klasifikasi dalam pada saluran pernafasan dapat menyaring dan
faringitis. Faringitis akut adalah satu penyakit menghalangi pathogen masuk ke dalam tubuh,
peradangan tenggorok yang bersifat mendadak serta kelenjar adenoid dan tonsil yang
dan cepat memberat. Faringitis akut dapat terjadi mengandung sel imun yang dapat merespon
pada semua umur, sering terjadi pada anak usia terhadap pathogen. Imunitas humoral
5-15 tahun dan jarang pada anak usia di bawah 3 (immunoglobulin A) dan imunitas seluler
tahun, insiden semakin meningkat seiring berperan dalam mengurangi infeksi dengan
bertambahnya usia, mencapai puncaknya pada mengaktifkan sel-sel fagosit seperti sel
usia 4-7 tahun dan berlanjut sepanjang akhir makrofag, monosit, neutrophil dan eosinophil
masa anak hingga dewasa. Diperkirakan yang bertugas untuk memfagosit pathogen.
sebanyak 15 juta kasus faringitis didiagnosis Sejumlah sitokin inflamasi juga dilepaskan
setiap tahunnya di Amerika Serikat dengan untuk memdiasi respon imun terhadap pathogen.
prosentasi 15-30% pada anak usia sekolah dan Tak terkecuali flora normal nasofaring, baik
10% pada usia dewasa serta 20-30% kasus stafilococcus maupun streptococcus membantu

4
mempertahankan diri dari pathogen potensial. Adapun manifestasi klinis yang muncul pada
Namun, ketika pasien berada dalam keadaan umumnya dapat berupa munculnya demam,
fungsi imunitas humoral maupun seluler yang eksudat tonsil, pembengkakan kelenjar getah
kurang optimal akan sangat berpotensi untuk bening yang nyeri, eritema pada faring, serta
tertularnya penyakit, serta dapat meningkatkan nyeri telinga. Apabila etiologinya adalah virus,
resiko perjalanan penyakit yang parah atau maka dapat dijumpai adanya batuk, pilek,
berkepanjangan (11,12). konjungtivitis, nyeri kepala dan dapat disertai
Gambar 1 Temuan Pemeriksaan fisik dengan munculnya ruam. Sedangkan apabila
faringitis pada infeksi virus, bakteri
disebabkan oleh grup A beta hemolitikus
dan jamur
streptococcus akan bersifat akut mendadak,
demam tinggi, limfadenopati cervical yang nyeri
pada penekanan, ruam scarlatiniform, eksudat
tonsil, ptekie palatum, namun tidak didapatkan
adanya batuk ataupun pilek. Sedangkan pada
faringitis fungal dapat dijumpai adanya angular
cheilitis (peradangan di sudut bibir) dan
munculnya plak putih seperti susu beku yang
nyeri atau patch merah halus di orofaring
(13,14).
Meskipun beberapa gejala akan tampak
spesifik sesuai dengan pathogen penyebabnya,
namun masih sering dijumpai adanya diagnosis
yang tumpang-tindih satu dengan lainnya. Hal
ini juga disebabkan karena gejala yang muncul
Masa inkubasi hingga awal munculnya pada pasien dapat bervariasi dan tumpang-
gejala tergantung pada jenis patogennya. tindih. Oleh karena itu, dibuatlah sebuah
Pathogen seperti rhinovirus dan grup A alogaritma predictif yang telah dikembangkan
streptococcus memiliki masa inkubasi 1-5 hari, untuk dapat membantu para dokter keluarga
influenza virus dan parainfluenza virus dalam mendiagnosis faringitis bacterial agar
membutuhkan waktu 1-4 hari, RSV (respiratory dapat mencegah pemberian antibiotic yang
syncytial virus) membutuhkan waktu hingga 1 berlebihan pada kasus selain daripada faringitis
minggu, sedangkan masa inkubasi diphtheria 1- bacterial (15). Salah satu diantaranya yang
10 hari, dan EBV (Epstein-Barr Virus) memiliki secara luas dipergunakan adalah modifikasi
masa inkubasi hingga 4-6 minggu (11,12). centor skor (gambar 2) yang dapat membantu

5
dalam penegakkan diagnosis dan tatalaksana sama sejajar dan dapat digunakan untuk
terhadap faringitis bacterial. Apabila didapatkan mengurangi kebutuhan test diagnostic dan
skor ≤ 1 berada pada resiko sangat rendah (≤ pemberian antibiotic yang berlebihan (16).
10%), sedangkan skor ≥ 4 termasuk ke dalam Gambar 3 Skor FeverPAIN
resiko tinggi (53%) terjadi infeksi streptococcus
(16).
Gambar 2 Skor Modifikasi Centor

Dalam menegakkan diagnosis faringitis,


selain dilakukan dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisk, juga dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang tambahan dapat berupa
kultur swab tenggorok, terutama untuk kasus
kecurigaan faringitis bacterial dengan spesifitas
mencapai 97% hingga 100% dan sensitifitas
Selain itu, dapat juga menggunakan
90% - 95%. Namun sangat disayangkan, kultur
alternatif lain menggunakan FeverPAIN skor
dari sampel tenggorok ini sangat sulit dilakukan
yang sudah sangat popular digunakan di United
dan akan dapat menghambat dalam pemberian
Kingdom (Gambar 3). Skor ini dapat
antibiotic empiris. Oleh karena itu, diciptakanlah
memprediksi adanya infeksi streptococcus pada
sebuah uji deteksi berupa RADT (Rapid Antigen
faring berdasarkan adanya onset gejala yang
Detection Testing) yang dapat memberikan hasil
akut (<3 hari), demam yang berlangsung < 24
yang sama dalam waktu yang singkat. Selain
jam, tidak adanya batuk dan pilek, serta adanya
dapat digunakan untuk mendeteksi antigen virus
tonsil yang inflamasi serta purulent. Apabila
dan bakteri dari swab tenggorok yang diambil
didapatkan skor dibawah 2 – 3 memiliki
dari eksudat tonsil ataupun dinding posterior
sebanyak 40% kemungkinan terinfeksi bakteri
dari orofaring. Saat ini, alat ini juga dapat
streptococcus, dan resiko semakin meningkat
digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi dari
sampai ≥ 65% jika didapatkan skor 4. Kedua
bakteri streptococcus, dengan spesifisitas 54% -
macam alogaritma prediktif ini, baik berupa skor
100% dan sensitifitas 38% hingga 100%.
modifikasi centor dan skor FeverPAIN sama-

6
Meskipun hasilnya dapat diperoleh secara cepat, demam dan rasa nyeri pada anak-anak maupun
masing-masing kit sudah diatur seusai dengan orang dewasa. Namun pemberian obat asam
pathogen-spesifik tertentu dan masih tidak dapat acetylsalicylic tidak direkomendasikan pada
digunakan secara luas untuk membedakan antara anak-anak karena dapat menyebabkan sindrom
faringitis bakteri ataupun virus. Oleh karena itu, reye (19,20).
hasil negative pada pemeriksaan ini tidak dapat Sedangkan tatalaksana pada faringitis
menyingkirkan faringitis bacterial non-Grup A bakteri bertujuan untuk focus mengeradikasi
streptococcus (13,17). pathogen grup A Streptococcus agar tidak
Tatalaksana faringitis pada umumnya menimbulkan komplikasi yangs serius, dengan
terdiri dari terapi causatif dan konservatif / pemberian amoxicillin oral hingga 6-10 hari.
simtomatis. Terapi causative seperti antibiotik Selain itu, diberikan pilihan kedua apabila
harus disesuaikan dengan pathogen yang dikhawatirkan pasien tidak patuh dalam
menginfeksi. Hal ini tentunya akan sangat meminum obat secara rutin, dapat menggunakan
bergantung pada tinjauan klinis dokter keluarga dosis tunggal benzathine penicillin G secara
dalam menentukan antara infeksi bakteri intramuscular. Namun apabila pasien memiliki
ataupun virus. Apabila faringitis disebabkan alergi terhadap penicillin atau amoxicillin dapat
oleh agen virus, maka penggunaan antibiotik diberikan clindamycin atau clarithromycin
tentunya akan tidak rasional, oleh karena infeksi selama 10 hari (21).
virus merupakan self limiting disease yang dapat Gambar 4 Rekomendasi dosis dan
sembuh kembali dalam jangka waktu 5-7 hari durasi pemberian antibiotic pada
kasus faringitis yang disebabkan
(18). oleh Streptococcus pyogenes
Penanganan faringitis virus dapat berupa
terapi konservatif, karena pada umumnya infeksi
virus bersifat self-limiting disease, dapat
diberikan korticostreoid oral selama 1 hingga 2
hari telah terbukti dapat mengurangi rasa nyeri
telan (odynophagia) namun terapi ini tidak
memiliki efek terhadap perbaikan klinis dari
pasien. Selain itu pemberian lozenges dan cairan
pencuci mulut yang mengandung lidocaine atau
Pada kasus dengan kecurigaan faringitis
benzocaine dapat juga digunakan untuk
atypical, dimana pasien tidak berespon terhadap
meredakan nyeri oropharynx. Penggunaan
terapi lini pertama yang diberikan, dapat
NSAID seperti ibuprofen serta acetaminophen
diberikan terapi amoxicillin-clavulanic acid atau
dapat pula diberikan untuk mengurangi gejala
clindamycin selama 72 jam. Jika didapatkan

7
adanya kecurigaan infeksi bakteri N. terjadinya gastritis superficialis. Penyebab
gonorrhoeae atau Corynebacterium diphtheriae, tersering terjadinya gastritis kronis adalah
dapat segera diberikan ceftriaxone ataupun adanya infeksi oleh bacillus helicobacter pylori.
eritromycin. Pada kejadian faringitis fungal yang Infeksi akut H. Pylori biasanya tidak
pada umumnya menjangkiti individu dengan menimbulkan gejala yang cukup signifikan dan
immunocompromised atau pasien-pasien yang tidak selalu membutuhkan terapi medis, namun
sudah tua, dapat diberikan fluconazole (22). jika sudah terjadi gastritis kronis ini secara tidak
Gastritis merupakan peradangan langsung akan menyebabkan pasien mencari
(inflamasi) dari mukosa lambung yang bantuan untuk mendapatkan terapi medis (25).
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (5). Menurut Rauws dalam Shugufta (2018)
Istilah gastritis pada umumnya dihubungkan menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
dengan berbagai kondisi klinis yang dapat menjadi penyebab/etiologi terjadi gastritis
berhubungan dengan adanya rasa sakit / nyeri baik akut maupun kronik, diantaranya adalah
pada perut bagian atas, seperti gangguan sebagai berikut :
pencernaan ataupun dyspepsia, namun tanda- a. Adanya infeksi oleh helicobacter pylori
tanda klinis spesifik tertentu dan pemeriksaan b. Konsumsi alcohol yang berlebihan
radiologis biasanya tidak ditemukan adanya c. Penggunaan obat-obat anti-inflamasi
kelainan (23). Gastritis telah diklasifikasikan (NSAID) yang tidak rasional
berdasarkan waktu, etiologi, gambaran khas d. Adanya trauma akibat nasogastric tube
histologis dan distribusi anatominya atau e. Adanya eksposure/pajanan akibat radiasi
mekanisme patogeniknya (24). f. Penyakit autoimmune (26,27)
Berdasarkan waktu perjalanan Sedangkan menurut Wehbi (2019) dan
penyakitnya, gastritis diklasifikasikan menjadi Azer & Akhondi (2020), menambahkan
gastritis akut dan kronis. Gastritis akut beberapa penyebab lainnya yang dapat
merupakan proses inflamasi transient pada berkontribusi menimbulkan gastritis,
mukosa lambung yang dapat menyebabkan diantaranya adalah adanya infeksi virus (contoh
berbagai keluhan seperti adanya nyeri ulu hati, cytomegalovirus), infeksi jamur (candidiasis,
mual, maupun muntah dan bahkan tidak histoplasmosis, phycomycosis), infeksi parasite
bergejala (asymtomatik). Pada kasus yang berat, (contoh anisakidosis), stress akut (shock), alergi
mungkin akan disertai dengan adanya erosi, ataupun keracunan makanan, adanya refluk asam
ulserasi, perdarahan, haemetemesis melena atau empedu, crohn disease-associated gastritis,
bahkan terkadang dapat menyebabkan ischemic gastritis, dan berbagai jenis penyebab
kehilangan darah yang massif. Sedangkan pada lainnya (28,29)
permulaan dari terjadinya gastritis kronis adalah

8
Epidemiologi dari penyakit gastritis di menurunkan tekanan pada sphincter esophageal
negara barat, terdapat tren penurunan insidensi sehingga akan menyebabkan gastroesophageal
terjadinya gastritis oleh karena infeksi bakteri H. reflux. Disisi lain, zat nikotin pada rokok juga
Pylori namun disisi lain dibarengi dengan dapat menurunkan tekanan pada sphincter dan
peningkatan prevalensi autoimun gastritis yang menyebabkan hyperchloridia (32).
pada umumnya diderita oleh wanita dan Faktor lain yang sering kita temui
kelompok lansia (30). Sedangkan pada negara sehari-hari adalah adanya keterbatasan waktu
berkembang, secara keseluruhan prevalensi pada umumnya membuat seseorang untuk
gastritis yang disebabkan oleh H. Pylori ini makan dengan tergesa-gesa, dan makan sambil
bergantung pada daerah geografis dan kondisi berbicara, hal ini juga dapat menjadi salah satu
sosisal ekonomi. Diperkirakan prevalensi faktor yang dapat menganggu proses
gastritis sekitar 69% di Africa, 78% di Amerika pencernaan. Faktor-faktor lain seperti faktor
Selatan, dan 51% di Asia (31). psychosomatic dan stimulus lingungan juga
Terdapat beberapa faktor resiko dapat memepengaruhi motilitas gaster baik
terjadinya gastritis, selain daripada infeksi oleh berupa dalam bentuk menstimulasi maupun
karena H. Pylori yang menjadi salah satu faktor menginhibisi (32).
utama, predisposisi genetik dan juga keterlibatan Sebaliknya, beberapa penelitian
lingkungan pasien juga berperan dalam hal ini. menyatakan bahwa adanya pola makan yang
Transmisi daripada infeksi ini dapat terjadi sehat dan teratur, seperti banyak makan buah
melalui orang-perorangan, fecal-oral ataupun dan sayuran yang kaya akan antioksidant seperti
oral-oral dan bahkan kontaminasi oleh air. vitamin C maupun E dan carotenoid
Selain itu, konsumsi makanan tertentu juga berhubungan dengan penurunan lesi-lesi/luka-
sangat berpengaruh terhadap perubahan motilitas luka pada lambung. Disisi lain, telah dibuktikan
gaster, seperti halnya makanan yang panas akan bahwa adanya kebiasaan makan dan gaya hidup
menyebabkan kongesti mukosa lambung dan yang buruk, seperti merokok, minum alcohol,
meningkatkan sekresi asam lambung. Disisi lain, cemas, stress, nutrisi yang tidak adekuat akan
makanan yang pedas juga dapat meningkatkan dapat menimbulkan manifestasi gastritis (32).
sekresi asam lambung dan dapat menyebabkan Pada umumya tidak ada manifestasi
iritasi yang menetap pada mukosa lambung. klinis yang khas pada gastritis. Namun beberapa
Begitu pula dengan makanan yang tinggi akan tanda seperti adanya onset mendadak nyeri ulu
lemak, akan menurunkan kecepatan hati, mual dan muntah pada umumnya sering
pengosongan isi lambung. Konsumsi alcohol menyertai gastritis akut. Beberapa pasien juga
yang berlebihan juga dapat meningkatkan tidak menunjukkan gejala yang signifikan
sekresi asam, dan serta soft drink juga dapat (asymptomatic) atau bahkan hanya

9
menimbulkan dyspepsia ringan. Namun jika sensitivitas dan spesifisitas ≥ 90%. Metode
tidak segera diterapi akan dapat menyebabkan lainnya adalah dengan menggunakan endoscopy
gastritis kronis di masa mendatang. based H. Pylori test dengan metode rapid urease
Pada umumnya temuan klinis yang test, kultur bakteri H. Pylori ataupun dengan
sering didapatkan pada gastritis kronis dan deteksi histologis dengan menggunakan
autoimun gastritis adalah sebagai berikut : specimen biopsy (35).
a. Adanya gangguan hematologis, Pemberian regimen terapi pada gastritis
seperti adanya anemia (terutama anemia sangat bervariasi, mulai dari pemberian
defisiensi besi) yang dapat terdeteksi melalui antibiotik pada gastritis oleh karena H. Pylori,
cek up kesehatan rutin pemberian suplementasi vitamin pada autoimun
b. Pada pemeriksaan histologi metaplastic atrophic gastritis, terapi
berupa biopsy gaster dapat dijumpai hasil yang immunomodulatory pada autoimun enteropati,
positif mengarah pada diagnosis gastritis hingga modifikasi diet pada gastritis
c. Adanya suspek klinis yang eosinophilia.
mengarah pada kelainan autoimun Pada umumnya gastritis oleh karena
d. Terdapat gejala neurologis infeksi H. Pylori memerlukan tripel-therapy
(berhubungan dengan defisiensi vit b12) atau (gambar 5) berupa pemberian clarithromycin,
terdapat keluarga dengan riwayat positif PPI dan amoxicillin selama 14 hingga 21 hari
e. Anemia defisiensi besi (pada sebagai terapi lini pertama. Clarithromycin lebih
pemeriksaan darah lengkap rutin didapatkan dipilih dibandingkan dengan metronidazole
adanya perubahan gambaran sel hypokrom karena laju rekurensi kejadian gastritis lebih
mikrositer begitu juga dengan pemeriksaan kecil dibandingkan dengan triple-therapy
kadar zat besi dalam darah) menggunakan metronidazlole. Namun, untuk
f. Achlorhydria yang dapat beberapa daerah yang memiliki resiko tinggi
menyebabkan gangguan absrobsi zat besi di resistensi clarithromycin, penggunaan
duodenum dan jejeum (33,34). metronidazole lebih diutamakan. Dapat pula
Pemeriksaan penunjang yang dapat diberikan terapi tambahan berupa bismuth (36).
dilakukan selain pemeriksaan rutin darah Jika didapatkan adanya kegagalan terapi, maka
lengkap, juga dapat dilakukan pemeriksaan dapat dilakukan kultur H. Pylori dan tes
untuk mengetahui etiologi dari penyakit sensitibilitas antibiotik.
gastritis. Beberapa diantaranya adalah dengan
metode non-endoscopy based H. Pylori test
dengan menggunakan HsPA (H. Pylori stool
antigen test) atau urea breath test yang memiliki

10
Gambar 5 Triple-therapy gastritis pasien makan siomay goreng pedas. Keluhan
juga disertai dengan adanya rasa pusing dan
kaku / sakit pada leher. Sejak 4 hari sebelumnya,
pasien sudah mengalami demam dan menggigil.
Badan pasien juga terasa lemas. Pasien tidak
memiliki riwayat bepergian ke daerah transmisi
COVID-19 sebelumnya dan tidak ada kontak
dengan pasien terkonfirmasi COVID-19. Tidak
ada keluarga di rumah yang mengalami keluhan
Sedangkan terapi pada autoimmune serupa.
gastritis dapat diberikan zat besi dan vit B12 Ketika dirasa memberat, pasien membawa
(1000mcg parenteral atau 1000-2000mcg oral). dirinya untuk berobat ke klinik yang buka di hari
Dapat dilakukan monitoring kadar zat besi dan minggu dan diberikan obat suntikan. Namun,
asam folat, serta lakukan eradikasi bila ada co- setelah dirasakan tidak ada perbaikan, pasien
infeksi apapun dengan H. Pylori. Jika kemudian datang ke klinik blimbing pada hari
diperlukan, dapat juga dilakukan surveillans selasa pagi hari.
endoscopy untuk dapat menilai resiko kanker Pasien memiliki riwayat penyakit gastritis,
dan adanya gastric neuroendocrine tumor (NET) yang sudah diderita sejak tahun 2007. Pasien
(37). pernah MRS oleh karena diare berdarah dan
Terapi tambahan lain yang dapat dehidrasi di RSSA selama ± 1 minggu. Pasien
dilakukan pada penderita gastritis adalah dengan sekarang rutin kontrol ke dokter spesialis
penghentian konsumsi alcohol, merokok, obat penyakit dalam di RS UB, dan rutin konsumsi
anti inflamasi, makanan pedas, serta mengelola antasida. Selain itu, pada tahun 2016 pasien juga
stress, dan modifikasi pola makan. pernah MRS di RS Persada oleh karena adanya
perdarahan di otak setelah pasien jatuh tidak
LAPORAN KASUS sadar di kamar mandi saat dini hari pukul 3.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Sejak saat itu, pasien juga rutin control ke dokter
Pasien laki-laki bernama Tn. SA berusia 61 spesialis saraf. Pasien menyangkal memiliki
tahun datang ke Klinik Blimbing dr. Suharnowo, riwayat hipertensi sebelumnya, dan riwayat
SpKKLP dengan keluhan utama nyeri diabetes juga disangkal.
tenggorokan yang sudah dirasakan sejak 2 hari Pasien merupakan anak ketiga dari empat
yang lalu. Nyeri tenggorokan disertai rasa kering bersaudara. Ayah dan ibu pasien sudah
dan serak. Pasien sebelumnya mengatakan meninggal, namun tidak diketahui riwayat
bahwa nyeri tenggorokan dirasakan sejak setelah penyakitnya.

11
Pendidikan terakhir pasien yaitu S1. 90x/menit, frekuensi napas 18x/menit,
Sebelumnya diketahui bahwa, pasien sehari-hari temperatur aksila 37,6℃ , dan Sp02 98%.
makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk (tempe, Tinggi badan pasien 178 cm, berat badan 80 kg,
tahu, ayam), dan sayur (bayam, kangkung, dengan indeks massa tubuh (IMT) 25,2 kg/m².
buncis, dan sop-sopan). Pasien juga dulunya Pemeriksaan fisik kepala didapatkan
suka dengan minuman kopi. Namun sekarang konjungtiva anemis (-), leher tidak didapatkan
pasien lebih sering konsumsi bubur dan kentang adanya pembesaran kelenjar KGB, faring
rebus. Pasien juga membatasi konsumsi hiperemis (+), eksudat tonsil (-), ptekie palatum
makanan yang berlemak dan pedas. (-). Pada pemeriksaan thoraks dalam batas

Pasien merupakan seorang pensiunan. normal pulmo vesikuler, rhonki (-/-), wheezing

Saat ini pasien berfokus sebagai pengurus di (-/-). Jantung S1S2 single, murmur (-), gallop
perserikatan muhammadiyah di daerahnya. (-). Pada pemeriksaan toraks, abdomen, dan
Pasien tinggal di rumah dengan istri (60 tahun) ekstremitas dalam batas normal.
dan anak bungsu kandung laki-laki (23 tahun)
dan anak perempuannya (32 tahun) beserta cucu- DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS
cucunya, dengan kondisi lingkungan tempat BANDING
tinggal pasien bersih dan nyaman dengan
Dapat disimpulkan bahwa diagnosis
pencahayaan dan ventilasi udara yang baik. Istri
dari pasien adalah pria 61 tahun dengan
pasien merupakan pensiunan guru SMP yang
Faringitis viral akut. Diagnosis banding
sekarang aktivitasnya di rumah menjadi ibu
rumah tangga, sedangkan anak pasien yang pasien yaitu Faringitis bacterial akut.
terakhir baru saja lulus dari kuliahnya yang
menempuh Pendidikan S1. Pasien tidak PEMBAHASAN
memiliki masalah ekonomi di keluarganya. Family Assessment & Mandala of Health
Namun, akhir-akhir ini pasien merasa kelelahan
Family assessment dapat dilihat pada
dan stress. Stress diakibatkan oleh kegiatan
family genogram pasien.
kepengurusannya, pasien merasa sedikit
terbebani dengan jabatan yang diterima Gambar 6 Family Genogram
sekarang. Pasien sering menerima banyak
komplainan terkait masalah-masalah di
perserikatan yang membuat pasien merasa
stress.

Berdasarkan pemeriksaan fisik,


didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang
dengan tekanan darah 135/90 mmHg, nadi

12
Pada family genogram dapat dilihat Berdasarkan tahapan keluarga menurut
riwayat penyakit keluarga (pasien Duvall’s Eight Stage Family Life Cycle yaitu
ditunjukkan pada Gambar 6). Pasien Tahap VI (family as launching centre).
merupakan seorang pria berusia 61 tahun, Pada kuesioner Family APGAR didapatkan
merupakan seorang pensiunan yang fungsi keluarga baik (highly functional
sekarang berfokus sebagai pengurus family) dengan skor 10. Keluarga pasien
perserikatan muhammadiyah di daerahnya di dapat mendukung dan memberikan
kota malang. Pasien tinggal bersama istri lingkungan yang baik untuk perkembangan
dan dua anak kandungnya. Dari riwayat anggota keluarga tersebut. Berdasarkan
keluarga pasien, tidak didapatkan adanya analisis metode SCREEM (Social Cultural
keluhan sakit yang sama. Berdasarkan Religion Economy Education Medical)
assessment yang ada, bentuk keluarga pasien didapatkan bahwa keluarga pasien memiliki
merupakan keluarga campuran atau hubungan yang baik dengan lingkungan
extended family dikarenakan pasien tinggal sekitarnya maupun komunikasi di dalam
anak kandung, anak menantu laki-lakinya keluarga.
dan cucu-cucunya.

13
Cultur
e
Community
Lifestyle Psychosocial
 Makan 3 kali sehari, porsi normal  Ekonomi keluarga pasien tergolong menengah ke atas.
Personal behaviour  Aktivitas fisik kegiatan sehari-hari,  Pasien terkadang merasa lelah dan stress akibat tugas
 Sebelum sakit, pasien suka sekali sering berjemur di pagi hari. baru yang dilimpahkan kepada pasien sekarang sebagai
konsumsi kopi ketua pengurus perserikatan majelis muhammadiyah di
 Olahraga 1x setiap minggu dengan
 Setelah sakit pasien membatasi jalan pagi daerahnya, pasien merasa lelah menghadapi banyak
konsumsi makanan yang pedas, perbedaan pendapat antar orang per-orangan yang ada
asam, dan gorengan. Family di majelis, sehingga membuat pasien sulit
 Tinggal di rumah bersama istri, dua anak berkonsentrasi dan merasa tertekan
kandung, menantu dan dua cucunya.
Seluruh anggota keluarga dalam keadaan
sehat

Sick-care system Pasien laki-laki


 Pasien terdaftar BPJS berusia
Pasien 7 tahun
laki-laki
Work
dengan suspek  Pensiunan pegawai bank
berusia 61 tahun
TB paru  Sekarang fokus pada tugas barunya
dengan nyeri sebagai ketua perserikatan majelis
tenggorokan, pusing, Muhammadiyah di daerahnya
dan leher terasa kaku

Human biology
 Gizi normal dengan BMI Physical
25,2 kg/m2. environment
 Rumah memiliki ventilasi
cukup dan sinar matahari
yang cukup.

Human-made environment

Biospher
e
Gambar 7. Mandala of Health

DIAGNOSIS HOLISTIK 3. Persepsi: Pasien merasa mengetahui


Aksis 1: Aspek Personal penyebab pasti penyakitnya yakni berupa

1. Alasan kedatangan: pasien datang dengan riwayat perjalanan ke Blitar dalam rangka

keluhan utama nyeri tenggorokan sudah mengikuti suaminya untuk acara selametan

disertai rasa kering dan serak sejak 2 hari dua tahunan meninggalnya mertua pasien.

yang tidak kunjung membaik, pasien juga 4. Upaya: Pasien sudah mengonsumsi

2. Harapan: Pasien berharap mengetahui Paracetamol sejak sembilan hari sebelum

penyakit dan penyebabnya. Pasien berharap kunjungan dan berobat ke DPP dr. Kurnia

keluhan dapat sembuh dan kembali Widyaningrum, MMRS

beraktivitas tanpa hambatan.

14
Aksis 2: Diagnosis Klinis 4. Kondisi psikologis: Kondisi psikologis
Diagnosis kerja: pasien baik dan tidak ada gangguan

1. Happy Hypoxia COVID-19


Diagnosis banding: Aksis 4: Diagnosis Faktor Risiko
1. ARDS Eksternal
2. COVID-19 1. Ekonomi: Tidak ada masalah ekonomi,
Diagnosis banding: suami pasien bekerja Brimob (polisi) di
1. MERS kesatuan polisi Bhayangkara Batu dan setiap
2. SARS bulannya mendapat uang bulanan dari
suaminya.
Aksis 3: Diagnosis Faktor Risiko Internal 2. Sosial: Pasien tinggal di rumah pribadi

1. Genetik: Tidak ada penyakit genetik pada dengan suami, satu anak kandung, dan satu

keluarga pasien. keponakan.

2. Kondisi biologis: Wanita, usia 36 tahun 3. Budaya: Tidak ada masalah

dengan status gizi normal dan pasien merasa 4. Fisik: Rumah pasien memiliki ventilasi yang

terinfeksi COVID-19 pada acara selametan baik

di Blitar acara dua tahunan mertua pasien 5. Kimia: Tidak ada masalah

meninggal karena saat itu berkumpul 6. Biologi: Tidak ada masalah

bersama tetangga di satu rumah untuk


pengajian.
3. Perilaku/gaya hidup: sebelum sakit pasien
senang mengonsumsi jamu-jamuan Setelah Aksis 5: Derajat Fungsional
sakit pasien tiap hari mengonsumsi ramuan Pada pasien didapatkan derajat fungsional 2,
temulawak, kurma, dan shake Herbalife
karena pasien mampu melakukan pekerjaan
karena menurut pasien hal tersebut supaya
ringan dan mulai mengurangi aktivitas.
kondisi tubuh pasien makin prima.
INTERVENSI KOMPREHENSIF
Intervensi komprehensif Patient Centered meliputi:
Diagnosis
Intervensi Komprehensif
Holistik
Aksis 1  Mengapresiasi usaha pasien yang telah dilakukan pasien yang datang berobat ke
Klinik Sulfat agar penyakit pasien tidak bertambah parah, mengapresiasi usaha
pasien yang mengikuti anjuran dokter jaga di Klinik Sulfat agar segera ke IGD RS
Lavalette dan Swab PCR COVID-19 agar segera diketahui status COVID-19 pasien,
mengepresiasi pasien yang mengikuti anjuran dokter di RS Lavalette agar isolasi
mandiri, dan mengapresiasi usaha pasien yang telah berjalan seribu langkah tiap hari

15
dengan tetap menjelankan protocol kesehatan sejak merasa sudah mulai sembuh dan
tidak ada gejala COVID-19
 Mengapresiasi usaha pasien yang telah dilakukan pasien yang datang berobat agar
tidak bertambah parah
 Mendukung pasien agar tetap melakukan pengobatan dengan rutin dan benar
Aksis 2  Mengedukasi mengenai diagnosis penyakit pasien yaitu Happy Hipoksia COVID-19
dan COVID-19
 Memberikan obat untuk mengatasi demam dan pegal-pegal di seluruh persendian
pasien darah dengan:
1. Paracetamol 3 x 500 mg
2. Asam Mefenamat 3 x 500 mg
 Mengedukasi pasien mengenai terapi medika mentosa dan terapi non-medika
mentosa yaitu segera ke IGD RS Lavallette dan mengatakan rujukan dari Klinik
Sulfat dengan keterangan Suspek COVID-19 dan segera melakukan swab PCR
COVID-19, tidak keluar rumah atau pergi kemana-mana bila tidak ada kepentingan
yang mendesak, istirahat/tidur yang cukup minimal 6-8 jam/sehari semalam,
menghilangkan ketakutan yang berlebihan terhadap COVID-19 dan tetap berpikir
positif, pembatasan waktu dan memilah dan memilih informasi yang didapatkan dari
media terkait COVID-19, dan patuh terhadap seluruh rangkaian pemeriksaan dan
terapi yang dilakukan di faskes rujukan (RS Lavalette Malang).
 Mengedukasi pasien untuk menghentikan mengonsumsi vitamin dosis tinggi karena
tidak diperlukan tubuh dan mengganti dengan vitamin yang dosisnya dibutukan oleh
tubuh. Misal vitamin C cukup 50 mg/hari karena sesuai dengan dosis kebutuhan
tubuh perhari. Selain itu mengedukasi pasien bahwa pada sayur dan buah-buahan
sudah ada vitamin sehingga sebaiknya mengonsumsi vitamin dari sumber alami
dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan. Mengedukasi pasien
bahwa pada makanan bergizi seperti daging sapi (hati, telur, susu, ikan) sudah
terdapat vitamin B yang dibutuhkan tubuh sehingga tidak perlu membeli vitamin B
kompleks.
 Segera lapor bila ada keluhan ke petugas kesehatan yang menangani apabila tiba-tiba
sesak, muncul gejala lain, dan keluhan semakin memburuk.
Aksis 3  Menjelaskan mengenai penyakit Happy Hipoxia COVID-19 dan COVID-19
 Menjelaskan mengenai transmisi dan pencegahan COVID-19
 Mengedukasi pasien untuk menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan 6 langkah
WHO selama 20-30 detik bila menggunakan hand sanitizer atau 40-60 detik bila
menggunakan air mengalir dan sabun antiseptik, memakai masker bedah, jaga jarak
minimal 1 meter dengan orang lain.
Aksis 4  Mengapresiasi dan memotivasi pasien agar tetap menjaga hubungan sosial yang baik
dengan keluarga maupun orang sekitar
Aksis 5  Mengedukasi pasien untuk tetap menjalankan protocol kesehatan dimanapun pasien
berada, rutin menjaga pola hidup bersih dan sehat, dan istirahat yang cukup untuk
dapat mempertahankan derajat fungsional
 Menyarankan pasien agar sementara beristirahat dulu dan mengikuti serangkaian
pemeriksaan dan terapi yang diberikan di RS Lavallette Malang

Intervensi komprehensif Family Focused 1. Mengedukasi anggota keluarga untuk tetap


meliputi: mematuhi protokol kesehatan, mengontrol
kondisi pasien dan atau menyarankan

16
keluarga pasien bila pasien harus rawat inap
di RS agar menyetujui demi kebaikan
kesehatan pasien
2. Mengedukasi kepada keluarga mengenai
faktor risiko apa saja yang menyebabkan
timbulnya penyakit pada pasien

Intervensi komprehensif Community


Oriented meliputi:
1. Melakukan penyuluhan di lingkungan
sekitar pasien mengenai adaptasi kebiasaan
baru di era pandemi COVID-19

ALGORITMA MODEL DIAGNOSIS DAN INTERVENSI:


HOLISTIK/KOMPREHENSIF/INTEGRATIF
(IN PRACTICE COMPETENCY)
1. KASUS HAPPY HYPOXIA COVID-19 (A-keluhan utama)

DIAGNOSIS
INTERVENSI HOLISTIK/ SOSIOLOGI
HOLISTIK/ MODUL
KOMPREHENSIF KESEHATAN
KOMPREHENSIF

17
1. Dx. Klinis 1. Intervensi: FKTP (MEDIS  Pedoman  World
a. Symptom: DASAR) pencegahan dan Health
Demam sepuluh a. Medikamentosa: pengendalian Organization
hari yang tidak (Happy Hypoxia COVID-19 (WHO)
kunjung turun COVID-19) Kemenkes RI  IDI/profesi
padahal sudah  Antipiretik, Analgesik Edisi V Juli dokter
minum Non medika mentosa : 2020. keluarga
Paracetamol tiap  Prinsip hand hygiene,  Diagnosis dan  PDPI
empat jam etika batuk atau bersin Penatalaksanaa (Perhimpuna
dan masker bedah n Pneumonia n Dokter
Patofisiologi:  Penerapan kewaspadaan COVID-19 di Paru
i. Demam sepuluh kontak dan droplet pada Indonesia)
Indonesia PDPI
hari yang tidak seluruh kasus suspek
kunjung turun 2020.
COVID-19  PRIMBON
padahal sudah
 Jika pasien harus HIDUP SEHAT
minum
menunggu, memastikan untuk
Paracetamol
terdapat ruang tunggu manajemen
tiap empat jam
terpisah stress
 Transmisi
 Edukasi pasien dan
Coronavirus 
keluarga terkait deteksi
virus masuk ke
dini gejala, kewaspadaan
saluran napas
dasar yang dilakukan
atas 
dan kunjungan ke
bereplikasi di
fasyankes.
sel epitel
saluran napas  Untuk keluarga yang
atas (melakukan merawat dan atau kontak
siklus hidupnya) erat dengan pasien
 menyebar ke diwajibkan untuk jaga
saluran napas jarak minimal 1 meter,
bawah (pada atau tinggal di ruangan
infeksi akut yang berbeda dengan
terjadi pasien
peluruhan virus  Mengedukasi pasien
dari saluran untuk menghentikan
napas dan virus mengonsumsi vitamin
dapat berlanjut dosis tinggi dan
meluruh mensubstitusinya
beberapa waktu dengan vitamin dengan
di sel dosis harian yang
gastrointestinal dibutuhkan tubuh.
setelah  Segera lapor bila ada
penyembuhan). keluhan ke petugas
b. Keluhan kesehatan yang
penyakit lain: menangani apabila tiba-
riwayat gastritis tiba sesak, muncul gejala
lain, dan keluhan
semakin memburuk
2. Dx faktor pemicu 2. PEMBERDAYAAN  Pencegahan dan  World Health
masalah kesehatan: KESEHATAN (INF, pengendalian Organization
a. Pemicu: EDU, MOTIV, MOBIL, Hordeolum di (WHO)

18
i. Riwayat ADV, FASIL, EVALUASI fasilitas  IDI/profesi
bepergia DIRI pelayanan dokter
n ke a. Menghilangkan: kesehatan keluarga
zona i. Tidak keluar  PRIMBON
merah rumah bila tidak HIDUP SEHAT
COVID- ada kepentingan untuk
19 yang mendesak Hordeolum dan
(Blitar) ii. Istirahat/tidur yang hipertensi
b. Faktor Risiko: cukup min 6-8
i. Riwayat jam/sehari
bepergian semalam
ke zona iii. Stress/banyak
merah pikiran (takut
COVID-19 terjadi sesuatu
ii. Stress yang tidak
(karena diingankan bila
membaca terkena COVID-19
berita di dihilangkan)
media iv. Pembatasan waktu
massa dan memilah dan
tentang memilih informasi
bahaya yang didapatkan
seseorang dari media massa
bila terkait COVID-19
terinfeksi v. Substitusi vitamin
COVID-19 dosis tinggi dengan
hingga dosis kebutuhan
kematian) vitamin harian
c. Predisposisi: vi. Patuh terhadap
i. - seluruh rangkaian
pemeriksaan dan
terapi yang
dilakukan di faskes
rujukan (RS
Lavalette Malang)
b. Berdayakan:
i. Enam langkah cuci
tangan WHO dan
lima moment cuci
tangan
ii. Memakai masker
bedah kapanpun
dan dimanapun
iii. Istirahat dan tidur
yang cukup, setiap
saat/primbon hidup
sehat (dzikir,
mikir, hikmah,
sabar, ikhlas)
iv. Hindari stress yang
memicu kurang

19
tidur sehingga
menyebabkan
darah tinggi
v. Memberdayakan
hidup sehat pada
kasus COVID-19
dengan gejala
prodromal dengan
mengikuti primbon
hidup sehat
(karena penyakit
dimulai dari stress
hidup), makan
minum yang
halalan toyyiban
serta tidak berlebih
supaya tidak
terjadi efek
kerusakan pada sel
dan organ tubuh
sehingga dapat
mencegah
timbulnya gejala
penyakit, menjaga
cara
gerak/kerja/olahrag
a rutin sambil
dzikir setiap hari
selama minimal 30
menit, makan obat
dan jamu yang
diperlukan dan
dibenarkan oleh
“dokter” sesuai
dengan keadaan
kesehatan,
menjaga
silaturahmi/
konsultasi dengan
tim “pelayanan
kesehatan” (dokter,
perawat, dll), dan
menjaga amanat
untuk selau
berdakwah dengan
menberikan
kebermanfaatan
bagi orang lain
semampunya,
misal dengan
menyampaikan

20
kebaikan walapun
hanya satu
“kata”**
c. Rujukan/advis:
i. Rujuk ke RS
Lavallette Malang
3. Riwayat pengobatan: 3. Stop:
a. Paracetamol 500  Membaca berita di
mg tiap empat media massa terkait
jam sekali COVID-19 secara
b. Panadol 1 x 500 berlebihan
mg sebelum Advis:
berangkat ke  Memilah dan memilih
Klinik Sulfat informasi terkait
c. Multivitamin COVID-19 dari sumber
Imboost yang terpercaya yakni
organisasi profesi (IDI
dan PDPI)
4. Status derajat 4. Intervensi (advis) :
a. Berat a. 1  dapat melakukan
kegiatan sehari-hari
secara mandiri
5. Usulan: usaha pokok 5. Sesuai kondisi alokasi
a. Rujukan: ke IGD biaya, tenaga, waktu agar
RS Lavalette hasil pemberdayaan
Malang, Swab optimal, sehingga
PCR COVID-19 tujuan/objektif FKTP:
di RS Lavalette a. Meningkatkan
Malang, pasien pemberdayaan
dirawat di ruang kesehatan individu,
isolasi RS keluarga, komunitas
Lavalette dan b. Menurunkan angka
mendapat rujukan
tatalaksana c. Menurunkan biaya
isolasi yang kesehatan
holistik

KESIMPULAN pilek encer bening yang terus menerus keluar,


Pasien wanita berusia 36 tahun dengan namun batuk (-).
keluhan utama demam sejak sembilan hari yang Pasien sebelumnya memiliki riwayat
tidak kunjung turun padahal sudah mengonsumsi bepergian ke Blitar yang merupakan zona merah
Paracetamol tiap empat jam sekali. Keluhan COVID-19 yakni dua hari sebelum gejala
disertai badan merasa seperti dipotong-potong di demam muncul. Keluhan lain seperti pandangan

persendian, sakit kepala, hidung mampet, dan

21
kabur, pandangan dobel, pusing, mual, dan terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
muntah tidak ada. perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
Berdasarkan pemeriksaan fisik Indonesia yang melaporkan transmisi lokal
didapatkan konjungtiva anemis dan produksi
keringat berlebih karena demam. Terapi REFERENSI
diberikan antipiretik Paracetamol 3 x 500 mg
dan Analgetik Asam Mefenamat 3 x 500 mg. 1. Caputo, N. D., Strayer, R. J., & Levitan,

Selain itu pasien juga mengalami R. (2020). Early self-proning in awake,

penurunan Sp02 yaitu 84% pada saat dilakukan non-intubated patients in the Emergency

pemeriksaan, namun pasien mengatakan tidak Department: A single ED's experience

sesak dan baik-baik saja. Kemudian pasien during the COVID-19 pandemic.

segera dirujuk ke IGD RS Lavallette Malang dan Academic Emergency Medicine, 27(5),

diberi pengantar untuk melakukan Swab PCR 375–378

COVID-19. 2. Farisa C. 2020. Dokter Paru Sebut

Family assessment didapatkan bahwa bentuk "Happy Hypoxia" Terjadi pada Pasien

keluarga pasien adalah extended family, Covid-19 yang Bergejala. (Online):

Duvall’s Eight Stage Family Life Cycle berada https://nasional.kompas.com/read/2020/

pada Tahap IV (family with school children), 09/04/18102711/dokter-paru-sebut-

Family APGAR score baik dan Family happy-hypoxia-terjadi-pada-pasien-

SCREEM pasien tidak ada masalah. covid-19-yang-bergejala?page=all.

Berdasarkan Academic Emergency 3. Xie, Jianfeng, Tong Zhaohui, Guan

Medicine, pasien merupakan pasien Happy Xiangdong, Du Bin, Slutsky S Arthur.

Hypoxia pada COVID-19 dimana Sp02 pasien 2020. Critical care crisis and some

berada di angka 84%, dimana kriteria Happy recommendations during the COVID-19

Hypoxia Academic Emergency Medicine epidemic in China. Hubei: Springer

mensyaratkan bahwa Sp02 pasien COVID-19 Nature. Dhont et al. Respiratory

harus <90%. Selain itu berdasarkan Pedoman Research (2020) 21:198 (Online):

Pencegahan Pengendalian COVID-19 dari https://doi.org/10.1186/s12931-020-

Kemenkes Edisi V Juli 2020, pasien merupakan 01462-5

pasien suspect COVID-19 karena sudah 4. Dhont, Sebastiaan., Derom, Eric.,

memenuhi salah satu dari tiga kriteria suspek Braeckel EV., Depuydt., Lambrecht BN.

COVID-19. Adapun pada pasien telah 2020. The Patophysiology of Happy

memenuhi kriteria orang dengan Infeksi Saluran Hipoxemia in COVID-19.

Pernapasan Akut (ISPA) dan pada 14 hari

22
5. Tobin MJ. Basing respiratory functional receptor for SARS
management of COVID-19 on coronavirus. A first step in
physiological principles. Am J Respir understanding SARS pathogenesis. J
Crit Care Med 2020;201:1319-1320. Pathol. 2004 Jun;203(2):631-7.
6. Severinghaus JW. Simple, accurate 12. Fehr AR, Perlman S. Coronavirus: An
equations for human blood O2 Overview of Their Replication and
dissociation computations. J Appl Pathogenesis. Methods Mol Biol. 2015;
Physiol Respir Environ Exerc Physiol 1282: 1-23.
1979;46:599-602 13. Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook
7. Tobin MJ. Why physiology is critical to of 2019-nCoV Pneumonia Control and
the practice of medicine: a 40 year Prevention. Hubei Science and
personal perspective. Clin Chest Med Technologi Press. China; 2020.
2019;40:243–257. 14. Korsman SNJ, van Zyl GU, Nutt L,
8. Kemenkes RI. 2020. Pedoman Andersson MI, Presier W. Viroloy.
Pencegahan Pengendalian Chins: Churchill Livingston Elsevier;
CORONAVIRUS DISEASE (COVID- 2012
19) Edisi V Juli 2020. Jakarta: 15. Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook
Kemenkes RI of 2019-nCoV Pneumonia Control and
9. Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of Prevention. Hubei Science and
and Important Lessons from the Technologi Press. China; 2020.
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) 16. John Hopkins University. Wuhan
Outbreak in China: Summary of a Coronavirus (2019-nCoV) Global Cases
Report of 72 314 Cases from the (by John Hopkins CSSE). [Homepage
Chinese Center for Disease Control and on The Internet] (Online):
Prevention. JAMA. 2020;323(13):1239– https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps
1242. doi:10.1001/jama.2020.2648 /opsdashboard/index.html#/bda7594740
10. Kim JM, Chung YS, Jo Hj, Lee NJ, Kim fd40299423467b48e9ecf6 (Jan 2020.
MS, et al. 2020. Identification of 17. World Health Organization. Clinical
Coronavirus Isolated from a Patient in management of severe acute respiratory
Korea with COVID-19. Osong Public infection when novel coronavirus (2019-
Health Res Perspect 2020;11(1):3-7 nCoV) infection is suspected. interim
11. I Hamming, W Timens, ML Bulthuis, guidance. [Serial on The Internet]. Cited
AT Lely, G Navis, Goor VH. Tissue Jan 30th 2020. Available on:
distribution of ACE2 protein, the https://www.who.int/publications-

23
detail/clinical-management-ofsevere-
acute-respiratory-infection-when-novel-
coronavirus(ncov)-infection-is-
suspected. (Jan 28th 2020)
18. Novelino, Andry. 2020. Syarat Daerah
ditetapkan Zona Merah COVID-19.
(Online):
https://www.cnnindonesia.com/nasional/
20200727201252-20-529522/syarat-
daerah-ditetapkan-zona-merah-corona-
di-indonesia
19. Surya Malang. 2020. Daftar Zona Merah
Jatim Hari Ini Rabu 6 Januari 2021:
Lamongan, Ngawi, dan Kabupaten
Blitar. (Online):
https://suryamalang.tribunnews.com/202
1/01/06/daftar-zona-merah-jatim-hari-
ini-rabu-6-januari-2021-lamongan-
ngawi-dan-kabupaten-blitar

LAMPIRAN

Gambar 1 Bukti Follow Up Pasien


Minggu 17 Januari 2021

24
a

Gambar 2. Bukti Follow Up Pasien


Senin 18 Januari 2021

LAMPIRAN

Gambar 3 Bukti Follow Up Pasien


Jumat 22 Januari 2021

25

Anda mungkin juga menyukai