Menggigil, demam,
nyeri, pucat, warna
berubah, ngantukan,
susah bangun,
bingung, terasa mau
mati, sesak.
Infeksi : ada mikroorganisme yg multiplikasi dan menyebabkan respon inflamasi pada host yg
seharusnya dlm keadaan normal itu steril.
Bacteremia : ada bakteri yg “viable” didarah
SIRS (systemic inflammatory response syndrome) : adanya respon inflamasi sistemik shg trjdi
clinical insult yg berat dan non spesifik, dgn 2/lebih gejala suhu tubuh >38 atau <36, denyut
jantung >90 x/min, respirasi >20 x/min, PCO2 <32mmHg, sel darah putih >12rb atau <4rb atau
<10% bntuk imatur (stab).
Sepsis : SIRS yg disebabkan infeksi, diagnosis mll suspect atau confirm
Severe sepsis : sepsis yg diikuti gangguan fungsi organ, hipoperfusi, atau hipotensi. Meliputi
1/lebih organ cardiovascular (hipotensi), renal, respiratory, hepatic, hematology, CNS, dan
asidosis metabolic yg tdk jelas.
Syok sepsis : sepsis yg disertai hipotensi (sistolik <90 atau penurunan 40 mmHg dri data dasar),
setelah dikasih cairan resusitasi yg adekuat, dan ada tanda” hipoperfusi.
MODS (multiple organ dysfunction syndrome) : gangguan fungsi organ pada org yg sakit berat,
dmn homeostasis tdk dpt dipertahankan tanpa intervensi.
SIRS bisa trjdi pada surgical, DM, pancreatitis,
trauma, burn. SIRS yg trjdi krn infeksi disebut
sepsis. Sepsis bisa meliputi severe sepsis dan
MOF (multiple organ failure).
Patofisiologi
o Ada injurytrjdi inflamasi lokalmenyebar ke sistemik tpi terbatasmenyebar ke
sistemik tapi meluastrjdi sepsis/SIRS.
o Injury bisa trjdi krn infeksi/non infeksi. Antigen LPS dri bakteri bisa mengaktifkan
komplemen-fagosit atau monosit-makrofag. Jika yg diaktifkan adalah komplemen-fagosit,
maka timbul reaksi inflamasi rapid. Jika yg diaktifkan adalah monosit-makrofag, maka
sitokin akan dikeluarkan (disebut reaksi inflamasi delay), lalu timbul inflammatory cascade
(mediator/netrofil/endotel/ platelet/fibroblast).
Tahap-tahap sepsis/SIRS :
o 1 : Ada injurysitokin proinflam keluarmerangsang mediator dan selmelawan
pathogen.
o 2 : sebagian sitokin ke sirkulasimerekrut makrofag & plateletmenstimulasi growth
factortrjdi reaksi inflamasi rapid.
Tahap 2 bersifat fisiologis, dikendalikan oleh sitokin antiinflamasi.
o 3 : clinical insult berat pengendali tubuh tdk normal (homeostasis gagal dan efek sitokin
yg destruksi menyebabkan organ rusak jatuh dri lemak infeksi shg MODS lalu MOFS).
Perubahan yg trjdi : disfungsi endotel (permeabilitas vaskuler meningkat) platelet
sludging (maldistribusi aliran darah, iskemik, injury reperfusi) aktivasi koagulasi
vasodilatasi, transudasi cairan, dan maldistribusi aliran darahSYOK
o 4 : ada kompensasi reaksi antiinflam yg berlebih imunosupresi/imun paralisis/CARS
(compensated anti inflammatory response syndrome).
Tanda” CARS : penurunan HLA-DR <30% dri permukaan monosit penurunan TNFa dan IL6
trjdi anergi mudah terinfeksi.
o 5 : tahap akhir dri MODS trjdi disonansi imun. Penyebab krn inflamasi berlebih dan
depresi imun persisten.
Severe SEPSIS :
o Kriteria SIRS : demam, takikardi, takipnea, leukositosis/leukopenia.
o Organ Failure bila : respirasi (PaO2:F1O2 <300), cardiovaskuler (SBP <90mmHg setelah IVF),
renal (U/O <30mL/hari), CNS (delirium), metabolic (laktat >4mmol/L atau asidosis metabolic
anion gap).
o Saat sepsis, homeostasis tdk seimbang inflamasi & koagulasi meningkat (mll mediator
proinflam, injury endotel, tissue factor, thrombin) dan fibrinolysis menurun (PAI1 dan TAFIa
meningkat, protein C (penghambat PAI1) menurun).
o Vicious cycle : infeksiinflamasi-koagulasi terus menerus disfungsi endotel iskemik
organ failure death
Treatment sepsis
o The sepsis six : 3 langkah diagnostic dan 3 langkah terapeutik, yg hrs dikerjakan dlm waktu 1
jam setelah diagnosis awal. Terdiri dri : kasih oksigen laju tinggi ambil kultur darah beri
antibiotic empiris IV ukur laktat serum dan kirim CBC mulai resusitasi cairan IV ukur
output urin dgn akurat.
o Resusitasi awal (6 jam pertama) : mulai resusitasi segera pada pasien hipotensi atau laktat
serumnya meningkat >4mmol/L, dan jgn tunda pemberian ICU.
o Tujuan resusitasi : CVP 8-12mmHg, MAP ≥65mmHg, output urin ≥0.5mL/kg/hri, saturasi O2
di central vana (vena cava superior) ≥70% atau mixed venus ≥65%. Target CVP bisa lebih
tinggi (12-15mmHg) direkomendasikan bila pakai ventilator atau sebelumnya ventricular
menurun. MAP : sistolik+2.diastol /3
o Jika saturasi O2 di vena tetap pertimbangkan pemberian cairan lagi, transfusi packed
RBC (agar hematocrit meningkat ≥30%), dan infus dobutamin max 20 µg/kg/min.
Diagnosis sepsis
o Lakukan kultur sblm pemberian antibiotic (tdk trlalu menunda pemberian antibiotic). Ambil
2/lebih kultur darah/BC, ambil 1/lebih BC scr perkutan, 1 BC dri tiap akses vaskuler selama
2 hari, dan juga bisa ambil di tempat lain.
o Lalu lakukan imaging utk tau sumber infeksi.
Antibiotic
o Beri antibiotic IV segera mungkin selama 1 jam setelah diagnosis severe sepsis dan syok
sepsis. Broad spectrum (1/lebih macam) utk bunuh bakteri dgn penetrasi yg bagus dan
diduga sbg sumber. Nilai kembali pemberian antibiotic tiap hari agar mengoptimalkan
efikasi, mencegah resistensi dan toksisitas, dan meminimalkan harga.
o Pertimbangkan terapi kombinasi pada infeksi pseudomonas dan pasien neutropenia. Terapi
kombinasi butuh waktu tdk lebih dri 3-5hari dan de-eskalasi menyebabkan kerentanan.
o Durasi terapi biasanya 7-10hari, tapi bisa lebih lama bila respon lambat, infeksi undrainable,
dan defisiensi imun. Hentikan terapi antimikroba bila penyebabnya non infeksius.
Sumber infeksi dan control
o Lokasi anatomis yg spesifik dri infeksi hrs ditentukan segera selama 6 jam pertama.
o Evaluasi pasien dri infeksi luka utk mengukur control sumber (abses drainage dan tissue
debridement). Mengukur control sumber dilakukan segera dgn disertai resusitasi awal yg
sukses. Kecuali necrosis pancreatitis krn terinfeksi (biasanya surgical interventionnya telat).
Pilih cara mengukur control sumber dgn maximal efikasi dan minimal gangguan fisiologi.
o Lepas alat akses intravaskuler jika berpotensi infeksius.
Terapi cairan
o Resusitasi cairan dgn kristaloid / koloid. Target CVP ≥8mmHg (jika pakai ventilator, ≥12).
Tdk pakai RL krn osmositas rendah shg gampang mengisi cairan gampang keluar.
o Gunakan fluid challenge technique jika berhubungan dgn perbaikan hemodinamik. Caranya :
beri 1000mL kristaloid / 300-500mL koloid tiap 30 min.
o Pemberian cairan yg lebih cepat dan lebih banyak dibutuhkan utk sepsis yg disebabkan krn
hipoperfusi jaringan.
o Laju pemberian cairan hrs dikurangi bila cardiac filling pressure meningkat tanpa ada
perbaikan hemodinamik.
Pemberian vasopressor jika masih hipotensi dan masih pucat
o Utk mempertahankan MAP ≥65mmHg.
o Norepinephrine / dopamine pilihan utama sbg vasopressor awal.
o Epinephrine / phenylephrine / vasopressin tdk boleh diberikan sbg vasopressor awal
saat syok sepsis.
o Vasopressin 0.03 unit/min ditambahkan ke norepinephrine utk mencegah side effect
bila pemakaian norepinephrine sendiri.
o Bisa pakai epinephrine sbg agen alternative pertama saat syok sepsis ketika tekanan darah
kurang respon tdp norepinephrine dan dopamine.
o Jangan gunakan dopamine dosis rendah utk melindungi ginjal.
o Pasien yg butuh vasopressor, masukkan kateter arteri segera mungkin.
Terapi inotropic
o Gunakan dobutamin utk pasien disfungsi miokardial yg didukung oleh peningkatan cardiac
filling pressure dan rendahnya cardiac output.
o Jangan meningkatkan index cardiac yg telah ditentukan ke level supra-normal.
Steroid utk severe sepsis + syok sepsis
o Pertimbangkan pemberian hidrokortison IV pada syok sepsis dewasa dgn hipotensi yg
kurang responsive thdp pemberian resusitasi cairan dan vasopressor.
o Tes stimulasi ACTH tdk boleh dilakukan utk mengidentifikasi bagian tubuh dewasa syok
sepsis yg hrs menerima hidrokortison.
o Fludrokortison (50 µg 1x/hari) bisa disbg alternative pengganti dri hidrokortison bagi pasie
yg kurang respon thdp aktivitas mineralokortikoid.
o Terapi steroid dipakai bila vasopressor uda lama tdk dibutuhin.
o Dosis hidrokortison hrs <300mg/hari.
o Jangan kasih kortikosteroid utk menyembuhkan pasien sepsis tapi syoknya uda hilang.
Kecuali utk pasien dgn masalah endokrin atau sudah ada riwayat kortikosteroid yg berhasil.
Pemberian transfusi darah
o Beri RBC bila Hb turun sampai <7g/dL, dgn target Hb dewasa 7-9g/dL
o Kadar Hb yg lebih besar dibutuhin di kondisi…. Iskemik myocardial, hipoksemia parah,
hemoragik akut, cyanotic heart disease, dan asidosis laktat.
o Jangan pakai eritropoetin utk menyembuhkan sepsis yg berkaitan dgn anemia. Penggunaan
eritropoetin utk alasan tertentu saja.
o Jangan pakai FFP utk meriksa abnormalitas clotting, kecuali ada bleeding atau ada prosedur
invasive yg direncanakan.
Malaria endemis di Negara tropis dan subtropis (afrika, argentina, jpg, dll)
Malaria tidak semua menginfeksi, dari 400 yg menggigit yg terkena infeksi cuman 200,
yang kena dalam kondisi klinis biasanya 100an, yg berat hnya 2-6%
Vektor dari malaria yg
membentuk sudut
(Anopheles)
Anopheles tidak kuat dalam suhu yg dingin gaada di tempat dengan suhu rendah. (A.
balabacensis, A. gambiae, A. freeborni, A. staphersi)
Penyebab malaria (5 jenis plasmodium)
o P. vivax malaria vivax (demam tiap 3 hari)
o P. Falciparum demam ga jelas (24-48 jam)
o P. Malariae malaria quartana (demam tiap 4 hari)
o P. ovale seperti vivax, tapi ringan kadang ga perlu pengobatan
o P. knowlesi cukup ganas hampir sama klinisnya dgn falciparum (demam tiap
hari), tapi bentukan sprti ovale. Dulu menginfeksi binatang
Life cycle
o Ketika nyamuk menusuk dalam air liur ada sporozoit masuk ke dalam tubuh
(darah) menuju ke hepatosit membentuk skizon (disebut sebagai siklus exo-
erythrocytic menyerang hepatosit)
o Ketika matang dia menjadi merozoit
o Ada satu fase dimana ada hypnozoit (hanya di Vivax dan Ovale) timbul relapse
o Kalo udah matang merozoit pecah nyerang ke eritrosit dalam eritrosit
berkembang dan membentuk siklus erytrocitic (Tropozoit skizon merozoit)
dan sebagian membentuk gametosit
o Merozoit matang dan pecah nyari eritrosit lagi Limpa bekerja keras karena
eritrosit byk dipecah menaikkan kapasitas perfusi. Disebut sebagai asexual cycle
o Gametosit (jantan dan betina gaada bedanya) gamet bisa terhisap bersama
ketika nyamuk menggigit lagi (sexual cycle)
o Ada perkawinan dalam tubuh nyamuk : oocyst sporozoit mengendap ke
kelenjar getah bening
Sex & sporogony : di
nyamuk
Skizogony : di liver (exo-
eritrositik)
Merogony : di darah
Gamogony : di darah dan
usus nyamuk.
Patogenesis
o Muncul gejala yg tergantung pada factor parasite, factor host, dan factor social-
geografi (transmisi malaria)
o Dengan adanya 3 faktor tersebut, bisa timbul malaria dgn manifestasi klinis
asimtomatik demam malaria berat kematian
Faktor parasit : sering adanya resistensi obat
Kecepatan multiplikasi Yg cepat falciparum yg lambat malariae
Variasi antigen (Pf-EMP1) : plasmodium falciparum E.. membran
protein 1 yg sering menginfeksi
Faktor host : imunitas : sering terpapar, klinisnya ringan
Genetik suku asli papua ovalocytosis (kelainan di system
hematologi) tapi dia kebal terhadap malaria gabisa masuk ke
eritrosit dalam bentuk oval
Faktor transmisi : sering di daerah yg berkembang (susah pengobatan)
Kemoattractant nyamuk itu keringat manusia kalo sering
keringetan (merupakan factor budaya-ekonomi)
Manifestasi klinis
Benign uncomplicated malaria
Severe dengan komplikasi
o Parasitemia
o IUGR janin mati karena supply darah turun karena sumbatan yg ada di placenta
o Bisa ke otak obstruksi koma (kalo sembuh bisa kembali, beda dengan stroke
yg gabisa kembali)
o Sequestrasi dan sitoadherens akan menyumbat iskemi
--RBC sakit dan sehat ngumpul (rosetting), yg sakit ngumpul (clumping). Rosetting
sangat berkorelasi kuat dgn severity.
--P.falciparum hanya terlihat difase awal (brupa cincin) di darah perifer.
--Tropozoit & skizon ngumpul di post-capillary venules dgn menempel di
endothelium.
--Sitoadherens berkorelasi dgn pathogenesis, tapi ketika level sitokin tinggi maka
menginduksi penempelan ke endothelium.
o Periode inkubasi
Plasmodium falciparum 9 – 14 days
Plasmodium vivax 12 – 17 days – 12 mo
Plasmodium ovale 16 – 18 days
Plasmodium malariae 18 – 40 days
Plasmodium knowlesi 9 – 12 days
Tanda dan gejala malaria
o Prodromal malaise, sakit kepala, nyeri tulang/otot, nyeri punggung, anoreksia,
perut gak enak, diare ringan, merasa dingin di punggung.
o Ringan dingin/gigil, panas, keringat (trias). Ada pucat & sakit kepala.
o Berat panas, jaundice, ga sadar/kejang, sesak nafas, tdk kencing / kencing itam.
o Gejala khas demam periodic (Trias malaria), anemia, splenomegali
Dingin/mengigil (15-60 menit)
Panas (1-2 jam)
Berkeringat
Setelah itu kayak org sehat lagi, tp bisa gitu lagi tergantung spesies (P. Falci
(12 jam), P. Vivax (36 jam), P. Malariae (72 jam), P. Knowlesi (24 jam))
o Trias malaria : berasal dari merozoit pecah (menggigil) merozoit dikejar
dengan antibody (respon inflamasi panas) sebagian besar masuk ke eritrosit
baru (antibody mikir merozoitnya sudah habis padahal engga panasnya turun)
Malaria vivax
o Tertiana, benigna, inkubasi 12-20 hari.
o Sering menimbulkan relapse
o Splenomegali Hacket 4-5 (krn berulang)
o Mortalitas rendah tapi morbiditas tinggi (dgn manifest ringan-berat dan prodromal
ringan)
o Demam ireguler 2-4 hari, di sore hari
o Sering menimbulkan anemia di anak
Malaria malariae
o Malaria quartana, inkubasi 18-40 hari
o Banyak di Amerika latin dan Afrika
o Gejala ringan, herpes labialis, anemia jarang.
o Parasitemia sebelum demam
o Splenomegali sering tp ringan
o Komplikasi jarang, kalau berat bisa nefrotik syndrome
Malaria ovale
o Inkubasi 11-16 hari
o Bentuk dan klinis sama dengan Vivax tapi lebih ringan (puncak panas lebih rendah
dan lama demamnya pendek) paling ringan
o Bisa laten sampai 4 thn
o Bisa infeksi ganda, tapi plasmodiumnya tdk tampak
o Bisa sembuh spontan tanpa obat
o Jarang menggigil dan jarang splenomegali
Malaria falciparum
o Malaria tropika, inkubasi 9-14 hari.
o Sering menimbulkan komplikasi malaria berat : ada kejang, serebral, ikterus,
gagal ginjal akut
o Sering timbul gejala prodromal, demam tinggi >40oC.
o Bentuk paling berat severe anemia, panas ireguler, splenomegaly (muncul cepat
di minggu I & nyeri perabaan), dan parasitemia (tinggi)
Plasmodium knowlesi
o Bentukan sama seperti malaria malariae tapi klinis lebih berat
o Demam tiap hari, diare, nyeri abdomen, hiperparasitemia >250rb/µL
o Komplikasi : ikterik, hipotensi, gagal ginjal, serebral, dan gagal nafas.
o Confirmed diagnosed dgn PCR.
Tipe infeksi
o Rekrudensi Falciparum & Malaria sebelum 28 hari muncul lagi trias malaria
karena resistensi (obat 3 hari bertahan 24 hari). Parasitemia masih ada krn siklus
eritrositik yg bertahan.
o Relapse Vivax & Ovale reaktivasi hypnozoit di liver (exoeritrositik) dri
infeksi lama dgn spesies yg sama
o Rekurensi/reinfeksi sebelum waktu habis terkena lagi oleh spesies lain. Bentukan
exoeritrositik menginfeksi eritrosit.
o Rekrudensi dan rekurensi susah dibedakan
Severe malaria
o Ditemukan bentukan aseksual di darah + klinis atau lab
o Falciparum, Vivax, Knowlesi timbul malaria berat (2-6%) mati (10-50%)
Faktor predisposisi
o Balita, ibu hamil (sel TH2 nya yg kena), HIV karena sel T terganggu, penduduk
endemis yg luar kota terus balik lagi kedaerahnya, turis dari daerah hiponedemis
o Pada ibu hamil sequestrasi plasmodium di plasenta outcomenya IUGR, IUFD,
fetal distress, BBLR, premature labour, malaria kongenital
Diagnosis
o NO pathognomonic symptoms/signs demamnya misdiagnos dgn flu.
o Falciparum bisa progresif dan fatal shg butuh DIAGNOSIS CEPAT ::
Good history : riwayat pergi ke endemis area selama 3 bln, kenali demam, dan
kenali gejala non-spesific.
Pemeriksaan fisik : demam, pucat, jaundice, splenomegaly. Hilangkan factor
penyebab yg lain (infeksi virus dan bakteri).
Diagnosis malaria hrs dicurigai bila ada pasien demam dan setelah pergi dri
endemis area
o METODE DIAGNOSIS LAIN :
Antigen capture kit, dgn dipstict & finger prict test rapid test (10-15min),
sensitive dgn penurunan parasitemia
PCR beberapa jam, sensitive & spesifik utk plasmodium.
Fluoresens sensitive & spesifik kurang, tdk bisa deteksi plasmodium.
Serologi mendeteksi antibodi yg melawan plasmodium, bukan utk diagnostic
tapi hanya utk epidemiologic.
o Diagnosis yg dipakai : Klinis + Lab (blood smear tebal tipis, Rapid diagnostic test,
QBC/buffy coat, PCR)
KEMENKES
o Confirmed diagnosed : mikroskop atau RDT/rapid diagnosis test
o Pengobatan harus Artemisin-based combination (ACT) tdk boleh monoterapi,
o Prevensi melalui LLIN, IRS, pake baju dan autan (personal protection)
Alur diagnosis
o Secara klinis & epidemiologis ada/tdk gejala klinis dan riwayat mengunjungi
daerah endemis.
o GOLD STANDARD pemeriksaan hapusan darah penderita.
Secara mikroskopis : ada berapa parasite dalam 1mL, kalo berat minimal 50/mil
(parasite density) spesies diagnosis monitor respon lalu evaluasi Rapid
diagnostic test (RDT)
RDT : isinya card/cassette/dipstict, brupa HRP 2, aldolase, pLDH, dll.
o Diagnosis serologis deteksi Ab plasmodium dan Ag plasmodium serta RBC yg
terinfeksi lihat reaksi pembentukan kompleks Ag-Ab.
Sensitifitas
o deteksi antibody (most sensitive), PCR, Blood Smear, RDT (deteksi Ag)
Treatment
o Berdasarkan mikroskopis (hapusan darah)
o Kombinasi terapi
o Radical treatment
o Outcomenya hrs menyembuhkan gejala, parasitological cleareance, dan
menghentikan transmisi.
Parasitological cleareance harus membunuh gametosit salah satunya adalah
obat malaria + PRIMAQUINE
o Monitoring secara klinis atau parasitological response.
Mekanisme obat anti-malaria :
o Blood schinzontocide : chloroquine, quinine, SP, mepaquine, mefloquine,
halofantrine, artemisin derivative, piperaquine, atovaquone, pironaridine, tetrasiklin,
clindamysin, azitromysin.
o Tissue schinzontocide : proguanil, primaquine, tetrasiklin, azitromisin.
o Sporontocide : SP, primaquine
o Gametocide : quinine (vivax & malariae), primaquine (all species)
Terapi kombinasi :
o Non ACT tanpa artemisin derivative
o ACT artemisin combination therapy kombinasi dri artemisin derivative dgn
obat anti malaria lain (blood schinzontocide) dgn mekanisme & target biokimia yg
berbeda agar meningkatkan efikasi & mencegah resistansi LINI PERTAMA utk
MALARIA UNCOMPLICATED. Sediaan sudah fixed dose atau non fixed dose.
o Second line
Kina + doksisiklin/tetrasiklin + primakuin
Malaria malariae
o First line artesunate + amodiakuin/DHP 3 hari
Malaria mix (Falciparum + Vivax)
o ACT 3 hari & primaquine hari 1 0.75mg/kg lalu hari 2-14 0.25mg/kg
Malaria di ibu hamil
o Trimester 1 quinine 10 mg/kgBB/8 jam + clindamycin 10mg/ kgBB/12 jam selama
7 hari
o Trimester 2 & 3 first line (ACT), second line (quinine+clindamycin)
Adjunct Treatment fever : paracetamol/kompres, anemia : transfusi & beri suplemen
besi/as.folat, rehidrasi : beri extraglucose jika hipoglikemi.
Faktor Prognosis
o Kecepatan Diagnosis dan Pengobatan
o Kegagalan Fungsi Organ
o Kepadatan Parasit
Indikator klinis : Prognosis jelek bila Derajad Kesadaran â, AKI + Edema, Asidosis Berat,
Gagal Nafas, Perdarahan, Imun â (Splenectomi, Steroid,dll.)
Prinsip utama pencegahan malaria
o A-B-C-D
Be Aware à sadari dan ketahui faktor resiko, masa inkubasi, kemungkinan
onset yang terlambat, dan gejala utama
Avoid being Bitten by mosquito à Hindari gigitan nyamuk, terutama saat
sore dan malam hari
Chemoprophylaxis à minum kemoprofilaksis bila perlu
Immediately seek Diagnosis & treatment à bila timbul demam 1 mgg–3
bln setelah memasuki daerah endemis
Pencegahan malaria
o Hindari nyamuk waspada aktivitas sore, AC, jaring, repellant, screen.
o Bunuh nyamuk fogging, residual spraying, merusak breeding site.
o Bunuh plasmodium chemoprofilaksis (mencegah penyakit bukan infeksi,
berguna untuk nonimmune traveller, untuk endemis).
Pertimbangkan status imun, durasi exposure, resistansi, dx-tx
Klorokuin, doksisiklin, proguanil, klorokuin+proguanil, meflokuin,
atovaquone+proguanil.
Doksisiklin : Sediaan 100 mg, dosis 1tab/hari, ibu hamil & anak” tdk boleh,
diminum 1-2hari sebelum hingga 4minggu sesudah pulang, tdk diminum >3bulan.
o Personal proteksi baju, repellant, bed nets, insektisida, screen.
UNIVERSAL PRECAUTION (UP)
Kewaspadaan universal (UP) : salah satu upaya pengendalian infeksi di RS, upaya pencegahan
dasar atau standar di semua kondisi, dan bagian inti dri teknik isolasi.
Mengapa UP penting ?
o Kulit dan mukosa yg terpajan darah adalah sumber infeksi potensial. Termasuk skin-piercing
dri objek terkontaminasi, pajanan pada kulit yang tak intact, luka terbuka, goresan, dan
membran mukosa (mulut atau mata).
o Health care procedures sangat bermanfaat untuk mencegah infeksi HIV
o Unsafe injections adalah penyebab tersering infeksi baru.
Bloodborne pathogen : mikroorganisme penyebab penyakit yg ada di darah, disebarkan mll
kontak dgn darah, disebut juga OPIM (other potensial infectious material), meliputi virus-bakteri-
parasit. Yg sering menginfeksi : hepatitis B, hepatitis C, HIV. Dan ini adalah sumber utama
kecelakaan kerja.
Cairan tubuh : semua cairan hrs dianggap infeksius.
o Yg berbahaya : darah, semen, sekresi vagina, cairan cerebrospinal, synovial, cairan pleura,
cairan yang ada darahnya, Unidentifiable body fluids, saliva dari dental procedures.
o Yg aman : keringat, urin, muntahan, feses, air mata.
Cara transmisi : luka tusuk/iris, kontak dgn darah / OPIM (mukosa, kulit yg tdk intak, benda tajam
yg terkontaminasi).
5 hal UP :
Cuci tangan, APD, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan benda tajam hbs pakai,
pengelolaan limbah & sanitasi ruangan.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi :
o Utk memutuskan mata rantai transmisi mikroba infeksius
o Utk pasien yang diketahui maupun dugaan terinfeksi
o Macam kewaspadaannya : kontak, droplet, airborne, common vehicle, vector.
o 1 infeksi bisa ditransmisi >1 cara.
Tindakan pencegahan umum dilakukan kepada semua pasien
o Cuci tangan
o Dekontaminasi peralatan & perlengkapan
o Menggunakan & membuang jarum/alat tajam dgn aman (hindari menutup dgn 2 tangan)
o Pakai APD
o Segera bersihkan percikan darah/cairan tubuh
o Gunakan sistem pembuangan yang aman utk pengumpulan & pembuangan limbah
1. CUCI TANGAN
Cara pencegahan infeksi paling panting
Dilakukan sebelum & sesudah melakukan tindakan, walaupun pakai sarung tangan/APD lain.
Kebijakan cuci tangan :
o Hindari menyentuh permukaan di sekitar pasien
o Bila tangan kotor, cuci tangan dgn sabun + air mengalir + keringkan dgn tisu 1x pakai.
o Bila tangan tdk kotor, dekontaminasi dengan alcohol handrub
o Lepaskan cincin dan perhiasan tangan lain selama bertugas
o Hindari penggunaan HP selama perawatan
o Botol handrub dipasang di setiap tempat tidur/patient area.
o Kapan dilakukan ?
5 moments
2 sebelum : menyentuh pasien &
melakukan prosedur,
3 setelah : terpajan cairan, menyentuh
pasien, menyentuh lingkungan pasien.
o Apa yg diperlukan ? air mengalir, sabun, handuk, antiseptic alcohol, lap kering/1x pakai.
o Bagaimana prosedurnya ? 10-15 detik (cuci tangan standar), 2-5 min (cuci tangan bedah)
o Alternative cuci tangan biasa : tdk menggantikan cuci tangan bedah, dikerjakan bila tdk bisa
melakukan cuci tangan standar (tdk ada air mengalir). Bahannya 100cc alcohol 70% & 1-2cc
gliserin 10%.
Manfaat APD :
3. LINGKUNGAN YG AMAN & SUPORTIF (PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN)
Langkah mengelola alat kesehatan :
DEKONTAMINASI PENCUCIAN STERILISASI DESINFEKSI TINGKAT TINGGI.
oDekontaminasi : merendam alat habis pakai dgn larutan klorin 0.5% selama 10min, atau usap
dgn kassa larutan klorin 0.5% lalu segera lap, atau usap dgn kassa alcohol 70%.
oPencucian : gunakan detergen (bila boleh), dan pakai sarung tangan.
oSterilisasi : Autoclaf 121 0C / 106 kPa (1atm) 20-30 min, Pemanasan kering 170 0C 60 min,
rendam dalam larutan desinfektan 10-24 jam / gas ETO.
oDesinfeksi tingkat tinggi :
Kimiawi Rendam dalam larutan desinfektan 20 min
Uap Tutup dalam uap air mendidih selama 20 min
Rebus Diamkan mendidih selama 20 min
oPendinginan & penyimpanan : siap dipakai.
Desinfeksi-sterilisasi : cara desinfeksi/sterlisasi dipilih berdasarkan besar resiko, pakai sarung
tangan rumah tangga, alat hrs dilepas/diurai sblm dicuci.
Pemilihan cara
Desinfektan
Antiseptic
Tips mengelola
o Alat yang terbungkus bungkusan steril dapat disimpan sampai 1 minggu bila tetap kering
o Alat yang tidak terbungkus harus disimpan dalam tempat (tromol) steril
o Alat yang diolah dengan desinfektan tingkat tinggi disimpan dalam wadah yang tertutup
yang tidak mudah terbuka / segera dipakai
4. PENGELOLAAN BENDA TAJAM HABIS PAKAI
Sharp precaution :
Hanya menggunakan alat semprot dan alat suntik 1 kali
Menghindari penutupan ulang, membengkokkan, atau mematahkan jarum
Gunakan wadah anti bocor/wadah tahan tusukan untuk pembuangan
Bubuhkan tulisan pada wadah--“TAJAM”
Dilarang menyerahkan alat tajam secara langsung
Dilarang menutup jarum suntik kecuali dengan 1 tangan
Jangan mengisi terlalu penuh atau menggunakan kembali wadah alat tajam
Buang ke dalam tas plastik warna kuning bertuliskan sampah medis menular, kirim ke IPAL
FOLLOW UP KLINIS
Amati tanda-tanda yang menunjukan serokonversi HIV (dalam 50-70%) dalam waktu 3-6 minggu
o Demam akut
o Limfadenopati yang tersebar
o Erupsi kulit
o Faringitis
o Gejala-gejala flu non-spesifik
o ulkus mulut atau area genital
CATAT !
o Tanggal dan jam kejadian (pajanan)
o Uraian kejadian lebih rinci
o Sumber pajanan bila diketahui111
o Pengobatan PPP secara rinci bila mendapatkannya
o Tindak lanjut
o Hasil pengobatan
o Simpan semua data pajanan
INGAT !
o HIV dan infeksi virus lain lebih ditularkan melalui HUBUNGAN SEKSUAL / TRANSFUSI DARAH
o Kemungkinan tertular pada kecelakaan kerja lebih kecil (hanya 0.3% jika sumber +)
RESIKO KECELAKAAN KERJA
o Risiko penularan HIV setelah tertusuk jarum dari pasien HIV positif 3 : 1000
o Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum dari pasien HBV positif 27-37 : 100
o Volume Percikan Darah terinfeksi HBV yang mampu menularkan HBV 10-8ml
RESIKO PENULARAN DI SARANA KESEHATAN