Anda di halaman 1dari 20

SEPSIS PADA ANAK

DISUSUN OLEH :
RAYYAN FITRI, S.KED
1507101030210
Definisi

 Sepsis  infeksi + manifestasi infeksi sistemik

 Sepsis berat  sepsis + sepsis yang menginduksi disfungsi organ /hipoperfusi


jaringan

 Sepsis dengan hipotensi  sepsis yang menginduksi hipotensi (sistolik < 90


mmHg atau MAP < 70 mmHg atau sistolik menurun > 40 mmHg)

 Syok septik  suatu keadaan kegagalan sirkulasi akut yang ditandai dengan
hipotensi arteri persisten meskipun dengan resusitasi cairan yang cukup
ataupun adanya hipoperfusi jaringan (dimanifestasikan oleh konsentrasi laktat
yang >4mg/dL) yang tidak dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain.
Beberapa definisi yang berhubungan dengan sepsis
Infeksi Suatu proses patologis yang disebabkan oleh invasi dari jaringan normal steril atau cairan atau rongga
tubuh oleh mikroorganisme pathogen yang berpotensi.

Bakteremia Adanya bakteri hidup dalam darah, yang mungkin sementara, dan dapat berlanjut pada viremia,
fungemia, dan parasitemia.

Systemic inflammatory Respon tubuh non spesifik terhadap kondisi yang menyebabkan inflamasi yang berupa infeksi, luka
bakar, pancreatitis akut, trauma, atau yang lainnya. Setidaknya terdapat dua poin dari berikut:
response syndrome (SIRS)
-Temperature >38.0C atau <36C
-Laju nadi >90 kali per menit
-Laju nafas >20 kali per menit atau PaCo2<32 mmHg
-Jumlah sel darah putih >12.000/mm3 atau <4.000/mm3 atau >10% sel imatur.

Sepsis SIRS yang disertai dengan sumber infeksi yang dapat berasal dari bakteri, virus, atau parasit.

Hipotensi Tekanan sistolik <90 mmHg atau kurang dari 40 mmHg dari tekanan baseline.

Sepsis berat Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ atau hipoperfusi jaringan (dengan karakteristik oligouria,
gangguan status mental, dan/atau laktat asidosis), atau hipotensi arteri.

Syok sepsis Sepsis yang disertai dengan kegagalan sirkulasi, ditandai dengan hipotensi yang menetap meskipun
telah dilakukan resusitasi cairan.

Multiple organ dysfunction Perubahan fungsi organ pada pasien sakit berat sehingga homeostatis tidak dapat dipertahankan
walaupun dengan intervensi.
syndrome (MODS)
Kriteria Diagnosis Sepsis

 Variable umum :
 Demam (> 38,3oC)
 Hipotermi ( temperatur inti < 36oC)
 Nadi > 90x/mnt
 Takipneu
 Gangguan status mental
 Edema signifikan/balance cairan positif (> 20ml/kg selama 24 jam
 Hiperglikemia (glukosa plasma > 140 mg/dl atau 7,7 mmol/l) tanpa disertai
dengan diabetes
 Variable Inflamasi :
– Leukositosis (leukosit > 12000/uL)

– Leukopeni (leukosit < 4000/uL)

– Nilai leukosit normal dengan > 10% bentuk imatur

– Protein C-reaktif plasma > 2SD diatas nilai normal

– Procalcitonin plasma > 2SD diatas nilai normal

 Variable hemodinamik :
– Hipotensi arteri ( sistolik < 90 mmHg, MAP < 70 mmHg, sistolik
menurun > 40 mmHg pada dewasa dan < 2SD dibawah normal
sesuai usia)
 Variable disfungsi organ :
 Hipoksemia arteri (PaO2/FiO2 < 300)
 Oliguria akut (urin output < 0,5ml/kg/jam selama 2 jam
pemberian resusitasi cairan yang adekuat)
 Peningkatan kreatinin > 0,5mg/dl atau 44,2 μmol/L
 Koagulasi abnormal aPTT > 60 detik
 Ileus  BU (-)
 Trombositopenia (trombosit < 100000/μL )
 Hiperbilirubinemia (Bilirubin total > 4 mg/dl atau 70 μmol/L)
 Variable perfusi jaringan :
 Hiperlaktatemia (> 1mmol/L)

 CRT menurun/ mottled


SEPSIS BERAT
Kriteria sepsis berat
-Sepsis menginduksi hipotensi
-Kadar laktat meningkat jauh diatas batas normal
-Urine out put < 0,5 ml/kg/jam selama resusitasi cairan
adekuat > 2 jam
-Kerusakan paru akut dengan Pao2/Fio2 < 250 tanpa ada nya
pneumonia sebagai sumber infeksi
-Keruskan paru akut dengan Pao2/Fio2 < 200 dengan adanya
pneumonia sebagai sumber infeksi
-Kreatinin > 2 mg/dL
-Bilirubin > 2 mg/dL
-Jumlah platelet < 100000/μL
-Koagulopati
Epidemiologi

 Banyak studi epidemiologi terhadap 6 juta orang


menunjukkan bahwa insiden terjadinya sepsis
adalah 3 orang per 1000 populasi per tahunnya
 atau sekitar 750.000 kasus per tahun di Amerika
Serikat.
 Tingkat rawat inap akibat sepsis yang berat 2 kali
lipat selama dekade terakhir, dan dengan angka
kematian saat ini 30%.
Etiologi

 Mayoritas kasus sepsis disebabkan oleh infeksi


bakteri, beberapa disebabkan oleh infeksi jamur, dan
sangat sedikit yang disebabkan oleh penyebab lain
dari infeksi atau agen yang dapat menyebabkan
SIRS.
 Para agen infeksius, biasanya bakteri, mulai
menginfeksi hampir semua lokasi organ atau alat
implan (misalnya, kulit, paru-paru, saluran
pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll).
Patofisiologi
Diagnosis

 Kultur sesuai gejala klinis sebelum pemberian anti mikroba


jika tidak ada penundaan yang signifikan (> 45 menit)
diawal pemberian anti mikroba
 Gunakan 1,3 assay beta-D-glukan , mannan dan tes
antibodi anti-Mannan , jika tersedia dan invasif.
Kandidiasis merupakan diagnosis pembanding dari
penyebab infeksi.
 Dilakukan pemeriksaan imaging untuk mencari potensi
sumber infeksi
Tatalaksana

Penatalaksanaan sepsis meliputi resusitasi inisial, terapi antimikroba yang


sesuai, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah
bila diperlukan. Diperlukan terapi suportif, seperti bila terjadi respons
imun maladaptif host terhadap infeksi dapat diberikan vasopresor dan
inotropik, terapi suportif terhadap kegagalan organ, gangguan koagulasi
dan terapi imunologi.

Tujuan dari resusitasi pada pasien sepsis-induced hypoperfusion adalah:


a) CVP 8–12 mm Hg
b) MAP ≥ 65 mm Hg
c) Urine output ≥ 0.5 mL/kg/hr
d) Saturasi oksigenisasi superior vena cava (Scvo2) atau mixed venous
oxygen saturation (SvO2) 70% or 65%,
Tatalaksana

Pasien dengan hiperlaktatemia, ditargetkan untuk menormalisir


kadar laktat)
Skrining untuk sepsis dan perkembangan keadaan,
Terapi antimikroba, kontrol sumber, pencegahan infeksi,
 Terapi suportif, mencakup oksigenisasi, terapi cairan, vasopresor,
terapi inotropik, kortikosteroid, pemberian produk darah, kontrol
gula darah, renal replacement therapy, profilaksis DVT, profilaksis
stress ulcer, dan pemberian nutrisi yang seimbang .
Tatalaksana

Pemberian antimikroba pada anak:


Ampisilin (50 mg/kgBB/kali IV setiap 6-jam) ditambah
aminoglikosida (gentamisin 5-7 mg/kgBB/kali IV sekali sehari,
amikasin 10-20 mg/kgBB/ hari IV)

Pilihan kedua Ampisilin (50 mg/kgBB/kali IV setiap 6-jam)


kombinasi dengan Sefotaksim (25 mg/kgBB/kali setiap 6 jam).
Seluruh pengobatan diberikan dalam waktu 10-14 hari. Bila
dicurigai adanya infeksi anaerob diberikan Metronidazol (7.5
mg/kgBB/ kali setiap 8 jam). Pengobatan diberikan dalam waktu
5-7 hari.

Perawatan penunjang: Jika demam, beri parasetamol. Berikan


dukungan nutrisi dan cairan sesuai dengan kebutuhan.
Tatalaksana

Pemantauan

 Pasien dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang


sangat ketat.
 Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat
kesadaran, kejang, atau perubahan perilaku anak.
 Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah
setiap 6 jam, selama setidaknya dalam 48 jam pertama.
 Periksa tetesan infus secara rutin.
Prognosis

 Keseluruhan angka kematian pada pasien dengan syok septik menurun


dan sekarang rata-rata 40% (kisaran 10 to 90%, tergantung pada
karakteristik pasien). Hasil yang buruk sering mengikuti kegagalan
dalam terapi agresif awal (misalnya, dalam waktu 6 jam dari diagnosis
dicurigai). Setelah laktat asidosis berat dengan asidosis metabolik
decompensated menjadi mapan, terutama dalam hubungannya dengan
kegagalan multiorgan, syok septik cenderung ireversibel dan fatal.
Kesimpulan

 Sepsis adalah infeksi yang disertai dengan manifestasi klinis sistemik,


seperti hipertermia/hipotermia, takikardia, takipneu, hipoksia
jaringan, proteinuria, leukositosis/leukopenia, hiperglikemia (terutama
pada penderita diabetes melitus).
 Tahap perkembangan sepsis diawali dengan SIRS yang kemudian
berlanjut pada sepsis, kemudian sepsis akan menyebabkan kerusakan
organ sehingga mengakibatkan sepsis berat dan pada akhirnya terjadi
syok sepsis yang akan mengancam nyawa. Sepsis telah menjadi
penyebab kematian
Kesimpulan

 Sepsis dapat disebabkan baik karena virus, jamur, bakteri (gram positif
dan negative), maupun parasit, akan tetapi penyebab tersering adalah
karena bakteri. Baik bakteri gram negative maupun positif akan
menyerang kekebalan tubuh dari dan mengakibatkan reaksi inflamasi
pada seluruh tubuh. Banyak factor-faktor yang berperan dalam
melawan invasi dari kuman yang masuk ke dalam tubuh, diantaranya
sitokin (TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8, IL-12 sebagai sitokin proinflamasi dan
IL-10 sebagai antiinflamasi), komplemen (C3a, C4a dan C5a
(anafilatoksin)), NO, dan neutrofil (aktivasi, migrasi dan ekstravasasi
netrofil dengan pengaruh mediator kemotaktik).

 Diperlukan penanganan yang cepat dan tepat dalam menangani kasus


sepsis untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan organ
secara ireversibel.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai