Anda di halaman 1dari 13

PENGETAHUAN DAN POLA SWAMEDIKASI DIARE AKUT PADA ANAK

OLEH IBU-IBU PKK DI KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

Armi Rusmariani, M. Akib Yuswar, Eka Kartika Untari


Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124
Email: armimiiutami@gmail.com

Abstrak
Swamedikasi merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengobati penyakit
minor tanpa resep dokter. Diare akut merupakan salah satu penyakit minor yang dapat dilakukan
swamedikasi. Swamedikasi dapat membahayakan kesehatan apabila tidak dilakukan dengan
benar. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola dan tingkat pengetahuan swamedikasi diare akut
pada anak oleh ibu-ibu PKK. Responden yang ikut serta dalam penelitian sebanyak 64 orang.
Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan potong lintang bersifat deskriptif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengambilan data menggunakan
kuesioner yang valid dan reliabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 56% responden
memperoleh obat dari apotek; 59% beralasan melakukan swamedikasi karena obatnya mudah
didapat; 31% responden mendapatkan sumber informasi yang berasal dari media massa;
penggunaan obat untuk diare terbanyak oralit 81%; bentuk sediaan terbanyak yaitu larutan 44%.
Responden akan pergi ke dokter/rumah sakit bila belum sembuh dan apabila terjadi efek samping
setelah melakukan pengobatan sendiri masing-masing sebanyak 95% dan 52%; dan berangsur
sembuh setelah melakukan swamedikasi 59%. Hasil tingkat pengetahuan baik 56.25%, dan
cukup 43.75%. Kesimpulan dari penelitian swamedikasi diare akut masih sering dilakukan oleh
ibu-ibu PKK di Kecamatan Pontianak Timur.

Kata Kunci: Pengetahuan, Swamedikasi, Diare, PKK

Abstract
Self-medication is difined as the use of drugs to treat minor illness without doctor’s
prescription. Diarrhea acute is one of minor diseases that can be cured by self-medication.
People’s lack of knowledge of medicines and their use becomes the obstacle in practicing self-
medication. This study aims to determine the pattern and level of knowledge of diarrhea acute
self-medication on children by the members of PKK. There were 64 respondents who participated
in the study. This study was an design used was a cross-sectional descriptive design. The sampling
technique uses purposive sampling. Retrieval of data using a valid and reliable questionnaire. The
results showed that as many as 56% of respondents obtained drugs from pharmacies; 59%
reasoned doing self-medication because the drugs were easy to obtain; 31% of respondents
received sources of information that came from the mass media; the use of drugs for diarrhea was
81%; Most dosage forms are 44% solution. Respondents will go to the doctor / hospital if they
have not healed and if there are side effects after self-medication as much as 95% and 52%; and
gradually recover after 59% self-medication. The results of the good level of knowledge 56.25%,
and enough 43.75%. The conclusions of this study self-medication for acute diarrhea is still often
done by PKK women in the East Pontianak District.
Keyword: Knowledge, Self-medication, Diarrhea, PKK

1
di Kecamatan Pontianak Timur yang pernah
PENDAHULUAN melakukan swamedikasi diare akut.
Swamedikasi merupakan bagian Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
upaya masyarakat menjaga kesehatannya PKK Kecamatan Pontianak Timur. Sampel
sendiri.(1) Pengobatan sendiri termasuk diambil mengguanakan metode purposive
memperoleh obat-obatan tanpa resep, sampling dengan jumlah sampel yang
membeli obat berdasarkan resep lama yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
pernah diterima, berbagi obat-obatan memenuhi kriteria ekslusisebanyak 64
dengan kerabat atau anggota lingkaran orang dari 136 orang. Uji validitas dan
sosial seseorang atau menggunakan sisa reliabilitas ini dilakukan di kecamatan
obat-obatan yang disimpan di rumah.(2) Kubu Raya pada ibu-ibu rumah tangga.
Menurut WHO tahun 2013 diare adalah Validasi dilakukan menggunakan 60
suatu keadaan buang air besar (BAB) responden karena uji validasi dan
dengan konsistensi lembek hingga cair dan reliabilitas dilakukan 2 kali. Hasil uji
frekuensi lebih dari tiga kali sehari.(3) Diare validasi yang pertama tidak semua
akut adalah kejadian diare yang kuesioner valid sehingga soal juga tidak
(4)
berlangsung kurang dari 14 hari. reliabel. Karena itu dilakukan uji validasi
Swamedikasi banyak dilakukan oleh dan reliabilitas yang ke-2 menggunakan 30
perempuan berusia 26-45 tahun karena responden yang berbeda dari uji validasi
perempuan lebih peduli terhadap kesehatan yang pertama. Ketika uji validasi kedua
diri dan keluarganya.(5) Ibu-ibu PKK peneliti mengubah kalimat pada kuesioner
(Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) atas dasar saran dari responden uji validitas
karena kader masyarakat yang memiliki dan reliabilitas sebelumnya. Hal ini
peran penting dalam kegiatan masyarakat bertujuan lebih mudah. Terdapat 3 soal
khususnya untuk kesehatan masyarakat, pada kuesioner soal tingkat pengetahuan
sehingga diharapkan memiliki perilaku dan dihapus karena pertanyaan tersebut tidak
pengetahuan yang baik agar melakukan valid. Ketika melakukan uji validitas dan
swamedikasi yang efektif terhadap dari reliabilitas yang ke-2 semua pertanyaan
sendiri dan keluarganya.(6,7,8) sudah valid dan reliabilitas. Reliabilitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan
METODE PENELITIAN sejauh mana hasil pengukuran tetap
Penelitian ini merupakan penelitian konsisten bila diukur beberapa kali dengan
observasional dengan rancangan penelitian alat ukur yang sama.(7) Uji reliabilitas
potong lintang yang bersifat deskriftif. dilakukan secara bersama-sama terhadap
Pengambilan data dilaksanakan di seluruh butir pertanyaan. Menggunakan uji
kecamatan Pontianak Timur pada bula statistic Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas
April hingga Juni 2019. Pemilihan sampel dapat dilakukan secara bersama-sama
dilakukan secara purposive sampling pada terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai
ibu-ibu PKK yang memenuhi kriteria α > 0,60 maka reliabel.(8)
inklusi dan eksklusi. Data berasal dari hasil Berdasarkan hasil uji reliabilitas
kuesioner yang diisi oleh ibu-ibu PKK di diperoleh nilai Cronbach’s alpha sebesar
Kecamatan Pontianak Timur. 0.723 (>0.6) yang berarti data yang
HASIL PENELITIAN DAN
digunakan dalam penelitian ini telah
PEMBAHASAN
reliabel atau hasil pengukurannya dapat
Pengumpulan data dilakukan dengan
dipercaya. Sedangkan pada uji validitas
memberikan kuesioner kepada ibu-ibu PKK

2
juga telah menunjukkan bahwa nilai r responden saat ini sebagian besar sudah
hitung tiap item variabel lebih besar dari r memasuki masa lansia awal. Penelitian ini
tabel (>0.384) hingga dapat dikatakan belum selaras dengan penelitian Stephany
bahwa hasil uji kuesioner tentang pola Y.M menyatakan bahwa umur responden
swamedikasi diare akut telah valid dan yang paling banyak melakukan
reliabel hingga dapat digunakan dalam swamedikasi pada umur 21-30 tahun.(9)
penelitian. Berdasarkan hasil uji reliabilitas Namun, ketika melakukan penelitian
diperoleh nilai Cronbach’s alpha sebesar responden banyak menuturkan bahwa
0.742 (>0.6), yang berarti data dalam swamedikasi rata-rata dimulai ketika umur
penelitian ini telah reliabel. Sedangkan uji 21 ketika memiliki anak pertama.
validasi dalam penelitian ini menunjukkan Swamedikasi masih dilakukan hingga
bahwa nilai r hitung tiap item lebih besar sekarang pada cucunya. Berdasarkan
dari r tabel (>0.384) hingga dapat dikatakan penelitian Izzatin menyatakan usia yang
bahwa hasil uji kuesioner tentang tingkat paling banyak melakukan swamedikasi
pengetahuan diare akut telah valid dan adalah usia muda (< 30 tahun).(10) Semakin
reliabel hingga dapat digunakan dalam cukup umur, tingkat kematangan dan
penelitian. kekuatan seseorang akan lebih matang
1. K dalam berfikir dan bekerja. Pada usia yang
arakteristik Subjek Penelitian semakin tua maka seseorang semakin
banyak pengalaman sehingga pengetuannya
Karakteristik Jumlah Persentase semakin bertambah. Karena
NO
Sosiodemografi (N=64) (%) pengetahuannya banyak maka seseorang
akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu.
1. Usia Mereka bisa berpikir akan tindakan yang
26-35 tahun 2 3,12
dilakukan termasuk swamedikasi terhadap
anaknya. Seseorang yang semakin dewasa
36-45 tahun 22 34,37
daya tangkapnya bisa semakin berkembang
45-55 tahun 31 48,43 hingga bisa melakukan swamedikasi
56-65 tahun 9 140,62 dengan baik. (11)
2. Pekerjaan
Bekerja 15 23,44 b. Karakteristik Subjek Penelitian
Tidak bekerja 49 76,56 Berdasarkan Pekerjaan
3. Berdasarkan penelitian yang telah
Pendidikan
dilakukan, responden yang banyak
SD 3 4,69 melakukan pola swamedikasi ialah ibu-ibu
SMP 8 12,5 rumah tangga sebanyak 49 responden
SMA 43 67,19 (76.56 %). Berdasarkan pengamatan saat
Perguruan penelitian responden banyak yang sudah
Tinggi 10 15,62 pensiun dari pekerjaan sehingga saat ini
a. Karakteristik Subjek Penelitian hanya sebagai IRT saja. Pekerjaan adalah
Berdasarkan Usia salah satu upaya untuk mendapatkan
Berdasarkan penelitian yang telah penghasilan, dengan bekerja maka akan
dilakukan, ibu-ibu PKK di Kecamatan meningkatkan penghasilan sehingga dapat
Pontianak Timur banyak melakukan pola memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
swamedikasi diare akut pada anak berumur kesejahteraan. Selain mendapatkan
45-55 tahun. Hal ini dikarenakan umur penghasilan, lingkungan pekerjaan akan

3
memberikan pengalaman dan pengetahuan Pontianak Timur adalah SMA (67,19%).
baik secara langsung maupun tidak Hal ini karena pertimbangan dalam bidang
langsung. Pengalaman yang kurang baik ekonomi, jadi menurut responden ia lebih
mendorong seseorang akan berusaha untuk memilih untuk bekerja setelah tamat dari
melupakan, namun jika pengalaman SMA karena langsung bisa mendapatkan
terhadap objek tersebut menyenangkan penghasilan untuk membiayai
maka secara psikologis timbul kesan yang kehidupannya sendiri dan untuk
sangat mendalam dan membekas dalam keluarganya.
emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat 2. Pola Swamedikasi
pula membentuk sikap positif dalam Guna memperoleh gambaran pola
kehidupannya.(12) Meskipun moyaritas swamedikasi maka diberikan kuesioner
responden tidak bekerja atau sebagai IRT kepada para responden yaitu ibu-ibu PKK
tetapi responden sering mendapatkan Kecamatan Pontianak Timur. Kuesioner ini
pelatihan dalam bidang kesehatan terutama terdiri atas 9 pertanyaan.
dalam penanganan diare, contohnya berupa Lihat daftar pertanyaan dan jawaban
kegiatan penyuluhan mengenai diare dari pada lampiran. Sebanyak 53% responden
mahasiswa Ilmu Kesehatan Universitas memilih melakukan swamedikasi apabila
Muhammadiyah Pontianak tentang diare, anaknya diare akut karena sebagai
penyuluhan mengenai Kanker Serviks dari pertolongan pertama pada anaknya. Selain
Yayasan Kanker Indonesia didampingi oleh itu, swamedikasi ini sering dilakukan
Dinas Kesehatan Kota Pontianak, karena mudah dan cepat. Hal ini sesuai
penyuluhan tentang kesehatan paru-paru dengan pengertian dari WHO bahwa
dan penyakit menular TBC (Tuberculosis) swamedikasi merupakan proses pengobatan
dari mahasiswa Akademi Kebidanan yang dilakukan sendiri oleh seseorang
Aisyiyah Pontianak didampingi oleh Dinas mulai dari pengenalan keluhan atau
Kesehatan Kota Pontianak, pelatihan gejalanya sampai pada pemilihan dan
tentang gizi dari puskesmas yang ada di penggunaan obat.(14) Self-medication
kecamatan Pontianak Timur, pembinaan (pengobatan sendiri) adalah penggunaan
lansia tentang penyakit dalam dari obat-obatan dengan maksud terapi tanpa
mahasiswa Ilmu Kesehatan saran dari professional atau tanpa resep.(15)
Muhammadiyah Pontianak. Berdasarkan Swamedikasi adalah cara yang telah biasa
berbagai pelatihan yang diberikan membuat dilakukan masyarakat terutama ibu rumah
ibu rumah tangga tersebut dapat melakukan tangga dalam pengobatan beberapa
swamedikasi dengan baik. penyakit ringan sekarang ini.(12) Sebanyak
c. Karakteristik Subjek Penelitian 47% responden menjawab pergi ke
Berdasarkan Pendidikan puskesmas/rumah sakit/klinik/ke dokter,
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, 53% melakukan pengobatan sendiri
perlindungan dan bantuan yang diberikan sebelum pergi ke tenaga kesehatan.
kepada seseorang.(11) Menurut Adikuntati Responden yang berjumlah 47% tersebut
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi menuturkan bahwa sebelum ke tenaga
pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan medis, mereka memberikan pertolongan
yang tinggi akan cenderung lebih mudah pertama seperti mengoleskan kopi yang
untuk menerima informasi tentang dilarutkan dengan gula ke perut anaknya,
swamedikasi sehingga ketika melakukan memberikan oralit, hingga menempelkan
praktik tidak terjadi kesalahan.(13) Rata-rata tapalan daun mengkudu ke perut anaknya.
pendidikan ibu-ibu PKK di Kecamatan Hal ini dapat disimpulkan bahwa

4
sebenarnya responden 100% melakukan massa sebanyak 31%. Saat melakukan
pengobatan sendiri. penelitian responden menuturkan bahwa
Pertanyaan nomor 2 lihat pada media massa di sini berupa informasi yang
lampiran. Sebanyak 56% responden didapat melalui internet dan iklan di TV.
memilih di apotek karena bisa meminta Jawaban ini sesuai dengan Meriati NEW,
penjelasan secara langsung cara hingga efek dkk Sumber informasi utama untuk
samping dari obat tersebut. Menurut WHO, melakukan pengobatan sendiri umumnya
fungsi atau tanggung jawab apoteker dalam berasal dari media massa.(17) Selain itu juga
swamedikasi adalah sebagai komunikator selaras dengan Widayati A menyatakan
(communicator), penyedia obat yang bahwa sumber informasi tentang
berkualitas (quality drug supplier), swamedikasi paling banyak adalah media
pengawas dan pelatih (trainer and massa yaitu 32%.(16)
supervisor), kolaborator (collaborator), dan Pertanyaan nomor 5 lihat pada
promotor kesehatan (health promoter).(14) lampiran. Oralit mendominasi penggunaan
Hal ini selaras dengan penelitian Widayati obat pada anak. Responden menuturkan
A bahwa responden memperoleh obat di ketika menggunakan oralit diare yang
apotek sebanyak 42%.(16) 14% responden diderita oleh anak-anak mereka berangsur
memilih jawaban e, mereka menuturkan sembuh. Oralit dapat mencegah tubuh tidak
bahwa lain-lain itu ialah mendapatkan obat mudah lelah hingga dehidrasi. Selain itu,
dengan mengambil tanaman di sekitar menurut responden alasan mereka
rumah seperti daun mengkudu, daun jambu menggunakan oralit karena oralit mudah
biji, dan jahe untuk mengobati anak mereka untuk dikonsumsi dan tersedia di rumah.
9% dan dari pembagian puskesmas Berdasarkan Depkes Buku Pedoman
sebanyak 5%. Pengendalian Diare berdasarkan Keputusan
Pertanyaan nomor 3 lihat pada Menteri Kesehatan Nomor
lampiran. Jawaban responden paling 1216/Menkes/SK/XI/2001. Pemerintah
dominan adalah mudah didapat sebanyak telah menetapkan pengendalian diare pada
59%. Hal ini karena obat yang digunakan bayi dengan pemberian oralit osmoralitas
untuk mengobati anak mereka ialah rendah untuk mencegah dehidrasi.(19) Oralit
tanaman yang ada di sekitar rumah mereka merupakan cairan terbaik bagi penderita
dan dari persediaan yang sudah ada di diare untuk mengganti cairan yang
rumah jadi mereka mengganggap itu mudah hilang.(19,20)
dan cepat dalam mengobati anak mereka. Pertanyaan nomor 6 lihat pada
Namun, responden mengatakan selain lampiran. Jawaban paling dominan adalah
mudah didapat dan cepat mereka juga pilihan e sebanyak 52%. 52% ini terbagi
merasa hemat biaya karena obat tradisional menjadi 2% responden memilih sediaan pil,
ada di sekeliling mereka. Seperti daun 6% responden memilih sediaan tapalan, dan
mengkudu, jahe, hingga daun jambu biji. 44% responden memilih sediaan larutan.
Jarak apotek yang dekat juga menjadi Paling banyak responden menjawab larutan
alasan mereka mengatakan mudah didapat. karena larutan mudah digunakan apalagi
Walaupun belum selaras dengan penelitian untuk anak-anak yang susah untuk menelan
Meryta A yang menyatakan bahwa tablet, bekerja lebih cepat karena langsung
responden paling banyak memilih alasan diabsorpsi tanpa harus melalui tahapan
hemat biaya sebesar 47.52%.(17) disintegragrasi. 6% memilih sediaan tapalan
Pertanyaan nomor 4 lihat pada karena turun menurun dari orang tua para
lampiran. Jawaban tertinggi ialah media responden, dan 2% responden menjawab

5
sediaan pil yaitu dari responden yang mereka. Selaras dengan penelitian
menjawab obat norit. Widayati, A yang menyatakan bahwa
Pertanyaan nomor 7 lihat pada setelah swamedikasi yang dirasakan
lampiran. Sebanyak 96% responden berangsur sembuh atau membaik sebanyak
menjawab segera pergi ke dokter/rumah 63%.(16)
sakit apabila anak mereka belum sembuh 3. Tingkat Pengetahuan Swamedikasi
setalah dilakukan pengobatan sendiri Hasil penelitian yang telah
karena dikhawatirkan semakin parah karena diperoleh menggunakan kuesioner
kondisi yang semakin lemah dan pengetahuan pada 64 responden, 56.25%
dikhawatirkan adanya penyakit penyerta. memiliki pengetahuan baik, 43.75%
Menurut Ode WL, dkk jika swamedikasi memiliki pengetahuan cukup dan 0% yang
tidak berhasil atau belum sembuh maka mamiliki pengetahuan kurang.
harus segera menghubungi tenaga medis Kategori Jumlah Persentase (%)
atau dokter. Karena kemungkinan penyakit
Baik 35 56,25
yang dideritanya merupakan gejala
penyakit yang sangat serius harus melalui Cukup 28 43,75
pengobatan dari dokter.(73) Kurang 0 0
Pertanyaan nomor 8 lihat pada Hasil yang diperoleh apabila
lampiran. Responden dominan menjawab jawaban benar maka diberi nilai 1 dan
pergi kedokter sebanyak 52% apabila jawaban salah diberi nilai 0. Skor
terjadi efek samping setelah melakukan pengetahuan terbagi dalam tiga kategori
pengobatan sendiri karena responden takut yaitu skor >80 maka termasuk baik, bila 60-
anak mereka menderita penyakit yang lebih 80 termasuk cukup atau sedang, dan <60
serius. Namun, selama mengobati anaknya termasuk kurang.(17) Berdasarkan hasil
para responden menjawab anak mereka penelitian bahwa tingkat pengetahuan
tidak pernah mengalami efek samping responden mengenai swamedikasi diare
karena obat yang mereka gunakan sebagian akut oleh ibu-ibu PKK tergolong kategori
besar adalah oralit dan tanaman herbal saja. baik (56,25%) dengan jumlah responden 35
Dalam bukunya Mitchison DA menyatakan dari 64 responden yang memenuhi kriteria
bahwa jika gelaja efek ini bertambah berat, inklusi dan tidak memenuhi kriteria
pasien perlu dirujuk.(22) Penanganan atau eksklusi. Tingkat pengetahuan responden
rujukan yang lama membuat anak tersebut dominan tergolong baik dan tidak ada
dehidrasi berat hingga meninggal dunia. tingkat pengetahuan responden tergolong
Maka dari itu pilihan jawaban yang dipilih kurang karena sering mendapatkan
oleh responden sudah tepat. pelatihan dari tenaga kesehatan. Beberapa
Pertanyaan nomor 9 lihat pada program pemerintah untuk ibu-ibu PKK di
lampiran. Responden dominan menjawab Kecamatan Pontianak Timur juga sudah
sembuh secara bertahap sebanyak 59%. berjalan dengan baik. Contoh program
Berdasarkan hasil penuturan responden saat tersebut adalah pembinaan gerakan PKK di
melakukan penelitian, responden kelurahan. Kegiatan ini biasanya terdiri atas
mengatakan bila melakukan swamedikasi berbagai pelatihan seperti pelatihan dari
tidak membuat langsung sembuh melainkan tenaga kesehatan. Selaras dengan penelitian
bertahap. Mulai dari bibir yang tidak lagi Meryta A, dkk yang menyatakan bahwa
pecah-pecah hingga intensitas buang air tingkat pengetahuan ibu tentang
semakin berkurang, yang artinya oralit swamedikasi diare pada anak di lingkungan
dapat mengatasi dehidrasi pada anak RW 012 perumahan Bekasi Timur Permai

6
Tambun Selatan dikategorikan baik yaitu makanan yang tercemar tidak dapat
sebesar 61,38%.(17) menyebabkan diare sebanyak 62 (95.38%)
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat menjawab benar dan 2 (4.62%) menjawab
bahwa tingkat pengetahuan responden salah. Satu diantara dua responden tersebut
terhadap swamedikasi sudah baik. menuturkan pernah mengonsumsi makanan
Pertanyaan nomor 1, 2, dan 3 merupakan yang bersih tetapi masih terserang diare.
mengenai pengertian swamedikasi dan Padahal tempat ia makan terlihat bersih,
diare. Hampir semua responden menjawab rapi, dan nyaman. Selain pertanyaan
benar pada soal nomor 1. Dari 64 penyebab diare tersebut, alergi terhadap
responden hanya 1 (3.08%) yang menjawab makanan tertentu, tidak tahan susu
salah dan 63 (96.92) yang menjawab benar. merupakan penyebab diare dijawab benar
Sementara yang menjawab salah 33 oleh responden sebanyak 57 (87.69%) dan
(52.31%) dan benar 31 (47.69%) pada soal salah 7 (12.31%). Responden yang
nomor 2. Sedangkan soal nomor 3 menjawab salah ada yang memberikan
menjawab benar 62 (95.38%) dari 64 tanggapan bahwa biasanya bila alergi suatu
responden dan 2 (4.62%) yang makanan yang terjadi adalah gatal bukan
menjawab salah. Namun demikian, bukan diare. Karena itu, responden mengatakan
berarti tingkat pengetahuan responden jawaban yang tepat adalah salah. Jawaban
kurang dalam swamedikasi diare. Dapat yang benar sejalan dengan Depkes RI
kita lihat persentase dari nomor 1 sampai 3 menyatakan bahwa penyebab diare seperti
menjawab benar masih kategori tinggi. Hal alergi terhadap makanan tertentu, tidak
ini karena mereka sering mendapatkan tahan susu (pada orang-orang yang tidak
pelatihan dari petugas kesehatan. Jawaban mempunyai enzim laktase yang berfungsi
yang salah tertinggi hanya nomor 2, karena untuk mencernakan susu)(24)
33 dari 64 responden mengatakan biasanya Pertanyaan nomor 6 merupakan
dalam dua hari saja anak mereka sudah gejala diare. Dari hasil yang diperoleh 47
terlihat parah dan harus dirujuk ke rumah (72.31%) menjawab benar dan 17 (27.69%)
sakit. Sebab itulah, diare akut bukan diare menjawab salah dengan bentuk pertanyaan
yang kurang dari dua minggu menurut rasa haus, mulut terasa kering, mata
pemahaman responden tersebut. Hal ini cekung, merupakan gejala diare. Banyak
tidak selaras dengan teori Lung E responden menjawab benar namun juga
dalam Acute Diarrheal Disease. In: tidak sedikit yang menjawab salah. Mereka
Friedman SL, McQuaid KR “Diare akut belum terlalu memahami tentang gejala
adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba diare. Ketika responden membaca
dan berlangsung kurang dari 14 hari”.(23) pertanyaan tersebut ada yang mengatakan
Pertanyaan nomor 4, 5, dan 7 bahwa gejala ini biasa terjadi pada demam
tentang penyebab diare. Ketika responden tinggi. Anak-anak yang demam biasanya
diberikan pertanyaan bahwa diare mata mereka sembab hingga cekung.
disebabkan oleh beberapa jenis makanan Jawaban benar dari para responden tersebut
dan tingkat kesetresan, maka 11 (18.46%) selaras dengan Depkes RI yang menyatakan
menjawab salah. Penyebabnya adalah bahwa diare akan mengalami dehidrasi
asumsi makanan bukanlah penyebab diare ringan atau sedang seperti gelisah, rewel,
akan tetapi stress yang dapat menjadi mata cekung, mulut kering, sangat haus,
penyebabnya. Namun, dari 64 responden kulit kering, hingga dehidrasi berat, lesu,
tersebut masih 53 (81.54%) yang menjawab tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat
benar. Sementara itu pertanyaan tentang

7
kering, tidak bisa minum, kulit sangat sedang sebesar 70.45% dan kurang
kering.(24) 14.77%.(27)
Pertanyaan 8, 9, dan 10 tentang Pertanyaan nomor 11, 12, dan 13
pencegahan diare. Salah satu langkah untuk tentang obat-obat yang digunakan ketika
pencegahan terjadinya diare yaitu dengan mengalami diare. Pertanyaan nomor 11
mencuci tangan setelah buang air besar dan berisi tentang oralit tidak perlu diberikan
sebelum menyiapkan makanan merupakan sesering mungkin ketika megalami diare.
bentuk pertanyaan nomor 8 dengan 63 Jawaban dari pertanyaan tersebut yang
(96.92%) menjawab benar dan 1 (3.08%) benar adalah salah. Responden yang
menjawab salah. Pertanyaan nomor 9 menjawab benar sebanyak 37 (56.92%) dan
sebanyak 64 (100%) menjawab benar dan 0 salah 27 (43.08%). Banyaknya responden
(0%) menjawab salah dengan pertayaan yang menjawab salah karena menurut
upaya pencegahan diare adalah memasak mereka oralit tidak baik bila diberikan
air sebelum diminum. Seluruh responden terlalu sering tetapi secukupnya saja atau
dalam penelitian ini mengatakan selalu hanya boleh 3x sehari saja. Selain itu
memasak air sebelum diminum untuk mereka juga ada yang menjawab oralit
pencegahan diare. Menurut Mahdi dan hanya perlu dikonsumsi 2-3 kali saja dalam
Stefano salah satu upaya memperkecil sehari seperti obat lainnya. Jawaban benar
risiko terkena penyakit diare, yaitu dalam penelitian ini selaras dengan
pengadaan dan peningkatan kebersihan penelitian Wulandari A yang menyatakan
sarana air bersih sehingga terhindar dari bahwa cairan oralit harus diberikan sesering
kontaminasi agen penyebab penyakit. mungkin untuk mencegah terjadinya
Selain itu, masyarakat harus memasak air dehidrasi.(28) Ketika mengalami diare
minum terlebih dahulu untuk mematikan antibiotik harus selalu diberikan adalah
agen penyebab penyakit yang terdapat pertanyaan nomor 12. Sebanyak 24
dalam air bersih tersebut.(25,26) Sedangkan (36.92%) menjawab benar dan salah 40
pertanyaan nomor 10 ialah memakan (63.08%). Jawaban paling dominan adalah
makanan seperti bubur, roti, dan pisang salah. Hal ini dapat terjadi karena mereka
berangan merupakan hal yang dapat menganggap antibiotik sama dengan oralit.
dilakukan setelah terserang diare. Pernyataan ini selaras dengan penelitian
Responden menjawab benar 56 (86.15%) Widayati A menyatakan bahwa terjadi
dan salah 8 (13.85%). Responden masih persepsi yang salah mengenai penggunaan
ada yang menjawab salah karena menurut antibiotik yang dapat menyembuhkan
mereka makan pisang berangan akan segala penyakit.(16) Sementara itu, nomor
membuat buang air besar semakin 13 berisi Norit (absorben) dapat diberikan
meningkat sehingga mereka menjawab ketika mengalami diare. 64 (100%)
pilihan salah. Hasil jawaban responden responden menjawab benar dan 0 (0%)
yang menjawab benar selaras dengan menjawab salah. Semua responden
penelitian Malikah L, dkk yang menyatakan mengetahui khasiat dari Norit atau biasa
bahwa tingkat pengetahuan pencegahan dan disebut “Pil Hitam”. Hasil ini belum sejalan
penanggulangan diare oleh ibu-ibu terhadap dengan penelitian Supardi yang
anaknya masih kurang seperti pencegahan menyatakan bahwa pengetahuan
yang memiliki pengetahuan sedang sebesar masyarakat mengenai tanda dan golongan
11.36% dan kurang 7.95%. Sedangkan obat masih terbatas.(29) Namun,
penanggulangan tingkat pengetahuan pengetahuan tentang obat oleh responden
dalam penelitian ini sudah baik karena

8
mereka banyak memperoleh berbagai informasi dari tenaga kesehatan.
Karakteristik Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
NO.
1 Usia
26-35 tahun Baik 2 3,12
Cukup 0 0
Kurang 0 0
36-45 tahun Baik 7 10,93
Cukup 15 23,43
Kurang 0 0
45-55 tahun Baik 19 29,68
Cukup 12 18,75
Kurang 0 0
56-65 Baik 7 10,93
Cukup 2 3,12
Kurang 0 0
2 Jenis Pekerjaan
Bekerja Baik 10 15,62
Cukup 5 7,81
Kurang 0 0
Tidak Bekerja Baik 24 37,5
Cukup 25 39,06
Kurang 0 0
3 Tingkat Pendidikan
SD Baik 1 1,56
Cukup 2 3,12
Kurang 0 0
SMP Baik 4 6,25
Cukup 4 6,25
Kurang 0 0
SMA Baik 23 35,93
Cukup 20 31,25
Kurang 0 0
Perguruan Tinggi Baik 7 10,93
Cukup 3 4,68
Kurang 0 0
4. Keterbatasan Penelitian Selain itu, hanya 64 dari 136 yang
Keterbatasan dalam bersedia menjadi responden.
penelitian ini adalah peneliti masih Alasannya karena tidak bersedia,
menyebutkan merek obat dalam tidak memenuhi kriteria inklusi dan
kuesioner. Sebaiknya peneliti hanya ekslusi.
menyebutkan nama zat aktifnya saja.

PENUTUP
Simpulan
1. Hasil gambaran pola swamedikasi diare memperoleh obat dari apotek, 59%
akut yang didapatkan menunjukkan beralasan melakukan swamedikasi
bahwa sebanyak 56% responden karena obatnya mudah didapat, 31%

9
responden mendapatkan sumber 5. Robiyanto, Rosmimi M, Untari EK.
informasi yang berasal dari media Analisis Pengaruh Tingkat Pengetahuan
massa, penggunaan obat untuk diare Masyarakat Terhadap Tindakan
terbanyak oralit 81%, dengan bentuk Swamedikasi Diare Akut di Kecamatan
sediaan larutan 44%. Responden akan Pontianak Timur. Jurnal Pendidikan.
pergi ke dokter/rumah sakit bila belum 2018 Jun; 1: 136.
sembuh dan apabila terjadi efek 6. Shalfiah R. Peran Pemerdayaan
samping setelah melakukan pengobatan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
sendiri masing-masing sebanyak 95% dalam Mendukung Program-program
dan 52%, dan berangsur sembuh setelah Pemerintah Kota Bontang. eJournal
melakukan swamedikasi 59%. Ilmu Pemerintahan. 2013; 1(3).
2. Tingkat pengetahuan baik sebesar 7. Janti S. Analisis Validasi dan
56,25%, cukup sebesar 43,75%, dan Reliabilitas dengan Skala Likert
kurang sebesar 0%. terhadap Pengemangan SI/TI dalam
Saran Penentuan Pengambilan Keputusan
1. Penelitian ini masih dapat Peneraan Strategic Planning pada
dikembangkan lagi dengan melakukan Industri Garmen. SNAST. Nov 2014;
penelitian pada ibu-ibu PKK di seluruh 1979-911X.
kecamatan Kota Pontianak agar dapat 8. Rahardjo S, Gudnanto. Pemahaman
menggambarkan pola swamedikasi dan individu teknik non tes. Jakarta:
tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Prenada Media; 2018. [diakses 29
terhadap swamedikasi diare akut pada Januari 2019]. Tersedia di:
anak di Kota Pontianak. https://books.google.co.id/books?id=Gh
ZNDwAAQBAJ&pg=PA94&dq=kuesi
DAFTAR PUSTAKA oner+merupakan&hl=en&sa=X&ved=0
1. Harahap NA, Khairunnisa, Tanuwijaya ahUKEwjzpKmexvPdAhUOfisKHRhK
J. Tingkat Pengetahuan Pasien dan Dh0Q6AEIHTAA#v=onepage&q=kues
Rasionalitas Swamedikasi di Tiga ioner%20merupakan&f=false.
Apotek Kota Panyabungan. Jurnal Sains 9. Stephany YM, Nurhayati M, Jeannete
Farmasi & Klinis. 2017 May; 3(2): 186- CM. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
187. Diare pada Anak di Puskesmas Bahu
2. Adhikary M, Tiwari P., Singh S, Karoo Manado. eBM. Jul 2013; 1(2).
C. Study of self-medication practices
and its determinant among college 10. Izzatin IAN. Persepsi Pasien terhadap
students of Delhi University North Pelayanan Swamedikasi oleh Apoteker
Campus. International Journal of di Beberapa Apotik Wilayah Surabaya
Medical Science and Public Health. Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
2014. 3(4); 406-409. Universitas Surabaya. 2015; 4(2): 1-15.
3. WHO. Health Topics: Diarrhoe [diakses 11. Notoatmodja S. Ilmu Kesehatan
22 Maret 2019]. Tersedia dari: Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.
Healthcare- Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003.
pharmacist.blogspot.com/2011/05/obat- 12. Restiyono A. Analisis Faktor yang
wajib-apotek-owa.html. Berpengaruh dalam Swamedikasi
4. Mansjoer et al. Bagian Ilmu Kesehatan Antibiotik pada Ibu rumah tangga di
Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid Kelurahan Kajen Kabupaten
I. Jakarta: Infomedika Jakarta; 1998.

10
Pekalongan. Jurnal Promosi Kesehatan STIKES Muhammadiyah terhadap
Indonesia. 2016 Jan; 11(1): 14. Swamedikasi untuk Pengobatan
13. Adikuntati YM. Hubungan Tingkat Penyakit Tidak Menular. JIKI. Des
Pendidikan dan Tingkat Pendapatan 2018; 6(2).
dengan Perilaku Swamedikasi Demam 22. Mitchison DA. Treatment of
oleh Ibu-ibu di Provinsi Daerah Tuberculosis. London: The Mitchell
Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Lecture; 1980.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 23. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In:
2008. Friedman SL, McQuaid KR, Grendell
14. WHO. The Role of Pharmacist to Self- JH, editors. Current Diagnosis and
care and Self-medication. Ganeva: Treatment in Gastroenterology. 2nd
Tersedia di:www/who.int. 1998. edition. New York: Lange Medical
15. Osemene KP, Lamikanra A. A Study of Books; 2003. 131 - 50.
the Prevalence of Self-Medication 24. Departemen Kesehatan Republik
Practice Among University Stundents in Indonesia. Pedoman Penggunaan Obat
Southwestern Nigeria. Tropical Journal Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta:
of Pharmaceutical Research. 2012; Departemen Kesehatan Republik
11(4). Indonesia; 2006.
16. Widayati A. Swamedikasi di Kalangan 25. Madhi, Shabir A. Effect of Human
Masyarakat Perkotaan di Kota Rotavirus Vaccine on Severe Diarrhea
Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik in African Infants. N Engl J Med, 362:
Indonesia. 2013 Des; 2(4): 150. 289-298. 2010.
17. Meryta A, Lisnawati N, Kamalia G. 26. Stefano, Guandalini. Probiotics for
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Prevention and Treatment of Diarrhea.
Swamedikasi Diare pada Anak di Bulan Journal of Clinical Gastroenterology.
Juni 2015. Social Clinical Pharmacy 2011. 45(2).
Indonesia Journal. 2016; 1(1). 27. Malikhah L, Fatimah S, Simangunsong
18. Meriati NEW, Goenawo LR, Wiyono B.Gambaran Pengetahuan dan Sikap
W. Dampak Penyuluhan pada Ibu dalam Pencegahan dan
Pengetahuan Masyarakat terhadap Penanggulangan secara Dini Kejadian
Pemilihan dan Penggunaan Obat Batuk Diare pada Balita di Desa Hegarmanah
Swamedikasi di Kecamatan Jatinango. Universitas Padjadjaran.
Malalayang. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2012; 1(1).
Agust 2012; 2(3). 28. Wulandari A. Penanganan Diare di
19. Depatemen Kesehatan RI. Keputusan Rumah Tangga merupakan Upaya
Menteri Kesehatan Nomor Menekan Angka Kesakitan Diare pada
1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang Anak Balita. Jurnal Health and Sport.
pedoman Pemberantasan Penyakit 2012; 2(5).
Diare. Jakarta; Departemen Kesehatan 29. Supardi S, Notosiswoyo M. Pengobatan
RI; 2003. Sendiri Sakit Kepala, Deman, Batuk
20. Depatemen Kesehatan RI. Buku Saku dan Pilek pada Masyarakat Desa
Petugas Kesehatan; Lintas Diare – Lima Ciwalen, Kecamatan Warungkondang,
Langkah Tuntaskan Diare. Jakarta: Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Departemen Kesehatan RI; 2011. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2005; vol.
21. Ode WL, Fatah AH, Samad AF. 2: 133-134.
Tingkat Pengetahuan CIvitas Akademik

11
Lampiran
Hasil Pola Swamedikasi Diare Akut
Jumlah
NO Pertanyaan %
(N=64)
Apabila anak anda diare apakah yang Anda
1 lakukan?
a. Membiarkan sampai sembuh 0 0
b. Pergi ke dukun/paranormal 0 0
c. Mengobati sendiri 34 53
d. Pergi ke puskesmas/rumah sakit/klinik/ke
dokter 30 47
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 0 0
2 Dimanakah Anda memperoleh obat diare?
a. Toko Obat 5 8
b. Supermarket 0 0
c. Apotek 36 56
d. Ke dokter 14 22
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 9 14
Apakah alasan Anda melakukan swamedikasi diare
3 akut kepada anak Anda?
a. Ragu terhadap penanganan tenaga medis 0 0
b. Hemat biaya 5 8
c. Jarak yang terlalu jauh 5 8
d. Mudah didapat 38 59
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 16 25
Dari manakah Anda memperoleh sumber informasi
4
mengenai swamedikasi diare akut?
a. Media massa 20 31
b. Dokter 19 30
c. Apoteker 0 0
d. Teman atau tetangga 9 14
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 15 23
Obat yang digunakan ketika anak Anda diare
5 adalah?
a. Oralit 52 81
b. Entrostop Anak 7 11
c. Norit 1 2
d. L-Bio 0 0

12
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 4 6
Apa bentuk sediaan (obat) yang digunakan untuk
6 mengobati diare pada anak anda?
a. Tablet 0 0
b. Sirup 7 11
c. Kapsul 0 0
d. Serbuk 24 37
e. Pil, atan lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari
satu) 33 52
Apabila pengobatan sendiri yang Anda lakukan
7 terhadap anak Anda belum sembuh, apa yang anda
lakukan?
a. Segera pergi ke dokter/rumah sakit 61 96
b. Pergi ke dukun/paranormal 0 0
c. Akan berswamedikasi lagi 0 0
d. Pijat, kerokan, istirahat, tunggu sembuh 1 2
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 1 2
Tindakan apa yang Anda lakukan jika terjadi efek
samping pada anak Anda setelah meminum obat
8 tersebut?
a. Segera menghentikan pemakaian 28 44
b. Membiarkan saja 0 0
c. Pergi ke dokter 33 52
d. Mengganti dengan obat lain 2 3
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 0 0
Setelah menggunakan obat diare, apakah yang
9 anak Anda rasakan?
a. Sembuh secara bertahap 37 58
b. Rasa sakit berkurang 19 30
c. Segera sembuh 6 9
d. Tidak mengurangi rasa sakit 1 2
e. Lain-lain (sebutkan, boleh lebih dari satu) 0 0

13

Anda mungkin juga menyukai