Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pelayanan Informasi Obat
a. Definisi
PIO (pelayanan informasi obat) adalah kegiatan penyediaan
dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen,
akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien,
masyarakat maupun pihak yang memerlukan (Abdulkadir, 2012).
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep,
Obat bebas dan herbal (Permenkes, 2014).
b. Tujuan PIO
Tujuan PIO menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut:
1) Menunjang ketersediaan informasi dalam rangka penggunaan
obat yang rasional dan berorientasi kepada pasien.
2) Menyediakan dan memberikan infomasi obat kepada pasien dan
tenaga kesehatan lainnya.
3) Menyediakan informasi untuk kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat.
c. Sasaran PIO
Sasaran informasi obat menurut Abdulkadir (2012) adalah
sebagai berikut:
1) Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, Perawat, bidan,
asisten apoteker, dll.
2) Pihak lain: manajemen, tim/kepanitiaan klinik.

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
3) Pasien dan atau keluarga pasien.
d. Manfaat PIO
Manfaat PlO menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut:
1) Bagi staf farmasis : citra farmasis meningkat, kepuasan kerja
meningkat, mendukung kegiatan farmasi.
2) Bagi pasien : kesalahan penggunaan obat menurun, efek obat
yang tidak diinginkan menurun.
3) Bagi dokteri, paramedis dll : meningkatkan penggunaan obat
yang rasional, menj amin keamanan dan efektifitas pengobatan.
membantu pemecahan masalah.
e. Kegiatan PIO
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik
dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga,
sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain (Permenkes, 2014).
Menurut pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas, informasi
obat yang diperlukan pasien adalah (Permenkes, 2014) :
1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan
dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau
sesudah makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau
harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat
antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya
resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk
sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,
suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi
(Permenkes, 2014):
1) menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
2) membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan).
3) memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
4) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi.
5) melakukan penelitian penggunaan Obat.
6) membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.
7) melakukan program jaminan mutu.
2. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan lain sebagainya). Kemampuan pengetahuan
(knowledge) merupakan hasil dari tahu melalui penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu dan sangat penting terhadap
terbentuknya tindakan seseorang (Taufik, 2007).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga,
dan alat indera lainnya. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior) (Pulungan, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus
mengacu pada tiga jenis ranah yaitu kognitif, efektif dan
psikomotorik. Selanjutnya dikatakan bahwa pengetahuan yang

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010), yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan menjelaskan sacara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi dengan benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan
responden menjadi salah satu faktor yang menentukan prilaku
seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan manusia deperoleh
melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain,
media massa maupun lingkungan. Sebelum orang berprilaku ia

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
harus terlebih dahulu tahu apa manfaat prilaku tersebut bagi
dirinya maupun keluarganya (Notoatmodjo, 2003).
c. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain.
2) Umur
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
3) Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.

4) Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengethuan seseorang, misalnya radio, televisi,
majalah, koran, dan buku-buku.
5) Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap
pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan
cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau
membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
6) Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
d. Pengukuran Pengetahuan

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang
yang bersangkutan mengungkapkan hal – hal yang diketahuinya
dalam bentuk jawaban maupun tulisan. Bentuk pengukurannya dapat
dilakukan dengan wawancara/angket yang menyatakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian/ responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo,2003).
Menurut Arikunto (2006) skala yang digunakan untuk
mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/ peringkat
pengetahuan dituliskan dalam bentuk presentasi, yaitu:
1) Baik : >75%
2) Cukup : 60% - 75%
3) Kurang : <60%

3. Kepatuhan Minum Obat


a. Definisi
Kepatuhan adalah taat mengikuti suatu rangkaian tindakan
yang di anjurkan atau yang diusukan oleh tenaga kesehatan pada
seseorang (Albery, 2011). Dalam pengertian lain disebutkan oleh
Smet (1994) dalam Supadmi (2012) bahwa kepatuhan merupakan
tingkat kepatuhan pasien sesuai dengan ketentuan yang disarankan
oeh tenaga kesehatan professional.
Kepatuhan minum obat diartikan sebagai perilaku pasien yang
mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga
medis dalam mengkonsumsi obat, meliputi keteraturan, waktu dan
cara minum obat. Penilaian terhadap kepatuhan diperoleh dari total
skor keteraturan, waktu dan cara minum obat (Oktaviani, 2011).
b. Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Angka kejadian kepatuhan berobat sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain kronisitas penyakit, frekuensi pemberian

10

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
obat, harga obat, bentuk obat, daya ingat pasien, informasi, serta
interaksi antara dokter dan pasien.Beberapa peneliti melaporkan
adanya hubungan erat antara kepatuhan pasien berobat dengan
beberapa faktor lainnya seperti hubungan antara dokter dan pasien,
derajat berat penyakit, rasa obat, efek samping obat, lupa, asuransi
kesehatan, dan jenis antibiotik yang dipakai (Wibowo dan Soepardi,
2008).
c. Cara mengukur kepatuhan
Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk mengukur
kepatuhan, yaitu (Putri, 2012).
1) Metode langsung
Dilakukan dengan observasi pengobatan secara langsung,
mengukur konsentrasi obat dan metabolismenya dalam darah.
Namun, biaya yang digunakan sangat mahal.
2) Metode tidak langsung
Dilakukan dengan menanyakan pasien tentang cara pasien
menggunakan obat, menilai respon klinik, melakukan
penghitungan obat (pill count), dan mengumpulkan kuesioner
kepada pasien.
Menurut Jasti, et al., (2005) dalam Pratiwi (2011), cara
menghitung jumlah sisa tablet secara langsung dan menghitung
tingkat kepatuhan pasien dengan menggunakan rumus :

Kepatuhan =

Keterangan:
a) Patuh : 70-100%
b) Tidak patuh : < 70 %

4. Antibiotik
a. Definisi
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, atau yang diproduksi seluruh atau sebagian nya secara

11

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
sintesis kimia, yang dalam konsentrasi kecil dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain (Wibowo, 2012).
Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik
sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu
macam organisme, terutama fungi, yang menghambat pertumbuhan
atau membunuh organisme yang lain (Febiana, 2012).

b. Penggolongan Antibiotik
Penggolongan antibiotik menurut Febiana (2012) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Berdasarkan struktur kimia antibiotik
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Golongan Aminoglikosida, antara lain amikasin, dibekasin,
gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin,
sisomisin, streptomisin,tobramisin.
b) Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan karbapenem
(ertapenem,imipenem, meropenem), golongan sefalosporin
(sefaleksin, sefazolin,sefuroksim, sefadroksil, seftazidim),
golongan beta-laktam monosiklik,dan golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu
agenantibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis
Penicilliumchrysognum.
c) Golongan Glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin,
ramoplanindan dekaplanin.
d) Golongan Poliketida, antara lain golongan makrolida
(eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),
golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e) Golongan Polimiksin, antara lain polimiksin dan kolistin.

12

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
f) Golongan Kinolon (fluorokinolon), antara lain asam
nalidiksat,siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin.
g) Golongan Streptogramin, antara lain pristinamycin,
virginiamycin,mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
h) Golongan Oksazolidinon, anatara lain linezolid.
i) Golongan Sulfonamida, antara lain kotrimoksazol dan
trimetoprim.
j) Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol,
klindamisin dan asam fusidat.
2) Berdasarkan toksisitas selektif
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang
bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid. Agen
bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan
agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya
tidak penting secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu
terlibat dalam eliminasi akhir patogen bakteri. Pengecualiannya
adalah terapi infeksi pada pasien immunocompromised dimana
menggunakan agen-agen bakterisida. Kadar minimal yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau
membunuhnya, masing – masing dikenal sebagai kadar hambat
minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotik
tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi
bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi
KHM.
3) Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik
Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri,
antibiotik dikelompokkan sebagai beirkut:
a) Inhibitor sintesis dinding sel bakteri
Memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim
dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding

13

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
sel. Contohnya antara lain golongan β-Laktam seperti
penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan
inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin,
basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.
b) Inhibitor sintesis protein bakteri
Memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan
cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel
normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat-
obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri
seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin,
klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.
c) Menghambat sintesa folat
Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti
sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat
mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat
dari PABA (asam paraaminobenzoat), pteridin, dan glutamat.
Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin dan
kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu
target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa
antimikroba.
d) Mengubah permeabilitas membran sel
Memiliki efek bakteriostatik dan bakteriostatik dengan
menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena
hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis.
Obat- obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin,
amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.
e) Mengganggu sintesis DNA Mekanisme kerja ini terdapat
pada obat-obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat (DNA)
girase sehingga mengahambat sintesis DNA. DNA girase
adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan

14

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA
sehingga menghambat replikasi DNA.
f) Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
4) Berdasarkan aktivitas antibiotik
Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Antibiotika spektrum luas (broad spectrum)
Contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif
terhadap organisme baik gram positif maupun gram negatif.
Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk
mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum
diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.
b) Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum)
Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis
organisme. Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai
untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram
positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat
selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan
organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum
luas.
5) Berdasarkan pola bunuh antibiotik
Terdapat 2 pola bunuh antibiotik terhadap kuman yaitu:
a) Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan
menghasilkan dayabunuh maksimal jika kadarnya
dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat Minimal
kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin,sefalosporin,
linezoid, dan eritromisin.
b) Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik
akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya
relatif tinggi ataudalam dosis besar, tapi tidak perlu
mempertahankan kadar tinggi ini dalamwaktu lama.

15

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
Contohnya pada antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon,
dan ketolid.
c. Resistensi Antibiotika
Kejadian resistensi terhadap penicilin dan tetrasiklin oleh
bakteri patogen diare dan Neisseria gonorrhoeae telah hampir
mencapai 100% di seluruh area di Indonesia. Resistensi terhadap
antibiotik bisa di dapat atau bawaan. Pada resistensi bawaan, semua
spesies bakteri bisa resisten terhadap suatu obat sebelum bakteri
kontak dengan obat tersebut. Yang serius secara klinis adalah
resistensi yang di dapat, dimana bakteri yang pernah sensitif
terhadap suatu obat menjadi resisten. Resistensi silang juga dapat
terjadi antara obat-obat antibiotik yang mempunyai kerja yang
serupa seperti penisilin dan sefalosporin. Mekanisme yang
bertanggung jawab untuk resistensi terhadap suatu antibiotika adalah
menginaktivasi enzim yang merusak obat, mengurangi akumulasi
obat, perubahan tempat ikatan, perkembangan jalur alternatif
metabolik.
Populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang
berkembang dengan beberapa cara :
1) Seleksi
Dalam suatu populasi akan terdapat beberapa bakteri
dengan resistensididapat. Kemudian obat mengeliminasi
organisme yang sensitif, sedangkanbakteri yang resisten
mengalami proliferasi
2) Resistensi yang ditransfer
Gen yang mengkode mekanisme resistensi ditransfer dari
satu organisme ke organisme lain. Akumulasi dari penggunaan
antibiotik pada suatu komunitas yang terlalu seringdapat
memicu terjadinya resistensi bakteri yang di dapat terhadap
suatu antibiotik.

16

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
Berikut ini merupakan faktor – faktor yang memudahkan
berkembangnya resistensi di klinik:
a) Penggunaan antibiotik yang sering.
b) Penggunaan antibiotik yang irasional.
c) Penggunaan antibitoik baru yang berlebihan.
d) Penggunaan antibiotik untuk jangka waktu yang lama
memberi kesempatan bertumbuhnyakuman yang lebih
resisten (fisrt step mutant).
e) Penggunaan antibiotik untuk ternak. Kadar antibiotik yang
rendah sebagai suplemen pada ternak
memudahkantumbuhnya kuman – kuman resisten.
f) Beberapa faktor lain yang berperan terhadap
berkembangnya resistensi ialahkemudahan transportasi
modern, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisirumah
yang tidak memenuhi syarat.

B. Kerangka Teori

Informasi Obat

(Dari Puskesmas)

Pengetahuan Tentang
Antibiotik

Mempengaruhi sikap dan


perilaku seseorang

Kepatuhan Minum
Obat

Gambar 1. Kerangka Teori. Modifikasi dari Albbery (2011), Notoatmojo


(2007),dan Taufik (2007).

17

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016
C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Pengetahuan Tentang
Informasi Obat Antibiotik

(dari Puskesmas)
Kepatuhan
Penggunaan Antibiotik
Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis
Secara umum hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih
lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis
tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data
empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Biasanya hipotesis
terdiri atas pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara
dua variabel, yakni variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas merupakan variabel
penyebabnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan
variabel akibat atau terpengaruh (Hidayat, 2011).
Ha : ada hubungan antara Informasi obat terhadap pengetahuan dan
kepatuhan penggunaan obat antibiotik di Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas Tahun 2014.

18

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Anda mungkin juga menyukai