BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan.
Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh
kesehatannya kembali. Pilihan untuk mengupayakan kesembuhan dari suatu
penyakit antara lain adalah dengan berobat ke dokter atau mengobati diri
sendiri. Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 tentang
Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat
Bagi Tenaga Kesehatan bahwa swamedikasi merupakan upaya yang paling
banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit sebelum
mencari pertolongan dari tenaga kesehatan.(Aziz, 2020)
Banyaknya obat-obatan yang dijual di pasaran memudahkan
seseorang melakukan pengobatan sendiri terhadap keluhan penyakitnya,
karena relatif lebih cepat, hemat biaya, dan praktis tanpa perlu periksa ke
dokter. Namun untuk melakukan pengobatan sendiri dibutuhkan informasi
yang benar agar dapat dicapai mutu pengobatan sendiri yang baik, yaitu
tersedianya obat yang cukup dengan informasi yang memadai akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami.
Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat
yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat,
tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya
interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi. Dalam praktiknya, kesalahan
penggunaan obat dalam swamedikasi ternyata masih terjadi, terutama karena
ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila kesalahan terjadi terus-menerus
dalam waktu yang lama, dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko pada
kesehatan (Aziz, 2020).
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014
menunjukkan bahwa presentase penduduk yang melakukan swamedikasi atau
pengobatan diri sendiri akibat keluhan kesehatan yang dialami sebesar
61,05%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi di Indonesia
masih cukup besar. Alasan masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi
atau peresepan sendiri karena penyakit dianggap ringan (46%), harga obat
yang lebih murah (16%) dan obat mudah diperoleh (9%) (Statistik, 2016).
Antipiretik digunakan untuk membantu mengembalikan suhu set
point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan
prostaglandin E2, yang distimulasi oleh pirogen endogen pada hipotalamus.
Obat ini menurunkan suhu tubuh hanya pada keadaan demam namun
pemakaian obat golongan ini tidak boleh digunakan secara rutin karena
bersifat toksik. Efek samping yang sering ditimbulkan setelah penggunaan
antipiretik adalah respon hemodinamik seperti hipotensi, gangguan fungsi
hepar dan ginjal, oliguria, serta retensi garam dan air (Lastari, 2020).
Menurut data, demam menjadi salah satu keluhan yang sering diatasi oleh
masyarakat secara swamedikasi. Tingginya upaya masyarakat dalam
mengatasi demam ditunjukkan berdasarkan data 19-30% kunjungan ke dokter
dengan keluhan demam (Qommarudin et al., 2016)
Pengetahuan dan wawasan yang luas pada umumnya sangat
diperlukan karena sangat berpengaruh dalam penerimaan informasi, dalam
hal ini seseorang dapat mengatasi secara aktif penyakit yang terjadi pada
dirinya maupun keluarganya, efek dari pengetahuan yang kurang akan
berdampak pada perilaku pengobatan yang tidak rasional, sehingga
mengakibatkan kurangnya kualitas dari pengobatan tersebut.
Oleh karena itu peneliti melakukan survey awal sebanyak 20 orang di
salah satu Apotek di makassar yaitu Apotek Al Azzura Farma, dari hasil
survey tersebut banyaknya ditemukan kasus swamedikasi dalam pengobatan
penyakit antipiretik. Diantaranya seorang pasien yang datang ke apotek
membeli obat antipiretik sesuai dengan pengalaman dan informasi yang
didapatkan dari keluarga atau kerabat, mengenai informasi yang tidak tepat
dalam penyampaian aturan pemakaian obat antipiretik, dimana jika
penggunaan obat antipiretik digunakan secara terus menerus hingga obat
habis walau gejala demam hilang atau sembuh akan menimbulkan sifat toksik
dalam tubuh.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tersebut dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat dalam melakukan swamedikasi obat antipiretik di Apotek Al
Azzura Farma, serta belum adanya penelitian mengenai tingkat pengetahuan
swamedikasi antipiretik di Apotek tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat yang melakukan
swamedikasi antipiretik di apotek Al- Azzura Farma Makassar ?
C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat dalam melakukan swamedikasi antipiretik di Al- Azzura Farma
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini , yaitu :
1. Sebagai upaya agar dapat mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat
dalam hal swamedikasi antipiretik.
2. Menambah wawasan bagi peneliti tentang pegobatan secara swamedikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman teoritis dan praktis (know-how)
yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat
penting bagi intelegensia orang tersebut. Pengetahuan dapat disimpan
dalam buku, teknologi, praktik, dan tradisi. Pengetahuan yang disimpan
tersebut dapat mengalami transformasi jika digunakan sebagaimana
mestinya. Pengetahuan berperan penting terhadap kehidupan dan
perkembangan individu, masyarakat, atau organisasi (Sanifah, 2018)
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang,
semakin bertambahnya usia maka semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola fikir seseorang. Setelah melewati usia madya
(40-60 tahun), daya tangkap dan pola fikir sesorang akan menurun
(Sanifah, 2018).
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat menentukan tingkat kemampuan
seseorang dalam memahami dan menyerap pengetahuan yang
telah di peroleh. Umumnya, pendidikan mempengaruhi suatu
proses pembelajaran, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin baik tingkat pengetahuannya (Sanifah, 2018).
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu proses dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang telah di peroleh dalam memecahkan masalah
yang di hadapi saat masa lalu dan dapat di gunakan dalam upaya
memperoleh pengetahuan (Sanifah, 2018).
d. Social ekonomi atau pekerjaan
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
disesuaiakn dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut
pengetahuan yang dimiliki harus di pergunakan semaksimal
mungkin, begitu pula dalam mencari bantuan kesarana kesehatan
ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan (Aziz, 2020)
B. Swamedikasi
a. Tinjauan Swamedikasi
Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan bagian dari
upaya masyarakat dalam menjaga kesehatannya sendiri. Pada
pelaksanaanya, swamedikasi atau pengobatan sendiri dapat menjadi
masalah terkait obat (Drug Related Problem) akibat terbatasnya
pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya (Sasmita, 2018)
Swamedikasi atau pengobatan secara mandiri adalah salah satu
upaya untuk pemilihan dan penggunaan obat oleh seseorang untuk
mengobati penyakit atau gejala penyakit yang dirasakan. Swamedikasi
merupakan plihan pertama dari 60% masyarakat dalam mengatasi
permasalahan kesehatan yang dialami, dan lebih dari 80% yang
melakukan swamedikasi menggunakan obat modern. Swamedikasi akan
memberikan manfaat dan keuntungan jika dilakukan secara benar dan
tepat. Untuk dapat melakukan swamedikasi dengan benar maka gejala
penyakit dan informasi terkait obat perlu dipahami terlebih dahulu.
Informasi terkait obat yang perlu dipahami meliputi : jenis obat, kegunaan
obat, cara penggunaan, aturan penggunaan, lama penggunaan, efek
samping obat, dan kontra indikasi obat. Swamedikasi dapat dilakukan
masyarakat dengan bantuan seorang Apoteker di Apotek (Titien Siwi
Hartayu, Yosef Wijoyo, 2018)
Ketika pasien atau konsumen memilih untuk melakukan
pengobatan sendiri atau swamedikasi, ada beberapa hal yang perlu untuk
diperhatikan agar pengobatan sendiri tersebut dilakukan dengan tepat dan
bertanggung jawab, antara lain (Aziz, 2020) :
1. Pada pengobatan sendiri, pasien bertanggung jawab terhadap obat
yang digunakan. Oleh karena itu sebaiknya baca label obat secara
seksama dan teliti.
2. Jika pasien memilih untuk melakukan pengobatan sendiri maka ia
harus dapat :
a. Mengenali gejala yang dirasakan.
b. Menentukan apakah kondisi mereka sesuai untuk melakukan
pengobatan sendiri atau tidak.
c. Memilih produk obat yang sesuai dengan kondisinya.
d. Mengikuti instruksi yang sesuai pada label obat yang
dikonsumsi.
3. Pasien juga harus mempunyai informasi yang tepat mengenai obat
yang mereka konsumsi. Konsultasi dengan dokter merupakan pilihan
terbaik bila dirasakan bahwa pengobatan sendiri atau swamedikasi
yang dilakukan tidak memberikan hasil dengan apa yang diharapkan.
4. Setiap orang yang melakukan swamedikasi harus menyadari
kelebihan dan kekurangan dari pengobatan sendiri yang dilakukan
Kecenderungan swamedikasi yang masih tinggi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya persepsi masyarakat mengenai penyakit
ringan, harga obat yang relatif lebih murah, serta kepraktisan dalam
penggunaan obat-obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit
ringan dengan penanganan sendiri menggunakan obat-obat yang dapat
dibeli tanpa resep dokter. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan saat terapi swamedikasi pasien yaitu perilaku swamedikasi
di kalangan masyarakat (Jayanti et al., 2020)
C. Anti Piretik
a. Tinjauan Antipiretik
Antipiretik ialah golongan obat yang bisa menurunkan
temperatur badan. Golongan obat yang termasuk antipiretik diantaranya
yaitu acetaminophen, ibuprofen, serta aspirin. mekanisme kerja
antipiretik dengan memblokade produksi prostaglandin yang berperan
sebagai penginduksi suhu pada termosfat. Obat-obatan antipiretik banyak
dikonsumsi masyarakat untuk menurunkan demam, salah satu obat yang
seringkali dipergunakan yaitu parasetamol. Parasetamol bekerja pada
tubuh dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai
akibatnya dapat menurunkan demam. tetapi, Bila obat sintetik tersebut
terus dikonsumsi pada jangka panjang mengakibatkan efek samping
dalam tubuh. termofat (Sapti, 2019)
Menurut Husori, D.I., 2016 obat yang dapat menurunkan suhu
demam kembali ke suhu normal bekerja melalui penghambatan enzim
siklooksigenase-2 pada susunan saraf pusat sehingga dapat mencegah
terjadinya konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin yang
merupakan perantara demam. prosedur aksi antipiretik ialah dengan
memblokade produksi prostaglandin yang berperan menjadi penginduksi
suhu pada termostat hipotalamus (Rahayu & Andini, 2019).
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
untuk mengetahui pengetahuan masyarakat yang melakukan swamedikasi
obat antipiretik dengan membuat penelitian berdasarkan kuesioner melalui
media Google form.
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Makassar, mulai dari bulan Januari – Juni
tahun 2021.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
a. Usia 17 – 40 tahun
b. Pengunjung yang melakukan swamedikasi di Apotek Al Azzura
Farma
c. Mengetahui obat apa saja yang termasuk dalam obat antipiretik
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yaitu statistik deskriptif (analisis univariat)
menggunakan skala Guttman. Pertanyaan disusun berdasarkan item
pernyataan yang berkaitan dengan hal apa saja yang perlu diketahui saat
melakukan swamedikasi antipiretik. Kuesioner untuk pernyataan
pengetahuan terdapat 15 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban “benar” dan
jawaban “salah” dengan pertimbangan sederhana, mudah dipahami dan
dikerjakan oleh responden dengan melalui media Google from. Tiap
pertanyaan ditentukan jenis pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negative (unfavorable) untuk variasi jawaban tiap pernyataan.
Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan skala
Guttman :
Skor untuk jawaban yang benar :1
Skor untuk jawaban yang salah :0
Rumus yang digunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang
didapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013), yaitu :
Jumlah nilai yang benar
Presentase x 100 %
Jumlah Soal
mencari persentasi subjek sesuai dengan tingkat pengetahuan yang
dikelompokkan, yaitu (Natalia et al., 2020):
1. Pengetahuan tinggi : > 80%
2. Pengetahuan sedang : 60 – 79%
3. Pengetahuan rendah : < 60%
E. Definisi Operasional
SKEMA PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT YANG MELAKUKAN
ANTIPIRETIK DI APOTEK AL AZZURA FARMA MAKASSAR
A. Karakteristik Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Pertanyaan Pembuka
1. Pernahkah anda meminum obat yang dibeli tanpa resep dokter ?
Ya
Tidak
Keterangan :
Kategori tinggi : Dapat menjawab dengan tepat 8-10 point pertanyaan
Kategori sedang : Dapat menjawab dengan tepat 4-7 point pertanyaan
Kategori rendah : Dapat menjawab dengan tepat 0-3 point pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA