Anda di halaman 1dari 20

MUTU LAYANAN KEBIDANAN & KEBIJAKAN

KESEHATAN
“KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN”

DOSEN PENGAMPUH : TIM DOSEN : NURDIANA LANTE, S.ST, M. Kes

DI SUSUN

OLEH :

KELOMPOK I

1. ALLYSA RASYA SAFITRI 6. DESIYANTI FOKATEA


2. ANDINI SANGADJI 7. DEWI UTARI FABANYO
3. ASRIANTY M. APANG 8. ERIKA SAFITRI
4. ASTRI PUJI RAHAYU 9. ENDRI M. HI. ILYAS
5. AYU AZIMA SYAH 10. JAMILA ISMAIL

KELAS/SEMESTER : VA/V (LIMA)

PRODI D-III KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES TERNATE


T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan dengan
materi “Konsep Dasar Mutu Layanan Kebidanan”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.  

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
didalamnya. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran dari pembaca.

                                                                                                               
Ternate, September 2020

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4

C. TUJUAN.....................................................................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6

A. PENGERTIAN JAMINAN MUTU.............................................................................................6

B. TUJUAN JAMINAN MUTU......................................................................................................7

C. DIMENSI MUTU........................................................................................................................8

D. INDIKATOR JAMINAN MUTU..............................................................................................10

E. MODEL JAMINAN MUTU......................................................................................................13

F. MANFAAT PROGRAM JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN...............................13

G. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN JAMINAN MUTU..........................................................15

BAB III......................................................................................................................................................19

PENUTUP.................................................................................................................................................19

A. KESIMPULAN.........................................................................................................................19

B. SARAN.....................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat
memuaskan pasien. Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan.

Pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya. Rosemary E. Cross mengatakan
bahwa secara umum pemikiran tentang kualitas sering dihubungkan dengan kelayakan, kemewahan,
kecantikan, nilai uang, kebebasan dari rasa sakitdan ketidaknyamanan, usia harapan hidup yang panjang,
rasa hormat, kebaikan.

Pelayanan kesehatan adalah Setiap upaya yang di selenggarakan secara sendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk


mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa,
termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu
dilakukan terus menerus.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat
dilaksanakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian jaminan mutu ?
2. Apa tujuan jaminan mutu ?
3. Apa dimensi mutu ?
4. Apa indikator jaminan mutu ?
5. Apa model jaminan mutu ?
6. Apa manfaat program jaminan mutu layanan kesehatan ?
7. Apa tahap-tahap pelaksanaan jaminan mutu ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian jaminan mutu.
2. Mengetahui tujuan jaminan mutu.
3. Mengetahui dimensi mutu.
4. Mengetahui indikator jaminan mutu.
5. Mengetahui model jaminan mutu.
6. Mengetahui manfaat program jaminan mutu layanan kesehatan.
7. Mengetahui tahap-tahap pelaksanaan jaminan mutu.
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JAMINAN MUTU
Mutu pelayanan kesehatan sangat melekat dengan faktor- faktor subjektivitas individu yang
berkepentingan dalam pelayanan kesehatan, seperti pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi
layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah sehingga akan membentuk pendangan yang
bereda dalam definisi mutu pelayanan kesehatan.

Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

Definisi mutu menurut pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (total quality management)
adalah sebagai berikut:

1. Menurut Juran (V. Daniel Hunt, 1993:32), mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk
(fitneess for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2. Crosby (1979:58) menyatakan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan
yang disyaratkan atau di standarkan.
3. Menurut Deming (1986:7), mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
4. Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja,
proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen.
5. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan kepuasan pelanggan (ASQC dalam
Wijoyo,1999).
6. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang dihasilkan,
didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan
para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Din ISO 8402, 1986).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah
kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan klien/konsumen/pasar atau melebihi harapan.

Meskipun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun dari definisi di atas
dapat diambil beberapa elemen sebagai berikut:

a. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam pelayanan kesehatan.
b. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah

Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya dalam tiga
kegiatan:

a. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk sesuai
kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi
b. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara kinerja aktual
dan tujuan.
c. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya
peningkatan mutu.

Dari beberapa pengertian diatas, segeralah mudah dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat
diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat
kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan
terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah
mudah, penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan tersebut bersifat multidimensional. Tiap
orang, tergantung dari latar belakang dan kepentingan masingmasing dapat saja melakukan penilaian
dari dimensi yang berbeda. Misalnya penilaian dari pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu
yang dianut ternyata sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupun dengan
penyandang dana pelayanan kesehatan.

B. TUJUAN JAMINAN MUTU


Tujuan jaminan mutu layanan kesehatan dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Tujuan Umum :
Tujuan umum program Jaminan Mutu adalah meningkatkan mutu layanan kesehatan yang
diselenggarakan.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan khusus program Jaminan Mutu layanan kesehatan dapat dibedakan atas lima macam
yaitu :
a. Diketahui masalah mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan.
b. Diketahui penyebab munculnya masalah mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan.
c. Tersusunnya upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah mutu layanan kesehatan
yang ditemukan.
d. Terselenggaranya upaya penyelesaian dan upaya masalah mutu layanan kesehatan yang
ditemukan.
e. Tersusunnya saran dan tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu layanan kesehatan
yang diselenggarakan.

C. DIMENSI MUTU
1. Dimensi Kompetensi Teknik

Dimensi kompetensi menyangkut ketrampilan, kempuan, penampilan atau kinerja pemberi


layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan
mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan,
kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat mengakibatkan
berbagai hal, mulai dari penyimpanan kecil terhadap standar layanan kesehatan sampai dengan
kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.

2. Dimensi Keterjangkauan (Akses)

Dimensi keterjangkauan menyangkut geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses
geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan atau
hambatan fisisk lain yang dapat menghalangi seseorangmemperoleh layanan kesehatan. Akses sosial
atau budaya berhubungan dengan dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial
atau nilai budaya, kepercayaan dan perilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan
membayar biaya layanan kesehatan. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan kesehatan itu diatur
hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen. Akses bahasa,
artinya pasien harus dilayani dengan mengunakan bahasa atau dialek yang dapat dipahami oleh
pasien.

3. Dimensi Efektifitas

Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang
ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembangmeluasnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan
kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat,
konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya standar layanankesehatan disusun pada
tingkat organisasi yang lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu
harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi. Dimensi efektifitas berhubungan erat
dengan dimensi kompetensi teknis terutama dalam pemilihan altematif dalam menghadapi relative
risk dan ketrampilan dalam mengiikuti prosedur yang terdapat dalam standar layanan kesehatan.
4. Dimensi Efisiensi

Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi kesehatan sangat
penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak
pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efisien umumnya berbiaya mahal, kurang
nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama dan menimbulkan resiko yang lebih besar pada pasien.
Dengan melakukan analisis efisiensi ddan efektivitas kita dapat memilih intervensi yang paling
efisien.

5. Dimensi Kesinambungan

Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai dengan
kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapiyang
tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya. Karena
riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat tan terkini, layanan kesehatan
rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu dan tempatnya.

6. Dimensi Keamanan

Dimensi pelayanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi pasien, pemberi layanan
maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutuharus aman dari risiko cidera,
infeksi, efek samping atau bahaya lain. Oleh karena itu harus aman dari risiko yang akan menjamin
keamanan kedua belah pihak.

7. Dimensi Kenyamanan

Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan, tetapi
mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobatkembali
ke tempat tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap
organisasi layanan kesehatan.

8. Dimensi Informasi

Layanan kesehatn yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa,
siapa, kapan, dimana dan bagaimanalayanan kesehatanitu akan atau telah dilaksanakan .dimensi
informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.
9. Dimensi Ketepatan Waktu

Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi
layanan yang tepat, mengunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien).

10. Dimensi Hubungan Antar Manusia

Hubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan (provider) dengan
pasien atau masyarakat (konsumen), antara sesame pemberi layanan kesehatan, antara atasan-
bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM, masyarakat dan lain-
lain. Hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara
saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsive, memberi perhatian, dan lain-
lain.

D. INDIKATOR JAMINAN MUTU


Disiplin dalam pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang sesuai
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi.

Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang


memuaskan harapan dan kebutuhan masyarakat melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi
pelayanan dan kebutuhan pemberi pelayanan, pada institusi pelayanan yang diselenggarakan
secara efisien. Interaksi ketiga pilaar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan
seimbang, merupakan panduan dari ketiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang
memuaskan

Indikator utama untuk mengetahui standar rumah sakit adalah kepuasan pasien terhadap
pelayanan dari rumah sakit. Pelayanan yang baik dari suatu rumah sakit akan membuktikan
rumah sakit tersebut bermutu baik. Ini dapat dilihat dari penanganan pasien yang cepat, tepat,
dan ramah tamah dari petugas kesehatan.

1. Pengertian Indikator

Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara lain :

a. Indikator adalah pengukuran tidak lansung suatu peristiwa atau kondisi. (Wilson &
Sapanuchart, 1993).
b. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukan satu
kecenderungan situasi yang dapat dipergunakan untuk mrngukur perubahan. (Green,
1992)
c. Indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik lansung maupun
tidak lansung. (WHO, 1981)

Ada dua kata kunci penting dalam pengertian tersebut diatas adalah pengukuran dan
perubahan. Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan “indicator” sebagai
alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator yang
berfokus pada hasil asuhan pada pasien dan proses-proses kunci serta spesifik disebut
indicator klinis.

Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak pada pelayanan. Indikator tidak
dipergunakan secara lansung untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat
dianalogikan sebagai “bendera” yang menunjuk adanya suatu masalah spesifik dan
memerlukan monitoring dan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan, mungkin tidak relevan
mengukurnya dengan ukuran kuantitatif untuk mengambil suatu keputusan. Sebagai
contoh dalam komunikasi : bagaimana kualitas komunikasi interpersonal antara bidan-
pasien, maka pengukurannya adalah melalui observasi lansung untuk mengetahui
bagaimana kualitas interaksinya. Monitoring dilakukan terhadap indicator kunci guna
dapat mengetahui penyimpanan atau prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap
individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri.

2. Klasifikasi Indikator
a. Indikator input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
aktivitas
b. Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
c. Indikator output : mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan, sikap dan
perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan . Indikator ini juga
disebut indicator effect.
d. Indikator outcome : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact)
suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan
masyarakat/penduduk.

Ilustrasi dan indicator dengan contoh kegiatan imunisasi : input meliputi


peralatannya, vaksin dan alat proteksi dan staf yang terlatih, proses adalah kegiatan dalam
melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output meliputi cakupan pemberian meningkat
adalah (output), dan outcome adalah dampaknya sebagai efek output antara lain :
menurunnya morbiditas dan mortalitas dari upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi
(outcome).

3. Indikator kinerja klinis

Mengidentifikasi indicator yang tepat untuk suatu klinis yang memerlukan pertimbangan
yang selektif dan membangun konsesus diantara manager lini pertama dan staf, sehingga apa
yang akan di monitor dan dievaluasi akan menjadi jelas bagi kedua belah pihak.

4. Pengukuran indicator kinerja klinis

Untuk menilai keberhasilan suatu pelayanan kebidanan diperlukan indicator kinerja


klinis, indicator adalah pengukuran kuantitatif.

5. Pengumpulan data indicator kinerja

Pengumpulan data indicator merupakan tulang punggung dari program pengukuran


kinerja. hal tersebut hanya dapat dikembangkan melalui sistem manajemen informasi yang
tepat, dimana pengumpulan data, pengorganisasian serta reaksi terhadap data kinerja
direncanakan dan diorganisir secara sistematik, sehingga dapat memberikan makna terhadap
perubahan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam suatu organisasi.

Ada enam sasaran kunci pengumpulan data kinerja :

a. Menata sistem informasi yang akuran yang mendasari keputusan mendatang,


b. Menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan hasil data yang
dikumpulkan,
c. Menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang untuk melakukan
tindakan.
d. Menumbuhkan motivasi staf dan merencanakan peningkatan kinerja itu sendiri.
e. Mengumpulkan data interval secara regular terhadap proses-proses kritis dalam upaya
mempertahankan kinerja yang sudah meningkat.
f. Mengumpulkan data objektif dan subjektif.

Evaluasi data penyimpangan kinerja melalui indicator kinerja klinis adalah satu
bagian penting dari dalam peningkatan kinerja. Target suatu indicator adalah
menggunakan deviasi standar untuk mengidentifikasi penyebab penyimpangan. Penyebab
khusus terjadinya penyimpangan lebih muda dikoreksi dari pada penyebab umum.

E. MODEL JAMINAN MUTU


Upaya peningkatan mutu harus dilakuakan secara bertahap, yaitu mulai dari pemecahan masalah
sederhanan ke masalah yang kompleks.

a. Tahap analisis sistem


1. Pada tahap ini, pertama di perbaiki dalam mutu pelayanan medik dasar, kemudian mutu
pelayanan non medik. Pelayanan medic ialah pelayanan “best practive “, yaitu segala
kegiatan yang menyangkut anamnesis, pemeriksaan fisik, pengobatan,rujukan dan konseling.
Berdasarkan etika profesi, kemanusiaan,administrative dan yurides, setiap profesi kesehatan
tanpa kecuali dalam setiap menyelenggaraan pelayanan kepada pasien harus menerapkan
semua ketentuan “best practive berikut”, namun kenyataan dilapangan “best practive sering
di abaikan, sehingga pasien/klien memperoleh pelayanan kesehatan yang kurang
bermutu,sehingga hak-hak pasien kurang dipenuhi. Oleh sebab itu yang menjadi prioritas
utama ialah mutu pelayanan medicharus di tingkatkan terlebih dahulu.
2. Digunakan daftar tilik untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar yang telah di
tetapkan.
b. Tahap pendekatan tim
Tahap pendekatan tim melalui upayan pemecahan masalah mutu dengan pendekatan siklus
pemecahan. Adapun tahap-tahap analisis sistem/supervidi terhadap pendekatan tim adalah sebagai
berikut:

1) Lingkungan kegiatan memperbaiki kompetensi tehnik.


2) Meningkatkan tingkat kepatuahan memperbaiki dimensi mutu lain(kepuasan,kenyamanan,
efektifitas dll)
F. MANFAAT PROGRAM JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara berkesinambungan, sistematis,
objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan menjelaskan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tidak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Herlambang, 2016).

Menurut Herlambang (2016), menyatakan bahwa manfaat dari program jaminan mutu adalah:

1. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan

Meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan ini erat hubungannya dengan dapat diatasinya
masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi ataupun strandar yang telah ditetapkan.

2. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan

Peningkatan efisiensi yang dimaksudkan ini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya
pelayanan kesehatan dibawah standar ataupun yang berlebihan. Biaya tambahan karena harus
menegani efek samping atau komplikasi karena pelayanan kesehatan dibawah standar dapat dihindari.
Demikianpula halnya mutu pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada
pelayanan yang berlebihan.

3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan masyarakat.

Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan
dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat
diwujudkan, pada gelirannya pasti akan berperan besar dalam meninggkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruan.

4. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan


hukum

Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tinggkat pendidikan masyarakat, maka kesadaran
hokum masyarkat, maka kesadaran hokum masyarakat juga telah semakin meningkat. Untuk
mencegah kemungkinan gugatan hokum terhadap penyelenggra pelayanan kesehatan, antara lain
karena ketidak puasan terhadap pelayanan kesehatan, perlulah diselenggarkan pelayanan kesehatan
yang sebaik-baiknya.
Dari uraian tersebut, mudah dipahami bahwa terselenggrannya program menjaga mutu pelayanan
kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum, karena memang pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan telah terjamin mutunya.

G. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN JAMINAN MUTU


1. Tahap Pelaksanaan Analisis Sistem dan Supervisi

Cara pelaksanaan analisis system/supervisi dengan cara Peer Review (ulas balik kesejawatan).
Dengan mengikuti cara perputaran Robin. Pengamatan tingkat kepatuhan dilakukan oleh sejawat
yang sama dari Puskesmas lain menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik (checklist). Daftar Tilik
berisi item-item yang harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Analisis Sistem merupakan suatu audit atau penilaian terhadap mutu pelayanan kesehatan,
adapun penilaian meliputi beberapa aspek.

a. Kepatuhan terhadap standar

Pengamatan dilakukan untuk menilai kepatuhan petugas terhadap standar yang ada dalam
memberikan pelayanan kesehatan.

1) Daftar Tilik (checklist)

Cara supervisor memeriksa kepatuhan terhadap standar:

a) Ambil secara acak masing-masing 3 Catatan Medik pasien yang relevan dan telah
dilaksanakan pengukuran terhadap standar.
b) Periksa Catatan Medik tersebut dan catat hasil temuan pada kolom yang tersedia.
Kecenderungan dari beberapa petugas kesehatan yang mematuhi Daftar Tilik artinya
melakukan semua yang terdapat di dalam Daftar Tilik, akan tetapi tidak mematuhi
Standar.
2) Peer Review (Ulas Balik Sejawat)
1) Pengetahuan Petugas Puskesmas
Selain pengamatan, juga akanm dilakukan wawancara oleh pengamat tentang
pengetahuan petugas yang diamati, menggunakan alat bantu berupa Daftar Tilik.
2) Pengetahuan Pasien
Wawancara juga dilakukan terhadap pasien/pengantar untuk mengetahui
pengetahuan mereka tentang penyakit atau pelayanan yang diberikan berhubungan
dengan kunjungannya ke Puskesmas. Ketersediaan Sarana (Obat dan Alat)

b. Area Pelayanan yang dilakukan pengamatan


Area Pelayanan Kesehatan Dasar penting adalah: Pelayanan Antenatal, Batuk dan Kesulitan
Bernafas, Imunisasi. Untuk selanjutnya Puskesmas akan melakukan pengamatan untuk area
lainnya sesuai dengan prioritas (kondisi) setempat.
c. Pelaksana

Empat atau lima petugas kesehatan dalam satu organisasi, biasanya terdiri dari seorang
dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dan atau Jurim yang telah mendapat Pelatihan Analisis Sistem,
sehingga mereka terampil dalam menggunakan Daftar Tilik untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap petugas. Pelayanan kesehatan yang sedang dilakukan harus telah berdasarkan
suatu Standar Pelayanan yang telah disepakati.

d. Jumlah sampel
Untuk setiap area akan dikumpulkan sejumlah 25 kasus. Ada kalanya setelah melakukan
pengamatan selama 5-6 hari dalam kutrun waktu dua minggu, tetapi tidak terkumpul 25 kasus,
maka pengamatannya dihentikan, dan data yang akan digunakan cukup dengan jumlah yang
sudah terkumpul saja.
e. Cara melakukan pengumpulan data
1) Pengamatan Langsung
2) Wawancara terhadap petugas Puskesmas yang diamati
3) Wawancara dengan pasien/klien (4) Ketersediaan Peralatan Essensial
f. Jumlah petugas yang diamati
Tujuan pengamatan ialah menentukan Tingkat Kepatuhan Puskesmas, maka pengamatan
dilakukan terhadap sebanyak mungkin petugas Puskesmas (jika Petugas Puskesmas lebih dari
seorang), kecuali dokter.
g. Pengolahan dan analisa
Data yang terkumpul dibuat tabulasi, kemudian dihitung tingkat kepatuhan/tingkat
pengetahuan/tingkat kelengkapan sarana dengan mempergunakan rumus sebagai berikut: Tingkat
kepatuhan = Jumlah Ya Jumlah (Ya + Tidak)

h. Penyusunan Rencana Kegiatan atau Plan of Action

Organisasi pelayanan kesehatan tetangga yang melakukan pengamatan, setelah mengolah


data akan memberikan umpan balik kepada unit pelayanan yang diamati. Umpan balik tersebut
diberikan pada Lokakarya di tingkat kabupaten. Setelah menerima umpan balik tersebut, maka
Puskesmas segera membuat suatu Rencana Kegiatan atau Plan of Action (POA) untuk
meningkatkan Tingkat Kepatuhan Petugas terhadap Standar, tingkat pengetahuan serta tingkat
kelengkapan sarana, sehingga menjadi sekurang-kurangnya 80%.

i. Pemantauan dan Supervisi


Selama organisasi pelayanan melaksanakan rencana kegiatan (POA) maka diharapkan
supervisor kabupaten/kota akan sering berkunjung ke organisasi pelayanan untuk membantu
petugas kesehatan meningkatkan Tingkat Kepatuhan terhadap Standar.

j. Evaluasi

Tiga sampai enam bulan setelah ulas balik kesejawatan yang pertama dilakukan lagi ulasbalik
kesejawatan yang kedua, dengan cara dan instrumen yang sama, tetapi cukup dengan
mengumpulkan 12 pengamatan. Penyajian data sama dengan ulasbalik kesejawatan yang
pertama.Tingkat kepatuhan/pengetahuan/ketersediaan sarana yang diperoleh pada peer review
pertama (25 kasus) dibandingkan dengan hasil peer review kedua (12 kasus) dan diharapkan
terjadi peningkatan tingkat kepatuhannya.

2. Tahap Pelaksanaan Pendekatan Tim dalam Pemecahan Masalah

Pendekatan Tim sudah dimulai sejak saat Jaminan Mutu mulai dilaksanakan. Pendekatan Tim
dalam Pemecahan Masalah adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah, dalam hal ini
adalah masalah mutu pelayanan (masalah kompleks), yang terjadi di dalam organisasi pelayanan
secara tim dengan mengikuti langkah-langkah dalam siklus pemecahan masalah (Problem Solving
Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan masalah (Quality Improvement Tool) serta
berdasarkan data.

Istilah masalah kompleks yang ditujukan terhadap masalah Keluaran yaitu outcome dan output
pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah keluaran, maka masalah tentang kepuasan pasien akan
dilihat sebagai mutu pelayanan. Kompleksitas masalah itu dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara
lain sebagai berikut:

1. Besaran atau magnitude suatu masalah yang kompleks lebih sulit ditentukan;
2. Penyebab masalah yang kompleks lebih sulit diketahui atau dimengerti;
3. Pengumpulan data harus dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab suatu masalah yang
kompleks;
4. Suatu intervensi khusus diperlukan untuk menghilangkan penyebab masalahnya;
5. Diperlukan suatu pemantauan khusus terhadap kemajuan pelaksanaan pemecahan masalah
untuk menentukan apakahmasalah kompleks tersebut telah dapat dipecahkan.

Diharapkan organisasi pelayanan dapat memecahkan masalah mutu dua atau tiga dalam setahun.
Proses pemecahan masalah dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 3 bulan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan
klien/konsumen/pasar atau melebihi harapan. Tujuan jaminan mutu dibagi atas dua, yaitu tujuan
jamianan umum dan tujuan jaminan khusus.

Mutu layanan kesehatan bersifat multidimensi, antara lain: Dimensi Kompetensi Teknis, Dimensi
Keterjangkauan atau Akses, Dimensi Efektivitas, Dimensi Efisiensi, Dimensi Kesinambungan,
Dimensi Keamanan, Dimensi Kenyamanan, Dimensi Informasi, Dimensi Ketepatan Waktu Dimensi
Hubungan Antarmanusia.

Indikator utama untuk mengetahui standar rumah sakit adalah kepuasan pasien terhadap
pelayanan dari rumah sakit. Pelayanan yang baik dari suatu rumah sakit akan membuktikan rumah
sakit tersebut bermutu baik. Ini dapat dilihat dari penanganan pasien yang cepat, tepat, dan ramah
tamah dari petugas kesehatan.

Upaya peningkatan mutu harus dilakuakan secara bertahap, yaitu mulai dari pemecahan masalah
sederhanan ke masalah yang kompleks. Yaitu dengan tahap analisis sistem dan tahap pendekatan tim.

Adapun manfaat dari program jaminan mutu yaitu, Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan
kesehatan, Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, Dapat meningkatkan penerimaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan
kemungkinan timbulnya gugatan hukum.

Tahap-tahap pelaksanaan jaminan mutu ada dua yaitu, Tahap Pelaksanaan Analisis Sistem dan
Supervisi Tahap serta Pelaksanaan Pendekatan Tim dalam Pemecahan Masalah.
B. SARAN
Diharapkan pada praktisi kesehatan untuk terus belajar demi meningkatkan skill masing-masing
sehingga program pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Syafrudin, ddk. 2010. Manejmen Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan. Jakarta : trans info media
Nurmawati, 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Munijaya, Gde. 2010. Manajemen Pelayanan Kesehatan . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Egc.
Herlambang, Susatyo.2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai