MATERI SHOCK
1. Definisi Syok
Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat
yang ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini
dapat dikaitkan dengan metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu,
syok merupakan kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh sehingga
perfusi jaringan menjadi tidak adekuat.
Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatya
pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan
pengangkutan oksigen serta unsur- unsur gizi lainnya secara efektif ke
berbagai jaringan sehingga timbul cidera seluler yang mula- mula
reversible dan kemudian bila keadaan syok berlangsung lama menjadi
irreversible.(Isselbacher, dkk, 1999, hal 218)
pada penurunan volume, dan tekanan end diastolic ventrikel kanan dan
kiri. Perubahan ini yang menyebabkan syok dengan menimbulkan isi
sekuncup (stroke volume) dan curah jantung yang tidak adekuat.
b. Syok Kardiogenik, disebabkan oleh kegagalan jantung yang
melemah untuk memompa darah secara adekuat.
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan
arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8
L/menit/ m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat. Pasien
sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin kurang dari 20 ml/
jam, ekstremitas dingin dan sianotik.
Penyebab paling sering adalah 40% lebih karena miokard infark
ventrikel kiri, yang menyebabkan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri yang berat, dan kegagalan pompa ventrikel kiri.
Penyebab lainnya miokarditis akut dan depresi kontraktilitas
miokard setelah henti jantung dan pembedahan jantung yang lama.
Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis ventrikel. Regurgitasi
aorta atau mitral akut, biasanya disebabkan oleh infark miokard
akut, dapat menyebabkan penurunan yang berat pada curah jantung
forward (aliran darah keluar melalui katub aorta ke dalam sirkulasi
arteri sistemik) dan karenanya menyebabkan syok kardiogenik.
c. Syok Distributif, disebabkan oleh vasodilatasi luas yang dicetuskan
oleh adanya zat-zat vasodilator. Terdapat tiga jenis syok vasogenik:
Syok septik dan Syok Anafilaktik yang dapat menyertai infeksi
luas, ditimbulkan oleh zat-zat vasodilator yang dikeluarkan oleh
penyebab infeksi. Demikian juga pengeluaran histhistamineg
berlebihan pada reaksi alergi hebat dapat menyebabkan
vasodilatasi luas (syok anafilaktik) dan syok neurogenik,
vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis.
Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik yang
menyebabkan penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer.
Patogenesis syok septic merupakan gangguan kedua system
4
3. DERAJAT SYOK
Berat dan ringannya syok menurut Tambunan Karmel, dkk, (1990, hal
2).
a. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non-
vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang.
Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama dengan
perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang
menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu,
produksi urin normal atau anya sedikit menurun,
asidosis metabolic tidak ada atau ringan.
b. Syok Sedang
c. Syok Berat
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Syok Hipovolemik
Manifestasi klinik dari syok adalah hipotensi, pucat,
berkeringat dingin, sianosis, kencing berkurang,
oligouria, ganggua kesadaran, sesak nafas. (Tambunan
Karmel, dkk, 1990, hal 6).
a) Hiperventilasi
d) Alkalosis
e) Oligouria
f) Hipotensi
i) Laktikasidosis
2) Fase Hipodinamik:
a) Tekanan vena sentral menurun
6
b) Hipotensi
c) Curah jantung berkurang
d) Vasokonstriksi perifer
e) Daerah akral dingin
f) Asam laktat meninggi
g) Keluaran urin berkurang
c. Syok Neurogenik
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah pasien
menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan darah di
dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat
berwarna kemerahan.
d. Syok Kardiogenik
5. Patofisiologi Syok
Peristiwa patofisiologi dan respons kompensatoriknya sesuai
dengan gagal jantung, tetapi telah berkembang ke bentuk yang lebih
berat. Penurunan kontraktilitas jantung mengurangi curah jantung dan
meningkatkan volume dan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri sehingga
menyebabkan kongesti paru dan edema.
Dengan menurunnya tekanan arteri sistemik, maka perangsangan
baroreseptor pada aorta dan sinus karotikus. Perangsangan
simpatoadrenal menimbulkan reflex vasokonstriksi, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas untuk menambah curah jantung dan
menstabilkan tekanan darah.
Kontraktilitas akan terus meningkat sesuai dengan hukum starling
melalui retensi natrium dan air. Dengan bertambah buruknya kinerja
ventrikel kiri, syok menjadi makin berkembang hingga akhirnya terjadi
7
6. Diagnosis Syok
Pada penderita syok umumnya pernapasan cepat. Karena
penurunan curah jantung dan vasokonstriksi, ditandai kulit pucat dan
dingin. Pada syok berat perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat.
Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke
dua organ vital. Pada syok berat terjadi vasokonstriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, tekanan darah
<100mmHg, gagal nafas, volume darah >40% dan gangguan kesadaran
dan tanda- tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung
menurun).
Rangsangan simpatis berlebihan menyebabkan pengeluaran
keringat yang basah. Tekanan nadi (sistolik-diastolik) mencerminkan
perubahan isi sekuncup dan biasanya turun jauh sebelum sistolik
menurun. Pengeluaran urin biasanya menurun atau tak ada dan
penurunan kesadaran.
b. Penanganan :
1. Melakukan survey primer ABCDE yang terdiri dari Airway
(menilai jalan nafas), Breathing( menilai pernafasan cukup
atau adanya obstruksi jalan nafas), circulation (menilai
sirkulasi peredaran darah), disability (menilai kesadran
dengan cepat), exposure (menilai adanya cedera leher atau
tulang belakang).
a) Pertahankan respirasi
- Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila
ada sekresi atau muntah.
- Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang
alat bantu jalan nafas (Gudel/oropharingeal
airway).
- Berikan oksigen 6 liter/menit
- Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan
oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag)
atauETT
b) Pertahankan sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu
infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena,
produksi urin, dan (CVP).
2. Fase resusitasi, kelanjutan upaya intervensi dan pemantauan
yang di mulai dari survei primer. (memasang pulse
oxymetri)
3. Pemantauan Lanjutan dari pemantauan tekanan vena
sentral, pemantauan kateter pulmonal, pemantauan kateter
intra-arteria, pemantauan non-invasif, penempatan kateter
urin dan nasogastrik
4. Fase perawatan definitif
5. Persiapan untuk pemindahan pasien, pemindahan pada
kamar operasi atau unit perawatan intensif khusus
10
8. Monitoring
Pemantauan tekanan darah, denyut jantung, irama jantung, serta
frekuensi dan kedalaman pernapasan. Perubahan tekanan arteri
mencerminkan perubahan isi sekuncup jantung sehingga merupakan
indikator aliran darah yang lebih baik dari pada tekanan sistolik. Bila
kulit penderita dingin dan basah, umumnya dapat dianggap bahwa curah
jantungnya rendah dan tahanan vaskular perifernya tinggi.
Penurunan kesadaran merupakan bukti dari perfusi jaringan jelek.
Dasar pemantauan ini adalah adanya lembar catatan dengan petunjuk
yang tepat bagi semua tanda-tanda vital dan terapi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Isselbacher, et all, 1999, Prinsip- prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC Jakarta
Alexander R H, Proctor H J. ., 1993, Shock , Dalam buku: Advanced Trauma Life
Support Course for Physicians. USA,
Skeet Muriel.,1995., Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan
Pertolongan Pertama., EGC, Jakarta
Tambunan Karmell., et. All., 1990., Buku Panduan Penatalaksanaan Gawat
Darurat., FKUI, Jakarta
Nur Fitria, Cemy. 2010. Syok dan Penanganannya, Jurnal Kesehatan GASTER,
Vol. 7 No. 2 .