Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Pendahuluan
Modul syok hipovolemik ini merupakan bagian dari Sistim Kegawat daruratan dan

Traumatologi diberikan pada anda yang mengambil mata kuliah tersebut. TIU dan TIK
untuk modul ini disajikan pada permulaan buku agar anda dapat mengerti secara
menyeluruh tentang semua aspek syok yang diakibatkan karena trauma / perdarahan .
Modul ini membicarakan insiden, definisi syok , patofisiologi syok , macam-macam
syok, derajat syok dan penatalaksanaannya. Diskusi bukan hanya difokuskan pada inti
permasalahan tetapi juga akan dibicarakan semua hal yang ada hubungannya dengan hal
tersebut. Anda diharapkan mampu menjelaskan semua aspek penilaian dan pengelolaan
awal syok pada kasus trauma
I.2

Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan bagaimana

mengenal tanda-tanda Syok , macam-macam syok dan bagaimana cara memberikan


tindakan yang cepat dan tepat pada penderita syok karena trauma.
I.3 Strategi Pembelajaran
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor.
2. Diskusi kelompok tanpa tutor.
3. Konsultasi pada pakar.
4. Kuliah khusus dalam kelas.
5. Aktifitas pembelajaran individual diperpustakaan dengan menggunakan buku ajar,
majalah, slide, tape atau video dan internet.
6. Latihan Keterampilan klinik: Air way managemen, IV canulation, CPR, needle
Thoracotomy, Needle Cricothyrotomy, Stabilization and Transportation.

BAB II
PERMASALAHAN

II.1 Skenario
Laki-laki 31-tahun dengan riwayat memanjat tebing dengan dua teman-teman di sebuah
taman nasional 14 km jauhnya dari rumah sakit terdekat ketika ia tiba-tiba kehilangan
pijakan dan jatuh 10 m dari tanah . Terdapat jejas di bagian depan dan luka terbuka yang
luas di atas paha bagian depan tepat di pangkal paha yang berdarah-darah.
II.2 Kata Sulit
II.3 Kata / Kalimat Kunci

Laki-laki 31 tahun memanjat tebing yang jauhnya 14 km dari rumah sakit terdekat
Terjatuh 10 m dari tanah, terdapat jejas di bagian depan dan luka terbuka luas di
atas paha bagian depat tepat di pangkal paha.

II.4 Pertanyaan
1. Jelaskan definisi Syok !
2. Sebutkan dan menjelaskan berbagai penyebab syok !
3. Jelaskan gejala dan tanda syok yang dapat mengancam jiwa !
4. Jelaskan derajat/ kelas syok hipovolemik !
5. Jelaskan bagaimana cara tindakan awal penanganan syok hipovolemik !
6. Jelaskan bagaimana cara memberikan tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan pada
tindakan awal dan memonitor keberhasilan penatalaksanaan !
7. Jelaskan bagaimana cara memberikan resusitasi apabila terjadi kegagalan sirkulasi.
8. Jelaskan bagaimana cara pemakaian obat-obat darurat !
9. Jelaskan bagaimana cara menstabilisasi penderita syok hipovolemik
disebabkan oleh trauma !
10. Jelaskan syarat-syarat melakukan transportasi dan rujukan pada penderita !
11. Jelaskan tatalaksana terkait skenario !

yang

II.5 Mind Map

BAB III
ISI

III.1. Jelaskan definisi syok!


Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yanga dekuat organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis
tubuh yang serius seperti, perdarahan yang massif, trauma atau luka bakar berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat
bakteri yang tidak terkontrol (syok septic), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok
neurogenik) atau akibat respon imun (syok anafilaktik).
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat
gangguan mekanisme homeostasis.
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
1) Syok kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan
fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan
tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk mempertahankan
perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya
tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard
yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli
paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.Masalah yang ada

adalah kurangnya kemampuan jantung untuk berkontraksi. Tujuan utama


pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.
2) Syok hipovolemik
Hipovolemik berarti berkurangnya volume intravaskuler. Sehingga syok
hipovolemik berarti syok yang di sebabkan oleh berkurangnya volume
intravaskuler. Di Indonesia syok pada anak paling sering disebabkan oleh
gastroenteritis dan dehidrasi, dan syok perdarahan paling jarang, begitupun syok
karena kehilangan plasma pada luka bakar dan syok karena translokasi cairan.
3) Syok anafilaksis
Adalah suatu reaksi anafilaksis berat yang disertai dengan insufisiensi sirkulasi.
Anafilaksis merupakan kondisi alergi di mana curah jantung dan tekanan arteri
seringkali menurun dengan hebat.
4) Syok septik
Sepsis merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman-kuman atau
bahan-bahan yang berasal dari atau dibuat oleh kuman-kuman. Organisme yang
paling sering menyebabkan syok septik dalah kuman gram negative. Tetapi syok
juga bias disebabkan oleh kuman gram positif bahkan jamur, rickettsia dan
bermacam-macam virus dapat menimbulkan syok yang sifatnya tidak banyak
berbeda.
5) Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi
dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Syok
neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di
seluruh tubuh.Syok neurogenik juga dikenal sebagai syok spinal. Bentuk dari syok

distributif, hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik yang


diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cedera spinal, atau
anestesi umum yang dalam).

III.2 Menyebutkan dan menjelaskan berbagai penyebab syok hipovolemik.


Penurunan volume intravaskular yang terjadi pada syok hipovolemik dapat disebabkan oleh
hilangnya darah, plasma atau cairan dan elektrolit (Tierney, 2001). Menurut Sudoyo et al. (2009),
penyebab syok hipovolemik, antara lain:
1

Kehilangan darah
a Hematom subkapsular hati
b Aneurisma aorta pecah
c Perdarahan gastrointestinal
d Trauma
Kehilangan plasma
a Luka bakar luas
b Pankreatitis
c Deskuamasi kulit
d Sindrom Dumping
Kehilangan cairan ekstraselular
a Muntah (vomitus)
b Dehidrasi
c Diare
d Terapi diuretik yang agresif
e Diabetes insipidus
f Insufisiensi adrenal

III. 3. Jelaskan Gejala dan Tanda Syok yang Dapat Mengancam Jiwa !
Tanda dan Gejala Syok Hipovolemik :
a. pucat
b. kulit dingin
c. takikardi
d. oliguri
e. hipotensi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara mengaktifkan 4
sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem renal dan
sistem neuroendokrin.system hematologi berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi

secara akut dengan mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan


pembuluh darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk sumbatan
immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak akan mendedahkan lapisan
kolagennya, yang secara subsekuen akan menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari
subatan yang dibentuk. Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan
fibrin yang sempurna dan formasi matur.
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik dengan
meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan
pembuluh darah jantung. Respon ini timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin dan
penurunan tonus vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus
karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. System kardiovaskular juga
merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal dan membawa darah
dari

kulit,

otot,

dan

GI.

System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang meningkatkan pelepasan rennin
dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan rennin kemudian dip roses kemudian terjadi
pembentukan angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan
pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex adrenal. Adrenal
bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif dan konservasi air.
System neuro endokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan sekresi ADH.
ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior yang merespon pada penurunan tekanan darah
dan penurunan pada konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air
dan garam (NaCl) pada tubulus distal.
III.4 Jelaskan derajat/kelas syok hipovolemik!

Derajat Perdarahan
a.

Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)


-

Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.

Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan.

Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar 10%

b.

Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)


-

Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan tekanan
nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan .

Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang menyebabkan
peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah
diastolik.

c.

Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)


-

Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria,
dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi.

Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan
darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.
Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian
darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.

d.

Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)


-

Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan nadi menyempit
(atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan
status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat.

Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.

Stadium Syok Hipovolemik


a.

Syok Reversibel dini dan kompensasi


-

Mean arterial pressure turun 10 15 mmHg

Berkurangnya volume darah sirkulasi (25 35%) 1000 ml

Sistem saraf pusat terangsang; keluarnya katekolamin

Untuk menjaga tekanan darah : terjadi peningkatan denyut jantung dan kontraktilitasnya;
meningkatnya vasokontriksi perifer

Sirkulasi terjaga, tetapi hanya bisa dipertahankan dalam waktu singkat tanpa membahayakan
jaringan

Penyebab yang mendasari syok harus diketahui dan dikoreksi atau akan berlanjut ke stadium
berikutnya

b.
-

Syok intermediat atau progresif


MAP selanjutnya turun (20%)
Bertambahnya kehilangan cairan tubuh (1800 2500 ml)
Vasokontriksi berlanjut dan menimbulkan defisiensi oksigen
Tubuh akan menjalani metabolisme anaerob yang membentuk asam laktat sebagai produk

buangan.
Tubuh meningkatkan denyut jantung dan vasokontriksi
Jantung dan otak menjadi hipoksia
Efek yang lebih berat terhadap jaringan lainnya yang menjadi : iskemia dan anoksia
Status asidosis dengan hiperkalemia terjadi
Memerlukan penanganan yang cepat

Syok refrakter atau ireversibel


Jaringan anoksia, kematian sel tersebar luas
Bahkan dengan pengembalian tekanan darah dan volume cairan, terdapat sangat banyak

kerusakan untuk mengembalikan hemostasis jaringan.


Kematian seluler menimbulkan kematian jaringan, kegagalan organ vital dan kematian terjadi

c.

III.5 Penanganan Awal Syok Perdarahan


1. Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus
untuk :
a. Menstabilkan kondisi pasien
b. Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
c. Mengefisisensikan system sirkulasi darah
d. Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
2. Penanganan Awal
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok :

a. Ambil langkah-langkah secara berurutan untuk menghentikan perdarahan (seperti


oksitosin, masase, kompresi bimanual, kompresi aorta, persiapan untuk tindakan
pembedahan)
b. Transfuse sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada kasus syok
karena perdarahan, transfuse darah dibutuhkan jika Hb < 8 gram%. Biasanya darah
yang diberikan ialah darah sgar yang baru diambil dari donor darah
c. Tentukan penyebab perdarahan dan tatalaksana

Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau sudah ada perbaikan sebagai
berikut
1)
2)
3)
4)

Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100mmHg


Denyut jantung stabil
Kondisi mental pasien membaik, ekspresi ketakutan berkurang
Produksi urin bertambah. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam
atau 30 ml/1 jam.

III.6 Jelaskan bagaimana cara memberikan tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan
pada tindakan awal dan memonitor keberhasilan penatalaksanaan?

Pada penatalaksanaan awal pasien selain diberikan posisi yang sesuai, pasien juga akan
diberikan terapi cairan garam isotonus yang ditetesi dengan cepat, untuk pentesan ini dapat
di monitor dengan pengukuran tekanan nadi. Pemeriksaan tekana baji paru

dengan

menggunakan kateter swan- ganz dimana dapat dilakukan untuk mengetahui cairan yang
sudah memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan tekanan pengisian ventrikel. Bila
hemodinamik tetap tidak stabil, berarti perdarahan atau kehilangan cairan belum teratasi.
Kehilangan darah yang berlanjut dengan kadar hemoglobin < 10 g/Dl perlu penggantian
darah dengan transfusi. Jenis darah transfusi tergantung kebutuhan. Disarankan agar darah
yang digunakan telah menjalani tes cross-match (uji silang), bila sangat darurat maka dapat
digunakan packed red cells tipe darah yang sesuai atau o negatif,
Pada keadaan yang berat atau hipovolemia yang berkepanjangan, dukungan inotropik
dengan dopamin, vasopresin atau dobutamin dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan
kekuatan ventrikel yang cukup setelah volume darah dicukupi dahulu. Pemberian
norepinefrin infus tidak banyak memberikan manfaat pada hipovolemik

Monitoring Pasien Syok Hipovolemik


1. Monitor tekanan darah terus menerus melalui kanal arteria dikarenakan cuff
preassure kurang efektif dalam keadaan syok
2. Periksa curah jantung dan indeks jantung setiap 8 jam atau lebih sering untuk
mengevaluasi respon pasien terhadap perubahan terapi
3. Memonitor tekanan arteri perifer dan tekanan vena sentral per jam atau lebih sering
untuk mengevaluasi respon pasien terhadap pengobatan.
4. Terus memantau EKG untuk mendeteksi disaritmia yang dapat membahayakan jiwa
(HR > 140 denyut/menit)
5. Monitor urin output perjam untuk mengevaluasi perfusi ginjal
6. Mengukur kehilangan darah jika memungkinkan

III.7 Bagaimana cara memberikan resusitasi apabila terjadi


kegagalan sirkulasi?
Jawab:

Resusitasi
tentunya

mengandung

dimaksudkan

arti

harfiah

usaha-usaha

yang

Menghidupkan
dapat

kembali

dilakukan

untuk

mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian


biologis.
Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru penilaian tahapan
BHD sangat penting. Tindakan resusitasi (yaitu posisi, pembukaan jalan
nafas, nafas buatan dan kompresi dada luar) dilakukan kalau memang
betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat, setiap langkah
ABC RJP dimulai dengan : penentuan tidak ada respons, tidak ada nafas

dan tidak ada nadi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam resusitasi


jantung paru adalah sebagai berikut :
1. Airway (jalan nafas)
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan
nafas. Caranya ialah segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh
mungkin, posisi terlentang kadang-kadang sudah cukup menolong
karena sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke belakang dapat
dihilangkan. Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini.
Bila tindakan ini tidak menolong, maka rahang bawah ditarik ke depan.
Caranya ialah:
a.

Tarik mendibula ke depan dengan ibu jari sambil,

b.

Mendorong kepala ke belakang dan kemudian,

c.

Buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas melalui mulut

atau hidung.
d.

Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong


berada pada bagian puncak kepala korban. Bila korban tidak mau
bernafas spontan, penolong harus pindah ke samping korban untuk
segera melakukan pernafasan buatan mulut ke mulut atau mulut ke
hidung.

2. Breathing (Pernafasan)

Dalam

melakukan

pernafasan

mulut

ke

mulut

penolong

menggunakan satu tangan di belakang leher korban sebagai ganjalan


agar kepala tetap tertarik ke belakang, tangan yang lain menutup
hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi
korban ke belakang. Penolong menghirup nafas dalam kemudian
meniupkan udara ke dalam mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban
adalah secara pasif, sambil diperhatikan gerakan dada waktu mengecil.
Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik selama pernafasan masih
belum adekuat.
Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu
perhatikan :
a.

gerakan dada waktu membesar dan mengecil

b.

merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu

mengembang
c.

dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.

d.

Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu

paru korban mengecil sampai batas habis.

3. Circulation (Sirkulasi buatan)


Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar (KJL). Henti
jantung (cardiac arrest) ialah hentinya jantung dan peredaran darah

secara

tiba-tiba,

pada

seseorang

yang

tadinya

tidak

apa-apa;

merupakan keadaan darurat yang paling gawat.


Sebab-sebab henti jantung :
a.

Afiksi dan hipoksi

b.

Serangan jantung

c.

Syok listrik

d.

Obat-obatan

e.

Reaksi sensitifitas

f.

Kateterasi jantung

g.

Anestesi.
Manajemen resusitasi cairan adalah penting dan kekeliruan

manajemen

dapat

berakibat

fatal.

Untuk

mempertahankan

keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti


cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi
cairan

bukan

untuk

kesempurnaan

keseimbangan

cairan,

tetapi

penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka mortalitas.


Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan
gangguan
perdarahan

pada

fungsi

merupakan

kardiovaskuler.

Syok

hipovolemik

akibat

Pada

keadaan

lanjut.

karena

demikian,

memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat


dilakukan dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah.Untuk
perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan aliran
vena yang memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau
Ringer Laktat isotonis. Sebelumnya, ambil darah 20 ml untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross

test. Perdarahan berat adalah kasus gawat darurat yang membahayakan


jiwa. Jika hemoglobin rendah maka cairan pengganti yang terbaik adalah
tranfusi darah.
Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi
syok hipovolemik. Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera
diketahui agar dapat segera dilakukan tindakan. Cairan infus harus
diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk segera mengatasi defisit
atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang umum dari
hipovolemia adalah perdarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh
lainnya seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau
emesis, dan pankreatitis akut.
Macam- Macam Jenis Cairan
Umumnya terapi cairan yang dapat diberikan berupa cairan
kristaloid dan koloid atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah
cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan berbagai
campuran. Cairan ini bisa isotonik, hipotonik, dan hipertonik terhadap
cairan plasma. Sedangkan cairan koloid yaitu cairan yang BM nya tingi.
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid terdiri dari:
1. Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh
karena

itu

intraseluler

penggunaannya
seperti

pada

ditujukan
dehidrasi

kepada
kronik

kehilangan

dan

pada

cairan
kelainan

keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan hipernatremi yang


disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes insipidus. Cairan ini

tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada kegawatan.


Contohnya dextrosa 5%
2. Cairan Isotonik
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer
laktat dan plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan
isi intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih
besar dari kehilangannya. Cairan ini cukup efektif sebagai cairan
resusitasi dan waktu yang diperlukanpun relatif lebih pendek dibanding
dengan cairan koloid.
3. Cairan Hipertonik
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler
utama. Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik
cairan intraseluler ke dalam ekstra seluler. Peristiwa ini dikenal dengan
infus internal. Disamping itu cairan natrium hipertonik mempunyai efek
inotropik positif antara lain mevasodilatasi pembuluh darah paru dan
sistemik. Cairan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat
mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi
jumlah cairan yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%
Beberapa contoh cairan kristaloid :
a. Ringer Laktat (RL)
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L,
Kalium 4 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28
mEq/L. Laktat pada larutan ini dimetabolisme di dalam hati dan
sebagian kecil metabolisme juga terjadi dalam ginjal. Metabolisme
ini akan terganggu pada penyakit yang menyebabkan gangguan
fungsi

hati.

Laktat

dimetabolisme

menjadi

piruvat

kemudian

dikonversi menjadi CO2 dan H2O (80% dikatalisis oleh enzim piruvat
dehidrogenase)
karboksilase).

atau

glukosa

Kedua

proses

(20%
ini

dikatalisis

akan

oleh

piruvat

membentuk

HCO3.

Sejauh ini Ringer Laktat masih merupakan terapi pilihan karena


komposisi elektrolitnya lebih mendekati komposisi elektrolit plasma.
Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra
seluler yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena
diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok,
dehidrasi atau DSS pemberiannya bisa diguyur.
b. Ringer Asetat
Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l,
Kalium 4 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih
cepat mengoreksi keadaan asidosis metabolik dibandingkan Ringer
Laktat, karena asetat dimetabolisir di dalam otot, sedangkan laktat
di dalam hati. Laju metabolisme asetat 250 400 mEq/jam,
sedangkan laktat 100 mEq/jam. Asetat akan dimetabolisme menjadi
bikarbonat dengan cara asetat bergabung dengan ko-enzim A untuk
membentuk asetil ko-A., reaksi ini dikatalisis oleh asetil ko-A
sintetase dan mengkonsumsi ion hidrogen dalam prosesnya. Cairan
ini

bisa

mengganti

pemakaian

Ringer

Laktat.

c. Glukosa 5%, 10% dan 20%


Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.9
Glukosa 5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan
Glukosa 10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi , gagal
ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria .

d. NaCl 0,9%
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L
Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan
sebagai awal untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai
dengan hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik. Cairan
ini

digunakan

pada

demam

berdarah

dengue

dan

renjatan

kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan


natrium seperti asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan
luka bakar. Pada anak dan bayi sakit penggunaan NaCl biasanya
dikombinasikan dengan cairan lain, seperti NaCl 0,9% dengan
Glukosa 5 %.
Cairan Koloid
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
a. Albumin
Terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Albumin endogen.
Albumin endogen merupakan protein utama yang dihasilkan
dihasilkan di hati dengan BM antara 66.000 sampai dengan
69.000, terdiri dari 584 asam amino. Albumin merupakan protein
serum utama dan berperan 80% terhadap tekanan onkotik
plasma. Penurunan kadar Albumin 50 % akan menurunkan
tekanan onkotik plasmanya 1/3nya.
2. Albumin eksogen.

Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin,


albumin eksogen yang diproduksi berasal dari serum manusia dan
albumin eksogen yang dimurnikan (Purified protein fraction) dibuat
dari plasma manusia yang dimurnikan.
Albumin ini tersedia dengan kadar 5% atau 25% dalam garam
fisiologis.

Albumin

meningkatkan

isi

25%

bila

intravaskuler

diberikan

intravaskuler

mendekati

5x

jumlah

akan
yang

diberikan.Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan onkotik


plasma. Peningkatan ini menyebabkan translokasi cairan intersisial
ke intravaskuler sepanjang jumlah cairan intersisial mencukupi.
Komplikasi albumin adalah hipokalsemia yang dapat menyebabkan
depresi fungsi miokardium, reaksi alegi terutama pada jenis yang
dibuat dari fraksi protein yang dimurnikan. Hal ini karena faktor
aktivator prekalkrein

yang

cukup

tinggi

dan disamping itu

harganya pun lebih mahal dibanding dengan kristaloid.8 Larutan


ini digunakan pada sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom

3. HES (Hidroxy Ethyl Starch)


Senyawa kimia sintetis yang menyerupai glikogen. Cairan ini
mengandung partikel dengan BM beragam dan merupakan
campuran yang sangat heterogen.Tersedia dalam bentuk larutan
6% dalam garam fisiologis. Tekanan onkotiknya adalah 30 mmHg
dan osmolaritasnya 310 mosm/l. HES dibentuk dari hidroksilasi
aminopektin,

salah

satu

cabang

polimer

glukosa.8

Pada penelitian klinis dilaporkan bahwa HES merupakan volume


ekspander

yang

cukup

efektif.

Efek

intarvaskulernya

dapat

berlangsung 3-24 jam. Pengikatan cairan intravasuler melebihi

jumlah cairan yang diberikan oleh karena tekanan onkotiknya yang


lebih tinggi. Komplikasi yang dijumpai adalah adanya gangguan
mekanisme pembekuan darah. Hal ini terjadi bila dosisnya
melebihi 20 ml/ kgBB/ hari.
4. Dextran
Campuran dari polimer glukosa dengan berbagai macam
ukuran dan berat molekul. Dihasilkan oleh bakteri Leucomostoc
mesenteriodes yang dikembang biakkan di media sucrose. BM
bervariasi

dari

beberapa

ribu

sampai

jutaan

Dalton.

Ada 2 jenis dextran yaitu dextran 40 dan 70. dextran 70


mempunyai BM 70.000 (25.000-125.000). sediaannya terdapat
dalam
garam

konsentrasi
fisiologis.

Dextran

6%
ini

lebih

dalam

lambat

dieksresikan

dibandingkan dextran 40. Oleh karena itu dextran 70 lebih efektif


sebagai

volume

ekspander

dan

merupakan

pilihan

terbaik

dibadingkan dengan dextran 40.


Dextran 40 mempunyai BM 40.000 tersedia dalam konsentrasi
10% dalam garam fisiologis atau glukosa 5%. Molekul kecil ini
difiltrasi cepat oleh ginjal dan dapat memberikan efek diuretik
ringan. Sebagian kecil dapat menembus membran kapiler dan
masuk ke ruang intersisial dan sebagian lagi melalui sistim limfatik
kembali ke intravaskuler.
Pemberian dextran untuk resusitasi cairan pada syok dan
kegawatan

menghasilkan

perubahan

hemodinamik

berupa

peningkatan transpor oksigen. Cairan ini digunakan pad penyakit


sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom. Komplikasi antara

lain payah ginjal akut, reaksi anafilaktik dan gangguan pembekuan


darah.
5. Gelatin
Cairan ini banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama
pada orang dewasa dan pada bencana alam. Terdapat 2 bentuk
sediaan

yaitu:

1.Modified Fluid Gelatin (MFG)


2. Urea Bridged Gelatin (UBG)
Kedua cairan ini punya BM 35.000. Kedua jenis gelatin ini punya
efek volume expander yang baik pada kegawatan. Komplikasi
yang sering terjadi adalah reaksi anafilaksis.

Prinsip Terapi Cairan


Terapi

cairan merupakan

salah satu aspek

terpenting

dari

perawatan pasien. Pemilihan cairan sebaiknya berdasarkan atas status


hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit dan kelainan metabolik yang ada.
Secara sederhana tujuan terapi cairan dibagi atas resusitasi atau
pengganti yaitu untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan
untuk mengganti kehilangan harian.
Kebutuhan air dan elektrolit sebagai terapi dapat dibagi atas 3 kategori:
1. Terapi pemeliharaan atau rumatan

Sebagai pengganti cairan yang hilang melalui pernafasan, kulit, urin


dan tinja ( Normal Water Losses = NWL). Kehilangan cairan melalui
pernafasan dan kulit disebut Insesible Water Losses (IWL). Kebutuhan
cairan pengganti rumatan ini dihitung berdasarkan kg BB. Kebutuhan
cairan untuk terapi rumatan dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan C
diatasaktifitas terutama IWL oleh karena itu setiap kenaikan suhu 1 C
kebutuhan cairan ditambah 12%. Sebaliknya IWL akansuhu tubuh 37
menurun pada keadaan menurunnya aktivitas seperti dalam keadaan
koma dan keadaan hipotermi maka kebutuhan cairan rumatan harus
dikurangi 12% C dibawah suhu tubuh normal. Cairanpada setiap
penurunan suhu 1 intravena untuk terapi rumatan ini biasanya
campuran Dextrosa 5% atau 10% dengan larutan NaCl 0,9% 4:1 , 3:1,
atau 1:1 yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan menambahkan
larutan KCl 2 mEq/kgBB.
2. Terapi deficit
Sebagai pengganti air dan elektrolit yang hilang secara abnormal
(Previous Water Losses=PWL) yang menyebabkan dehidrasi. Jumlahnya
berkisar

antara

5-15%

BB.

Biasanya

kehilangan

cairan

yang

menyebabkan dehidrasi ini disebabkan oleh diare, muntah-muntah


akibat stenosis pilorus, kesulitan pemasukan oral dan asidosis karena
diabetes. Berdasarkan PWL ini derajat dehidrasi dibagi atas ringan yaitu
kehilangan cairan sekitar 3-5% BB, dehidrasi sedang kehilangan cairan
sekitar 6-9% BB dan dehidrasi berat kehilangan cairan berkisar 10%
atau lebih BB.
3. Terapi pengganti kehilangan cairan yang masih tetap berlangsung
( Concomitant water losses=CWL).

Kehilangan cairan ini bisa terjadi melalui muntah dan diare yang
masih tetap berlangsung, pengisapan lendir, parasentesis dan lainnya.
Jumlah kehilangan CWL ini diperkirakan 25 ml/kgBB/24 jam untuk semua
umur.
Untuk

mengatasi

keadaan

diatas

diperlukan

terapi

cairan.

Bila

pemberian cairan peroral tidak memungkinkan, maka dicoba dengan


pemberian cairan personde atau gastrostomi, tapi bila juga tidak
memungkinkan,

tidak

mencukupi

atau

membahayakan

keadan

penderita, terapi cairan secara intra vena dapat diberikan


Pemilihan Cairan Intravena
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,
konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai
larutan parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis
berbagai kondisi medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan
salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan
perawatan pasien.
Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan
memakai 2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat
tidak selalu merupakan cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan
yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien
kombustio 1824 jam sesudah cedera luka bakar.
Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa
cairan kristaloid, koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk
terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah
tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan
sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat

berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih


perlu dicegah.
Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok
hipovolemik

dengan

hiponatremik,

hipokhloremia

atau

alkalosis

metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan


cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah
besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan
asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam
larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara untuk
mengganti kehilangan cairan insensibel.
Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat
metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal,
sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh
dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat
sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan
fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi
untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti
kebutuhan harian
III.8 bagaimana cara pemakaian obat obatan gawat darurat !

Obat yg dibutuhkan untuk mengatasi keadaan gawat darurat

Disiapkan dan disediakan ditempat yg mudah dijangkau

Semua petugas harus tahu tempatnya

Tempat tidak tidak dirubah rubah

Obat harus selalu siap pakai

Harus 4 tepat : Dosis, Waktu, Cara, Dx.

Prinsip :

koreksi hipoksia

mempertahankan sirkulasi spontan pada kondisi tekanan darah (TD) yang adekuat

membantu optimalisasi fungsi jantung

menghilangkan nyeri

koreksi asidosis

mengatasi gagal jantung kongestif


I. Obat-obat resusitasi jantung-paru dan obat-obat perbaikan sirkulasi

oksigen
meningkatkan TD : epinefrin/adrenalin, vasopresin, dopamin
meningkatkan denyut jantung/nadi (HR : Heart Rate) : atropin
menurunkan/mengatasi aritmia ventrikel : amiodaron, lidokain/lignokain,
prokainamid, magnesium sulfat

menurunkan/mengatasi aritmia supraventrikel : adenosin, diltiazem,


amiodaron

obat-obat untuk IMA : morfin, nitrogliserin, aspirin, fibrinolitik


II Lain-lain
Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya (dokter atau
tenaga terlatih di bidang gawat darurat)
Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka pemberian obat yang
disebutkan di bawah ini untuk mengatasi kegawatdaruratan secara umum sedangkan dalam
menghadapi pasien, kita harus melihat kasus per kasus.
Jenis-Jenis Obat Emergency :

Ephinefrin
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau
syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35 menit, dapat diberikan intratrakeal
atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok
anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi
bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg =

1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai
menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 g/mnt
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan meningkatkan
aliran darah ke otak dan jantung
Phinev Phapros- (K)
Ephinefrin
Indikasi: terapi anafilaksis akut pada kondisi Gawat darurat ; obstruksi saluran napas yag
reversible
Dosis : IM/SK 0,2- 1 ml, dapat diulangi. Max 0,5 mg.
Kemasan : dus, 5 ampul @4ml Inj 1 mg/ml

Lidokain
Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT,
Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T
Dosis 1 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 5 menit sampai dosis
total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra
vena
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
Lidodex bernofarm (K)
Lidokain HCL 50mg/ml
Indikasi : anestetika lokal
Kontraindikasi: hipotensi
Perhatian: penderita kerusakan hati dosis lidokain sekecil mungkin, penderita renal
insufisiensi
Dosis: 1 ampul, maks 2 ml
Kemasan L dus 5 amp 2 ml
Sulfas Atropin

Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim


konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV
blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan
iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau
derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04
mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra
vena diencerkan menjadi 10 cc

Dopamin

Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah
jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
Dosis 2-10 g/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul
dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa

Dopac kalbe farma (K)


Dopamine HCL
Indikasi : hipotensi akut atau syok yang berhubungan dengan infark miokard, septikemi,
endotoksik, trauma, gagal ginjal. Sebagai terapi tambahan sesudah bedah jantung terbuka
dimana terjadi hipotensi persisten sesudah koreksi hipovolemia. Dekompensasi kordis.
Kontraindikasi : feokromisitoma, takiaritmia atrial atau ventrikuler.
Perhatian: hipovolemia, penggunaan dosis besar, penyakit vaskuler perifer, iskemia
jantung, asidosis, hiperkapnia, hipoksia, hipertensi pulmoner. Lakukan monitoring rutin
terhadap TD, fungsi jantung dan ginjal.
Efeksamping : Denyut ektopik, takikardi, nyeri angina, palpitasi, hipotensi, vasokonstriksi,
mual, muntah, sakit kepala, dispnea
Dosis: dewasa awal 2,5mcg/menit. Pada pasien dengan sakit lebih serius
5mcg/kgBB/menit, ditingkatkan bertahap dengan penambahan 5-10mcg/KgBB/menit, bila
perlu s/d 20-50 mcg/kgBB/menit

Kemasan: amp 50mg/ml

Dobutamin
Dobutamin pertiwi agung- (K)
Dobutamin HCL 250 mg/5ml
Indikasi : memberikan support inotropik pada miokardium dalam pengobatan gagal jantung
kongestif atau syok kardiogenik
Kontraindikasi : kardiomiopati obstruktid, hipersensitif terhadap dengan idiopatik
hipertrofik subaortik stenosi
Efeksamping : mual,sakit kepala, palpitasi, dispnea dan nyeri dada
Dosis: dewasa: 2.5 10 mcg/kg/min dalam cairan infus
kemasan : dus, 5 ampul x 5 ml
Natrium bikarbonat
Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada
henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis
antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.

OBAT RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)


Obat

Indikasi

Epinefrin/adrenali
n

Henti

Sediaa
n
jantung

: Ampul
fibrilasi ventrikel (VF), 1 ml = 1
takikardi ventrikel tanpa mg
denyut
nadi

Dosis
dewasa Perhatian
dan
cara
pemberian
IV/IO : 1 mg
diberikan/diulang
setiap 3 5 menit
Endotrakeal : 2

peningkata
n tekanan darah
dan frekuensi
nadi
dapat

(pulselessVT),
asistol,
PEA (Pulseless Electrical
Activity)
bradikardia

simtomatis
hipotensi berat
anafilaksis,
reaksi
alergi berat : kombinasi
bersama sejumlah besar
cairan,
kortikosteroid,
antihistamin

Amiodaron

henti

2,5 mg (2 2,5
kali dosis IV/IO),
dilarutkan dalam
10 ml PZ/NS
Infus kontinyu :
1 mg dilarutkan
dalam 500 ml NS
atau
D5%,
kecepatan inisial
1
g/menit
dititrasi sampai
mencapai efek

jantung

tak Ampul
respon (refrakter) terhadap 3 ml =
RJP,
shock,
dan 150 mg
vasopresor
aritmia
ventrikel
berulang
mengancam
nyawa (VF atau VT
dengan hemodinamik tak
stabil)

henti

menyebabkan
iskemia
miokard,
angina,
dan
peningkatan
kebutuhan
oksigen
miokard
dosis besar
tidak
meningkatkan
perbaikan
kesudahan
(outcome)
status
neurologis,
bahkan
bisa
menyebabkan
disfungsi
miokard postresusitasi
waktu

jantung : 300
mg (dalam 20
ml 30 ml
D5%) IV/IO

bolus,
diikutiSATU
KALI150 mg
IV
bolus
dalam
3

paruh
sangat
panjang
(sampai
40
hari)
interaksi

sampai
5
menit
aritmia

(pada
pemberian
berulang)

ventrikel :150

obat
yang
kompleks dan
multipel
hipotensi

mg IV dalam
10 menit (15
mg/menit)
Maintenance :
1 mg/menit IV
dalam 6 jam,
kemudian
0,5 mg/menit
IV dalam 18 jam

dosis
maksimal : 2,2
g/hari

Lidokain

Alternatif amiodaron Ampul


pada henti jantung karena 2 ml =
VF/VT
40 mg
Obat pilihan utama

untuk PVC (Paroxismal


Ventrikel
Contraction)
berbahaya/mengancam
nyawa :

multipel

multifokal

bigemini

salvo/run

R on T

VT

stabil

dengan

ventrikel kiri yang baik

Hati-hati
Henti jantung
karena
pada penderita :
VF/VT
:dosis
syok
inisial 1 1,5 kardiogenik
mg/kg
IV/IO

dekompensa
bolus
si kordis
VF refrakter :
0,5 0,75 mg/kg
usia > 70
IV bolus, diulang tahun
tiap 5 10 menit;

penyakit
maksimal 3 kali
liver
pemberian
(3
mg/kg)

Stop
Endotrakeal : 2
pemberian jika
4 mg/kg
ada
efek
samping :

somnolen

gatal-gatal

konvulsi

bicara
kabur/tak jelas
Atropin

bradikardia

Ampul Asistol/PEA : 1
simtomatis
1 ml = mg IV/IO bolus,
blok AV node selagi 0,25 mg diulang tiap 3 5
menunggu
menit; maksimal
pemasanganpacemaker
3 kali pemberian
obat pilihan kedua
(3 mg)
untuk asistol atau PEA
Bradikardia : 0,
(setelah
5 mg IV/IO tiap 3
epinefrin/vasopresor)

5
menit;
intoksikasi
maksimal 3 mg
organofosfat

Endotrakeal : 2
3 mg dilarutkan
dalam 10 ml NS
Dibutuhkandosi
s yang sangat
besar
untuk
intoksikasi
organofosfat

memperbur
uk
iskemia
miokard
menyebabk
an bradikardia
paradoksal
pada dosis <
0,5 mg
tidak
berguna untuk
blok AV node
derajat 2 tipe II
dan derajat 3

OBAT PERBAIKAN SIRKULASI


Obat

Indikasi

Dopamin

obat

Sediaan

Dosis dewasa dan cara pemberian


Perhatian

pilihan

kedua Ampul 5 ml 5 20 g/kg/menit, titrasi sampai

bradikardia = 200 mg
respon tercapai
(setelah

untuk
simtomatis
atropin)
hipotensi (TDS 70
100 mmHg)

na
de

pu

bu

va
Dobutamin

Dipertimbangkan

Laju pemberian yang lazim 2

Ampul 10
untuk
kasuspump ml = 250
problems(gagal
jantung mg
kongestif,
sembab

paru/congestive

20 g/kg per menit, titrasi


sehingga HR tidak sampai
meningkat 10 % daribaseline
Untuk
penggunaan
yang

pulmonum) dengan TDS


70 100 mmHg dantidak
ada tanda-tanda syok

optimal, disarankan memonitor


hemodinamik
respon untuk pasien usia tua

menurun signifikan
Cegah pemberian pada TDS <

100 mmHg dan ada tanda-tanda


syok
Menyebabkan takiaritmia
Tidak
bolehmencampur
dengan natrium bikarbonat

Noradrenalin

Syok

kardiogenik Ampul 4 ml
berat dan secara
= 4 mg

hemodinamik : hipotensi
signifikan (TDS < 70
mmHg) dengan resistensi
perifer keseluruhan rendah

Diberikanhanya melalui jalur


IV
Campurkan 4 mg atau 8 mg

noradrenalin ke dalam 250 ml


D5%,
D5NS
(bukan
NS), janganmemasukan pada jalur
yang sama dengan larutan alkalis
Dibutuhkan dosis yang lebih

besar untuk meningkatkan perfusi


yang adekuat pada kasus druginduced hypotension
Meningkatkanoxygen demand

miocard, TD dan HR
Bisa menginduksi

aritimia.

Hati-hati penggunaan pada pasien


iskemia akut; monitor cardiac

output
Ekstravasasi

obat

menimbulkan nekrosis jaringan,


jika terjadi : campur phentolamin
5 10 mg ke dalam 10 15 ml
NS,
infiltrasikan
ke
area
ekstravasasi
LAIN-LAIN
Obat

Indikasi

Furosemid

Sediaan

Dosis dewasa dan cara pemberian

Terapi ajuvan untuk Ampul 2 ml 0,5 1 mg/kg diberikan 1 2 menit,


edema
paru
akut = 20 mg
jika tidak respon : 2 mg/kg diberikan
(ALO :Acute Lung Oedem)
pelan 1 2 menit (pemberian lazim
pada pasien dengan TDS >
dengan drip/memakaisyringe pump)
90 mmHg (tanpa gejala
dan tanda syok)
Hipertensi emergensi
Peningkatan tekanan
intrakranial

Morfin

Perh

Chest
paindengan Acute
Coronary Syndrome (ACS)
yang tak respon dengan
nitrat
Edema paru akut
kardiogenik
adekuat)

(bila

Ampul 1 ml
= 10 mg

Dosis inisial : 2 4 mg IV

dalam 1 5 menit, setiap 5 sampai


30 menit
Dosis ulangan : 2 8 mg pada

interval 5 sampai 15 menit


Masukkan pelan-pelan

titrasi sampai tercapai efek


Bisa menyebabkan depresi

napas
Menyebabkan hipotensi (pada

pasien dengan deplesi volume


cairan)
Gunakan
dengan
hati-

TD

dan

hati/perhatian penuh pada kasus


infark ventrikel kanan

ke

Antidotum : nalokson (0,4 2


mg IV)

Nitrogliserin
Digoksin
Aminofilin
III.9 Bagaimana cara menstabilisasi penderita syok hipovolemik yang disebabkan
oleh trauma?
Untuk stabilisasi yang efektif diperlukan :

Resusitasi yang cepat

Menghentikan perdarahan dan menjaga sirkulasi

Imobilisasi fraktur

Analgesia

Resusitasi yang cepat


Tujuan akhirnya adalah menormalkan kembali oksigenasi jaringan.
Karena penyebab gangguan ini adalah kehilangan darah maka resusitasi cairan merupakan
prioritas
1. Jalur intravena yang baik dan lancar harus segera dipasang. Gunakan kanula besar (14 16 G). Dalam keadaan khusus mungkin perlu vena sectie
2. Cairan infus (NaCL 0,9%) harus dihangatkan sampai suhu tubuh karena hipotermia dapat
menyababkan gangguan pembekuan darah.
3. Hindari cairan yang mengandung glukose.
4. Ambil sampel darah secukupnya untuk pemeriksaan dan uji silang golongan darah.
Menghentikan Perdarahan :
-

Cedera pada anggota gerak :

Torniket tidak berguna. Disamping itu torniket menyebabkan sindroma reperfusi dan
menambah berat kerusakan primer. Alternatif yang disebut bebat tekan itu sering disalah
mengerti. Perdarahan hebat karena luka tusuk dan luka amputasi dapat dihentikan dengan
pemasangan kasa padat subfascial ditambah tekanan manual pada
proksimal ditambah bebat kompresif (tekan merata) diseluruh bagian

arteri disebelah
anggota gerak

tersebut.
-

Cedera dada

Sumber perdarahan dari dinding dada umumnya adalah arteri. Pemasangan chest tube/ pipa
drain harus sedini mungkin. Hal ini jika di tambah dengan penghisapan berkala, ditambah
analgesia yang efisien, memungkinkan paru berkembang kembali sekaligus menyumbat
sumber perdarahan. Untuk analgesia digunakan ketamin I.V.
-

Cedera abdomen

Damage control laparatomy harus segera dilakukan sedini mungkin bila resusitasi cairan
tidak dapat mempertahankan tekanan sistolik antara 80-90 mmHg. Pada waktu DC
laparatomy, dilakukan pemasangan kasa besar untuk menekan dan menyumbat sumber
perdarahan dari organ perut (abdominal packing). Insisi pada garis tengah hendaknya sudah
ditutup kembali dalam waktu 30 menit dengan menggunakan penjepit (towel clamps).
Tindakan resusitasi ini hendaknya dikerjakan dengan anestesia ketamin oleh dokter yang
terlatih (atau mungkin oleh perawat untuk rumah sakit yang lebih kecil). Jelas bahwa teknik
ini harus dipelajari lebih dahulu namun jika dikerjakan cukup baik pasti akan
menyelamatkan nyawa.
Imobilisasi fraktur
Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam posisi
seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur. hal ini
akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstrimitas dan dipertahankan
dengan alat imobilisasi. pemakaian bidai yang benar akan membantu menghentikan

pendarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut.
Imobilisasi harus mencakup sendi diatas dan di bawah fraktur.
Analgesia
Analgesia untuk pasien trauma dapat menggunakan ketamin dosis berulang 0,2 mg/kg.
Obat ini mempunyai efek inotropik positif dan tidak mengurangi gag reflex, sehingga
sesuai untuk evakuasi pasien trauma berat.
III.10 Jelaskan syarat syarat melakukan transportasi dan rujukan pada pasien
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderirta atau
korban dari lokasi bencana kesarana kesehatan yang memadai.
Syarat-syarat melakuka transportasi pada penderita penurunan kesadaran.
ABC hrs stabil
Jgn memindahkan pasien sendirian dan lakukan dgn hati2.
Sediakan bidai , long spine board,& neck collar jk dibutuhkan(untuk pasien trauma
dan mencegah terjadinya trauma)
Infus &NGT serta kateterisasi.
Syarat-syarat melakukan rujukan pada penderita penurunan kesadaran.
Dokter lebih baik berbicara langsung dgn dokter yg akan dirujuk dan menceritakan
semua kejadian sblm initial care dan terapi yg sdh diberikan serta responnya.
Pencatatan dan pelaporan tentang konndisi pasien
Pengantar pasien harus diberitahukan tentang kondisi pasien.
Kondisi pasien harus stabil
Bila pernafasan tidak adekuat ETT
Bila trauma cervical collar neck
Pemerikaan penunjang harus dikerjakan tanpa memperlambat proses transfer
pasien.

Luka /pendarahan hrs dikontrol.


Penanganan dengan multipel trauma harus mengacu pada ABCDE.

Kesimpulan:

Prinsip utama pelayanan trauma DO NO FURTHER HARM,


Harus ada komunikasi dengan Rumah sakit,
Petugas atau perawat pendamping harus sudah terlatih dengan baik dibidang
kegawatdaruratan.

DAFTAR PUSTAKA

Galvagno, Samuel M, Jr., D. O., dkk. 2013. Emergency Pathophysiology: Clinical Application for
Prehospital Care. Teton Media.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Syok Sirkulasi dan Fisiologi Pengobatan in: Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta.
Isakow, Warren, Marin Kollef. 2012. The Washington Manual of Critical Care 2nd Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, Wolter Kluwer business Two Commerce Square.
Sudoyo, W Aru,dkk. Syok Hipovolemik .Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Pusat
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006. Hal:183-184

Anda mungkin juga menyukai