BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syok merupakan penurunan mendadak tekanan darah yang cukap berat
sehingga dapat menimbulkan kematian. Tekanan darah adalah tekanan yang di
timbulkan oleh jantung ketika memompa darah lewat pembuluh-pembuluh
darah. Dalam pengertian lain syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika
sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan
darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya
berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan.
Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran
darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal
jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi)
atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau
infeksi).
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
Dalam makalah ini akan dibahas secara mendetail mengenai syok hipovolemik
dimulai dari definisi, penyebab, patofisiologi, fase-fase syok dan
penatalaksanaan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Kritis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari syok hipovolemik.
b. Untuk mengetahui penyebab dari syok hipovolemik.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari syok hipovolemik
d. Untuk mengetahui fase-fase dari syok hipovolemik.
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari syok hipovolemik.
C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya makalah yang berjudul Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Yaitu
Mengenai Syok Hipovolemik diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
2. Manfaat praktik
a. Bagi Penyusun
Manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai proses pembelajaran dan
penambah wawasan tentang Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Yaitu Mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Syok Hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak
adekuat di dalam pembuluh darah. (Setiawan, ). Dan menurut Prof. Dr. H.
Tabrani, syok hipovolemik disebut juga dengan shock preload yang ditandai
dengan menurunnya volume intra vaskuler baik karena perdarahan maupun
karena hilangnya cairan tubuh.
Defnisi Syok hipovolemik merupakan salah satu jenis syok yang disebabkan oleh
hilangnya darah, plasma, atau cairan interstitiel dalam jumlah yang besar.
B. JENIS-JENIS
1. Syok Hemoragik.
Shock hemoragik adalah shock yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah
yang besar.
2. Syok Hipovolemik karena kehilangan cairan tubuh.
Shock hipovolemik yang paling sering terjadi adalah shock hemoragik, akan
tetapi kehilangan cairan tubuh dalam jumlah banyak, antara lain di sebabkan
oleh muntaber, juga dapat menimbulkan shock hipovolemik.
C. PENYEBAB/ ETIOLOGI
Secara umum syok hipovolemik disebabkan oleh:
1. Hilangnya cairan ekstraseluler
Terutama disebabkan oleh muntaber yang disebabkan oleh kolera, oleh obstruksi
intestinal atau ileus dimana cairan dalam jumlah yang besar keluar dari usus
menjadi cairan ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya penurunan volume
darah yang diikuti oleh hilangnya natrium.
2. Kehilangan cairan internal
Disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanismenya belum diketahui.
3. Berbagai penyakit antara lain, peritonitis, pankreastitis dan luka bakar.
1. Pada peritonitis sebab shock adalah hilangnya cairan ekstraseluler dan sepsis.
Terjadinya shock banyak berhubungan dengan aktivitas RES begitu sel RES
lumpuh maka shock pun terjadi.
2. Pada pankraetitis ditandai dengan hipotensi, nyeri dan hilangnya cairan.
3. Pada luka bakar yang memenuhi 50% tubuh, setengah cairan dari
ekstraseluler akan hilang.
Sedangkan secara khusus, menurut jenisnya penyebabnya yaitu :
1. Syok Hemoragik
Secara penyebab perdarahan yang sering terjadi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Lokasi Etiologi Riwayat Penyakit/ Pemeriksaan Diagnosa
Intra toraks
Fraktur iga
Kerusakan paru
Tamponade Jantung
Aneurisma aorta Trauma dada diikuti dengan nyeri dan distress pernafasan
Trauma toraks atau operasi dengan ARDS
Penetrasi luka tusuk pada dada atau operasi
Arteriosklerosis, trauma, syndrome marfan Radiografi, cairan pleura, dan fungsi
pleura
Radiografi, cairan pleura dan fungsi pleura
Radiografi, bentuk jantung bontot (Water bottle )
Tekanan arteri menurun CVP menaik
Perikardiocentesis
Radiografi, angiogram, hilangnya nadi
Intra peritoneal
Ruptur limpa atau hati
Ruptur kehamilan ektopik
Stangnulasi dan infark khusus
Trauma abdomen
Nyeri abdomen terutama nafas
Menstruasi berhenti
Sinkope dengan shock
Nyeri perut sampai ke punggung
Obstruksi
Nyeri perut dengan menyebar ke punggung
Fraktur iga
Parasentesis-abdomen
Hematokrit
Radiografi fraktur iga
Parasentesis-abdomen
Hematokrit turun
Rupture aorta
Nyeri abdomen dengan muntah dan shock
Nyeri sesudah makan
Ekimosis
Nyeri abdomen dengan sinkope dan shock
Ulsasi pada massa abdomen
Ekimosis Serum amylase naik dilatasi urin menaik
Serum kalsium menurun
Hemokonsentrasi darah
BNO tampak kalsifikasi aneurisme
Pulasasi aorta femoral menurun
Musculoskeletal Fraktur dengan hematoma Trauma, pembengkakan jaringan
Radiografi fraktur
2. Syok Hipovolemik karena kehilangan cairan tubuh
Terjadinya kehilangan cairan dapat di bagi atas cairan eksternal dan internal.
Kehilangan cairan eksternal terutama terjadi pada gastroenteritis, walaupun
demikian kehilangan cairan eksternal ini juga dapat timbul dari sengatan
matahari, poli uria, dan luka bakar. Sedangkan kehilangan cairan internal di
sebabkan oleh sejumlah cairan yang berkumpul pada ruangan peritoneal dan
pleura. Kehilangan cairan eksternal ini juga di sertai dengan kehilangan
elektrolit. Sebab yang terbanyak adalah infeksi kolera.
D. PATOFISIOLOGI
Shock hipovolemik bisa terjadi karena 1) hilangnya cairan misalnya pada pasien
yang mengalami muntaber karena kolera sehingga menyebabkan obstruksi
intestinal/ ileus dan mengakibatkan cairan ekstraseluler keluar yang berakibat
pada menurunnya volume darah dan hilangnya natrium. 2) trauma tumpul,
misalnya pada kepala yang menyebabkanperdarahan hebat atau terjadi
kehilangan cairan internal (contoh cairan serebral). 3) Berbagai penyakit antara
lain, peritonitis, pankreastitis dan luka bakar.
1. Pada peritonitis sebab shock adalah hilangnya cairan ekstraseluler dan sepsis.
Terjadinya shock banyak berhubungan dengan aktivitas RES begitu sel RES
lumpuh maka shock pun terjadi.
2. Pada pankraetitis ditandai dengan hipotensi, nyeri dan hilangnya cairan.
3. Pada luka bakar yang memenuhi 50% tubuh, setengah cairan dari
ekstraseluler akan hilang.
Penurunan curah jantung disebabkan oleh penurunan volume preload walaupun
terdapat kompensasi peninggian resistansi vaskuler, vasokonstriksi dan
takikardia. Tekanan darah masih dapat dipertahankan walaupun volume darah
jam, sedikit sekali mengandung trombosit granulosit dan faktor V. Oleh karena
itu pemberian darah tidak efektif, bila ditujukan untuk menmbah faktor-faltor
tersebut. Begitu pula kenaikan Hb yang didapat sesudah transfusi tidak
mengga,barkan kenaikan fungsi drah. Pada shcok hemoragik darah masif (whole
blood) tidak dapat hanya menggunakn Hb sebagai parameter karena yang
berkurang justru faktor pembekuan.
Untuk mengatasi shock yang demikian berikan cairan 1-2 liter bolus cairan
kristaloid sampai dengan volume urin 50cc per jam dan dimonitor. Selain itu juga
diberikan darah sebagi pengganti. Sebagai pegangan dapt dipakai petunjuk
three four one, volume cairan yang diberikan sama dengan tiga kali volume darh
yang keluar.
Pada shock hemoragik, pemberian darah segar yang mengandung koloid,
elekrolit dan sel darah merah hanya sedikit memperbaiki defisit cairan interstisal
sementara keuntungannya adalah meningkatnya oxygen caring capacity.
Walaupun tidak terdapat reaksi pada pemberian darah segar akn tetapi tranfusi
dapat dilanjutkan untuk mencapai stabilnya tekanan darah. Pemberian darah ini
tergantung pada hematokrit. Sering terdapat hematokrit meninggi. Dalam
keadaan ini diberikan cairan kristaloid karena pindahnya cairan sel ke ruang
interstisial.
Berhasilnya pengobatan tergantung pada akses pembuluh darh dan
digunakannya kanul yang berukuran besar dari 17 pada femoralis atau vena
subklavia. Meskipun demikian, pemberian darah filtrat melalui vena subklavia
dapt menimbulkan eritmia krena kekurangan klasium.
Bila pada pemeriksaan darah terdapat kekurangan komponen-komponen darah
mka terdapat indikasi untuk pemberian komponen darah antara lain :
a. Pemberian Packed red blood cel ( PRBCs)
Sel darah merah yang diberikan berupa komponen whole blood dipisah dari
plasma dan disimpan dalam gliserol. Indikasi pemberian adalah perdarahan
berat sampai denga shock. Pada umumnya diberikan bila darh keluar dari
750cc.
Komplikasi pemberian PRBCs adalah terjadinya reaksi hemolitik karena
ketidakcocokan antigen antybodi, misalnya sistem ABO. Beberapa cc saja dapat
menimbulkan shock, kegagalan ginjal, dan DIC, sementara yang dapat diliaht
adalah menggigil rasa terbakar, sakit kepala, dan dada, muka terasa terbakar.
Bila terjadi reaksi antigen antibody ini mak transfusi harus dihentikan, cek darah
kembali, monitor produksi urin, tekann darah dan lakukan pemeriksaan PT, PTT,
Fibrinogen, trombosit, fibrin produk degadrasi, dan hemoglobinea dan
kebanyakan bilirubin sesudah 5-7 hari. Kegagaln ginjal terjadi karena shock dan
vasokonstriksi yang disebabkan oleh reaksi aglutinasi dan pertimbangkan
pemberian heparin. Disamping itu mungkin pula terjadi ekstra vaskuler yang
ditandai secara klinis dengan keadaan pasien menggigil, demam, dan
meningginya bilirunin dalam darah.
b. Transfusi masif
Salah satu bentuk transfusi adalah pemberian darah dalm jumlah masif. Darah
dingain dapat menyebabkan hipotermia.
c. Albumin dan plasma protein
Albumin dan plasma protein diberikan pada hipoalbumin. Pemberian 5%
albumin. Atas dasar kekurangan berbagai faktor didalam darah maka beberapa
teknik dapat pula dikembangkan untuk mendapatkan komponen-komponen
darah tertentu, antara lain albumin.
d. Teknik hemaferesis
Pemisahan komponen darah didasarkan atas perbedaan berta jenis masingmasing komponen darah. Pemisahan dapat dilakukan dengan centrifugasi dan
disamping itu dapat pula dilakukan dengan filtrasi metode yang lebih banyak
dipakai di eropa daripada di Amerika. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan :
1) Hemaferesis manual
Sebanyak 450 cc darah yang terdapat dalam labu darah diputar secara manual
dengan centrifuge. Cara ini selain tidak praktis juga mengundang bahaya
hemolisis.
2) Hemaferesis otomatik
Sebanyak 500cc darah dan steril diberikan anti koagulan ACD denagn 1:8
kemudian dialirkan ke dalam sentrifuge dan kemudian dilanjutkan ke dalm
tempat dimana dapt dilihat beberapa lapisan darah yamg mempunyai berat
jenis yang berbeda. Selain itu digunakan pula cara continuos flow hamaferesis
buatan baxter yang bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen plasma.
Pemisahan IGG yang disebut dengan plasma feresis adalah pemisahan IGG dari
plasma darah yang dapat dilakukan denagn mesin buatan imre, Seattle, WA dan
Lund, Sweeden.
e. Transfusi trombosit
Transfusi trombosit dapat diberikan bila transfusi kurang dari 50.000/ menit
untuk mencegah perdarahan dimana perdarahan masif akan terjadi bila
perdarahan dibawah 20.000.
f. Transfusi granulositkan bila jumlah granulosit kurang yang di dapat sebagai
akibat sepsis, neonatus pansitopenik dan febril netropenik.
Granulosit dapat di pertimbang
g. Pemberian plasma
Plasma di berikan pada pasien defisiensi factor koagulasi , hemolitiarank uremik
sindrom , trombotik trombositopenik purpura dan defesiensi antitrombin III.
Tranfusi dengan plasma dapat memebearikan factor pembekuan untuk factor VII
untuk hemofili dan factor II , VII,X, VIII inhibitor. Efek samping yang di
timbulkannya adalah menggigil, sakit kepala, muntah, thrombosis, dan DIC.
2. Syok hipovolemik karena kehilangan cairan tubuh
Terapi yang harus diberikan adalah resusitasi (penggantian) cairan. Jenis cairan
kristaloid dan komposisinya yang diberikan untuk mengatasi syok hipovolemik
dan komplikasi yang meungkin terjadi serta kontra indikasi dapt dilihat dibawah
ini :
Volume konsentrasi (ml) Elektrolit Ditandai
Na K Cl
Cairan Isotonik 1000 0,9% 154 - 154 pH 6 ; dapat menyebabkan peninggian
klorida dan asidosis
Ringers Laktat 1000 - 130 4 109 Lebih disukai untuk mengganti cairan
ekstraseluler. Laktat tak dimetabolisasi pada syok dan penyakit liver karena itu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Syok Hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak
adekuat di dalam pembuluh darah sedangkan jenis-jenisnya ada 2 yang pertama
Syok Hemoragi, shock hemoragik adalah shock yang terjadi akibat perdarahan
dalam jumlah yang besar. Dan yang kedua yaitu Syok Hipovolemik karena
kehilangan cairan tubuh. Syok memiliki lima stadium yaitu: Stadium 1
Anticipation Stage, Stadium 2. Pre-Shock Slide, Stadium 3 Compensated Shock ,
Stadium 4 Decompensated Shock, Stadium 5 Decompensated Irreversible Shock,
Terapi utama pada shock hemoragik adalah transfusi darah. Yang paling tepat
adalah memberikan darah segar, sedangkan untuk terapi Syok hipovolemik
karena kehilangan cairan tubuh terapi yang harus diberikan adalah resusitasi
(penggantian) cairan.
B. SARAN
1. Bagi Perawat Pelaksana
Hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan teori yang ada dan dengan mempertimbangkan keadaan pasien.
Hendaknya data yang terkait untuk pembuatan asuhan keperawatan sesuai
dengan data yang ada atau data yang ada dari pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya pembuataan asuhan keperawatan dalam pendidikan sesuai dengan
teori yang ada dan diharapkan pendidikan lebih awal sehingga mahasiswa dapat
lebih menguasai dalam pembuatan asuhan keperawatan yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan keperawatan pada pasien shock hypovolemik, dilihat 22 september
2011darurat/tgd_141_slide_asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_shock_hy
povolemik.pdf
Rab, tabrani. 2000. Pengatasan Shock. Jakarta. EGC.
Syok, dilihat 22 september 2011
Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan volume
intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada
perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan (3)
memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
Pengobatan penyebab yang mendasari.
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan
perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat perdarahan atau
mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal.
Penggantian Cairan dan Darah
Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk membuat
akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya memungkinkan pemberian
secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan
dekstran 6 %).
Redistribusi cairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai
pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak
dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi
oleh gayagravitasi.
Terapi Medikasi
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang
mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada pasien
dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk
diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk
muntah-muntah.
Military anti syoc trousersn(MAST)
Adlah pkain yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan
hipovolemia dengan memberikan tekanan balik disekitar tungkai dan
abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu
menahan perfusi coroner.
SYOK KARDIOGENIK
Pengertian
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.
Etiologi
Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non
koroner. Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Nonkoroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung,
dan disritmia.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :
1. Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut
2. Memulihkan kesehatan miocardium
3. Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
Penatalaksanaan utama syok kardiogenik mencakup :
a. Mensuplai tambahan oksigen
Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui kanula nasal 3 5
Liter / menit.
b. Mengontrol nyeri dada
Jika pasien menglami nyeri dada, morfin sulfat diberikan melalui intravena untuk
menghilangkan nyeri. Pemberian posisi semi fowler, dapat membantu untuk
memberikan posisi nyaman & meningkatkan ekspansi paru.
c. Pemberian obat-obat vasoaktif
Terapi obat vasoaktif terdiri atas strategi farmakologi multiple untuk memulihkan
dan mempertahankan curah jantung yang adekuat. Pada syok kardiogenik
koroner, terapi obat diujukan untuk memperbaiki kontraktilitas jantung,
mengurangi preload dan afterload, atau menstabilkan frekuensi jantung. Contoh,
Dopamin dan nitrogliserin.
d. Dukungan cairan tertentu
Pemberian cairan harus dipantau dengan ketat oleh perawat untuk mendeteksi
tanda kelebihan cairan. Bolus cairan intravena yang terus diingkatkan harus
diberikan dengan sangat hati-hati dimulai dengan jumlah 50 ml untuk
menentukan tekanan pengisian optimal untuk memperbaiki curah jantung.
SYOK DISTRIBUTIF
Pengertian
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal
berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam
pembuluh darah perifer.
Etiologi
Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh
pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan
pasien pada resiko syok distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera
medulla spinalis, anastesi spinal, (2) syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap
penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok septik seperti
imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi
Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok
distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :
1. Syok Neorugenik
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus
simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi
spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat
kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau
syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan
dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah
bradikardi.
Penatalaksanaan :
- Pengobatan spesifik syok neurogenik tergantung pada penyebabnya. Jika
penyebabnya Hipoglikemia (syok insulin) dilakukan pemberian cepat glukosa.
- Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang mendapakan anastesi spinal
atau epidural dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur 15 20 derajat
untuk mencegah penyebaran anastetik ke medula spinalis.
- Pada Kecurigaan medula spinal, syok neurogenik dapat dicegah melalui
imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan medula spinalis
lebih lanjut.
- Stocking elastik dan meninggikan bagian kaki tempat tidur dapat
meminimalkan pengumpulan darah pada tungkai. Pengumpulan darah pada
ekstremitas bawah menempatkan pasien pada peningkatan resiko terhadap
pembentukan trombus.
- Pemberian heparin, stocking kompresi, dan kompresi pneumatik pada tungkai
dapat mencegah pembentukan trombus.
2. Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya
sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi
anti gen- anti bodi sistemik.
Penatalaksanaan :
- Pemberian obat-obat yang akan memulihkan tonus vaskuler, dan mendukung
kedaruratan fungsi hidup dasar. Contoh : epinefrin ,aminofilin. Epinefrin diberikan
secara intravena untuk menaptkan efek vasokonstriktifnya. Difenhidramin
diberikan secara intavena untuk melawan efek histamin dengan begitu
mengurangi efek permeabilitas kapiler. Aminofilin diberikan secara intravena
untuk melawan bronkospasme akibat histamin.
- Jika terdapat ancaman atau terjadi henti jantung dan henti napas, dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP)
3. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan
melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat,
melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan
pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh
Etiologi
dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
singkat.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalam beberapa menit. Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan
menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti:
(1) Turunnya turgor jaringan;
(2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta
(3) Bola mata cekung.
Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat, disebabkan
oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai asidosis metabolik
dengan celah ion yang tinggi. Selain berhubungan dengan syok, asidosis laktat
juga berhubungan dengan kegagalan jantung (decompensatio cordis), hipoksia,
hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika (hiperglikemi, asidosis metabolik,
ketonuria), dan pada dehidrasi berat.
Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal. Pada
insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar gagal
melakukan metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada asidosis
ditangguhkan sebelum pH darah turun menjadi 7,2. Apabila pH 7,0-7,15 dapat
digunakan 50 ml NaHCO3 8,4% selama satu jam. Sementara, untuk pH < 7,0
digunakan rumus 2/2 x berat badan x kelebihan basa.
Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk menentukan kadar
hemoglobin dan nilai hematokrit. Akan tetapi, resusitasi cairan tidak boleh
ditunda menunggu hasil pemeriksaan. Hematokrit pasien dengan syok
tubuh lainnya seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau
emesis, dan pankreatitis akuta.
Pemilihan Cairan Intravena
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi
elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah
dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi
cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang
menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien.
Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter
larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan
cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat
menormalisasikan tekanan darah pada pasien kombustio 18-24 jam sesudah
cedera luka bakar.
Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid,
koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik.
Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai,
tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan
kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh
sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.
Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik
dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah
larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat
diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi
seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma syok.
NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara
untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.
Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme
laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat
dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat
terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan
pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis
laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit
berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk
mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan
harian