Anda di halaman 1dari 5

Putri Desti Juita Sari-2013730164

8. Jelaskan penyakit bronkiolitis!

Jawab :

Bronkiolitis adalah infeksi saluran pernafasan yang ditandai dengan pernafasan yang
cepat dan dangkal dengan pelebaran cuping hidung yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi
ini menyebabkan pembengkakan dan peningkatan jumlah lendir di saluran pernafasan terkecil di
dalam paru-paru (bronkiolus), menyebabkan kesulitan bernafas dan mengi. Kondisi ini sering
terjadi pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Bronkiolitis merupakan penyakit menular
dan dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung dengan cairan hidung,
atau melalui droplet udara.

ETIOLOGI
Bronkiolitis akut disebabkan oleh respiratory syncytial virus (50%). Penyebab lainnya
adalah parainfluenza virus, Eaton agent (Mycoplasma pneumonia), adenovirus, dan beberapa
virus lainnya. Adenovirus dapat dihubungkan dengan lomplikasi jangka lama termasuk
bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen unilateral (Sindrom Swyer-James). Tidak ada
bulti kuat bahwa bakteri menyebabkan bronkiolitis.

EPIDEMIOLOGI
Bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki anatara umur 3-6 bulan yang belum
pernah disusui ibunya dan yang hidup pada keadaan penuh sesak. Sumber infeksi virus biasanya
anggota keluarga dengan penyaki pernapasan yang minor. Anak yang lebih tua dan orang dewasa
mentoleransi edema bronkiolus lebih baik dibandingkan dengan bayi, dan tidak berkembang
bronkiolitis kronis walaupun saluran pernapasannya yang lebih kecil terinfeksi oleh virus. Bayi
yang ibunya merokok lebih mungkin berkembang bronkiolitis daripada bayi ibu-ibu yang tidak
merokok.

PATOFISIOLOGI
Pada brokiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena edema dan akumulasi mucus
dan eksudat yang lain. Karena tahanan terhadap aliran udara di saluran pernapasan besarnya
berbanding terbalik dengan radius pangkat empat, maka penebalan yang sangat sedikit sekali pun
pada dinding bronkiolus bayi akan mempengaruhi aliran napasnya. Tahanan pada saluran
pernapasan kecil bertambah selama fase inspirasi dan ekspirasi, namun karena selama ekspirasi
sa;uran napas menjadi lebih kecil maka hasilnya adalah obstruksi pernapasan katup bola yang
menimbulkan perangkap udara awal dan overinflasi.
Proses patologis mengganggu pertukaran gas normal di dalam paru. Perfusi ventilasi
yang tidak sepadan menyebabkan hipoksemia yang terjadi pada awla perjalanannya. Retensi
karbondioksida (hiperkapnea) biasasnya tidak terjadi kecuali pada penderita berat. Makin tinggi
frekuensi pernapasan makin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnea biasanya tidak terjadi
kecuali pernapasan mencapai 60 kali per menit. Selanjutnya hiperkapnea ini berubah menjadi
takipnea. Obstruksi parsial bronkiolus menimbulkan emfisema dan obstruksi total menimbulkan
atelektasis

GAMBARAN KLINIS
Sebagian besar bayi yang terkena mempunyai riwayat terpajan pada anak yang lebih tua
atau dewasa yang menderita penyakit pernapasan ringan pada minggu sebelum mulainya
penyakit. Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas,
disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa disertai kenaikan suhu ataupun
hanya subfebril. Perkembangan kegawatan pernapasan ditandai dengan anak yang mulai
mengalami sesak napas, makin lama makin hebat, pernapasan dangkal dan cepat dan disertai
dengan serangan batuk. Menyusu ibu atau botol dapat sangat sulit karena frekuensi napas yang
cepat tersebut tidak memberikan kesempatan untuk mengisap dan menelan. Pada kasus ringan,
gejala tersebut dapat menghilang 1-3 hari. Pada kasus yang lebih berat, gejala dapat berkembang
dalam beberapa jam dan perjalanan penyakitnya dapat berlarut-larut.

ALUR DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisis : ditemukan pernapasan cuping hidung disertai retraksi interkostal


dan suprasternal karena paru terus menerus terdistensi oleh udara yang terperangkap, anak
gelisah dan sianotik. Depresi hati dan limpa akibat overinflasi paru dapat mengakibatkannya
teraba di tepi bawah kosta. Pada pemeriksaan fisis juga didapati suara perkusi hipersonor,
ekspirium memanjang disertai dengan mengi. Ronkhi nyaring halus kadang terdengar pada akhir
inspirium atau pada permulaan ekspirium. Pada keadaaan yang berat sekali, suara pernapasan
hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi hampir total.
Pemeriksaan Penunjang :
 Foto roentgen thoraks menunjukkan paru-paru dalam keadaan aerasi dan diameter
anterior posterior membesar pada foto lateral. Pada serpertiga penderita
ditemukan bercak konsolidasi tersebar yang disebabkan atelektasis atau radang.
 Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam batas
normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik, maupun
metabolic. Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri normal. Virus dapat
diperagakan pada sekresi nasofaring dengan deteksi antigen (biasanya
immunoassay enzim) atau dengan biakan
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis ditegakkan atas gambaran klinis yang khas seperti tersebut di atas. Keadaan ini
harus dibedakan dengan asma yang kadang juga timbul pada usia muda. Pada asma terdapat
riwayat keluarga menderita asma juga. Selain itu, asma tidak didahului dengan infeksi,
ekspirasinya sangat memanjang dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan eosinofilia. Anak
dengan asma akan memberikan respon terhadap bronkodilator, sedangkan anak dengan
bronkiolitis tidak. Bronkiolitis juga harus dibedakan dengan pertusis, bronkopneumonia yang
disertai emfisema obstruktif dan gagal jantung.

PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAAN


Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya
dengan uap dingin. Keadaan ini dapat mencairkan secret bronkur yang liat. Untuk tujuan ini
dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan walaupun anak belum dalam
keadaan sianosis. Cairan intravena dengan elektrolit yang diperlukan diberikan untuk
mengoreksi asidosis respiratorik dan metabolic yang mungkin timbul dan juga untuk mengoreksi
kemungkinan dehidrasi. Antibiotika diberikan apabila tersangka ada infeksi bacterial dan
sebaiknya dipilih obat berspektrum luas. Bila dicurigai Mysoplasma pneumoniae sebagai
penyebabnya, obat yang terpilih ialah eritromisin. Tentang pemberian steroid belum ada
keseragaman. Pemeberian sedativum tidak diperkenankan karena dapt menimbulkan depresi
pernapasan. Bila dianggap perlu dapat diberikan kloralhidrat. Bronkodilator juga tidak
dianjurkan dan sebetulnya merupakan indidkasi kontra, karena dapat memperberat keadaan anak.
Penderita dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan meningkat.
Ribavirin (Virazol), suatu gen antivirus telah tersedia untuk pengobatan RSV sejak 1985.
Beberapa percobaan terkendalimemanfaatkan penderita beresiko tinggi menunjukkan adanya
perbaikan dalam oksigenasi dan penurunan pelepasan virus.Penggunaannya telah dianjurkan
untuk bayi dengan penyakit jantung kongenitalatau displasia bronkopulmonal oleh Komite
Penyakit Infeksi Akademi Pediatri Amerika (AAP). Satu penelitian pada bayi yang diintubasi
dan diberi ribavirin secara acak menunjukkan hasil yang lebih baik untuk orang yang diobati
ribavirin.
Karena obstruksi terjadi pada tingkat bronkiolus, trakeostomi tidak bermanfaat dan
menimbulkan resiko besar bahkan tidak dibenarkan pada bayi yang sakitnya akut. Beberapa
penderita dapat menjelek dengan cepat menjadi kegagalan pernapasan sehingga membutuhkan
bantuan ventilasi.

PENCEGAHAN
Beberapa tindakan pencegahan pada bronkiolitis:

 Jangan membawa bayi berumur kurang dari 3 bulan ke tempat umum, terutama jika
banyak anak-anak
 Penderita infeksi saluran pernafasan harus mencuci tangan atau menggunakan masker
jika berdekatan dengan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Nelson, W.E., Ilmu Kesehatan Anak Edisi XV Volume 2, Jakarta, EGC, 2000, hal. 1484-
1486

Hassan, Rusepnu, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Jakarta, Infomedika, 1985, hal. 1233-1234

Anda mungkin juga menyukai