Anda di halaman 1dari 50

KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH 1
“ Mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien
dengan Hiperparatyroid dan Hipoparatyroid “

•Disusun oleh :

•BUNGA TANG
•MUHAMMAD AKBAR NA’IM
•NANDA YORIKA KUSASIH
•TASYA ALMANDA CANTIK A
HIPERPARATIROID

DEFINISI
Hiperparatiroidisme adalah terjadi akibat
produksi berlebihan hormon paratirod oleh kelenjar
paratiroid yang ditandai dengan dekalsifikasi dan
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium.
(Brunner & Suddarth, 2015).hipeparatirodisme
adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan
yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid yang
diakibatkan oleh sekresi parathormone dan bersirkulasi
dalam darah.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
KELENJAR PARATYROID
1. Anatomi
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu
sulcus pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang
berasal dari sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu
dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar
paratiroid dibagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus
pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal,
yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan tetapi,
sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid
bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral kutub bawah
kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada
dimediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di
dalam parenkim kelenjar tiroid. (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong,
2004, 695)
Sambungan...
2. Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid
(parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit
D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu
dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang
bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi
kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium
pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat
dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif
bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan
homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)
ETIOLOGI
HIPERPARATIROID
HIPERPARATIROID
1. Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan
oleh adenoma tunggal.
2. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh
berbagai adenoma atau hyperplasia). Biasanya herediter dan
frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainnya
3. Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh
paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia
pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga dapat
terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin
neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau
hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan
hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga
termasuk kedalam kategori ini.
PATOFISIOLOGI
HIPERPARATIROID
HIPERPARATIROID
• Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan
oleh hiperplasia atau neoplasma paratiroid) atau sekunder,
dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal ginjal
kronis.Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan
oleh adenoma paratiroid jinak; 18% kasus diakibatkan oleh
hiperplasia kelenjar paratiroid: dan 2% kasus disebabkan oleh
karsinoma paratiroid

• Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH


terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH
meningkatkan resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan
demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga
meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya
memudahkan ambilan kalsium dari makanan dalam usus. Sehingga
hiperkalsemia dan hipofosatmia kompensatori adalah abnormlitas
biokimia yang dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH
serum juga meningkat.
PATHWAY HIPERPARATIROID
TANDA DAN GEJALA
HIPERPARATIROID
HIPERPARATIROID
• Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat
terganggunya beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan
mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi
dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan
peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis
dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan
neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek
langsung kalsium pada otak serta sistem saraf. Peningkatan kadar
kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan otot.
• Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang
berkaitan dengan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme primer.
Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi kalsium fosfat dalam pelvis
da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (rena calculi),
obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HIPERPARATIROID
HIPERPARATIROID
1. PTH darah (peningkatan pada hiperparatiroid, penurunan pada
hipoparatiroid)
Kadar normal: 10-55 pg/Ml
2. Kadar fosfat darah (penurunan pada hiperparatiroid)
Kadar normal: 2.5-4.5 mg/dL (dewasa); 3.4-6.2 mg/dL (anak-anak)
3. Kadar 1,25 DHC
Kadar normal: 18-62 ng/mL
4. Hormon PTHrP (Parathyroid Hormon-Related Protein)
(jika diduga ada keganasan, biasanya dari carcinoma mammae atau
oat cell tumor paru-paru; merupakan stimulan osteoklas yang
poten; biasa disintesis di otak, kelenjar mammae, sel endotel, dan
lain-lain; mengatur distribusi kalsium transplasental)
Kadar normal: <2.5pmol/L
Sambungan...
5. Kadar Ca dan P urin 24 jam
Ca: 0-300 mg/24 jam
P: 0.9-1.3 g/24 jam (sekresi kalsium akan menurun, tetapi sekresi fosfat
meningkat)

6. Kreatinin dan albumin serum (untuk menilai fungsi ginjal)


Kadar normal: kreatinin 0.6-1.5 mg/dL, albumin serum 3.5-5 mg/dL

7. EKG (interval QT akan memendek pada hiperparatiroid)

8. USG dan CT scan paratiroid

9. USG dan CT scan ginjal

10. Foto toraks dan abdomen (untuk mengetahui kalsifikasi ektopik ginjal, paru-
paru, maupun gaster)
PENATALAKSAAN MEDIS
HIPERPARATIROID
HIPERPARATIROID
2. Keperawatan
Medis a . Hidrasi
Pasien dianjurkan untuk
a eksplorasi leher dan minum air sebanyak 2000 ml
reseksi kelenjar yang cairan atau lebih untuk
mengalami hiperfungsi atau mencegah batu ginjal.
tumor. b. Mobilisasi
b Pada hyperparathyroidisme Mobilisasi pasien untuk banyak
sekunder dapat juga diatasi berjalan atau penggunaan
dengan tindakan bedah. kursi goyang harus diupayakan
namun pada waktu yang sama sebanyak mungkin karena
lebih penting untuk tulang yang mengalami stres,
memperbaiki kelainan normalnya akan melepaskan
metabolik yang menyababkan kalsium dalam jumlah sedikit.
hipersekresi PTH. c. Diet
c Bila hiperplasia, Kebutuhan nutrisi harus
paratiriodektomi subtotal dipenuhi meskipun pasien
d Obat obatan dianjurkan untuk menghindari
diet kalsium terbatas
KOMPLIKASI
HIPERPARATIROID
HIPERPARATIROID

1. peningkatan ekskresi kalsium dan


fosfor
2. Dehidrasi
3. batu ginjal
4. hiperkalsemia
5. Osteoklastik
PENGKAJIAN HIPERPARATIROID
• 1.Data Demografi
• Nama :
• Umur :
• Jenis kelamin :

• 2.Riwayat kesehatan keluarga


• Obesitas :
• Gangguan tumbang :
• Kelainan pada kelenjar paratiroid :
• Diabetes militus :

• 3.Riwayat kesehatan klien


• Tanda tanda seks sekunder yang tidak berkembang contohnya amenore :
• BB Tidak sesuai Usia :
• Gangguan psikologis ,mudah marah dan sulit bergaul :
• Penggunaan obat-obatan contohnya Hidrokortis :

• 4.Riwayat diit
• Penurunan / peningkatan BB :
• Nausea,mual,muntah, nyeri abdomen :
• Selera makan menurun / meningkat :
• Pola minum sehari-hari :

• 5.Status sosial ekonomi


• Bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi:
• Upaya mendapat pengobatan :
• Upaya mempertahankan kesehatan :
6. Sistem urinaria: Pembentukan kalkuli pada ginjal
 Sistem integument
 Distrofik, kering, kulit, dan kuku keras
 Figmentasi kutan
 Alopesia
 Tepi kuku horizontal
 Kuku rapuh
7. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan EKG
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN
HIPERPARATIROID
DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPERPARATIROID
• 1.Gangguan pola Eliminasi urin yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia dan hiperfosfatemia

Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang ditunjukkan oleh tidak
terbentuknya batu dan haluaran urine 30 sampai 60 ml/jam

• 2.Gangguan pemenuhan Nutrisi yang berhubungan dengan rasa mual muntah

Tujuan : Klien akan mendapat masukan makanan yang mencukupi, seperti yang dibuktikan oleh tidak
adanya mual dan kembali pada atau dapat mempertahankan berat badan ideal.

• 3.Nyeri berhubungan dengan deminiralis tulang

Tujuan : Mengurangi rasa nyeri klien dengan edukasi tentang proses terjadinya nyeri dan cara
manajemen rasa nyeri

• 4.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrtrolit berhubungan dengan rasa mual dan muntah

Tujuan : Mencegah terjadinya dehidrasi dengan pemberian therapy cairan elektrolit.


PERENCANAAN HIPERPARATIROID
1.Gangguan pola eliminasi urin
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pola berkemih, seperti frekuensi dan Mengidentifikasi fungsi kandung kemih
jumlahnya

2.Lakukan program katerisasi bila Mencegah retensi urine dan


diperlukan pengeluaran urien

3.Berikan pengobatan sesuai indikasi Mengelola program terapi


seperti anti biotik  
2. Gangguan pemenuhan nutrisi

INTERVENSI RASIONAL
1.Berikan dorongan kepada pasien untuk Mengontrol kadar Kalsium dalam tubuh
mengkonsumsi diit rendah kalsium untuk
mengontrol hiperkalesemia

Mengontrol jumlah jenis nutrisi klien

2.Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu


diit klien
3. Nyeri berhubungan dengan derminalis tulang

INTERVENSI RASIONAL
1.Kaji adanya tanda nyeri baik verbal Bermanfaat dalam mengevaluasi
maupun non verbal nyeri,menentukan pilihan intervensi

2.Anjurkan pasien menggunkana teknik Mengatasi nyeri,menfokuskan perhatian


relaksasi klien

3.Pertahankan lingkungan yang tenang , Memberikan kesempatan klien untuk

batasi pengunjung beristirahat

Mencegah komplikasi / risiko


4.Periksa kembali daerah yang
berkembangnya trombosis vena dalam
mengalami nyeri tekan
( TVD)
4. Gangguan keseimbangan cairan elekrolit

INTERVENSI RASIONAL
1.Kaji adanya tanda-tanda Dehidrasi, dan Mencegah terjadinya dehidrasi pada
kaji turgor kulit pasien

2.Berikan therapy cairan infus Memperbaiki jaringan akibat penegluaran


cairan
HIPOPARATIROID

DEFINISI
Hipoparatiroid adalah suatu
ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan
fosfat yang terjadi karena produksi hormon
paratiroid yang kurang sehingga
menyebabkan hipokalsemia. Hipoparatiroid
adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan
tetani sebagai gejala utama. (Hikmah, 2013),
ETIOLOGI
HIPOPARATIROID
HIPOPARATIROID
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat
diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada
penyakit hipoparatiroid (Adhi, 2013), antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
a) Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
b) Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
2. Hipomagnesemia
3. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
4. Resistensi terhadap hormone paratiroid
(pseudohipoparatiroidisme)
5. Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka
pada kelenjar-kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala
dan leher.
PATOFISIOLOGI
HIPOPARATIROID
HIPOPARATIROID
Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh
defisiensi parathormon yang mengakibatkan
kenaikan kadar fosfat darah
(hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi
kalsium darah (hipokalsemia).

Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan


dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr
%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai
9,5-12,5 mgr%)
TANDA DAN GEJALA HIPOPARATIROID
1. Laten tetani: Mati rasa, tingling, kram pada tangan dan kaki.
2. Over tetani: bronchospasme, laringospasme, spasme
carpopedal, dispagia, potophobia, cardiac disritmia.
3. Gejala lain:
• Gangguan emosional: cemas, mudah marah, depresi
• Perubahan tropik pada ectoderm: rambut jarang dan cepat putih, kulit kering
dan permukaan kasar, kuku tipis.
4. Hiperventilasi: Karena kepanikan akibat tetani, pasien dapat
hiperventilasi dan mensekresi jumlah epinefrin yang meningkat.
5. Gejala-gejala Adrenergik: Peningkatan sekresi epinefrin lebih
jauh menimbulkan anxietas, takikardi, berkeringat, dan
kepucatan perifer dan sirkumoral.
6. Kejang: Pasien-pasien dengan hipoparatiroidisme dapat timbul
kejang.
A. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar
kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 -
1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
B. Fosfat anorganik dalam serum tinggi
C. Fosfatase alkali normal atau rendah
D. Foto Rontgen: Sering terdapat kalsifikasi yang
bilateral pada ganglion basalis di tengkorak.
Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di
serebellum dan pleksus koroid
E. Density dari tulang bisa bertambah
F. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

PEMERIKSAAN PENUNJANG
HIPOPARATIROID
PENATALAKSAAN MEDIS HIPOPARATIROID

1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya
adalah dengan pemberian intravena 10-20 ml
larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem
calcium) atau dalam infus. Di samping kalsium
intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200
U) dan vitamin D 100.000 U per oral.

2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid
menahun ialah untuk meninggikan kadar kalsium dan
menurunkan fosfat dengan cara diet dan
medikamentosa. Diet harus banyak mengandung
kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas
pemberian alumunium hidroksida dengan maksud
untuk menghambat absorbsi fosfor di usus.
KOMPLIKASI HIPOPARATIROID

1.Hipokalsemia
2.Insufisiensi ginjal kronik
Pengkajian Hipoparatiroid
1. Pengkajian
2.Pengumpulan Data
• Identitas
• Identitas klien
• Identitas penanggung jawab
3. Riwayat kesehatan
• Sejak kapan klien menderita penyakitApakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
• Apakah klien pernah mengalami tindakan oprasi khususnya pengangkatan kelenjar paratiroid atau
kelenjar tiroid
• Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher.
4. Keluhan utama meliputi:
• Kelainan bentuk tulang
• Perdarahan yang sulit berhenti
• Kejang-kejang, kesemutan dan lemah.
5. Pemeriksaan fisik
A. Sistem persarafan
a) Parestesis: bibir, lidah, jari-jari, kaki
b) Kesemutan
c) Tremor
d) Hiperefleksia
e) Tanda chvostek’s dan trousseau’s positif
f) Papil edema
g) Labilitas emosional
a) Peka rangsang
b) Ansietas
c) Depresi
d) Delirium
e) Delusi
f) Perubahan dalam tingkat kesadaran
g) Tetani
h) Kejang
2. Sistem musculoskeletal
• Kekakuan
• Keletihan
3. Sistem cardiovaskuler
• Sianosis
• Palpitasi
• Disritmia jantung
4. Sistem pernafasan
• Suara serak
• Edema/stridor laring
5. Sistem gastrointestinal
• Mual muntah
• Nyeri abdomen
DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOPARATIROID

1. Potensial cedra berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh
hipokalsemia.
Tujuan:Klien tidak mengalami cedra dengan kriteria: reflek normal, tanda vital stabil,
makan diet dan obat seperti yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal.

2. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan oedema laring atau aktivitas
kejang.
Tujuan: Jalan nafas efektif dengan kriteria:
• Frekwensi, irama, dan kedalaman pernafasan normal.
• Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Tujuan: Klien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dengan kriteria:
• Tingkat aktivitas meningkat tanpa dispnoe, tachicardi atau peningkatan
tekanan darah.
• Melakukan aktivitas tanpa bersusah payah
4. Resti terhadap inefektif penatalaksanaan regimen therapetik berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.
Tujuan: Klien mengerti tentang diet dan medikasinya
Potensial cedra berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang
diakibatkan oleh hipokalsemia.
Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2
jam sampai 4 jam.
b. Pantau fungsi jantung secara terus
menerus/gambaran EKG.
c. Bila pasien dalam tirah baring berikan
bantalan paga tempat tidur dan pertahakan untuk mengetahui kelainan sedini mungkin.
tempat tidur dalam posisi rendah. a. Untuk mengetahui abnormalitas dari gambaran EKG.
d. Bila aktivitas kejang terjadi ketika pasien b. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh.
bangun dari tempat tidur, bantu pasien c. Untuk menghindari cedra yang terjadi akibat benda yang terdapat
untuk berjalan, singkirkan benda-benda di lingkungan sekitar klien dan mencegah kerusakan lebih berat akibat
yang membahayakan, bantu pasien dalam kejang.
menangani kejang dan reorientasikan bila d. Antisifasi terhadap hipokalsemia dengan cara penanganan medis.
perlu. e. Pemberian kalsium yang terlalu cepat akan mengakibatkan
e. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani tromboflebitis hipotensi.
gejala dini dengan memberikan dan f. Untuk membantu memenuhi kekurangan kalsium dalam tubuh.
memantau efektifitas cairan parenteral dan g. Untuk mengontrol kadar kalsium serum.
kalsium
f. Pemberian kalsium dengan hati-hati.
g. Berikan suplemen vitamin D dan kalsium
sesuai program.
h. Kaji ulang pemeriksaan kadar kalsium.
Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan
oedema laring atau aktivitas kejang.

Intervensi Rasional
a. Siapkan peralatan penghisap dan jalan nafas oral di a. Supaya memudahkan karena serangan bisa
dekat tempat tidur sepanjang waktu. secara tiba-tiba.
b. Siapkan tali tracheostomi, oksigen, dan peralatan b. Untuk memudahkan dalam tindakan apabila
resusitasi manual siap pakai sepanjang waktu. terjadi sumbatan jalan nafas.
Edema laring: c. Untuk mengetahui suara dan keadaan jalan
nafas.
c. Kaji upaya pernafasan dan kualitas suara setiap 2 jam.
d. Adanya stridor suatu tanda adanya oedema
d. Auskultasi untuk mendengarkan stridor laring setiap 4
laring.
jam.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk
e. Laporkan gejala dini pada dokter dan kolaborasi untuk
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.
karena perawat terbatas akan hak dan
f. Intruksikan pasien agar menginformasikan pada
wewenang.
perawat atau dokter saat pertama terjadi tanda
f. Agar perawat bisa siap-siap untuk melakukan
kekakuan pada tenggorok atau sesak nafas.
suatu tindakan.
g. Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan
nafas, pertahankan kepala dalam posisi kepala dalam
posisi alamiah, garis tengah.
Intervensi Rasional
h. Bila terjadi kejang: pertahankan jalan nafas, g. Untuk mencegah penekanan jalan
penghisapan orofaring sesuai indikasi, nafas/mempertahankan jalan nafas untuk
berikan O2 sesuai pesanan, pantau tensi, tetap terbuka.
nadi, pernafasan dan tanda-tanda neurologis, h. Bila terjadi kejang otomatis O2 ke otak
periksa setelah terjadi kejang, catat menurun sehingga bisa berakibat fatal ke
frekwensi, waktu, tingkat kesadaran, bagian seluruh jaringan tubuh termasuk pernafasan.
tubuh yang terlibat dan lamanya aktivitas i. Kolaborasi dengan dokter dalam hal tindakan
kejang. wewenang dokter (pengobatan dan tindakan).
i. Siapkan untuk berkolaborasi dengan dokter j. Untuk mencegah terjadinya serangan
dalam mengatasi status efileptikus misalnya: berulang.
intubasi, pengobatan.
j. Lanjutkan perawatan untuk kejang.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak
output.
Intervensi Rasional
a. Kaji pola aktivitas yang lalu. a. Untuk membandingkan aktivitas
b. Kaji terhadap perubahan dalam gejala sebelum sakit dan yang akan
muskuloskeletal setiap 8 jam. diharapkan setelah perawatan.
c. Kaji respon terhadap aktivitas: Catat b. Untuk memantau keberhasilan
perubahan tensi, nadi, pernafasan, perawatan.
hentikan aktivitas bila terjadi perubahan, c. Untuk melihat suatu perkembangan
tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan perawatan terhadap aktivitas
kecil sesuai dengan peningkatan toleransi, secara bertahap.
ajarkan pasien untuk memantau respon d. Dengan merencanakan perawatan,
terhadap aktivitas dan untuk mengurangi, perawat dengan klien dapat
menghentikan atau meminta bantuan mempermudah suatu keberhasilan
ketika terjadi perubahan. karena datangnya kemauan dari
klien.
Intervensi Rasional
d. Rencanakan perawatan bersama pasien e. Untuk mengatasi kelelahan akibat
untuk menentukan aktivitas yang ingin latihan.
pasien selesaikan: Jadwalkan bantuan f. Untuk menghemat penggunaan
dengan orang lain. energi klien.
e. Seimbangkan antara waktu aktivitas
dengan waktu istirahat.
f. Simpan benda-benda dan barang lainnya
dalam jangkauan yang mudah bagi pasien.
Resti terhadap inefektif penatalaksanaan regimen therapetik berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.

Intervensi Rasional
a. Jelaskan tentang konsep dasar tentang a. Penyuluhan tentang penyakitnya sangat
proses penyakit. penting karena klien membutuhkan
b. Diskusikan alasan tentang terjadinya medikasi dan modifikasi diet sepanjang
perubahan fisik dan emosional. hidupnya.
c. Ajarkan pasien untuk memeriksakan dan b. Agar klien mengerti akan keadaan dirinya
melaporkan gejala dini tetani, kesemutan, sehingga klien tahu tentang
tremor, tanda chvostek’s atau trusseaus penanggulangannya.
positif perubahan dalam upaya pernafasan. c. Agar klien bisa mengontrolkan dirinya
d. Ajarkan orang terdekat untuk mengenali secara berkala sehingga penyakitnya bisa
aktivitas kejang pasien dan menentukan tertanggulangi dan tidak mengakibatkan
cara yang harus dilakukan menghindari lebih parah.
restrain atau menghentikan prilaku,
observasi dan mencatat prilaku yang
diperlihatkan sebelum dan selama kejang.
Intervensi Rasional
e. Tekankan aktivitas sehari-hari dan latihan d. Orang terdekat adalah orang yang selalu
sesuai toeransi dan untuk melaporkan berada dan tahu persis tentang pasien
peningkatan keletihan atau kelemahan otot. sehingga bila terjadi sesuatu terhadap diri klien
f. Diskusikan tentang pentingnya dia bisa melakukan sesuatu dan apa yang tidak
mempertahankan lingkungan yang aman. boleh dilakukan sehingga bisa memperingan
g. Ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan penyakitnya.
metode pemberian, tujuan, efek smping dan e. Untuk melatih mobilisasi sehingga klien bisa
toxik. melakukan ADLnya.
h. Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium f. Untuk mencegah cedra akibat dari lingkungan.
rendah fosfat, seperti mengurangi susu dan g. Obat-obat tersebut penting untuk
keju karena banyak mengandung fosfor. mempertahankan hidupnya.
h. Asupan diet yang seimbang akan
meningkatkan kadar kalsium darah.

Anda mungkin juga menyukai