SISTEM ENDOKRIN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Dosen Pebimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
KELOMPOK PENYUSUN:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.
Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau
hyperplasia). Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid
karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui.
Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin
neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan. Familial
hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga termasuk
kedalam kategori ini.
Oleh karena waktu paruh dari PTH dalam plasma kurang lebih hanya 4
menit, maka kadarnya akan cepat turun setelah diangkat sumbernya. Jika kadar
PTH gagal turun setelah kelenjar yang mengalami gangguan diangkat maka
diperbolehkan untuk dilakukan eksplorasi lebih lanjut.
a. Pengobatan nonfarmakologi
Pada penderita hiperparatiroidisme primer diet rendah kalsium tidak perlu
terlalu ketat, karena pada kenyataannya dengan diet rendah kalsium yang terlalu
ketat dapat meningkatkan sekresi PTH, dilain pihak diet tinggi kalsium dapat
mengeksaserbasi hypercalcemia. Defisiensi vitamin D dapat meningkatkan
sekresi PTH dan resorpsi tulang. Oleh karena itu penderita hiperparatiroidisme
primer harus mendapatkan suplemen harian berupa kalsium 800-1000 mg dan
vitamin D sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Selain itu mereka juga harus
menjaga hidrasi yang cukup, melakukan olahraga yang teratur dan menghindari
imobilisasi dan obat-obatan seperti thiazides dan lithium.
b. Pengobatan farmakologi
a) Fosfat
Fosfat oral dapat menurunkan kadar kalsium darah sampai 1 mg/dl,
penurunan kalsium ini terjadi karena fosfat dapat menyebabkan penurunan
absorbsi kalsium di usus dan menurunkan aktivitas 1-α hidroksilase sehinga
kadar 1,25 (OH)2 D dalam darah rendah. Terapi fosfat tidak boleh diberikan
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal atau pada penderita dengan
normophosphatemia atau hyperphosphatemia.
b) Bisphosphonates
Bisphosphonates merupakan analog phyrophosphate inorganik yang bekerja
menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas. Pada hiperparatiroidisme
primer terjadi kehilangan densitas massa tulang cortical, sedangkan tulang
trabekular densitas tulang relatif terpelihara. Bisphosphonates adalah
kelompok obat yang menjanjikan dalam pengobatan hilangnya densitas
tulang. Beberapa penelitian mengenai penggunaan Bisphosphonates pada
hiperparatiroidisme primer menunjukkan peningkatan dari densitas mineral
tulang pada tulang punggung dan panggul dan juga tidak menyebabkan
perubahan signifikan pada kadar PTH, kadar kalsium darah dan kalsium urin
24 jam. Terapi dengan Bisphosphonates dapat dipertimbangkan pada
penderita hiperparatiroidisme primer dengan densitas mineral tulang yang
rendah yang tidak dapat atau tidak ingin dilakukan operasi.
c) Estrogen
Terapi estrogen pada wanita postmenopause menunjukkan sedikit
penurunan pada kadar kalsium darah (0,5-1 mg/dl) tanpa adanya perubahan
pada kadar PTH. Estrogen juga memberikan keuntungan pada densitas
mineral tulang pada tulang punggung dan kepala femur. Akan tetapi terapi
estrogen sebaiknya tidak dijadikan pilihan utama pada wanita
postmenopause dengan hiperparatiroidisme primer, oleh karena risiko yang
diakibatkan seperti karsinoma endometrium dan peningkatan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskular. Selective estrogen receptor modulator
seperti raloxifene telah menunjukkan penurunan kadar kalsium dalam darah
sama halnya dengan terapi estrogen.
d) Calcimimetic
Cinacalcet merupakan preparat calcimimetic pertama yang tersedia.
Preparat ini bekerja dengan cara mengikat dan memodifikasi calcium
sensing receptor pada chief sel dipermukaan kelenjar paratiroid, yang akan
menyebabkan meningkatnya sensitivitas reseptor terhadap kalsium.
Cinacalcet efektif dalam menurunkan PTH dan menjaga kadar kalsium dan
fosfat. Dosis awal cinacalcet 30 mg sekali sehari, dosis dapat dinaikkan 30
mg setiap 2-4 minggu hingga kadar PTH dalam kisaran target atau sudah
tercapai dosis maksimal (180 mg perhari).
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, R. Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid . 2005. Subbagian Fertilitas dan Endokrinologi
Reproduksi Bagian ObGin FK UNPAD Bandung
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin.
Jakarta : EGC
Saputra, Lyndon. 2009. Kapita Selekta. Kedokteran Klinik Binarupa Aksara : XIX Jakarta.