PEMBAHASAN
1. Hiperparatiroidisme primer
1.1. Definisi
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer
mempunyai konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi.
Kebanyakan juga mempunyai konsentrasi serum kalsium yang tinggi, dan
bahkan juga konsentrasi serum ion kalsium yang juga tinggi. Tes
diagnostik yang paling penting untuk kelainan ini adalah menghitung
serum hormon paratiroid dan ion kalsium. Penderita hiperparatiroid
primer mengalami peningkatan resiko terjangkit batu ginjal sejak 10
3
tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid mereduksi resiko
batu ginjal hingga 8.3%, dan bahkan setelah 10 tahun sejak
pengangkatan, resiko menjadi hilang.
1.2. Etiologi.
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma
tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh
berbagai adenoma atau hyperplasia). Sedikit kasus hiperparatiroidisme
utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma dan
hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga dapat
terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia,
syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan.
Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe
hyperparathyroidism juga termasuk kedalam kategori ini.
1.3. Patofisiologi
Adapun patologi hiperparatiroid primer adalah
1.3.1. Mungkin akibat dari hiperplasia paratiroid, adenoma atau
karsinoma.
1.3.2. Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang,
ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus
meningkat.
1.3.3. Perubahan pada tulang (osteitis fibrosa sistika), nefrokalsinosis atau
nefrolitiasis, dan kalsifikasi kornea.
1.4. Manifestasi Klinis
Hiperparatiroidisme primer ditandai dengan peningkatan kadar hormon
hiperparatiroid serum, peningkatan kalsium serum dan penurunan fosfat
serum.Pada tahap awal, pasien asimtomatik, derajat peningkatan kadar
kalsium serum biasanya tidak besar, yaitu antara 11-12 mg/dl (normal, 9-
11 mg/dl).Pada beberapa pasien kalsium serum berada didalam kisaran
normal tinggal. Namun, bila kadar kalsium serum dan PTH diperhatikan
bersamaan, kadar PTH tampaknya meningkat secara kurang proporsial.
Pada beberapa pasien karsinoma paratiroid, kadar kalsium serum bisa
sangat tinggi (15-20mg/dl). Salah satu kelemahan diagnostik adalah
terjadinya penurunan bersihan fragmen akhir karboksil PTH pada pasien
gagal ginjal, menyebabkan peningkatan palsu kadar PTH serum total.
Penetuan PTH amino akhir atau PTH utuh direkomendasikan untuk
menilai fungsi paratiroid pasien gagal ginjal Hiperparatiroidisme
didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam darah
4
disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat
menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya
hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium karena terlalu banyak
hormon paratiroid .Tes darah mempermudah diagnosis
hiperparatiroidisme karena menunjukkan penilaian yang akurat berapa
jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis didirikan, tes yang lain
sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi. Karena tingginya
kadar hormon paratiroid dapat menyebabkan kerapuhan tulang karena
kekurangan kalsium, dan pengukuran kepadatan tulang sebaiknya
dilakukan untuk memastikan keadaan tulang dan resiko fraktura.
Penggambaran dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan
adanya batu ginjal dan jumlah urin selama 24 jam dapat menyediakan
informasi kerusakan ginjal dan resiko batu ginjal.
1.5. Pemeriksaan Penunjang
Sebaiknya dilakukan pengukuran jumlah kadar kalsium dan albumin atau
kadar ion kasium. Hiperkalsemia sebaiknya ditandai dengan lebih dari
satu penyebab sebelum didirikan diagnosis. Uji coba kadar hormon
paratiroid adalah inti penegakan diagnosis. Peningkatan kadar hormon
paratiroid disertai dengan peningkatan kadar ion kalsium adalah diagnosis
hiperparatiroidisme primer. Pengukuran kalsium dalam urin sangat
diperlukan. Peningkatan kadar kalsium dengan jelas mengindikasikan
pengobatan dengan cara operasi.
1.6. Penatalaksanaan
Penyembuhan
Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalah
penyembuhan utama untuk 95% penderita hiperparatiroidisme. Apabila
operasi tidak memungkinkan atau tidak diperlukan, berikut ini tindakan
yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kalsium:
1) Memaksakan cairan
2) Pembatasan memakan kalsium
3) Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin
dengan menggunakan larutan garam normal, pemberian Lasix,
atau Edrecin.
4) Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau
bifosfonat.
5) Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau
mithramycin)
5
6) Operasi paratiroidektomi
7) Obati penyakit ginjal yang mendasarinya
2. Hiperparatiroidisme sekunder.
2.1. Definisi.
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang
berlebihan karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus,
kelainan ini berkitan dengan gagal ginjal akut. Penyebab umum lainnya
karena kekurangan vitamin D. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5)
Hipersekresi hormon paratiroid pada hiperparatiroidisme sekunder
sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium terionisasi didalam
serum. (Clivge R. Taylor, 2005, 780)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah hiperplasia kompensatorik keempat
kelenjar yang bertujuan untuk mengoreksi penurunan kadar kalsium
serum. Pada sebagian besar kasus, kadar kalsium serum dikoreksi ke nilai
normal, tetapi tidak mengalami peningkatan. Kadang-kadang, terjadi
overkoreksi dan kadar kalsium serum melebihi normal; pasien kemudian
dapat mengalami gejala hiperkalsemia.
2.2. Etiologi.
Pada keadaan gagal ginjal, ada banyak factor yang merangsang produksi
hormon paratiroid berlebih. Salah satu faktornya termasuk hipokalsemia,
kekurangan produksi vitamin D karena penyakit ginjal, dan
hiperpospatemia. Hiperpospatemia berperan penting dalam
perkembangan hyperplasia paratiroid yang akhirnya akan meningkatkan
produksi hormon paratiroid.
2.3. Patofisiologi
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang
sering terjadi adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya
resorpsi tulang karena peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit
tulang lainnya juga sering terjadi pada pasien, tapi tidak muncul secara
langsung.
2.4. Manifestasi Klinis
Hiperparatiroidisme sekunder biasanya disertai dengan penurunan kadar
kalsium serum yang normal atau sedikit menurun dengan kadar PTH
tinggi dan fosfat serum rendah. Perubahan tulang disebabkan oleh
konsentrasi PTH yang tinggi sama dengan pada hiperparatiroidisme
6
primer.Beberapa pasien menunjukkan kadar kalsium serum tinggi dan
dapat mengalami semua komplikasi ginjal, vaskular, neurologik yang
disebabkan oleh hiperkalsemia.
2.5. Pemeriksaan Penunjang
Semua pasien yang menderita gagal ginjal sebaiknya kadar kalsium,
fosfor, dan level hormon paratiroidnya dimonitor secara reguler. Pasien
hiperparatiroidisme biasanya mempunyai kadar kalsium yang dibawah
normal dan peningkatan kadar hormone paratiroid.
2.6. Penatalaksanaan
Tidak seperti hiperparatiroidisme, manajemen medis adalah hal yang
utama untuk perawatan hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan
dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir
hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet
rendah fosfat juga penting.Pasien yang mengalami predialysis renal
failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid.
Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin
dapat mencegah hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroidisme
sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent chronic failure
membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan
cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat.
Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormone paratiroid.Pasien
yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan
calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada
terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroidisme juga mengindikasikan
untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih
tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level
fosfor dan tebukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar
paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
3. Hiperparatiroidisme tersier.
3.1. Definisi
Hiperparatiroidisme tersier adalah perkembangan dari hiperparatiroidisme
sekunder yang telah diderita lama. Penyakit hiperparatiroidisme tersier ini
ditandai dengan perkembangan hipersekresi hormon paratiroid karena
hiperkalsemia.
7
3.2. Etiologi
Penyebabnya masih belum diketahui. Perubahan mungkin terjadi pada
titik pengatur mekanisme kalsium pada level hiperkalsemik.
3.3.Patofisiologi
Hiperparatiroidisme tersier paling umum diamati pada pasien penderita
hiperparatiroidisme sekunder yang kronis dan yang telah menjalani
cangkok ginjal.Kelenjar hipertrophied paratiroid gagal kembali menjadi
normal dan terus mengeluarkan hormon paratiroid berlebih, meskipun
kadar cairan kalsium masih dalam level normal atau bahkan berada diatas
normal. Pada kasus ini, kelenjar hipertropid menjadi autonomi dan
menyebabkan hiperkalsemia, bahkan setelah penekanan kadar kalsium
dan terapi kalsitriol. Penyakit tipe ketiga ini sangat berbahaya karena
kadar phosfat sering naik.
3.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hiperparatiroidisme tersier meliputi
hiperparatiroidisme yang kebal setelah pencangkokan ginjal atau
hiperkalsemia baru pada hiperparatiroidisme sekunder akut.
3.5.Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit hiperparatiroidisme tersier adalah dengan cara
pengangkatan total kelenjar paratiroid disertai pencangkokan atau
pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid.
8
hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga termasuk
kedalam kategori ini.
9
hiperkalsemia dan hipofosatmia kompensatori adalah abnormlitas biokimia yang
dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH serum juga meningkat.
( Rumahorbor, Hotma,1999)
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering
terjadi adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi
tulang karena peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga
sering terjadi pada pasien, tapi tidak muncul secara langsung. (Lawrence Kim,
MD, 2005, section 5)
Kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hiperkalsemia yang langsung bisa
menimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus intestinal, dan ginjal. Secara
fisiologis sekresi PTH dihambat dengan tingginya ion kalsium serum.
Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan adenoma, atau hiperplasia kelenjar,
dimana hipersekresi PTH berlangsung bersamaan dengan hiperkalsemia.
Reabsorpsi kalsium dari tulang dan peningkatan absorpsi dari usus merupakan
efek langsung dari peningkatan PTH.
Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi
kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat
meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang mana dapat menimbulkan penurunan
kreanini klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat
mengendap pada jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk
nodul pada kulit, jaringan subkutis, tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago
(khondrokalsinosis). Vitamin D memainkan peranan penting dalam metabolisme
kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di target organ.
10
Pohon masalah
Kelebihan sekresi PTH
Hiperkalsemia
Efek Reseptor
Nefritiliasis
Kontraksi ureter
Nyeri
11
badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme merupakan
faktor risiko terjadinya fraktur.
Insidens ulkus peptikum dan prankreatis meningkat pada hiperparatiroidisme dan
dapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal. (Brunner & Suddath, 2001).
12
direkomendasikan untuk menilai fungsi paratiroid pasien gagal ginjal. (Clivge R.
Taylor, 2005, 783)
Laboratorium:
1) Kalsium serum meninggi
2) Fosfat serum rendah
3) Fosfatase alkali meninggi
4) Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
5) Foto Rontgen:
5.1. Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi.
5.2. Cystic-cystic dalam tulang
5.3. Trabeculae di tulang
5.4. PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
13
kalsium lewat ginjal dan menyebabkan kenaikan kadar kalsium serum.
Disamping itu, pasien harus mengambil tindakan untuk menghindari dehidrasi.
Karena adanya resiko krisis hiperkalsemia, kepada pasien harus diberitahukan
untuk segera mencari bantuan medis jika terjadi kondisi yang menimbulkan
dehidrasi (muntah, diare).
Mobilitas pasien dengan banyak berjalan atau penggunaan kursi goyang harus
diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami stress normal akan
melepaskan kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu ginjal.
Pemberian fosfat per oral menurunkan kadar kalsium serum pada sebagian
pasien. Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena dapat
mengakibatkan pengendapan ektopik kalsium fosfat dalam jaringan lunak.
Diet dan obat-obatan. Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien
dianjurkan untuk menghindari diet kalsium terbatas atau kalsium berlebih. Jika
pasien juga menderita ulkus peptikum, ia memerlukan preparat antasid dan diet
protein yang khusus. Karena anoreksia umum terjadi, peningkatan selera makan
pasien harus diupayakan. Jus buah, preparat pelunak feses dan aktivitas fisik
disertai dengan peningkatan asupan cairan akan membantu mengurangi gejal
konstipasi yang merupakan masalah pascaoperatif yang sering dijumpai pada
pasien-pasien ini.
14
BAB.3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
3.3. Depresi
7) Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik
seperti bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan
mengancam.
15
peningkatan kadar kalsium serum; kadar serum posfat anorganik
menurun sementara kadar kalsium dan posfat urine meningkat.
Kriteria Hasil :
Intervensi Keperawatan :
16
3. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri
4. Berikan anelgetik untuk mengurangi nyeri.
3.3.2. Gangguan Pola eliminasi buang air kecil berhubungan dengan iritasi
ginjal/ureter, obstruksi mekanik, implamasi, stimulasi kandung
kencing oleh batu.
Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti
yang ditunjukkan oleh tidak terbentuknya batu dan
haluaran urine 30 sampai 60 ml/jam.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengatakan buang air kecil secara normal yaitu
4-5 kali sehari.
2. Batu ginjal sudah tidak ada.
3. Tanda-tanda vital kembali normal.
Intervensi Keperawatan :
17
BAB.4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
18
Daftar Pustaka
http://keperawatanperkemihan.blogspot.com/
http://ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
ca.html
19